60
KELOMPOK 3 EKONOMI MIKRO ISLAMI BAB 7,8, dan 9 Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Syariah dengan dosen pengampu : Masharyono, S.Pd., M.M. Anggota : Dadan Setiawan 1104276 Hilmi Muttaqien 1104820 Indra Nugraha 1104839 Misbahudin 1104673 Paramita Desy C.W. 1104076 Rafiqi Zulhilmi 1104106 Rizqita Qiyaski B. 1104305 Rositah Permana 1104680

Ekonomi Syariah (tugas dari buku)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semoga bermanfaat :) jangan cuman download tapi leave some comment juga yah

Citation preview

KELOMPOK 3

EKONOMI MIKRO ISLAMIBAB 7,8, dan 9

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Syariah dengan dosen pengampu :

Masharyono, S.Pd., M.M.

Anggota :Dadan Setiawan 1104276 Hilmi Muttaqien 1104820Indra Nugraha 1104839 Misbahudin

1104673Paramita Desy C.W. 1104076 Rafiqi Zulhilmi1104106Rizqita Qiyaski B. 1104305 Rositah Permana1104680Sifa Siti Mukrimah 1104176 Silmy Amilia1103720

BAB 7TEORI PENAWARAN

ISLAMI

BAGIAN 1KURVA PENAWARAN JANGKA PENDEK

Teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu perusahaan

dalam analisis biayanya. Perusahaan bersedia berproduksi ketika tingkat harga yang berlaku

lebih kecil daripada biaya variable rata-rata.

Pada gambar 7.1 tampak bahwa MC, MR, dan kurva biaya variable rata-rata (AVC).P>P1 maka berapapun penjualan yang dilakukan oleh produsen P>AVC sehingga produsen mendapatkan laba ekonomis positif.

Gambar 7.1 hubungan antara kesediaan untuk berproduksi dengan kurva penawaran

Kurva penawaran jangka pendek dari suatu sector industri secara keseluruhan dapat dirumuskan lewat penjumlahan horizontal seluruh kurva penawaran jangka pendek masing-masing perusahaan, kurva ii dapat dilihat pada gambar 7.2

BAGIAN 2TOTAL COST DAN MARGINAL COSTFungsi total cost menunjukan untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap tingkat output, minimum total cost yang muncul adalah TC=TC(r,w,q). ada 2 konsep biaya perunit yang dikenal :

• Average costBiaya per unit atau dapat ditulis dengan rumus :ATC = ATC (r,w,q )= TC (r,w,q)/q

• Marginal costTambahan biaya yang muncul untuk setiap pnambahan output yang dihasilkan atau dapat ditulis dengan rumus :MC = MC (r,w,q) = δTC (r,w,q)/ δq

Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost pada titik minimalnya. Titik Q2 = jumlah output pada saat Vc mencapai titik minimal yang juga persinggungan kurva VC dengan rental cost perunit ( r ). Q3 = jumlah output pada saat ATC mencapai titik minimal yang juga kurva MC memotong dari bawah kurva ATC. Titik Q1 = jumlah output dimana kurva Mc mencapai titik minimalnya, yaitu pada saat perubahan rturns to scale kurva variable cost.

Marginal Cost dan Kurva Penawaran

Perusahaan akan memaksimalkan labanya dengan memilih output dimana P = MC, selama tingkat harga tersebut lebih besar daripada AVC. Setiap tingkat harga dibawah minimum AVC jumlah yang ditawarkan adalah nihil. Pada tingkat harga = AVC jumlah yang ditawarkan digambarkan oleh kurva MC.Perhatikan kurva penawaran, yaitu kurva marginal cost yang dicetak tebal. Selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang digambarkan dengan celah di antara kedua kurva tersebut, menggambarkan AFC. Kurva penawaran yag berada diantara kurva ATC dan AVC, untuk setiap tingkat harga diatas AVC, namun dibawah ATC berarti perusahaan mengalami kerugian setiap output yang dijual karena harga lebih kecil dibanding ATC.

Meskipun harga lebih kecil di banding ATC, bagi perusahaan lebih baik tetap menjual outputnya karena pada tingkat harga tersebut perusahaan telah mampu membayar AVC nya.

Producer SurplusSelisih antara total revenue dengan total variable cost disebut dengan produser surplus atau quasi rent. Producer surplus dapat dihitung dengan dua cara, yaitu :

1.Cara PertamaSecara matematis, total revenue adalah hasil kali P dan Q. Sedangkan total variable cost adalah hasil kali AVC dengan Q. Selisih antara keduanya digambarkan dengan segi empat yang diarsir yaitu hasil kali antara (P-AVC) dengan Q

Inilah Yang disebut producer surplus. Secara matematis ditulis:

Producer surplus : TR – TVC: (P x Q) – (AVC x Q): (P – AVC) x Q

2. Cara KeduaVariable cost untuk memproduksi 1 unit output sama sengan marginal cost pada jumlah output 1 unit. Variable cost untuk memproduksi 2 unit ditambah marginal cost pada 2 unit, dan seterusnya. Sehingga :

VC(Q) = MC(1) + MC(2) +…+ MC(Q)

Secara grafis total variable cost ini digambarkan dengan daerah yang tidak diarsir yang berada dibawah kurva MC. Sedangkan total revenue adalah hasil kali P dengan Q. Sehingga producer surplus digambarkan dengan daerah yang diarsir, yaitu yang dibawah P dan diatas kurva MC.

BAGIAN 3PENGARUH PAJAK PENJUALANPengenaan pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai sebesar, misalnya Rp 100 per liter bensin premium atau misalnya 10% dari harga per unit, akan meningkatkan average total cost. Peningkatan ATC secara langsung juga berarti peningkatan MC. Bila harga tetap pada tingkat harga semula, maka peningkatan biaya ini berarti penurunan profit. Dengan adanya pengenaan pajak penjualan, tingkat profit menurun dari profit1 menjadi profit2.

 Secara grafis keadaan tanpa adanya pajak penjualan digambarkan pada diagram yang diatas oleh kurva average total cost ATC1 dan kurva marginal cost MC1, harga berada pada tingkat P. Sedangkan diagram bawah menggambarkan fungsi profit yang diturunkan dari diagram atas.

Profit mencapai keadaan maksimum ketika kurva MC2 = P, ini terjadi pada tingkat produksi Q2. Secara paralel kita dapat pula mengatakan bahwa producer surplus dengan adanya pajak penjualan lebih kecil dibandingkan producer surplus tanpa adanya pajak penjualan.Jadi pengenaan pajak penjualan membawa pengaruh:Trunnya total profit1 menjadi profit2;Turunnya tingkat profit maksimal yang digambarkan oleh puncak gunung kurva profit pada diagram bawah. Secara grafis, puncak kurva profit1 lebih tinggi daripada puncak kurva profit2;Mengecilnya rentang skala produksi dari Q1’Q1” menjadi Q2’Q2”. Dimana Q1’ < Q2’ dan Q1’Q2”.

Pengaruh Zakat PerniagaanPengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep islam, zakat perniagaan dikenakan bila telah terpenuhinya dua hal: nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat, yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu 1 tahun). Bila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah revenue minus cost. Pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap kurva penawaran.

Upaya memaksimalkan profit berarti pula memaksimalkan producer surplus, dan zakat yang harus dibayar. Dengan adanya pengenaan zakat perniagaan perilaku memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan perilaku memaksimalkan zakat.

Profit akan mencapai tingkat maksimal ketika kurva MC1 = P dan terjadi pada tingkat produksi Q1. Pada titik Q1 pila tingkat zakat maksimal tercapai. Keadaan ini digambarkan dengan puncak kurva profit dan puncak kurva zakat yang terjadi pada titik Q1.

BAGIAN 4INTERNALISASI BIAYA EKSTERNALPerilaku memaksimalkan profit seringkali mendorong produsen untuk berlaku aniaya. Para produsen seringkali memindahkan biaya-biaya yang seharusnya ditanggung mereka kepada pihak lain guna meningkatkan profitnya. Tindakan produsen yang mendapatkan keuntungan dari proses produksinya, namun tidak mau bertanggung jawab atas akibatnya inilah yang dalam ilmu ekonomi disebut negative externalities.Konsep adil dalam Ekonomi Islam diterjemahkan dalam empat hal, yaitu :

1. Dilarang melakukan Mafsadah2. Dilarang melakukan transaksi Gharar3. Dilarang melakukan transaksi Maisir4. Dilarang melakukan transaksi Riba

Secara grafis, upaya produsen melarikan diri dari tanggung jawab ini digambarkan dengan turunnya ATC dari ATC1 menjadi ATC2, dan marginal cost turun dari MC1 menjadi MC2. Dalam Ekonomi Konvensional, MC1 disebut Marginal Social Cost (MSC), sedangkan MC2 disebut Marginal Private Cost (MC). Selisih antara MSC dengan MC disebut Marginal External Cost (MEC). 

MSC = MC + MEC

Dengan tingkat MC yang lebih rendah (MC2 < MC1) produsen akan menawarkan banyak barang, sedangkan pada tingkat ATC yang lebih rendah (ATC2 < ATC1) produsen akan menerima average economic rent yan lebih besar pula. Dengan demikian proftit akan naik dari profit1 menjadi profit2.

Profit + (P - ATC) x QKarena (P - ATC) naik, dan Q naik, maka profit pun akan naik

pula.

Dalam Islam, Marginal External Cost merupakan tanggung jawab dari produsen, karena tanpa ada proses produksi tentu tidak akan muncul External Cost. MEC harus diinternalisasi kedalam komponen biaya produsen. Dalam Ekonomi Konvensional, negative externalities masih dapat ditolerir dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Dalam Ekonomi Konvensional dikenal konsep Efficient Level Of Emissions yaitu suatu tingkat dimana Marginal Social Cost Of Emissions (MSCe) sama dengan benefitnya. Benefit ini diukur dengan Marginal Cost Of Abating Emissions yaitu tambahan biaya bagi produsen untuk memasang peralatan pengendalian polusi

Contoh ketentuan-ketentuan tertentu untuk negative

externalities, yaitu dengan penentuan emissions standard dan

emissions fees.

Emissions Standard adalah ketentuan hokum tentang batas maksimal tingkat polusi yang masih diperbolehkan. Jika produsen melampaui batas maka akan dikenakan sanksi berupa denda atau dianggap melakukan perbuatan kriminal.

Emissions Fees adalah kompensasi yang harus dibayar untuk setiap unit polusi yang dilakukan produsen.

BAGIAN 5PENERAPAN BIAYA KOMPENSASI, BATAS UKURAN, ATAU DAUR ULANG ?

Dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat, Emissions Standard merupakan pilihan dalam mengontrol negative externalities. Sedangkan di Jerman, Emissions Fees yang merupakan pilihan. Secara teoritis sebenarnya kedua instrument ini dapat memberikan hasil yang sama. Namun dalam praktiknya, standard dan fees memilki implikasi yang berbeda. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan instrument fees lebih disukai bila kurva marginal cost lebih curam dan kurva marginal cost of abatement relative datar. Produsen yang mempunyai MCA yang lebih rendah akan berproduksi dengan tingkat polusi yang lebih rendah.

Semakin kecil tambahan biaya untuk mengurangi polusi, maka makin besar

pengurangan tingkat polusi (makin besar benefit bagi masyarakat), sehingga semakin

rendah tingkat polusi.Dalam konsep Islam, mencegah Mafsadah lebih diutamakan daripada memperbaiki dampak buruk mafsadah, meskipun dampak buruk tersebut timbul sebagai ekses dari suatu produksi yang bermanfaat. Dalam kaidah fiqih disebutkan “Dar ul mafasid aula min jalbi al manafi ” (mencegah kerusakan lebih utama daripada mengambil manfaat). Itu sebabnya penggunaan mekanisme recycling lebih diutamakan daripada instrument standard dan fees.

Bila potensi terjadinya negative externalities terdapat pada masyarakat, dalam system ini masyarakat diberikan insentif untuk tidak melakukan negative externalities, misalnya tidak membuang kemasan bekas sembarangan sehingga menimbulkan mafsadah. Bila potensi negative

externalities terdapat di lingkungan produsen, recycling

dalam artian mendaur ulang untuk memproduksi output yang

sama tidak selamanya dapat dilakukan. Namun demikian,

recycling dalam artian mendaur-ulang limbah untuk

dimanfaatkan memproduksi output lain tetap dapat

dilakukan.

BAB 8MEKANISME PASAR

ISLAMI

BAGIAN 1PENDAHULUAN : Permintaan, Penawaran, dan Regulasi Tingkat Harga

Abu Yusuf membantah kesan umum dari hubungan negative antara penawaran dan tingkat harga. Adalah dalam kenyataannya benar bahwa tingkat harga tidak

hanya tergantung pada penawaran semata, dimana kekuatan permintaan juga sangat penting. Abu Yusuf

mengatakan bahwa ada beberapa alasan lainnya, tapi ia tidak menyatakannya secara jelas Karena alasan-alasan

penyingkatan.Mengenai masalah pengaturan tingkat harga juga dibahas secara rinci oleh ibn Taimiyah. Penjelasan Ibnu Taimiyah mengenai pengaturan tingkat harga adalah lebih menyeluruh dibandingkan yang lainnya. Ibnu Taimiyah mendukung penatapan harga dalam kasus dimana komoditas kebutuhan pokok yang harganya telah naik akibat dimanipulasi. Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah menyarankan adanya suatu penyediaan industry-industri tertentu oleh pemerintah atau negara, serta juga memperbaiki tingkat pengupahan jika hal tersebut tidak terjadi secara memuaskan (persaingan bebas) oleh kekuatan-kekutatan pasar.

BAGIAN 2PEMIKIRAN ILMUWAN ISLAMThomas Aquinas Vs Ibn Taimiyah

Permasalahan yang dibahas Aquinas berhubungan dengan perniagaan, harga yang adil, kepemilikan, dan riba.

Aquinas mengadopsi sepenuh hatinya ide-ide dari Aristoteles, walaupun dalam beberapa kasus ia harus

memodifikasi serta memperbaikinya sesuai dengan kebutuhan yang ada pada masa itu dalam rangka

mensitesis dengan ajaran Nasrani

Ibn Taimiyah berpikiran bahwa Aristoteles salah atau keluar jalur, dan mengkritiknya dalam tulisan-tulisannya, serta menolak mengikuti pendapat-pendapat Aristoteles tersebut.

Harga Pasar (Just Price)• Perlakuan Ibn Taimiyah terhadap permasalahan ini

adalah jauh lebih komprehensif daripada Aquinas.• Ibn Taimiyah tidak mengambil dasar pemikiriannya

dari filsuf yunani melainkan dari beberapa hadis Nabi Saw , dan banyak terdapat dalam literatur mengenai fiqih islam.

• Bagi Ibn Taimiyah dan Aquinas , harga pasar haruslah terjadi dalam pasar yang kompetitif dan tidak boleh ada penipuan.

• Keduanya membela penetapan pagu harga pada waktu terjadi perbedaan pengenaan harga dari harga pasar.

• Dalam penetapan pagu harga, aquinas hanya mempertimbangkan nilai subjektif dari sebuah objek dari sisi penjual saja. Sementara, Ibn Taimiyah juga mempertimbangkan nilai subjektif objektif dari sisi pembeli sehingga menjadikan analisisnya lebih baik daripada Aquinas.

Mekanisme Pasar dan Penetapan Harga

• Ibn Taimiyah adalah seorang pelopor dalam penjelasannya tentan penentuan harga dalam hubungannya dengan penawaran dan permintaan.

• Schumper menuliskan : “As regards the theory of the mechanism of pricing there is very little to report before the middle of the eighteen century.”

• Ibn Taimiyah melakukan pembahasan mengenai peraturan tingkat harga oleh pemerintah serta juga memberi perhatian pada monopoli, oligopoli, dan monopsoni. Selain itu membahas konsep keuntungan yang adil (just profit), upah yang adil (just wage) dan kompensasi yang adil (justcompensation).

Ibn Taimiyah• Masyarakat masa Ibn Taimiyah beranggapan bahwa

peningkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hukum dari penjual atau mugkin sebagai akibat manipulasi pasar. Kemudian dibantah keras, ia mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.

• Naik turunnya harga disebabkan tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat transaksi.

• Bisa jadi penyebabnya adalah penawaranyang menurun akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar.

• Jika permintaan barang meningkat, sedangkan penawaran menurun , harga barang akan naik. Sebaliknya

• Kelangkaan dan melimpahnya barang mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil atau mungkin juga tindakan yan tidak adil.

• Menurut Ibn Taimiyah penawaran bisa datang dari produksi domestik dan import.

• Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan / penurunan dalam jumlah yang ditawarkan , sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan.

• Besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan / permintaan.

• Dua faktor penyebab pergeseran kurva penawaran dan permintaan, yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbuatan melanggar hukum dari penjual, misalnya penimbunan.

• Faktor lain memengaruhi permintaan dan penawaran adalah intensitas, dan besarnya permintaan, kelangkaan atau melimpahnya barang, kondisi kepercayaan, serta diskonto dari pembayaran tunai.

• Perubahan permintaan bergantung pada jumlah penawaran, jumlah orang yang menginginkannya, kuat lemahnya dan besar kecilnya kebutuhan terhadap barang tbst.

• Ibn Taimiyah bukan saja menyadari kekuatan penawaran dan permintaan, melainkan juga menyadari insentif, disinsentif, ketidakpastian, dan risiko yang terlibat dalam transaksi pasar.

Ibnu KhaldunDalam bukunya Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun

menulis secara khusus satu bab berjudul “Harga-Harga di Kota”. Ia membagi dua jenis barang menjadi dua jenis, yakni barang kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurut dia, bila suatu kota berkembang

dan selanjutnya populasinya bertambah banyak ( kota besar), maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas.

Hal ini dapat diilustrasikan pada gambar berikut :

Terjadi peningkatan disposable income dari penduduk kota-kota. Naiknya disposable income dapat meningkatkan marginal propensity to consume terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut,. Hal ini menciptakan permintaan baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang mewah akan meningkat pula.

Secara grafis, pendapat Ibnu Khaldun tsb dapat digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar. Naiknya permintaan terhadap barang mewah karena kenaikan Disposable Income menyebabkan mahalnya barang mewah

Ibnu Khaldun juga menjelaskan mekasnisme permintaan dan penawaran dalam menentukan harga keseimbangan. Secara lebih rinci, ia menjabarkan pengaruh persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah itu, ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain di kota tersebut, pada sisi penawaran.

Hal ini tejadi karena harga-harga barang di padang pasir tidak memiliki kandungan pajak (karena barang di padang pasir tidak dikenakan pajak), sementara harga-harga barang di kota memiliki kandungan pajak, karenanya harga barang di kota lebih mahal daripada harga barang di padang pasir. Ditinjau dari segi biaya produksi, pengenaan pajak ini akan meningkatkan harga jual, sehingga pada gilirannya akan mengakibatkan kenaikan harga.

Dengan demikian, maka sebagaimana Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun juga sudah mengindentifisikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu keseimbangan harga.

Ketika menyinggung masalah laba, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan. Namun, Ibnu Taimiyah yang hanya secara implisit membicarakan konsep persaingan.

BAGIAN 3MEKANISME PASAR DALAM ISLAM

Dalam konsep Islam, pertemuan permintaan dan penawaran haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Dalam hal harga, para ahli fiqih merumuskannya sebagai the price of the equivalent. Konsep the price of the equivalent ini mempunyai implikasi penting dalam ilmu ekonomi, yaitu keadaan pasar yang kompetitif.

Dalam konsep islam, monopoly, duopoly, oligopoly dalam artian hanya ada satu penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama mereka tidak megambil keuntungan di atas keuntungan normal. Produsen yang beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk kedalam bisnis tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output yang ditawarkan bertambah, dan harga akan turun. Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga turun sedemikian sehingga economic profit nihil. Pada keadaan ini produsen yang telah ada di pasar tidak mempunyai insentif untuk keluar dari pasar, dan produsen yang belu masuk ke pasar tidak mempunyai insentif untuk masuk ke pasar.

Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap bentuk yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang.•Talaqqi Rukban•Mengurangi timbangan•Menyembunyikan barang cacat•Menukar kurma kering dengan kurma

basah•Menukar satu takar kurma kualitas bagus

dengan dua takar kurma sedang•Transaksi Najasy• Ikhtikar •Ghaban faa-hisy

Intervensi PasarMarket Intervention diperkenalkan dalam ekonomi Islam pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.

Market Intervention menjadi sangat penting dalam menjamin pengadaan barang kebutuhan pokok. Dalam keadaan kekurangan barang kebutuhan pokok, pemerintah dapat memaksa pedagang yang menahan barangnya untuk menjual barangnya ke pasar. Bila daya masyarakat lemah, pemerintah pun dapat membeli barang kebutuhan pokok tersebut dengan uang dari baitul maal, untuk selanjutnya menjual dengan tangguh bayar seperti yang telah dilakukan oleh Umar ra.

Intervensi Harga : Ceiling Price

Adanya excess demand akan mendorong timbulnya pasar gelap, yang selanjutnya menimbulkan korupsi dan kolusi. Akibat selanjutnya adalah kredit program tidak akan mencapai sasarannya, timbul penyalah-gunaan kredit (miss-used atau side streaming).

Islam jelas menentang intervensi harga. Pada kasus ceiling price akan terjadi kelebihan permintaan sehingga dapat menimbulkan pasar gelap, korupsi, dan kolusi. Inilah indahnya Islam. Bukan saja korupsi dan kolusi yang dilarang dalam islam, namun juga jalan ke arah korupsi dan kolusi pun dilarang.

Dengan adanya ceiling price ini, konsumen mendapat tambahan consumer surplus, namun kedua pihak baik konsumen dan produsen akan kehilangan sejumlah surplus yang tidak dapat dinikmati oleh keduanya. Penurunan total surplus ini disebut dead weight loss.

Neto kenaikan consumer surplus: 

Kenaikan consumer surplus(akibat penurunan producer surplus) :

+ AHilangnya consumer surplus :

- BKenaikan neto consumer surplus :

(A-B)

Penurunan producer surplus(yang dinikmati oleh konsumen) : - APenurunan producer surplus(yang tidak dinikmati siapapun) : - CPenurunan neto producer surplus : - (A-C)

Gambar: penurunan producer surplus akibat ceiling price

Secara keseluruhan pengaruh ceiling price adalah:

Hilangnya consumer surplus : - BPenurunan producer surplus(yang tidak dinikmati siapapun) : - C___Total penurunan (dead weight loss) : -

(B+C)

Adanya ceiling price menyebabkan terjadinya transfer surplus dari pridusen ke konsumen. Hal ini menunjukan adanya pihak yang terzalimi. Total penurunan surplus (deadweight loss) yang tidak dinikmati oleh siapapun adalah sebesar (B+C). Jelaslah dalam penetapan ceiling price tidak saja terjadi transfer surplus dari produsen ke konsumen, juga terjadi transfer surplus dari positif menjadi negative.

Intervensi Harga : Floor Price

Intervensi harga : Floor Price akan menimbulkan terjadinya excess supply sebesar (Q2-Qf). adanya excess supply ini akan mendorong timbulnya pasar gelap, yang selanjutnya menimbulkan korupsi dan kolusi.

Dengan adanya floor price ini, Produsen mendapat tambahan producer surplus, namun kedua pihak baik

konsumen dan produsen akan kehilangan sejumlah surplus yang tidak dapat di nikmati oleh keduanya. Penurunan totol

surplus ini di sebut dead weight loss.

neto kenaikan producer surplus:Kenaikan producer surplus(akibat penurunan cosumer surplus) :

+ DHilangnya producer surplus : -

CKenaikan neto producer surplus : (D-C)

Bagi konsumen, penetapan floor price ini akan menurunkan consumer surplus. Sebagian penurunan consumer surplus dinikmati oleh produsen berupa kenaikan producer surplus, dan sebagian lainnya tidak dapat dinikmati oleh siapapun. Jadi secara neto penurunan consumer surplus :

Penurunan consumer surplus : - D(yang dinikmati oleh produsen)Penurunan consumer surplus(yang tidak dinikmati siapapun) : - BPenurunan neto consumer surplus : - (D

+ B)

Adanya floor price menyebabkan terjadinya transfer surplus dari konsumen ke produsen.Total penurunan surplus (deadweight loss) yang tidak dinikmati oleh siapa pun adalah sebesar (B + C)

Secara keseluruhan pengaruh floor price adalah: Hilangnya consumer surplus : - CPenurunan consumer surplus(yang tidak dinikmati siapapun) : - B Total penurunan (dead weight loss) : - (B + C) Dengan demikian, kita dapat memahami mengapa Rasullulah Saw, menolak untuk melakukan Price intervention selama kekuatan pasar berjalan rela sama rela tanpa ada yang melakukan distorsi. Bila ternyata terjadi distorsi terhadap kekuatan pasar, maka distorsi tersebut harus di hilangkan, termasuk dengan melakukan price intervention.

Intervensi Harga IslamiDalam ekonomi islam tidak di kenal sikap mendua itu. Siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual(monopoli) atau ada penjual lain. Jadi monopoli sah-sah saja namun, siapapun dia tidak boleh melakukan ihtikar,yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi atau istilah ekonominya monopolistic rent.

Nabi Muhamad bersabda : Tidaklah orang melakukan ihtikar itu kecuali ia berdosa (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud). Itu membuktikan islam menghargai hak penjual dan pembeli.

Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, islam membolehkan bahkan mewajibkan pemerintah melakukan price intervention bila kenaikan harga di sebabkan adanya distorsi terhadap genuine demand and genuine supply.

Kebolehan Price intervention antara lain karena :

• Price intervention manyangket kepentingan masyarakat, yaitu melindungi menjual dalam hal profit margin sekaligus melindungi pembeli dalam hal purchasing pawer

• Bila tidak di lakukan price intervention maka penjual dapat menaikan harga dengan cara ikhtikar atau ghaban faa-hisy. Dalam hal ini si penjual menzhalimi si pembeli

• Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penjual mewakili kelumpok masyarakat yang lebih kecil. Sehingga price intervention berarti pula melindungi kepentingan masyarakat lebih luas.

Ibn Taimiyah price intervention dapat dibedakan menjadi dua.

•Price intervention yang zalimSuatu intervensi harga dianggap zalim bila harga atas (ceiling price) ditetapkan di bawah harga ekuilibrium yang terjadi melalui mekanisme pasar, yaitu atas dasar rela sama rela. Ssecara parallel dapat pula dikatakan bila floor price ditetapkan di atas competitive ekuilibrium price adalah zalim.

•Price intervention yang adilSuatu intervensi harga dianggap adil bila tidak menimbulkan aniaya terhadap penjual maupun pembeli.

Ibn Taimiyah menjelaskan tiga keadaan di mana price intervention harus dilakukan:• Produsen tidak mau menjual barangnya kecuali pada harga

yang lebih tinggi daripada regular market price, padahal konsuman membutuhkan barang tersebut. Dalam keadaan ini pemerintah dapat memaksa produsen untuk menjual barangnya dan menentuka harga (price intervention) yang adil

• Produsen menawarkan harga yang terlalu tinggi menurut konsumen, sedangkan konsumen meminta pada harga yang terlalu rendah menurut produsen. Dalam keadaan ini, maka price intervention harus dilakukan dengan musyawarah dari konsumen dan produsen yang difasilitasi oleh pemerintah. Pemerintah harus mendorong penjual dan pembeli unruk menentukan harga. Selanjutnya pemerintah menentukan harga tersebut sebagai harga yang berlaku.

• Pemilik jasa, misalnya tenaga kerja yang menolak bekerja kecuali pada harga yang lebih tinggi daripada harga pasar yang berlaku (the prevailing market price) padahal masyarakat membutuhkan jasa tersebut, maka pemerintah dapat menentukan harga yang wajar (reasonable price) dan memaksa pemilik jasa untuk memberikan jasanya

BAB 9STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN HARGA

Struktur Pasar Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli. Secara mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang yang relative homogeny disebut pasar bersaing sempurna (perfect competition). Sedangkan pasar yang terdiri dari banyak penjual dan barangnya berbeda satu sama lain (terdiferensiasi) disebut pasar bersaing monopolistik (monopolistic). Pasar yang yang ada satu penjual disebut pasar monopoli, pasar yang ada beberapa penjual disebut pasar ologopoli.

Secara teknis, alat ukur yang dipakai untuk mengukur struktur pasar berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli serta seberapa

berpengaruhnya kegiatan mereka adalah rasio penguasaan pangsa pasar atau sering juga disebut concentration ratio (CR). Biasanya pangsa pasar empat perusahaan terbesar dijumlahkan kemudian

dihitung persentasinya terhadap total pasar, ini disebut 4-firm CR. Bila pangsa pasar delapan perusahaan terbesar terhadap total

pasar, disebut 8-firm CR. Secara umum disebut N-firm CR, dimana N adalah jumlah perusahaan terbesar yang dihitung pangsa

pasarnya.

N-firm CR = (Pangsa pasar N-perusahaan terbesar/Total Pasar) x 100%

Untuk menyempurnakan rumus pangsa pasar sebelumnya maka Herfindahl mengembangkan alat ukur lain yang disebut Herfindahl Index. Herfindahl Index menghitung jumlah kuadrat pangsa pasar. Secara matematis ditulis: Herfinhdahl Index = £I (Pangsa pasar masing-masing perusahaan ke-i)2

Pasar Bersaing SempurnaDalam pasar bersaing sempurna, secara toeritis penjual tidak dapat menentukan harga atau disebut price taker, dimana penjual akan menjual barangnya sesuai harga yang berlaku di pasar. Dalam kenyataannya, pasar bersaing sempurna juga memiliki derajat yang berbeda-beda. Derajat yang paling ekstrem memang penjual tidak menentukan harga sama sekali. Derajat akan semakin mendekati keekstreman bila hal-hal ini terpenuhi: • Ada banyak penjual• Pembeli memandang barang sama saja

(homogen, tidak terdiferensiasi)• Ada kelebihan kapasitas produksi

Pasar Bersaing Monopolistik

Bila asumsi pasar bersaing sempurna kita lepaskan, dalam hal ini asumsi tentang barang homogen, maka kita akan mendapatkanjenis pasar lain yaitu pasar bersaing monopolistik. Secara lebih formal, Edward Chamberlin memperkenalkan istilah monopolistik competition di tahun 1993 sebagai berikut :

• Adanya banyak penjual• Setiap penjual menjual produk yang

terdeferensiasi

Monopoli (Ihtikar)

Monopoli secara harfiah berarti di pasar hanya ada satu penjual. Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli sebagai “ the ability to act in unconstrained way” artinya kemampuan bertindak dengan caranya sendiri. Ihtikar adalah mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. “Barang siapa yang untuk merusak harga pasar melakukan ihtikar sehingga harga naik secara tajam maka ia berdosa” (riwayat Ibnu Majah dan Ahmad)

Permintaan D : P = a – bQ → slove = - bTotal Revenue : TR = P x Q

= aQ – bQ”Average Revenue : AR = TR/Q

= aQ – bQ”= a- bQ → slove = - b

Marginal revenue : MR = d(PQ)/dQ= a- 2bQ → slove = - 2b

Monopoli (Ihtikar)

OligopoliSecara harfiah oligopoli berarti ada beberapa penjual di pasar boleh dikatakan pertengahan monopoly dan monopolistik competition. Dalam pasar oligopoli dimana ada sedikit penjual yang menjual barang yang sama, maka penjual harus memperhatikan reaksi penjual lain

Ada dua aksi yang dapat diambil yaitu:1. Menentukan kuantitas barang yang diproduksi.

Model yang menjelaskan hal ini adalah Cournout Quantity Competition

2. Menentukan berapa harga yang akan ditawarkannya. Model yang menjeladkan hal ini adalah Bertrand Price Competition

Model Cournet Model ini dikembangkan oleh Cournot pada tahun 1835 dengan asumsi hanya ada dua penjual barang yang sama. Contoh di pasar ada dua perusahaan yaitu Aqua dan Ades. Kedua perusahaan memproduksi produk yang identik. Sehingga mereka terdorong untuk menawarkan harga yang sama. Dalam model ini, pilihan bagi Aqua dan Ades menentukan berapa banyak kuantitas yang akan diproduksi Aqua (Q1), dan Ades (Q2). Setelah mereka menentukan berapa banyak Q1 dan Q2 , mereka akan menentukan harga yang dapat diterima pasar sehingga seluruh produksi (Q1 + Q2) habis diserap pasar. Keseimbangan Cournot(P. Q1, Q2) akan terjadi apabila :

1. Aqua dapat memaksimalkan keuntungannya2. Ades dapat memaksimalkan keuntungannya3. Seluruh produksi (Q1 + Q2 ) habis terserap pasar pada

tingkat harga P*

Model BertrandModel Bertrand dikembangkan oleh Joseph Bertrand pada tahun 1883. Dalam model ini penjual menentukan harga untuk memperoleh keuntungan maksimal, dengan memperhitungkan harga yang ia duga akan ditetapkan oleh pesaingnya. Dalam model ini, penjual tidak memperhitungkan bahwa pesaingnya akan bereaksi bila telah mengetahui harganya, jadi setiap penjual menganggap harga pesaingnya tetap.

SUMBERKarim, Adiwarman A., (2010), Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada

THANK YOUFollow Us On Twitter :

@syifaaa10@sitaahh

@MitaChandra@silmyamilia

@rizqitaqiyash#FiqiRafiqi

#SetiawanD#HilmiMuttaqien

#IndraAktivis#SyamirMisbah

Add Us As Your Friend on

Facebook :Syifa S. MukrimaaRositah Permana

Silmy AmiliaSetiawan DadanRafiqi Zulhilmi

Hilmi MuttaqienParamita Desy C.W.

Rizqita QiyashqiIndra Nugraha

(Misbah)

GOOD BYE