28

EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI
Page 2: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI
Page 3: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

PADA KARYAWAN

Rian Dwi Putra

[email protected]

Sumedi P. Nugraha

[email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine and examine how the relationship between self-

efficacy and anxiety in dealing with mutations in employees. The subjects in this

study were 80 employees. This study uses two scales, namely (a) scale of anxiety

scale facing mutations adapted from anxiety facing mutations from Gunawan

(2007) and (b) self-efficacy scale using a measure of self-efficacy from Juwita

(2017). The results of data analysis using Pearson product moment correlation

technique showed that there was a negative relationship between self-efficacy

variables to anxiety variables with a correlation value r = -0.284 with p = 0.011

(p <0.05), namely the higher the employee's self efficacy employees and

conversely the lower the self-efficacy of employees, the higher the mutation

anxiety in employees Based on the results of the study, the research hypothesis is

accepted

Keywords: anxiety, self-efficacy, employees

Page 4: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

PENGANTAR

Mutasi merupakan istilah yang sering muncul di dunia industri dan

organisasi. Menurut Hasibuan (Putri, 2016), mutasi adalah suatu perubahan

posisi / jabatan / tempat / pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal

maupun vertikal (promosi / demosi) di dalam satu organisasi. Mutasi tidak boleh

dilakukan secara sewenang-wenang, sebab bagi pekerja yang telah menanda-

tangani perjanjian kerja tertulis, telah disebutkan jabatan atau bagian kerja

penempatan dirinya, yang berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003, yang hanya dapat diubah apabila disetujui oleh pekerja

dan perusahaan. Oleh karenanya, ketentuan pengaturan mekanisme mutasi

haruslah dibuat secara terbuka, agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Meski demikian, perusahaan memiliki hak untuk memindahkan pekerja

dari suatu bagian ke bagian lain, atau dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau

dari suatu tempat kerja ke tempat kerja lain, dengan syarat umum yang biasa

diatur dalam perjanjian kerja, dikarenakan adanya suatu alasan mendesak,

seperti kesehatan pekerja, ketidakcakapan pekerja bekerja, berkurang atau

bertambahnya pekerjaan. Ada beberapa kasus mengenai mutasi yang terjadi

seperti terjadi Puluhan pekerja PT. Aneka Timber Furniture yang bergerak di

bidang pengolahan kayu, Kabupaten Gresik ini, Kamis (01/11/2018) melakukan

unjuk rasa akibat mutasi sepihak dan tanpa alasan yang dilakukan perusahaan

(panjinasional.net). Tidak hanya itu senin, 11 maret 2019 sebanyak 1125 pejabat

Page 5: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

eselon IV, III, II pada Pemerintah Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta memperoleh

mutasi. (detik news.com)

Mutasi memberikan dampak kecemasan pada karyawan yang akan

dimutasi. Kecemasan sebenarnya merupakan hal yang normal di dalam

kehidupan karena kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya

yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak

rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (Robichaud dan

Dugas , 2015). Menurut Prawirohusodo (Anita, 2014) rasa frustasi dan trauma

yang terus-menerus dialami dan tidak terkendalikan memunculkan kecemasan

dalam diri pekerja. Jika dibiarkan, maka hal tersebut dapat mempengaruhi

kondisi psikologi dan emosi karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2017) menemukan hasil

terdapat hubungan kecemasan dengan prestasi kerja. Semakin tinggi kecemasan

pada karyawan maka semakin rendah prestasi kerja, dan sebaliknya semakin

rendah kecemasan pada karyawan maka semakin tinggi prestasi kerja karyawan.

Oleh karena itu untuk menjaga dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja

karyawan diperlukan pengelolaan terhadap kecemasan.

Kecemasan merupakan sinyal psikopatologis yang muncul atas respons

terhadap stress. (Robinson dalam Hartono 2012). Sependapat dengan itu

menurut Batteson et, al, (2011) mengemukakan kecemasan merupakan suatu

sinyal yang berfungsi untuk memberikan peringatan dan mempersiapkan diri

individu dalam mendeteksi dan menghadapi suatu ancaman.

Page 6: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Penelitian skala besar yang dilakukan oleh Mortensen, (2014)

menjelaskan bahwa peningkatan level kecemasan normal dan nonklinis yang

meningkat dapat melemahkan sikap, perilaku, dan bahkan kinerja karyawan.

Orang yang cemas seringkali tidak puas dengan pekerjaan mereka. Jika itu

berlangsung, ketidakpuasan itu dapat memacu orang untuk mencari pekerjaan

lain dan akhirnya pergi. Kita juga tahu bahwa kecemasan menghambat cara kita

menangani pekerjaan kita. Orang yang cemas cenderung kurang percaya diri

bahwa mereka memiliki keterampilan yang efektif. Mereka lebih pesimis

tentang apa yang mereka lakukan akan membuat perbedaan. Dan, yang lebih

penting, mereka cenderung melakukan hal-hal yang produktif seperti

menetapkan tujuan dan mengukur diri sendiri terhadap mereka. Kemungkinan

hasil yang tragis. Orang mungkin menyerah. Mereka dapat gagal melakukan hal

yang benar karena mereka percaya itu tidak masalah. Dan, keputusasaan

mereka dapat menempatkan mereka di jalan menuju kinerja yang buruk, dan

mungkin kehilangan pekerjaan mereka.

Temuan lapangan yang peneliti temukan berdasarkan wawancara

dengan beberapa karyawan diketahui bahwa karyawan sebelumnya sudah

diberitahukan isu-isu mengenai adanya mutasi. Isu mutasi tersebut

semakin jelas kebenarannya, sehingga karyawan merasakan kecemasan

mengenai akan adanya mutasi ditempat mereka bekerja. Mereka merasa

gelisah, tertekan, khawatir, dan tegang mengenai isu-isu yang sudah mulai

terbukti kebenarannya terkait berita akan adanya mutasi

Kecemasan terjadi karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan seperti menurut Bandura (Safaria & Saputra,

Page 7: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

2009) yaitu efikasi diri dan outcome expectancy. Efikasi diri merupakan

asesmen individu terhadap kemampuannya dalam menghadapi situasi dan

outcome expectancy merupakan perkiraan individu terhadap kemungkinan

terjadi akibat-akibat tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Smith

(Atkinson, 2010) bahwa kecemasan adalah ketakutan tanpa adanya objek

yang jelas. Tanda-tanda kecemasan adalah dalam bentuk rasa khawatir dan

perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai

oleh ketidakpercayaan diri dalam menghadapi masalah. Perasaan tidak

percaya diri dalam menghadapi suatu masalah membuat seseorang

menjadi cemas dengan apa yang akan dihadapinya sehingga patut diduga

bahwa efikasi diri mempengaruhi kecemasan seseorang.

Begitu juga menurut Nevid, Rathus, & Greene (2005) faktor yang

memengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif dan faktor biologi.

Faktor kognitif kecemasan meliputi prediksi berlebihan terhadap rasa

takut, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih

terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal

sinyal tubuh, dan Efikasi diri yang rendah. Efikasi diri yang rendah

disebabkan karena seseorang percaya bahwa seseorang tidak punya

kemampuan untuk menanggulangi tantangan-tantangan penuh stres yang

seseorang hadapi dalam hidup, seseorang akan merasa makin cemas bila

seseorang berhadapan dengan tantangan-tantangan itu. Sebaliknya orang

yang mampu melakukan tugas tugasnya, seseorang itu tidak akan dihantui

oleh kecemasan, atau rasa takut bila seseorang itu berusaha melakukannya.

Page 8: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Orang dengan Efikasi diri yang rendah (kurang yakin pada

kemampuannya untuk melakukan tugas tugas dengan sukses) cenderung

untuk berfokus pada ketidakadekuatan yang dipersepsikan (Nevid, Rathus,

& Greene, 2005).

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Jason Thompson and

Rapson Gomez (2014), menjelaskan dimana interaksi antara komponen

evaluasi diri inti dari harga diri dan efikasi diri dan stresor ambiguitas

peran dan konflik peran di tempat kerja akan secara signifikan

berkontribusi pada prediksi depresi, kecemasan, dan stres. Tingkat depresi,

stres dan kecemasan yang lebih tinggi menghasilkan tingkat ketegangan

yang lebih tinggi di antara orang-orang dengan harga diri rendah dan

Efikasi diri, tetapi efek ini akan berkurang untuk orang-orang dengan

harga diri tinggi dan / atau Efikasi diri tinggi. Sependapat dengan itu,

Atmarini (2012), mengemukakan hasil penelitiannya, dimana kemampuan

dalam menghadapi situasi akan berpengaruh terhadap besarnya tekanan

dan kecemasan yang dialami seseorang pada situasi yang mengancam.

Semakin tinggi Efikasi diri yang dimiliki individu, maka akan semakin

percaya bahwa dirinya mampu mengatasi situasi yang mengancam

sehingga tidak merasa cemas dan tidak merasa terganggu oleh situasi yang

menurutnya mengancam. Begitu sebaliknya, jika individu tidak yakin

dapat mengatasi situasi yang menurutnya mengancam serta tidak yakin

dengan kemampuannya sendiri maka mengalami kecemasan tinggi.

Page 9: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Efikasi diri yang tinggi membantu membuat perasaan tenang dalam

mendekati tugas dan kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang

meragukan kemampuan dirinya, mereka bisa percaya bahwa sesuatu itu

lebih sulit daripada sebenarnya (dalam Mukhid, 2009). Baron dan Byrne

(2004) mengungkapkan bila individu memiliki keyakinan diri mengenai

kemampuanya dalam menghadapi kecemasan, tubuh akan menghasilkan

obat alami dan aman, yang dapat menurunkan kecemasan dan

meningkatkan prestasi. Orang yang yakin dirinya mampu dalam

menghadapi lingkunganya, maka ketika situasi dan lingkungan yang

sedang dihadapi menekan individu tersebut, individu akan merasa tenang

dan tidak khawatir, serta dapat berfikir jernih (Baron & Byrne, 2004).

Upaya mengatasi kecemasan terhadap mutasi kerja salah satuya

adalah individu atau karyawan harus memiliki karakteristik kepribadian

yang mampu dijadikan sebagai salah satu pertahanan psikologis mengatasi

kecemasan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Ambarwati, (2003)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa seseorang harus memiliki

keyakinan bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang

dibutuhkan dalam suatu tugas. Keyakinan tersebut menentukan seberapa

besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap

bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak

menyenangkan. Apabila kesulitan dialami oleh individu yang meragukan

kemampuannya, maka usaha-usaha untuk mengatasinya akan mengendur

atau bahkan dihentikan

Page 10: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Menurut Fadlilah, (2010) Efikasi diri adalah penilaian kognitif

yang kompleks tentang kemampuan individu di masa mendatang untuk

mengorganisasikan dan memilih tindakan yang di butuhkan untuk

mencapai tujuan tertentu. Efikasi diri menekankan pada komponen

kepercayaan diri yang di miliki oleh seorang dalam menghadapi situasi

yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat di ramalkan,

atau sering kali penuh tekanan (Fadlilah, 2010). Efikasi diri yang kuat

dalam diri individu mendasari pola pikir, perasaan dan dorongan dalam

dirinya untuk merefleksikan segenap kemampuan yang ia miliki. Efikasi

diri mengarahkan individu untuk memahami kondisi dirinya secara

realistis, sehingga ia mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan

yang di inginkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Efikasi diri juga

memberikan pijakan yang kuat bagi individu untuk pengevaluasian dirinya

agar mampu menghadapi tuntunan pekerjaan dan persaingan yang dinamis

(Fadlilah, 2010). Bandura (1997), mendefinisikan efikasi diri adalah

keyakinan individu dalam kemampuannya sendiri untuk mengatur dan

menerapkan tindakan untuk menghasilkan pencapaian dan hasil yang

diinginkan. Efikasi diri adalah penilaian kognitif yang kompleks tentang

kemampuan individu dimasa mendatang untuk mengorganisasikan dan

memilih tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu. Efikasi

diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh

seorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung

Page 11: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

kekaburan, tidak dapat di ramalkan, atau sering kali penuh tekanan

(Fadlilah, 2010).

Efikasi diri merupakan salah satu prediktor dalam mempengaruhi

tingkat kecemasan. Seperti penelitian Susilowati (2012) menjelaskan ada

hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan. Individu dengan

efikasi diri yang tinggi merupakan modalitas individu untuk menekan

kecemasan mutasi kerja, sehingga berdampak terhadap kemampuan dan

peluang untuk berhasil ketika mencoba untuk menyelesaikan suatu tugas.

Karyawan yang memiliki efikasi diri tinggi menilai diri mereka memiliki

kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, sedangkan mereka

memiliki efikasi diri rendah merasa tidak yakin mampu berkinerja baik

(Luszczynska, 2005).

Berdasarkan permasalahan dan uraian singkat keterkaitan antara

kedua variabel dan hasil dari wawancara yang peneliti lakukan, maka

muncul pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan

antara efikasi diri dan kecemasan menghadapi mutasi pada karyawan?”

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data berbentuk skala.

Jenis skala yang diigunkaan dalam penelitian ini yaitu skala kecemasan

dan skala efikasi diri. Skala kecemasan pada penelitian ini menggunakan

alat ukur yang peneliti modifikasi dari skala kecemasan menghadapi

mutasi dari Gunawan (2007) berdasarkan aspek Seligman (2001) dan

Page 12: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Robinson (2006). yang mengukur 4 aspek kecemasan yaitu psikologis,

somatic, kognitif, dan motorik. Skala kecemasan dalam penelitian ini

berjumlah 28 aitem pernyataan yang terdiri dari 16 aitem pernyataan

favourable dan 12 aitem pernyataan unfavourable.

Skala Efikasi Diri pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang

di adaptasi dari skala efikasi diri Bandura (Juwita, 2017) yang mengukur 3

aspek efikasi diri antara lain: level, strength, dan generality. Skala efikasi

diri dalam penelitian ini berjumlah 45 aitem pernyataan yang terdiri dari

28 aitem pernyataan favourable dan 17 aitem pernyataan unfavourable.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam

menghadapi mutasi pada karyawan. Metode analisis data dalam penelitian

ini adalah analisis statistik dengan bantuan Program Statistical Product

And Service Solution (SPSS) ver. 23.0 for windows. Adapun analisis

statistik yang akan dilakukan yaitu uji validitas dan reliabilitas skala, uji

normalitas menggunakan kolgoromonov smirnov, uji linieritas dengan

anova dan uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment

correlation.

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Responden Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 80

responden dari karyawan. Adapun gambaran umum mengenai

responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 13: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Tabel 1

Deskripsi subjek berdasarkan kategori jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 62 77,2 %

Perempuan 18 22,8 %

Total 80 100 %

Tabel 2

Deskripsi subjek berdasarkan kategori masa kerja

Lama kerja Jumlah Persentase

< 5 tahun 9 11,25 %

5 tahun – 10

tahun

50 62,5 %

> 10 tahun 21 26,25 %

Total 80 100 %

Tabel 3

Deskripsi subjek berdasarkan kategori usia

Usia Jumlah Persentase

25 - 30 tahun 30 37,5 %

31 – 35 tahun 29 36,25 %

36 – 40 tahun 15 18,75 %

41 – 45 tahun 3 3, 75 %

> 46 3 3, 75 %

Total 80 100%

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, dapat diketahui deskripsi

data hasil penelitian yang menunjukkan skor hipotetik dan skor empirik.

Kedua skor tersebut masing-masing mencakup skor maksimal, skor

minimal, rerata dan standar deviasi pada masing-masing skala

penelitian. Deskripsi data penelitian dapat dilihat pada table berikut:

Page 14: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Tabel 8

Persentil kategorisasi

Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Kecemasan menghadapi mutasi

28 112 70 14 40 110 85,8 10,15

Efikasi Diri 42 168 105 21 57 150 106,06 18,79

Berdasarkan data hasil penelitian, skor skala kecemasan

menghadapi mutasi dan skala efikasi diri akan dikategorisasikan untuk

mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Hasil dari penelitian ini

dikategorisasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah dan sangat rendah. Jenjang kategori ini bertujuan untuk

menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah

menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012).

Kriteria skala yang dibuat didasarkan pada rumus norma berikut ini :

Tabel 9

Kriteria Kategorisasi

Kategori Rumus Norma

Sangat Rendah X ≤ M – 1,5SD

Rendah M – 1,5SD < X ≤ M – 0,5SD

Sedang M – 0,5SD < X ≤ M + 0,5SD

Tinggi M + 0,5SD < X ≤ M + 1,5SD

Sangat Tinggi M + 1,5SD < X

Page 15: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Keterangan Tabel :

X = Skor Total

µ = Rerata (mean) hipotetik

σ = Deviasi standar (SD) hipotetik

Berdasarkan norma kategorisasi yang telah disebutkan

sebelumnya, maka subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam

lima kategorisasi pada masing-masing variabel. Kategori subjek

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 10

Kategorisasi subjek pada variabel kecemasan menghadapi mutasi

Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase

91 < X Sangat Tinggi 17 21,25 77 < X ≤ 91 Tinggi 54 67,5% 63 < X ≤ 77 Sedang 8 10% 49 < X ≤ 63 Rendah 0 0

X ≤ 49 Sangat Rendah 1 1,25% TOTAL 100 100%

Pada tabel, terlihat bahwa skor kecemasan menghadapi mutase

subjek penelitian yang berada pada kategori sangat tinggi dengan

persentase 21,25% sebanyak 17 orang, tinggi dengan persentase 67,5%

sebanyak 54 orang, sedang dengan persentase 10% sebanyak 8 orang,

rendah dengan tidak ada, dan sangat rendah dengan persentase 1,25%

sebanyak 1 orang. Jadi kategori tertinggi pada kategori tinggi dengan

persentase 67,5% sebanyak 54 orang.

Tabel 11

Kategorisasi subjek pada variabel efikasi diri

Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase

136,5 < X Sangat Tinggi 4 5%

115,5 < X ≤ 136,5 Tinggi 21 26,25%

94,5 < X ≤ 115,5 Sedang 33 41,25%

Page 16: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

73,5 < X ≤ 94,5 Rendah 18 22,5%

X ≤ 73,5 Sangat Rendah 4 5%

TOTAL 80 100%

Pada tabel, terlihat bahwa skor efikasi diri subjek penelitian

yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 5%

sebanyak 4 orang, tinggi dengan persentase 26,25% sebanyak 21 orang,

sedang dengan persentase 41,25% sebanyak 33 orang, rendah dengan

kategori 22,5% sebanyak 18 orang, dan sangat rendah dengan

persentase 5% sebanyak 4%. Jadi kategori tertinggi pada kategori

sedang dengan persentase 41,25% sebanyak 3 orang.

3. Uji Asumsi

Uji asumsi ini dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji asumsi

dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.

Hasil dari uji normalitas dan uji linearitas menunjukan data

terdistribusi normal atau tidak dan memiliki hubungan yang liner

atau tidak antara variable tergantung dan variable bebas. Setelah uji

normalitas dan linearitas sudah dilakukan maka selanjutnya uji

hipotesis untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

sebaran data variabel bebas dan variabel tergantung berditribusi

normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila nilai

p>0,05 sedangkan apabila p<0,05, maka distribusi dikatakan

tidak normal. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas

Page 17: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

dengan menggunakan menggunakan teknik Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 22.0 for Windows.

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas

Variabel Statistic Sig. (p) Keterangan

Kecemasan 1,245 0.090 Normal

Efikasi diri 0,771 0.592 Normal

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel efikasi

diri diperoleh p= 0.592 yang menunjukkan bahwa distribusi data

normal dan variabel kecemasan diperoleh p= 0.090 yang

menunjukkan bahwa distribusi data normal. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa data bersifat normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

efikasi diri memiliki hubungan yang linear dengan variabel

kecemasan. Kedua variabel dikatakan linear jika p<0,05 dan

sebaliknya. Berikut tabel hasil uji linearitas.

Tabel 10

Hasil Uji Linearitas

Variabel F P Ket.

Kecemasan*

Efikasi Diri

F Linearity 6,387 0.017 Linear

F Deviation

from Linearity

0,895 0,643

Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa efikasi diri dengan

kecemasan linier dengan F Linierity= 6,387 dan p= 0,017 (p<0.05).

Page 18: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis,

apakah ada hubungan negatif antara efkasi diri dengan kecemasan.

Pembuktian uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan, teknik

korelasi product moment dari pearson dimana korelasi ini

digunakan jika linearitas terpenuhi dan sebaran data normal.

Hipotesis diterima jika nilai p lebih kecil dari 0.05 (p<0.05).

Berikut tabel hasil uji hipotesis:

Tabel 11

Hasil Uji Hipotesis

Variabel R p

Efikasi diri*Kecemasan -0,284 0,011

Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan koefisien

korelasi r= -0,284 dengan p= 0.011 (p<0.05), menunjukkan

bahwa ada hubungan negatif antara variabel efikasi diri terhadap

variabel kecemasan. Semakin tinggi efikasi diri karyawan maka

semakin rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya

semakin rendah efikasi diri karyawan maka semakin tinggi

kecemasan mutasi pada karyawan. Dengan demikian, hipotesis

yang diajukan dalam penelitian diterima.

Tabel 12

Page 19: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Sumbangan Efektif

Variabel R R Squared

Efikasi Diri dan -0,284 0,080

Kecemasan

Sumbangan efektif variabel efikasi diri terhadap kecemasan

dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R squared) yakni

sebesar 0.080. Artinya, variabel efikasi diri memberikan sumbangan efektif

sebesar 8% terhadap variabel kecemasan..

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji hubungan

antara efikasi diri terhadap kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel efikasi diri dan

kecemasan. Didapatkan koefisien korelasi r= -0,284 dengan p=

0.011(p<0.05). Nilai korelasi bernilai negatif menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif, sedangkan nilai signikansi p=0.011(p<0.05)

menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara efikasi diri dan

keemasan. Hasil tersebut menyatakan bahwa hipotesis adanya hubungan

negatif antara efikasi diri dan kecemasan dapat diterima. Hubungan ini

bermakna bahwa semakin tinggi efikasi diri karyawan maka semakin

rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya semakin rendah

efikasi diri karyawan maka semakin tinggi kecemasan mutasi pada

karyawan.

Hasil uji hipotesis yang dilakukan sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Dewi (2017), dimana berdasarkan hasil yang

Page 20: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa adanya pengaruh

negatif efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi dengan taraf

signifikansi (p) antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mutasi

adalah 0,033. Karena taraf signifikan (p) sebesar 0,033 < 0,05, hal ini

menunjukkan bahwa Ho ditolak pada taraf signifikan (p) < 0,05. Hipotesis

diterima bahwa terdapat pengaruh efikasi diri terhadap tingkat kecemasan

menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil KPP Pratama Lubuk

Pakam.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan mengahdapi mutasi

seperti menurut Maddux (Dewi, 2017) menyatakan bahwa kecemasan

dapat dipengaruhi oleh efikasi diri. Seseorang yang memiliki tingkat

efikasi diri yang tinggi akan memiliki kemampuan diri lebih baik, lebih

dapat mempengaruhi situasi dan dapat menggunakan kemampuan yang

dimilikinya dengan baik sehingga individu tidak merasa terancam dan

aman. Begitu juga menurut Nevid, Rathus, & Greene (2005) faktor yang

memengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif dan faktor biologi.

Faktor kognitif kecemasan meliputi prediksi berlebihan terhadap rasa

takut, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih

terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal

sinyal tubuh, dan Efikasi diri yang rendah. Efikasi diri yang rendah

disebabkan karena seseorang percaya bahwa seseorang tidak punya

kemampuan untuk menanggulangi tantangan-tantangan penuh stres yang

seseorang hadapi dalam hidup, seseorang akan merasa makin cemas bila

Page 21: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

seseorang berhadapan dengan tantangan-tantangan itu. Sebaliknya orang

yang mampu melakukan tugas tugasnya, seseorang itu tidak akan dihantui

oleh kecemasan, atau rasa takut bila seseorang itu berusaha melakukannya.

Orang dengan Efikasi diri yang rendah (kurang yakin pada

kemampuannya untuk melakukan tugas tugas dengan sukses) cenderung

untuk berfokus pada ketidakadekuatan yang dipersepsikan (Nevid, Rathus,

& Greene, 2005).

Berdasarkan hal tersebut efikasi diri mempengaruhi akan tingkat

kecemasan individu. Seperti menurut Feist & Feist (2000) mengemukakan

bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka

biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang

memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan dan

menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin tinggi efikasi diri

pegawai maka tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi semakin

rendah, begitu pula sebaliknya semakin rendah efikasi diri pegawai maka

tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi juga akan semakin tinggi

Sedangkan berdasarkan kategorisasi yang didapatkan dari hasil

norma persentil diketahui bahwa presentasi terbesar dari kecemasan

responden berada pada kategorisasi tinggi yaitu sebanyak 18 orang atau

22,5%, sedangkan efikasi diri responden tertinggi berada pada kategori

rendah yaitu sebanyak 18 orang atau 22,5%.

Page 22: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Begitu juga didapatkan sumbangan efektif variabel efikasi diri

terhadap kecemasan dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi

(R squared) yakni sebesar 0.080. Artinya, variabel efikasi diri memberikan

sumbangan efektif sebesar 8% terhadap variabel kecemasan

Secara keseluruhan penelitian ini berjalan dengan baik namun tidak

lepas dari kelemahan-kelemahan yang ada. Kelemahan dalam penelitian

ini yaitu dalam proses pengambilan data tidak adanya pengawasan yang

dilakukan oleh peneliti, sehingga terdapat kemungkinan faking good

dalam pengisian dant erdapat kemungkinan juga ketidaksesuaian dengan

keadaan sebenarnya. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi evaluasi

untuk penelitian berikutnya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel efikasi diri

terhadap variabel kecemasan. Semakin tinggi efikasi diri karyawan maka

semakin rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya semakin

rendah efikasi diri karyawan maka semakin tinggi kecemasan mutasi pada

karyawan.

SARAN

a. Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil kategorisasi didapatkan kecemasan

karyawan berada pada kategori tinggi dan efikasi berada pada

Page 23: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

kategori rendah. Oleh karena itu, disarankan pihak perusahaan

untuk melakukan sosialisasi jauh sebelum mutasi dilakukan dan

perllu adanya bimbingan untuk dapat mengurangi kecemasan pada

karyawan terkait perihal mutasi, serta perlu adanya pemberian atau

penguatan motivasi pada karyawan agar dapat meningkatkan

efikasi dirinya ntuk menurunkan kecemasan menghadapi mutasi.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan

jumlah subjek yang lebih banyak. Selain itu penelitian selanjutnya

diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lainnya seperti

variabel dukungan organisasi, kepuasasn kerja, komitmen

karyawan dan lainnya. Diharapkan juga tidak hanya satu

perusahaan namun memakai perbandingan dua atau tiga

perusahaan dengan bidang industri yang berbeda sebagai

pembanding sehingga dapat lebih mendalam membahas mengenai

efikasi diri maupun kecemasan menghadapi mutasi.

Page 24: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

DAFTAR PUSTAKA

Anita, I.W. (2014). Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Kemampuan

Koneksi Matematika Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi

Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 3(1).

Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan

Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Iniversitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Atkinson, R.L, R.C. Atkinson dan E.R, Hielgard. (2010). Pengantar psikologi

Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New York: Freeman and

Company.

Bateson, M., Brilot, B., dan Nettle, D. (2011). Anxiety: An Evolutionary

Approach. Review Article The Canadian Journal of Psychiatry. 56(12).

https://doi.org/10.1177/070674371105601202.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Destyani, A. R., dan Sulistyarini, R. I. (2018). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke. Skripsi. Fakltas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Fadlilah, N. (2010). Hubungan Antara Self-efficacy Dengan Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Semester VII Prodi Psikologi

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tesis. UIN Sunan

Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/8401.

Ghonsooly, B. & Elahi, M. (2010). Learners' Self-efficacy in Reading and Its

Relation to Foreign Language Reading Anxiety and Reading

Achievement. Journal of English Language Teaching and Learning,

53(217), 45-67.

Page 25: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Goulao, M.D.F. (2014). The Relationship between Self-Efficacy and Academic

Achievement in Adults’ Learners. Athens Journal of Education. 1(3).

https://doi.org/10.30958/aje.1-3-4.

Gunawan, A. (2007). Hubungan antara Kecemasan Terhadap isu PHK dengan

motivasi kerja pada karyawan tetap dan kontrak PT UNITEX Tbk Bogor.

Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah.

Jakarta.

Halat, E. Dan Ates, C. (2016). The Impacts Of Anxiety And Self-Efficacy Beliefs

Of Students On The Achievement Levels About Reading And

Interpretation Of Graphs. The Eurasia Proceedings of Educational &

Social Sciences (EPESS), 4, 367-371.

Hartono, D. W. (2012). Pengaruh Self-Efficacy (Efikasi Diri) Terhadap Tingkat

Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Skripsi.UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret

Heale, R dan Twycross, A. (2015). Validity and Reliability in Quantitative

Research. Evidence Based Nursing, 18(3):66-67

Juwita, S. (2017). Hubungan Antara Efikasi Diri Bekerja Dan Ketidakamanan

Bekerja Pada Karyawan Kontrak Di Pt. Rapp. Skripsi. Fakultas Psikologi

Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan

Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. 17-35.

Kliemann, N., Wardle, J., Johnson, F., dan Croker, H. (2016). Reliability and

Validity of a Revised Version of the General Nutrition Knowledge

Questionnaire. European Journal of Clinical Nutrition. 70, 1174-1180

Luszczynska, A., Gutiérrez-Doña, B., & Schwarzer, R. (2005). General self-

efficacy in various domains of human functioning: Evidence from five

countries. International Journal of Psychology. 40(2), 80-89.

http://dx.doi.org/10.1080/00207590444000041.

Matondang, Z. (2009). Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.

Jurnal Tabularasa Pps Unimed..6(1).

Meichati, SM. (1983). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi UGM.

Mortensen, R. (2014). Anxiety, work, and coping. The Psychologist-Manager

Journal, 17(3), 178-181. http://dx.doi.org/10.1037/mgr0000020.

Page 26: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Mukhid, A. (2009). Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan

Implikasinya terhadap Pendidikan). Jurnal Tadris , 4 (1), 108-119.

Musfir Az-Zahrani. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

Oluwatayo, J.A. (2012). Validity and Reliability Issues in Educational Research.

Journal of Education and Social Research 2(2)

Pajares, F., & Schunk, D. H. (2001). Self-beliefs and school success: Self-efficacy,

self-concept, and and school achievement. In R. J. Riding & S. G. Rayner

(Eds.), International perspectives on individual differences, 2. Self

perception (pp. 239-265). Westport, CT, US: Ablex Publishing.

Putri, G.F. (2016). Pengaruh Mutasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Operasional Di Vio Cihampelas Hotel Bandung. Skripsi (tidak

diterbitkan). Program Studi Administrasi Hotel Jurusan Hospitaliti

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Qudsy, H., dan Putri, M. I. (2016). Self-Efficacy And Anxiety Of National

Examination Among High School Students. Procedia - Social and

Behavioral Sciences. 217, 268 – 275.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.02.082

Robichaud, M., dan Dugas, M.J. (2015). The Generalized Anxiety Disorder

Workbook: A Comprehensive CBT Guide For Coping With Uncertainty,

Worry, And Fear. Oakland, CA : New Harbinger Publications

Robinson, J. P., Shaver, P. R., & Wrightsman, L. S. (1991). Measures of

personality and social psychological attitudes. California: Academic

Press

Seligman, M. E. P., Walker, E. F., & Rosenhan, D. L. (2001). Abnormal

psychology (4th ed.). New York: W.W. Norton

Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas

Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Susilowati, R. (2012). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Dalam

Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Tahmassian, K dan Moghadam, N. J. (2011). Relationship Between Self-Efficacy

and Symptoms of Anxiety, Depression, Worry and Social Avoidance in a

Normal Sample of Students. Iran Journal Psychiatry Behavior Scientic.

5(2) : 91-98.

Page 27: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Wang, J., Zhang, D., Shao, D. (2010). Group training on the improvement of

collage students’ career decision-making self-efficacy. Jurnal Ilmiah

Psikologi, 02, (06), 551-556.

Wijayanti, Woro D dan Amir, M. (2017) Hubungan Antara Kecemasan Dengan

Prestasi Kerja Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar. Thesis,

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Page 28: EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI

Identitas Penulis

Nama : Rian Dwi Putra

Alamat Penulis : Griya Sukoharjo mo. 01 Ds. Gemutri rt 01/07

Kel. Sukoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman,

Yogyakarta

Nomer HP : 082112381486

Email : [email protected]