96
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN

PARIWISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI

JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 2: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 3: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas

Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di

Jagakarsa, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Ridho Pangestu Adhitio Risali

NIM I34120136

Page 4: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 5: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

ABSTRAK

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI. Efektivitas Komunikasi

Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta

Selatan. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.

Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) merupakan salah satu kawasan

wisata alam dan budaya di Jakarta yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan

masyarakat Betawi. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung,

pengelola PB Betawi melakukan aktivitas komunikasi pemasaran kepada calon

wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas komunikasi

yang telah dilakukan pengelola PB Betawi kepada khalayaknya, yaitu wisatawan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai dan

pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sumber informasi yang efektif untuk menyampaikan

informasi pariwisata PB Betawi adalah saluran interpersonal (keluarga, kerabat,

teman, rekan kerja, dan tetangga). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa dari mulai tahapan perhatian, ketertarikan, minat, dan tindakan, aktivitas

komunikasi pemasaran hanya efektif pada tingkat tindakan.

Kata kunci: Efektivitas, Pariwisata, Perkampungan Budaya Betawi

ABSTRACT

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI. The Effectiveness of Tourism

Development Communication Betawi Cultural Village in Jagakarsa, South Jakarta.

Supervised by SUTISNA RIYANTO.

Betawi Cultural Village (PB Betawi) is one of natural and cultural

attractions in Jakarta that aims to preserve the culture of Betawi community . To

increase the number of tourists, manager of PB Betawi perform marketing

communication activities to prospective tourists. The purpose of this research was

to analyze the effectiveness of communication that have been made by manager of

PB Betawi to its audiences, which is tourist. This research uses a quantitative

approach through survey method and qualitative approach through in-depth

interviews. The results showed that the effective sources to deliver PB Betawi

tourism information is interpersonal channels (family, relatives, friends, coworkers,

and neighbors). Moreover, the results also showed that start from stages of

attention, interest, interest, and action, marketing communication activities only

effective on the level of action.

Keywords: Efectiveness, Tourism, Betawi Cultural Village

Page 6: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 7: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI JAGAKARSA, JAKARTA

SELATAN

Ridho Pangestu Adhitio Risali

I34120136

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 8: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 9: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 10: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 11: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu WaTa’ala

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi berjudul “Efektivitas Komunikasi Pengembangan

Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan” ini

dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Sutisana Riyanto,

MS sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses

penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Ibu Ir Siti Sugiah Mugniesyah, MS dan Bapak Martua Sihaloho

SP, MS selaku dosen penguji dan dosen perwakilan departemen yang telah

memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan skripsi. Lalu ucapan terima

kasih penulis ucapkan kepada pihak PB Betawi dan responden yang tidak bisa

disebutkan satu persatu karena telah membantu dan bekerjasama dengan baik

selama proses pembuatan skripsi dari mulai penyusunan proposal penelitian sampai

dengan pelaksanaan penelitian.

Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua

tersayang Bapak Sutiyono dan Ibu Salimah, serta seluruh keluarga besar yang telah

memberikan dukungan, bantuan, dan doa bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Falah, Kevin, Fevi, Zahra, Faris, Syifa

dan teman-teman SKPM 49, Kabinet HIMASIERA yang namanya tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu, yang bersedia menjadi teman berdiskusi, saling

bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan dan

penyelesaian skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2016

Ridho Pangestu Adhitio Risali

NIM. I34120136

Page 12: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 13: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 3

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Pariwisata 5

Komunikasi Pengembangan Pariwisata 7

Khalayak Komunikasi Pengembangan Pariwisata 8

Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata 8

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis 12

PENDEKATAN LAPANG 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu 13

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 13

Teknik Pengumpulan Data 14

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Letak dan Geografis 19

Sejarah Perkampungan Budaya Betawi 19

Pengorganisasian Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi 20

Fasilitas dan Sarana Penunjang Perkampungan Budaya Betawi 22

Objek Wisata di Kawasan PB Betawi 23

Saluran Komunikasi Promosi PB Betawi 25

PROFIL KARAKTERISTIK WISATAWAN PB BETAWI 29

Karakteristik Wisatawan Perkampungan Budaya Betawi 29

Page 14: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Umur 30

Pekerjaan 30

Pendidikan 31

Jangkauan Geografis 32

Pendapatan 32

Etnis 33

Motivasi berkunjung 34

Tingkat Hubungan Interpersonal 35

Tingkat Akses terhadap Media Massa 35

Tingkat Partisipasi Sosial 36

KETERDEDAHAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA 39

Tingkat Keragaman Sumber Informasi PB Betawi 39

Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi PB Betawi 41

Tingkat Penerimaan Isi Pesan 43

Hubungan Antara Karakteristik Wisatawan PB Betawi Dengan

Keterdedahan Komunikasi Pengembangan Pariwisata 45

Hubungan umur dengan tingkat penerimaan isi pesan 46

Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi

PB Betawi 47

Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi

PB Betawi 47

Hubungan jenis motivasi berkunjung dengan keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata 48

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA 53

Indikator Efektivitas 53

Tingkat Perhatian 54

Tingkat Ketertarikan 55

Tingkat Minat 57

Tingkat Tindakan 58

Hubungan Antara Keterdedahan dengan Efektivitas Komunikasi 59

Hubungan tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi dengan tingkat

tindakan 60

Hubungan tingkat keterdedahan informasi PB Betawi dengan tingkat minat

62

Hubungan tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi dengan

tingkat tindakan 62

Hubungan tingkat penerimaan isi pesan dengan tingkat tindakan 63

Page 15: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Hubungan Antara Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi 64

Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat minat 65

Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat tindakan 65

Hubungan Antara Pesan Komunikasi Pariwisata Dengan Efektivitas

Komunikasi 66

Hubungan pesan atraksi dengan tingkat tindakan 67

SIMPULAN DAN SARAN 69

Simpulan 69

Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 71

DAFTAR TABEL

1. Hasil uji reliabilitas kuesioner Efektivitas Komunikasi

Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di

Jagakarsa, Jakarta Selatan

15

2. Jumlah dan persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan karakteristik wisatawan bulan Mei 2016

29

3. Persentase wisatawan PB Betawi berdasarkan tingkat keterdedahan

informasi bulan Mei 2016

39

4. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan keterdedahan sumber informasi bulan Mei 2016

42

5. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan jenis informasi bulan Mei 2016

44

6. Nilai koefisien korelasi antara karakteristik wisatawan dengan

keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata di

Perkampungan Budaya Betawi

45

7. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan umur dan tingkat

penerimaan isi pesan

46

8. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat pendidikan

dan tingkat keragaman sumber informasi

48

9. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan efektivitas komunikasi

53

10. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata dengan efektivitas komunikasi di

Perkampungan Budaya Betawi

60

11. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keragaman

sumber informasi dan tingkat tindakan

61

12. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat minat

62

13. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat tindakan

63

14. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat penerimaan isi

pesan dan tingkat tindakan

64

Page 16: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

15. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan saluran komunikasi

dengan efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

65

16. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan pesan pariwisata dengan

efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

66

DAFTAR GAMBAR

1. Model Komunikasi SMCRE Rogers dan Shoemaker (1971) 7

2. Model Hierarkhi Tanggapan Mackay (2005) 9

3. Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Studi Efektivitas

Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya

Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

11

4. Struktur kepengurusan Forum Pengkajian Pembangunan PB Betawi

2014

21

5. Rata-rata frekuensi keterdedahan media massa wisatawan PB Betawi

bulan Mei 2016

35

6. Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

kegiatan sosial bulan Mei 2016

37

7. Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

sumber informasi bulan Mei 2016

40

8. Rataan skor tingkat perhatian produk wisata PB Betawi 54

9. Rataan skor tingkat ketertarikan produk wisata PB Betawi 56

10. Rataan skor tingkat minat produk wisata PB Betawi 57

11. Rataan skor tingkat tindakan produk wisata PB Betawi 58

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal kegiatan penelitian 74

2. Peta lokasi penelitian 75 3. Daftar nama responden 76

4. Dokumentasi Penelitian 77

Page 17: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Berbagai fasilitas

tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam dan kekayaan budaya Indonesia

yang berlimpah. Berdasarkan laporan Bappenas 2016, Indonesia memiliki

kekayaan flora sekitar 109 ribu jenis tumbuhan dan kekayaan fauna sekitar 22 ribu

jenis hewan. Selain itu, BPS (2015) melaporkan bahwa etnik atau suku bangsa yang

berada di Indonesia jumlahnya adalah 1330 kategori etnik/suku bangsa.Tujuan

pengembangan pariwisata di berbagai daerah di Indonesia secara umum sangat

menguntungkan, antara lain untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa

cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat.

Upaya Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan pariwisata telah

mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan tersebut

ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi

Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2015), pada periode 2010-

2014 jumlah wisatawan asing mengalami peningkatan yang awalnya sekitar 7 juta

wisatawan menjadi sekitar 9,5 juta wisatawan, atau dalam kurun waktu 4 tahun

terdapat peningkatan sebanyak 22,3 persen. Kondisi tersebut diikuti oleh

meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap devisa negara. Data

Kemenparekraf Indonesia menunjukkan bahwa sektor pariwisata Indonesia pada

periode 2011- 2013 mengalami peningkatan yang awalnya sebanyak 8,5 juta dolar

AS menjadi 10 juta Dolar AS. Dalam kurun waktu 4 tahun, sektor ini telah

menyumbang lebih dari 27 juta Dolar AS terhadap devisa negara. Hal tersebut

menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor yang menempati urutan keempat

setelah sektor minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit dalam

kontribusi terhadap devisa negara.

Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia merupakan pusat kegiatan

pemerintahan dan aktivitas bisnis berlangsung. Hal tersebut menjadikan kota ini

menjadi pusat aktivitas ekonomi dan juga politik negara Indonesia. Banyaknya

aktivitas yang terpusat di ibukota berakibat pada meningkatnya jumlah migran di

ibukota. BPS (2015) melaporkan bahwa pada periode tahun 2000–2010 penduduk

yang bermigrasi seumur hidup ke kota DKI Jakarta mengalami kenaikan sejumlah

500 ribu jiwa. Akibatnya Jakarta menjadi kota terpadat penduduknya di Indonesia

dengan kepadatan penduduk sebanyak 15 ribu jiwa/km2 (BPS 2015). Fenomena ini

sesuai dengan pernyataan Radcliffe (1956) yang dikutip oleh Nasdian (2014)

mengenai Great Tradition dan Litte Tradition dimana Jakarta menjadi pusat

kebudayaan dan daerah lainnya menginduk pada budaya kota tersebut.

Meningkatnya migran ke Jakarta berpengaruh pada meningkatnya heterogenitas

penduduk Jakarta. Kondisi tersebut, bersamaan dengan meningkatnya masyarakat

Betawi yang menjual lahannya kepada pemerintah untuk proyek pembangunan

membuat masyarakat dan juga kebudayaan asli Betawi terpinggirkan. Oleh karena

Page 18: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

2

itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jakarta membuat sebuah kawasan di

mana terkonsentrasi masyarakat Betawi di wilayah Setu Babakan yang bertujuan

untuk melestarikan kebudayaan masyarakat Betawi sekaligus memperkenalkan

budaya Betawi kepada masyarakat etnik lainnya di Indonesia ataupun wisatawan

asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang

ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 tahun

2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi).

Dengan demikian, Setu Babakan bukan hanya berfungsi sebagai daerah resapan air,

melainkan juga menjadi salah satu kawasan PB Betawi sehingga fungsinya

bertambah sebagai destinasi wisata alam dan budaya betawi.

Pengelola PB Betawi dalam mengembangkan kawasan wisatanya selalu

memberikan inovasi-inovasi baik dalam bentuk infrastruktur, atraksi wisata,

maupun pelayanan. Selain itu, agar dikenal oleh wisatawan domestik maupun asing,

pengelola PB Betawi tersebut berupaya melakukan promosi melalui beragam media

untuk memberi informasi dan memersuasi calon wisatawan untuk berkunjung ke

PB Betawi. Proses promosi sebenarnya adalah penyampaian pesan yang merupakan

bagian dari proses komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Kotler dan Keller

(2006) bahwa promosi merupakan proses komunikasi suatu perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan sekarang, dan yang akan datang serta masyarakat.

Dewasa ini terdapat sejumlah penelitian berkenaan proses komunikasi,

khususnya promosi dalam pengembangan pariwisata, diantaranya dilakukan oleh

Sangkaeng et al. (2015) dan Oktavian (2013). Hasil penelitian Sangkaeng et al.

yang berjudul “Pengaruh Citra, Promosi dan Kualitas Pelayanan Objek Wisata

Terhadap Kepuasan Wisatawan di Objek Wisata Taman Laut Bunaken Sulawesi

Utara” menemukan fakta bahwa promosi atau komunikasi pemasaran berpengaruh

positif terhadap kepuasan wisatawan. Di dalam penelitiannya Sangkaeng et al.

menggunakan pendekatan promosi dan kepuasan wisatawan yang berfokus kepada

kepuasan penerima pesan terhadap aktivitas promosi yang diterimal. Namun

demikian, Sangkaeng et al. mengabaikan faktor-faktor kharakteristik wisatawan

yang mempengaruhi kepuasan wisatawan ketika berkunjung. Selain itu, penelitian

Sangkaeng et al. tidak memandang kepuasan wisatawan terhadap aktivitas promosi

sebagai sebuah proses dari mulai penerimaan pesan sampai dengan responden

melakukan kunjungan ke Taman Laut Bunaken. Adapun hasil penelitian Oktavian

(2013) yang berjudul “Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Dalam

Upaya Pengembangan Objek Wisata Rumah Benteng Melapi I di Desa Melapi

Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu” memperlihatkan bahwa

pemilihan media komunikasi yang tepat dapat memperbesar kemungkinan pesan

yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak, sehingga mereka tertarik untuk

berkunjung ke lokasi wisata. Namun demikian, penelitian Oktavian hanya

menggunakan analisis deskriptif sehingga tidak melihat hubungan antar variabel

antara strategi komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan khalayak

penerima pesan.

Sehubungan belum adanya penelitian mengenai komunikasi pengembangan

pariwisata di Perkampungan Budaya Betawi dan perlunya penelitian yang berfokus

pada efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata maka perlu dilakukan

penelitian mengenai efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata, khususnya

di Perkampungan Budaya Betawi

Page 19: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

3

Rumusan Masalah

Merujuk pada teori komunikasi pemasaran dari Mackay yang dikutip oleh

Kallrson (2007), komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui empat komponen

tahapan penerimaan konsumen yang dikenal sebagai Teori AIDA. Menurut teori

tersebut, attention adalah upaya pembuat pesan untuk menarik perhatian khalayak.

Interest adalah upaya untuk menarik perhatian khalayak. Desire adalah upaya untuk

menarik minat khalayak untuk berkunjung dan Action upaya untuk mengarahkan

khalayak untuk mengambil tindakan membeli atau berkunjung ke kawasan wisata.

Sehubungan dengan itu bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan oleh

pengelola PB Betawi dalam mempromosikan pesan?

Setiap tahunnya, PB Betawi selalu mengalami kenaikan jumlah pengunjung.

Pada periode 2010-2013 jumlah pengunjung PBB mengalami kenaikan sebesar

58% yang terdiri dari wisatawan lokal maupun mancanegara. Selanjutnya, Wrights

(1985) mengemukakan bahwa khalayak itu heterogen. Unsur khalayak dalam

penelitian ini adalah wisatawan. Merujuk Rogers dan Shoemaker (1971),

bagaimanakah karakteristik wisatawan meliputi karakteristik sosial ekonomi,

kepribadian dan perilaku komunikasi yang berkunjung ke PB Betawi?

Klapper (1960) memaparkan bahwa efek dari media massa tidak secara

langsung mempengaruhi individu. Individu memiliki kecenderungan selektif

terhadap pesan media massa yang diterimanya. Faktor-faktor tersebut adalah

selective exposure, selective attention, selective perception dan selective retention.

Oleh karena itu bagaimana keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

pengunjung PB Betawi?

Merujuk teori komunikasi pada umumnya, efektivitas komunikasi oleh

Pengelola PB Betawi adalah komponen efek pada proses komunikasi, yang berupa

perubahan perilaku pada penerima pesan, dalam penelitian ini wisatawan yang

berkunjung ke PB Betawi. Sehubungan dengan itu, Mackay (2005) mengemukakan

bahwa efektivitas komunikasi pada khalayak juga dapat diukur berdasarkan

komponen AIDA. Oleh karena itu bagaimanakah efektivitas komunikasi

pengembangan pariwisata pada pengunjung PB Betawi?

Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas komunikasi

pengembangan pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa. Adapun

tujuan khusus penelitian ini meliputi:

1. Mengidentifikasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola

Perkampungan Budaya Betawi

2. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi

meliputi karakteristik sosial ekonomi, kepribadian dan perilaku komunikasi

mereka.

3. Menganalisis ketededahan komunikasi pengembangan pariwisata di

Perkampungan Budaya Betawi

4. Menganalisis efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata di

Perkampungan Budaya Betawi

Page 20: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dalam menerapkan

sejumlah konsep dan teori dalam konteks komunikasi pemasaran di PB Betawi.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi materi awal untuk

memperluas dan memperkaya literatur penelitian-penelitian selanjutnya yang

sejenis khususnya dalam komunikasi pariwisata.

3. Bagi pengelola kawasan wisata, penelitian ini diharapkan mampu menjadi

masukan bagi pengelola untuk mengembangan sistem maupun strategi

komunikasi pengembangan pariwisata yang efektiv sehingga informasi

mengenai kawasan wisata dapat tersebar luas dan jumlah pengunjung dapat

mengalami kenaikan yang signifikan.

4. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah DKI Jakarta penelitian ini diharapkan

mampu menjadi untuk membuat kebijakan yang selalu mendukung setiap

kegiatan pengembangan pariwisata sehingga sektor pariwisata Indonesia dapat

berkembang dan dikenal masyarak

Page 21: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pariwisata

Menurut Yoeti (1995) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan

untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain

dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat

yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. UU

nomor 10 tahun 2009 menyebutkan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerinta daerah.

Saat ini negara-negara dengan potensi wisata yang beranekaragam sedang

berlomba-lomba untuk menarik perhatian turis lokal maupun turis mancanegara

agar mengunjungi objek wisata yang terdapat di negara mereka. Kompetisi tersebut

disebabkan banyaknya manfaat yang bisa didapat dari pariwisata oleh suatu negara.

Menurut Wahab (1992) yang dikutip oleh Manurung (2011), manfaat pariwisata

bagi suatu negara, yaitu:

1. Pariwisata bagi suatu negara merupakan salah satu faktor penting untuk

menggalang persatuan bangsa dan rakyatnya memiliki daerah yang berbeda,

dialek, adat istiadat, dan cita rasa yang beraneka ragam.

2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi, karena

kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional.

3. Pariwisata internasional sangat berguna sebagai sarana untuk meningkatkan

saling pengertian internasional dan sebagai alat penenang dalam ketegangan

politik karena apabila orang-orang dari berbagai warga bertemu dan saling

memperhatikan pola kehidupan rumah tangga, maka tentunya mereka akan

saling berpengertian lebih baik.

4. Pariwisata juga berperan meningkatkan kesehatan serta menjauhkan diri dari

segala kehidupan rutin sehari-hari, semua ini akan menambah daya tahan dan

sangat menurunkan ketegangan saraf.

UU nomor 9 tahun 1990 pasal 1 mengenai pariwisata mendefinisikan objek

wisata sebagai suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai

daya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan

alam/pegunungan, pantai, flora, dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno

bersejarah, monumen, candi, tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya.

Menurut Adisasmita (2010), pariwisata meliputi berbagai jenis, karena

keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam, misalnya

pariwista pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan, pariwisata

sosisal dan pariwisata alternatif.

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Pariwisata pantai adalah kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan

prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lain,

termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.

2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)

Page 22: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

6

Pariwisata etnik adalah perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan

dan gaya hidup masyarakat yang diangap menarik (exotic)

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Pariwisata budaya adalah perjalanan untuk meresapi (dan terkadang untuk ikut

mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Alam (Ecotourism)

Pariwisata alam adalah perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli (belum

tercemar), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati

pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang

ada (pernah ada) di tempat tersebut.

5. Pariwisata Agro (Agro tourism)

Pariwisata agro merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan

pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan

untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan

kelesatariannya, Wisatawan ikut tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di

perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya.

6. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)

Pariwisata perkotaan adalah bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota

besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting, namun bukan

merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

7. Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun

dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial.

Bentuk pariwisata ini sengaja diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk

pariwisata yang umumnya berskala besar. Dalam pariwisata alternatif ini

keuntungan ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung dirasakan

oleh masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan

dan fasilitas pariwisata.

8. Pariwisata Religi

Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan

religi atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi dimaknai sebagai

kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama,

biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau setus-setus kuno yang

memiliki kelebihan. Kelebihan itu misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya

mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan

arsitektur bangunannya.

Yoeti (1997) menyebutkan adanya tiga aspek penting atau yang dikenal

dengan 3A dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para

pengelola dalam bidang kepariwisataan, yaitu: attraction, accessibility dan

aminities. Atraksi (attraction) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan

wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke

suatu tempat wisata. Contohnya seperti tari-tarian, kesenian, danau, pemandangan,

binatang dan sebagainya. Aksesibilitas (accessibility) merupakan akses untuk

mencapai tempat wisata yaitu seperti transportasi umum, jalan dan sebagainya.

Fasilitas wisata atau amenities merupakan hal-hal penunjang terciptanya

kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata

seperti toilet, tempat ibadah dan pusat informasi. Ketiga aspek di atas dapat menjadi

Page 23: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

7

dasar dalam perancangan pesan komunikasi pariwisata untuk menarik perhatian

calon wisatawan agar terdedah informasi mengenai keadaan lokasi wisata.

Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator atau

pengirim pesan kepada penerima pesan melalui suatu media dengan tujuan agar

penerima memiliki makna yang sama atas informasi yang disampaikan oleh

pengirimnya. Terdapat sejumlah ahli yang mengemukakan model komunikasi.

Lasswell (1948), mengemukakan suatu model komunikasi verbal yang

berupa pertanyaan “who says what to whom in which channel with what effect?”

(Lubis et al. 2003). Maksud dari penjelasan Lasswell komunikasi adalah hubungan

antara pengirim dan penerima pesan dimana penyampaian pesannya dilakukan

melalui suatu media yang pada akhirnya menimbulkan sebuah efek atau perubahan.

Rogers dan Shoemakers (1971) yang dikutip oleh Mugniesyah (2013)

mengemukakan model komunikasi satu tahap yaitu sebuah proses komunikasi yang

dikenal dengan model SMCRE. Model tersebut merupakan adaptasi dari model

komunikasi Berlo yaitu, SMCR. SMCRE merupakan sebuah singkatan dari proses

komunikasi yang berawal dari source atau sumber yang merupakan pembuat pesan.

Lalu Message merupakan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber.

Selanjutnya Channel atau saluran, yaitu melalui perantara apa pesan akan

disampaikan. Receiver atau penerima yang menjadi objek penerima pesan. Pada

akhirnya pesan yang diterima oleh individu menimbulkan sebuah effect atau efek

terhadap dirinya.

Sumber: Mugniesyah (2013)

Studi mengenai efektivitas komunikasi melihat efek yang ditimbulkan oleh

media kepada penerima pesan. Rogers dan Shoemaker mengemukakan bahwa efek

Source Message Channel Receiver Effect

Ilmuwan

penemu

inovasi,

penyuluh

(agen

perubaha-

n)

atautokoh

pemuka

pendapat

Inovasi

(Penerim-

aan atas

karakteris

tikinovasi

: seperti

keuntung

an)

Saluran

Komunik

-asi

(Interpers

onal atau

media

massa)

Anggota

sistem

sosial

Perubaha

n

Pengetah-

uan, sikap

dan

tindakan

Gambar 1 Model Komunikasi SMCRE Rogers dan Shoemaker (1971)

Page 24: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

8

dari komunikasi yang ditimbulkan dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan

tindakan. Di sisi lain Klapper (1960) dikutip oleh Kristianingrum (2013)

menjelaskan bahwa media massa tidak secara langsung memberikan efek kepada

audiens namun juga melalui selektivitas oleh khalayak,yaitu selective exposure,

selective attention,selective perception, dan selective retention terlebih dahulu.

Selective exposure merupakan sifat individu yang cenderung menerima pesan

media massa yang sesuai dengan minat dan pendapatnya. Selective attention adalah

kecenderungan individu untuk memperhatikan pesan yang sesuai dengan

kepentingan dan kebutuhannya. Selective perception merupakan keadaan dimana

individu mencari media yang sesuai dengan keyakinannya. Selective retention

merupakan kecenderungan individu untuk mengingat pesan yang sesuai dengan

kebutuhannya.

Khalayak Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Di dalam kegiatan komunikasi pengembangan pariwisata, khalayak yang

menerima pesan-pesan komunikasi adalah calon wisatawan. UU nomor 10 tahun

2009 pasal 1 menyebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan

kegiatan wisata. Setiap wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat

mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar,

perlindungan hukum dan agama, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi,

serta perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang memiliki resiko tinggi.

Menurut Yoeti (2001a) wisatawan adalah wisatawan sementara yang minimal

tinggal selama 24 jam di tempat yang dikunjungi dengan tujuan mengisi waktu

luang termasuk keperluan keluarga, bisnis, dan konferensi.

Rogers dan Shoemakers (1971) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006)

menyatakan adanya tiga kategori yang dapat membedakan karakteristik suatu unit

pengambil keputusan inovasi. Kategori pertama adalah status sosial ekonomi yang

meliputi: umur, tingkat pendidikan, tingkat literasi, status sosial, pemilikan lahan,

dan tingkat mobilitas. Kategori kedua adalah karakteristik kepribadian yang dapat

dilihat diantaranya berdasarkan kemampuan empati, intelegensia, rasionalitas,

sikap keterbukaan, dan motivasi. Adapun kategori ketiga yaitu perilaku komunikasi

atara lain meliputi: partisipasi sosial, kosmopolit, keterpaparan (keterdedahan)

terhadap media massa, keterpaparan (keterdedahan) terhadap saluran komunikasi

interpersonal, upaya dalam mencari informasi dan jumlah informasi yang dimiliki.

Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Menurut Mackay (2005) yang dikutip oleh Karlsson (2007) terdapat respon-

respon yang ditunjukkan oleh penerima pesan ketika menerima pesan periklanan .

Respon-respon tersebut berupa sejumlah tahapan yang harus dilewati oleh

responden apabila sebuah pesan persuasif ingin dikatakan efektif. Teori ini oleh

Mackay disebut sebagai “hierarchy of effects” karena efektivitas pesan diukur

berdasarkan efek yang diterima oleh penerima pesan setelah menerima pesan

persuasif. Tahapan-tahapan ini disusun seperti tangga dimana konsumen harus

melewati tahapan satu persatu sampai pada tahap akhir dan tahapan yang lebih

tinggi tidak akan tercapai apabila tahapan sebelumnya belum terpenuhi. Salah satu

model yang termasuk ke dalam model hierarki tanggapan adalah AIDA.

Page 25: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

9

Sumber : Karlsson (2007)

AIDA merupakan sebuah model yang diciptakan oleh Strong pada 1925. Model

ini merupakan sebuah model perilaku yang bertujuan untuk memastikan bahwa

sebuah periklanan dapat membangkitkan perhatian, menstimulasi ketertarikan,

mengarahkan keinginan konsumen dan membuat konsumen melakukan sebuah

tindakan. Selanjutnya Mackay menjelaskan bahwa di dalam model tanggapan

AIDA,sebuah pesan dikatakan efektif apabila:

1. Mengarahkan perhatian konsumen

2. Mengarahkan konsumen agar tertarik pada produk

3. Menimbulkan rasa ingin memiliki atau menggunakan produk

4. Pada akhirnya mengarahkan pada tindakan/ aksi konsumen

Lalu Kotler dan Keller (2006) juga memaparkan bahwa AIDA dapat dijelaskan

dalam empat tahap berikut:

Model

AIDA

Perhatian

Ketertarikan

Minat

Model

DAGMAR

Perhatian

Pemahaman

Keyakinan

Model Lavidge

dan Stainers

Perhatian

Pengetahuan

Menyukai

Memilih

Keyakinan

Tindakan Tindakan

Membeli

Gambar 2 Model Hierarkhi Tanggapan Mackay (2005)

Page 26: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

10

1. Tahap menaruh perhatian (Attention), yaitu tahap dimana terdapat perhatian

yang besar dari konsumen terhadap suatu produk (barang atau jasa)

2. Tahap ketertarikan (Interest), yaitu adanya perhatian maka akan timbul rasa

tertarik pada konsumen

3. Tahap berhasrat/berniat (Desire), yaitu perasaan yang timbul dari konsumen

berupa keinginan untuk emmiliki suatu produk tersebut

4. Tahap memutuskan untuk beli (Action), merupakan proses akhir dimana

akhirnya konsumen memutuskan untuk melakukan tindakan yang disebut

membeli.

Kerangka Pemikiran

Penelitian yang berjudul Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan ini merujuk pada

sejumlah konsep dan teori berkenaan model difusi inovasi dari Rogers dan

Shoemaker (1971), dan model komunikasi pemasaran dari Mackay (2005).

Merujuk pada Model Difusi Inovasi (Rogers dan Shoemaker) dalam

penelitian ini diasumsikan berlangsung suatu proses komunikasi yang melibatkan

Pengelola PB Betawi sebagai sumber inovasi ( Objek Wisata PB Betawi) yang

mengirim pesan/informasi berupa “beragam atraksi dan objek wisata di PB Betawi”

terhadap penerimanya yakni warga masyarakat (calon wisatawan), dengan harapan

mampu mempengaruhi aspek-aspek pengetahuan, sikap atau persuasi, dan

aksi/tindakan untuk mengunjungi PB Betawi. Sehubungan dengan itu, efektivitas

komunikasi pengembangan PB Betawi tercermin pada komponen “efek” berupa

respon perubahan perilaku di kalangan masyarakat (calon wisatawan/wisatawan).

Sehubungan dengan itu, dan dengan merujuk pada teori AIDA pada komponen

respon/tanggapan penerima (wisatawan) terdapat sejumlah variabel terpengaruh

untuk mengukur efektivitas komunikasi dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat

Perhatian terhadap PB Betawi (Y1), Tingkat Ketertarikan terhadap PB Betawi (Y2),

Tingkat Minat terhadap PB Betawi (Y3), Tingkat Aksi Berkunjung ke PB Betawi

(Y4).

Sejumlah variabel pada efektivitas komunikasi pengembangan PB Betawi

tersebut diduga dipengaruhi oleh sejumlah variabel independen baik pada

komponen sumber maupun penerima (wisatawan). Oleh karena itu, pada penelitian

ini komponen sumber menunjuk pada kemampuan yang ada pada pengelola PB

Betawi untuk mempengaruhi calon wisatawan. Merujuk pada teori model

komunikasi pemasaran AIDA, pengelola PB Betawi sebagai penanggung-jawab

objek wisata PB Betawi melakukan promosi melalui tahapan AIDA untuk promosi

pemasaran , yang dalam hal ini diukur melalui variabel jenis ragam saluran promosi

yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang PB Betawi. Oleh karena

penelitian ini hanya berfokus pada satu objek wisata, variabel tersebut dikemukakan

secara deskriptif.

Pada faktor penerima (wisatawan), terdapat sejumlah variabel yang diduga

mempengaruhi efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata PB Betawi.

Merujuk pendapat Wrights (1985) tentang syarat sosiologis komunikasi massa,

terdapat sifat khalayak dari suatu proses komunikasi massa, yakni bahwa

khalayaknya heterogen, luas dan anonim. Merujuk pendapat Rogers dan Shoemaker

Page 27: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

11

(1971), heterogenitas khalayak itu dapat diidentifikasi melalui tiga faktor, yakni

karakteristik sosial ekonomi, kepribadian dan perilaku berkomunikasi mereka.

Sehubungan dengan itu variabel-variabel independen pada karakteristik sosial

ekonomi yang diduga mempengaruhi adalah: Umur (X1), Tingkat Pendidikan (X2),

Jenis Pekerjaan (X3), Jangkauan Geografis (X4), Tingkat Pendapatan (X5), dan

Jenis Etnis (X6). Pada faktor kepribadian terdapat satu variabel independen, yakni

jenis Motivasi Berkunjung ke PB Betawi (X7). Pada faktor perilaku komunikasi,

diduga terdapat tiga variabel pengaruh yang memepengaruhi efektivitas

komunikasi pengembangan PB Betawi, yaitu: Tingkat Hubungan Interpersonal

(X8), Tingkat Akses Terhadap Media Massa (X9), dan Tingkat Partisipasi Sosial

(X10).

Merujuk pada teori Efek Terbatas Klapper (1960) yang dikutip oleh

kristianingrum (2013) menyatakan bahwa pengaruh komunikasi massa tidak

bersifat langsung, tetapi melalui perilaku selektif khalayak terhadap media, maka

diduga efektivitas pengembangan PB Betawi juga dipengaruhi oleh variabel antara,

berupa perilaku keterdedahan selektif pada khalayak, yang dalam penelitian ini

diukur melalui variabel-variabel antara yang meliputi: Tingkat Keragaman Sumber

Informasi (X11), Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi (X12), dan Tingkat

Penerimaan Isi Pesan PB Betawi (X13).

Berdasar kerangka pemikiran di atas, hubungan antar sejumlah variabel

independen, antara dan dependen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan :

= Berhubungan dengan

------ = Analisis Deskriptif

Karakteristik Wisatawan:

Umur (X1)

Tingkat

pendidikan (X2)

Jenis Pekerjaan

(X3)

Tingkat Akses

Terhadap Lokasi

(X4)

Tingkat

Pendapatan (X5)

Jenis Etnis (X6)

Motivasi (X7)

Tingkat Hubungan

Interpersonal (X8)

Tingkat Akses

Media Massa (X9)

Tingkat Partisipasi

Sosial (X10)

Keterdedahan Komunikasi

Pengembangan Pariwisata

PB Betawi:

Tingkat

keragaman

sumber informasi

PB Betawi(X11)

Tingkat

keterdedahan

informasi PB

Betawi (X12)

Tingkat

Penerimaan Isi

Pesan (X13)

Efektivitas Komunikasi

(Penerima):

Tingkat Perhatian

(Y1)

Tingkat

Ketertarikan (Y2)

Tingkat Minat (Y3)

Tingkat

Aksi/Tindakan

(Y4)

Efektivitas Komunikasi

(Sumber):

Jenis Ragam

Saluran

Komunikasi

Gambar 3 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Studi Efektivitas

Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan

Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

Page 28: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

12

Hipotesis

Berdasarkan kerangka analisis diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara sepuluh variabel independen pada karakteristik

wisatawan (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat jangkauan

geografis, tingkat pendapatan, jenis etnis, jenis motivasi, tingkat hubungan

interpersonal, tingkat akses media massa, tingkat partisipasi sosial ) dengan tiga

variabel antara keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata (tingkat

kergaman sumber informasi PB Betawi, tingkat keterdedahan sumber informasi

PB Betawi ,tingkat penerimaan isi pesan).

2. Terdapat hubungan antara tiga variabel antara keterdedahan selektif komunikasi

pada wisatawan (tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi, tingkat

keterdedahan sumber informasi PB Betawi, tingkat penerimaan isi pesan PB

Betawi) dengan variabel efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata

(tingkat perhatian, tingkat ketertarikan, tingkat minat, tingkat tindakan).

Page 29: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan

menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat pengumpul data primer. Metode

kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam.

Lokasi dan Waktu

Penelitian berlokasi di Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang

terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pemilihan Lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

mempertimbangkan (1) PB Betawi merupakan kawasan wisata yang memiliki

objek wisata alam berupa Setu Babakan dan wisata kebudayaan masyarakat asli

Jakarta yaitu kebudayaan Betawi. (2) Wisatawan lokal maupun asing yang

mengunjungi kawasan wisata PB Betawi terus meningkat setiap tahunnya. (3)

Pengelola kawasan wisata saat ini sedang mengembangkan PB Betawi dari segi

infrastruktur, fasilitas dan komunikasi pengembangan pariwisata agar jumlah

wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi mengalami peningkatan.

Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan Januari 2016

sampai bulan Juli 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan

proposal skripsi, kolokium, revisi proposal pengambilan data lapang berupa data

kuantitatif dan kualitatif, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji

petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi (Lampiran 1). Penggalian data

di lapang dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan April 2016.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berkunjung ke

Perkampungan Budaya Betawi pada waktu pengambilan data di lapangan.

Responden penelitian adalah wisatawan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh

peneliti yaitu berumur diatas 17 tahun yang sedang berkunjung ke Perkampungan

Budaya Betawi. Pengunjung yang telah berusia 17 tahun dianggap sudah cukup usia

karena memiliki Kartu Tanda Kependudukan kewarganegaraan Indonesia dan juga

diasumsikan bisa menjawab pertanyaan kuesioner dengan logis. Jika wisatawan

berkunjung bersama keluarga atau dalam rombongan maka responden yang dipilih

adalah kepala keluarga atau ketua rombongan. Unit analisis dalam penelitian ini

adalah individu.

Penentuan responden dilakukan dengan non-probability sampling dimana

sampel yang diambil dari populasi tidak melalui prosedur pemilihan sampel dengan

peluang yang sama karena keterbatasan data untuk menentukan kerangka sampling.

Teknik non-probability yang digunakan adalah Quota sampling merupakan teknik

dimana elemen populasi dipilih berdasarkan kategori yang telah ditetapkan oleh

peneliti. Responden dipilih dari dua kategori wisatawan berdasarkan waktu

berkunjung, yaitu hari kerja (Senin-Jumat) dan akhir pekan (Sabtu dan Minggu).

Page 30: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

14

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang berasal

dari 20 wisatawan pada waktu hari kerja dan 20 wisatawan pada waktu akhir pekan.

Pemilihan informan dilakukan secara purposive (sengaja), terdiri dari kepala

UPK PB Betawi , karyawan humas Unit Pengelola Kawasan (UPK) PB Betawi dan

tokoh masyarakat sekitar kawasan PB Betawi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari hasil observasi,

survei, dan wawancara mendalam kepada informan. Data observasi meliputi

gambaran umum lokasi penelitian, dan dokumentasi lapang.Survei dilakukan untuk

mengumpulkan data yang meliputi semua informasi berkenaan semua variabel

independen, antara , dan dependen sebagaimana tercantum pada Gambar 3 .

Adapun wawancara mendalam untuk memperoleh data atau informasi tentang

kebijakan pengelola PB Betawi dalam meningkatkan pembangunan pariwisata PB

Betawi, strategi komunikasi pengembangan pariwisata yang digunakan oleh

pengelola PB Betawi dan tanggapan masyarakat terhadap pembangunan PB

Betawi.

Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari dokumen perusahaan,

seperti struktur organisasi, peta lokasi, profil dan jumlah wisatawan PB Betawi.

Selain itu data sekunder juga didapatkan dari hasil studi pustaka yang relevan

dengan penelitian ini yaitu buku, artikel penelitian, skripsi , thesis dan artikel cetak

maupun yang terdapat di internet. Data-data yang didapatkan dari sumber tersebut

berupa analisis perkembangan PB Betawi sebagai kawasan wisata juga hasil

analisis efektivitas strategi komunikasi yang terdapat di kawasan wisata lain

sebagai data pendukung hasil penelitian.

Untuk data kuantitatif, instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner yang akan ditanyakan kepada responden. Adapun, data kualitatif

didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan pertanyaan

terbuka dan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan.

.Wawancara mendalam kepada pihak pengelola PB Betawi dimaksudkan untuk

mengkaji tentang bentuk komunikasi pengembangan pariwisata, seperti strategi dan

media apa yang digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai Perkampungan

Budaya Betawi dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam panduan

pertanyaan. Selain itu wawancara mendalam juga akan dilakukan kepada tokoh

masyarakat setempat yang mengetahui perkembangan kawasan Perkampungan

Budaya Betawi semenjak ditetapkan sebagai kawasan wisata.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS

versi 20.0 menggunakan uji koefisien product moment Pearson. Untuk mengetahui

terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari signifikansi dan seberapa kuat

hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau nilai r.

Uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisian Alpha Cronbach. Reliabilitas

item dapat diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan reliability

Page 31: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

15

analysis dengan software SPSS. Nilai koefisien Alpha-Cronbach untuk reliabilitas

keseluruhan item didapat dengan rumus berikut

𝑎 = (𝐾

𝐾 − 1)

𝑆2𝑟 − ∑𝑆𝑖2

𝑆2𝑥

Keterangan:

α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

K = Jumlah item pertayaan yang diuji

∑Si2 = Jumlah varian skor item

S2 𝑥 = Varian skor test

Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk pertanyaan yang bentuknya

perseptual. Pertanyaan dalam kuesiner dikatakan reliabel apabila memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > 0.6. Berikut adalah hasil uji reliabilitas pada kuesioner

penelitian ini.

Tabel 1 Hasil uji reliabilitas kuesioner Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

No Peubah Cronbach’s Alpha Keterangan

1 Tingkat Hubungan

Interpersonal

0.628 Reliabel

2 Tingkat Penerimaan Isi Pesan 0.710 Reliabel

3 Tingkat Perhatian 0.719 Reliabel

4 Tingkat Ketertarikan 0.745 Reliabel

5 Tingkat Minat 0.749 Reliabel

6 Tingkat Aksi/ Tindakan 0.735 Reliabel

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner akan terlebih dahulu

dipindahkan kedalam program Microsoft Excel 2007 dan kemudian data diolah

secara statistik deskriptif menggunakan program SPSS for Windows versi 20.0 .

Variabel yang dianalisis secara statistik deskriptif yaitu variabel karakteristik

wisatawan, perilaku komunikasi, keterdedahan akan komunikasi pengembangan

pariwisata dan efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata. Dari analisis

deskriptif akan diperoleh frekuensi, presentase, dan rataan skor yang akan disajikan

dalam bentuk tabel frekuensi serta diagram. Analisis inferesial juga dilakukan

berupa uji korelasi Rank Spearman (ys). Uji korelasi menggunakan metode Rank

Spearman digunakan untuk melihat korelasi antar variabel dengan data-data yang

berbentuk ordinal. Adapun data yang jenisnya nominal akan diuji korelasi

menggunakan uji korelasi chi-square (x2) untuk menentukan ada tidaknya

perbedaan hubungan antar variabel. Selanjutnya hasil analisis chi-square akan

dilanjutkan dengan analisis Koefisien Kontingensi (C) untuk mencari keeratan

hubungan antara variabel dengan jenis data nominal. Menurut Ali (1987), kriteria

untuk menafsirkan tinggi rendahnya suatu koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Page 32: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

16

0,00 - 0,20 = Hampir tidak ada korelasi

0,20 - 0,40 = Korelasi rendah

0,41 - 0,60 = Korelasi sedang

0,61 - 0,80 = Korelaso tinggi

0,81 - 1 = Korelasi sempurna

Data-data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara menjadi informasi

tambahan untuk mendukung dan memperkuat data-data kuantitatif yang telah

diperoleh.

Definisi Operasional

Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Karakteristik Wisatawan

Karakteristik wisatawan adalah keadaan spesifik wisatawan yang berkaitan

langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan:

a. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun ketika

penelitian ini dilaksanakan yang dihitung dari bulan Maret 2015 dengan

satuan tahun. Variabel diukur dengan ukuran ordinal. Usia dikategorikan

menjadi 3 kategori, yaitu 17-30 tahun , 31 – 39 tahun, dan 40- 54 tahun

berdasarkan data di lapang.

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh

oleh responden, yang dibedakan ke dalam tingkatan SD, SMP/Sederajat,

SMA, Diploma, dan Sarjana selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori:

rendah (skor 1), sedang (skor 2), dan tinggi (skor 3). Variabel ini diukur

dengan ukuran ordinal.

c. Jangkauan geografis merupakan jarak antara tempat tinggal wisatawan

dengan kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. Jangkauan geografis

diukur menggunakan ukuran ordinal dengan cara memberikan pilihan kepada

responden tentang tempat tinggal wisatawan yaitu di Jakarta-Depok (skor 3),

Botabek skor (2), dan luar Jabodetabek (skor 1) .

d. Jenis motivasi berkunjung adalah alasan wisatawan untuk mengunjungi PB

Betawi, yang meliputi: mengisi waktu luang, mengajak keluarga berkunjung,

memenuhi permintaan/ajakan untuk berkunjung, urusan kantor/sekolah, dan

alasan lainnya. Jenis motivasi diukur menggunakan ukuran nominal.

e. Jenis pekerjaan adalah mata pencarian utama responden saat penelitian

dilaksanakan meliputi: karyawan swasta, PNS, wirausaha, dan pelajar.

Variabel ini diukur dengan ukuran nominal.

f. Jenis etnis adalah garis keturunan nenek moyang yang diturunkan dari orang

tua kepada anak meliputi: etnis Betawi, Jawa, Sunda dan Batak. Variabel ini

diukur dengan ukuran nominal.

g. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima responden dalam satu

bulan sebagai hasil dari bekerja dengan satuan rupiah;selanjutnya dibedakan

ke dalam tiga kategori: rendah (0-2 juta rupiah), sedang (2 juta – 4 juta rupiah)

dan tinggi (>4 juta rupiah). Tingkat pendapatan diukur menggunakan ukuran

ordinal.

h. Tingkat hubungan interpersonal (THI) merupakan kegiatan komunikasi yang

dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi secara tatap muka

langsung kepada pihak lain meliputi: keluarga inti, keluarga besar, teman,

Page 33: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

17

rekan kerja dan tetangga; selanjutnya dibedakan ke dalam THI rendah, sedang

dan tinggi berturut turut dengan skor 6-21, 22-24, dan 25-30. Variabel ini

diukur dengan skala interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang

didapat di lapang.

i. Tingkat akses terhadap media massa merupakan akumulasi frekuensi

penggunaan media massa untuk mencari informasi dalam kehidupan sehari-

hari dengan satuan kali per minggu ketika penelitian dilaksanakan meliputi:

koran, majalah, website,media sosial, radio, televisi, dan lainnya; selanjutnya

dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah (frekuensi 0-80), sedang (frekuensi

81-152), tinggi (frekuensi 153-245). Variabel ini diukur dengan ukuran

interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

j. Tingkat partisipasi sosial adalah banyaknya keikutsertaan wisatawan dalam

kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi kegiatan

pengajian, arisan dan kerja bakti dalam satu minggu terakhir ketika penelitian

dilaksanakan; selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah

(frekuensi 0-1), sedang (frekuensi = 2), tinggi (frekuensi 3-7).Variabel ini

diukur dengan ukuran interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang

didapat di lapang.

2) Keterdedahan akan komunikasi pengembangan pariwisata merupakan seberapa

jauh invidu mengetahui informasi akan kawasan wisata melalui strategi

komunikasi pengembangan pariwisata yang telah dilakukan oleh pengelola.

Keterdedahan akan komunikasi pengembangan pariwisata terbagi menjadi tiga

yaitu tingkat ragam media komunikasi, tingkat penerimaan pesan via media dan

tingkat penerimaan isi pesan komunikasi.

a. Tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi merupakan banyaknya

sumber informasi yang digunakan oleh wisatawan untuk mendapatkan

informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi; selanjutnya dibedakan

ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah

(jumlah media 1-6), sedang (jumlah media =7), tinggi (jumlah media 8-

11)).Variabel ini diukur dengan ukuran interval. Data digolongkan

berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

b. Tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi merupakan akumulasi

frekuensi wisatawan dalam menerima pesan PB Betawi melalui media

komunikasi dalam satu bulan terakhir yang dibedakan kedalam: sering (skor

4), cukup sering (skor 3), jarang (skor 2), tidak pernah (skor 1); selanjutnya

dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang:

rendah (skor 12-21), sedang (skor 22-23), tinggi (skor 24-48). Variabel ini

diukur dengan ukuran ordinal*.

c. Tingkat penerimaan isi pesan merupakan akumulasi frekuensi penerimaan

unsur 3A (Attraction, Accessibility, Aminities) dalam informasi yang

didapatkan wisatawan mengenai Perkampungan Budaya Betawi yang

dibedakan kedalam: sering (skor 4), cukup sering (skor 3), jarang (skor 2),

tidak pernah (skor 1); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori

berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 15-26), sedang (skor

27-33), tinggi (skor 34-60). Variabel ini diukur menggunakan ukuran

ordinal*.

Page 34: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

18

3) Efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata merupakan ukuran

keberhasilan komunikasi yang dilakukan pengelola sehingga dapat mengubah

perilaku wisatawan berdasarkan unsur AIDA.

a. Tingkat perhatian (Attention) merupakan respon wisatawan setelah menerima

pesan tentang PB Betawi berupa perhatian yang dibedakan ke dalam: sangat

penting (skor 4), penting (skor 3), kurang penting (skor 2), tidak penting (skor

1); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang

didapat di lapang: rendah (skor 8-24), sedang (skor= 25), tinggi (skor 26-32)

Tingkat perhatian diukur dengan ukuran ordinal*.

b.Tingkat ketertarikan (Interest) merupakan respon wisatawan setelah menerima

pesan tentang PB Betawi berupa rasa ketertarikan untuk mengunjungi PB

Betawi yang dibedakan ke dalam: sangat tertarik (skor 4), tertarik skor 3),

kurang tertarik (2), dan tidak tertarik (skor 1); selanjutnya dibedakan ke dalam

tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 8-22),

sedang (skor 23-25), tinggi (skor 26-32). Tingkat ketertarikan diukur dengan

ukuran ordinal*.

c. Tingkat minat (Desire) merupakan respon wisatawan setelah menerima pesan

tentang PB Betawi berupa rasa ingin menyaksikan produk wisata di PB

Betawi yang dibedakan kedalam: sangat ingin menyaksikan (skor 4), ingin

menyaksikan (skor 3), kurang ingin menyaksikan (skor 2), tidak ingin

menyaksikan (skor 1) ); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori

berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 8-23), sedang (skor

24), tinggi (skor 25-32).Tingkat minat diukur dengan ukuran ordinal*.

d. Tingkat Tindakan (Action) merupakan respon wisatawan setelah menerima

pesan tentang PB Betawi berupa menikmati produk wisata dan perasaan puas

terhadap produk wisata); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori

berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 16-41), sedang (skor

42-46), tinggi (skor 47-64). Tingkat tindakan diukur dengan ukuran ordinal*.

*Diukur menggunakan Skala Likert

Page 35: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Geografis

Perkampungan Budaya Betawi secara administratif terbagi menjadi dua

kawasan, yaitu kawasan milik Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota (Pemda

DKI) Jakarta dan kawasan milik pribadi. Lahan milik pribadi umumnya digunakan

sebagai pemukiman, selain itu ada pula yang dipergunakan sebagai fasilitas publik,

dan halaman kantor. Kawasan PB Betawi memiliki luas ± 289 ha dan luas Setu

Babakan sekitar 27 ha. Secara geografis Perkampungan Budaya Betawi terletak

pada106°49’50”BT dan 6°20’23”LS. Secara administratif termasuk dalam wilayah

Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa, Kelurahan Srengseng Sawah.

Sebelah utara kawasan PB Betawi berbatasan dengan Jalan Moch. Kahfi II sampai

Jalan Desa Putra, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Tanah Merah sampai

Jalan Srengseng Sawah, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mochamad Kahfi

II dan sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Desa Putra sampai Jalan Mangga

Bolong Timur. Peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kondisi topografi di kawasan Setu Babakan tergolong ke dalam topografi

dengan kategori sedikit bergelombang dan agak rata. Kemiringan lereng mencapai

8-15% dan berada pada ketinggian 25 m dpl. Suhu rata-rata di kawasan PB Betawi

sekitar 29˚C, sedangkan kelembapan udaranya rata-rata sekitar 79%. Tingginya

nilai kelembapan ini menujukkan bahwa kawasan PB Betawi cenderung menjadi

kawasan yang lembab (BMKG Pondok Betung 2011)

Aksesibilitas ke lokasi dapat dicapai dari dua jalan utama. Pertama, melalui

Pasar Minggu menuju ke arah Selatan masuk ke Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan

Moch Kahfi II dan Jalan Srengseng Sawah hingga sampai di Gerbang Bang Pitung.

Dari terminal Pasar Minggu, wisatawan dapat menggunakan kopaja no. 616 jurusan

Blok M- Cimpedak dan langsung turun di depan pintu gerbang Bang Pitung. Akses

yang kedua melalui arah depok dan sampai di gerbang bang pitung selatan.

Wisatawan yang berangkat dari terminal Depok dapat menaiki angkutan umum no

128. Lokasi PB Betawi ini juga bisa dijangkau wisatawan melalui transportasi

kereta api, karena lokasi wisata ini terletak ± 5 km dari stasiun kereta api Lenteng

Agung. Setelah turun di stasiun kereta api Lenteng Agung, wsiatawan dapat

menaiki kopaja no. 616 dan turun di depan pintu gerbang Bang Pitung.

Sejarah Perkampungan Budaya Betawi

Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) merupakan pusat dari segala

kegiatan pelestarian tradisi masyarakat Betawi. Kawasan ini lebih dikenal dengan

Setu Babakan daripada nama PB BetawiPB Betawinya itu sendiri. Setu Babakan

sendiri sebenarnya hanya adalah salah satu objek wisata yang terdapat di PB

Betawi, namun karena Setu Babakan merupakan objek wisata yang paling dikenal

oleh pengunjungwisatawan, maka PB Betawi seringkali diidentikan dengan Setu

Babakan. PB Betawi secara resmi ditetapkan oleh Perda DKI Jakarta No. 3 tahun

2005 sebagai Perkampungan Budaya Betawi yang terletak di Kelurahan Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Ide dan keinginan untuk membangun pusat kebudayaan Betawi sudah

ditercetuskan sejak tahun 1996 oleh Badan Musyawarah Masyarakat Betawi

Page 36: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

20

(Bamus Betawi). Untuk itu dan dengan tidak melampaui tugas dan kewenangan

Pemda DKI Jakarta, pada tahun 1998, Bamus Betawi mengajukan proposal tentang

“Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi” dengan alternatif lokasi Setu

Babakan Srengseng Sawah di, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pada tanggal

13 September 1997 diselenggarakan Festival Setu Babakan oleh Dinas Pariwisata

Jakarta Selatan yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Acara tersebut

memperlihatkan dengan jelas aktivitas masyarakat dengan kekentalan budayanya

mulai dari pakaian, hasil produksi rumah, produksi buah-buahan spesifik lokal dan

lainnya. Bersamaan dengan ituini pula Bamus Betawi menyerahkan objek wisata

tersebut kepada masyarakat dengan cara membentuk dalam satu organisasi yang

dinamakan Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PB

Betawi) yang bertugas untuk menjaga dan memantau embrio Perkampungan

Budaya Betawi. Pada tahun 2000, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan

Surat Keputusan Gubernur No. 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan

Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berdasarkan SK tersebut kemudian akhirnya mulailah

dibangun embrio PB Betawi pada (sekitar akhir bulan Oktober 2000), yaitu

diantaranya dengan membangun pintu gerbang, wisma Betawi, rumah adat, dan

panggung teater terbuka. Selanjutnya, pada Tanggal 20 Januari 2001 kawasan ini

diresmikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai kawasan Perkampungan

Budaya Betawi.

Pada tanggal 10 Maret 2005 ditetapkan Perda No. 3 Tahun 2005 tentang

Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dengan dasar itu pula maka organisasi

Bamus Betawi serta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta

mendukung segera dibentuknya Lembaga Pengelola PB Betawi yang kemudian

ditetapkan melalui Peraturan Gubernur No. 129 Tahun 2007 tentang Lembaga

Pengelola Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pada tahun 2009 Dinas Kebudayaan dan

Permuseuman Provinsi DKI Jakarta digabung dengan Dinas Pariwisata menjadi

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Oleh karena itu dewasa ini Lembaga Pengelola

Perkampungan Budaya Betawi dikoordinasikan langsung dibawah Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. (Dokumen Pengelola PB

Betawi, 2016)

Pengorganisasian Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi

Pergub No. 92 Tahun 2000 mencantumkan bahwa pengelolaan

Perkampungan Budaya Betawi dilaksanakan secara fungsional oleh Unit Kerja

terkait Pemerintah Daerah yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah Propinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kini atau Dewasa ini unit kerja tersebut dinamakan

sebagai Unit Pengelola Kawasan Setu Babakan atau UPK Setu Babakan.. Tugas

dari UPK Setu Babakan adalah menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam

pengelola kawasan sebagaimana dituliskan dalam Pergub No. 92 Tahun 2000 dan

Perda No. 3 tahun 2005. Anggota pengurus UPK Setu Babakan ditunjuk langsung

oleh Pemda DKI Jakarta dan berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada

saat penelitian dilakukan, di PB Betawi terdapat 11 orang berstatus. Selain itu,

terdapat Pegawai Harian Lepas (PHL) yang fungsinya membantu pengelolaan dan

Page 37: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

21

pengawasan aktivitas wisata di Setu Babakan seperti Satuan Pengamanan

(SATPAM), petugas kebersihan dan staf administrasi.

Pergub No. 92 Tahun 2000 juga menyantumkan bahwa pengawasan

penataan lingkungan Perkampungan Budaya Betawi dilaksanakan dengan

memperhatikan saran atau usulan dari masyarakat Betawi sekitar kawasan PB

Betawi. Atas dasar peraturan gubernur tersebut terbentuklah sebuah forum

swadaya masyarakat yang tugasnya mengkaji serta memberikan saran bagi UPK

serta Pemda DKI dalam mengambil keputusanberkenaan upaya pengembangan

kawasan PB Betawi. Forum tersebut saat ini dikenal sebagai Forum Pengkajian

Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (FPP PB Betawi). Forum ini diketuai

oleh Abdul Syukur yang ditunjuk melalui Pergub No. 1419 Tahun 2004. Di bawah

ini adalah struktur kepengurusan forum pengkajian tersebut.

Sumber: Dokumen Pengelola PB Betawi (2016)

Gambar 4 Struktur kepengurusan Forum Pengkajian Pembangunan PB Betawi 2014

Forum pengkajian Pembangunan PB Betawi terdiri dari 13 anggota

pengurus, dari 13 orang yang duduk dalam struktur organisasi kepengurusan FPP

PB Betawi, hanya terdapat 2 orang perempuan atau sekitar 15% dari total pengurus.

Semua pengurus tersebut dipilih karena mereka berstatus sebagai pemuka

masyarakat Betawi di sekitar kawasan sehingga mereka dipandang penting,

khususnya untuk menarik partisipasi masyarakat Betawi dalam memelihara PB

Betawi.

Pihak UPK dan FPP PB Betawi selalu melakukan koordinasi dalam upaya

pembangunan kawasan yang menjadi tupoksi mereka. Proses koordinasi awalnya

dimulai oleh pihak UPK yang memiliki program untuk pembangunan kawasan.

Program tersebut sebelum diajukan kepada Pemda DKI Jakarta dikonsultasikan

terlebih dahulu dengan FPP PB Betawi . Selanjutnya, hasil diskusi dari FPP PB

Betawi tersebut disampaikan kepada pihak UPK, sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan pengajuan proposal program kepada Pemda DKI

Jakarta karena status forum pengkajian adalah representasi dari masyarakat Betawi

di sekitar kawasan Betawi. Apabila hasil kajian dari forum menyimpulkan bahwa

program yang akan diajukan oleh UPK akan berdampak positif bagi masyarakat

Betawi, maka program tersebut dapat langsung diajukan kepada Pemda DKI.

Sebaliknya, jika dinilai usulan program dipandang tidak membawa perubahan

positif atau berdampak negatif bagi pembangunan kawasan PB Betawi dan

masyarakat di sekitar kawasan maka pihak UPK harus merubah desain program

yang akan diajukan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Ketua

Komite Tata Kehidupan dan

Budaya.

Komite Kesenian dan Pemasaran

Komite Pengkajian, pelatihan dan pendidikan

Komite Pengawasan dan

Pengendalian

Page 38: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

22

Fasilitas dan Sarana Penunjang Perkampungan Budaya Betawi

Dalam menunjang fungsi PB Betawi, pengelola memandang pentingnya

pengembangan fasilitas dan sarana pariwisata dengan sejumlah objek, atraksi

wisata dan sarana penunjang lainnya yang mampu memenuhi kebutuhan

wisatawan. Adapun Fasilitas dan sarana penunjang lainnya yang terdapat di objek

wisata PB Betawi saat ini adalah meliputi: pintu gerbang yang menarik, panggung

seni, kantor embrio, galeri, masjid, toilet, dan kantor UPK PB Betawi sebagai

berikut :

Pintu Gerbang

Pada awalnya, pengelola memiliki rencana untuk membuat 4 pintu gerbang

khas Betawi. Pintu gerbang ini merupukan simbol bahwa masyarakat sudah berada

di dalam are PB Betawi.Namun demikian, saat penelitian ini dilaksanakan baru

terdapat satu pintu gerbang yang dinamakan Pintu Gerbang Pitung Satu. Pintu

gerbang ini dibuat dengan gaya arsitektur khas Betawi. Letak dari Gerbang Bang

Pitung Satu berada di Jalan Setu Babakan RT 09 RW 08. Gerbang ini merupakan

akses utama menuju kawasan wisata PB BetawiPB Betawi. Pintu Gerbang ini

dilengkapi dengan fasilitas berupa ruang jaga keamanan, listrik, meja, dan kursi.

Panggung Seni

Panggung seni ini merupakan tempat pementasan berbagai tarian dan seni

musik khas Betawi. Panggung dilengkapi dengan 2 buah Gudang/ ruang properti 2,

buah, ruang rias dua buah, dan toilet dua ruang. PUmumnya panggung umumnya

digunakan pada hari-hari weekends -pada hari Sabtu dan Minggu - sebagai tempat

pementasan tari dan musih khas Betawi. Sementaralain itu pada hari-hari weekday,

panggung juga digunakan sebagai tempat pelatihan sanggar tari Betawi. Pelataran

panggung biasanya juga digunakan sebagai tempat latihan bela diri Betawi di sore

hari .

Kantor Embrio

Kantor embrio merupakan tempat bagi Forum Pengkajian Pembangunan PB

BetawiPB Betawi melakukan aktivitas. Dinamakan embrio karena dahulu

merupakan satu-satunya kantor yang terdapat di PB BetawiPB Betawi dan menjadi

saksi cikal bakal berdirinya PB BetawiPB Betawi. Bangunan ini dilengkapi dengan

empat buah kamar kecil, satu buah ruang rapat, satu serambi, dan dua buah ruang

kantor.

Galeri

Gedung Galeri dibangun di atas lahan dengan luas ± 165 meter2 . Gedung

galeri persegi ini digunakan sebagai tempat unutuk pameran, pertemuan, dan acara-

acara resmi lainnya. Selain itu galeri juga dapat disewakan untuk acara-acara seperti

arisan keluarga.

Masjid

Terdapat 2 buah masjid yang terdapat di area kawasan PB Betawi yaitu,

Masjid At Taubah dan Masjid Baitul Makmur. Kedua masjid ini memiliki desain

Page 39: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

23

arsitektur khas Betawi. Masjid At Taubah berada di RW 08, sedangkan Masjid

Baitul Makmur berada di kawasan RW 07. Masjid At Taubah dibangun di atas tanah

seluas 300 meter persegi, sementara dan Masjid Baitul Makmur dibangun di atas

tanah seluas 1900 meter persegi . Kedua masjid tersebut merupakan masjid yang

diperuntukan bagi wisatawan dan sekaligus masjid tempat masyarakat Betawi

sekitar PB Betawi beribadah.

Toilet

Toilet di PB Betawi masih tergolong sedikit dan sulit untuk ditemukan

karena tidak adanya papan penunjuk arah menuju toilet. Karena sedikitnya

ketersediaan toilet yang bersih dan layak maka setiap kali PB Betawi mengadakan

event besar maka pihak pengelola bekerjasama dengan institusi lain untuk

penyediaan toilet umum tambahan berupa mobil toilet. Contoh event yang

memerlukan tambahan toilet adalah pada pembukaan HUT Jakarta ke-489.

Kantor UPK PB Betawi

Kantor UPK PB Betawi berjarak ± 300 meter dari Gerbang Bang Pitung

Satu. Kantor pengelola PB Betawi ini merupakan pusat aktivitas pengelolaan dan

pengawasan kegiatan wisata PB Betawi berlangsung. Kantor pengelola PB

BetawiPB Betawi yang ditempati saat ini pada awalnya diperuntukan untuk

museum. Namun karena belum selesainya pembangunan kantor UPK PB Betawi,

maka untuk sementara museum Betawi akan dijadikan sebagai Kantor pengelola

UPK. Segala jenis perizinan, pusat informasi mengenai PB Betawi bisa didapatkan

di kantor UPK PB Betawi. Di dalam kawasan kantor UPK PB Betawi terdapat

gedung serbaguna dan juga plaza yang saat ini masih dalam proses pembangunan.

Plasa dan gedung serbaguna diperuntukkan bagi kegiatan kesenian Betawi. Selain

itu juga terdapat rumah adat Betawi yang diperunttukkan bagi penggantian kostum

dan rias para penari dan aktor theater .

Objek Wisata di Kawasan PB Betawi

Secara umum Setu Babakan dikelola oleh Lembaga Pengelola Perkampungan

Budaya Betawi di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Setiap harinya PB Betawi dibuka oleh pihak UPK pada pukul 06.00 WIB sampai

dengan 18.00 WIB. Namun, untuk pengelolaan tiket masuk, sarana permainan,

parkir, dan ketertiban para pedagang diserahkan pada Satuan Gerakan Sosial

Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PB Betawi), komunitas masyarakat

setempat yang secara sukarela berpartisipasi dalam pengelolaan Perkampungan

Budaya Betawi. Tidak ada biaya masuk yang dikenakan bagi pejalan kaki, yang ada

hanyalah biaya parkir kendaraan sebesar Rp 2.000 per unit motor dan Rp 5.000 per

unit mobil. Biaya yang dikenakan tersebut bukan biaya untuk memasuki kawasan,

tetapi biaya untuk parkir kendaraan bermotor karena ketika telah memasuki

kawasan PB Betawi, kendaraan boleh parkir disepanjang pinggir jalan PB Betawi

tanpa dikenakan biaya. Wisatawan tidak kenakan biaya masuk konsep dari PB

Betawi sendiri adalah berbasis masyarakat sehingga tidak adanya retribusi untuk

berkunjung. Namun saat ini pihak pengelola tengah melakukan perencanaan

mengenai biaya masuk PB Betawi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat

Page 40: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

24

sehingga dapat memberikan bantuan pada pengembangan wisata kawasan PB

Betawi.

PB Betawi memiliki beberapa produk wisata yang ditawarkan oleh Pengelola

kepada wisatawan. Produk wisata ini yang menjadi alasan bagi para wisatawan

merasa tertarik dan nyaman untuk berkunjung ke PB Betawi. Secara umum produk

wisata yang ditawarkan dibagi menjadi tiga jenis yaitu, wisata air, wisata budaya

dan wisata agro.

Wisata Air

Setu Babakan merupakan danau yang luas yang terdapat di dalam kawasan

PB Betawi. Danau ini merupakan objek wisata yang paling dikenal oleh wisatawan

PB Betawi. Bagi wisatawan PB Betawi, berkunjung ke PB Betawi sama artinya

dengan berkunjung ke Setu Babakan. Pengelola PB Betawi saat ini telah

mengembangkan berbagai wahana di Setu Babakan agar wisatawan tidak hanya

bisa menikmati danau tersebut dengan hanya melihatnya saja, melainkan juga

bermain di danau tersebut, diantaranya dengan menyediakan wahana wisata air

berupa sepeda air atau dikenal dengan perahu bebek. Wisatawan diharuskan

membayar untuk menaiki perahu bebek. Wisatawan hanya perlu membayar tiket

untuk remaja- dewasa sebesar Rp 7.500 per orang dan untuk anak kecil sebesar Rp

5.000 rupiah per orang. Lalu wisatawan juga bisa melakukan kegiatan pemancingan

di Danau Setu Babakan. Pemda DKI pernah melepas sebanyak 20 ribu ikan jenis

mujair dan nila. Setiap hari dapat dilihat datang berbagai wisatawan yang

melakukan kegiatan memancing dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak.

Memancing ikan di Danau Setu Babakan hanya diperbolehkan jika memakai

peralatan pancing biasa, wisatawan tidak diperkenankan untuk memancing

menggunakan jala maupun jaring karena dapat menganggu kehidupan ekosistem

Setu Babakan. Untuk kegiatan memancing, wisatawan tidak dikenakan biaya

sepeserpun oleh pengelola dengan syarat memancing sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan oleh pengelola. Ketentuan yang paling utama dalam kegiatan

memancing di Setu Babakan adalah para pemancing dilarang menggunakan jala

atau jaring untuk menangkap ikan agar ikan tidak cepat habis.

Selain itu terdapat juga Setu Manggabolong yang berada di Jalan Langgar di

sebelah Setu Babakan. Namun akibat perawatan dan operasionalisasinya yang tidak

kontinyu menyebabkan danau ini terbengkalai. Di sepanjang sisi danau terjadi

pendangkalan yang kemudian dijadikan pemukiman warga. Di bagian tengah danau

yang dangkal juga sudah ditanami pohon pisang dan sebagainya oleh warga sekitar,

sehingga tidak ada wisatawan yang tertarik mengunjunginya.

Wisata Budaya

Wisata budaya yang disajikan di PB Betawi adalah pagelaran musik, tari,

dan teater tradisional Betawi yang diselenggarakan di arena teater terbuka. Kegiatan

tersebut biasa diselenggarakan pada hari Minggu tergantung jadwal yang ditetapkan

oleh pengelola. Selain itu PB Betawi juga mengelar berbagai prosesi budaya Betawi

seperti upacara pernikahan, sunatan, khatam Qur’an, aqiqah, “nujuh” bulanan, dan

injak tanah. Pengelola juga seringkali menampilkan pencak silat Betawi di untuk

menarik perhatian wisatawan yang sedang menikmati wisata.

Setiap tahunnya, pengelola PB Betawi mengadakan suatu festival budaya

Betawi, diantaranya adalah festival Cipedak. Festival ini merupakan festival yang

Page 41: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

25

mendemonstrasikan rangkaian acara pemetikan buah alpukat Cipedak, lalu diikuti

oleh berbagai perlombaan dan ditutup oleh acara puncak. Festival Cipedak

merupakan festival yang diadakan tanpa bantuan dari pengelola melainkan oleh

swadaya masyarakat. Sebenarnya dalam rencana pengembangan PB Betawi pihak

UPK merencanakan event besar yaitu festival Ramadhan dan festival Idul Fitri.

Namun kedua events tersebut sampai penelitian dilakukan belum terealisir, yang

menyebabkan pihak pengelola mengalokasikan dana yang ada bagi pertunjukan

Pentas Seni Betawi pada setiap akhir pekan.

Di PB Betawi juga disediakan berbagai macam makanan khas Betawi seperti

kerak telor, toge goreng, gado-gado, soto, ikan pecak, geplak, dodol, wajik,

rengginang, tape uli, dan onde-onde. Selain itu terdapat minuman khas Betawi yang

dapat dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan PB Betawi yaitu bir pletok. Kuliner serta

souvenir khas Betawi yang disediakan memiliki harga yang terjangkau sehingga

banyak digemari oleh wisatawan. Saat ini kepala UPK PB Betawi memiliki rencana

untuk memindahkan para pedagang yang berjualan di bantaran Setu Babakan ke

dalam satu zona. Selain itu seleksi terhadap jenis dan citarasa makanan yang dijual

akan dilakukan agar kuliner di PB Betawi merupakan representasi dari kuliner asli

betawi yang murah dan juga memiliki citarasa yang baik.

Wisata Agro

Daya tarik dan keunikan wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi adalah

lokasi pertanian yang berada di pekarangan rumah penduduk Perkampungan

Budaya Betawi. Konsep dari wisata agro ini adalah tuan rumah akan memberikan

buah-buahan pada wisatawan yang tertarik untuk singgah di rumah-rumah

penduduk sebagai tanda hormat walaupun pada pelaksanaannya masih banyak

penduduk sekitar PB Betawi yang lebih memilih untuk menjual buah-buahan

tersebut di sekitar Setu Babakan.

Saluran Komunikasi Promosi PB Betawi

Pengelola PB Betawi memiliki bagian khusus untuk menangani strategi dan

permasalahan pada bidang komunikasi pemasaran wisata. Bagian tersebut

merupakan satuan pelaksana pelayanan dan informasi. Salah satu tugas dari satuan

pelaksana pelayanan dan informasi adalah menyebarkan informasi mengenai PB

Betawi kepada khalayak melalui strategi-strategi yang dirasa mampu membuat

khalayak terdedah akan informasi wisata PB Betawi. Strategi tersebut dirancang

agar pesan yang dibuat bukan hanya membuat khalayak mengetahui keberadaan PB

Betawi di jakarta, melainkan juga untuk mempersuasi khalayak agar memutuskan

untuk berkunjung ke PB Betawi.

Dalam menyebarkan informasi wisata, pengelola memiliki strategi pemilihan

media komunikasi yang cocok dengan kebutuhan khalayak mendapatkan informasi.

Media komunikasi yang digunakan oleh pengelola PB Betawi dalam menyebarkan

informasi adalah sebagai berikut:

1. Media Cetak

Pengelola tetap menyebarkan informasi melalui media cetak walaupun saat ini

banyak institusi yang memilih untuk menggunakan media hibrida dalam

menyebarkan informasi. Media tersebut dipilih karena masih terdapat segmentasi

Page 42: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

26

khalayak yang hanya dapat dicapai melalui media cetak. Koran merupakan salah

satu media cetak yang menjadi andalan bagi pengelola PPB untuk menarik

perhatian masyarakat. Informasi tentang PB Betawi yang terdapat dikoran tidak

seperti pemasaran pada media lain, karena pesan yang terdapat di koran dibuat oleh

institusi media massa yang bekerjasama dengan PB Betawi. Umumnya informasi

yang terdapat di koran berupa hasil liputan event-event yang terdapat di PB Betawi.

Salah satunya adalah liputan mengenai pembukaan HUT Jakarta ke-489 yang

diadakan di PB Betawi dan dihadiri oleh pejabat penting Pemda Jakarta, salah

satunya adalah Bapak Gubernur. Institusi media massa yang biasa bekerja sama

dengan PB Betawi dalam menyebarkan informasi melalui koran adalah Berita Kota,

Pos Kota dan Kompas.

Selain koran, media cetak lainnya yang digunakan oleh pengelola PB Betawi

adalah folder dan majalah. Folder berisikan informasi mengenai profil PB Betawi

secara detail bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal PB Betawi lebih dalam.

Folder diletakan oleh pengelola di kantor UPK PB Betawi sehingga setiap

wisatawan yang singgah ke kantor UPK PB Betawi dapat membawa pulang folder

dan brosur pariwisata lainnya. Folder juga digunakan pengelola pada kegiatan

promosi langsung yang biasanya terdapat pada event-event besar di Jakarta

contohnya pada event Pekan Raya Jakarta di Kemayoran, Jakarta Pusat. Dahulu

pengelola PB Betawi menggunakan majalah dalam menyebarkan informasi wisata

PB Betawi. Namun karena dirasa kurang efektif maka penggunaan majalah sebagai

media penyebaran informasi telah diberhentikan dan hanya terfokus kepada media

yang dianggap efektif oleh pengelola dalam menyebarkan informasi kepada

khalayak.

2. Media Elektronik

Media elektronik menjadi salah satu pilihan pengelola untuk menyebarkan

informasi wisata karena saat ini intensitas khalayak mengkonsumsi informasi

melalui media elektronik masih tinggi. Media elektronik yang digunakan oleh

pengelola PB Betawi dalam menyebarkan informasi wisata adalah Televisi dan

Radio. Pada media televisi, pengelola PB Betawi bekerjasama dengan stasiun

televisi lokal pemerintah maupun swasta seperti TV One, Dai TV, Net, Kompas

dan Metro TV. Informasi wisata yang terdapat di televisi umumnya adalah liputan

mengenai even yang diselenggarakan di PB Betawi dan juga ulasan mengenai profil

wisata Perkampungan Budaya Betawi. Pengelola PB Betawi memilih televisi

sebagai media penyebaran informasi karena mulai dari anak-anak sampai dengan

orang dewasa di Indonesia khususnya Jakarta masih memiliki intensitas tinggi

dalam menonton televisi, terutama siaran berita.

Media eletronik lainnya yang digunakan pengelola adalah radio. Stasiun

radio yang bekerjasama dengan pengelola PB Betawi adalah stasiun radio Benz

Radio. Benz radio merupakan radio masyarakat betawi sehingga gaya bahasa dan

juga informasi yang termuat di dalamnya banyak membahas tentang budaya dan

masyarakat Betawi. Stasiun radio tersebut minimal menyebarkan informasi terkait

PB Betawi satu kali dalam seminggu. Hal tersebut dikarenakan minimal setiap satu

minggu sekali, pengelola PB Betawi mengadakan pentas seni tari dan seni lainnya

di akhir pekan.

3. Media Hibrida

Page 43: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

27

Untuk mengikuti perkembangan teknologi maka pengelola PB Betawi

melakukan inovasi dalam memilih media komunikasi pengembangan pariwisata,

salah satunya adalah melalui website. Pengelola PB Betawi bekerjasama dengan

Dinas Pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta menyebarkan informasi mengenai

PB Betawi melalui website yang tergabung kedalam website milik pemerintah

daerah di Jakarta.go.id. Saat ini informasi yang terdapat di website tersebut masih

diperbarui dengan informasi-informasi yang update tentang Jakarta maupun PB

Betawi. Agar website memiliki tampilan dan konten yang bagus, pengelola PB

Betawi akan bekerjasama dengan telkom untuk memperbarui konten website.

Dengan digunakannya website sebagai media komunikasi pemasaran PB Betawi,

diharapkan khalayak yang intensitas penggunaan internetnya tinggi dapat

mengakses informasi mengenai PB Betawi dengan lebih cepat, lebih lengkap dan

lebih mudah.

4. Media luar ruang

Pintu gerbang Bang Pitung 1 merupakan akses utama menuju Perkampungan

Budaya Betawi. Tepatnya di samping pintu gerbang tersebut terdapat papan

pengumuman mengenai jadwal event-event yang akan diselenggarakan pengelola

PB BetawiPB Betawi. Informasi yang ada terdapat di papan tersebut akan diganti

setiap seminggu sekali tergantung event yang akan diselenggarakan. Ukuran dan

letak papan pengumuman yang besar dan strategis dekat jalan utama membuat

masyarakat yang melewati jalan Ssrengseng Ssawah akan terdedah informasi

mengenai event-event yang akan diselenggarakan oleh pengelola PB BetawiPB

Betawi. Selain papan pengumuman, terdapat juga papan penunjuk arah dan jarak

yang dipasang oleh pengelola di beberapa lokasi jalan raya Jagakarsa dan Lenteng

Agung. Para pengendara kendaraan bermotor yang melihat kepada papan penunjuk

arah dimungkinkan pasti juga akan mendapat informasi mengenai arah dan jarak

menuju ke PB BetawiPB Betawi. Hal ini dilakukan pengelola untuk menampilkan

keberadaan PB BetawiPB Betawi sebagai kawasan wisata dan juga mempermudah

calon pengunjungwisatawan untuk mencapai lokasi PB BetawiPB Betawi.

5. Saluran Interpersonal

Pengelola merasa bahwa media yang paling efektif dalam menyebarkan

informasi mengenai PB Betawi adalah melalui kegiatan pemasaran langsung.

Kegiatan pemasaran langsung pada umumnya diadakan oleh pengelola jika terdapat

event-event besar di Jakarta maupun daerah lainnya. Event di Jakarta yang sering

dijadikan tempat pemasaran langsung pengelola PB Betawi adalah Pekan Raya

Jakarta di kemayoran. Pengelola PB Betawi bekerjasama dengan Dinas Pariwisata

membuat satu buah tenda kecil untuk tempat singgah wisatawan serta tempat

pemasaran langsung dari mulut ke mulut oleh pengelola kepada wisatawan acara

pekan raya Jakarta. Selain itu event lainnya yang dapat dijadikan peluang

melakukan pemasaran adalah pada seminar-seminar yang diadakan oleh

pemerintah. Salah satu acara yang pernah dihadiri oleh pengelola PB Betawi adalah

acara pemuda desa internasional yang diadakan di Indonesia. Pada acara tersebut

pengelola PB Betawi diberikan kesempatan untuk memaparkan mengenai profil PB

Betawi sebagai salah satu pariwisata budaya di Indonesia. Lalu saat ini pengelola

PB Betawi sedang menyusun rencana kerjasama dengan Dinas Pendidikan DKI

Jakarta untuk mewajibkan seluruh sekolah negeri di Jakarta untuk berkunjung ke

Page 44: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

28

PB Betawi sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah. Dengan adanya kerjasama

dengan Dinas Pendidikan, pengelola berharap dapat memberikan edukasi mengenai

budaya Betawi kepada murid-murid sekaligus memperkenalkan PB Betawi sebagai

pariwisata budaya Betawi satu-satunya di Jakarta sehingga dapat menceritakan

kepada teman atau keluarga lainnya.

Page 45: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

PROFIL KARAKTERISTIK WISATAWAN PB BETAWI

Karakteristik Wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

Karakteristik wisatawan Perkampungan Budaya Betawi yang diamati dalam

penelitian ini meliputi umur, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat jangkauan

geografis, tingkat pendapatan, jenis etnis, jenis motivasi berkunjung, tingkat

hubungan interpersonal, tingkat akses media massa dan tingkat partisipasi sosial.

Karakteristik wisatawan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan karakteristik wisatawan bulan Mei 2016

Karakteristik

Wisatawan

Kategori Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Umur (tahun) 17 – 30 tahun 13 32,5

31 – 39 tahun 10 25,0

40 – 54 tahun 17 42,5

Jenis Pekerjaan PNS 2 5,0

Karyawan Swasta 23 57,5

Wirausaha 9 22,5

Buruh pabrik/ Buruh lepas 1 2,5

Pelajar 3 7,5

Lainnya 2 5,0

Tingkat Pendidikan SMP/MTS atau Sederajat 2 5,0

SMA/MA atau Sederajat 24 60,0

Diploma 5 12,5

Sarjana 9 22,5

Tingkat Jangkauan

Geografis

Jakarta,Depok 38 95,0

Bogor, Tangerang, Bekasi 2 5,0

Tingkat Pendapatan Rendah (1.000.000 - 2.000.000) 10 25,0

Sedang ( 2.000.000 – 4.000.000) 20 50,0

Tinggi ( 4.000.000 – 8.000.000 ) 10 25,0

Jenis Etnis Betawi 22 55,0

Sunda 6 15,0

Jawa 11 27,5

Batak 1 2,5

Jenis Motivasi Mengisi waktu luang 23 57,5

Mengajak keluarga liburan 13 32,5

Memenuhi permintaan keluarga

untuk liburan

1 2,5

Mengikuti kegiatan sekolah/kantor 2 5,0

Urusan bisnis 1 2,5

Tingkat Hubungan

Interpersonal

Rendah (skor 6-21) 12 30,0

Sedang (skor 22-24) 14 35,0

Tinggi (skor 25-30) 14 35,0

Page 46: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

30

Karakteristik

Wisatawan

Kategori Jumlah

(n)

persentase

(%)

Tingkat Akses

Terhadap Media Massa

Rendah (frekuensi 0-80) 15 37,5

Sedang (frekuensi 81-152) 9 22,5

Tinggi (frekuensi 153-245) 16 40,0

Tingkat Partisipasi

Sosial

Rendah (frekuensi 0-1) 13 32,5

Sedang (frekuensi = 2) 10 25,0

Tinggi (frekuensi 3-7) 17 42,5

Umur

Menurut kategori umurnya, wisatawan PB Betawi mayoritas berada pada

kelompok umur 40-54 tahun (42,5%) atau sekitar 17,5% dan 10% lebih besar

berturut-turut dari kelompok umur lainnya. Di antara mereka yang berada pada

kelompok umur 40-54 tahun umumnya mengunjungi PB Betawi secara rutin

hampir setiap bulannya pada hari-hari weekend mengajak keluarga mereka dengan

alasan dominan untuk refreshing.

Wisatawan berumur 40-54 tahun dominan oleh keluarga yang sedang

melakukan refreshing baik saat hari kerja maupun akhir pekan. Di antara mereka

yang berkunjung rutin, adalah motivasi mereka mengisi liburan di akhir pekan

menonton pertunjukan tari dan juga melakukan acara kumpul keluarga besar

(family gathering) seperti arisan di saung/pendopo yang letaknya berdekatan

dengan panggung tari Perkampungan Budaya Betawi. Mereka yang berkunjung

pada waktu weekday, umumnya bermotivasi untuk melakukan kegiatan memancing

ikan di danau Setu Babakan bersama rekan-rekan mereka yang juga memiliki hobi

memancing dan ingin menikmati kuliner ala Betawi yang tersedia di sepanjang

jalan sambil menikmati pemandangan Setu Babakan. Adapun diantara wisatawan

pada kelompok umur 17–30 tahun, umumnya terdiri atas mereka yang biasa

berkunjung untuk mengisi waktu luang di sela-sela istirahat waktu perkuliahan atau

waktu kerja sambil menikmati kuliner di PB Betawi.

Pekerjaan

Menurut jenis pekerjaaannya, mayoritas wisatawan PB Betawi bekerja

selaku karyawan swasta yakni sebanyak 57,5%, atau sekitar 2,5 kali lipat dari

wisatawan yang bekerja sebagai wirausahawan. Adapun wisatawan yang bekerja

sebagai buruh menunjukkan persentase terendah (hanya sekitar 2,5%).Wisatawan

yang bekerja sebagai karyawan swasta umumnya berkunjung di siang hari waktu

hari kerja (senin- jumat), yakni pada waktu istirahat kantor untuk menikmati kuliner

di Setu Babakan dengan alasan kuliner yang disediakan memiliki cita rasa yang

enak. Alasan lainnya adalah jarak yang dekat antara kantor tempat mereka bekerja

dengan kawasan wisata PB Betawi. Di bawah ini adalah penuturan dari salah

seorang wisatawan yang berstatus karyawan swasta:

“... Kalo lagi istirahat kantor saya suka kesini buat makan siang.

Soalnya jarak kantor saya deket dari sini apalagi harga makanan

disini murah-murah, tiket masuk nya juga. Ya udah jadi tiap

Page 47: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

31

minggu pasti ada lah istirahat disini buat istirahat sama makan

...”(AS,21 tahun)

Wisatawan yang bekerja sebagai wirausaha banyak yang berkunjung di saat

hari kerja karena pada akhir pekan biasanya mereka berdagang untuk mencari

penghasilan. Para pelajar seringkali berkunjung ke PB Betawi pada waktu selepas

sekolah untuk bermain dengan teman sambil menikmati pemandangan Setu

Babakan. Wisatawan yang bekerja sebagai PNS mereka adalah guru yang

berkunjung ke PB Betawi untuk membawa anak-anak didik mereka berekreasi

sekaligus mengetahui suasana dan budaya masyarakat Betawi.

Pada saat hari kerja PB Betawi tidak pernah sepi dari wisatawan yang

hendak memancing di Setu Babakan. Umumnya mereka mulai memancing pada

sekitar pukul 08.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB, oleh karena itu wisatawan

jenis ini adalah mereka yang bekerja sebagai buruh lepas (seperti tukang bangunan)

dan karyawan swasta yang jam kerjanya menggunakan sistem shift (seperti supir).

Kegiatan memancing ini bisa dilakukan sewaktu mereka mendapatkan giliran shift

di kantor pada malam hari, sehingga pada keesokan harinya bisa memancing di Setu

Babakan. Dengan demikian, jika dilihat dari waktu yang dialokasikan, wisatawan

yang memancing mengalokasikan waktu yang tertinggi dibandingkan wisatawan

yang berprofesi sebagai PNS dan karyawan swasta yang berkunjung ke PB Betawi

pada waktu mengisi waktu istirahat di kantornya masing-masing. Pola berkunjung

para wisatawan PB Betawi tersebut tampaknya memperkuat pernyataan

Krippendorf (1997) yang mengemukakan bahwa manfaat perjalanan wisata, salah

satunya adalah travel is escape di mana perjalanan wisata merupakan pelarian dari

situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas yang menjemukkan, atau

kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja (Pitana dan Gayatri 2005).

Pendidikan

Menurut Pendidikannya, mayoritas wisatawan PB Betawi didominasi oleh

yang berpendidikan akhir SMA/MAN atau sederajat yaitu sebanyak 60% atau

berturut-turut 47,5% dan 37,5% lebih banyak daripada yang berpendidikan akhir

Diploma dan Sarjana. Wisatawan lainnya yaitu mereka yang berpendidikan akhir

SMP/MTS/sederajat menunjukkan persentase terendah (5%). Wisatawan dengan

pendidikan akhir SMA/MAN biasanya adalah keluarga yang baru saja menikah

atau memiliki satu orang anak. Wisatawan tersebut biasanya berkunjung ke PB

Betawi untuk menikmati kuliner di Setu Babakan. Selain itu, wisatawan yang

memilliki anak kecil memiliki tujuan untuk mengajak anak menaiki wahana perahu

bebek di sekitar danau Setu Babakan. Menurut Ismayanti (2010) menjelaskan

bahwa latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan preferensi dalam pemilihan

kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan salah satu penuturan wisatawan yang

berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi.

“... Saya kesini bawa anak-anak di sekolah biar mereka tau

gimana budaya Betawi yang ada di Jakarta ...” (ST, 26 tahun)

Page 48: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

32

Jangkauan Geografis

Menurut tingkat jangkauan geografisnya, mayoritas wisatawan yang

berkunjung ke PB Betawi merupakan mereka yang berdomisili di Jakarta-Depok.

Persentase mereka yang berdomisili di Jakarta- Bogor 19 kali lebih banyak

dibandingkan yang berdomisili di Bogor, Tangerang, Bekasi (Botabek) .

Wisatawan PB Betawi yang berdomisili di wilayah Jakarta-depok umumnya

dilatarbelakangi oleh dekatnya jarak tempat tinggal mereka dengan kawasan PB

Betawi sehingga untuk liburan atau sekedar mengisi waktu luang para calon

wisatawan lebih memiliki kawasan wisata PB Betawi dibandingkan kawasan wisata

lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu wisatawan PB Betawi yaitu:

“... Setu kan deket dari rumah saya jadi saya suka bawa anak-

anak kesini kalo lagi libur apalagi bisa dibilang masuk ke setu

bayarnya murah Cuma bayar parkir aja 2000 rupiah. Buat

yang suka liburan tapi gamau jauh-jauh kaya saya ya cocok

dah liburan di Setu ...”(ZN,42 tahun)

Wisatawan yang berdomisili di kawasan Botabek memiliki beberapa

motivasi untuk mengunjungi kawasan PB Betawi walaupun jarak yang ditempuh

cukup jauh. Motivasi yang utama adalah PB Betawi adalah satu-satunya tempat

wisata yang memiliki perpaduan antara budaya Betawi, pemandangan alam dan

kuliner khas di Jakarta. Jakarta yang sudah menjadi kota metropolitan dan padat

penduduk sulit untuk ditemukannya kawasan seperti PB Betawi. Oleh karena itu

wisatawan rela untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menikmati

atraksi-atraksi wisata yang terdapat di PB Betawi. Motivasi lainnya adalah mereka

berkunjung ke PB Betawi untuk mengetahui harga-harga penyewaan fasilitas

seperti pendopo dan teras rumah adat untuk kegiatan kumpul keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan penyataan Morissan (2010) yang mengemukakan bahwa

kebiasaan konsumen, dalam hal ini wisatawan PB Betawi, berbeda-beda yang

dipengaruhi oleh lokasi dimana mereka tinggal.

Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapatannya, mayoritas wisatawan tergolong ke

dalam kategori sedang. Wisatawan yang tergolong ke dalam kategori sedang

memiliki persentasi 25% lebih banyak daripada mereka yang tergolong kedalam

tingkat pendapatan tinggi dan rendah. Mereka yang berpendapatan sedang

umumnya bekerja sebagai karyawan swasta di suatu perusahaan. Jenis

pekerjaannya mulai dari staff, satpam, sales dan driver. Wisatawan yang

berpendapatan tinggi umumnya bekerja sebagai Guru dan berstatus sebagai PNS.

Lalu wisatawan dengan kategori rendah umumnya berprofesi sebagai satpam,

pedagang dan buruh bangunan.

PB Betawi merupakan tempat yang tepat untuk berkegiatan wisata bagi

semua jenis kalangan baik itu ekonomi bawah, ekonomi sedang dan ekonomi tinggi.

Dengan uang sebesar 2000 rupiah maka wisatawan sudah bisa masuk kedalam

kawasan PB Betawi sehingga banyak wisatawan yang mengatakan bahwa motivasi

mereka berkunjung dilatarbelakangi oleh harga masuk ke PB Betawi yang murah.

Biaya tersebut dianggap tidak memberatkan wisatawan karena setelah masuk

Page 49: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

33

kawasan PB Betawi mereka dapat berada dikawasan tersebut tanpa batas waktu

mulai dari pukul 08.00 samai dengan 17.00. Selain itu biaya sebesar 2000 rupiah

yang dikenakan dihitung per kendaraan motor roda dua, bukan per wisatawan

sehingga apabila satu keluarga ingin berkunjung menggunakan sepeda motor,

keluarga tersebut hanya perlu menyiapkan uang sebesar 2000 rupiah. Fenomena ini

sesuai dengan Yoeti (2001b) yang menyebukan bahwa orang yang melakukan

perjalanan wisata adalah orang yang memiliki uang lebih yang tidak akan

mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa

wisatawan PB Betawi cocok bagi wisatawan yang berpendapatan rendah, sedang,

maupun tinggi karena uang sebesar 2000 rupiah yang dikenakan oleh pengelola

kepada wisatawan tidak mengurangi biaya untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga. Seperti penuturan wisatawan berikut yang dapat mewakili wisatawan

lainnya.

“... Setu kan deket dari rumah saya jadi saya suka bawa anak-

anak ke sini kalo lagi libur, apalagi bisa dibilang masuk ke setu

bayarnya murah, cuma bayar parkir aja 2000 rupiah. Buat yang

suka liburan tapi gak mau jauh-jauh kaya saya ya cocok dah

liburan di Setu ...”(ZN,42 tahun)

Wisatawan yang berpendapatan tinggi cenderung memiliki tujuan lain

selain berwisata ke PB Betawi. Tujuan lain tersebut bisa berupa mencari informasi

mengenai prosedur penyewaan rumah adat untuk acara kumpul keluarga besar.

Selain itu ada pula wisatawan yang ingin menyewa gambang krombong untuk acara

hajatan dirumah sehingga perlu menanyakan informasi mengenai gambang

kromong secara langsung kepada pengelola PB Betawi karena wisatawan tersebut

tidak memiliki nomor telepon atau kontak yang dapat dihubungi terkait penyewaan

fasilitas yang terdapat di PB Betawi.

Etnis

Pada Tabel 2 dapat dilihat berbagai macam etnis yang berkunjung ke PB

Betawi. Etnis tersebut adalah Betawi, Sunda, Jawa dan Batak. Wisatawan PB

Betawi didominasi oleh mereka yang beretnis Betawi. Wisatawan yang beretnis

Betawi berturut-turut memiliki persentase 27,5% dan 40% lebih banyak daripada

mereka yang beretnis Jawa dan Sunda. Lalu, wisatawan yang beretnis Batak

memiliki persentase paling rendah dibandingkan etnis lainnya (1%). Mayoritas

wisatawan yang beretnis Betawi disebabkan oleh terdapatnya seni dan budaya

Betawi yang menjadi atraksi wisata PB Betawi. Selain itu PB Betawi merupakan

satu-satunya perkampungan Betawi yang dijadikan kawasan wisata sehingga

keberadaannya sudah cukup diketahui banyak orang menurut salah satu anggota

forum pengkajian dan pengembangan. Wisatawan juga banyak yang menyatakan

bahwa berkunjung ke PB Betawi sama rasanya dengan mengenang masa kecil

karena bangunan-bangunan Betawi yang terdapat di PB Betawi merupakan rumah

adat Betawi asli. Seperti yang dikatakan oleh salah satu wisatawan yaitu:

“... Kalo pergi ke setu tuh rasanya kaya pulang kampung, jadi

inget pas kita kecil gara-gara rumah Betawinya mirip banget

kaya rumah Betawi waktu saya kecil. Terus juga saya kan orang

Page 50: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

34

Betawi, makanya saya suka pertunjukan seni dan budaya

Betawi. Kalo ada waktu buat liat pertunjukan pasti saya

sempetin nonton.Terus dimana lagi saya bisa beli makanan khas

Betawi selain disini ...” (YS,34 tahun)

Wisatawan dengan etnis selain Betawi yang melakukan kunjungan pada

saat akhir pekan memiliki motivasi ingin mengetahui seni dan budaya

masyarakat Betawi, sedangkan etnis lain yang berkunjung pada saat hari kerja

biasanya berkunjung untuk mengisi waktu luang sambil menikmati

pemandangan danau Setu Babakan. McIntosh (1977) seperti dikutip dalam

Pitana dan Gayatri (2005) mengemukakan bahwa terdapat motivasi dalam diri

wisatawan yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian

daerah lain yang dikenal dengan cultural motivation.

Motivasi berkunjung

Berdasarkan jenis motivasi berkunjung, mayoritas wisatawan memiliki

motivasi untuk mengisi waktu luang (55%). Wisatawan dengan motivasi tersebut

lebih banyak 25% dibandingkan wisatawan yang memiliki motivasi untuk

mengajak keluarga liburan. Lalu persentase wisatawan yang motivasinya adalah

memenuhi ajakan keluarga dan urusan bisnis memiliki persentase yang sama yaitu

sebesar 2,5% atau sekitar 12 kali lebih kecil dibandingkan mereka yang memiliki

motivasi untuk mengisi waktu luang. Selain itu, wisatawan yang memiliki motivasi

untuk mengikuti kegiatan sekolah/kantor memiliki persentase 2 kali lebih besar

dibandingkan mereka yang memiliki motivasi untuk memenuhi ajakan keluarga

atau urusan bisnis.

Wisatawan yang dilatarbelakangi oleh motivasi mengisi waktu luang

biasanya adalah para karyawan yang sedang istirahat atau libur sejenak di sela-sela

kesibukannya. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk mengisi waktu luang di PB

Betawi salah satunya dengan memancing. Selain itu ada juga wisatawan yang hanya

memesan minuman kopi dan merokok sambil menikmati asrinya Setu Babakan.

Kawasan PB Betawi setiap bulannya pasti dikunjungi oleh murid sekolah sebagai

bagian dari kegiatan belajar mengajar. Salah satu wisatawan yang berprofesi

sebagai guru mengatakan bahwa dirinya berkunjung bersama dengan guru-guru

lainnya dan juga anak-anak murid dalam rangka memperingati hari Kartini pada

tanggal 21 April 2016. Kegiatan ini diisi dengan lomba-lomba busana adat yang

dipertunjukkan di panggung seni tari Perkampungan Budaya Betawi. Selain itu

terdapat pula wisatawan yang berkunjung dengan motivasi lain yaitu untuk mencari

informasi terkait penyewaan pendopo atau teras rumah adat Betawi untuk

melaksanakan kegiatan arisan keluarga besar.

Page 51: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

35

Tingkat Hubungan Interpersonal

Tingkat hubungan interpersonal penting diteliti dalam penelitian ini karena

berhubungan dengan potensi wisatawan dalam menerima informasi mengenai PB

Betawi dari orang lain. Mereka yang memiliki tingkat hubungan interpersonal yang

tinggi diduga memiliki keterdedahan yang tinggi. Pada variabel tingkat hubungan

interpersonal, wisatawan dengan kategori tinggi dan sedang memiliki persentase

yang sama (35%) lalu diikuti oleh kategori rendah (35%) yang lebih rendah 5%

daripada kategori sedang dan tinggi. Wisatawan yang termasuk kedalam kategori

hubungan interpersonal yang rendah umumnya merupakan orang yang sedang

merantau di Jakarta sehingga jarang melakukan komunikasi tatap muka dengan

keluarga besar juga teman. Seperti informasi yang disampaikan oleh salah satu

wisatawan yang termasuk kedalam kategori ini yaitu:

”... Saya ngerantau dek di Jakarta Cuma tinggal anak istri

aja.Keluarga saya semuanya di Jawa, jadi kalau pulang ya kalau

lagi liburan aja, selebihnya paling lewat telpon ...”(MA,45 tahun)

Adapun mereka yang termasuk kedalam kategori hubungan interpersonal

tinggi umumnya tinggal di dekat rumah orang tua atau keluarga besar sehingga

kegiatan tatap muka berjalan dengan lancar.

Tingkat Akses terhadap Media Massa

Pada Tabel 2 terlihat bahwa tingkat akses terhadap media massa dan juga

tingkat partisipasi sosial wisatawan PB Betawi mayoritas berada pada kategori

tinggi, lalu berturut-turut diikuti oleh kategori rendah (diantara > 35% sampai

dengan < 37,5%) dan kategori tinggi (diantara >15% sampai dengan <35%). Secara

keseluruhan, keterdedahan wisatawan terhadap media massa ditunjukkan oleh

Gambar 5.

Gambar 5 Rata-rata frekuensi keterdedahan media massa wisatawan PB Betawi bulan Mei

2016

1 0,1

9

93

3

10

M E D I A M A S S A

Koran Majalah Website Media Sosial Radio Televisi

Page 52: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

36

Saat ini tingkat akses terhadap media massa besar dipengaruhi oleh

penggunaan media sosial hibrida untuk mencari informasi. Dari Tabel 3 dapat

terlihat sebanyak 37,5% dari total wisatawan termasuk ke dalam kategori tingkat

akses terhadap media massa rendah. Wisatawan yang termasuk kedalam kategori

tingkat akses media massa yang rendah umumnya juga rendah frekuensinya dalam

penggunaan media sosial hibrida dalam mencari informasi. Dari Gambar 5 dapat

dilihat bahwa dalam seminggu rata-rata wisatawan PB Betawi mengakses media

sosial sebanyak 93 kali. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan

frekuensi mengakses informasi melalui koran yang hanya 1 kali dalam seminggu,

majalah yang hampir semua wisatawan tidak membaca majalah, website sebanyak

9 kali, radio sebanyak 3 kali dan televisi sebanyak 10 kali dalam satu minggu

terakhir. Selain itu rendahnya tingkat akes terhadap media massa juga disebabkan

kesibukan wisatawan dalam bekerja sehingga frekuensi untuk menonton televisi,

mendengar radio dan membaca media cetak juga jarang. Berikut adalah pernyataan

dari salah satu wisatawan yang termasuk kedalam kategori keterdedahan media

massa yang rendah :

”... Saya jarang mas nonton tv atau denger radio soalnya saya

kan kerja sistemnya shift. Jadi kerjanya bisa pagi atau malem.

Pulang kerja langsung tidur terus kerja lagi. Paling juga kalo mau

nonton tv dan lain-lain pas lagi libur soalnya kita kan harus fokus

pas lagi kerja ...” (RL,33 tahun)

Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa 22,5% wisatawan termasuk kedalam

kategori tingkat akses terhadap media massa sedang. Selanjutnya 40% wisatawan

termasuk kedalam kategori tingkat akses terhadap media massa tinggi. Penggunaan

smartphone menjadi pemicu yang mempengaruhi frekunsi wisatawan dalam

mengakses media massa. Dalam satu hari terdapat wisatawan yang dapat

mengakses media sosial melalui smartphone hingga sebanyak 30 kali, artinya

dalam seminggu wisatawan dapat mengakses informasi melalui media sosial

sebanyak 210 kali. Wisatawan pada umumnya mengakses televisi dan radio di

waktu senggang seperti ketika sebelum berangkat kerja ataupun sepulang kerja.

Beberapa wisatawan juga mendengarkan siaran radio ketika sedang mengendarai

mobil ke tempat bekerja. Informasi yang didapat wisatawan melalui televisi dan

radio beraneka ragam dapat berupa informasi berita nasional, berita mancanegara,

informasi musik dan artis. Mayoritas wisatawan kurang terdedah media massa cetak

seperti koran dan majalah. Hal ini disebabkan koran dan majalah elektronik lebih

populer dibandingkan koran dan majalah cetak. Kemudahan mengakses dan juga

biaya yang murah menjadi alasan untuk mengakses koran dan majalah elektronik

melalui smartphone.

Tingkat Partisipasi Sosial

Partisipasi sosial adalah banyaknya keikutsertaan wisatawan dalam

kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi kegiatan pengajian,

arisan, hajatan dan kerja bakti dalam satu minggu terakhir. Dari kegiatan-kegiatan

sosial tersebut wisatawan memiliki kemungkinan untuk menerima informasi

mengenai PBB. Persentase kegiatan partisipasi sosial wisatawan secara keseluruhan

ditunjukkan oleh gambar berikut.

Page 53: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

37

Gambar 6 Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

kegiatan sosial bulan Mei 2016

Merujuk pada Tabel 2 diketahui sebanyak 77,5% wisatawan terlibat dalam

kegiatan sosial, sedangkan 22,5% lainnya tidak terlibat dalam kegiatan sosial dalam

satu minggu terakhir. Pada Gambar 6 terlihat bahwa mayoritas wisatawan

mengikuti kegiatan hajatan dalam satu minggu terakhir (62,5%) sedangkan

wisatawan yang mengikuti kegiatan arisan dan kerja bakti hanya sebesar (35%) atau

lebih kecil 27,5% lebih kecil daripada persentase wisatawan yang mengikuti

kegiatan hajatan. Kegiatan pengajian hanya diikuti wisatawan sebanyak (40%) atau

5% lebih banyak daripada mereka yang mengikuti kegiatan sosial. Hanya 2,5%

wisatawan mengatakan mengikuti kegiatan sosial di luar kegiatan pengajian, arisan,

kerja bakti, dan hajatan dalam satu minggu terakhir. Wisatawan yang tidak terlibat

dalam kegiatan sosial memiliki alasan karena sibuk bekerja. Selain itu ada juga

yang sebenarnya mengikuti kegiatan sosial tapi tidak dalam 1 minggu terakhir.

Kegiatan pengajian merupakan kegiatan masyarakat Indonesia yang

beragama muslim untuk melakukan doa bersama dengan membaca kitab suci dan

bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wisatawan yang tidak melakukan

kegiatan pengajian dilatarbelakangi oleh jam kerja yang tidak sesuai dengan waktu

kegiatan mengaji. Selain itu mereka yang berstatus sebagai pelajar cenderung tidak

melakukan kegiatan pengajian karena adanya kegiatan di kampus yang tidak bisa

ditinggalkan. Pada umumnya kegiatan arisan dilangsungkan satu kali dalam

seminggu dengan secara bergantian dari rumah kerumah atau dilakukan bersamaan

dengan kegiatan pengajian.

Kerja bakti adalah kegiatan gotong –royong bapak-bapak dan ibu-ibu untuk

menjaga keutuhan infrastruktur kawasan pemukiman yang dipimpin oleh ketua RT.

Kegiatan ini biasanya diisi oleh bersih-bersih saluran air, pembersihan sampah dan

pembetulan jalan. Umumnya kegiatan kerja bakti dilakukan selama satu bulan

sekali. Hajatan adalah acara yang diadakan suatu keluarga dalam rangka perayaan

seperti pernikahan, khitanan dan slametan. Kegiatan hajatan tidak bisa diprediksi

frekuensinya dalam satu minggu karena wisatawan hanya menghadiri acara hajatan

sesuai kerabat yang memberikan undangan. Dalam satu minggu terakhir terdapat

wisatawan yang tidak menghadiri hajatan sama sekali tetapi ada juga yang

mengahadiri acara hajatan sebanyak 5 kali dalam seminggu. Kegiatan sosial lain

40

35

35

62

,5

2,5

K E G I A T A N S O S I A L

Pengajian Arisan Kerja Bakti Hajatan Lainnya

Page 54: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

38

yang diikuti oleh wisatawan di luar pengajian, arisan,kerja bakti dan hajatan adalah

ronda atau siskamling dalam lingkup Rukun Tetangga (RT) di malam hari untuk

menjaga keamanan wilayah sekitar.

Page 55: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

KETERDEDAHAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN

PARIWISATA

Sebagaimana telah dikemukakan pada Gambar 3, dalam penelitian ini

terdapat tiga variabel antara yang diduga mempengaruhi efektivitas komunikasi

Pengembangan Pariwisata di PB Betawi, yaitu Tingkat keragaman sumber

informasi PB Betawi (X12), Tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi

(X13), dan Tingkat Penerimaan Isi Pesan PB Betawi (X14). Tabel 5 di bawah ini

mengemukakan distribusi wisatawan menurut ketiga variabel tersebut.

Tabel 3 Persentase wisatawan PB Betawi berdasarkan tingkat keterdedahan

informasi bulan Mei 2016

No

Keterdedahan

Persentase (%)

Total (%) Rendah Sedang Tinggi

1 Tingkat keragaman

sumber informasi PB

Betawi

50,0 12,5 37,5 100

2 Tingkat keterdedahan

sumber informasi PB

Betawi

50,0 15,0 35,0 100

3 Tingkat Penerimaan Isi

Pesan

35,0 25,0 40,0 100

Seperti terlihat pada Tabel 3, kecuali pada variabel “Tingkat Penerimaan Isi

Pesan” dua variabel antara lainnya dominan tergolong kategori rendah (masing-

masing 50%) , diikuti oleh mereka yang tergolong kategori tinggi ( diantara >35%

sampai dengan <40%). Pada Tingkat Penerimaan Isi Pesan mayoritas wisatawan

tergolong kategori tinggi (40%), diikuti oleh persentase sedang dan rendah, di mana

mereka yang tergolong persentase kategori rendah sebesar 35% atau 10% lebih

rendah dari mereka pada kategori sedang. Untuk lebih rincinya, penjelasan

mengenai keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata dapat dilihat

sebagai berikut:

Tingkat Keragaman Sumber Informasi PB Betawi

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat keragaman sumber informasi PB

Betawi berada dalam kategori rendah, yaitu sebesar 50%. Hal ini disebabkan

wisatawan masih kurang mengetahui ragam media komunikasi yang digunakan

pengelola PB Betawi dalam menyampaikan informasi. Umumnya, wisatawan yang

masuk kedalam kategori ini menggunakan atau mengakses informasi melalui

kurang dari 7 jenis media. Wisatawan cenderung mendapatkan informasi bukan dari

media komunikasi yang digunakan oleh pengelola melainkan melalui cerita dari

orang lain baik dari pihak keluarga, rekan kerja, teman maupun tetangga. Ragam

sumber informasi yang digunakan wisatawan PB Betawi terbagi kedalam 5

Page 56: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

40

kategori, yaitu komunikasi interpersonal, media cetak, media hibrida, media luar

ruang dan media elektronik.

Gambar 7 Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

sumber informasi bulan Mei 2016

Gambar 7 menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak

digunakan oleh wisatawan untuk mengetahui PB Betawi adalah media luar ruang.

Media luar ruang merupakan media yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti

di pinggir jalan, pusat keramaian dsb. Ketertarikan untuk berkunjung ke PB Betawi

muncul karena intensitas wisatawan melihat media luar ruang PB Betawi cukup

tinggi, seperti penuturan salah satu wisatawan yang dapat mewakili wisatawan

lainnya:

“... Saya tau Setu Babakan dari papan penunjuk arah yang

warna ijo di jalan.Awalnya sih biasa aja tapi gara-gara saya

pulang pergi lewat jalan yang ada penunjuk arah ke Setu

Babakan jadinya saya pengen tahu Setu Babakan tuh apaan

...”(AY,32 tahun)

Berikutnya, sebesar 29% wisatawan menggunakan informasi dari orang lain

sebagai sumber informasi PB Betawi. Mayoritas wisatawan yang mendapat

informasi dari orang lain biasanya mendapat informasi tentang PB Betawi pada

kurun waktu yang sudah lama sehingga informasi yang didapat kurang update.

Setelah mendapatkan informasi dari orang lain biasanya wisatawan mencari tahu

lebih lanjut dengan cara mendatangi langsung kawasan PB Betawi. Cukup banyak

wisatawan yang pada awalnya mendapat informasi dari orang lain namun setelah

berkunjung wisatawan tersebutlah yang menyebarkan informasi kepada orang lain

atau kerabat terdekatnya. Seperti pernyataan salah satu wisatawan berikut ini:

“... Saya udah lama banget dikasih tau temen soal Setu

Babakan. Sekali dikasih tau saya langsung kesini. Habis itu

malah saya yang cerita ke orang-orang lain tentang Setu

Komunikasi interpersonal

29%

Media Cetak4%

Media Elektronik24%

Media Hibrida12%

Media Luar Ruang31%

Komunikasi interpersonal Media Cetak Media Elektronik

Media Hibrida Media Luar Ruang

Page 57: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

41

Babakan contohnya kaya danaunya sekarang udah diperluas

terus ada gedung baru dan fasilitas baru yang lain...”(MS,38

tahun)

Komunikasi interpersonal disukai karena informasi datang dari orang lain

yang pernah merasakan dan juga pernah memiliki pengalaman berkunjung ke PB

Betawi sehingga terdapat pesan-pesan yang tidak dapat disampaikan oleh media

lain tetapi dapat disampaikan melalui komunikasi interpersonal yaitu pesan emosi

seperti ekspresi bahagia ketika bercerita tentang pengalaman berkunjung ke PB

Betawi.

Selanjutnya sumber informasi ketiga yang banyak digunakan untuk mencari

sumber informasi mengenai PB Betawi adalah media elektronik. Sebanyak 24

persen wisatawan mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari media

elektronik yaitu televisi dan radio. Umumnya wisatawan hanya menonton siaran

televisi yang terdapat informasi, liputan atau promosi mengenai PB Betawi

sebanyak satu sampai 2 kali seumur hidup. Menurut beberapa wisatawan, stasiun

televisi yang pernah menyiarkan liputan mengenai PB Betawi adalah TVRI dan

RCTI. Selanjutnya media selanjutnya adalah media hibrida sebanyak 12% dan

media cetak sebanyak 4%. Dari kedua media tersebut wisatawan sangat jarang

menemukan atau terdedah informasi mengenai kawasan wisata PB Betawi. Pada

media hibrida, wisatawan mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari foto

dan kata-kata yang diunggah oleh teman yang sedang berkunjung ke PB Betawi

melalui social media seperti instagram dan path. Untuk media cetak, pengelola

menggunakan media promosi berbentuk folder. Mayoritas wisatawan tidak

mengetahui bahwa kawasa wisata PB Betawi memiliki folder sebagai media

promosi karena folder hanya dibagikan kepada pengunjung yang berkunjung ke

kantor UPK PBB.

Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi PB Betawi

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan sumber informasi pada

wistawan Perkampungan Budaya Betawi berada dalam kategori rendah. Hal ini

disebabkan reponden jarang mengakses atau menerima informasi mengenai PB

Betawi. Berikut adalah frekuensi penerimaan pesan dari berbagai sumber.

Page 58: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

42

Tabel 4 Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan keterdedahan sumber informasi bulan Mei 2016

No Media Komunikasi Persentase (%) Rata – rata*

Tidak

Pernah

Jarang Sering

1 Keluarga Inti 20,0 47,5 22,5 2,28

2 Keluarga Besar 35,0 42,5 22,5 1,98

3 Rekan Kerja 35,0 30,0 35,0 2,15

4 Teman 27,5 37,5 35,0 2,28

5 Leaflet 90,0 10,0 0 1,10

6 Majalah 95,0 2,5 2,5 1,08

7 Media Sosial 70,0 22,5 7,5 1,40

8 Internet 75,0 20,0 5,0 1,30

9 Spanduk 25,0 40,0 35,0 2,25

10 Papan Penunjuk

Jalan

2,5 27,5 70,0 3,08

11 Radio 45,0 42,5 12,5 1,75

12 Televisi 30,0 50,0 20,0 1,98 *Rataan skor : 1= tidak pernah 2=jarang 3=sering

Tabel 4 menunjukkan frekuensi penerimaan pesan dari berbagai jenis media

yang digunakan oleh wisatawan dalam menerima informasi mengenai PB Betawi.

media yang mayoritas tidak pernah diakses oleh wisatawan adalah folder, majalah,

media sosial, internet, dan radio. Lalu sumber informasi yang mayoritas jarang

diakses oleh wisatawan untuk mencari informasi mengenai PB Betawi adalah

keluarga inti, keluarga besar, teman, spanduk dan televisi. Media komunikasi yang

sering memberikan wisatawan informasi mengenai PB Betawi adalah papan

penunjuk arah yang terdapat di jalan sekitar Depok, Jagakarsa, Ciganjur dan

Lenteng Agung. Alasan media komunikasi folder, majalah, media sosial, internet

dan radio tidak pernah menjadi media pilihan untuk mendapatkan informasi

mengenai PB Betawi adalah media-media tersebut kurang bisa memberikan

gambaran mengenai kawasan PB Betawi. Adapun folder hanya bisa didapat dari

kantor pengelola PB Betawi. Mayoritas wisatawan yang melakukan kunjungan

jarang mengunjungi kantor pengelola untuk mencari informasi sehingga folder

jarang didapatkan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak wisatawan

yang menggunakan media komunikasi interpersonal seperti keluarga inti, keluarga

besar, dan teman karena media interpersonal dapat menggambarkan secara rinci

informasi-informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi.

Walaupun media interpersonal dipercaya oleh wisatawan untuk

memberikan informasi, tetapi wisatawan jarang menerima informasi dari media

tersebut. Setelah mendapat informasi melalui media interpersonal,wisatawan juga

cenderung merasa puas dan tidak lagi mencari-cari informasi melalui media lain.

Umumnya wisatawan hanya diberi informasi melalui keluarga atau teman

mengenai informasi PB Betawi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah itu

wisatawan cenderung mencari informasi tentang PB Betawi dengan berkunjung

Page 59: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

43

langsung ke lokasi wisata. Berikut adalah penuturan salah satu wisatawan yang

dapat mewakili wisatawan lainnya:

“... Saya Cuma dapet info sekali dari temen, abis itu saya tau

sendiri info-info dan perkembangan disini gara-gara saya suka

kunjung kesini. Saya gapernah buka-buka atau nyari tentang

Setu Babakan dari internet atau yang lain-lain ...”(NR,29)

Tabel 4 menunjukkan bahwa wisatawan seringkali mendapatkan informasi

mengenai PB Betawi dari papan penunjuk arah. Papan penunjuk arah di jalan sangat

strategis untuk dilihat wisatawan ketika sedang menaiki kendaraan di jalan. Hampir

setiap hari wisatawan berangkat dan pulang kerja melewati jalan yang sama dengan

ditempatkannya papan penunjuk arah menuju PB Betawi. Oleh karena itu

wisatawan sering terdedah informasi mengenai PB Betawi dari papan penunjuk

arah. Namun demikian, kekurangan papan penunjuk arah adalah informasi yang

terdapat pada media tersebut hanya sebatas jarak dan lokasi untuk memandu

wisatawan ke lokasi wisata Perkampungan Budaya Betawi.

Tingkat Penerimaan Isi Pesan

Jenis pesan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu pesan atraksi

(attraction), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas penunjang (amenities).

Pertama adalah attraction, merupakan pesan yang dibuat oleh pengelola sebagai

pemikat minat khalayak. Pada umumnya pesan atraksi berisikan objek-objek wisata

dan keunikan yang terdapat di dalam suatu kawasan wisata. Di PB Betawi pesan-

pesan yang tergolong atraksi adalah informasi mengenai Setu Babakan, seni tari,

festival budaya, wisata air, kuliner dan perkampungan Betawi. Kedua adalah

aksesibilitas, merupakan pesn-pesan yang berisikan informasi mengenai cara

mencapai atau berhubungan dengan kawasan wisata. Pesan aksesibilitas yang

terdapat di PB Betawi dapat berupa lokasi kawasan PB Betawi, peta area wisata PB

Betawi, akses menuju lokasi via kendaraan pribadi, akses via kendaraan umum, dan

contact person yang dapat dihubungi oleh khalayak untuk mencari informasi

seputar PB Betawi. Ketiga adalah pesan mengenai fasilitas yang merupakan pesan

berupa informasi mengenai kelengkapan dan fasilitas yang terdapat di kawasan

wisata. Pesan mengenai fasilitas dalam komunikasi pengembangan pariwisata PB

Betawi dapat berupa informasi fasilitas yang disediakan, kondisi fasilitas saat ini,

dan harga penggunaan fasilitas.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas wisatawan sebanyak 40 %

berada pada kategori tingkat penerimaan isi pesan yang tinggi. Wisatawan yang

berada pada kategori tinggi bercirikan banyak mendapatkan informasi mengenai

PB Betawi dari media yang digunakan untuk mencari atau mengakses informasi

seputar PB Betawi baik itu pesan jenis atraksi, aksesibilitas, maupun fasilitas.

Mereka yang termasuk kedalam kategori rendah umumnya baru sekali melakukan

kunjungan atau mereka hanya tertarik mencari informasi yang menurut mereka

penting untuk diketahui. Lalu wisatawan yang termasuk kedalam kategori ini

biasanya hanya satu sampai dua kali mendapat informasi melalui orang lain dan

selebihnya mereka mencari informasi sendiri mengenai PB Betawi dengan

Page 60: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

44

berkunjung langsung. Seperti penuturan oleh perwakilan dari wisatawan berikut

ini:

“... Saya jarang nanya-nanya ke orang mas apalagi kalo yang

kaya perahu bebek gitu-gitu gara-gara saya gak pernah pengen

jadi gatau sama sekali ...”(FA,23 tahun)

Secara keseluruhan, tingkat penerimaan pesan di Perkampungan Budaya

Betawi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan jenis informasi bulan Mei 2016

No

Jenis Informasi

Persentase (%)

Rata-rata Skor* Tidak

Pernah

Jarang Sering

1 Setu Babakan 22,5 42,5 35 2,28

2 Seni tari 25 42,5 32,5 2,18

3 Festival budaya 27,5 47,5 25 2,03

4 Wisata air 40 42,5 17,5 1,80

5 Kuliner 25 22,5 52,5 2,55

6 Perkampungan Betawi 35 30 35 2,20

7 Lokasi kawasan PB

Betawi

17,5 30 52,5 2,60

8 Peta area wisata PB

Betawi

45 27,5 27,5 1,98

9 Akses kendaraan

pribadi

12,5 45 32,5 2,58

10 Akses kendaraan umum 42,5 40 17,5 1,83

11 Contact person 72,5 20 7,5 1,40

12 Media informasi publik 70 25 5 1,40

13 Fasilitas 37,5 45 17,5 1,88

14 Kondisi fasilitas 37,5 45 17,5 1,90

15 Harga 42,5 42,5 15 1,83 *Rataan skor : 1= tidak pernah 2=jarang 3=sering

Tabel 5 menunjukkan informasi mengenai PB Betawi yang seharusnya

diketahui oleh wisatawan apabila terdedah informasi secara lengkap. Terdapat

beberapa informasi mengenai PB Betawi yang frekuensinya berada pada kategori

sering yaitu informasi mengenai kuliner, Perkampungan masyarakat Betawi, dan

lokasi kawasan PB Betawi. Data tersebut menjelaskan bahwa ketika wisatawan

mencari/mengakses informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi maka

informasi yang sering diterima oleh wisatawan adalah informasi mengenai kuliner,

perkampungan Betawi, dan lokasi kawan PB Betawi.

Mayoritas wisatawan tidak pernah terdedah informasi mengenai peta area

wisata, contact person, media informasi publik dan harga. Data tersebut

menjelaskan bahwa selama mencari/mengakses informasi mengenai

Perkampungan Budaya Betawi, informasi mengenai peta area wisata, contact

Page 61: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

45

person, media informasi publik dan harga penggunaan fasilitas seringkali tidak

tersampaikan kepada wisatawan. Kurangnya informasi wisatawan mengenai

informasi peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga

penyewaan fasilitas PB Betawi dapat disebabkan oleh dua alasan. Alasan yang

pertama adalah informasi yang dikomunikasikan oleh pengelola kepada wisatawan

melalui akitivtas komunikasi pemasaran tidak menonjolkan informasi mengenai

mengenai peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga

penggunaan fasilitas. Alasan kedua adalah wisatawan sendiri merasa tidak perlu

untuk mengetahui informasi tersebut sehingga mereka tidak pernah mencari atau

mengakses lebih lanjut mengenai informasi mengenai peta area wisata, contact

person, media informasi publik dan harga penggunaan fasilitas. Kurangnya

keterdedahan mengenai beberapa informasi PB Betawi menimbulkan pengaruh

pada keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke PB Betawi. Sebagai

contoh pada wisatawan yang tidak terdedah mengenai contact person pengelola PB

Betawi memutuskan pergi ke kawasan PB Betawi untuk menanyakan informasi

secara langsung kepada pengelola PB Betawi terkait penyewaan gambang kromong

dan rumah adat untuk acara keluarga.

Hubungan Antara Karakteristik Wisatawan PB Betawi Dengan

Keterdedahan Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Hubungan antara karakteristik wisatawan PB Betawi dengan keterdedahan

komunikasi pengembangan pariwisata dianalisis dengan koefisien kontingensi dan

Rank Spearman ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik wisatawan dengan keterdedahan

komunikasi pengembangan pariwisata di Perkampungan Budaya Betawi

Karakteristik

wisatawan Koefisien

Keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

No Tingkat

keragaman

sumber

informasi

Tingkat

keterdedahan

sumber

informasi

Tingkat

penerimaan isi

pesan

1 Umur 𝛾𝑠 -0,42 0,228 0,451**

2 Jenis pekerjaan 𝐶 0,716 0,843* 0,858

3 Tingkat

pendidikan 𝛾𝑠 0,497** 0,308 0,177

4 Tingkat

jangkauan

geografis

𝛾𝑠 0,110 0,045 -0,129

5 Tingkat

pendapatan 𝛾𝑠 0,178 0,165 0,256

6 Jenis etnis 𝐶 0,681 0,664 0,750

7 Jenis motivasi

berkunjung 𝐶 0,750* 0,772 0,859*

8 Tingkat

Hubungan

nterpersonal

𝛾𝑠 0,084 0,165 -0,31

9 Tingkat akses

media massa 𝛾𝑠 0,224 0,068 -0,082

10 Tingkat

partisipasi sosial 𝛾𝑠 0,080 0,163 0,285

Page 62: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

46

Keterangan:

* = Hubungan nyata pada selang kepercayaan 95%

**= Hubungan sangat nyata pada selang kepercayaan 99%

Pada Tabel 6 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa faktor karakteristik

yang memiliki hubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan

pariwisata adalah umur dengan tingkat penerimaan isi pesan, jenis pekerjaan

dengan tingkat keterdedahan sumber infromasi, jenis motivasi dengan tingkat

tingkat keragaman sumber informasi, dan motivasi dengan tingkat penerimaan isi

pesan. Variabel tersebut dikatakan berhubungan karena memiliki nilai p < 0,05.

Hubungan karakteristik wisatawan dengan komunikasi pengembangan pariwisata

menunjukkan nilai koefisien korelasi yang berada pada tingkat keeratan sedang

(𝛾𝑠=0,41 – 0,60), kuat (𝛾𝑠=0,61 – 0,80), dan sempurna (𝛾𝑠=0,81 – 1). Hubungan

yang terbukti signifikan berdasarkan Tabel 8 secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

Hubungan umur dengan tingkat penerimaan isi pesan

Hasil analisis Rank Spearman pada Tabel 6 menunjukkan bahwa umur

berhubungan nyata dengan tingkat penerimaan isi pesan dengan arah positif sebesar

0,451. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur wisatawan maka tingkat

penerimaan isi pesan mengenai PB Betawi yang diterima akan semakin tinggi.

Hasil tersebut juga didukung oleh analisis tabulasi silang antara umur dengan

tingkat penerimaan isi pesan berikut ini.

Tabel 7 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan umur dan tingkat

penerimaan isi pesan

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase wisatawan paling besar berada

pada kategori umur 40 – 54 dengan tingkat penerimaan isi pesan kategori tinggi,

yakni 64,7%. Selain itu persentase yang tinggi juga ditunjukkan pada wisatawan

berumur 17-30 tahun dengan tingkat penerimaan isi pesan kategori rendah, yaitu

53,8%. Persentase tersebut menjelaskan bahwa semakin tua umur wisatawan maka

tingkat penerimaan pesan PB Betawi juga semakin tinggi, dan semakin muda umur

wisatawan maka tingkat penerimaan pesan semakin rendah. Mayoritas dari

wisatawan yang berumur tua telah mengetahui perkembangan PB Betawi dari

Umur

Tingkat Penerimaan Isi Pesan

Total Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % n %

40 - 54 tahun 2 11,8 4 23,5 11 64,7 17 100

31 – 39 tahun 5 50 3 30 2 20 10 100

17 - 30 tahun 7 53,8 3 23,1 3 23,1 13 100

Total 14 35 10 25 16 40 40 100

Page 63: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

47

sebelum ditetapkan menjadi kawasan wisata hingga menjadi kawasan wisata seperti

sekarang ini. Wisatawan berumur lebih tua memiliki tingkat penerimaan isi pesan

mengenai PB Betawi yang tinggi karena informasi dari mulut ke mulut lebih banyak

diterima dibandingkan dengan wisatawan yang lebih muda seperti yang dikatakan

oleh wisatawan berikut:

“... Saya dari kecil sering main disini dek diajak sama orang tua, dari

masih rawa sampe sekarang udah bagus begini saya tau banget.

Saudara saya juga banyak yang kerja disini jadi banyak yang cerita

juga kesaya ...”(MH,50 tahun)

Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi PB

Betawi

Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan hanya memiliki hubungan dengan

tingkat keterdedahan sumber informasi. Hasil uji Chi-Square menghasilkan nilai p

sebesar 0,036 dan hasil uji koefisien kontingensi sebesar 0,843 yang artinya adalah

pekerjaan masing-masing wisatawan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

frekuensi penerimaan informasi dari berbagai sumber dengan tingkat hubungan

yang sempurna. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan dan jam kerja yang dimiliki

wisatawan berbeda-beda sehingga frekuensi penggunaan gadget pun berbeda satu

sama lain. Wisatawan yang bekerja sebagai front liner di suatu perusahaan seperti

satpam atau driver memiliki waktu untuk menggunakan gadget lebih kecil

dibandingkan dengan yang bekerja di bagian administrasi. Wisatawan yang bekerja

di bagian administrasi memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi

dengan orang lain karena jam kerja yang tetap berada antara jam 08.00 – 16.00,

sedangkan karyawan yang bekerja dibagian front liner menggunakan sistem shift

yang telah ditetapkan oleh manajemen kantor sehingga jam kerja bisa dimulai pagi

hari sampai sore hari atau pada malam hari sampai dengan pagi hari.

Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi

PB Betawi

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan

tingkat keragaman sumber informasi. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman

menunjukkan hubungan positif dengan tingkat keeratan 0,491. Artinya adalah

semakin tinggi jenjang pendidikan maka ragam jenis media yang dapat digunakan

oleh wisatawan semakin banyak. Hasil analisis korelasi tersebut didukung oleh

analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber

informasi dibawah ini.

Page 64: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

48

Tabel 8 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat pendidikan dan

tingkat keragaman sumber informasi

Tingkat

Pendidikan

Tingkat Keragaman Sumber Informasi

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Tinggi 3 21,4 1 7,2 10 71,4 14 100

Sedang 15 62,5 4 16,7 5 20,8 24 100

Rendah 2 100 0 0 0 0 2 100

Total 20 50 5 12,5 15 32,5 40 100

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase paling besar ditunjukkan oleh

wisatawan yang tingkat pendidikannya berada pada kategori rendah dengan tingkat

keragaman sumber informasi yang rendah, yakni sebesar 100%. Selain itu

persentase yang besar juga ditunjukkan oleh wisatawan yang berada pada tingkat

pendidikan kategori tinggi dengan tingkat keragaman sumber informasi yang tinggi

sebesar 71,4%. Data tersebut mejelaskan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan

maka semakin rendah tingkat keragaman sumber informasi dan juga sekaligus

menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat

keragaman sumber informasi.

Saat ini dengan teknologi modern seperti smartphone yang praktis,

masyarakat Indonesia dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat. Namun

kebutuhan untuk menggunakan informasi yang cepat dan mudah lebih dibutuhkan

bagi wisatawan yang berpendidikan tinggi sehingga ragam media yang digunakan

semakin banyak. Selain itu, diperlukan pengetahuan untuk mengoperasikan

teknologi-teknologi modern yang berberbahasa Inggris. Hal ini menyebabkan bagi

yang berpindidikan lebih rendah kurang paham untuk menggunakan teknologi

modern saat ini dan masih cenderung menggunakan teknologi lama seperti

handhone analog atau mengandalkan saluran komunikasi interpersonal.

Hubungan jenis motivasi berkunjung dengan keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata

Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi berkunjung wisatawan memiliki

hubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata yaitu pada

tingkat keragaman sumber informasi dan tingkat penerimaan isi pesan . Hasil uji

Chi square pada motivasi berkunjung dengan tingkat keragaman sumber informasi

menghasilkan nilai p sebesar 0,047 dan hasil uji koefisien kontingensi

menghasilkan nilai sebesar 0,750 . Lalu hasil uji Chi square pada motivasi

berkunjung dengan tingkat penerimaan isi pesan menghasilkan nilai p sebesar

sebesar 0,009 dan hasil uji koefisien kontingensi menghasilkan nilai sebesar 0,859.

Hal ini dilatarbelakangi oleh wisatawan yang memiliki alasan mengajak keluarga

untuk liburan cenderung memiliki informasi lebih banyak mengenai PB Betawi

Page 65: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

49

sebelum melakukan kunjungan. Informasi tersebut dicari oleh wisatawan dari

berbagai media hingga wisatawan merasa puas akan informasi yang telah didapat.

Hal tersebut dilakukan agar wisatawan mendapat banyak informasi sebelum

mengajak keluarga untuk liburan sehingga anggota keluarga merasa tertarik untuk

memenuhi ajakan dari wisatawan.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jangkauan geografis, pendapatan dan juga

etnis tidak memiliki hubungan nyata dengan keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata. Mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah

wisatawan yang berasal Jakarta dan Depok, tetapi data dilapang membuktikan

bahwa tidak adanya perbedaan antara wisatawan yang bertempat tinggal dekat,

sedang maupun jauh dari PB Betawi dengan keterdedahan wisatawan akan

informasi pariwisata di PB Betawi. Hal tersebut disebabkan wisatawan banyak

menerima informasi melalui media interpersonal yang saat ini dapat dengan mudah

dilakukan melalui telepon genggam dan internet. Dengan adanya teknologi

komunikasi tersebut, wisatawan tetap dapat berhubungan dengan kerabat tanpa

dipengaruhi oleh jarak. Pendapatan juga tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan keterdedahan pengembangan pariwisata. Baik wisatawan yang termasuk

kedalam kategori pendapatan rendah, sedang atapun rendah memiliki tingkat

keterdedahan terhadap kawasan PB Betawi secara sama besar. Penyebabnya adalah

mayoritas wisatawan mendapatkan informasi melalui media interpersonal, dan

untuk mendapat informasi melalui media interpersonal tidak memerlukan biaya

yang mahal dibandingkan melalui media internet atau media sosial. Karena pada

umumnya wisatawan merupakan etnis Betawi dan tinggal di daerah sekitar PB

Betawi sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Meskipun berasal dari etnis Betawi,

tingkat keterdedahan wisatawan yang beretnis Betawi, jawa , sunda maupun etnis

lainnya tidak memiliki perbedaan terhadap tingkat keterdedahan akan komunikasi

pengembangan pariwisata. Hal ini disebabkan oleh banyaknya wisatawan selain

etnis Betawi yang terdedah akan komunikasi pengembangan pariwisata PB Betawi

karena frekuensi berkunjung yang lebih tinggi dibandingkan dengan wisatawan

etnis Betawi,seperti yang dikatakan oleh wisatawan beretnis jawa dibawah ini:

“... Saya seminggu sekali minimal mancing de disini jadi kalo

ada info apa-apa saya sering dikasih tau sama pemancing yang

lain ...”(MA,45 tahun)

Dapat dilihat dari Tabel 6 bahwa tingkat hubungan interpersonal tidak

memiliki hubungan yang nyata dengan keterdedahan komunikasi pengembangan

pariwisata. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada wisatawan,

diketahui bahwa setiap kali wisatawan melakukan komunikasi interpersonal dengan

orang lain, wisatawan jarang membicarakan topik mengenai Perkampungan

Budaya Betawi karena ada hal lain yang lebih penting dibicarakan. Seperti yang

dikatakan oleh salah satu wisatawan yang memiliki tingkat hubungan interpersonal

yang tinggi berikut:

“... Kalo lagi kumpul sama keluarga kita jarang ngomongin setu.

Ya paling ngomongin masalah seputar keluarga besar aja yang

lebih penting. Terus seandainya mau ke setu jalan mah tinggal

jalan aja mas ...”(FE,23 tahun)

Page 66: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

50

Tabel 6 juga menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan

antara tingkat akses terhadap media massa dengan keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata di PB Betawi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas

wisatawan selama mengakses media massa jarang digunakan untuk mencari

informasi tentang PB Betawi. Berikut adalah pernyataan salah satu wisatawan :

“... Kalo main internet mah main, nonton juga nonton.Tapi

gapernah mas kalo buka internet atau nonton tv buat nyari-nyari

info tentang setu. Soalnya jarang ada berita-berita tentang setu di

internet terus di tv juga ...”(MF,25 tahun)

Selain itu beberapa wisatawan juga menyatakan bahwa informasi tentang

PB Betawi yang diterima melalui media massa pada umumnya didapat secara tidak

sengaja seperti ketika sedang mendengarkan radio, dan ketika menonton televisi.

Hal ini berarti media massa bukanlah media pilihan wisatawan untuk mendapatkan

informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi.

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa partisipasi sosial tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan

pariwisata. Artinya adalah meskipun wisatawan sering mengikuti kegiatan

partisipasi sosial tidak menjamin keterdedahan wisatawan akan komunikasi

pengembangan pariwisata akan tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh partisipan

kegiatan sosial lebih fokus kepada topik utama yang dibicarakan dalam forum

contohnya untuk kegiatan pengajian akan lebih tinggi frekuensi untuk

membicarakan topik yang religius dan pada saat kerja bakti akan lebih tinggi

frekuensi untuk membicarakan topik politik atau infrastruktur. Umumnya topik

mengenai PB Betawi dibahas di sela-sela kegiatan arisan. Para partisipan arisan

membicarakan topik PB Betawi ketika sedang mencari lokasi untuk mengadakan

acara arisan selanjutnya karena budaya arisan yang selalu berpindah lokasi setiap

bulannya dan PB Betawi menjadi salah satu pilihan lokasi untuk menyelenggarakan

acara tersebut.

Hasil uji signifikansi membuktikan bahwa hanya karakteristik tertentu yang

berhubungan dengan keterdedahan komunikasi.Hasil uji signifikansi menggunakan

analisis Rank Spearman menunjukkan karakteristik wisatawan yang berhubungan

nyata (p<0.01) adalah umur dengan tingkat penerimaan isi pesan dan tingkat

pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi. Adapun hasil

signifikansi menggunakan analisis Chi-square membuktikan bahwa terdapat

hubungan nyata (p<0.05) antara karakteristik dengan keterdedahan yaitu pada jenis

pekerjaan dengan keterdedahan sumber informasi , motivasi berkunjung dengan

tingkat keragaman sumber informasi serta motivasi berkunjung dengan tingkat

penerimaan isi pesan. Hal ini membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan

“Terdapat hubungan antara sepuluh variabel independen pada karakteristik

wisatawan (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat jangkauan geografis,

tingkat pendapatan, jenis etnis, jenis motivasi, tingkat hubungan interpersonal,

tingkat akses media massa, tingkat partisipasi sosial ) dengan tiga variabel antara

keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata (tingkat kergaman sumber

Page 67: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

51

informasi PB Betawi, tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi ,tingkat

penerimaan isi pesan)”diterima.

Page 68: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 69: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

53

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN

PARIWISATA

Indikator Efektivitas

Efektivitas Komunikasi pengembangan pariwisata adalah keberhasilan

pelaksanaan komunikasi dalam mencapai tujuan-tujuan pengembangan pariwisata.

Komunikasi pengembangan pariwisata tidak akan berjalan maksimal jika tidak

dilakukan secara efektif. Komunikasi dinilai efektif apabila pesan yang

disampaikan oleh sumber dapat dipahami pihak penerima pesan sehingga

menimbulkan sebuah efek dari akibat aktivitas pengiriman dan penerimaan pesan.

Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari 4 indikator, yaitu aspek AIDA. AIDA

berfungsi untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari pesan yang disampaikan

melalui proses komunikasi dilihat dari komponen Attention (perhatian) , Interest

(Ketertarikan), Desire (Minat), dan Action (Tindakan) Secara keseluruhan

efektivitas komunikasi dalam penelitian ini dapat dilihat keseluruhan dari tabel

berikut :

Tabel 9 Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan efektivitas komunikasi

` Efektivitas

komunikasi

Persentase (%) Rata-rata skor*

Rendah Sedang Tinggi

1

2

3

4

Tingkat perhatian

Tingkat ketertarikan

Tingkat minat

Tingkat tindakan

47,5

37,5

40,0

30,0

15,0

35,0

20,0

45,0

37,5

27,5

40,0

25,0

3,14

2,96

2,99

2,74

Total 2,91

*Skor: 1= tidak penting, tidak tertarik,tidak ingin,tidak menikmati, tidak puas

2= kurang penting, kurang tertarik, kurang ingin, kurang menikmati, kurang puas

3= penting, tertarik, ingin, menikmati, puas

4= sangat penting, sangat tertarik, sangat menikmati, sangat puas

Tabel 9 menunjukkan persentase wisatawan PB Betawi berdasarkan

indikator AIDA. Semua variabel efektivitas komunikasi mayoritas berada pada

kategori rendah kecuali variabel tingkat tindakan. Variabel tingkat tindakan berada

pada kategori sedang, lalu diikuti oleh kategori rendah dengan selisih 15% dan

kategori tinggi dengan selisih 20%. Selanjutnya Indikator AIDA dengan rataan skor

tertinggi adalah tingkat perhatian (attention) sedangkan indikator dengan skor

terendah adalah tingkat tindakan (action). Skor rata-rata attention secara

keseluruhan adalah 3,14. Skor tersebut menjelaskan bahwa rata-rata wisatawan PB

Betawi menganggap pesan- pesan komunikasi pengembangan pariwisata yang

disampaikan oleh pengelola adalah hal yang penting sehingga menarik perhatian

wisatawan. Attention yang tinggi disebabkan oleh wisatawan yang menganggap

bahwa semua pesan komunikasi pengembangan pariwisata PB Betawi merupakan

Page 70: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

54

suatu hal yang penting. Selain itu, ketika wisatawan pertama kali terdedah oleh

komunikasi pengembangan pariwisata PB Betawi, pada umumnya wisatawan akan

banyak menaruh perhatian pada pesan yang disampaikan karena informasi di dalam

aktivitas komunikasi tersebut merupakan informasi baru dan juga menarik untuk

didengarkan atau dilihat.

Tingkat tindakan (Action) merupakan indikator dengan skor rata-rata

terendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Skor rata-rata action secara

keseluruhan adalah 2,74. Skor tersebut menggambarkan bahwa wisatawan masih

merasa kurang menikmati dan kurang puas terhadap produk wisata PB Betawi

walaupun telah terdedah informasi. Hal tersebut disebabkan oleh ekspektasi

wisatawan setelah mendapatkan informasi produk wisata PB Betawi melalui

komunikasi pengembangan pariwisata berbeda dengan pengalaman nyata yang

didapatkan wisatawan ketika berkunjung. Banyak wisatawan yang mengeluhkan

masih kurangnya fasilitas dan sarana yang mendukung wisatawan ketika sedang

berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi. Tingkat ketertarikan (Interest) dan

tingkat minat (desire) memiliki rata-rata skor sebesar 2,96 dan 2,99 . Hal tersebut

menunjukkan bahwa pesan-pesan komunikasi pengembangan wisata oleh

pengelola masih kurang menarik dan juga masih kurang menarik minat wisatawan

untuk melakukan kunjungan.

Tingkat Perhatian

Dari tabel Tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas wisatawan termasuk

kedalam kategori rendah yaitu 47,5%. Pada kategori ini wisatawan dominan

menyatakan kurang penting untuk mengetahui informasi mengenai produk wisata

yang disediakan oleh PB Betawi. Berikut adalah skor rata-rata tingkat perhatian dari

keseluruhan wisatawan.

Gambar 8 Rataan skor tingkat perhatian produk wisata PB Betawi

Gambar 8 menunjukkan dari semua informasi tetang produk wisata PB

Betawi, produk yang paling dirasa penting oleh wisatawan adalah informasi

mengenai festival Betawi dan juga seni budaya Betawi. Kedua produk ini memiliki

3,33

3,1

3,35

3,18

3,1

2,88 2,9

3,18

2,6

2,7

2,8

2,9

3

3,1

3,2

3,3

3,4

Produk Wisata

Seni dan Budaya Betawi Setu Babakan Festival Budaya

Fasilitas Perkampungan Betawi Mayarakat Betawi

Souvenir Kuliner

Page 71: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

55

skor tingkat perhatian yang tinggi karena selama ini wisatawan menungu informasi

dari pengelola mengenai pertunjukan-pertunjukan seni Betawi, dan ketika mereka

mendapat informasi mengenai pertunjukan Betawi, informasi tersebut dirasa sangat

berharga karena wisatawan merasa jarang mendapat informasi tentang pertunjukan

seni maupun festival budaya Betawi. Berikut adalah penjelasan salah satu

wisatawan yang dapat mewakili wisatawan lainnya.

“... Gatau tuh saya jarang banget dapet info tentang

pertunjukan atau festival disini. Padahal kalo dapet info pasti

saya dateng soalnya penasaran banget.Pernah dapet info

sekali tapi kebetulan waktunya gak pas sama acara lain...”

(FA,23 tahun)

Selain itu, Gambar 8 juga menunjukkan produk wisata yang dirasa kurang

penting untuk diketahui informasinya adalah informasi mengenai kegiatan

masyarakat Betawi, perkampungan Betawi dan souvenir. Wisatawan yang

menganggap kegiatan masyarakat Betawi tidak terlalu penting karena kunjungan

yang dilakukan selama ini tidak ada keinginan untuk menyaksikan kegiatan

masyarakat Betawi. Selain itu ada pula wisatawan yang menganggap bahwa kurang

penting mengetahu kegiatan masyarakat Betawi karena wisatawan bukan bagian

dari masyarakat Betawi. Lalu pada perkampungan Betawi terdapat wisatwan yang

berpikiran bahwa perkampungan Betawi yang terdapat di PB Betawi merupakan

bangunan biasa namun diberi hiasan Betawi sehingga tidak terlalu menarik dan

penting untuk disampaikan. Berikut adalah pernyataan wisatawan mengenai

perkampungan Betawi yang mewakili reponden lainnya:

“... Rumah Betawinya biasa aja soalnya kan ini emang kalo mau

tinggal disini peraturannya rumah masyarakat harus ada unsur

Betawinya, rumah Betawi yang bener-bener asli paling Cuma yang

ada dideket panggung aja ...”(ML, 40 tahun)

Lalu untuk produk souvenir, beberapa wisatawan mengatakan bahwa

souvenir yang terdapat di PB Betawi kurang begitu khas sehingga apabila ingin

disebarkan informasi souvenirnya masih kurang menarik minat orang lain. Saran

dari beberapa wisatawan adalah ketika souvenir khas PB Betawi sudah beraneka

ragam dan berkualitas baik maka orang-orang tentu akan memberikan perhatian

lebih kepada informasi-informasi yang disampaikan pengelola maupun orang lain

tentang souvenir yang dijual di PB Betawi.

Tingkat Ketertarikan

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas wisatawan berada pada kategori

rendah yaitu sebesar 37,5 % dari total wisatawan. Artinya adalah wisatawan masih

kurang tertarik terhadap produk-produk wisata yang terdapat di PB Betawi setelah

mendapatkan informasi. Berikut adalah skor rata-rata dari tingkat ketertarikan

wisatawan terhadap produk wisata PBB.

Page 72: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

56

Gambar 9 Rataan skor tingkat ketertarikan produk wisata PB Betawi

Dari Gambar 9 dapat diketahui produk wisata yang banyak tidak diminati

oleh wisatawan yaitu masyarakat Betawi, perkampungan Betawi dan souvenir khas

PB Betawi. Beberapa wisatawan tidak tertarik pada masyarakat Betawi karena

tujuan mereka berkunjung ke PB Betawi memang bukan untuk melihat kegiatan

masyarakat Betawi. Selain itu ada pula wisatawan yang termasuk ke dalam suku

Betawi mengatakan bahwa lingkungan tempat tingalnya merupakan lingkungan

Betawi, sehingga ketika berkunjung ke PB Betawi wisatawan tidak lagi ingin

menyaksikan kegiatan masyarakat Betawi melainkan produk wisata yang lain.

Produk perkampungan Betawi juga kurang diminati oleh beberapa wisatawan

karena wisatawan merasa perumahan atau perkampungan Betawi merupakan hal

umum di Jakarta, yang membedakan adalah di kawasan PB Betawi rumah Betawi

tersebut dijadikan objek wisata. Produk souvenir yang disediakan di PB Betawi

kurang beraneka ragam menurut beberapa wisatawan. Berikut adalah pernyataan

salah satu wisatawan yang mewakili wisatawan lainnya:

“... Disini yang khasnya paling bir pletok aja mas, kalo yang lain

kaya baju atau sejenis mah banyak dijual di luar,disini malah

banyakan mainan anak-anak ...”(MF,25 tahun)

Pada umumnya produk wisata yang memiliki daya tarik tinggi terhadap

seluruh wisatawan adalah festival budaya Betawi, Setu Babakan dan kuliner khas

PB Betawi. Wisatawan tertarik dengan festival budaya Betawi karena festival

Betawi sangat jarang diadakan di Jakarta sehingga apabila ada kesempatan

wisatawan banyak yang ingin menyaksikan. Setu Babakan dengan kuliner

merupakan produk yang berdaya tarik tinggi karena kedua produk saling

menunjang. Bagi wisatawan yang membeli kuliner khas PB Betawi akan disediakan

meja lesehan dipinggir Setu Babakan sehingga sambil menikmati kuliner,

wisatawan juga dapat menikmati indahnya danau Setu Babakan.

3,18 3,08 3,23

2,852,7 2,65

2,83

00

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Produk Wisata

Seni dan Budaya Betawi Setu Babakan Festival Budaya

Fasilitas Perkampungan Betawi Mayarakat Betawi

Souvenir Kuliner

Page 73: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

57

Tingkat Minat

Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan yang termasuk ke dalam

kategori rendah dan kategori tinggi memiliki persentase yang sama (40%).

Wisatawan yang termasuk kedalam kategori rendah umumnya merupakan

wisatawan yang hanya memiliki tujuan khusus untuk berkunjung ke PB Betawi.

Wisatawan yang termasuk ke dalam kategori tinggi adalah wisatawan yang ingin

menyaksikan berbagai atraksi wisata di PB Betawi baik yang sudah pernah

disaksikan maupun yang belum pernah disaksikan. Berikut adalah rataan skor

tingkat minat wisatawan terhadap informasi produk wisata PB Betawi.

Gambar 10 Rataan skor tingkat minat produk wisata PB Betawi

Gambar 10 menunjukkan dari seluruh produk wisata yang terdapat di PB

Betawi banyak wisatawan yang ingin sekali menyaksikan festival budaya Betawi

dan seni budaya Betawi karena hanya produk wisata tersebut yang belum pernah

disaksikan, seperti menurut wisatawan dibawah ini:

“... Kalau ada waktu saya mau banget nonton festival Betawi.

Iyalah soalnya kan pusatnya Betawi ya disini terus selain di monas

paling juga saya tahunya festival Cuma ada disini.Tapi sayang

kadang saya gadapet info kalo lagi ada festival, atau bisa juga

pernah saya dapet info tapi telat jadi bentrok sama jadwal kerja

sama jadwa lain. Kalo ada waktu saya mau ...”( FA,23 tahun)

Gambar 10 juga menunjukkan produk wisata yang paling tidak ingin

dinikmati oleh wisatawan, yaitu masyarakat Betawi. Banyak wisatawan yang

menyatakan bahwa masyarakat Betawi masih banyak tinggal di sekitar lingkungan

mereka sehingga mereka tidak terlalu tertarik untuk melihat aktivitas masyarakat

Betawi di Perkampungan Budaya Betawi. Wisatawan yang tidak minat terhadap

masyarakat Betawi pada umumnya juga tidak memiliki minat untuk menyaksikan

3,25 3,183,43

2,73 2,7 2,632,85

3,23

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Produk Wisata

Seni dan Budaya Betawi Setu Babakan Festival Budaya

Fasilitas Perkampungan Betawi Mayarakat Betawi

Souvenir Kuliner

Page 74: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

58

perkampungan Betawi. Hal tersebut dikarenakan rumah Betawi masih banyak

dilihat di pemukiman kota Jakarta walaupun tidak asli seperti rumah adat Betawi di

PB Betawi.

Tingkat Tindakan

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas wisatawan berada pada

kategori sedang yaitu sebesar 45% dari total wisatawan. Wisatawan pada kategori

ini dicirikan dengan pada sebagian produk wisata wisatawan menyatakan puas

namun pada sebagian wisata lainnya wisatawan menyatakan masih kurang

puas.Berikut adalah rataan skor action wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi.

Gambar 11 Rataan skor tingkat tindakan produk wisata PB Betawi

Gambar 11 menunjukkan bahwa Setu Babakan dan kuliner merupakan

produk wisata yang paling dinikmati dan dirasa puas oleh wisatawan. Kedua produk

ini saling menunjang satu sama lain karena mayoritas wisatawan yang datang ke

PB Betawi dengan tujuan menikmati kuliner pasti juga menikmati danau Setu

Babakan.Kuliner yang khas Betawi serta harganya yang murah menjadi pemikat

wisatawan.Lalu ditambah oleh makan dengan konsep lesehan disepanjang Setu

Babakan sambil memandangi danau yang rasanya sejuk membuat kedua produk ini

paling digemari oleh wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi.

Gambar 11 menunjukkan produk wisata festival budaya, fasilitas,

perkampungan Betawi, masyarakat Betawi, dan souvenir merupakan produk yang

masih kurang memberikan kenikmatan maupun kepuasan bagi wisatawan. Berikut

adalah pernyataan dari salah satu wisatawan:

“... Kalau fasilitas masih kurang disini, harus ditambah lagi paling

soalnya saya rasa fasilitas disini masih biasa-biasa aja Malah

masjid adaya di luar kawasan jadi jauh buat sholat, terus juga

5,7

6,3

5,1 5,3 5,225 5,075 5,05

6,15

0

1

2

3

4

5

6

7

Produk Wisata

Seni dan Budaya Betawi Setu Babakan Festival Budaya

Fasilitas Perkampungan Betawi Mayarakat Betawi

Souvenir Kuliner

Page 75: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

59

gara-gara diubah jadi duduk lesehan yang tadinya pake bangku

saya jadi kurang suka ...”(FE, 23 tahun)

Berikut terdapat pernyataan responden mengenai perkampungan atau perumahan

Betawi :

“... Sebenernya saya nikmatin perkampungan Betawinya, tapi

gara-gara letaknya di luar jadi saya Cuma sebentar liat-liatnya,

masih kurang lama, jadi kurang puas ...”(AY, 32 tahun)

Produk wisata festival budaya tidak menyumbangkan skor yang tinggi

karena kebanyakan dari wisatawan belum pernah menyaksikan secara langsung

festival budaya Betawi yang diadakan di PB Betawi. Mereka hanya mendengar

tentang festival budaya dari kerabat terdekat. Lalu ada juga yang mengatakan

kurang puas pada masyarakat Betawi di kawasan PB Betawi, berikut pernyataan

salah satu responden :

“... Saya lagi bawa anak-anak TK motornya orang-orang sini pada

kenceng-kenceng banget, padahal tahu banyak anak-anak kecil

yang lagi lewat ...”(ST, 26 tahun)

Yoeti (2001b) menjelaskan bahwa antara wisatawan dan masyarakat,

mereka berhubungan sementara (transitory relationship), sehingga tidak ada

hubungan yang mendalam. Hubungan yang bersifat transitory (sementara) dan non-

repetitive (tidak berulang), sering menyebabkan mereka yang berhubungan tidak

memikirkan dampak interaksi mereka terhadap interaksi di masa yang akan datang.

Pernyataan Yoeti dapat menjelaskan alasan mengapa masyarakat sekitar PB Betawi

masih kurang peduli terhadap wisatawan yang datang ke kawasan wisata.

Masyarakat menganggap anak-anak TK tersebut sebagai wisatawan yang

berkunjung sementara dan tidak memikirkan dampak kedepan terhadap persepsi

negatif guru TK yang mendampingi anak-anak tersebut terhadap perilaku

masyarakat Betawi di sekitar PB Betawi.

Hubungan Antara Keterdedahan dengan Efektivitas Komunikasi

Hubungan antara keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

dengan efektivitas komunikasi dianalisis dengan koefisien Rank Spearman

ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini.

Page 76: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

60

Tabel 10 Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan komunikasi pengembangan

pariwisata dengan efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya

Betawi

Keterangan:

𝛾𝑠= Rank Spearman

* = Hubungan nyata

**= Hubungan sangat nyata

Hasil pengujian Rank Spearman pada Tabel 10 secara keseluruhan

menunjukkan hasil nilai koefisien korelasi pada tingkat korelasi rendah (𝛾𝑠=0,21 –

0,40) dan tingkat korelasi sedang (𝛾𝑠=0,41 – 0,60). Hubungan yang sangat nyata

(p<0,01) ditunjukkan oleh variabel tingkat keragaman sumber informasi dengan

tingkat tindakan. Adapun hubungan nyata (p<0,05) ditunjukkan oleh variabel

tingkat keterdedahan sumber informasi dengan tingkat minat tingkat keterdedahan

sumber informasi dengan tingkat tindakan, dan tingkat penerimaan isi pesan dengan

tingkat tindakan. Hubungan yang terbukti signifikan berdasarkan Tabel 8 secara

rinci dijelaskan sebagai berikut:

Hubungan tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi dengan tingkat

tindakan

Hubungan sangat nyata (p < 0,01 ) antara komunikasi pengembangan

pariwisata dengan efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata ditunjukkan

pada hubungan tingkat keragaman sumber informasi dengan tingkat tindakan

dengan koefisien sebesar 0,42 . Artinya adalah semakin tinggi tingkat keragaman

sumber informasi yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai PB Betawi

maka semakin tinggi pula tingkat tindakan yang dilakukan oleh wisatawan yaitu

dalam menikmati dan juga rasa puas terhadap suatu produk wisata di PB Betawi.

Hubungan tersebut didukung pula oleh hasil tabulasi silang pada Tabel 11 berikut

ini.

Komunikasi

pengembangan

pariwisata

Koefisie

n

Efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata

Tingkat

perhatian

Tingkat

ketertarikan Tingkat minat

Tingkat

tindakan

Koef Koef Koef Koef

Tingkat

keragaman

sumber

informasi PB

Betawi

𝛾𝑠 -0,049 0,183 0,293 0,420**

Tingkat

keterdedahan

sumber

informasi PB

Betawi

𝛾𝑠 -0,096 0,212 0,344* 0,382*

Tingkat

penerimaan isi

pesan

𝛾𝑠 -0,054 0,169 0,211 0,383*

Page 77: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

61

Tabel 11 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keragaman sumber

informasi dan tingkat tindakan

Tingkat

Keragaman

Sumber

Informasi

Tingkat Tindakan

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Tinggi 3 20 5 33,3 7 46,7 15 100

Sedang 0 0 4 80 1 20 5 100

Rendah 9 45 9 45 2 10 20 100

Total 12 30 18 45 10 25 40 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase terbesar berada pada wisatawan

yang memiliki tingkat keragaman sumber informasi yang sedang dengan tingkat

tindakan yang sedang pula, yaitu 80%. Lalu persentase yang besar juga ditunjukkan

oleh wisatawan yang berada pada tingkat keragaman sumber informasi kategori

tinggi dengan tingkat tindakan yang tinggi sebesar 46,7%. Hasil tabulasi silang

tersebut menggambarkan bahwa peningkatan tingkat keragaman sumber informasi

juga diikuti oleh peningkatan tingkat tindakan.

Setiap sumber informasi yang digunakan oleh wisatawan untuk mengakses

informasi mengenai PB Betawi memiliki kharakteristik informasi yang berbeda-

beda sehingga semakin tinggi kergamannya maka informasi yang diterima lebih

beragam. Spanduk atau papan pengumuman yang dipasang oleh pengelola

mengandung informasi mengenai jadwal kegiatan seni tari dan festival budaya

Betawi Betawi sehingga wisatawan yang mendapat informasi dari spanduk atau

papan pengumuman akan terpengaruh untuk menikmati maupun merasa puas

terhadap produk seni tari atau festival budaya Betawi. Saluran interpersonal seperti

keluarga dan teman umumnya memberikan informasi kepada wisatawan mengenai

Setu Babakan. Keluarga wisatawan banyak bercerita mengenai perkembangan Setu

Babakan dari sebelum menjadi kawasan wisata hingga menjadi kawasan wisata

seperti saat ini. Dari cerita tersebut wisatawan mengambil keputusan untuk

menikmati keindahan Setu Babakan dan merasa puas karena telah berhasil

menikmati keindahan Setu Babakan seperti yang diceritakan oleh keluarga. Saluran

interpersonal juga banyak memberikan informasi mengenai kuliner yang terdapat

di PB Betawi karena selama ini kuliner PB Betawi tidak menjadi konten utama

dalam objek promosi PB Betawi. Informasi yang diberikan oleh pihak keluarga atau

teman disampaikan dalam bentuk cerita pengalaman. Cerita pengalaman yang

merasa puas akan kuliner yang terdapat di PB Betawi mempengaruhi tingkat

tindakan wisatawan untuk menikmati kuliner dan merasa puas karena telah

mencoba kuliner yang diceritakan oleh keluarga kepada wisatawan.

Page 78: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

62

Hubungan tingkat keterdedahan informasi PB Betawi dengan tingkat minat

Hubungan nyata (p < 0,05 ) antara komunikasi pengembangan pariwisata

dengan efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata ditunjukkan pada

hubungan tingkat keterdedahan sumber informasi dengan tingkat minat. Hasil uji

korelasi Rank Spearman mengasilkan koefisien korelasi sebesar 0,322 dengan arah

positif . Artinya adalah semakin sering wisatawan menerima informasi mengenai

PB Betawi makan semakin tinggi keinginan (tingkat minat) wisatawan untuk

menikmati suatu produk wisata yang terdapat di PB Betawi. Hasil tersebut

didukung oleh hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan informasi dengan

tingkat minat pada tabel 12 berikut ini.

Tabel 12 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat minat

Tingkat

Keterdedahan

Sumber

Informasi

Tingkat Minat

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Tinggi 2 14,3 3 21,4 9 64,3 14 100

Sedang 3 50 2 33,3 1 16,7 6 100

Rendah 11 55 3 15 6 30 20 100

Total 16 40 8 20 16 40 40 100

Tabel 12 memaparkan bahwa persentase terbesar ditunjukkan oleh

wisatawan yang memiliki tingkat keterdedahan sumber informasi pada kategori

tinggi dengan tingkat minat yang juga tinggi, yakni sebesar 64,3%. Persentase

tersebut dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat keterdedahan sumber

informasi PB Betawi maka semakin tinggi pula tingkat minat wisatawan untuk

berkunjung. Hal tersebut disebabkan secara tidak sadar wisatawan yang terus

menerus menerima informasi mengenai PB Betawi akan semakin tertarik untuk

membuktikan kebenaran informasi yang didapat tersebut, sehingga timbulah

keinginan untuk menikmati wisata di PB Betawi.

Hubungan tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi dengan tingkat

tindakan

Dari Tabel 10 juga dapat dilihat terdapat hubungan yang nyata antara

tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi dengan tingkat tindakan. Hasil

uji korelasi Rank Spearman mengasilkan koefisien korelasi sebesar 0,382 dengan

arah positif. Artinya adalah semakin sering wisatawan menerima informasi

mengenai PB Betawi maka wisatawan akan semakin banyak menikmati produk

wisata yang terdapat di PB Betawi dan merasa puas akan kunjungan ke PB Betawi.

Page 79: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

63

Hubungan tersebut juga didukung oleh hasil analisis tabulasi silang pada tabel

berikut:

Tabel 13 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat tindakan

Tingkat

Keterdedahan

Sumber

Informasi

Tingkat Tindakan

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Tinggi 2 14,3 6 42,9 6 42,9 14 100

Sedang 2 33,3 3 50 1 16,7 6 100

Rendah 8 40 9 45 3 15 20 100

Total 12 30 18 45 10 25 40 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase terbesar berada pada wisatawan

yang memiliki tingkat keterdedahan sumber informasi yang sedang dengan tingkat

tindakan yang sedang pula, yaitu sebesar 50%. Persentase tersebut menjelaskan

bahwa adanya peningkatan pada variabel keterdedahan sumber informasi

berhubungan dengan peningkatan variabel tingkat tindakan. Hal tersebut

disebabkan wisatawan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi yang tinggi

cenderung ingin membuktikan informasi-informasi yang didapat sebelum

berkunjung, dan apabila telah berhasil membuktikan kebenaran informasi tersebut

maka wisatawan akan merasa puas. Hal ini dibuktikan oleh salah satu penuturan

wisatawan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu wisatawan:

“... Temen saya cerita terus de katanya kalo mancing di

setu tuh enak banyak ikan dan gratis daripada mancing di

kolam pemancingan.Gara-gara itu akhirnya saya nyoba

mancing bareng temen saya, sampe sekarang saya hobi deh

mancing disini ...”(MA, 45 tahun)

Hubungan tingkat penerimaan isi pesan dengan tingkat tindakan

Hubungan nyata (p <0,05) juga terlihat pada tingkat penerimaan isi pesan

dengan tingkat tindakan. Hasil uji korelasi Rank Spearman menghasilkan koefisien

korelasi sebesar 0,383 dengan arah positif .Semakin lengkap wisatawan menerima

informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi maka akan semakin tinggi

tingkat tindakan wisatawan dalam menikmati dan kepuasan dalam berkunjung.

Hubungan tersebut didukung oleh tabulasi silang antara tingkat penerimaan isi

pesan engan tingkat tindakan berikut ini.

Page 80: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

64

Tabel 14 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat penerimaan isi

pesan dan tingkat tindakan

Tingkat

Penerimaan

Isi Pesan

Tingkat Tindakan

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Tinggi 1 6,3 9 56,3 6 37,5 16 100

Sedang 4 40 3 30 3 30 10 100

Rendah 7 50 6 42,9 1 7,1 14 100

Total 12 30 18 45 10 25 40 100

Tabel 14 memaparkan bahwa persentase terbesar ditunjukkan oleh

wisatawan yang memiliki tingkat penerimaan pesan pada kategori tinggi dengan

tingkat tindakan yang sedang, yakni sebesar 56,3%. Lalu persentase yang besar

ditunjukkan pula oleh wisatawan yang memiliki tingkat penerimaan pesan pada

kategori rendah dengan tingkat tindakan yang rendah, yakni sebesar 50%. Hasil

tersebut menunjukkan adanya hubungan antara tingkat penerimaan isi pesan dengan

tingkat tindakan. Hal ini disebabkan lengkapnya informasi memudahkan wisatawan

untuk memilih produk wisata yang berkualitas baik, aksesibilits menuju lokasi, dan

fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan. Sebagai contoh adalah wisatawan

yang menerima informasi kuliner secara lengkap dapat mengetahui kuliner yang

paling disukai oleh wisatawan PB Betawi berdasarkan referensi dari kerabat,

sehingga kemungkinan wisatawan untuk mencicipi kuliner yang tidak digemari

wisatawan semakin kecil. Hal ini dapat meningkatkan rasa puas wisatawan dalam

menikmati kuliner di PB Betawi.

Hasil uji signifikansi secara keseluruhan membuktikan bahwa terdapat

beberapa hubungan yang nyata antara keterdedahan komunikasi pengembangan

pariwisata dengan efektivitas komunikasi, yaitu antara tingkat keragaman sumber

informasi dengan tingkat tindakan dan tingkat keterdedahan sumber informasi

dengan tingkat minat. Hal tersebut sekaligus membuktikan bahwa hipotesis kedua

yang menyatakan ” Diduga keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

(Tingkat keragaman sumber informasi, tingkat keterdedahan sumber informasi,

tingkat penerimaan isi pesan) memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi

pengembangan pariwisata (tingkat perhatian, tingkat ketertarikan, tingkat minat,

tingkat tindakan)” diterima.

Hubungan Antara Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi

Hubungan antara media komunikasi dengan efektivitas komunikasi

pengembangan pariwisata secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 81: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

65

Tabel 15 Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan saluran komunikasi dengan

efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

Keterengan:

𝛾𝑠= Rank Spearman

* = Hubungan nyata

Tabel 15 menunjukkan hasil pengujian antara sumber informasi dengan

efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata. Pengujian dilakukan dengan

analisis Rank Spearman dan dikatakan berhubungan apabila nila p < 0,05. Hasil

pengujian bahwa secara keseluruhan terdapat hubungan antara saluran

interpersonal dengan tingkat minat dan saluran interpersonal dengan tingkat

tindakan. Sumber informasi lain terbukti tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata di PB Betawi. Hasil uji

yang terbukti berhubungan signifikan secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat minat

. Hasil uji pada Tabel 15 menunjukkan adanya korelasi antara saluran

interpersonal dengan tingkat minat sebesar 0,376 yang arahnya positif. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi yang diterima oleh wisatawan melalui saluran

interpersonal mempengaruhi keinginan wisatawan untuk mengunjungi

Perkampungan Budaya Betawi. Pada umumnya, media interpersonal merupakan

media yang pertama kali memberikan informasi kepada wisatawan tentang

Perkampungan Budaya Betawi. Selain itu, saluran interpersonal bukan hanya

menyampaikan pesan-pesan informasi tentang PB Betawi secara umum saja,

melainkan juga mengenai pengalaman sang pemberi informasi. Informasi yang

detail dan juga cerita mengenai pengalaman membuat responden tertarik untuk

menyaksikan secara langsung objek-objek wisata yang terdapat di PB Betawi.

Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat tindakan

Hasil uji pada Tabel 15 juga menunjukkan adanya hubungan antara saluran

interpersonal dengan action. Hasil uji korelasi Rank Spearman mengasilkan

koefisien korelasi sebesar 0,381 dengan arah positif. Banyaknya informasi yang

didapat oleh wisatawan melalui media interpersonal membuat wisatawan

Media

komunikasi

Koefisien Efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata

Tingkat

perhatian

Tingkat

ketertarikan

Tingkat minat Tingkat

tindakan

Koef Koef Koef Koef

Interpersonal

𝛾𝑠 0,042 0,187 0,376* 0,381*

Media cetak

𝛾𝑠 -0,094 -0,089 -0,026 0,305

Media elektronik

𝛾𝑠 -0,133 0,212 0,117 0,125

Media hibrida 𝛾𝑠 -0,060 0,275 0,168 0,226

Media luar

ruang 𝛾𝑠 -0,178 -0,023 0,069 0,023

Page 82: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

66

menikmati dan merasa puas akan produk-produk wisata yang dinikmati oleh

wisatawan. Hal ini disebabkan wisatawang cenderung menikmati produk wisata

berdasarkan informasi dari saluran interpersonal. Jika informasi tentang suatu

produk wisata yang disampaikan kepada wisatawan merupakan sebuah pengalaman

baik maka wisatawan akan mengikuti atau mencoba membuktikan pengalaman baik

tersebut. Sebaliknya, apabila informasi tentang suatu produk wisata yang

disampaikan kepada wisatawan merupakan pengalaman buruk tentang suatu

produk wisata di PB Betawi maka wisatawan cenderung tidak menikmati objek

wisata tersebut.

Sumber-sumber informasi lain seperti media cetak, media elektronik, media

hibrida, dan media luar ruang terbukti tidak memiliki hubungan karena bukan

sumber utama bagi wisatawan untuk memperoleh informasi tentang produk wisata

di PB Betawi. Pada gambar 7 kita mengetahui bahwa media luar ruang merupakan

media yang paling sering memberikan informasi kepada wisatawan. Namun media

tersebut tidak efektif untuk mendorong wisatawan berwisata ke PB Betawi karena

informasi yang disampaikan hanya sebatas lokasi dan jarak menuju ke

Perkampungan Budaya Betawi.

Hubungan Antara Pesan Komunikasi Pariwisata Dengan Efektivitas

Komunikasi

Tabel 16 Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan pesan pariwisata dengan

efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

Keterangan:

𝛾𝑠= Rank Spearman

**= Hubungan sangat nyata

Tabel 16 menunjukkan hasil uji korelasi antara komponen pesan PB Betawi

dengan AIDA yang menggunakan analisis Rank Spearman. Dari semua uji korelasi,

hanya jenis pesan atraksi dengan tingkat tindakan yang terbukti memiliki hubungan.

Pesan Koefisien

Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Tingkat

perhatian

Tingkat

ketertarikan

Tingkat

minat

Tingkat

tindakan

Koef Koef Koef Koef

Tingkat

pesan

atraksi

𝛾𝑠 -0,32 0,224 0,289 0,411**

Tingkat

pesan

aksesibilitas

𝛾𝑠 -0,088 0,135 0,137 0,241

Tingkat

pesan

fasilitas

𝛾𝑠 0,032 0,259 0,205 0,298

Page 83: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

67

Hubungan sangat nyata ditunjukkan dengan nilai p atau sign < 0.01. Sedangkan

jenis pesan aksesibilitas maupun fasilitas tidak memiliki hubungan dengan variabel

efektivitas. Hal ini mengindikasikan bahwa pesan-pesan pariwisata yang selama ini

diterima wisatawan pada umumnya adalah pesan tentang atraksi atau produk –

produk wisata PB Betawi. Hubungan yang terbukti signifikan berdasarkan Tabel 16

secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

Hubungan pesan atraksi dengan tingkat tindakan

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa korelasi antara informasi yang

termasuk kedalam jenis pesan atraksi dengan tingkat tindakan wisatawan

Perkampungan Budaya Betawi berkorelasi sedang (0,41 – 0,60) yaitu sebesar

0,411. Hal ini disebabkan oleh wisatawan lebih tertarik kepada pesan-pesan yang

termasuk kedalam jenis pesan atraksi. Pesan-pesan atraksi adalah pesan-pesan yang

berisikan objek wisata PB Betawi yang dapat menarik hati wisatawan. Karena pada

umumnya, ketika mendapat informasi mengenai PB Betawi wisatawan cenderung

untuk menanyakan objek-objek wisata yang dapat dinikmati di PB Betawi terlebih

dahulu baru kemudian mencari informasi mengenai aksesibilitas dan fasilitas.

Beberapa wisatawan mengatakan bahwa untuk pergi ke PB Betawi tidak perlu

informasi yang lengkap, ketika wisatawan merasa informasi dari keluarga atau

teman sudah cukup maka wisatawan segera memutuskan untuk berkunjung ke PB

Betawi. Selain itu pesan atraksi juga berhubungan dengan tingkat tindakan karena

pesan-pesan atraksi.yang diterima oleh wisatawan melalui media interpersonal

lebih banyak mengenai pengalaman-pengalaman seseorang ditambah dengan opini

mereka ketika telah berkunjung ke PB Betawi sehingga pesan. Berikut adalah

penuturan salah satu wisatawan.

“... Saya kesini dikasih tau temen. Katanya di setu masuknya

murah, udah gitu tempatnya enak buat mancing soalnya adem,

pemandangannya bagus, makanannya enak tapi murah ...”(MA,45

tahun)

Dari penuturan wisatawan diatas maka dapat diidentifikasi bahwa

wisatawan menerima pesan dari teman mengenai informasi harga,kegiatan

memancing, pemandangan dan makanan. Harga merupakan salah satu informasi

mengenai fasilitas (amenities) namun informasi lainnya yaitu pemandangan,

makanan, kegiatan memancing merupakan informasi yang termasuk kedalam pesan

atraksi (attraction).

Page 84: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

68

Page 85: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komunikasi pengembangan PB Betawi banyak mengandalkan saluran

interpersonal, yaitu melakukan promosi melalui tatap muka dalam acara-acara

besar yang diselenggarakan Pemda DKI Jakarta. Strategi promosi lainnya adalah

melalui media massa dengan cara bekerja sama dengan stasiun radio (Benz

Radio) dan televisi (TV One, Dai TV, Net, Kompas dan Metro TV), bekerja

sama dengen pihak media massa cetak (Berita kota, pos kota, kompas), bekerja

sama dengan Pemda DKI membuat website (jakarta.go.id) dan media lainnya

yang terdapat di kawasan PB Betawi seperti spanduk, papan pengumuman,

papan penunjuk arah, dan folder.

2. Wisatawan yang mengunjungi PB Betawi memiliki karakteristik yang berbeda-

beda satu sama lain. Mayoritas wiatawan yang berkunjung berumur 40 – 54

tahun, bekerja sebagai karyawan swasta, berpendidikan akhir SMA/sederajat,

berdomisili di kawasan Jakarta – Depok, memiliki tingkat pendapatan sedang

(Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000), beretnis Betawi, memiliki motivasi untuk

mengisi waktu luang, tingkat hubungan interpersonalnya sedang dan tinggi,

tingkat akses terhadap media massa tinggi, dan tingkat partisipasi sosial tinggi.

3. Keterdedahan wisawatan PB Betawi terhadap komunikasi pengembangan PB

Betawi sudah tergolong tinggi pada tingkat penerimaan isi pesan namun masih

rendah pada aspek tingkat keragaman sumber informasi dan tingkat

keterdedahan sumber informasi. Faktor-faktor karakteristik wisatawan yang

berhubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata PB

Betawi adalah umur, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan jenis motivasi.

4. Komunikasi pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh pihak PB Betawi

sudah cukup efektif. Hal tersebut terlihat dari tingkat perhatian, tingkat

ketertarikan, tingkat minat, dan tingkat tindakan wisatawan yang cukup tinggi.

Lalu terbukti bahwa efektivitas komunikasi pengembangan PB Betawi

berhubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan PB Betawi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang

dijadikan masukan atau saran diantaranya sebagai berikut:

1. Pengelola kawasan wisata memperbanyak media penyebaran informasi PB

Betawi melalui media sosial internet karena media komunikasi dengan

frekuensi paling tinggi yang digunakan oleh wisatawan untuk mencari

informasi atau berkomunikasi adalah media sosial internet.

2. Pengelola bisa bekerja sama dengan Pemprov DKI untuk memasang media

luar ruang seperti billboard dan papan penunjuk arah yang lebih menarik

Page 86: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

70

karena media yang paling sering diakses masyarakat untuk info PB Betawi

adalah media luar ruang.

3. Dalam pemilihan pesan, pengelola bisa lebih memaksimalkan informasi

tentang akses lokasi dan fasilitas yang tersedia di kawasan. Pesan ini penting

sebagai informasi tambahan bagi khalayak yang belum pernah melakukan

kunjungan ke PB Betawi.

4. Pengelola menambah kualitas pelayanan kepada wisatawan agar wisatawan

mendapatkan kepuasan sehingga bisa berbagi pengalaman kepada

kerabatnya. Hal ini disebabkan wisatawan cenderung banya mendapatkan

informasi mengenai PB Betawi berdasarkan cerita pengalaman

keluarga/rekan/kerabat yang pernah berkunjung ke PB Betawi.

5. Pengelola PB Betawi menyelenggarakan acara besar bertemakan budaya

Betawi berskala nasional maupun internasional. Hal ini bertujuan menarik

minat khalayak untuk berkunjung khususnya masyarakat Betawi yang

berada di luar Jakarta.

Page 87: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2016. Indonesia

Biodiversity Strategy and Action Plan (2015-2020). Jakarta (ID):

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Wisatawan Mancanegara yang Datang ke

Indonesia Menurut Kebangsaan, 2000 – 2014 [Internet]. [Diunduh tanggal 10

Maret 2016]. Tersedia pada: http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/139.

[Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Laporan

akuntabilitas kinerja tahun 2011 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif

[Internet]. [Diunduh pada tanggal 10 Maret 2016]. Tersedia pada:

http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/LAKIP%20KEMENTERIAN%20

PARIWISATA%20DAN%20EKONOMI%20KREATIF%202012.pdf.

[Kemenpar] Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 2015. Ranking Devisa

Pariwisata tahun 2009–2013 [Internet]. [Diunduh pada tanggal 10 Maret

2016].Tersedia pada: http://www.kemenpar.go.id.

[Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 tahun 2000 tentang Penataan

Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi)].

[Peraturan Daerah Khusus DKI Jakarta no 3 tahun 2005 tentang penetapan

Perkampungan Budaya Betawi].

[Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 Tentang Pariwisata].

[Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 Tentang Pariwisata].

Astuti U. 2007. Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan

Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi

Situ Babakan Jakarta Selatan [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Adisasmita R. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta (ID):

Graha Ilmu.

Ali M. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung (ID):

Angkasa

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta (ID): PT Grasindo Kompas

Gramedia.

Karlsson S. 2007. Advertising Theories and Models- How Well Can These Be

Transferred from text into reality? [Disertasi]. Halmstad: University of

Halmstad.

Page 88: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

72

Kristianingrum MD. 2013. Pengaruh Terpaan Tayangan Program Acara Warna

Trans 7 Terhadap Sikap Penonton. E-Journal UAJY [internet]. [Diunduh

tanggal 10 Juli 2016]. Tersedia pada: http://e-

journal.uajy.ac.id/4721/1/JURNAL.pdf.

Kotler P, Keller L. 2006. Marketing Management. London : Practice Hall.

.

Manurung Thomas F. 2011. Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan Wisata Agro

Gunung Mas Cisarua Bogor (PTPN VIII) [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Mugniesyah SS. 2006. Materi Kuliah Ilmu Penyuluhan. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Mugniesyah SS. 2013. Model-Model Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor

(ID): IPB Press

Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor. Jakarta (ID): Yayasan Obor

Indonesia

Oktavian. 2013. Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Dalam Upaya

Pengalaman Objek Wisata Rumah Benteng Merapi I di Desa Melapi

Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal S-1 Ilmu

Adinistrasi Negara [Internet]. [Diunduh tanggal 1 Desember 2015]. Tersedia

Pada: http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/publika/article/view/149.

Pitana , Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Bali (ID): ANDI Yogyakarta.

Sangkaeng, Mananeke, Oroh. 2015. Pengaruh Citra, Promosi dan Kualitas

Pelayanan Objek Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di Objek Wisata

Taman Laut Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal EMBA [Internet]. [Diunduh

tanggal 10 Oktober 2015].Tersedia Pada :

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/10113/9699.

Wright CR. 1988. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung (ID): Remaja Karya.

Yoeti AO. 1995. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung (ID): Angkasa.

Yoeti AO . 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta (ID): PT.

Pradnya Paramita.

Yoeti AO. 2001a. Ilmu Pariwisata Sejarah Perkembangan dan Prospeknya. Jakarta

(ID): PT Pertja.

Yoeti AO . 2001b. Tours and Travel Marketing. Jakarta (ID): PT. Pradnya

Paramita.

Page 89: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

LAMPIRAN

Page 90: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

74

Lampiran 1 Jadwal kegiatan penelitian

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

Proposal

Skripsi

Pelaksanaan

uji

Kelayakan

Pelaksanaan

kolokium

Revisi

Proposal

Pengambilan

data lapang

Pengolahan

dan Analisis

Data

Penulisan

Draft Skripsi

Pelaksanaan

uji

kelayakan

dan revisi

Pelaksanaan

Sidang/uji

Skripsi

Perbaikan

Laporan

Skripsi

Page 91: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

75

Lampiran 2 Peta lokasi penelitian

Page 92: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

76

Lampiran 3 Daftar nama responden

No. Nama

(Inisisal)

Jenis Kelamin Umur Alamat Waktu

Berkunjung

(weekdays/weeke

nd)

1. SS Perempuan 26 Jagakarsa Weekdays

2. MR Laki-Laki 40 Kemayoran Weekdays

3. SM Perempuan 50 Bekasi Weekdays

4. IF Laki-Laki 32 Mampang Weekdays

5. RM Laki-Laki 42 Condet Weekdays

6. AD Laki-Laki 21 Kemang utara Weekdays

7. RL Laki-Laki 33 Jagakarsa Weekdays

8. AD Laki-Laki 36 Jatipadang Weekdays

9. FJ Laki-Laki 23 Taman Mini Weekdays

10. SG Laki-Laki 40 Srengseng Sawah Weekdays

11. NR Laki-Laki 29 Ciganjur Weekdays

12. SR Laki-Laki 54 Ciganjur Weekdays

13. FR Perempuan 23 Srengseng Sawah Weekdays

14. EM Perempuan 32 Ciganjur Weekdays

15. YN Laki-Laki 34 Pasar Minggu Weekdays

16. DA Laki-Laki 24 Jakarta selatan Weekdays

17. RY Laki-Laki 19 Bekasi Weekdays

18. AD Laki-Laki 17 Jakarta Weekdays

19. TS Laki-Laki 51 Depok Weekdays

20. RN Perempuan 33 Jakarta Weekdays

21. ZN Laki-Laki 42 Ciganjur Weekend

22. RI Perempuan 40 Jatipadang Weekend

23. HT Laki-Laki 45 Cilandak Weekend

24. VK Laki-Laki 26 Bintaro Weekend

25. AY Laki-Laki 32 Cilincing Weekend

26. MF Laki-Laki 25 Limo Depok Weekend

27. JN Laki-Laki 27 Jagakarsa Weekend

28. MH Laki-Laki 50 Ciganjur Weekend

29. DV Perempuan 38 Jakarta Weekend

30. ML Laki-Laki 40 Depok Weekend

31. ZR Perempuan 22 Kukusan Weekend

32. MA Laki-Laki 45 Jati Padang Weekend

33. MS Laki-Laki 38 Gandul Weekend

34. HR Laki-Laki 54 Citayam Weekend

35. DN Perempuan 30 Depok Weekend

36. RM Laki-Laki 40 Depok Weekend

37. ST Perempuan 43 Jakarta Weekend

38. AY Perempuan 34 Jakarta Weekend

39. SY Laki-Laki 45 Ciganjur Weekend

40. SM Perempuan 49 Ragunan Weekend

Page 93: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

77

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

Leaflet Perkampungan Budaya Betawi Gerbang Bang Pitung

Homestay rumah adat Betawi Sanggar tari Betawi

Makanan Khas Betawi Setu Babakan

Page 94: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

78

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ridho Pangestu Adhitio Risali, dilahirkan pada tanggal 25

September 1995 di Jakarta. Kedua orangtua penulis bernama Sutiyono dan Salimah.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh

pendidikan di SD Borobudur pada periode 2000-2006, SMP 56 pada tahun 2006-

2009, SMAN 38 Jakarta pada tahun 2009-2012 hingga saat ini penulis merupakan

mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Institut Pertanian Bogor yang masuk melalui jalur SNMPTN tertulis.

Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi dalam kampus. Pada tahun

2015 penulis mengikuti organisasi HIMASIERA SKPM IPB dengan jabatan

sebagai Ketua Umum atau Presiden Direktur. Pada tahun 2014 penulis mengikuti

organisasi HIMASIERA 2014 sebagai staf divisi Community Development dan

SAMISAENA sebagai kepala divisi Riset dan Pengembangan Masyarakat. Selain

itu penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Connection 2014,

KPM Garang turun lapang mata kuliah Perubahan Sosial dan Sosiologi Pedesaan.

Penulis juga pernah menjadi tim pengajar asisten praktikum mata kuliah Pengantar

Ilmu kependudukan dan Komunikasi Bisnis.

Page 95: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Page 96: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA … · asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

80