24
KEBUDAYAAN BETAWI MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salasatu tugas mata kuliah Antropologi Sosial Dosen : Endah Ratna Sonya, S.Sos, M.Si Disusun oleh : Nama : Trisna Nurdiaman NIM : 1138030215 Nama : Tineu Istiqomah NIM : 1138030211 Nama : Sintia Maharani NIM : 1138030205 Nama : Tina Lestari NIM : 1138030210 Nama : Tita Nurmalasari NIM : 1138030213 Nama : Taufik Alfian M. NIM : 1138030208 Nama : Tini Kartini NIM : 1138030212 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2014

Etnografi betawi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etnografi betawi

KEBUDAYAAN BETAWI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salasatu tugas mata kuliah Antropologi Sosial

Dosen : Endah Ratna Sonya, S.Sos, M.Si

Disusun oleh :

Nama : Trisna Nurdiaman NIM : 1138030215

Nama : Tineu Istiqomah NIM : 1138030211

Nama : Sintia Maharani NIM : 1138030205

Nama : Tina Lestari NIM : 1138030210

Nama : Tita Nurmalasari NIM : 1138030213

Nama : Taufik Alfian M. NIM : 1138030208

Nama : Tini Kartini NIM : 1138030212

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2014

Page 2: Etnografi betawi

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Sang Pencipta

alam semesta beserta seisinya dengan penuh kesempurnaan dan keindahan yang

tiada tara. Atas berkat rahmat dan iradat-Nya kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang berjudul “Tujuh Unsur Kebudayaan Betawi”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang telah

membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah SAW

dan sampai saat ini tetap menjadi uswah al-hasanah bagi seluruh umat manusia di

seluruh dunia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salsatu tugas mata kuliah Tafsir Sosial.

Kami sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif

bagi kepenulisan kami.

Akhirnya kami berharap penulisan ini dapat bermanfaat yang pada khusunya bagi

kami dan pada umumnya bagi semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 26 Rabiulakhir 1435

Penulis

26 Februari 2014

Page 3: Etnografi betawi

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ······························································ i

DAFTAR ISI ·········································································· ii

BAB I PENDAHULUAN ··························································· 1

A. Latar Belakang ······························································· 1

B. Rumusan Masalah ···························································· 1

C. Tujuan ········································································· 1

BAB II PEMBAHASAN ··························································· 3

A. Sejarah Etnik Betawi ························································· 3

B. Pembagian etnik Betawi ····················································· 4

C. Unsur Kebudayaan Betawi ·················································· 6

BAB III PENUTUP ·································································· 20

A. Kesimpulan ··································································· 20

B. Saran ··········································································· 20

DAFTAR PUSTAKA ······························································· 21

Page 4: Etnografi betawi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara geografis, penduduk suku Betawi bertempat tinggal di pusat

jantung pemerintahan Indonesia yaitu Jakarta. Jakarta merupakan salasatu

bagian kecil dari pulau Jawa, namun meski suku Betawi secara geografis

berada di pulau Jawa ternyata apabila dilihat dari segi sosiokulturalnya,

budaya Betawi lebih dekat dengan budaya Melayu Islam. Masih banyak

kesimpangsiuran mengenai kejelasan asal-usul suku Betawi. Hal ini

disebabkan karena minimnya informasi mengenai suku betawi.

Sebagian ilmuan berpendapat bahwa etnik Betawi suadah ada sejak

dahulu kala seperti halnya suku Sunda dan jawa. Menurut Sejarawan

Indonesia Sagiman MD, suku Betawi sudah ada sejak zaman neolitikum.

Sementara Yahya Andi Saputra (Alumni Fakultas Sejarah UI), berpendapat

bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya,

dahulu kala penduduk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya. Bahasa,

kesenian, dan adat kepercayaan mereka sama. Dia menyebutkan berbagai

sebab yang kemudian menjadikan mereka sebagai suku bangsa sendiri-sendiri.

Disisi lain ada juga yang berpendapat bahwa etnik Betawi baru lahir pada

abad ke 19.

B. Rumusan Masalah

Berdasarka latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah etnik Betawi ?

2. Bagaimana perbedaan etnik Betawi Berdasarkan pembagian wilayah?

3. Bagaimana bahasa yang digunakan oleh etnik betawi?

4. Apa saja kesenian yang ada pada etnik betawi?

5. Bagaimana sistem religi pada masyarakat etnik betawi?

6. Bagaimana sistem peralatan dan perlengkapan hidup yang berkembang

pada etnik betawi?

7. Bagaimana sistem pengetahuan pada masyarakat etnik betawi?

8. Bagaiamana sistem kemasyarakatan yang ada pada etnik btawi?

9. Bagaimana sistem mata pencaharian hidup masyarakat etnik betawi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka rumusan makalah ini

adalah :

Page 5: Etnografi betawi

2

1. Untuk mengetahui bagaiamana sejarah etnik Betawi.

2. Untuk mengetahui perbedaan etnik Betawi berdasarkan pembagian

wilayah.

3. Untuk mengetahui bagaiamana bahasa yang digunakan pada masyarakat

etnik Betawi.

4. Untuk mengetahui bagaimana sistem religi pada masyarakat etnik Betawi.

5. Untuk mengetahui bagaimana sistem peralatan dan perlengkapan hidup

yang berkembang pada etnik betawi.

6. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengetahuan pada masyarakat etnik

betawi.

7. Untuk mengetahui bagaiamana sistem kemasyarakatan yang ada pada

etnik btawi.

8. Untuk mengetahui bagaimana sistem mata pencaharian hidup masyarakat

etnik betawi.

Page 6: Etnografi betawi

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Etnik Betawi

Pada awalnya suku betawi merupakan orang Sunda sebagai penduduk asli

di Jakarta. Hal ini didasarkan pada letak geografis Jakarta yang berada pada

tengah-tengah apitan dua provinsi yaitu Jawa Barat dan Banten yang dimana

kedua provinsi tersebut beretnik Sunda. Selain itu juga ditandai dengan nama-

nama tempat di Jakarta yang berasal dari bahasa Sunda seperti Pancoran,

Ciliwung, Cilandak, Cideng dan lain-lain. Bahasa yang digunakan pada saat itu

masih menggunakan bahasa Sunda Kawi.

Menurut sebagian sumber menyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya pernah

menguasai Sunda Kelapa kemudian untuk menjaga kekuasaannya diwilayah

tersebut maka kerajaan Sriwijaya mendatangkan imigran melayu ke Sunda Kelapa,

karena kemungkinan gelombang imigran itu lebih besar dari pada penduduk asli

sehingga bahasa melayu mendominasi.

Pada masa kolonialisasi Eropa, sekitar tahun 1512 M ada sebuah

perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis.

Perjanjian tersebut membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di

Sunda Kalapa. Hal ini mengakibatkan adanya percampuran antara penduduk lokal

dengan bangsa Portugis. Dari percampuran tersebut lahir musik keroncong

sebagai perpaduan dengan budaya lokal.

Pada masa penjajahan Belanda, VOC menjadikan Batavia sebagai pusat

kegiatan niaganya. Karena pada saat itu Belanda memerlukan banyak tenaga kerja

untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini,

maka VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali. Pada saat itu di Bali masih

berlangsung praktik perbudakan. Hal ini menyebab masih tersisanya kosa kata dan

tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi saat ini.

Kemajuan perdagangan di Batavia membuat berbagai suku bangsa dari

penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini.

Akibatnya terjadilah berbagai percampuran dari suku-suku pendatang tersebut.

Salasatu contoh pengaruh dari suku bangsa pendatang tersebut adalah pada tata

busana pengantin Betawi yang banyak mengandung unsur Arab dan Tiongkok.

Selain itu berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk

sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia seperti Kampung

Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar

dan Kampung Bugis.

Nama Betawi sendiri merupakan sebutan lain untuk kota Jakarta dan

sekaligus sebutan untuk mayarakat pribumi yang tinggal di Jakarta. Kata “Betawi”

merupakan serapan dari kata Batavia yang mengalami perubahan. Nama Batavia

Page 7: Etnografi betawi

4

berasal dari nama yang di berikan JP Coen untuk kota yang di bangunnya pada

awal kekuasaan VOC di Jakarta. Kota Jakarta yang di bangun Coen itu sekarang

di sebut kota atau kota lama Jakarta. Karena asing bagi masyarakat pribumi, maka

nama Batvia sering di sebut dengan dialek mereka “ Betawi”.

Menurut Prof. Dr. Parsudi Suparlan (Antropolog Universitas Indonesia)

kesadaran sebagai orang Betawi sendiri pada awal pembentukannya sebagai

kelompok etnis itu belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih

sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti

orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong. Barulah pada tahun

1923 masa pemerintahan Hindia Belanda pengakuan terhadap adanya orang

Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam

lingkup yang lebih luas terjadi. mana kala pada saat Husni Thamrin, seorang

tokoh masyarakat Betawi mendirikan “Perkoempoelan Kaoem Betawi”. Saat

itulah mereka menyadari bahwa mereka itu merupakan kelompok atau golongan

orang-orang Betawi, dan pada tahun 1930, ketika dilakukan sensus, kelompok

orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada muncul sebagai etnis baru dalam

data sesus tersebut.

B. Pembagian Etnik Betawi Berdasarkan Wilayah

1. Betawi Udik

Betawi Udik ada dua tipe, yang pertama adalah mereka yang tinggal di

bagian Utara Jakarta, bagian Barat Jakarta dan juga Tanggerang. Mereka sangat

dipengaruhi oleh kebudayaan China. Tipe kedua adalah mereka yang tinggal

disebelah Timur dan Selatan Jakarta, Bekasi dan Bogor. Mereka sanggat

dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat sunda.

Mereka berasal dari ekonomi kelas bawah. Kehidupan mereka umumnya

lebih bertumpu pada bidang pertanian. Tarap pendidikan mereka sangat rendah

bila dibandingkan dengan orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Peran agama

islam dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi Udik berbeda dengan peran

agama dalam kehidupan orang Betawi Tenggah dan Betawi Pinggir. Pada kedua

kelompok Betawi yang disebut terakhir agama islam tetap memegang peran yang

sangat penting dan menentukan dalam tingkah laku pola kehidupan mereka sehari

meskipun cara mereka sudah lebih modern dibandingkan kelompok yang

udik.Namun kini telah terjadi perubahan dalam pola pekerjaan dan pendidikan

orang Betawi Udik. Secara perlahan-lahan tingkat dan pola pekerjaan maupun

pendidikan mereka telah mendekati orang Betawi tengah dan orang Betawi

pinggir.

Mereka yang tergolong betawi udik adalah penduduk asli disekitar Jakarta,

termasuk Jabotabek. Dahulu daerah ini termasuk daerah administrasi Batavia,

Page 8: Etnografi betawi

5

tetapi kini termasuk daerah administrasi Jawa Barat. Karena itu, secara kultural

mereka adalah orang Betawi, tetapi karena perubahan batas administratif itu,

mereka sekarang termasuk orang yang tinggal di daerah administratif Jawa Barat.

2. Betawi Tengah

Mereka yang termasuk Betawi Tengah adalah mereka yang dalam

perkembangan Betawi awal menetap dibagian kota Jakarta dahulu yang di

namakan keresidenan Batavia dan sekarang termasuk Jakarta Pusat. Lokasi ini

merupakan bagian dari kota Jakarta yang paling urban. Bagian inilah yang dalam

tahap-tahap permulaan kota Jakarta di landa arus urbanisasi dan modernisasi

dalam skala yang tinggi. Salah satu akibatnya adalah orang Betawi yang tinggal di

daerah ini paling tinggi tingkat kawin campurannya di banding orang Betawi yang

tinggal di pinggir kota Jakarta ataupun suku-suku lain di Jakarta. Berdasarkan

tingkat ekonomi mereka orang Betawi yang tinggal di tengah-tengah kota Jakarta

bisa di bedakan menjadi orang “gedong” dan orang “kampung”. Pemberian istilah

ini tampaknya hanya didasarkan pada tempat tinggal mereka. Dalam adat Betawi,

keberadaan orang “gedongan” di sadari atau tidak kurang di akui oleh orang

Betawi kampung. Sebab gaya hidup mereka dianggap bukan merupakan bagian

dari tradisi orang Betawi asli.

Akibat lain proses modernisasi dan urbanisasi di pusat ibukota Jakarta

adalah banyaknya orang Betawi kota yang menjual tanah mereka dan pindah ke

pinggir kota Jakarta. Daerah pemukiman baru mereka ini sebenarnya domisili

orang Betawi Pinggir. Oleh karena itu, kini banyak orang Betawi Pinggir dan

Betawi Udik tidak mengetahui bahwa tetangga baru mereka adalah orang Betawi

juga. Karena umumnya mereka menyandang pola dan gaya hidup yang berbeda,

maka Betawi Udik menganggap mereka kaum pendatang saja. Hanya saja

kebudayaan yang mereka bawa seringbkali kontras dengan citra yang ada

mengenai orang Betawi. Orang Betawi Tengah (gedong) kerapkali berpendidikan

tinggi. Generasi mereka sekarang tidak hanya mencapai pendidikan universitas

tetapi juga banyak di antara mereka berhasil sekolah di luar negeri.Selain itu, ibu

Irma juga menambahkan satu lagi, yaitu Betawi Pesisir. Orang Betawi Pesisir

memiliki ciri khas penggunaan dialeknya yang sangat khas, yaitu nada suaranya

yang keras “setak sengor”. Orang Betawi Pesisir biasanya terletak dipesisir pantai-

pantai Jakarta, seperti Marunda, Celincing dan sekitarnya.

3. Betawi Pinggir

Orang Betawi Pinggir cenderung menyekolahkan anak-anak mereka

kepesantren-pesanten. Karena itu, sebagaimana ditulis pada bagian depan buku ini,

orang Betawi Pinggir menolak bila mereka dianggap dalam bidang pendidikan,

sebab mereka mempunyai prioritas pendidikan tersendiri yaitu pesantren.

Bagi orang Betawi pinggir pendidikan formal yang mereka ikuti adalah

sekolah-sekolah umum. Namun ini tidak berarti pendidikan agama dilupakan.

Page 9: Etnografi betawi

6

Bagi mereka pendidikan agama sudah merupakan bagian yang penting bagi

kehidupan mereka. Proses bermasyarakat sudah menyatu dan tidak dapat di

pisahkan dari kehidupan beragam. Ini sedikit berbeda dengan orang Betawi

Pinggir. Mereka secara khusus memberikan perhatian pada kehidupan beragama

dengan menyekolahkan anak-anak mereka pada lembaga-lembaga pendidikan

yang bernapaskan islam. Untuk itulah mereka menyekolahkan anak-anak mereka

di pesantren-pesantren.Secara umum, dalam ketiga kelompok Betawi itu,

khususnya kelompok Betawi Pinggir, nilai-nilai islami menempati porsi paling

tinggi.

C. Unsur-unsur Kebudayaan Betawi

1. Bahasa

Bahasa Betawi kebnyakan berasal dari bahasa melayu yang kemudian

mengalami banyak percampuran dengan bahasa yang lain. Sifat dalam

dialek Betawi yang campur aduk merupakan salsatu cerminan dari kebudayaan

Betawi secara umum dimana Betawi merupakan hasil perkawinan berbagai

macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara

maupun kebudayaan asing. Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut

maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di

sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya

sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia).

Ciri yang khas dalam bahasa Betawi terdapat pada setiap akhir kata,

dimana bunyi yang banyak terdengar adalah huruf “e”. Misalnya “ente mau pade

kemane?”. Bahasa Betawi pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat

menengah ke bawah, yaitu komunitas budak dan pedagang. Bahasa ini

berkembang secara alami, tidak ada struktur buku yang jelas, yang dapat

membedakan dengan bahasa Melayu, walaupun ada beberapa unsur linguistik

yang memberikan ciri-ciri tertentu, misalnya peluruhan awalan me-, demikian

juga penggunaan akhiran –in, serta peralihan bunyi (a) terbuka pada akhir kata

menjadi (e). Setiap orang Betawi yang tinggal di daerah tertentu memiliki ciri

khas masing-masing. Contohnya seperti orang Betawi Pinggir yang

menggunakan bahasa campuran dari bahasa Arab, yaitu ane, ente, dan lain-lain.

Selanjutnya bahasa dari Betawi Tengah yang manggunakan bahasa Indonesia.

Dan Betawi Udik yang bahasanya masih sangat kampungan, seperti ”Lah eluh

kaga mao kemari“.

2. Kesenian

a. Seni Musik

Page 10: Etnografi betawi

7

Seperti halnya kebudayaan Betawi pada unsur bahasa, pada unsur kesenian

musik pun etnik Betawi banyak mengadopsi dari kebudayaan lain yang dibawa

oleh para pendatang. Seni musik tersebut adalah : orkes tanjidor, samrah,

gambang kromong, keroncong, gamelan tamu, rebana (tamborin),

Orkes tanjidor merupakan sebuah kesenian khas Betawi yang biasanya

dimainkan pada saat upacara pernikahan, penyambuatan tamu, dan lain-lain. Pada

kesenian ini terlihat jelas bahwa orkes tanjidor merupakan kebudayaan yang

diadopsi dari kebudayaan yang dibawa oleh Belanda. Alat musik yang dimainkan

adalah klarinet, trombon, piston, trumpet dan lain-lain. Orkes tanjidor muncul

pertama kalinya pada abad ke-18. Valckenier, salah satu Gubernur Jendral

Belanda yang mempunyai satu batalyon yang terdiri dari 15 orang pemain alat

musik tiup. Ia menggabungkannya dengan pemain gamelan, peniup suling Cina,

dan pemain drum Turki. Alat musik ini dimainkan dalam acara-acara pesta. Alat

musik ini biasanya dimainkan oleh para budak oleh karena itu disebut dengan

orkes budak. Sekarang, musik tanjidor sering dimainkan untuk menyambut para

tamu atau memeriahkan acara.

Gambang kromong merupakan kolaborasi musik yang harminis antara

aspek kebudayaan lokal dengan kebudayaan Cina. Alat musik Gambang

keromong terdiri atas gambang keromong itu sendiri, kemor, teh yan, dan sukong.

Pada zaman dahulu orkes gambang keromong hanya dimiliki oleh keluarga

oarang-orang keturunan Cina yang tinggal di Tanggerang dan Bekasi kecrek,

gendang, dan goong serta dilengkapi dengan kongahyan,.

Seni musik Samrah berasal dari Melayu. Intrumen musik samrah adalah

harmonium, biola, gitar, dan tamborin, serta oleh drum. Musik samrah digunakan

untuk menari dan menyanyi. Pakaian pemusik samrah adalah peci, jas dan kemeja

polos atau, peci, sandariah, dan celana batik. Orang-orang yang suka dengan

musik ini adalah orang-orang dengan status menengah.

Keroncong tugu merupakan salah satu musik Betawi yang juga mendapat

pengaruh dari Barat khususnya Eropa Selatan. Alat-alat musik keroncong tugu

terdiri dari biola, ukulele, bayo, gitar, tamborin dan celo. Seni musik keroncong

tugu dimainkan oleh 3-4 orang. Irama keroncong tugu sebagian besar merupakan

4/4 ktukan semuannya menggunakan nada mayor. Musik ini digunakan untuk

berdansa. Ciri khas kroncong tugu adalah keroncong moresco.

Orkes gambus berasal dari timur tengah. Musik ini di mainkan untuk

menemani tarian zafin sebuah tarian yang ditampilkan oleh para laki-laki. Orkes

gambus telah ada pada abad ke-19. Orkes gambus tidak dapat dipisahkan dari

Syech Albar dari Surabaya dan Alayidrus.

b. Seni Tari

Berikut beberapa seni tari yang berkembang dalam kebuadayaan betawi :

Page 11: Etnografi betawi

8

Tari Cokrek, merupakan sebuah tarian pergaulan yang penuh keriangan.

Ditarikan oleh sepasang penari pria dan wanita. Gerakan pinggul penari

wanita dan gerakan-gerakan lucu penari priayang diiringi nyanyian dan

hentakan music gambang kromong sering kali membuat suara riuh penuh

humor. Tarian ini biasanya ditarikan ditempatterbuka, diterangi lampu

cempor (minyak tanah) bersumbu tiga.

Tari samrah, merupakan sebuah tarian yang khusus ditarikan oleh penari

pria. Gerak tarinya menyerupai gerakan silat, tetapi sedikit lebih lembut.

Tari hiburan ini biasanya diselingi orkes gambus.

Tari zapin, tarian ini dibawakan oleh dua orang pria dengan iringan orkes

gambus berirama padang pasir merupakan tarian yang biasa ditarikan untuk

memeriahkan suatu upacara khitanan atau perkawinan. Tari yang banyak

menggunakan langkah kaki ini bernapas ke-islaman. Pendukungnya pun

orang-orang Betawi perkotaan keturunan Arab.

Tari ngarojeng, Tarian ini diadaptasi dan disesuaikan dengan musik tetap

(musik stabil) yang dikembangkan di Betawi Pinggir. Musik stabil adalah

musik untuk acara pernikahan yang diilhami oleh gerakan tarian ngarojeng.

Tarian tradisional Betawi ini menarik karena gerakannya yang dinamis,

gerakan matanya yang mendapatkan perhatian dari para penonton dan rias

wajahnya yang klasik. Ngarojeng adalah tarian yang berkenaan dengan

acara pernikahan. Tarian ini adalah kreasi dari Wiwik Widiastuti.

Tari Gitek Balen, Gitek artinya menari dan balen diambil dari musik drum

ajeng yang berarti perubahan. Tarian ini merupakan manifestasi perasaan

dinamis dan aktif dari seorang perempuan muda menjadi perempuan

dewasa.

Tari topeng, merupakan pertunjukan teater tradisional betawi yang

biasanya dibuka oleh suatu tarian yang disebut tari topeng. Tarian ini terdiri

dari tetalu (musik pembuka), ngelontong (musik dan lagu), lambing sari

(permainan drum) diikuti oleh beberapa penari. Penampilan dari tari-tarian

ini diikuti pesan dari cerita dan ditutup dengan topeng babak lantuk sejenis

teater tutur. Masyarakat Betawi pada zaman dulu berpendapat bahwa

semua topeng memiliki kekuatan magis. Topeng Betawi adalah sebuah

teater yang mempunyai aspek tari, nyanyian dan narasi dengan percakapan

ataupun monolog.

c. Seni Pertunjukan

Seni drama Lenong

seni lenong terbagi menjadi dua jenis, yaitu : seni lenong Denes dan

lenong Preman. Dalam lenong denes (diambil dari kata denes dalam dialek Betawi

Page 12: Etnografi betawi

9

yang berarti departemen atau resmi, para aktor dan artisnya menggunakan baju

resmi dan ceritanya mengambil setting kerajaan atau lingkungan para bangsawan).

Cerita dalam lenong denes adalah cerita seribu satu malam. Bahasa yang

digunakan adalah bahasa Melayu. Sementara Cerita dalam lenong preman

menceritakan cerita penindasan rakyat yang dilakukan oleh tuan tanah dengan

cara memungut pajak dan kemudian datanglah sosok religious yang berjuang

dengan rakyat melawan tuan tanah. Dalam lenong preman, pakaiannya tidak

diatur sutradara. Lenon preman biasanya menggunakan bahasa sehari-hari.

Ondel-ondel

Ondel-ondel adalah pertunjukan rakyat yang sudah berabad-abad tercapai

di Jakarta dan sekitarnya, kini menjadi wilayah Betawi. Pada awalnya, odel-odel

hanyalah sebuah boneka/orang-orangan sawah untuk mengusir roh-roh jahat yang

dikhawatirkan akan mengganggu berlangsungnya proses panen padi dikalangan

masyarakat. Dan bentuknya juga tidak semenarik sekarang.

Ondel-ondel sekarang yang kita kenal sekarang sudah dimodifikasi

sedemikian rupa sehingga tampilannya menjadi lebih menarik. Dan tidak lagi

dijadikan sebagai pengusir roh jahat karena dikhawatirkan akan merusak

kepercayaan agama.

Ondel-ondel Betawi disebut juga sebagai suatu bentuk teater tanpa tutur,

karena pada mulanya di jadikan sebagai leluhur atau nenek moyang, pelindung

keselamatan kampung dan seisinya. Ondel-ondel dianggap orang Betawi sebagai

pembawa lakon atau cerita, sebagaimana halnya dengan :”bekakak” dalam

upacara “potong bekakak” di gunung Gamping di sebelah Selatan kota Jogjakarta,

yang diselenggarakan pada bulan sapar setiap tahun.

Uncul

Uncul merupakan salah satu bagian dari pertunjukan Betawi Ujungan.

Ujungan betawi adalah sebuah kompetisi keahlian memukul bertahan dengan

rotan. Ciri Ujungan Betawi terletak pada musik dan tariannya yang disebut uncul.

Tarian ini berfungsi sebagai perangsang dan tantangan bagi lawannya diarena

Ujungan yang biasanya dilakukan dalam pesta panen.

3. Sistem kepercayaan (Realigi)

Agama mayoritas yang dianut etnik Betawi adalah Islam. Walaupun

pengaruh agama Islam begitu kuat dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi,

namun mereka masih mempercayai adanya kekuataan-kekuatan gaib. Misalnya

seperti guna-guna. Mereka percaya bahwa guna-guna dibuat oleh seorang dukun

Page 13: Etnografi betawi

10

atas suruhan seseorang yang ingin mencelakakan orang lain yang menjadi

sasarannya (musuhnya). Tanda-tanda yang diderita oleh orang yang terkena guna-

guna adalah muntah darah, sakit yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter

sehingga menyebabkan kematiannya. Guna-guna ini baru dapat dihilangkan

apabila orang yang terkena guna-guna diobati oleh dukun yang ilmunya lebih

tinggi dari dukun yang membuatnya.

Dewasa ini, ritual-ritual keagamaan yang bercampur dengan kekuataan

mistis sudah semakin jarang dilakukan oleh orang Betawi karena tingkat

pendidikan yang semakin tinggi. Informan menambahkan, hanya orang tua-orang

tua dulu saja yang masih menggunakan ritual-ritual khusus. Khususnya

dikalangan orang Betawi Udik masih mempraktekan bahwa ada hari-hari tertentu

yang dibolehkan untuk mendirikan atap rumah. Mereka masih mempercayai

adanya larangan bulan. Pada larangan bulan ini, mereka mengharamkan diri untuk

tidak melakukan kegiatan-kegiatan besar seperti hajatan pernikahan, khitanan,

mendirikan atap rumah, berpergian jauh dan lain sebagainya.

4. Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup

a. Rumah Adat

Bentuk rumah Betawi secara umum berkesan sederhana, hal ini juga

menggambarkan sikap hidup sehari-hari orang Betawi yang sederhana. Bahan

bangunan yang banyak dipergunakan adalah kayu atau bambu. Adapun atap

rumah yang sering kali menentukan tipe rumah menggunakan genting. Setidaknya

ada empat tipe bentuk rumah tradisional yang dikenal orang Betawi, yaitu:

Rumah tipe gudang, rumah tipe Bapang, rumah tipe kebaya, dan rumah tipe joglo.

b. Pakaian

Orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian.

Namun yang lajim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar)

dengan baju jas yang menutup leher (jas tutup) yang di gunakan sebagai stelan

celana panjang . melengkapi pakain adat pria Betawi ini, selembar kain batik di

lingkarkan pada bagian pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut.

Para wanita biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yang menutup

kepala serta kain batik.

Dalam kehidupan sehari-hari, pria Betawi pada umumnya menggunakan

celana komprang berukuran tanggung, baju biasa dan kadang-kadang mereka

mengenakan sarung dipinggang. Kain sarung ini tidak diurai, tetapi digulung dan

diikatkan pada pinggang (orang masuk ke sarung dan sarung digulungi). Pakaian

semacam ini sering dipakai dirumah, juga bila mereka pergi ke sawah atau ke

kebun. Kalau pergi sholat, mereka mengenakan kain sarung (diurai), baju koko,

Page 14: Etnografi betawi

11

dan peci. Baju koko dan celana panjang juga sering dipakai pada acara-acara

setengah resmi. Sementara para wanita mengenakan kain hingga betis, baju biasa

dan tudung. Kalau ke sawah mereka sering mengenakan topi lebar. Bila hendak

melakukan sholat, mereka mengenakan sarung dan mukena.

Pada saat menghadiri acara resmi, biasanya orang Betawi mengenakan

pakaian serong bagi bapak-bapak. Pakaian ini berupa stelan jas tertutup berwarna

gelap, dengan celana pantolan dilengkapi batik yang ujungnya berbentuk serong

dan dikenakan di sekitar pinggang. Aksesorinya adalah kuku macan dan saku

rantai, kopiah dan sepatu pantofel. Sementara para wanita Bagi wanita, mereka

sering mengenakan kebaya panjang, bagian depannya berenda sebagaimana sering

dipakai para encim. Kain panjang yang mereka kenakan berbahan tipis, seperti

batik jelampang Pekalongan. Kutang nenek yang dibordir sesuai dengan warna

kebaya, merupakan pasangan jenis pakaian ini. Tusuk konde cepol mereka

kenakan pada sanggul mereka, dan selendang dengan warna ngejreng juga mereka

kenakan. Selendang ini mereka kenakan sebagai kerudung atau penutup kepala.

c. Perlatan Senjata

Berdasarkan sejarahnya, golok merupakan jenis senjatan tajam milik

masyarakat Melayu. Mereka membawa serta senjata mereka ke bumi Betawi dan

selanjutnya orang Betawi menyebut senjata tersebut sebagai “golok”. Namun

sebutan golok ini ternyata bukan hanya di daerah Betawi saja, tetapi di tempat lain

juga menggunakannya penamaan golok tampaknya muncul dari budaya Jawa

Barat karena di Jawa Barat juga ada senjata yang bentungnya sangat mirip dengan

senjata ini, seperti senjata-senjata yang di miliki oleh orang-orang di Ciomas

(Banten), dan Cibatu (Sukabumi).

5. Sistem Pengetahuan

Di Jakarta sebelum era pembangunan orde baru, orang Betawi terbagi atas

beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing.

Misalnya di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai

para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum

banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit,

dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani

dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.

Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat

para peternak sapi perah. Di Kemanggisan, banyak di dapati orang-orang yang

ahli dalam pencak silat. Misalnya Ji'ih, teman seperjuangan Pitung dari

Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran

sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak

diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap kali

menjadi profesi mereka.

Page 15: Etnografi betawi

12

Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena

saat itu Ganefo yang dibuat oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi pindah

ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks

olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Dikarenakan asal -

muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa,

India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum

disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-

masing.

6. Sistem Kemasyarakatan

Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara sesama warga dapat

tercermin dalamhubungan keluarga, di mana anak-anak sangat patuh terhadap

orang tuanya, karena padamasyarakat Betawi orang yang lebih tua sangat

dihormati.Sebagai adat kebiasaan pada masyarakat Betawi, bila mereka saling

bertemu dengananggota warganya atau orang yang dikenalnya selalu saling

menyapa. Begitu juga dalamhidup bertetangga, mereka masih memegang teguh

adat tradisi dalam kebiasaan membeisedekah atau punjungan makanan kepada

para tetangga pada waktu tertentu misalnya pada waktu hajatan perrkawinan atau

sunatan.

1. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan dikalangan orang Betawi pada umumnya bersifat

bilateral, yaitu suatu sistem kekerabatan di mana dalam pergaulan antar anggota

kerabat tidak dibatasi pada kerabat ayah atau kerabat ibu saja, melainkan meliputi

kedua-duanya. Jadi, dalam sistem kekerabatn ini hubungan anak terhadap sanak

keluarga pihak ayah adalah sama dengan keluarga pihak ibu.

Hubungan saudara antara para orang Betawi selain karena faktor hubungan

darah, juga karena faktor perkawinan. Orang Betawi umumnya menikah dengan

orang Betawi juga, walaupun mereka tidak dilarang menikah dengan orang dari

suku lain. Salah satu penyebabnya adalah karena lingkungan tempat tinggal

mereka sebagian besar orang Betawi juga, sehingga pergaulan mereka terbatas

pada suku bangsanya sendiri.

Dikalangan orang Betawi juga berlaku istilah menyapa dan menyebut

sesuai dengan sistem kekerabatan yang adil dalam bahasa Betawi. Mereka

mengenal istilah menyapa dan menyebut sampai tingkat tujuh turunan. Hal

tersebut dipandang cukup penting untuk diketahui karena apabila seseorang ingin

melakukan hajatan maka dalam salah satu doa yang diucapkan dikirimkan juga

doa-doa untuk para kerabat yang telah meninggal maupun yang masih hidup

sampai tujuh turunan.

Page 16: Etnografi betawi

13

Isitilah menyapa dipakai ego untuk memanggil seseorang kerabat apabila

ia berhadapan dengan kerabat tadi dalam hubungan pemebicaraan langsung.

Sebaliknya, istilah menyebut dipakai oleh ego apabila ia berhadapan dengan orang

lain, berbicara tentang seorang kerabat sebagai orang ketiga. Inidividu yang

merupakan pusat daripada susunan skema gambar di bawah ini dari suatu susunan

kekerabatan adalah seseorang yang diberi nama ego. Bagan di bawah ini

memperlihatkan skema istilah kekerabatan orang Betawi yang disebut “tujuh

turunan”.

2. Organisasi Sosial

Berdasarkan sejarahnya, pada tahun 1923 Husni Tamrin seorang takoh

masyarakat betawi mendirikan sebuah organisasi sosial bernama “Perkoempoelan

Kaoem Betawi”. Dengan munculnya organisasi ini maka muncullah pengakuan

terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan

sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas.

Pada masa sekarang, ada sebuah organisasi masyarakat betawi yang hadir

sebagai organisasi kemasyarakatan yaitu Forum Betawi Rempug (FBR). Forum

Betawi Rempug adalah sebuah organisasi kemasyarakatan Betawi. Anggota FBR

sering di mintai bantuan menjaga tanah yang bersangkutan. Sekali mereka harus

berhadapan denga petugas penggusuran. Satu contohnya ketika eksekusi tahan di

komplek bily dan mon pondok kelapa, Jakarta Timur. Seratusan orang FBR dan

forum komunikasi Anak Betawi mesti berhadapan dengan 3 ratus petugas

ketentraman dan ketertiban pemerintah kota Jakarta Timur. Peristiwa itu

mengakibatkan 2 petugas terluka di bagian kepala. Polisi akhirnya menangkap

belasan anggota FBR dan Forkabi dengan barang bukti golok, pisau, samurai, dan

palu besar.

Fadloli El uhir merupakan pigur sentaral organisasi ini. Dia sempat masuk

dalam kepengurusan partai demokrasi Indonesia pimpinan Sorjadi. Menjelang

pemilu 2004, Fadloli ikut membidani lahirnya aliansi-aliansi penyelamat

Indonesia bersama sejumlah tokoh politik dan bekas petinggi polisi sejumlah

deklarator alisnsi-aliansi ini akhirnya menjadi anggota tim sukses pasangan

Wiranto – Salahuddin Wahid. Fadloli juga memiliki hubungan baik dengan

keluarga mantan presiden Soeharto. Pondok pesantrennya di kawasan pondok

kopi, Jakarta Timur, mendapat sumbangan khusus dari keluarga Soeharto, 2 tahun

lalu. Untuk mengabdikannya, salah satu ruangan di pesanteren putri itu di berinya

nama ruang Tien soeharto.

Sekjen FBR, Lutfi Hakim, mengakui adanya sumbngan dari keluarga

soeharto melalui Siti Hardijanti Indra Rukmana bagi pembangunan pesantren

mereka. Tetapi setahun terakhir, FBR telah membuka prusahaan sebagai sumber

Page 17: Etnografi betawi

14

dana. Perusahaan itu bergerak di bidang konsultan, kontraktor, dan jasa

pengamanan.1

3. Upacara-Upacara Adat Etnik Betawi

Masyarakat Betawi yang di kenal sebagai pemeluk agama islam dan

sebagian besar diantaranya taat menjalankan ajaran-ajaran islam tetap mengenal

berbagai bentuk upacara tradisional disekitar lingkungan hidup manusia. Tradisi

yang sudah berlangsung ratusan tahun dan merupakan warisan nenk moyang

mereka ini masih di laksanakan, meskipun perkembangan pembangunan yang

terjadi di jakarta-lingkungan hidup mereka seolah-olah mendesak mereka

mendorong sebagian besar ‘’orang-orang Betawi’’ meninggalkan nilai-nilai tradisi

mereka.

a. Upacara Masa Kehamilan

Masyarakat Betawi pada umumnya mengenal bentuk upacara nujuh bulan

meskipun nama upacara ini berbeda di beberapa daerah. Misalnya masyarakat

tanjung barat mengenalnya sebagai kekeba, masyarakat kebon kosong

menyebutnya nujuh bulanin atau nujuin.

Maksud upacara kekeba atau nujuh bulanin ini adalah untuk mendapatkan

rasa aman, menyukuru nikmat tuhan dan memohonberkah pada yang maha kuasa

serta sebagai pemberitahuan akan hadirnya seorang anggota baru ditengah-tengah

mereka. Selain itu, ini juga mengadung harapan agar anak yang sedang di

kandung agar lahir dengan selamat menjadi anak yang beriman dan saleh,berbudi

pekerti luhur, serta patuh, dan berbakti kepad kedua orang tuannya. Waktu

upacara biasanya di tentukan menurut perhitungan bulan arab dengan perpatokan

pada bilangan tujuh, yaitu di bulah ketujuh kehamilan. Tanggal yang di tentukan

di pilih antara tanggal 7,17 atau 27. Upacara di lakukan pada pagi hari dan hanya

dilaksanakan hanya pada kehamilan anak yang pertama saja.

Masyarakat Tanjung Barat misalnya, mengenal tiga tahap upacara kekeba,

yaitu pembacaan surat Yusup, mandi nujuh bulan dan ngorog atau ngirag. Selain

beragai perlengkapan lainya, rujak yang terbuat dari tujuh macam buah-buahan

merupakan perlengkapaan utama yang tidak boleh di tinggalkan. Untuk keperluan

mandi disiapkan tempat air, air kembang tujuh rupa, baju, dan tujuh helai kain,

telur ayam mentah, dan minyak wangi.Penggunaan kembang tujuh macam, contoh

yang bisa digunakan adalah: cempaka, kemuning, ros, pandang, kenangan, melati,

dan tanjung memiliki maksud tersendiri. Kembang-kembang yang di pilih tersebit

di utamakan adalah kembang yang banyak di senangi orang. Harapan yang

terkandung adalah agar bayi yang akan lahir tersebut nantinya menjadi orang yang

1 Ibid, h. 246.

Page 18: Etnografi betawi

15

di senangi oleh masyarakat di sekelilingnya.Setelah pembacaan surat Yusup dan

pembacaan doa selamat, wanita hamil yang akan di pandikan di bimbing oleh

seorang dukun wanita di tempat mandi. Dengan mengucapkan salawat atas nabi

Muhammad SAW, air kembang di siramkan mulai dari atas kepala hingga sampai

ke ujung kaki. Pada siraman ke tujuh, telur di dalam air kembang turut di

siramkan, sehingga menggelinding melalui tubuh dan perut sang calon ibu

tersebut. Keadaan telur setelah sampai ketanah di anggap melambangkan

sesuatu.Acara ngorog atau nyirag adalah acara selanjutnya, yang tidak di benarkan

dan di saksikan oleh umum. Dalam sebuah kamar wanita hamil tersebut di urut

seperlunya untuk merasakan apakah ada kelainan. Apabila di rasakan ada kelainan

letak bayi, maka dukun akan membetulkannya dengan mengusap beberapa kali

perut wanita tersebut sebagai syarat. Seusai di urut, wanita hamil bersujud di

dampingi oleh dukun wanita. dengan mengucapkan bismillah dan salawat, dukun

wanita di ikuti wanita hamil mengambil gulungan kain puth yang telah berisi uang

dan kembang. Kemudian kain tersebut dililitkan ke tubuh wanita hamil tersebut

sampai tujuh kali. Gerakan ini di sebut mengorog. Selama mengorog, kain putih

bergerak dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Sementara uang logam yang berada di

dalamnya saling beradu dan menimbulkan bunyi. Bunyi ini lah yang di harapkan

oleh bayi di dalam perut maksudnya adalah agar bayi tersebut nantinya akan

selalu patuh terhadap orang tua, menuruti nasihatnya, menjadi anak yang saleh

dan soleha, hidup bahagia, harum namanya dan di senangi masyarakat. Adapun

kain, kembang dan uang yang di gunakan melambangkan kemakmuran. Seluruh

upacara di akhiri dengan pemberian restu dari para tamu dan acara ramah tamah.

b. Upacara Sekitar Kelahiran

kelahiran pada masyarakat Betawi dianggap sebagai suatu pristiwa penting.

Banyak hal yang harus dilakukan oleh dukun beranak maupun keluarga si bayi.

Salah satunya adalah kerik tangan. Maksud upacara kerik tangan adalah sebagai

serah terima tugas perawatan bayi beserta ibunya dari dukun kepada pihak

keluarga. Upacara biasanya dilakukan setelah bayi puput pusar. Pelaksanaanya

sediri berjalan sederhana dan memakan waktu singkat.Biasanya upacara dibuka

oleh suami istri dengan kata-kata yang berisi maksud mereka untuk melaksanakan

upacara krik tangan. Mengucapakn terima kasih, meminta kerelaan dukun yang

telah merawat “ kotoran-kotoran” selama persalinan. Ucapan tersebut disambut

ema dukun dengan kata-kata yang menyatakan bahwa ia telah rela dan selalu

mendoakan keselamatan dan kesehatan si bayi dan keluarganya.

Upacara kerik tangan yang sering juga disebut cuci tangan dimulai dengan

pembacaan salawat. Dilanjutkan dengan pencucian tangan ema dukun yang di

ikuti oleh ibu dari si bayi. Maksudnya adalah untuk membersihkan diri serta

Page 19: Etnografi betawi

16

menyucikan hati untuk mengikuti upacara. Selanjutnya ema dukun mengambil

uang logam dari dalam air dan mengerik-ngerik tangan wanita yang baru

melahirkan tersebut, sampai pembacaan salawat ketujuh selesai. Perbuatan

tersebut adalah simbol membersihkan kotoran masing-masing yang mungkin

berada pada orang lain.Upacara disekitar kelahiran semacam ini juga ditemui di

berbagai daerah di Jakarta dengan pariasi-pariasi lokal, khusunya mengenai

syarat-syarat dan tatacara pelaksanaan, namun maksud dan tujuannya sama.

Upacara lain disekitar kelahiran yang juga masih sering dilakukan adalah upacara

gunting rambut dan sunatan untuk bayi perempuan.

c. Upacara Perkawinan

Masyarakat Betawi pada umumnya kebanyakan menikah dengan orang

yang masih memiliki hubungan keluarga. Pada masyarakat marunda misalnya,

kebiasaan seperti ini bertahan karena adanya kepercayaan masyarakat dimana

perkawinan dengan orang luar kurang di benarkan yang dapat menimbulkan

malapetaka. Namun pada masa sekarang ini kebiasaan tersebut sudah mulai

terkikis.

d. Kematian

Penyelenggaraan upacara yang berkaitan dengan perawatan orang

meninggan sampai penguburannya disesuaikan dengan ajaran islam. Apabila yang

meningan adalah seorang pria, padasaat mengantar kepemakaman biasanya yang

ikut mengantar hanya kaum pria saja. Kaum wanita tinggal dirumah dan

menyiapkan sedekahan untuk upacara tahlil yang diadakan pada malam pertama

sampai malam ketujuh, dan dilanjutkan pada malam keemap puluh.

e. Upacara-Upacara Lain, beberapa upacara lain yang dikenal oleh masyarakat

Betawi dan sebagainya diantaranya masih dilaksanakan pada waktu-waktu

tertentu yaitu:

Upacara baritan atau bebarit, pada mulanya bertujuan untuk menghormati

roh halus atau roh nenek moyang sebagai pelindung kampung dalam

perkembangan selanjutnya upacara ini di tunjukan sebagai salam

penyampaian upacara terima kasih kepada yang maha kuasa dan berkah

yang telah di limpahkan, terutama yang menyangkut hasil panen.

Page 20: Etnografi betawi

17

Upacara mangkeng adalah usaha yang di lakukan masyarakat Betawi

untuk mempengaruhi alam. Dalam hal ini adalah upacara menolak hujan,

khususnya pada saat hajatan perkawinan maupun sunatan.

Upacara sedekah laut, dilakukan sebagai persembahan kepada penguasa

laut agar pada saat para nelayan turun ke laut mencari ikan tidak

mendapat gangguan. Umumnya dilakukan oleh masyarakat Betawi

khususnya di Marunda.

Upacara sero, diselenggarakan oleh setiap individu yang ingin membuat

sero (alat penangkap ikan) baru. Tujuannya adalah agar hasil ikan

tangkapannya banyak.

Upacara melepas perahu baru seperti juga upacara sero bersifat individual

tujuannya adalah untuk meminta agar perahu yang baru di buat kuat dan

awet, membawa rejeki serta selalu selamat dari gangguan mahluk-mahluk

di laut.

Upacara waktu bertani, merupakan upacara yang dilakukan sewaktu akan

memulai pekerjaannya di sawah seperti menanam, menuai sampai

menyimpan padi di lumbung. Maksudnya adalah untuk memohon berkah

dan keselamatan agar hasil panen padi berlimpah.

7. Sistem Mata Pencaharian

Secara umum, sistem mata pencaharian masyarakat Betawi sekarang ini

sangat bervariasi dan heterogen, sesuai tempat tinggalnya masing-masing.

Masyarakat betawi pinggir mayoritas mata pencahariannya adalah

berdanggang dan buruh pabrik, karena letak daerahnya yang ada di pinggir kota

Jakarta. Hal ini disebabkan karena daerah mereka yang sudah mengalami banyak

pembangunan sehingga sulit mencari lahan untuk bertani. Masyarakat betawi

pinggir hidup dengan perekonomian yang menengah kebawah, dan mereka pun

hidup sederhana.

Masyarakat betawi tengah lebih dominan bermata pencaharian buruh

pabrik dan PNS karenakan letak daerah mereka lebih strategis dengan pesatnya

pembangunan yang terjadi pada daerah mereka. Bahasa keseharian mereka pun

sudah mulai meninggalkan bahasa Betawi yang kemudian mereka mengganti

bahasa mereka dengan bahasa yang lebih formal dan modern. Taraf kehidupan

pada masyarakat orang Betawi menengah tergolong ke dalam kelas menengah ke

Page 21: Etnografi betawi

18

atas, sehingga menyebabkan kesadaran akan pendidikan pada golongan ini pun

sangat tinggi.

Masyarakat betawi udik terletak di daerah-dearah yang masih sepi dengan

pembangunan industri, sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat betawi

uduk ini adalah petani. Di samping itu, bertani merupakan salah satu pekerjaan

yang sudah turun-temurun dalam masyarakat betawi khususnya. Masyarakat

betawi pesisir, adalah masyarkat Betawi yang tinggal di pesisir pantai Jakarta.

Sebagai masyarakat pesisir, mata pencaharian mereka tentu saja adalah nelayan.

Namun, jika hasil laut sedang sepi, biasanya masyarakat Betawi pesisir beralih

profesi menjadi buruh harian, pengrajin dan lain sebagainya.

Page 22: Etnografi betawi

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Etnik Betawi merupakan sebuah etnik campuran dari berbagai etnik-etnik

lain seperti : etnik Sunda, Melayu, Bali, Cina, Arab dan lain-lain.

2. Etnik betawi dibagi menjadi tiga, yaitu : betawi udik, betawi tengah dan

betawi pinggir.

3. Bahasa yang digunakan dalam etnik betawi berasal dari bahasa melayu

yang kemudian mengalami percampuran dengan bahasa-bahasa lain yang

dibawa oleh suku-suku pendatang.

4. Kesenian dalam etnik betawi sangat dipengaruhi oleh budaya lain.

5. Mayoritas masyarakat etnik betawi beragama Islam dan sebagian yang

lainnya beragama Kristen

Sistem peralatan dan perlengkapan hidup yang berkembang pada etnik

betawi :

a) Rumah adat : Bentuk rumah Betawi secara umum berkesan sederhana,

hal ini juga menggambarkan sikap hidup sehari-hari orang Betawi

yang sederhana. Bahan bangunan yang banyak dipergunakan adalah

kayu atau bambu. Adapun atap rumah yang sering kali menentukan

tipe rumah menggunakan genting. Setidaknya ada empat tipe bentuk

rumah tradisional yang dikenal orang Betawi, yaitu: Tipe Gudang,

Tipe Bapang, Tipe Kebaya dan Tipe Joglo.

b) Pakaian : Orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam

pakaian. Namun yang lajim dikenakan adalah pakaian adat berupa

tutup kepala (destar) dengan baju jas yang menutup leher (jas tutup)

yang di gunakan sebagai stelan celana panjang . melengkapi pakain

adat pria Betawi ini, selembar kain batik di lingkarkan pada bagian

pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita

biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yang menutup

kepala serta kain batik.

c) Peralatan senjata yang paling terkenal dan banyak dijumpai adalah

Golok.

6. Sistem pengetahuan pada masyarakat Betawi berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman, dimana Betawi betempat di ibu kota negara

Indonesia.

7. sistem kemasyarakatan : Orang Betawi memiliki iktan persaudaraan yang

sangat kuat antara satu dengan yang lainnya. Karena keterikatan inilah

mereka tidak terlalu sulit apabila mereka berniat hendak melakukan

Page 23: Etnografi betawi

20

kegiatan-kegiatan seperti upacara perkawinan, khitanan yang

membutuhkan tenaga yang cukup banyak dan biaya yang cukup besar.

8. Sistem mata pencaharian hidup masyarakat betawi Sangat Beragam.

B. Saran

1. Penulis menyarankan perlunya kesadaran generasi muda etnik betawi

sendiri akan kelestarian budaya Betawi.

2. Perlunya ada kejelasan dalam sejarah betawi agar tidak ada

kesimpangsiuran.

Page 24: Etnografi betawi

21

DAFTAR PUSTAKA

Hars, Nasrudin. Profil Provinsi Republik Indonesia (DKI Jakarta). Jakarta:

Yayasan Bakti Wawasan Nusantara. 1992.

Taendiftia, Emot Rahmat, Syamsudi Musatafa & Atmani R. Gado-gado Betawi

(Ragam Masyarakat Betawi dan Budayanya). Jakarta : Grasindo. 2006

Muhadjir. Bahasa Betawi, Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : Yayasan

Obor Indonesia

Eni Setiati, dkk. Profil Kota Jakarta. Jakarta: Lentera Abadi. 2009.

Castles, Lance The Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia vol.I, Ithaca: Cornell

University April 1967

Guinness, Patrick The attitudes and values of Betawi Fringe Dwellers in Djakarta,

Berita Antropologi 8 (September), 1972, pp. 78–159

Knoerr, Jacqueline Im Spannungsfeld von Traditionalität und Modernität: Die

Orang Betawi und Betawi-ness in Jakarta, Zeitschrift für Ethnologie

128 (2), 2002, pp. 203–221

Knoerr, Jacqueline Kreolität und postkoloniale Gesellschaft. Integration und

Differenzierung in Jakarta, Frankfurt & New York: Campus Verlag,

2007

Saidi, Ridwan. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat

Istiadatnya

Shahab, Yasmine (ed.), Betawi dalam Perspektif Kontemporer: Perkembangan,

Potensi, dan Tantangannya, Jakarta: LKB, 1997

Wijaya, Hussein (ed.), Seni Budaya Betawi. Pralokarya Penggalian Dan

Pengem¬bangannya, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1976

Portal Provinsi jakarta. Betawi Suku (internet). Diakses pada 20 Februari 2014

pukul 02.38, [http://jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/Betawi-

Suku]

Wikipedia Indonesia. Suku Betawi (internet). Diakses Pada 20 Februari 2014

pukul 02.40, [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi]