Upload
others
View
20
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS BLENDED LEARNING PADA MATERI FLUIDADINAMIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Skripsi)
Oleh
TARISSA NISWATUN AUNILLAH
1413022066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS BLENDED LEARNING PADA MATERI FLUIDADINAMIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Oleh
Tarissa Niswatun Aunillah
Pada abad 21, teknologi yang semakin maju dengan pendidikan merupakan dua
hal yang sulit dipisahkan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dapat di implementasikan dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Guru dapat memanfaatkan TIK dalam pembelajaran seperti
pemanfaatan internet dan menerapkan konsep belajar jarak jauh melalui
pembelajaran online, dan tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka di dalam
kelas. Salah satu inovasi pembelajaran yang mengombinasikan dua pembelajaran
tersebut adalah blended learning. Blended learning dapat mengatasi kurangnya
alokasi waktu pembelajaran di dalam kelas dan mengubah metode mengajar guru
yang hanya menggunakan metode ceramah. Hal ini juga mendorong adanya
pembuktian antara pembelajaran blended learning dan pembelajaran ceramah
manakah diantara keduanya yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran
fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal ini, maka
dilakukanlah penelitian dengan jenis blended learning berbasis Learning
iii
Management System (LMS) dengan pendekatan ilmiah. Tujuan penelitian ini yaitu
mendeskripsikan efektivitas blended learning pada materi fluida dinamis terhadap
hasil belajar siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 16 Bandar Lampung
dengan menggunakan desain penelitian Quasi Experimental pretest-posstest
control grup design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan blended learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah memiliki
pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Adanya perbedaan rata-rata nilai
N-gain kelas eksperimen yaitu 0,72 (kategori tinggi) dan kelas kontrol 0,49
(kategori sedang).
Kata kunci: blended learning, fluida dinamis, hasil belajar
Tarissa Niswatun Aunillah
Tarissa Niswatun Aunillah
iv
EFEKTIVITAS BLENDED LEARNING PADA MATERI FLUIDADINAMIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Oleh
TARISSA NISWATUN AUNILLAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 September 1996, sebagai
anak ketiga dari empat bersaudara pasangan ibu Firganefi dan bapak Yose
Sebastian.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim pada
tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2008, melanjutkan di SMP Negeri 4
Bandar Lampung pada tahun 2008 yang diselesaikan pada tahun 2011 dan masuk
SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014. Pada
pertengahan tahun 2014 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Pada tahun 2017 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten
Way Kanan, Kecamatan Baradatu, Desa Banjar Baru dan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Baradatu.
v
MOTTO
“Kegagalan dalam satu hal adalah tanda bahwa ada keberhasilan dalam hal berikutnya”
(Mario Teguh)
“If you can’t run, then walk,If you can’t walk then crawl,
But whatever you do, you have to keep moving forward”
(Marthin Luther King JR)
“Gantilah kata menyerah, dengan memaksimalkan lagi usaha dan doamu”
(Tarissa Niswatun Aunillah)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya
dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam. Dengan kerendahan hati, penulis mempersembahkan karya
sederhana ini sebagai tanda bakti kasih tulus kepada :
1. Orang tuaku tersayang, Ibu Firganefi dan Bapak Yose Sebastian yang telah
sepenuh hati membesarkan, mendidik, mendo’akan, serta memperjuangkan
nasib anak-anaknya. Semoga Allah senantiasa memberikan kesempatan
kepadaku untuk membalasnya, meskipun aku tau, takkan pernah bisa aku
membalas semua yang telah kalian perjuangkan untukku, tapi aku akan selalu
berusaha memberikan yang terbaik dan berusaha membuat kalian bahagia.
2. Kakakku-kakakku dan adikku tersayang, Taufik Nugraha Agassi, Gamilla
Nuri Utami, dan Prima Qonita Rahma yang telah memberikan doa dan
semangatnya untuk keberhasilanku.
3. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal baik berupa ilmu
pengetahuan maupun ilmu agama.
4. Semua sahabat-sahabatku terbaikku yang begitu tulus memberikan semangat,
dukungan, dan mendampingiku dari awal hingga saat ini dengan segala
kekurangan yang ku miliki.
5. Almamater tercinta Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas nikmat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di FKIP Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M. Si., selaku Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang bersifat positif, motivasi dan bimbingan
kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Wayan Suana, S. Pd., M. Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M. Pd., selaku Pembahas yang banyak
memberikan masukan, arahan dan kritik yang bersifat positif dan
membangun.
xii
7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.
8. Ibu Dra. Hj. Rosita., selaku Kepala SMA Negeri 16 Bandar Lampung yang
telah memberi izin dan arahan selama penelitian.
9. Ibu Apriyani, S.Pd., selaku guru Fisika SMA Negeri 16 Bandar Lampung
beserta staf tata usaha yang selalu memberi semangat, motivasi dan
dukungannya selama penelitian.
10. Sahabat seperjuangan Adila, Bella, Raras, Evelyne, Jeni, Vinka, Laya, Indah,
terima kasih atas kesabaran bersamaku selama perjalanan kuliah ini.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2014 kelas A dan kelas
B, terima kasih atas suka dan duka selama ini.
12. Teman KKN sekaligus PPL ku di SMP N 3 Baradatu, Wayan, Puti, Novi,
Mei, Alan, Eki dan Romanda.
13. Seluruh murid-murid SMA Negeri 16 Bandar Lampung kelas XI IPA 4 dan
XI IPA 5 yang telah mendukung dan membantu selama penelitian.
14. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin.
Bandar Lampung, Mei 2018Penulis,
Tarissa Niswatun Aunillah
xiii
DAFTAR ISI
HalamanCOVER LUAR.......................................................................................... iABSTRAK ................................................................................................. iiCOVER DALAM ...................................................................................... ivMENYETUJUI.......................................................................................... vLEMBAR PENGESAHAAN ................................................................... viSURAT PERNYATAAN .......................................................................... viiRIWAYAT HIDUP ................................................................................... viiiMOTTO ..................................................................................................... ixPERSEMBAHAN...................................................................................... xSANWACANA .......................................................................................... xiDAFTAR ISI.............................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL ..................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR................................................................................. xviDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang............................................................................ 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4D. Manfaat Penelitian...................................................................... 4E. Ruang Lingkup ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kerangka Teori ........................................................................... 7
1. Blended Learning................................................................... 72. Learning Management System (LMS).................................... 163. Pendekatan Ilmiah.................................................................. 184. Hasil Belajar .......................................................................... 24
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 28C. Anggapan Dasar ......................................................................... 30D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 31
III. METODE PENELITIANA. Desain Penelitian ........................................................................ 32B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................. 33C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 34D. Variabel Penelitian ..................................................................... 34E. Intrumen Penelitian .................................................................... 35F. Prosedur Penelitian ..................................................................... 35
xiv
G. Analisis Instrumen...................................................................... 361. Uji Validasi ............................................................................ 372. Uji Reliabilitas ....................................................................... 38
H. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .......................... 40
1. Analisis Data.......................................................................... 402. Uji Normalitas........................................................................ 413. Uji Homogenitas .................................................................... 424. Uji T untuk Dua Sampel Bebas ............................................. 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian........................................................................... 45
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 452. Tahap Pelaksanaan Penelitian................................................ 473. Hasil Belajar .......................................................................... 554. N-Gain Hasil Belajar ............................................................. 555. Uji Normalitas N-Gain........................................................... 576. Uji Homogenitas N-Gain ....................................................... 577. Uji Hipotesis dengan Independent Sample T-test .................. 58
B. Pembahasan ................................................................................ 59
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan..................................................................................... 69B. Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kategori dan Subkategori Ranah Kognitif .................................................. 26
2. Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas ........................................................ 39
3. Kriteria Interpretasi N-Gain ........................................................................ 41
4. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal.............................................................. 46
5. Hasil Uji Reliabilitas Soal ........................................................................... 47
6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa...................................................................... 55
7. Data Rata-rata N-Gain Hasil Belajar........................................................... 56
8. Uji Normalitas Data N-Gain Hasil Belajar.................................................. 57
9. Uji Homogenitas Data N-Gain Hasil Belajar .............................................. 57
10. Independent Sample T-Test Data Hasil Belajar Siswa ................................ 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Blended Learning ........................................................................................ 8
2. Bagan Proses Perolehan Peserta Didik ....................................................... 19
3. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendektan ilmiah ...................... 20
4. Bagan Kerangka Pemikiran......................................................................... 29
5. Desain Eksperimen...................................................................................... 33
6. Grafik Kategori N-Gain Hasil Belajar Siswa ............................................. 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep Materi Fluida Dinamis........................ 75
2. RPP ............................................................................................................. 91
3. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal.............................................................. 101
4. Hasil Uji Reliabilitas Soal ........................................................................... 112
5. Data Rata-rata N-Gain Hasil Belajar........................................................... 113
6. Uji Normalitas Data N-Gain Hasil Belajar.................................................. 125
7. Uji Homogenitas Data N-Gain Hasil Belajar .............................................. 126
8. Independent Sample T-Test Data Hasil Belajar Siswa ................................ 127
9. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 128
10. Surat Balasan Penelitian ............................................................................ 129
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad 21, teknologi dan pendidikan sendiri merupakan dua hal yang sulit
dipisahkan. Perkembangan abad 21 dapat dilihat dengan berkembangnya
teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai bidang kehidupan, terutama dalam peningkatan mutu
pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi komputer
dengan internet, berpengaruh terhadap berkembangnya konsep pembelajaran
jarak jauh (Munir, 2009: 17).
Smaldino et al., (2012: 5) meyatakan bahwa teknologi dan media yang
disesuaikan dan dirancang secara khusus bisa memberi kontribusi bagi
pengajaran yang efektif dari seluruh siswa dan bisa membantu mereka meraih
potensi tertinggi mereka, dengan adanya media pembelajaran berbasis
internet supaya siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang maksimal
melalui proses pembelajaran yang terstruktur. Berdasarkan hal ini, guru dapat
memanfaatkan teknologi dalam dunia pendidikan dan mengaplikasikannya
dalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2
Pada kenyataannya masih banyak guru yang kurang maksimal dalam
megimplementasian TIK dalam pembelajaran saat ini, contohnya terjadi di
kelas XI SMA Negeri 16 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu guru fisika kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung
yaitu pada pembelajaran fisika masih menggunakan metode ceramah yang
cenderung berpusat pada guru (teacher centered) dan kurikulum yang
digunakan masih KTSP. Fitriyadi (2013) menyatakan bahwa keterampilan
belajar mengajar abad ke-21 menggarisbawahi kebutuhan untuk beralih dari
metode yang berpusat pada guru (teacher centered learning) untuk lebih
berpusat pada siswa (student centered learning). Pembelajaran di kelas
dengan metode ceramah yang berpusat pada guru membuat siswa cepat bosan
dan pasif karena hanya menjadi obyek penerima. Hal ini dapat berakibat pada
hasil belajar yang rendah.
Menurut guru fisika SMA Negeri 16 Bandar Lampung pembelajaran fisika
pada materi fluida dinamis, siswa mengganggap bahwa materi fluida dinamis
sulit dan abstrak. Siswa juga kesulitan memahami asas Bernoullli dan aplikasi
pada asas Bernoulli. Siswa banyak yang tidak tahu konsep atau rumus tentang
perbedaan tekanan pada tempat yang memiliki kecepatan aliran fluida yang
berbeda. Selain itu, siswa juga megalami kesulitan mengerjakan soal-soal
fluida dinamis, terutama pada rumus pipa venturi dan tabung pitot yang agak
rumit. Hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis juga masih rendah,
karena guru hanya menggunakan metode ceramah di dalam kelas saja.
Masalah pembelajaran lain yang dihadapi guru yaitu alokasi waktu yang
tersedia sangat kurang sehingga guru harus menyampaikan materi dengan
3
cepat dan hanya beberapa tujuan pembelajaran yang tercapai. Salah satu hal
yang mendorong guru mengajar dengan cepat dikarenakan cangkupan materi
fisika semakin luas, namun jumlah waktu yang tersedia di kelas hanya
sedikit. Guru menyampaikan semua materi dengan cepat tanpa
memperhatikan apakah peserta didiknya sudah benar-benar jelas dalam
menerima materi atau belum. Dalam hal ini guru belum memanfaatkan
internet maupun pembelajaran online untuk mengatasi kekurangan waktu
dalam proses pembelajaran. Guru baru memanfaatkan internet hanya untuk
kepentingan mencari materi yang berkaitan dengan fluida dinamis.
Berdasarkan permasalahan ini, diperlukanlah teknologi yang dapat membantu
guru dan siswa mengatasi kesulitan belajarnya ini. Untuk mengatasi
permasalahan ini, perlu diterapkannya pembelajaran blended learning.
Mosa dalam Wijayanti dkk., (2017) menyatakan bahwa blended learning
adalah kombinasi dua unsur utama pembelajaran, yakni pembelajaran di kelas
dengan tatap muka dengan pembelajaran secara online. Hasil penelitian yang
dilakukan Sjukur (2012) menunjukkan hasil yaitu siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan blended learning memiliki peningkatan motivasi dan
prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa diperlukan adanya
penerapan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses
belajar, dapat mengatasi kurangnya alokasi waktu belajar di dalam kelas dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengimplementasikan TIK
4
dalam pembelajaran dan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa, maka
peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas Blended Learning
pada Materi Fluida Dinamis terhadap Hasil Belajar Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas
penggunaan blended learning pada materi fluida dinamis terhadap hasil
belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas blended learning
pada materi fluida dinamis terhadap hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan blended learning siswa
menjadi lebih aktif, interaktif, dan memberikan pengalaman belajar bagi
siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, siswa dapat
mengembangkan kemampuan TIK-nya, serta memberikan waktu belajar
tambahan dan diskusi dengan guru di luar jam kelas.
2. Bagi Guru
Pembelajaran menggunakan blended learning dapat menjadi salah satu
5
pengalaman baru bagi guru dalam menerapkan pembelajaran yang kreatif
dan inovatif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Blended learning yang digunakan pada penelitian ini yaitu blended
learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah yang menggabungkan
dua model pembelajaran yaitu pembelajaran tatap muka dengan
pembelajaran online (online learning), dimana ketika pembelajaran tatap
muka dan pembelajaran online guru menggunakan pendekatan ilmiah dan
ketika pembelajaran online guru menggunakan LMS berupa schoology.
2. Perangkat pembelajaran yang dipakai dibuat oleh Nurhayati dkk., (2018)
yang terdiri dari perangkat pembelajaran blended learning berbasis
Learning Management System (LMS) dengan pendekatan ilmiah.
Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu RPP, LKPD, handout, dan
LMS berupa schoology,
3. Materi pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah fluida dinamis.
Materi fluida dinamis meliputi asas kontinuitas, asas bernoulli dan
penerapan fluida dinamis dalam kehidupan sehari-hari.
4. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 16 Bandar Lampung kelas XI IPA
4 dan XI IPA 5, semester genap tahun ajaran 2017/2018.
5. Efektivitas yang dimaksud pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai
posttest yang diperoleh dari siswa ketika pembelajaran pada materi fluida
6
dinamis telah selesai dan telah diberi perlakuan menggunakan
pembelajaran blended learning.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Blended learning
Dewasa ini, perkembangan teknologi yang demikian pesat tentunya
membawa pengaruh dan dampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Hal ini mengharuskan
adanya inovasi dalam pembelajaran. Perkembangan teknologi komputer saat
ini dapat memudahkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan teknologi
masa kini yaitu blended learning.
Mosa dalam Wijayanti dkk., (2017) menyatakan bahwa blended learning
adalah kombinasi dua unsur utama pembelajaran, yakni pembelajaran di
kelas dengan tatap muka dengan pembelajaran secara online.
Selain itu, blended learning juga telah didefinisikan oleh Cisco System
dalam Al-Hunaiyyan et al., (2008) yang menyatakan bahwa:
“Blended learning as combination of characterictic from bothtradisional learning and blended e-learning environments. It mergesaspects of blended e-learning such as : web based instruction,streaming, video, audio synchronous and asynchronous comunication,etc; with tradisional “face to face” learning”.
8
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa blended learning sebagai
kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan lingkungan
pembelajaran elektronik atau e-learning. Dimana menggabungkan aspek
pencampuran e-learning seperti pembelajaran berbasis web, streaming,
video, komunikasi audio synchronous dan asynchronous dengan
pembelajaran tradisional “tatap muka”.
Diagram di bawah ini dapat menggambarkan komponen blended learning
menurut Hadjerrouit (2008):
Gambar 1. Blended learning
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa blended learning
adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan dua model pembelajaran
yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online yang
memanfaatkan e-learning, media elektronik ataupun internet. Melalui
Online learning
Online learning
Internet-basedlearning
Web-basedlearning
Online learning
E-learning
Computerbasedlearning
Face tofacelearning
Blended learning
9
pembelajaran blended learning akan tercipta proses pembelajaran yang
efektif dan efisien karena dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan
siapa saja.
Husamah (2014: 4) menyatakan bahwa pemanfaatan e-learning sangat
diunggulkan dibanding dengan pembelajaran ceramah secara tatap muka,
karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan
dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja.
Thaib dkk., (2016) menyatakan bahwa teori belajar yang mendasari model
pembelajaran blended learning adalah teori belajar konstruktivisme
(individual learning) dari Piaget, Kognitif dari Brunner, Gagne dan Blooms,
serta lingkungan belajar sosial dari Vygotsky. Konstruktivisme (individual
learning) digunakan sebagai landasan teori belajar yang sering disebut juga
student centered learning.
Paurelle dalam Thaib dkk., (2016) menyatakan bahwa konstruktivisme
(individual learning) dapat mendorong pelajar untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman individu dan
mengaplikasikannya secara langsung pada lingkungan mereka.
Collaborative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham kontruksivisme dari Piaget. Sudarman (2008)
menyatakan bahwa collaborative learning adalah proses belajar kelompok
yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap,
pendapat kemampuan dan keterampilan yang dimlikinya untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
10
Carman dalam Amin (2017) menyatakan bahwa ada lima kunci untuk
melaksanakan pembelajaran dengan blended learning diantarannya yaitu:
1. Live Event. Pembelajaran langsung atau tatap muka secarasinkronous yaitu dalam waktu dan tempat yang sama (classroom)ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtualclassroom).
2. Self Paced Learning atau belajar menurut kecepatan sendiri,dimana pembelajaran ini mengkombinasikan pembelajaranmandiri yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimanasaja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yangbersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi,simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahanbelajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat di unggah secaraonline (via web maupun via mobile device dalam bentuk:streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline(dalam bentuk CD, cetak, dll).
3. Collaboration. Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasipengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancangblended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi melaluitool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom,forum diskusi, email, website/webblog, listserv, mobile phone.
4. Assessment. Dalam blended learning, perancang harus mampumeramu kombinasi jenis asesmen baik yang bersifat tes maupunnon-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik. Disamping itu, jugaperlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk asesmenonline dan asesmen offline. Sehingga memberikan kemudahandan fleksibilitas peserta belajar mengikuti asesmen tersebut.
5. Performance Support Materials. Jika kita inginmengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelasdan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukunghal tersebut. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakahbahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baiksecara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secaraonline. Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatuLearning/Content Management System (LCMS), pastikan jugabahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudahdiakses, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, salah satu kunci untuk melaksanakan
pembelajaran blended learning adalah dengan self paced learning. Melalui
self paced learning siswa dapat belajar sesuai kecepatan belajarnya. Siswa
“
11
juga dapat belajar mandiri kapan saja, dimana saja dengan menggunakan
berbagai bahan belajar yang sudah dirancang khusus baik yang bersifat teks
maupun multimedia. Pada penelitian ini siswa belajar mandiri secara online
menggunakan LMS berupa schoology yang di dalamnya bentuk media
pembelajaran berupa video, audio dan gambar. Selain itu, media cetak untuk
belajar yang digunakan siswa berupa LKPD dan handout.
Salah satu cara yang dapat dimanfaatkan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan blended learning yaitu dengan
menggunakan mobile phone atau smartphone. Maraknya penggunaan
smartphone oleh siswa, mendorong adanya inovasi pembelajaran yang baru
dan menarik. Teknologi internet adalah salah satu teknologi yang
memungkinkan setiap orang dapat melakukan pembelajaran secara mobile
atau dapat disebut mobile learning. Majid (2012: 34) menyatakan bahwa
mobile learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan antar
tempat atau lingkungan dengan menggunakan teknologi yang mudah
dibawa saat pembelajaran, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas
proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, siswa dapat menggunakan mobile
learning pada pembelajaran online karena belajar dapat dilakukan dalam
jarak jauh dengan memanfaatkan smartphone yang saat ini sudah banyak
digunakan siswa. Siswa tidak perlu menunggu waktu tertentu atau pergi ke
tempat tertentu untuk belajar. Fitur-fitur di dalam smartphone seperti
mengakses internet, video, gambar, dokumen serta berbagai aplikasi yang
12
dapat memudahkan siswa mendapatkan informasi belajar yang baru. Pada
penelitian ini siswa dapat dengan mudah mengikuti pembelajaran online
dengan membuka schoology melalui smartphone-nya sendiri, karena
smartphone mudah dibawa kemana saja dengan ukuran kecil dan ringan
dibandingkan PC (Personal Computer) atau laptop.
Hasil kajian penelitian King & Arnold (2012) mengatakan bahwa terdapat
tiga faktor penting terjadinya kesuksesan blended learning, yaitu:
1. Desain pembelajaran mencakup keterampilan aktual daripembelajaran, yaitu bagaimana tipe blended learning yangdigunakan.
2. Komunikasi berkaitan dengan kualitas interaksi guru-siswa dansiswa-siswa baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya diskusitatap muka, pada disscussion board atau blog posts, dan e-mail.
3. Motivasi siswa yaitu dari faktor ekstrinsik seperti dorongan gurudan kualitas pengorganisasian pembelajaran”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sebelum mengimplementasikan
blended learning perlu pertimbangan mengenai bahan ajar dan media yang
tersedia, kesiapan peserta didik, karakteristik tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dan keseimbangan antara pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online.
Terdapat beberapa tipe blended learning. Tipe blended learning yang
pertama merupakan tipe yang sering digunakan yaitu online-tatap muka-
online. Pada tahap online siswa mengikuti pembelajaran online terlebih
dahulu dengan tujuan sebagai pemberian bekal awal untuk penghantar pada
tahap tatap muka. Pada tahap tatap muka ini, siswa melaksanakan
eksperimen hingga mendapatkan data. Kemudian tahap terakhir yaitu
“
13
online, pada tahap ini siswa diberi penguatan atau pengayaan serta tugas-
tugas akhir yang harus diselesaikan.
Tipe blended learning kedua yaitu online-tatap muka. Smart & Cappel
(2006) menyatakan bahwa pada tipe ini, siswa mengikuti pembelajaran
online terlebih dahulu sebelum tatap muka dengan tujuan agar setiap siswa
memiliki pengetahuan awal yang sama. Sesi tatap muka digunakan sebagai
pengayaan melalui aplikasi dan kegiatan pemecahan masalah atau untuk
memperdalam pemahaman siswa dan mengaitkan materi pada cakupan yang
lebih luas. Selanjutnya, tipe blended learning yang ketiga menurut Aycock
et al., (2002) yakni tatap muka-online, dimana materi pembelajaran
disampaikan terlebih dahulu pada sesi tatap muka kemudian siswa diminta
berdiskusi dan berpikir secara kritis melalui aktivitas online.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai tipe-tipe blended learning,
maka pada penelitian ini tipe blended learning yang digunakan yaitu
online-tatap muka. Pada awal pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
online dan memberikan pengetahuan awal suatu materi pelajaran, hal ini
bertujuan agar setiap siswa memiliki pengetahuan awal yang sama dan
masing-masing siswa diminta untuk merumuskan masalah. Pada kegiatan
tatap muka, dilakukan pengayaan melalui eksperimen dan kegiatan
pemecahan masalah, hal ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan
konsep peserta didik.
Selain memilih tipe blended learning yang tepat, memilih cara berdiskusi
yang baik juga merupakan faktor keberhasilan pembelajaran dengan
14
blended learning. Terdapat dua jenis diskusi yang dapat digunakan pada
saat pembelajaran online yaitu diskusi synchronous dan asynchronous.
Benson dalam Al-Shalchi (2009) menyatakan bahwa diskusi asynchronous
adalah diskusi yang dapat dilakukan siswa kapan saja, sedangkan diskusi
synchronous mensyaratkan bahwa siswa melaksanakan diskusi pada saat
yang sama untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi. Ausburn
(2004) menyatakan bahwa diskusi asynchronous lebih direkomendasikan
agar siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Meyer dalam
Al-Shalchi (2009) menyatakan bahwa diskusi asynchronous memiliki
beberapa kelebihan diantaranya yaitu siswa lebih banyak waktu untuk
berpikir tentang topik yang sedang dipelajari, siswa dapat menyelidiki lebih
lanjut tentang topik tersebut dan siswa dapat memperoleh lebih banyak
informasi. Oleh sebab itu, jenis kegiatan diskusi online yang digunakan
pada penelitian ini adalah diskusi asynchronous.
Setiap sistem pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Almasaeid (2014) menyatakan bahwa blended learning merupakan
sarana untuk membantu memberikan materi ilmiah kepada siswa secara
mudah, cepat dan jelas, karena berasal dari berbagai bentuk e-learning yang
dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan mengikuti
perkembangan zaman saat ini. Beradasarkan hal ini, maka siswa dapat
belajar atau mereview bahan pelajaran setiap saat diperlukan dan bila siswa
memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, siswa dapat melakukan akses pada pembelajaran online secara
lebih mudah. Hal ini merubah peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi
15
aktif. Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan Purnomo dkk., (2016)
menunjukkan bahwa dengan menerapkan blended learning dengan desain
online-tatap muka, peserta didik seluruhnya dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik yang ditunjukkan dengan nilai dan keaktifan di
kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian Sjukur (2012) menunjukkan hasil
yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran dengan blended learning memiliki
peningkatan motivasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Hal serupa diungkapkan oleh Zaka (2013) yang menuliskan
bahwa:
“Research indicates that blended approaches involve a range ofadvantages for students including, but not limited to, increasedflexibility, student engagement and motivation, development ofindependent learning and new ICT skills”
Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa blended learning memiliki
kelebihan yaitu, peluang untuk siswa belajar secara bebas, meningkatkan
fleksibilitas belajar, meningkatkan keterlibatan siswa dan motivasi siswa,
dan mengembangkan keterampilan TIK peserta didik.
Namun, Prayitno (2013: 6) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kekurangan dari metode blended learning yaitu:
1. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkanapabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputerdan akses internet. Dalam pembelajaran blended learning, aksesinternet yang memadai merupakan hal yang sangat penting,karena jika akses internet buruk maka akan menyulitkan siswadalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaanteknologi”.
“
16
Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem pembelajaran
yang digunakan, guru harus bisa mengatasi masalah yang timbul akibat
kekurangan sistem tersebut dengan baik.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan blended learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan
hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran blended
learning peserta didik dapat lebih aktif, komunikatif dan interaktif dalam
mengikuti pembelajaran dan mengembangkan pengetahuannya.
2. Learning Management System (LMS)
Untuk dapat menerapkan metode pembelajaran blended learning
dibutuhkan suatu software atau perangkat program. Salah satu software
yang dapat digunakan adalah Learning Management System (LMS). LMS
merupakan suatu aplikasi atau software yang digunakan untuk mengelola
pembelajaran online baik dari segi materi, penempatan, pengelolaan, dan
penilaian (Mahnegar, 2012).
Munir (2009: 285) menyatakan bahwa LMS dapat berisi materi-materi yang
dikemas dalam bentuk multimedia (teks, animasi, video, dan sound), yang
diberikan sebagai supplement dan enrichment bagi pengembangan
kompetensi pembelajar.
.Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa LMS merupakan
suatu software yang didalamnya terdapat tampilan-tampilan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
17
secara online.
Ada beberapa jenis LMS yang biasanya digunakan dalam proses
pembelajaran diantaranya yaitu schoology, learnboos, edmodo, moodle, dan
lain-lain. Amiroh (2013) menyatakan bahwa kelebihan schology yaitu:
“Schoology jika dibandingkan dengan LMS yang lain yaitu, schoologymenggunakan istilah-istilah yang biasa kita gunakan pada jejaringsosial facebook, moddle dan edmodo seperti recent activity, messeges,course, resource, groups,assignment dan attendance. Schoologymemiliki fasilitas-fasilitas yang tidak dimiliki oleh edmodo danmoddle, yaitu pada schoology tersedia fasilitas attandance/absensi,yang digunakan untuk mengecek kehadiran siswa dan fasilitas,analityc untuk melihat semua aktivitas siswa pada setiap course,assignment, discussion, dan aktivitas lain yang kita siapkan untuksiswa”.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suana dkk.,
(2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran blended learning yang
dilaksanakan melalui schoology dapat meningkatkan minat dan motivasi
belajar siswa, serta dapat mengembangkan keterampilan TIK siswa. Selain
itu, pemberian latihan soal pada schoology membuat siswa dapat latihan
secara mandiri untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan
keterampilan pemecahan masalah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Utami dkk., (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan e-learning dengan schoology memiliki pengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, schoology dapat membantu dan
meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar karena bentuk media
pembelajaran berupa video, audio dan gambar sehingga memudahkan
18
pembelajaran. Siswa dapat berkomunikasi dan berdiskusi online dengan
guru, serta mengasah kemampuan TIK-nya. Siswa juga dapat
memanfaatkan media online untuk pembelajaran dan tidak hanya
menggunakan media sosialnya saja, namun dapat juga belajar mandiri dan
dan kreatif dalam mencari dan menggunakan sumber belajar selain buku
untuk menunjang hasil belajar siswa.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan pembelajaran adalah salah satu cara untuk dapat mengelola
kegiatan belajar dan perilaku siswa untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud-RI) saat ini telah memberlakukan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013 yang berbasis pendekatan saintifik (scientific approach)
yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Daryanto dalam Utari dkk., (2015) menyatakan bahwa pendekatan ilmiah
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik dapat secara aktif membangun konsep, hukum dan prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati, kemudian merumuskan masalah, kemudian
membuat dan mengajukan sebuah hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Melalui pendekatan ilmiah
diharapkan dapat menghadirkan kondisi pembelajaran yang mendorong
19
peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya menerima informasi saja.
Kemendikbud (2013: 208) menyatakan bahwa pendekatan saintifik harus
menyentuh tiga ranah, yaitu ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
mencangkup transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
mengapa”. Ranah keterampilan mencangkup materi ajar agar peserta didik
“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan mencangkup transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya yaitu
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia
yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki pengetahuan serta
kecakapan untuk hidup secara layak (hard skills).
Gambar 2. Bagan proses perolehan peserta didik
Sikap
(Tahu
Mengapa)
Produktif
Kreatif
Inofatif
Afektif
Keterampilan
(Tahu
Bagaimana)
(Tahu
Mengapa)
Pengetahuan
(Tahu Apa)
20
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendekatan ilmiah adalah suatu
pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan
keterlibatan siswa, kreativitas dan temuan-temuan siswa yang dapat
membantu siswa membangun suatu konsep. Pengalaman belajar yang
mereka peroleh tidak bersifat hafalan saja. Pemilihan pendekatan saintifik
dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan, antara lain karena
pendekatan saintifik memiliki sistematika yang jelas dan mudah dipahami,
sehingga diharapkan akan mudah pula diaplikasikan dalam proses
pembelajaran. Bantuan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan ini.
Permendikbud No. 81A tahun 2013 menyatakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yaitu mengamati
(observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba
(experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan
mengomunikasikan (networking).
Gambar 3. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
Experimenting
(Mencoba)
Questioning
(Menanya)
Observing
(Mengamati)
Associating
(Menalar)
Networking
(Mengomunikasikan)
21
Menurut Lavoie dalam Mulyono dkk., (2012) pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah memiliki keuntungan yang signifikan dibandingkan
dengan model pembelajaran pendekatan tradisional. Penjabaran
keterampilan sains (scientific skill) yang dimaksud adalah: (1) kemampuan
membuat rancangan percobaan; (2) kemampuan melakukan percobaan dan
melaporkan hasilnya; (3) pengusaaan konsep proses sains yang baik; dan (4)
kemampuan mempresentasikan hasil percobaan dengan baik.
Hasil penelitian yang dilakukan Marjan dkk., (2014) menunjukkan bahwa
dengan menerapkan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan keterampilan proses sains, hal ini
disebabkan bahwa dalam pendekatan ilmiah siswa mengkonstruksi atau
menemukan dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya tentang konsep-
konsep yang dipelajari. Penelitian lain dilakukan oleh Fauziah dkk., (2013)
yang menyatakan bahwa melalui pendekatan ilmiah menjadikan siswa lebih
mudah mempelajari materi karena permasalahan yang digunakan adalah
permasalahan sehari-hari dan solusi dari permasalahan didapatkan melalui
percobaan dan dengan adanya interaksi aktif antara siswa dengan siswa dan
interaksi siswa dengan guru.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Irawan & Hasanah (2014)
yang menunjukkan bahwa melalui pendekatan ilmiah melatihkan sikap
siswa untuk lebih aktif bertanya dan menanggapi materi yang disampaikan
guru pada pembelajaran. Siswa dilatihkan untuk memiliki keterampilan
terkait materi melalui proses percobaan.
22
Dalam mengaplikasikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran ada
beberapa model pembelajaran yang mendukung yaitu inkuiri terbimbing dan
project based learning. Suryani dan Agung (2012: 119) menyatakan bahwa
Inkuiri (Inquiry) berasal dari kata “to inquire” yang maknanya adalah ikut
serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan
penyelidikan dan mencari informasi serta pembelajaran inquiry bertujuan
untuk melatih bagaimana siswa membangun kecakapan-kecakapan
intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif.
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Wahyuni dkk.,
(2016) yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3)
melakukan percobaan, (4) mengolah dan menganalisis data, (5) menguji
hipotesis, dan (6) mengambil kesimpulan..
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model pembelajaran inkuiri
menekankan keterlibatan siswa secara maksimal, siswa diusahakan
sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam
rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru,
dan pembelajaran inkuiri lebih berpusat kepada siswa (student centered
learning).
Menurut Suryosubroto (2002: 201), inkuiri terbimbing memiliki beberapa
keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
(1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaandan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa,
“
23
“
(2) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerihpayah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang -kadang kegagalan,
(3) memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuaidengan kemampuan,
(4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnyakepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan,
(5) siswa terlibat dalam belajar sehingga termotivasi dalam belajar,(6) model ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan
kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalammengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasipenemuan yang jawabannya belum diketahui”.
Selain memiliki kelebihan, setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti
memiliki kekurangan tersendiri. Salah satu kelemahan model pembelajaran
inkuiri yaitu untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri kedalam
pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga menyebabkan guru
sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Penggunaan model pembelajaran project based learning, sangat mendukung
apabila kompetensi dasar materi pembelajaran menuntut siswa untuk
memproduksi, hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Hamdani
dalam Dewi & Sukartiningsih (2017) project based learning adalah proyek
perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dan
menghasilkan sebuah produk, kemudian hasilnya dipresentasikan.
Thomas dalam Yulianto dkk., (2017) mengungkapkan bahwa:
“project based learning merupakan pembelajaran berdasarkan proyekmerupakan tugas-tugas kompleks yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan yang melibatkan parasiswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan,atau aktivitas investigasi, memberi peluang para siswa untuk bekerjasecara otonomi dengan periode waktu yang lama dan akhirnyamenghasilkan produk-produk yang nyata”.
24
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model pembelajaran project based
learning adalah model pembelajaran yang berorientasi pada proyek yang
mendorong siswa lebih aktif, kreatif, dapat memecahkan masalah sendiri,
serta dapat menghasilkan dan mempresentasikan sebuah produk, kemudian
guru mengevaluasi produk hasil kinerja siswa tersebut.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari model project based
learning. Menurut Moursund dkk., dalam Muspiroh (2015) kelebihan dari
model project based learning, yaitu:
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa,2) Belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen
kurikulum lain,3) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,4) Meningkatkan kolaborasi, dan5) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Sedangkan kekurangan dari model project based learning yaitu:
1) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untukmenyelesaikan masalah,
2) Memerlukan biaya yang cukup banyak, dan3) Banyak peralatan yang harus disediakan”.
4. Hasil Belajar
Setelah materi pembelajaran selesai, untuk mengukur kemampuan siswa
dapat dilihat dari hasil belajar yang ia peroleh. Hasil belajar digunakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami suatu materi
pembelajaran. Hasil belajar merupakan tujuan utama yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran. Sudjana (2009: 3) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
“
“
25
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Hal ini didukung oleh pernyataan Nawawi dalam Susanto (2013: 5) bahwa
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan
membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Bentuk pencapaian hasil belajar siswa dapat ditinjau dari kemampuan siswa
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh melalui suatu tes. Namun, dalam penelitian ini, hasil belajar
siswa diukur dari aspek kognitif saja melalui suatu tes.
Agar indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas dapat terpenuhi,
maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.
Sugihartono dalam Seputra & Wening (2017) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
a) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yangsedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah danfaktor psikologis.
b) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktoreksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktormasyarakat”.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti
menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran
“
26
blended learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah. Pelaksanaan
model pembelajaran ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran fisika di dalam dan di luar kelas.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan taksonomi bloom dalam ranah
kognitif yang telah direvisi Anderson & Krathwohl dalam Gunawan &
Palupi (2015) yaitu mengingat (remember), memahami atau mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan menciptakan (create). Tujuan pembelajaran dalam
ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala
aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan
jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C
(Cognitive). Penjelasan mengenai kategori dan subkategori tingkatan ranah
kognitif disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kategori dan Subkategori Ranah Kognitif
Kategori Proses Kognitif Contoh Subkategori Proses Kognitif(1) (2)
C1. Mengingat (remember)
1.1 Mengenal
1.2 Menghafal
Mengungkap kembali pengetahuandari perbendaharaan instan
Mengenalitanggal-tanggal peristiwasejarah pentingHafal nama-namakota
C2. Memahami(understand)
2.1 Menafsirkan
Menjelaskan makna suatu pesanpembelajaran baik secara lisan, tulisanmaupun gambar/grafikMenafsirkan isipidato, dokumen,
2.2 Memberi contoh2.3 Mengklasifikasi
2.4 Meringkas2.5 Interferensi
Memberikan contoh suatu definisiMengelompokkan jenis tanaman berbijitunggalMeringkas isi suatu bukuMemberlakukan suatu prinsip ke situasiyang berbeda
27
Kategori Proses Kognitif(1)
2.6 Membandingkan
Contoh Subkategori Proses Kognitif(2)
Mencari persamaan dan perbedaan2.7 Menjelaskan Menjelaskan sebab-akibat suatu kejadian
3.Mengaplikasikan (apply)3.1 Menerapkan rumus
3.2 Mengimplementasikan
Menerapkan dalil atau prosedurMengalikan panjangdengan lebar untukmenentukan luas persegi panjangMemanfaatkan dalil bejana berhubunganuntuk pembuatan saluran pipa air minum
C4. Analisis (analyze)
4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisasi
4.3 MengkarakterisasiC5. Evaluasi (evaluate)
Merinci suatu objek menjadi bagian-bagianMembedakan bagian pentingdankurangpenting.Menyusun bagian-bagianmenjadi suatukeutuhanMenunjukkkan ciri khasnegara hukum.Memberikan penilaian berdasarkan suatukriteria
5.1 Mengecek
5.2 Mengkritik
Memeriksa apakah suatugedung dibangunsesuai bestek.Memberikan penilaian manadi antarametodeyangpalingtepatuntukmenyelesaikan masalah
C6. Menciptakan (create) Memadukan suatu bagian atau unsursehingga menjadi suatu kesatuan
6.1 Menghasilkan
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi
Menghasilkan suatu hipotesis setelahmembacalandasan teori.Menyusun proposal penelitian tindakankelas.Memproduksi kain batik bercorakSurakarta
Bloom dalam Gafur (2012: 53-54)
Pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa yang akan
dilaksanakan meliputi enam aspek ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dan
menciptakan (C6). Keenam aspek kognitif tersebut diprediksi dapat
meningkat dengan pembelajaran blended learning. Instrumen yang
28
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah berupa tes.
B. Kerangka Pemikiran
Masalah pembelajaran di sekolah saat ini yaitu metode pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah dan masih berpusat pada guru, sehingga masih
banyak siswa yang tidak aktif di dalam kelas. Selain itu, kurangnya alokasi
waktu pembelajaran di dalam kelas yang menyebabkan tidak semua materi
dapat disampaikan dan hanya beberapa tujuan pembelajaran yang dapat
tercapai. Hal ini dapat berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah, sehingga
diperlukanlah model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan ini.
Blended learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan dua model
pembelajaran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (online
learning). Pembelajaran blended learning pada penelitian ini berbasis LMS
dengan pendekatan ilmiah, dimana mengombinasikan pembelajaran tatap muka
dan pembelajaran online dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dan pada
pembelajaran online menggunakan LMS berupa schoology.
Pembelajaran blended learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah
mampu menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah dan hambatan
belajar di dalam kelas. Siswa dapat belajar mandiri dimana saja dan kapan saja
pada kelas online. Pada saat pembelajaran online siswa dapat memperoleh
tambahan informasi pembelajaran, siswa dapat bertanya jika ada materi yang
kurang dipahami saat pembelajaran di kelas dan dapat berdiskusi dengan guru
di luar jam kelas. Hal ini merubah peran siswa dari yang pasif menjadi aktif.
29
Pembelajaran online pada penelitian ini menggunakan schoology. Schoology
dapat membantu meningkatkan minat dan ketertarikan siswa untuk belajar
karena bentuk media pembelajaran berupa video, audio dan gambar sehingga
memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran yang agak rumit
seperti materi fisika fluida dinamis. Pembelajaran akan lebih menarik dan
menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini memiliki dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan blended
learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Penelitian ini untuk menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen akibat
penerapan blended learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ceramah.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh variabel bebas
terhadap varibel terikat, maka dijelaskan dengan paradigma pemikiran berikut:
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran
Keterangan:
K = Kelas kontrol
O1 X1
O2 X2
Dibandingkan
-Y2
Y1K
E
30
E = Kelas eksperimen
O1 = Tes Pengatahuan Awal
O2 = Tes Pengatahuan Awal
X1 = Pembelajaran menggunakan metode ceramah
X2 = Pembelajaran menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah
Y1 = Hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah
Y2 = Hasil belajar siswa menggunakan blended learning berbasis LMS
dengan pendekatan ilmiah
Untuk melihat kemampuan siswa pada awal pembelajaran akan diberikan soal
pretest, kemudian setelah pembelajaran selesai siswa akan diberikan soal
posttest. Soal pretest dan posttest yang diberikan adalah jenis soal yang sama.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar efektivitas blended
learning terhadap hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari perbandingan
nilai N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan pengaruh
hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai posttest yang diperoleh yang
dibandingkan dengan nilai pretest pada awal pembelajaran.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka
pemikiran adalah:
1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.
2. Rata-rata kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada materi fluida dinamis sama.
31
3. Kedua kelas menggunakan kurikulum yang sama.
4. Berbagai faktor lain di luar penelitian selain model pembelajaran yang
digunakan pada kedua kelas tidak diperhitungkan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang
belajar menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah dengan siswa yang belajar menggunakan metode
ceramah.
H1 : Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang belajar
menggunakan blended learning berbasis LMS dengan pendekatan
ilmiah dengan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah.
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi experimental design). Penelitian eksperimen semu
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen. Metode
eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh (treatment atau perlakuan) variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Desain penelitian ini menggunakan dua sampel kelas, satu kelas pada kelas
eksperimen diberikan perlakuan metode blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah dan satu kelas pada kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan
perlakukan menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas blended
learning pada materi fluida dinamis terhadap hasil belajar siswa SMA N 16
Bandar Lampung, maka peneliti menggunakan rancangan Pretest-Posttest
Control Group Design dengan pola sebagai berikut:
33
Gambar 5. Desain Eksperimen
(Sugiyono, 2011: 79)
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
O1 = Pretest pada kelas eksperimen
O3 = Pretest pada kelas kontrol
X1 = Perlakuan menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah
X2 = Metode ceramah
O2 = Posttest pada kelas eksperimen
O4 = Posttest pada kelas kontrol
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA N 16 Bandar Lampung,
yang terdiri dari 5 kelas IPA.
2. Sampel Penelitian
Jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian adalah 68 siswa yang
O1 X1 O2
O3 X2 O4
34
terdiri dari kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Dalam penelitian ini, kelas XI IPA
4 dijadikan sebagai sampel untuk kelas kontrol sedangkan kelas XI IPA 5
dijadikan sebagai sampel untuk kelas eksperimen.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 SMA N 16
Bandar Lampung, yang beralamat di Jl. Darussalam, Bukit Bilabong Jaya,
Susunan Baru Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Lampung. SMA N
16 Bandar Lampung merupakan sekolah dengan akreditasi “B” dan
menggunakan kurikulum KTSP.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2018 sampai dengan
tangal 8 Maret 2018. Adapun tahapan yang dilakukan adalah, tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan blended
learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat yang hendak diukur dalam penelitian ini yaitu hasil belajar
siswa.
35
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perangkat pembelajaran blended learning berbasis LMS dengan pendekatan
ilmiah yaitu meliputi RPP, handout, LKPD, dan schoology yang berisi
materi fluida dinamis.
2. Tes yang diberikan sebanyak dua kali yaitu pretest yang berfungsi untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan mengukur hasil belajar sebelum
diberikan perlakuan (pembelajaran dengan blended learning). Selanjutnya
dilakukan posttest yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diberikan perlakuan. Soal tes yang diberikan terdiri dari 20 butir soal pilihan
jamak beralasan. Sebelum tes ini digunakan, soal tes di uji validitas dan
reliabilitas terlebih dahulu.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah tahap pendahuluan.
a. Peneliti mengurus surat izin penelitian dari Universitas Lampung.
b. Mengurus perijinan ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
c. Melakukan observasi pendahuluan. Peneliti mencari informasi terkait
proses belajar mengajar pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 16
Bandar Lampung sehingga diperoleh fenomena dan permasalahan yang
dihadapi oleh pendidik dalam pembelajaran fisika.
2. Tahap kedua adalah persiapan dengan kegiatan yang dilakukan peneliti.
a. Pada tahap persiapan ini adalah membuat desain penelitian,
b. Menyusun perencanaan pembelajaran fisika, dan
36
c. Mendesain metode pembelajaran,
3. Tahap ketiga adalah pelaksanaan, kegiatan pelaksanaan dilakukan setelah
proses persiapan selesai.
a. Melakukan koordinasi dan diskusi bersama pendidik berkaitan
rancangan perencanaan pembelajaran desain metode pembelajaran.
b. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi satu kelas eksperimen dan
satu kelas kontrol.
c. Mengadakan tes awal pada kelas eksperimen dan kontrol.
d. Pemberian perlakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran blended
learning berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah. Untuk kelas kontrol
menggunakan metode ceramah.
e. Mengadakan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik setelah adanya perlakuan.
f. Membandingkan antara hasil pretest dan posttest, hal ini bertujuan
untuk melihat perbedaan apakah terdapat pengaruh setelah diberikan
perlakuan.
4. Tahap keempat adalah analisis dan penyusunan laporan. Tahap ini
melibatkan perhitungan statistik untuk menghitung hasil pretest dan posttest
pada kelas eksperimen dan kontrol mengenai hasil belajar siswa. Kemudian
membuat laporan dan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
G. Analisis Instrumen
Instrumen yang benar akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data
37
yang valid dan dapat dipercaya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
instrumen penelitian ada dua macam, yakni validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) digunakan untuk
mengetahui kemampuan instrumen dalam mengungkapkan data sebenarnya
sehingga memudahkan peneliti dalam memecahkan masalah yang diteliti.
Pengujian ini menggunakan program aplikasi, yaitu SPSS Versi 21.0.
1. Uji Validitas
Validitas adalah sesuatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap
data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid memiliki
validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Pengujian instrumen soal dilakukan dengan
menguji validitas instrumen menggunakan uji statistik atau dengan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
r = N∑XY − (∑X)(∑Y){N∑X − (∑X )} − {N∑Y − (∑Y )}Arikunto (2016: 87)
Keterangan :
rxy = koofisisen korelasi yang menyatakan validitas
X = skor butir soal
38
Y = skor total
n = jumlah sampel
Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi
antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Apabila rhitung > rtabel dengan α = 0,05, maka
koefisien korelasi tersebut signifikan. Uji validitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui derajat ketetapan
(keajegan) suatu alat ukur, maksudnya bahwa alat ukur dikatakan reliabel
apabila berkali-kali digunakan terhadap objek yang sama, akan
menghasilkan hasil yang sama. Uji reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya. Pada penelitian
ini, perhitungan reliabilitas tes menggunakan rumus Alpha yaitu:
= − 1)(1 − ∑Arikunto (2016: 122)
Keterangan:
r11: koefisien reliabilitas instrumen
k: banyaknya butir
b2: jumlah varians dari tiap-tiap item
t2: varians total
39
Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas.
Arikunto (2016: 89) mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas
No Interval Kriteria1. 0,800 – 1,000 Sangat tinggi2. 0,600 – 0,799 Tinggi3. 0,400 – 0,599 Cukup4. 0,200 – 0,399 Rendah5. < 0,200 Sangat rendah
Pada penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan SPSS 21.0. yakni apabila
nilai sig pada Guttman Split-Half Coefficient lebih dari 0,05 maka data
disimpulkan reliabel, jika nilai sig. pada Guttman Split-Half Coefficient
kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak reliabel.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh
data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berupa pretest dan
posttest berupa soal pilihan ganda setelah diberi perlakuan. Pretest dan
posttest ini diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretest
digunakan untuk mengukur kemampuan awal sebelum pembelajaran fluida
dinamis dimulai dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
setelah pembelajaran fluida dinamis selesai.
Data posttest dimaksudkan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa
40
sesudah pembelajaran menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah. Ketika nilai pretest dan posttest diketahui kemudian akan
didapatkan rata-rata nilai N-Gain.
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain
yang ternormalisasi. Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest,
gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dilakukan guru. Perhitungan N-Gain diperoleh dari
skor pretest dan posttest masing-masing kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat dihitung dengan rumus
menurut Meltzer adalah sebagai berikut:
= −−(Meltzer, 2002)
Disini dijelaskan bahwa:
g adalah gain yang dinormalisasi (N-Gain) dari kedua model;
Smax adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir;
Spost adalah skor posttest; dan
Spre adalah skor pretest.
Kriteria interpretasi N-Gain ditunjukkan oleh Tabel 3.
41
Tabel 3. Kriteria Interpretasi N-Gain
N-Gain Kriteria Interpretasi
N-Gain > 0,7 Tinggi≤ 0,3 N-Gain ≤ 0,7 Sedang
N-Gain < 0,3 Rendah
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data yang diuji
kenormalitasannya adalah data hasil tes akhir (pretest) dan data hasil tes
akhir (posttest) hasil belajar siswa. Dapat dikatakan pula, uji normalitas
menguji apakah sebaran data sampel mengikuti atau menyimpang dari
sebaran normal, dapat digunakan Uji Kolmogorov Smirnov atau Uji Chi
Kuadrat ( ).Rumus yang digunakan yakni:
= Σ ( − )(Triyono, 2013: 218)
Keterangan:
= Nilai Chi kuadrat
= frekuensi harapan (seharusnya)
= frekuensi observasi (kenyataannya)
Apabila < , maka harus diterima, artinya data (skor)
tersebut mengikuti atau tidak menyimpang dari sebaran normal.
Memudahkan dalam pengujian apakah sampel penelitian berdistribusi
42
normal atau tidak normal, maka dapat dilakukan dengan menggunkaan
metode Kolmogorov-Smimov caranya adalah menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujiannya yaitu:
H0 = data terdistribusi secara normal
H1 = data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pegambilan keputusan
1. Nilai Sig. atau Signifikansi ≤ 0,05 maka distribusinya adalah tidak
normal.
2. Nilai Sig. atau signifikansi > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelas
mempunyai varians (keragaman) yang tidak jauh berbeda, Jika kedua
kelas mempunyai varians yang tidak jauh berbeda (sama), maka kedua
kelas dikatakan homogen, begitupun sebaliknya, jika kedua kelas
mempunyai varians yang jauh berbeda (tidak sama), maka kedua kelas
dinyatakan tidak homogen. Hipotesisnya sebagai berikut:
= Varians homogen
= Varians tidak homogen
Melihat uji homogenitas levene’s test menggunakaan uji fisher,
yang dirumuskan sebagai berikut:
=(Triyono, 2013: 220)
43
Keterangan:
F = harga fisher
= varians
Kriteria pengujiannya adalah diterima jika ≤ .
Sebaliknya, ditolak jika ≥ dengan taraf nyata 5%(∝ = 0,05), dk pembilang ( − 1), dan dk penyebut ( − 1 ).Untuk mengetahui sama atau tidaknya varian dari populasi, maka
dilakukan uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan analisis uji
paired sample t test, dengan program SPSS 21.0. Jika nilai
signifikasi ≤ 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua kelompok
populasi data adalah tidak sama. Sebaliknya, jika nilai signifikasi > 0,05,
maka dapat dikatakan varian dari kelompok populasi data adalah sama.
5. Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample T-Test)
Uji Independent Sample T-Test bertujuan untuk membandingkan dua
sampel yang berbeda (bebas) dan digunakan utuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak
berhubungan. Hipotesis yang akan diuji yakni:
H0: tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang
belajar menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah dengan siswa yang belajar menggunakan metode
ceramah.
H1 : terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang
44
2121
222
211
_____
2
____
1
11
2
)1()1(
nnnn
snsn
XXt
belajar menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah dengan siswa yang belajar menggunakan metode
ceramah.
Rumus perhitungan Independent Sample T Test yaitu:
(Sugiyono, 2011: 197)
Keterangan:
T = Nilai t-hitung
= Rata-rata kelas eksperimen
= Rata-rata kelas kontrol
= Varian kelas eksperimen
= Varian kelas kontrol
= Jumlah individu pada sampel 1
= Jumlah individu pada sampel 2
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
69
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan blended learning
berbasis LMS dengan pendekatan ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar
pada ranah kognitif yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata nilai N-Gain
pada kelas eksperimen yaitu 0,72 dengan kategori peningkatan hasil belajar
yang tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan
sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi guru untuk memanfaatkan blended learning berbasis LMS
dengan pendekatan ilmiah di dalam dan di luar sekolah sebagai suplemen
pembelajaran karena sudah teruji efektivnya dan untuk mengatasi
permasalahan kurangnya alokasi waktu dalam membelajarkan fisika.
2. Diharapkan guru atau calon peneliti yang tertarik untuk melakukan
penelitian menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah, untuk mengecek sarana dan prasarana yang
mendukung pembelajaran siswa seperti laptop, smartphone dan koneksi
70
internet yang memadai. Hal ini sebagai penunjang kelancaran
pembelajaran online dengan schoology. Selain itu, agar selalu memantau
aktivitas siswa di schoology dan selalu memotivasi siswa untuk aktif
dalam pembelajaran online.
3. Diharapkan bagi guru dan calon peneliti yang tertarik untuk melakukan
penelitian menggunakan blended learning berbasis LMS dengan
pendekatan ilmiah, jika video pembelajaran yang akan diunggah pada
pembelajaran online berukuran cukup besar maka solusinya dapat
memberikan link videonya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hunaiyyan, A., Al-Huwail, N., & Al-Sharhan, S. 2008. Blended E-LearningDesign: Discussion of Cultural Issues. International Journal of CyberSociety and Education. Vol 1, No 1, Hal 17-32.
Almasaeid, T. F. 2014. The Effect Of Using Blended Learning Strategy OnAchievement And Attitudes In Teaching Science Among 9th GradeStudents. European Scientific Journal. Vol 10, No 31, Hal 133-145.
Al-Shalchi, O. N. 2009. The Effectiveness and Development of OnlineDiscussions. Journal of Online Learning and Teaching. Vol. 5, No 1, Hal 1-8.
Amin, A. K. 2017. Kajian Konseptual Model Pembelajaran Blended Learningberbasis Web untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar.Jurnal Pendidikan Edutama. Vol 4, No 2, Hal 51-64.
Amiroh. 2013. Antara Schoology, Moddle dan Edmodo. [Online] tersedia dihttp://amiroh.web.id/antara-moodle-edmodo-dan-schoology/. Diakses padatanggal 30 September 2017.
Arikunto, S. 2016. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ausburn, L. J. 2004. Course Design Elements Most Valued By Adult Learners InBlended Online Educaton Environments: An American Perspective.Educational Media International. Vol 41, No 4, Hal 327-337.
Aycock, A., Garnham, C., & Kaleta, R. 2002. Leassons Learned from the HybridCourse Project. Teaching with Technology Today. Vol 8, No 6, Hal 1-8.
Dewi, A. S., & Sukartiningsih, W. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran BerbasisProyek Terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi Kelas V SD. JurnalPGSD Unesa. Vol 5, No 3, Hal 1222-1233.
Fauziah, R., Abdullah, A. G., & Hakim, D. L. 2013. Pembelajaran SaintifikElektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec.Vol 9, No 2, Hal 165-178.
Fitriyadi, H. 2013. Integrasi Teknologi Informasi Komunikasi Dalam Pendidikan:Potensi Manfaat, Masyarakat Berbasis Pengetahuan, Pendidikan Nilai,
Strategi Implementasi Dan Pengembangan Profesional. Jurnal PendidikanTeknologi dan Kejuruan. Vol 21, No 3, Hal 269-284.
Gafur, A. 2012. Desain Pembelajaran: Konsep, Model dan Aplikasinya dalamPrencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.
Gunawan, I., & Palupi, A. 2015. Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif:Kerangka Landasan untuk Pembelajaran Pengajaran, dan Penilaian. JurnalPremiere Educandum. Vol. 2, No. 2. Hal. 98-117.
Hadjerrouit, S. 2008. Towards a Blended Learning Model for Teaching andLearning Computer Programming: A Case Study. Informatics in Education.Vol 7, No 2, Hal 181-210.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: PrestasiPustaka.
Irawan, F., & Hasanah, R. 2014. Pengaruh Penerapan Model PembelajaranProblem Based Learning (PBL) Dengan Pendekatan Saintifik Pada MateriKalor Dan Perubahan Wujud Zat Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XSman 15 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). Vol 3, No 3,Hal 86-90.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Implementasi Kurikulum 2013Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.
King, S. E., & Arnold, K. C. 2012. Blended Learning Environments in HigherEducation: A Case Study of How Professors Make it HaHalen. Mid-WesternEducational Researcher. The University of Akron.Vol 25, No 2, Hal 44-59.
Mahnegar, F. 2012. Learning Management System. International Journal ofBusiness and Social Science. Vol. 3 No. 12, Hal 144-150.
Majid, A. 2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan StandarKompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marjan, J., Arnyana, I. B. P., & Setiawan, I. G. A. N. 2014. PengaruhPembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi danKeterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor SelongKabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. E-Journal ProgramPascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 4, No 1, Hal 1-12.
Meltzer, D. E. 2002. The Relationship Between Mathemathics Preparation andConceptual Learning Gains in Physics: A possible Hidden Variable inDiagnostics Pretest Score. American Journal Physics.Vol 70, No 2, Hal1259-1268.
Mulyono, Y., Bintari, S. H., Rahayu, E. S., & Widiyaningrum, P. 2012.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific SkillTeknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan. Jurnal IlmuKependidikan. Vol 41, No 1, Hal 21-26.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi. Bandung: Alfabeta.
Muspiroh, N. 2015. Penerapan Project Base Learning (PBP) Bagi MahasiswaCalon Guru Biologi Pada Mata Kuliah Sains Terapan. Scientiae Educatia.Vol 5, No 1, Hal 1-8.
Nurhayati, V., Suyanto, E., & Suana, W. 2018. Desain Perangkat BlendedLearning Berbantuan Learning Management System Pada Materi FluidaDinamis. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 6, No 1, Hal 21-33.
Prayitno, W. 2013. Implementasi Blended Learning Dalam Pembelajaran PadaPendidikan Dasar dan Menengah.
Purnomo, A., Rahmawati, N., & Aristin, N. F. 2016. Pengembangan BlendedLearning Pada Generasi Z. Jurnal Teori dan Praktis Pembelajaran IPS. Vol1, No 1, Hal 70-76.
Seputra, D. C., & Wening, S. 2017. Hubungan Pemanfaatan Modul PembelajaranDengan Hasil Belajar Pembuatan Pola Kemeja Pria Kelas Xi Di Smk Negeri3 Purworejo. Jurnal Pendidikan Teknik Busana UNY. Vol 1, No 1, Hal 1-10.
Sjukur, S. B. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar danHasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol 2, No 3,Hal 368-378.
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russel, J. D. 2012. Intructional Technologyand Media for Learning. Penerjemah: Arief Rahman. Jakarta: Kencana.
Smart, K. L., & Cappel, J. J. 2006. Students Perceptions Of Online Learning: AComparative Study. Journal Of Information Technology Education. Vol 5,No 3, Hal 201-219.
Suana, W., Maharta, N., & Nyeneng, I. D. P., & Wahyuni, S. 2017. Design AndImplementation Of Schoology-Based Blended Learning Media For BasicPhysics I Course. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol 6, No 1, Hal 170-178.
Sudarman. 2008. Penerapan Metode Collaborative Learning Untuk MeningkatkanPemahaman Materi Kuliah Metodologi Penelitian. Jurnal PendidikanInovatif. Vol 3, No 2, Hal 94-100.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Suryani, N. & Agung, L. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Thaib, D., Wahyudin, D., Rahmawati, Y., & Riyana, C. 2016. Studi AnalisisKebutuhan Terhadap Pengembangan Model Blended Learning Pada SistemPendidikan Jarak Jauh Untuk Meningkatkan Kompetensi Lulusan. JurnalPendidikan Dasar. Vol 8, No 2, Hal 107-125.
Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Ombak.
Utami, R. P., Rosidin, U., & Wahyudi, I. 2017. Pengaruh Penggunaan E-LearningDengan Schoology Materi Gravitasi Newton Terhadap Hasil Belajar Siswa.Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol 5, No 2, Hal 81-91.
Utari, N. K. T., Ardana, I. K., & Darsana, I. W. 2015. Penerapan PendekatanSaintifik Berbasis Asesmen Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil BelajarIpa Dan Pengetahuan Konseptual Siswa Pada Tema Cita-Citaku Kelas IVBSD Negeri 4 Pemecutan . E-Journal PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol 3, No 1, Hal 1-11.
Wahyuni, R., Hikmawati, & Taufik, M. 2016. Pengaruh Model PembelajaranInkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen terhadap Hasil BelajarFisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. Vol 2, No 4, Hal 164-169.
Wijayanti, W., Maharta, N., & Suana, W. 2017. Pengembangan PerangkatBlended Learning Berbasis Learning Management System Pada MateriListrik Dinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni. Vol 6, No 1,Hal 1-12.
Yulianto, A., Fatchan, A., & Astina, I. K. 2017. Penerapan Model PembelajaranProject Based Learning Berbasis Lesson Study Untuk MeningkatkanKeaktifan Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 2 , No 3, Hal 448-453.
Zaka, P. 2013. A Case Study Of Blended Teaching And Learning In A NewZealand Secondary School, Using An Ecological Framework. Journal OfOpen, Flexible And Distance Learning. Vol 17, No 1, Hal 24-40.