16
Obsesi Menjadi Lumbung Beras Nasional 04 Target Turunkan Kemiskinan dan Pengangguran 06 Ayo! Ikut Pelatihan di BLK 12 “INSYA ALLAH dengan lokakarya pengembangan kapasitas sumber daya air ini produksi beras yang belum optimal, akan dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 3 juta ton per tahun. Sehingga menjadikan Aceh sebagai lumbung beras nasional. Sekaligus salah satu jawaban dalam upaya pencapaian tujuan utama dalam mencapai visi dan misi kami,” ujar Gubernur Zaini Abdullah saat menjadi speaker pada Lokakarya Peningkatan Pengelolalan Sumber Daya Air dan Wilayah Sungai Aceh dan Sulawesi Utara, di Manado, 9 Oktober 2012 SALAH satu target dan sasaran yang ingin dicapai Pemerinah Aceh dalam RPJM 2012-2017 adalah menurunkan jumlah penduduk miskin. Seiring dengan upaya memberantas kemiskinan, Pemerintah Aceh juga berupaya untuk terus menciptakan lapangan kerja, sehingga jumlah pengangguran yang kini berada pada angka 8 persen turun menjadi 7 persen. Edisi 27 TAHUN III OKTOBER 2012 BALAI Latihan Kerja (BLK) Industri yang berlokasi di bilangan Geuce, Banda Aceh, memberikan pelatihan gratis kepada peserta. Setelah selesai mengikuti pelatihan selama 6 bulan di BLK, biasanya peserta mulai membuka usaha secara mandiri. Tapi ada juga yang bekerja di instansi lainnya seperti PLN, kantor Pos, Dinas Pertambangan dan Energi, dan lainnya. FOTO: HASAN BASRI M NUR MEMBANGUN 100.000 RUMAH LAYAK HUNI Momentum Bangun Solidaritas Idul Adha, 03

Edisi27 Oktober 2012

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Edisi27 Oktober 2012

Obsesi Menjadi Lumbung Beras Nasional04

Target Turunkan Kemiskinan dan Pengangguran06

Ayo! Ikut Pelatihan di BLK12

“Insya allah dengan lokakarya pengembangan kapasitas sumber daya air ini produksi beras yang belum optimal, akan dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 3 juta ton per tahun. Sehingga menjadikan Aceh sebagai lumbung beras nasional. Sekaligus salah satu jawaban dalam upaya pencapaian tujuan utama dalam mencapai visi dan misi kami,” ujar Gubernur Zaini Abdullah saat menjadi speaker pada Lokakarya Peningkatan Pengelolalan Sumber Daya Air dan Wilayah Sungai Aceh dan Sulawesi Utara, di Manado, 9 Oktober 2012

salah satu target dan sasaran yang ingin dicapai Pemerinah Aceh dalam RPJM 2012-2017 adalah menurunkan jumlah penduduk miskin. Seiring dengan upaya memberantas kemiskinan, Pemerintah Aceh juga berupaya untuk terus menciptakan lapangan kerja, sehingga jumlah pengangguran yang kini berada pada angka 8 persen turun menjadi 7 persen.

Edisi 27 Tahun IIIokTober 2012

BalaI Latihan Kerja (BLK) Industri yang berlokasi di bilangan Geuce, Banda Aceh, memberikan pelatihan gratis kepada peserta. Setelah selesai mengikuti pelatihan selama 6 bulan di BLK, biasanya peserta mulai membuka usaha secara mandiri. Tapi ada juga yang bekerja di instansi lainnya seperti PLN, kantor Pos, Dinas Pertambangan dan Energi, dan lainnya.

fOTO: HASAN BASRI M NUR

MEMBANGUN 100.000RUMAH LAYAK HUNI

Momentum Bangun Solidaritas

Idul Adha,

03

Page 2: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 20122

Oleh: Jarjani Usman

2013 ditargetkan sebanyak 10.000 unit dan masing-masing unit membutuhkan Rp. 50.000.000,- (sudah termasuk biaya perencanaan dan pengawasan). Artinya untuk 10.000 ribu unit butuh dana sebesar Rp 500 miliar.

Mengingat dampak dari pembangunan rumah ini sangat besar dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat mis-kin, maka uang sejumlah itu tidaklah sia-sia, dan karenanya pemerintah berkejiban mencari dan menyisihkan dana untuk kebutuhan itu. Sumber pendanaan untuk pembangunan rumah dhuafa dengan meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan dana APBA, Otsus, Migas dan Swasta untuk penyediaan land banking dan pembangunan rumah murah. 10 % dana Otsus/Migas kabupaten/kota dialokasikan bagi pembangunan rumah layak huni bagi warga miskin di mas-ing-masing kabupaten/kota.

Untuk memastikan pembangunan rumah miskin ini tepat sasaran, maka instansi-instansi terkait berkewajiban mem-validasi data penerima. Berdasarkan Surat Edaran Gubernur kepada seluruh bupati/walikota untuk melakukan validasi data yang telah dikompilasi oleh provinsi atas usulan yang telah masuk berbasis pada “by name by address”. Dengan cara ini maka data calon penerima rumah miskin akan tepat

Pemerintah Aceh di bawah duet kepemimpinan dr H Zaini Abdullah dan Tgk Muzakir Manaf tampak sangat serius dan mempunyai komitmen kuat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Aceh. Fenomena kemiskinan yang masih kental mewarnai bumi Aceh diupayakan dapat ditu-runkan dalam masa 5 tahun periode kepemimpinan mereka. Hal ini terlihat dari salah satu prioritas pembangunan Aceh 5 tahun ke depan adalah penanggulangan kemiskinan.

Di antara kegiatan dalam menanggulangi kemiski-nan adalah penyediaan rumah layak huni bagi fakir miskin, penyediaan sertifikat tanah untuk masyarakat miskin, pem-bangunan infrastruktur pemukiman kumuh, penyediaan beasiswa fakir miskin, jaminan kesehatan masyarakat mis-kin, pemberian stimulant pembangunan gampong melalui BKPG, pengembangan lahan pertanian untuk masyarakat miskin melalui pembiayaan keuangan mikro, pelatihan berbasis masyarakat miskin serta pelatihan berbasis kompe-tensi.

Khusus pembangunan dan rehabilitasi rumah layak huni Pemerintah Aceh dalam draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017 menargetkan pembangunan sebanyak 100.000 unit rumah. Untuk tahun

sasaran, tidak dapat dimanupulasi.Pembangunan rumah dhuafa ikut menekan jumlah

penduduk miskin di Aceh. Sebab, variabel kondisi tempat tinggal dan lingkungannya menjadi variabel penting dalam menilai kondisi kemiskinan di suatu daerah. Setelah rumah dibangun, nantinya penduduk miskin di Aceh akan memi-liki rumah permanen dengan kondisi sangat layak yang di dalamnya terdapat beberapa ruangan; ruang serba guna, ruang tidur untuk orangtua, dan ruang tidur anak (terpisah laki-laki dan perempuan), dapur, dan MCK sederhana.

Pemerintah Aceh mengharapkan dukungan dari seluruh instansi dan di Aceh dalam mewujudkan program besar pembangunan rumah dhuafa. Selain perlu kesamaan visi dengan intansi-intansi di level provinsi, dukungan yang pal-ing penting adalah dari para bupati/walikota yang dengan suka rela akan menyisihkan 10 % dana Otsus/Migas kabu-paten/kota untuk pembangunan rumah dhuafa di wilayah masing-masing. Dengan adanya kesamaan visi, maka target membangun 100.000 unit rumah layak huni bagi penduduk miskin di Aceh akan mudah dapat diraih. Semoga!

n ir iskandar msc

OPINI

Alamat Redaksi Bappeda Aceh Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440 fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: [email protected], [email protected]

Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan Aceh dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail

Redaksi

Salam Redaksi

Dewan Pengarah Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Sekretaris Daerah, Asisten I, II dan III Setda Aceh | Penanggung Jawab Kepala Bappeda Aceh | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris Bappeda Aceh | Pemimpin umum Michel OC | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Hasan Basri M. Nur | Dewan Redaksi M. Zain, Ridwan, Cut Triana |Sekretaris Redaksi farid Khalikul Reza, Nanda Yuniza | Bendahara Zulliani | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami, fauzi Umar | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail | Reportasi dan Notulensi Bulqaini Ilyas | fotografer RA Karamullah | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Iskandar J, firdaus, Akkar Arafat, Rizki Ratih Emelia.

Orang-orang muslim beruntung (karena) memiliki momen-momen penting sepanjang tahun. Semua

momen itu bersifat mengingatkan untuk selalu dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Seperti pada momen Hari Raya Idul Adha, yang sangat dianjurkan untuk mel-aksanakan ibadah qurban. Meskipun pada intinya bertujuan untuk membangun hubun-gan secara vertikal dengan Allah, ibadah ini dalam praktiknya bersifat membina hubun-gan horizontal dengan sesama manusia. Ini bermakna, antara lain, bahwa keridhaan Al-lah akan diperoleh dengan ikhlas berbuat baik kepada sesama manusia.

Sebagaimana namanya bila ditinjau dari segi bahasa pun, kata qurban berasal dari qaraba, yaqrabu, qurban wa qurbanan wa qirba-nan; yang artinya dekat. Secara syariat, qur-ban bermakna menyembelih hewan seperti unta, lembu, kambing, atau kibas, pada Hari Raya Idul Adha atau hari-hari tasyrik, un-tuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin atau kaum dhuafa. Ini tentunya suatu perbuatan simbolistik, yang esensinya adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah.

Dilihat dari sejarahnya, terutama ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang mengur-bankan putera yang dicintainya yang ber-nama Ismail, ibadah qurban ini lebih dari sekedar ibadah yang dilakukan sebagai wujud rasa takut kepada Allah, meskipun memang ada ancaman bagi yang mampu tetapi tidak melaksanakannya. Sebagaimana sabda Rasu-lullah SAW, “Barangsiapa yang mempunyai keluasan (harta) dan tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, Ad Daruquthni & Al Baihaqi).

Qurban juga lebih dari sekedar ibadah yang terdorong untuk mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah, walaupun memang pahala yang disediakan berlipatganda di samping ampunan dosa. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Pada tiap-tiap lembar bulunya

itu kita memperoleh satu kebaikan” (HR. Ahmad & Ibnu Majah). Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda, “Fatimah, berdi-rilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan...” (HR. Abu Daud & At-Tirmizi).

Ibadah ini dilakukan dengan semangat yang lebih tinggi, yaitu untuk meraih kecin-taan Allah dan derajat taqwa dengan cara mengorbankan apa yang dicintai. Jadi, se-mangat inilah yang sejatinya tertanam dalam hati setiap orang mukmin, sehingga den-gan hati yang ikhlas dan penuh empati mau mewujudkan pengorbanannya untuk kebai-kan sesama manusia kapan saja.

Dengan berempati, kita merasakan bagaimana menderitanya orang lain. Hal ini senantiasa dilakukan Rasulullah SAW sema-sa hidupnya, sehingga selalu mengorbankan harta dan bahkan jiwanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Memang untuk meraih ridha dan cinta Allah, dibutuh-kan pengorbanan. Sebagaimana firmanNya, “Sekali-kali kalian tidak akan sampai kepada kebajikan yang sempurna sebelum kamu me-

nafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu nafkahkan, sung-guh Allah mengetahuinya” (QS. ‘Ali Imran: 92).

Bila semangat ini dipelihara dan diaktu-alisasikan, banyak hal bisa dicermati. Tanpa perlu melihat terlalu jauh, di Aceh saja seka-rang ini terdapat banyak kaum dhuafa yang tidak memiliki kebutuhan dasar seperti pe-rumahan. Kenyataan ini (kembali) menguji keimanan orang-orang di negeri yang sedang melaksanakan Syariat Islam ini, baik secara pribadi maupun secara berkelompok, untuk mengorbankan sebahagian hartanya secara ikhlas untuk membantu mereka.

Patut disyukuri Pemerintah Aceh selama ini telah dan sedang melaksanakan program pembangunan ribuan rumah untuk kaum dhuafa, yang dananya berasal dari APBA dan APBK. Bahkan dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh 2012-2017 Pemerintah Aceh bertekad mewujudkan 100.000 umit rumah layak huni untuk kaum dhuafa di seluruh Aceh. Pro-gram ini, jika dipadukan dengan program-program lain seperti program BAZIS, tentu akan membantu mempercepat penurunan

angka kemiskinan.Namun demikian, program pemerintah

tersebut belum menjamin keberlanjutannya. Apalagi keuangan daerah tidak selamanya stabil, lebih-lebih pada masa-masa dana oto-nomi khusus (otsus) sudah tidak ada lagi. Untuk keberlanjutan program pembangu-nan rumah dhuafa, penting kiranya adanya inisiatif-inisiatif dari individu-individu di Aceh yang memiliki kemampuan secara fi-nansial, untuk mewujudkan kesalehan so-sialnya dalam membantu sesama. Juga perlu digairahkan komunitas-komunitas tertentu untuk membantu program mulia ini.

Hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan. Apalagi secara individu, tidak sedikit masyarakat Aceh yang memiliki kele-bihan harta sehingga sudah mampu berkali-kali menunaikan ibadah haji. Di samping itu, secara komunitas, selama ini juga banyak berhasil melaksanakan program-program untuk membantu pihak tertentu, seperti dengan cara pengumpulan koin. Tak ter-tutup kemungkinan program “Koin untuk Rumah Dhuafa” akan berhasil juga di Aceh, bila digalakkan. Lebih-lebih, Aceh memiliki berbagai macam komunitas, seperti komu-nitas sepeda ontel, komunitas pecinta bola, dan lain-lain.

Namun, tentunya inisiatif tersebut per-lu digalakkan dengan semangat berkurban karena Allah, bukan riya. Paling kurang, inisiatif tersebut didorong oleh rasa takut ke-pada Allah, yaitu karena mampu dan sempat tetapi tidak berbuat sesuatu untuk menolong kaum dhuafa yang jelas terlihat di depan mata. Alangkah lebih bagus kalau inisiatif itu didorong oleh keinginan mengharap cinta Allah, karena yang demikian akan menuntun kita lebih ikhlas dalam berbuat.

n Penulis adalah Dosen Fakultas Tar-biyah IAIN Ar-Raniry, sedang melanjutkan Program S-3 di Deakin University Mel-bourne, email: [email protected]

Semangat Kurban untuk Dhuafa

Mewujudkan 100.000 Rumah Layak Huni

Patut disyukuri Pemerintah Aceh selama ini telah melaksanakan program

pembangunan ribuan rumah untuk kaum dhuafa, yang dananya berasal

dari APBA dan APBK. Program ini, jika dipadukan dengan program-program lain seperti program BAZIS, akan membantu

mempercepat penurunan angka kemiskinan.

Page 3: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 3CERMIN

suatu ketika Khalifah Umar bin Khatab menegur seseorang yang hanya berdoa saja di dalam masjid tanpa mau berusaha, Tidak pantas salah seorang kamu malas mencari rizki dengan hanya berkata “ Ya Allah berikanlah kepadaku rezki” sedangkan ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak. Lalu Umar menyuruh orang itu keluar dan mencari pekerjaan.

Agama Islam memandang bekerja bukan semata-mata prilaku duniawi, bukan sekedar mengejar gaji, bukan pula untuk menepis gengsi agar tidak dituduh pengangguran. Tetapi bekerja dalam Islam merupakan manifestasi kepercayaan seorang muslim yang berlandaskan tauhid bahwa kerja memiliki kaitan dengan tujuan hidup yaitu memperoleh ridha Allah. Untuk itu semua aktivitas keseharian seorang muslim, termasuk bekerja harus diniatkan dan diorientasikan sebagai ibadah untuk mencapai ridha Allah.

Pernah dikisahkan ada seorang sahabat bernama Sa’ad Al Anshari yang pekerjaannya sehari-hari adalah pembelah batu. Suatu ketika ia berjumpa dengan Rasulullah dan berjabatan tangan, baginda Rasulullah merasakan tangan Sa’ad sangat kasar dan pecah-pecah lalu tiba-tiba beliau mencium tangan Sa’ad dan bersabda “Tangan seperti inilah yang kelak akan dicintai Allah”. Dari kisah ini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam sesungguhnya mengukur kerja bukan dari banyaknya uang yang didapat atau dari jenis pekerjaan tertentu tetapi yang lebih penting adalah segi halal dan haramnya, apapun jenis pekerjaan kita.

Bagaimana Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras pernah disampaikan Rasulullah dalam beberapa sabda beliau antara lain Tiada seseorang yang makan makanan yang lebih baik dari makanan dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud as itupun makan dari hasil usahnya sendiri. Kemudian beliau juga pernah bersabda Barang siapa yang diwaktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka disore itulah ia diampuni dosa-dosanya.

Islam hakekatnya agama yang dinamis, melarang umatnya malas, berpangku tangan dan hidup dalam penderitaan, bahkan Rasulullah sepanjang hidupnya selalu memperlihatkan semangat kerja yang luar biasa, beliau pernah menjadi pengembala diusia belasan tahun dan pernah menjadi pegawai Siti Khadijah diusia 25 tahun sebagai pedagang. Sejak dikukuhkan menjadi Rasul tidak pernah berhenti bekerja bahkan lebih gigih dan keras lagi untuk mewujudkan tegaknya diinul Islam.

BEKERJA ADALAH IBADAHTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si

Idul adha adalah salah satu hari paling penting dalam Islam. Selain berkewajiban menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah, umat Islam yang tidak menunaikan haji dianjurkan untuk berkurban dengan menyembelih hewan peliharaan terbaik dan dagingnya dibagi-bagi kepada saudara-saudaranya, terutama dari kelompok yang kurang mampu.

Idul Adha menjadi momen paling penting untuk menguatkan dan meningkatkan solidaritas antarsesama manusia. Dalam Islam rasa peduli dan kepekaan sosial ini sangat penting, bahkan dalam kondisi tertentu menjadi kewajiban seperti zakat. Berbeda dengan zakat, menyembelih hewan qurban adalah anjuran kuat dalam Islam sebagai bagian memperkuat rasa peduli orang-orang kaya terhadap orang miskin.

Mengingat begitu pentingnya solidaritas ini, saya sering berangan-angan tatkala sudah selesai kuliah dan memiliki penghasilan akan membiasakan diri untuk berqurban pada momen Idul Adha. Dengan membiasakan berbagi maka hidup ini semakin berkualitas karena kita sudah dapat mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.

Mari kita dorong agar orang-orang yang berada senantiasa rela berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudaranya yang belum beruntung. Tidak hanya itu, pemerintah juga berkewajiban untuk memperhatikan kondisi kehidupan orang miskin. Jika orang-orang kaya secara individu berbagi harta mereka untuk fakir miskin, maka pemerintah perlu memperhatikan kondisi kehidupan rakyat miskin dan memberikan fasilitas pendukung agar mereka dapat hidup layak. Salah satunya adalah membangun rumah layak huni bagi mereka yang masih menetap di rumah gubuk. Semoga!

nurul MaulanaMahasiswi fKIP Ekonomi Akutansi Unsyiah

Email: [email protected]: molana nurol

Twitter: @moelananurol

Momentum Bangun SolidaritasIdul Adha,

Page 4: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 20124 LAPORAN UTAMA

fOTO: RA KARAMULLAH

PetanI sedang bercocok tanam di Samahani, Aceh Besar. Dalam setahun mereka dua kali turun ke sawah.

Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah memaparkan potensi dan sumberdaya air Aceh di depan pimp-

inan lembaga donor dan pemangku kepent-ingan yang hadir pada acara Lokakarya Pen-ingkatan Pengelolalan Sumber Daya Air dan Wilayah Sungai Aceh dan Sulawesi Utara, di Manado, Sulawesi Utara, 9 Oktober 2012.

Kegiatan itu dihadiri Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Direktur Jenderal Sumber Air kemenpu, perwakilan Bappenas, Kemendagri, ADB Manila, Country Director ADB Jakarta, Kepala Perwakilan JICA , Kepala Perwakilan Koica Jakarta, dan Gubernur serta Muspida Sulawesi Utara selaku tuan rumah.

Gubernur Zaini Abdullah yang tampil sebagai pembicara utama (keynote speech) mengawali pidato dengan menyampikan ucapan terima kasih dari rakyat Aceh, atas terpilihnya Aceh sebagai pilot project dalam implementasi Undang-undang Nomor 7 ta-hun 2004 tentang Sumber Daya Air.

“Kita harapkan dengan lokakarya ini

akan dapat meningkatkan pembangunan di Aceh, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota, sekaligus memba-wa Aceh menjadi Aceh yang lebih baik dari sebelumnya. Ini tentunya dapat kita lakukan apabila kita semua sepakat dan mau bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita mulia Aceh di masa depan. untuk itu, saya ingin melakukan perubahan-perubahan men-dasar dalam pembangunan di Aceh,” ung-kap Gubernur.

Pidato utama Gubernur Aceh ditu-tup dengan harapan masyarakat Aceh yang membutuhkan dukungan dari Pemerintah Jepang, lembaga donor Asian Development Bank dan World Bank, serta Pemerintah Pusat untuk dapat membangun lebih ban-yak waduk/bendungan. Aceh juga membu-tuhkan jaringan irigasi dan sumber energi PLTA, serta geothermal dalam rangka pen-ingkatan ketahanan pangan dan sumber dan sumber daya energi.

Dokter Zaini yang didampingi Kepala Bappeda Aceh Ir Iskandar MSc , pimpinan Komisi D DPRA, Kepala Balai Pengairan, Kepala Dinas Pengairan Aceh, juga me-nyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan donor masyarakat international yang

Dalam pidatonya di depan peserta “Lokakarya Peningkatan Pengelola-lan Sumber Daya Air dan Wilayah

Sungai Aceh dan Sulawesi Utara, di Manado, Sulawesi Utara, 9 Oktober 2012” Gubernur Aceh H Zaini Abdullah juga memaparkan potensi air dan tantangan yang dihadapi Aceh dalam rangka menjadikan Aceh seb-agai lumbung beras nasional.

Gubernur juga mengatakan, wilayah sun-gai di Provinsi Aceh, harus segera dilakukan konservasi, mengingat kebutuhan air untuk irigasi sudah tidak mencukupi. Beberapa wilayah sungai akan dijadikan percontohan konservasi, antara lain:1. Wilayah Sungai aceh-meureudu

Pengaturan dan pengendalian sungai Krueng Aceh, pembangunan jaringan iri-gasi Krueng Aceh, sistem drainase Kota Banda Aceh selesai dilaksanakan pas-carehab rekon, dengan berbagai sumber pendanaan antara lain dari pemerintah Je-pang, Prancis, Italia, Asian Development Bank, dan Multi Donor Fund.Di masa mendatang DAS Krueng Aceh masih diperlukan program pembangunan Waduk Seulimum untuk meningkatkan

intensitas tanam dari 160 % menjadi 200 % di daerah irigasi Krueng Aceh seluas 7.384 ha.Rencana Pembangunan Waduk Rukoh-Tiro di DAS Krueng Baro sangat dibu-tuhkan untuk meningkatkan intensitas tanam dari 140 % menjadi 200 % di dae-rah irigasi Baro Raya seluas 19.118 ha dan menghasilkan energi listrik 2 kali 2 MW. Sementara untuk mengatasi banjir diper-lukan normalisasi sungai dan pembangu-nan jetty di Muara Krueng Baro.

2. Wilayah Sungai Pase-PeusanganDi DAS Krueng Keureto diprogramkan pembangunan waduk Keureuto, yang dapat meningkatkan intensitas tanam dari 150 % menjadi 200 % di daerah irigasi Alue Ubay seluas 4.800 ha dan suplesi irigasi Krueng Pase seluas 9.304 ha, serta memberikan energi listrik sebesar 3,5 mw. Di hulu Krueng Peusangan, tepatnya di Desa Angkup saat ini sedang dibangun PLTA yang akan menghasilkan energi listrik sebesar 88 mw. Untuk mengatasi banjir diperlukan normalisasi sungai dan pembangunan jetty di Muara Krueng Pase, Kuala Cangkoy, dan Muara Krueng

Keureuto.3. Wilayah Sungai Jambo aye

Rencana pembangunan waduk serbaguna Jambo Aye dapat meningkatkan layanan irigasi dari 19.360 ha menjadi 41.200 ha yang akan menghasilkan energi listrik dengan kapasitas terpasang 110 mw. Waduk ini juga menyediakan air baku un-tuk rumah tangga, perkotaan dan industri, pengendalian banjir, perikanan air tawar, serta konservasi sumber daya air. Wilayah sungai Jambo Aye meliputi 5 kabupaten yaitu: Kabupaten Gayo Lues, Aceh tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, dan Aceh Timur.“Untuk itu, kami atas nama pemerintah

dan masyarakat Aceh mengharapkan dukun-gan dari pemerintah Jepang, lembaga-lemba-ga donor, Asia Development Bank, World Bank, dan Pemerintah Pusat, agar dapat membantu Pemerintah Aceh untuk mewu-judkan ketahanan pangan dan ketahanan energi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh,” papar Gubernur Zaini Abdullah.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Aceh juga menyampaikan bahwa saat ini beban

puncak kebutuhan listrik Aceh sebesar 332 mw. Sementara pembangkit yang ada di Aceh hanya menghasilkan 91 mw (28%) dari PLTD, sementara sisanya sebesar 241 mw (72%) di suplai dari Sumatera Utara.

Sementara potensi lahan pertanian beri-rigasi seluas 730.000 ha. Namun saat ini yang baru dikembangkan seluas 384.171 ha terse-bar di 1.176 daerah irigasi yang berstatus iri-gasi teknis, semi teknis, dan sederhana.

Adapun kebijakan Pemerintah Aceh dalam implementasi desentralisasi, telah men-galokasikan dana otonomi khusus sebesar 60% untuk kabupaten kota dalam pengelo-laan sumber daya air sesuai kewenangannya.

“Saya atas nama masyarakat Aceh san-gat mengharapkan keberlanjutan pengelo-laan sumber daya air terpadu dapat segera terwujud sebagaimana yang diamanatkan dalam uu no. 7 th 2004. Meskipun telah banyak instrumen kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk pengelolaan sumber daya air, namun dalam pelaksanaannya tidak semudah seperti membalik telapak tangan. kita masih perlu usaha keras dan komitmen bersama,” demikian Gubernur Aceh, dr H Zaini Abdullah.(zamnur usman)

akan mendukung pembangunan Waduk Tiro/Tukoh Pidie, Waduk Keureto dan Waduk Jambo Aye, di Aceh Utara.

lumbung berasDalam pidatonya di depan peserta “Lo-

kakarya Peningkatan Pengelolalan Sumber Daya Air dan Wilayah Sungai Aceh dan Sulawesi Utara”, Gubernur Zaini Abdul-lah juga memaparkan program Pemerintah Aceh untuk menjadikan Aceh sebagai lum-bung beras nasional.

Pemaparan Gubernur terkait sektor ini diawali dengan gambaran tentang kondisi pertanian Aceh yang sempat porak poranda saat bencana gempa dan tsunami 26 Desem-ber 2004 lalu.

Saat itu, lebih dari 95.000 ha sawah tidak berfungsi dan lebih dari 11.000 ha sawah ter-timbun dengan sampah tsunami. Pascatsu-nami, produksi padi hanya 1.4 juta ton per-tahun. Pada tahun 2011 produksi padi mulai naik menjadi 1,7 juta ton pertahun, semen-tara konsumsi Aceh pada tahun 2011 sebesar 689 ribu ton sehingga terdapat sisa produksi yang dapat dipakai sebagai tambahan stok pangan nasional.

“Insya Allah dengan lokakarya pengem-bangan kapasitas sumber daya air ini produk-

si beras yang belum optimal, akan dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 3 juta ton per tahun. Sehingga menjadikan Aceh seb-agai lumbung beras nasional. Sekaligus salah satu jawaban dalam upaya pencapaian tujuan utama dalam mencapai visi dan misi kami,” ujar dr Zaini Abdullah.

Gubernur juga berharap, lokakarya pengembangan kapasitas sumber daya air dan wilayah sungai, yang dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB) ini dapat menin-gkatkan kapasitas sumber daya manusia, me-lalui peningkatan kapasitas kelembagaan yang melibatkan pemerintah dan nonpemerintah.

Adanya UU No 7 Tahun 2004 ten-tang Sumber Daya Air sangat diharapkan sekali implementasinya, baik di dalam me-rencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, maupun pengendalian daya rusak air di wilayah sungai.

Adapun prinsip yang dianut adalah ket-erpaduan antara pengelolaan air permu-kaan dengan air tanah, lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas berbagai pemilik kepent-ingan yang terkait dalam pengelolaan sum-ber daya air. [zamnur usman]

Obsesi Menjadi Lumbung Beras Nasional

Ini Dia Potensi Air Aceh

“Insya Allah dengan lokakarya pengembangan kapasitas sumber daya air

ini produksi beras yang belum optimal, akan dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 3 juta ton per tahun.

Sehingga menjadikan Aceh sebagai lumbung beras

nasional.”

- dr h Zaini abdullah - Gubernur Aceh

Page 5: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 5LAPORAN UTAMA

fOTO: IRfAN M.NUR

sungaI di Jalin, Jantho, Aceh Besar (13/10/2012)

Program Pembangunan Rumah Dhuafa yang merupakan salah satu program Pemerintah Aceh di bawah

kepemimpinan dr. H. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf harus tetap dilanjutkan dalam rangka meningkatkan kesejahter-aan dan kemakmuran rakyat Aceh secara berkeadilan dan merata. Program tersebut harus dituangkan dalam Rencana Pemban-gunan Aceh Jangka Menengah (RPJM) Aceh 2012-2017 yang sedang dibahas dan difinal-isasi di bawah koordinasi Bappeda Aceh.

Anggota DPRA dari Partai Persatuan Pembangunan Muhibussubri yang diminta penjelasannya terhadap hal itu mengatakan bahwa pada hakikatnya DPRA terus men-dorong dan mengharapkan Program Ban-tuan Rumah Dhuafa harus tetap dilanjutkan Pemerintah Aceh di bawah kendali Guber-nur Aceh dr. Zaini Abdullah. Hanya saja program tersebut harus dikaji dan ditelaah

kembali agar efektif dan tepat sasaran,“ kata Muhibusabri kepada Tabangun Aceh, Minggu (21/10/2012) malam.

Menurut Anggota DPRA dari wilayah pemilihan Aceh Selatan ini, berdasarkan laporan masyarakat dan kunjungannya ke lapangan masih dijumpai Program Pemban-gunan Rumah Dhuafa yang dilaksanakan dinas terkait yang telah lalu tidak tepat sasa-ran. Apabila hal ini terjadi kembali ke depan dan kriteria dhuafa yang menerima program tersebut tidak sesuai dengan yang diper-syaratkan, maka pihaknya akan menolaknya.

Ketika Tabangun Aceh meminta komen-tarnya untuk Pelaksanaan Program Pemban-gunan Rumah Dhuafa tahun 2013, Muhi-bussubri menjelaskan bahwa pihak DPRA akan membahas KUA PPAS dalam waktu dekat. “KUA PPAS ini akan segera dibahas eksekutif bersama legislatif setelah Hari Raya Idul Adha ini”, katanya.

“Yang harus diperhatikan adalah Pro-gram Bantuan Rumah Dhuafa harus tepat sasaran. Apabila ada hal-hal yang tidak tepat sasaran dan dinilai tidak efektif pihaknya ber-sepakat untuk mengalihkan pada program yang tepat sasaran,” ungkap Mubibusabri mengakhiri pembicaraan.

harus berdampak gandaSementara itu, Sekretaris Ikatan Konsul-

tan Indonesia (Inkindo) Aceh, Jamaluddin ST, mengapresiasi program pembangunan rumah layak huni bagi kaum dhuafa di Aceh. Selain harus tepat sasaran, pola pembangunannya disarankan agar tetap dengan sistem kontrak, dan harus memakai jasa benefeceries (penerima manfaat) dalam proses pembangunan agar menimbulkan dampak ganda bagi masyarakat.

“Kalau pola swakelola kita khawatirkan akan sulit mengontrol proyek itu. Kita kha-watir uang atau material disalahgunakan oleh benefeceries, apalagi jumlah dan sebarannya

sangat fantastis. Pola kontrak akan terasa lebih mudah dalam mengelolanya,” ungkap Jamaluddin kepada Tabangun Aceh di Sigli, Minggu (21/10/2012).

Dia menyarakan agar para rekanan dip-ilih yang betul-betul punya track record yang bagus, menguasai daerah itu dan tidak ambisi mencari keuntungan. “Ini kan proyek ibadah untuk fakir miskin. Jadi jangan ada rekanan yang berusaha mengelabui kualitas material atau membangun setengah jadi rumah ban-tuan itu,” pesan dia.

“Selain itu kontraktor wajib memakai jasa tenaga kerja dari calon penerima man-faat sebagai pekerja dalam proyek ini. Den-gan pola ini akan ada dampak ganda dari pembangunan rumah dhuafa. Mereka akan mendapatkan rumah bantuan dari pemerin-tah, juga mendapatkan upah kerja yang layak dari rekanan,” sambung pria yang aktif dalam beberapa organisasi sosial ini. [fzu, hbn]

Aceh memiliki 9 Wilayah Sungai (WS). Sebanyak 4 WS menjadi ke-wenangan pusat, 4 WS kewenangan

Provinsi Aceh, dan 1 WS kewenangan ka-bupaten. Seiring dengan itu, kebutuhan ma-syarakat akan air dari tahun ke tahun sema-kin meningkat. Masih banyak tantangan dan permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air dan wilayah sungai guna penyediaan air yang berkelanjutan kepada masyarakat.

Adapun permasalahannya antara lain:• Terjadinya fluktuasi debit yang besar an-

tara musim hujan dan kemarau, sehingga terjadi banjir dan kekeringan;

• Terjadinya penurunan debit andalan be-rakibat tidak terpenuhinya areal tanam pada suatu daerah irigasi pada saat musim kemarau;

• Adanya perubahan iklim global berakibat gagal panen apabila tidak tepat dalam me-nentukan jadwal tanam;

• Terganggunya sungai baik dari fungsi, dasar, dan bantarannya maupun daerah tangkapan air akibat diokupasi untuk keperluan usaha ekonomi lainnya;

• Sistem drainase yang belum memadai ter-utama di pantai barat dan selatan karena tingginya curah hujan rata-rata;

• Tersumbatnya muara sungai akibat sedi-mentasi;

• Merebaknya abrasi pantai;• Tercemarnya air dan sumber air oleh in-

trusi air laut, limbah industri, dan limbah pertanian/peternakan;

• Belum optimalnya kinerja koordinasi lembaga pengelola sumber daya air.

Kondisi aceh saat ini:• Akhir-akhir ini terjadi fluktuasi debit air

sungai yang besar antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau debit andalan sungai menurun dan menye-babkan daerah irigasi hanya dapat mengai-ri sebagian areal persawahan, namun pada musim hujan terjadi banjir.

• Perambahan hutan yang tidak terkontrol serta perkembangan pemukiman di dalam kawasan hutan menyebabkan besarnya sedimen transport dan berkurangnya daya serap air. Sehingga di musim penghujan kerap kali terjadi banjir bandang. Keadaan ini telah terjadi di Tangse, Pidie dan Keca-matan Leuser, Aceh Tenggara yang mem-bawa korban jiwa maupun harta.

• Pembukaan lahan guna keperluan perlua-san daerah pertanian, perkebunan, pemu-kiman dan industri, yang tidak terkoor-dinasi dengan baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah mengaki-batkan terjadinya degradasi lahan, erosi, tanah longsor dan banjir.

• Perkembangan kawasan perkotaan di Aceh yang sangat pesat telah mengakibat-kan terjadinya peningkatan konflik antara para pengguna air baik untuk kepentingan rumah tangga, pertanian dan industri, ter-masuk penggunaan air permukaan dan air bawah tanah di perkotaan.

• Pabrik industri perkebunan dan peter-nakan membuang limbahnya ke sungai menyebabkan air sungai terkontaminasi dan tidak dapat digunakan lagi.

• Penambangan galian c masih tidak mengi-kuti aturan, menyebabkan aliran sungai berubah dan turunnya dasar sungai. Ini dapat mengakibatkan rusaknya bangunan pengendali banjir dan bangunan lainnya, seperti yang terjadi pada daerah aliran sun-gai (das) Krueng Aceh, dengan patahnya talang air irigasi dan runtuhnya jembatan Lamsie Aceh Besar.

• Pemukiman liar dan penggunaan lahan di daerah bantaran sungai menyebabkan pe-nyempitan dan mengganggu fungsi sungai. Ini bertentangan dengan Peraturan Pemer-intah No.38 Tahun 2011 tentang Sungai.

• Terjadi intrusi air laut sampai ke daerah pemukiman, yang menyebabkan sumur-sumur masyarakat terkontaminasi air asin.

Telah banyak pandangan dan kajian yang menegaskan bahwa bencana yang terkait

dengan air, bermula dari parahnya kerusakan kondisi daerah tangkapan air di wilayah hulu. Berbagai kerusakan ini berawal dari kesalahan kita semua terutama penebangan dan penjara-han hutan yang masih terjadi serta perubahan fungsi lahan yang seharusnya dipertahankan sebagai kawasan lindung atau dataran banjir.

Mengingat kompleknya permasalahan di dalam penyediaan air yang berkelanjutan ke-pada masyarakat, maka diperlukan kerjasama antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak dengan pengelolaan sumber daya air.

Berdasarkan pada permasalahan di atas perlu juga penataan pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir, dengan basis wilayah sungai sesuai kewenan-gannya. Setiap wilayah sungai harus dikelola dalam satu pola pengelolaan sumber daya air terpadu tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya.

Sebagaimana kita sadari bahwa wilayah sungai tidak bisa dikelola oleh satu kelem-bagaan saja, tetapi pembangunan di suatu wilayah sungai harus melibatkan masyarakat dan kelembagaan lain yang terkait dengan ke-pentingannya masing-masing.(Disarikan dari pidato Gubernur Aceh di Lokakarya Peningkatan Pengelolalan Sumber Daya Air dan Wilayah Sun-gai Aceh dan Sulawesi Utara, di Manado, Sulawesi Utara, 9 Oktober 2012)

Tantangan dalam Pengelolaan Air

Rumah Dhuafa Harus Berlanjut

Berbagai kerusakan alam berawal dari kesalahan kita semua terutama

penebangan dan penjarahan hutan yang masih terjadi serta perubahan fungsi lahan yang seharusnya dipertahankan sebagai kawasan lindung atau

dataran banjir.

“Yang harus diperhatikan adalah Program Bantuan

Rumah Dhuafa harus tepat sasaran,”

-- Muhibussubri --Anggota DPR Aceh

“Ini kan proyek ibadah untuk fakir miskin. Jadi jangan ada rekanan yang berusaha

mengelabui kualitas material,”

-- Jamaluddin st --Sekretaris Ikatan Konsultan Indonesia

(Inkindo) Aceh

Page 6: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 20126 WAWANCARA

Kebijakan apa yang akan ditempuh Pemerintah Aceh dalam rangka menurunkan jumlah penduduk miskin?

Kita telah menyusun sembilan kebijakan pembangunan. Pertama reformasi birokrasi. Kebijakan ini diambil untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan Aceh yang bersih, amanah dan akuntabel.

Selain reformasi birokrasi, apa lagi?Masih banyak, antara lain meningkatkan

pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Dinul Islam, sosial dan budaya. Ketiga nilai ini sangat penting untuk diamalkan oleh setiap penduduk yang beragama Islam dalam pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Melanjutkan perdamaian dan menuntut berbagai peraturan turunan dari UUPA yang belum diselesaikan Pemerintah Pusat.

Kemudian, memperkuat struktur ekonomi Aceh dengan merevitalisasi bidang pertanian dan pembangunan agroindustri yang didukung oleh infrastruktur yang memadai. Misalnya menyediakan infrastruktur yang terintegrasi, selaras, berkelanjutan dan berkeadilan sesuai potensi daerah.

Mengenai revitalisasi bidang pertanian dan pembangunan agroindustri, program strategis apa yang akan dilaksanakan Pemerintah Aceh dalam lima tahun ke depan?

Kita lebih fokus peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi, kemudian beberapa komoditas pangan utama lainnya seperti kacang kuning/kedelai dan jagung. Untuk peningkatan produksi daging dan telur, kita akan megembangkan sapi pada beberapa kawasan secara terpadu. Begitu juga dengan pengembangan ayam ras petelur.

Peningkatan produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung kedelai, sampai pada besaran mana yang akan dicapai?

Untuk padi, targetnya dari 1,77 juta ton pada tahun 2011 ini menjadi 2,71 juta ton pada akhir tahun 2017. Dengan kata lain terjadi peningkatan sekitar 200 ribu ton pertahunnya. Langkah ini akan ditempuh dengan melaksanakan intensifikasi produktivitas padi dari 4,66 ton/hektare menjadi 5,27 ton/hektare. Sedangkan untuk program ekstensifikasinya akan cetak sawah

baru, seluas 75.000 hektare.Untuk produksi kedelai, ditingkatkan dari

99.567 ton pada tahun 2011 menjadi 163.988 ton di akhir tahun 2017. Jagung dari 168.997 menjadi 249.00 7 ton, ikan dari 251.418 ton menjadi 391.094 ton, daging dari 29,47 juta kg menjadi 33,13 juta kg, dan telur ayam dari 15,27 juta kg menjadi 17,45 juta kg.

Apa program strategis yang akan dijalankan untuk mendukung peningkatan produksi pangan itu?

Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasana pendukung pertanian. Misalnya merehabilitasi dan meningkatkan jaringan irigasi di 31 daerah irigasi. Kemudian membangun jaringan irigasi baru sebanyak 14 daerah irigasi. Selanjutnya pembangunan jalan produksi pertanian dan mekanisasi peralatan pertanian, seperti pengadaan traktor. Berikutnya, penyediaan bibit unggul, obat-obatan pertumbuhan tanaman, dan pembasmi hama. Melakukan peningkatan kapasitas SDM petani dan penyuluh serta kelembagaannya

Bagaimana dengan pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan?

Programnya hampir serupa dengan tanaman pangan, yaitu pengembangan lahan perkebunan rakyat untuk komoditi unggul. Misalnya menambah 10.000 hektare tanaman cokelat, karet 7.500 hektare, kelapa sawit 15.000 hektare. Merehabilitasi kebun rakyat, untuk kakao seluas 3.625 hektare, kopi 6.000 hektare, karet 7.000 hektare, dan kelapa sawit 5.000 hektare.

Bagimana dengan program pengembangan Agroindustri?

Itu juga sudah ada. Pengembangan kawasan agroindustri kakao di Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara dan Aceh Tenggara. Pengembangan kawasan Agro Peternakan di Aceh Besar dan Aceh Tengah. Pengembangan Agroindustri Hortikultura di Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. Pengembangan Agro palawija, di Bireuen, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Aceh Selatan dan Nagan Raya.

Bagaimana dengan pemasaran produksinya, apakah sudah dibuat agar tidak merugikan petani yang telah memproduksi dalam jumlah yang

banyak?Program untuk pemasarannya juga telah

dibuat. Misalnya, pengembangan sistem informasi pasar, pengembangan pusat pemasaran agribisnis, penguatan lembaga keuangan di berbagai kabupaten/kota yang menjadi sasaran dari kegiatan agrobisnis tadi. Pembangunan jalan tembus antar kabupaten terutama untuk jalur tengah yang bisa menghubungkan jalur pantai timur-utara dan barat-selatan Aceh.

Berikutnya, membuka perdagangan langsung dengan pihak luar negeri, dengan cara mempersiapkan prasarana dan sarana pelabuhan yang memadai di Pelabuhan Krueng Raya (Aceh Besar), Krueng Geukeuh (Lhokseumawe), dan Kuala Langsa, serta lainnya.

Bagaimana dengan pengembangan sektor lainnya, seperti bidang usaha informal, industri, perdagangan, jasa, pariwisata, koperasi dan UKM?

Semua bidang usaha kita kembangkan menurut peluang yang bisa dikembangkan. Berdasarkan rencana MDGs Aceh, kita juga akan memprioritaskan beberapa sektor lain dalam mempercepat pengurangan kemisikan di Aceh, seperti Pengembangan Desa Mandiri Pangan; Pemberdayaan UMKM; Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong; peningkatan keberdayaan masyarakat desa

melalui pendampingan PNPM Mandiri Perdesaan; pemberdayaan masyarakat pesisir nelayan; Kelompok Usaha Bersama bagi keluarga miskin dan korban konflik.

Begitu juga dengan peningkatan SDM, kesehatan, dan pendidikan.

Bidang perumahan kita akan merehabilitasi dan membangun rumah duafa, memberikan beasiswa kepada anak yatim dan kepada putra-putri terbaik Aceh untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi seperti S1, S2 maupun S3, memberikan jaminan dan membuka akses sebesar-besarnya untuk kesehatan masyarakat, meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui sekolah kejuruan dan pelatihan-pelatihan keahlian tertentu melalui BLK. Ini menjadi tugas dinas teknis masing-masing untuk mengimplementasikan RPJM 2012-2017 berdasrkan tupoksinya.

Akhir dari target RPJM yang kita buat itu, selain bisa menurunkan jumlah penduduk miskin dan pengangguran, juga untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi Aceh dari 6,2 persen menjadi 8 persen serta menekan laju inflasi pada besaran 5 persen/tahun dengan target lima tahun anggaran yang masuk ke Aceh diperkirakan mencapai Rp 245,9 triliun dari empat sumber, APBN, APBA, APBK dan investasi swasta/asing. [heri hamzah]

salah satu target dan sasaran yang ingin dicapai Pemerinah Aceh dalam program Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) 2012-2017 adalah menurunkan jumlah penduduk miskin. Saat ini, penduduk miskin Aceh masih berada pada angka 19,48 persen. Dalam lima tahun ke depan, Pemerintah Aceh menargetkan jumlah penduduk miskin Aceh berada pada angka 12-14 persen, atau sama dengan rata-rata nasional yang kini tercatat di bawah 13 persen.

Seiring dengan upaya memberantas kemiskinan, Pemerintah Aceh juga berupaya untuk terus menciptakan lapangan kerja, sehingga jumlah pengangguran yang kini berada pada angka 8 persen turun menjadi 7 persen.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang kebijakan dan program yang akan dijalankan Pemerintah Aceh, simak wawancara reporter Tabangun Aceh dengan Kepala Bappeda Aceh, Ir Iskandar MSc. Berikut petikannya:

Target Turunkan Kemiskinan dan Pengangguran

Kepala Bappeda Aceh, Ir Iskandar MSc:

Kriteria Keluarga Miskin1. Hidup dalam rumah dengan ukuran ± 8 m2

per orang 2. Hidup dalam rumah dengan lantai tanah/

kayu berkualitas rendah/bambu.3. Hidup dalam rumah dengan dinding terbuat

dari kayu berkualitas rendah/bambu/rumbia.4. Hidup dalam rumah yang tidak dilengkapi WC.5. Hidup dalam rumah tanpa listrik.6. Tidak mendapatkan fasilitas air bersih/

sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Menggunakan kayu bakar, arang untuk memasak.

8. Tidak mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali.

9. Belanja satu set pakaian baru setahun sekali.10. makan hanya sekali atau dua kali sehari.11. Tidak mampu membayar biaya kesehatan

pada puskesmas terdekat.12. Pendapatan keluarga kurang dari

Rp.600.000,- per bulan.13. Pendidikan kepala keluarga hanya setingkat

sekolah dasar.14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah

dijual dengah nilai Rp.500.000,-.15. Mempekerjakan anak di bawah umur 18

tahun.16. Tidak mampu membiayai anak untuk

sekolah. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu

rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin

Rumah Tidak Layak Huni1. Luas lantai perkapital kota <4m2, desa

<10m2 .2. Sumber air tidak sehat, akses memperoleh

air bersih terbatas 3. Tidak mempunyai akses MCK4. Bahan bangunan tidak permanen atau atap/

dinding dari bambu/rumbia 5. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan

ventilasi udara 6. Tidak memiliki pembagian ruangan 7. Lantai dari tanah dan rumah lembab/pengap8. Letak rumah tdk teratur dan berdempetan9. Kondisi rusak

(Bappeda/dari berbagai sumber)

Page 7: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 7LAPORAN UTAMA

Selamat Tinggal Gubuk Tua

Menanti Rumah Layak Huni

Dari jauh, tak ada yang mengira jika bangunan reot nan sempit itu seba-gai tempat tinggal manusia, apalagi

untuk menampung satu kepala keluarga (KK) dengan jumlah insan 10 orang. Jika Anda tak menghampiri dan berusaha untuk mengetahuinya, Anda pasti menduga bangu-nan lusuh berdinding seng bekas dan daun kelapa (bleut) serta beratap daun rumbia adalah kandang ayam.

Anda akan tersentak saat menghampiri bangunan lusuh beralaskan tanah itu. Tern-yata selama bertahun-bertahun bangunan itu menjadi tempat berteduh bagi satu keluarga anak manusia. Di situlah Suryani (39) ber-sama suami dan 10 putra-putrinya menetap.

“Rumah” itu tak punya kamar, tak punya pintu, tak punya jendela, tak punya listrik, apalagi televisi atau AC yang lazim dimiliki warga kota. Mereka tidur di dalamnya den-gan berdesak-desakan di atas tempat tidur yang terbuat dari papan bekas. Suryani me-manfaatkan bagian bawah tempat tidurnya sebagai dapur tempat memasak.

Tinggal dalam gubuk tua ukuran 3x3 me-ter adalah derita paling pahit yang dirasakan Suryani dan keluarganya. Selama bertahun-tahun ia bersama suami dan 8 orang anaknya

tinggal di gubuk reot itu. “Sebelumnya kami tinggal di Langsa, ikut suami yang jualan ikan di sana. Tapi sejak 4 tahun lalu kami pulang kampung dan menetap di rumah ini,” ujar Suryani kepada Tabangun Aceh di rumahnya di Desa Neulop, Kemukiman Reubee, Ka-bupaten Pidie, Sabtu (13/10/2012).

“Derita yang pedih adalah jika terjadi hujan pada malam hari. Air hujan akan mas-uk ke rumah dari semua sisi. Dari atas, dari bawah dan bahkan dari dinding. Tak ada pili-han lain saat hujan datang, saya membawa anak-anak ke meunasah dan tidur di sana sampai subuh,” sambung Suryani dibenar-kan Jafar (30), pemuda setempat yang men-dampingi Tabangun Aceh ke lokasi rumah Suryani.

rumoh bateeItu dulu. Semuanya kini telah menjadi

Lain Suryani, lain pula Rasyidah dan Saifuddin. Jika Suryani dan anak-anaknya kini telah tersenyum karena

sudah mendapatkan rumah bantuan, tapi dada Rasyidah dan Saifuddin masih berde-bar-debar menanti datangnya rahmat berupa

rumah layak huni dari Pemerintah Aceh.Rasyidah (40) bermukim di Desa Tuha

Biheu, Kemukiman Kale, Kabupaten Pidie. Desa ini termasuk wilayah terkena dampak tsunami pada 26 Desember 2004 lalu. Seba-gian warga sudah mendapatkan rumah ban-

tuan dari pelaku rehab-rekon saat itu. Tapi Rasyidah tidak beruntung dan luput dari bantuan itu.

Rasyidah bersama suami dan 5 putra-putrinya yang masih kecil menetap di rumah gubuk yang bocor di sana-sini. Tragisnya lagi, pada tahun 2011 lalu rumahnya yang terbuat dari kayu sempat terbakar. Suaminya, Abdul Dahlan, yang berprofesi sebagai nelayan tak kuasa membangun rumah layak huni bagi Rasyidah dan anak-anaknya. Dahlan hanya mampu membuat “istana” dari bahan-bahan bekas.

“Saat hujan datang, anak-anak selalu mengeluh. Mereka menangis. Saya tak dapat berbuat apa-apa selain meminta bersabar sembari memindahkan mereka ke tempat yang tidak bocor,” tutur Rasyidah didamp-ingi pemuda setempat, Faslun (25), kepada Tabangun Aceh, Sabtu (13/10/2012).

Konsumsi air sungaiSama seperti Rasyidah, Saifuddin (42)

dan keluarganya tinggal di rumah gubuk yang dibangunnya pada tahun 2003 di Desa Beureunuet, Kecamatan Seulimuem, Aceh Besar. Tidak ada listrik, tidak ada sekat kamar, dan atapnya bolong-bolong di sana-sini. Tidak hanya itu, tempat tinggal Saifud-din bahkan tidak memiliki sumber air bersih seperti sumur.

“Rumah ini saya bangun dengan meng-gunakan kayu-kayu bekas pada tahun 2003 lalu. Jika datang hujan di malam hari, kami harus rela tidur di bawah tetesan air di malam yang gelap,” ujar Saifuddin didampingi ister-inya Muharni dan dua putranya yang masing-masing duduk di kelas 1 dan kelas 3 SD.

Selain tinggai di rumah tidak layak huni, Saifuddin dan keluarganya sudah terbiasa menggunakan air sungai untuk dikonsumsi. “Untuk keperluan memasak, kami selalu mengambil air sungai. Kebanyakan warga desa di sini sudah terbiasa seperti itu,” ka-tanya.

Saifuddin tidak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-hari dia menunggu panggilan dari orang-orang yang membutuhkan tenagan-ya untuk membersihkan kebun, membuat pagar dan sebagainya. “Selain itu, setahun sekali saya bertani cabai,” katanya.

Rasyidah dan Saifuddin adalah dua dari sekian KK di Aceh yang hidup dalam rumah gubuk. Masih terdapat puluhan ribu KK mis-kin lainnya yang bernasib sama bahkan lebih pilu dari mereka. Karena itulah Pemerintah Aceh dalam RPJMA 2012-2017 bertekad untuk menanggulangi kemiskinan yang salah satu caranya adalah dengan membangun ru-mah layak huni bagi kaum dhuafa. [hasan basri m nur]

kenangan. Suryani dan anak-anaknya kini tel-ah tersenyum. Keluarga fakir ini adalah salah satu penerima rumah dhuafa dari Pemerin-tah Aceh pada tahun 2010. Suryani kini tak perlu lagi mengungsi ke meunasah jika terjadi hujan pada malam hari. Sejak 2011 dia sudah menetap di rumoh batee (sebutan masyarakat setempat untuk rumah beton permanen).

“Sejak awal tahun 2011 kami menetap di rumah baru ini,” tutur Suryani di bawah kerumunan anak-anaknya yang masih kecil-kecil sembari mengajak Tabangun Aceh masuk ke rumah tipe 36 yang baru selesai dibangun oleh PT Nanggroe Aceh.

“Alhamdulillah, mendapat rumah ban-tuan dari Pemerintah Aceh adalah rahmat terbesar dalam hidup kami. Tidak ada kata lain, selain rasa syukur selalu panjatkan ke-pada Allah,” sambung Suryani yang tukang

cuci pakaian ini dengan mata berkaca-kaca.Tidak hanya Suryani. Cukup banyak pen-

duduk miskin di Aceh yang sudah menda-patkan rumah dhuafa. Di desa yang sama, tak jauh dari rumah Suryani, terdapat pasan-gan Mahmud (65) dan Juwairiah (45) yang juga sudah menempati rumah bantuan dari Pemerintah Aceh. Pasangan yang memiliki 9 anak ini, kini dapat bernafas lega setelah ru-mah untuknya selesai dibangun pada tahun 2011 lalu.

Pembangunan rumah bantuan untuk fa-kir miskin termasuk salah satu program pri-oritas Pemerintah Aceh. Dalam naskah Ren-cana Pembanguan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017, Pemerintah Aceh menargetkan pembangunan 100.000 rumah layak huni bagi penduduk miskin di seluruh Aceh. [hasan basri m nur]

“Alhamdulillah, mendapat rumah bantuan dari

Pemerintah Aceh adalah rahmat terbesar dalam

hidup kami. Tidak ada kata lain, selain rasa syukur selalu panjatkan kepada

Allah,”

-- suryani --Penduduk Desa Neulop,

Reubee, Pidie

fOTO: fARID KHALIKUL REZA

suryanI (kiri) bersama anak-anaknya berdiri di antara bekas rumah gubuk miliknya dan rumah bantuan tipe 36 yang dibangun melalui APBA 2010.

fOTO: ASWAR LIAM

rasyIdah (40) bersama anak-anak berdiri di depan rumah gubuk tempat mereka bernaung.

Page 8: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 20128 TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 20 | DESEMBER 2011 2TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 20 | DESEMBER 20111

FOTO-FOTO: HUMAS PEMERINTAH ACEH

FOTO: FARID KHALIKUL REZA DAN AZWAR LIAM

Salah satu Rumah warga di Desa Lampanah, Kec. Seulimuem, Aceh Besar

Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf beserta rombongan meninjau lapangan pembangunan Jalan dan jembatan Krueng tuan Aceh Utara, Selasa (16/10) pekan lalu.

Pembangunan pasar terpadu ibukota Kab. Aceh Utara tahap Iii. Pembuatan jalan di kawasan Pining Lokop Kab. Gayo Lues

Pembangunan Masjid Agung At-Taqwa Kutacane Wagub Aceh bersama pihak rekanan proyek di kab.Aceh Jaya

Tukang sedang menyelesaikan pembangunan rumah dhuafa di Desa Neulop, Kec. Delima

Staff Bappeda sedang mengamati kondisi rumah salah seorang warga desa Beureunuet, Kec. Seulimuem, Aceh Besar

Pembangunan Rumah Dhuafa

Kunjungan Wakil Gubernur pada proyek-proyek di Aceh

Wagub Aceh bersama pihak rekanan proyek di kab.Aceh Jaya

Pembuatan jalan di kawasan Pining Lokop Kab. Gayo LuesPembangunan pasar terpadu ibukota Kab. Aceh Utara tahap Iii.

Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf beserta rombongan meninjau lapangan pembangunan Jalan dan jembatan Krueng tuan Aceh Utara, Selasa

Pembangunan Masjid Agung At-Taqwa Kutacane

Pembangunan Pelabuhan di Calang Aceh Jaya

Wagub Aceh mengecek besi pada tiang pondasi lanjutan pembangunan terminal mobil barang di Kab. Pidie

Pembangunan jembatan rangka baja di Kec. Lhoksukon

Page 9: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 9TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 20 | DESEMBER 2011 2TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 20 | DESEMBER 20111

FOTO-FOTO: HUMAS PEMERINTAH ACEH

FOTO: FARID KHALIKUL REZA DAN AZWAR LIAM

Salah satu Rumah warga di Desa Lampanah, Kec. Seulimuem, Aceh Besar

Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf beserta rombongan meninjau lapangan pembangunan Jalan dan jembatan Krueng tuan Aceh Utara, Selasa (16/10) pekan lalu.

Pembangunan pasar terpadu ibukota Kab. Aceh Utara tahap Iii. Pembuatan jalan di kawasan Pining Lokop Kab. Gayo Lues

Pembangunan Masjid Agung At-Taqwa Kutacane Wagub Aceh bersama pihak rekanan proyek di kab.Aceh Jaya

Tukang sedang menyelesaikan pembangunan rumah dhuafa di Desa Neulop, Kec. Delima

Staff Bappeda sedang mengamati kondisi rumah salah seorang warga desa Beureunuet, Kec. Seulimuem, Aceh Besar

Pembangunan Rumah Dhuafa

Kunjungan Wakil Gubernur pada proyek-proyek di Aceh

Pembangunan Pelabuhan di Calang Aceh Jaya

Wagub Aceh mengecek besi pada tiang pondasi lanjutan pembangunan terminal mobil barang di Kab. Pidie

Pembangunan jembatan rangka baja di Kec. Lhoksukon

Page 10: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 201210 LAPORAN UTAMA

DinaS Sosial Provinsi Aceh menyu-sun strategi sejumlah strategi un-tuk mendukung program pengen-

tasan pengangguran dan kemiskinan yang sedang digencarkan pemerintah pusat dan Aceh. Strategi itu dijalankan seiring dengan lima program andalan Kementerian Sosial, yakni Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Program Keluarga Harapan (PKH), Ru-mah Tangga Sangat Miskin (RTSM), As-uransi Kesejahteraan Sosial (ASKESSOS), dan Orang Dengan Kecatatan Berat (ODKB).

Kepala Dinas Sosial Aceh, drh M Nasir Mahmud, menyebutkan, di antara strategi yang dijalankan Dinsos Aceh adalah, pem-berdayaan dan pendampingan sosial, pelay-anan dan rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial, penguatan kelembagaan sosial, perluasan pelayanan, serta koordinasi dan kemitraan.

“Setiap strategi dan langkah yang dit-erapkan disertai dengan pelatihan-pelatihan. Bahkan Program Askessos juga menyedia-kan panti untuk menampung masyarakat yang terkena penyakit seperti kusta,” kata

Nasir ketika menerima Tabangun Aceh di ruang kerja, Kantor Dinas Sosial, di bilangan Punge, Banda Aceh, Rabu (10/10/2012).

Hanya saja, kata Nasir, panti untuk me-nampung penyandang cacat, termasuk kusta, kini tidak bisa berjalan optimal, karena tidak memiliki dana. Dinsos berharap Pemerintah Aceh bisa menyediakan dana untuk men-jalankan panti rehab ini.

Nasir menambahkan, persoalan sosial di tengah masyarakat, juga harus mendapat per-hatian serius dari semua pihak. Betapa tidak, berdasarkan data Badan Nasional Narkotika (BNN) Provinsi Aceh, saat ini lebih dari 38.000 warga Aceh sudah terkontaminasi dengan nap-za (narkotika, psikotrapika, dan zat aditif).

Dalam memberantas penyakit sosial ini, Dinas Sosial Aceh berfungsi membantu dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial kabu-paten/kota. Sementara tanggung jawabn-ya berada pada Dinas Sosial kabupaten/kota. “Permasalahan sosial ini perlu menda-pat perhatian dari semua pihak. Masyarakat harus proaktif turut membantu mengatasi

persoalan ini,” ungkap Nasir Mahmud yang didampingi Kepala Humas Dinas Sosial Aceh Burhanuddin.

Mengenai lima program yang dijalan-kan oleh Dinsos Aceh, Nasir mengatakan, hingga tahun 2012, kelima program itu telah menjangkau 46.214 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di tujuh kabupaten kota yai-tu Aceh jaya, Aceh Besar, Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe.

Nasir menjelaskan, masalah kemiski-nan dapat dilihat dari kecukupan pangan, sandang, dan papan. Ia berharap pemer-intah kabupaten/kota benar-benar komit mendukung program pembangunan rumah dhuafa dengan mengalokasikan 10% APBK yang dimilikinya.

Peran pemerintah kabupaten/kota ini penting untuk mendukung program pemer-intah pusat, melalui Kementerian Sosial, yang telah mengalokasikan lebih kurang Rp 26 miliar dari DIPAnya dan Pemerintah Aceh telah memplotkan lebih kurang 103 miliar dalam APBA.(fzu)

Misalnya, ada sekolah unggul yang dibangun di tengah hutan, ada proyek kolam renang yang sesungguhnya secara fungsional belum dibu-tuhkan, serta berbagai ketidaksesuaian lainnya.

Sehubungan dengan itu, Muallem me-minta agar pemanfaatan APBA tidak mem-buat kita lupa daratan, sehingga penggunaan dana rakyat tersebut senantiasa berada dalam koridor berpikir dan bertindak rasional, vi-sioner serta berkesinambungan dalam rang-ka menata Aceh yang lebih baik.

Muallem sangat mengharapkan agar ke depan segenap potensi APBA harus mam-pu melahirkan output yang signifikan bagi masa depan Aceh, terutama setelah interval waktu pembiayaan Otsus Aceh sesuai dengan UUPA berakhir, yaitu tahun 2026 mendatang.

“Setelah masa pembiayaan Otsus be-rakhir, kita berharap ada wujud pembangu-nan Aceh yang fenomenal yang manfaatnya dapat dirasakan rakyat. Bila tidak, maka alo-kasi dana Otsus Aceh selama 20 tahun akan menjadi fatamorgana, mengundang harapan tapi tidak menjadi kenyataan yang dirasakan manfaatnya oleh rakyat”, tegas Muallem.

Muallem berharap Aceh dapat menjadi

model terbaik dalam pemanfaatan dana Ot-sus. Mulai tahun 2013, dia menginginkan agar pemanfaatan APBA yang di dalamnya ada pembiayaan Otsus harus dijauhkan sama sekali dari pertimbangan pragmatis, serta ke-pentingan sesaat dan bersifat jangka pendek.

Di bawah kepemimpinan Zikir, ke depan Pemerintah Aceh akan melakukan evalu-asi menyeluruh pola penggunaan dana otsus yang telah berjalan.“Ke depan penggunaan dana Otsus harus benar-benar tepat sasaran dan nyata bermanfaat untuk rakyat. Terma-suk proyek fisik di kab/kota yang bersumber dari dana Otsus tidak akan dialokasikan bila kelengkapan dokumen dari bupati/walikota belum lengkap, terutama kepastian pembe-basan lahan serta DED yang representatif”, pesan Muzakir.

Agar dalam APBA 2013 pembangunan Aceh tepat sasaran termasuk dalam penga-lokasian dana Otsus, direncanakan sebelum pembahasan APBA 2013, terlebih dahulu Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) SKPA akan dibedah. Dengan adanya bedah RKA diharapkan berbagai kegiatan mubazir akan steril dalam APBA 2013. [hbn/rel]

Amatan selama kunjungan kerja Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dari tanggal 12-18 Oktober

2013 ke 19 kab/kota dalam rangka penin-jauan kemajuan pelaksanaan proyek APBA 2012, terutama yang bersumber dari dana ot-sus, akhirnya mendorong Pemerintah Aceh bertekad menjadikan segenap potensi APBA ke depan sebagai daya dorong mengubah ke-adaan Aceh ke arah yang lebih baik.

“Dengan adanya otonomi khusus dan se-

jumlah anggaran untuk mendukung kinerja Otsus Aceh, maka pembangunan Aceh ke depan harus lebih berkualitas dan dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat,” tegas Muzakir usai kunjungan lapangan ke sejum-lah paket kegiatan APBA 2012.

Dalam kunjungan lapangan, pria yang akrab disapa Muallem itu menemukan sejum-lah proyek APBA termasuk yang dananya bersumber dari dana otsus yang kurang tepat sasaran dan berpotensi tidak siap tepat waktu.

5 Program Dinsos Untuk Berantas Kemiskinan

APBA Harus Mampu Ubah Acehn Pola Penggunaan Dana Otsus Akan Dievaluasi

“Permasalahan sosial ini perlu mendapat perhatian dari semua

pihak. Masyarakat harus proaktif turut membantu mengatasi persoalan ini.”

-- M nasir Mahmud --Kepala Dinas Sosial Aceh

“Setelah masa pembiayaan Otsus berakhir, kita berharap ada wujud

pembangunan Aceh yang fenomenal yang manfaatnya dapat dirasakan

rakyat. Bila tidak, maka alokasi dana Otsus Aceh selama 20 tahun akan

menjadi fatamorgana,”

-- Muzakir Manaf --Wakil Gubernur Aceh

PrograM pemberdayaan gampong (desa) adalah satu terobosan Pemerintah Aceh dalam upaya memberdayakan ekonomi

masyarakat gampong. Program ini berbasis masyarakat ini dilaksanakan dengan meman-faatkan semaksimal mungkin sumberdaya ma-nusia dan sumberdaya alam yang dimiliki.

Program ini dilaksanakan dalam beragam bentuk. Sebut saja Bantuan Keuangan Pemakm-ue Gampong (BKPG) di tingkat provinsi atau pun Alokasi Dana Gampong (ADG) di tingkat kabupat-en/kota. Kedua program ini dijalankan berdamp-ingan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP).

Selain itu ada banyak program bantuan pemberdayaan masyarakat desa lainnya yang diluncurkan oleh berbagai dinas dan instansi pemerintah atau pun swasta di Aceh.

Salah satu dinas yang melaksanakan program ini adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh. Di antaranya, dalam bentuk Usaha Ekonomi Produktif Gampong (UEPG), Pemberdayaan Ekonomi Pemuda Gam-pong (PEPG), dan Usaha Gampong Simpan Pin-jam (UGSP) serta Kegiatan Mandiri Terpadu.

Kepala Sub Bidang Penanggulangan Kemiski-nan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh, Teuku Zul Husni, mengatakan bantuan un-tuk pemberdayaan gampong di Aceh, belumlah menunjukkan hasil maksimal, hal ini terlihat dari belum sepenuhnya desa-desa di Aceh menjadi mandiri termasuk masyarakatnya.

“Semua program yang diluncurkan untuk pengurangan angka kemiskinan Aceh memang berjalan baik dan terlihat serta terasa hasilnya. Namun hasil-hasil ini belumlah maksimal, mesti

ada satu terobosan yang kuat untuk menjadikan gampong dan masyarakat mendiri,” jelas Zul Husni, saat disambangi Tabangun Aceh di kan-tornya, pertengahan Oktober lalu.

Dampak dari program-program ini, san-gat dirasakan di masyarakat, terutama bidang infrastruktur, dan untuk pemberdayaan ekono-mi masyarakat mendapat pengetahuan lebih dalam upaya peningkatkan ekonomi. Karena semua program dijalankan berdasarkan kebutu-han masyarakat, bukan berdasarkan keinginan pemerintah. “Kita pegang prinsip program yang dijalankan adalah semua yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi otomatis tepat sasaran,” sebut Zul Husni.

Menurut Zul Husni, ada satu hal yang kini sedang diupayakan oleh BPM untuk men-dukung program bantuan untuk gampong dan masyarakat. Upaya tersebut adalah dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di setiap desa/gampong di Aceh.

“Ke depannya kita harus mengoptimalkan fungsi dan peran BUMDes, agar dana bantuan untuk gampong dan masyarakat bisa dikelo-la dengan baik dan profesional. Jadi tidak lagi dikelola oleh kelompok,” jelasnya.

Untuk memperkuat ini, tambahnya dibutuh-kan pula regulasi agar pelaksanaan pengelolaan dana bantuan untuk gampong dan masyarakat bisa terlaksana dengan baik. “Badan Pember-dayaan Masyarakat tengah mengupayakan op-timalisasi pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) guna memaksimalkan anggaran-

anggaran yang disalurkan untuk pedesaan. Se-hingga perputaran dana bisa maksimal dan bisa dimanfaatkan semua masyarakat di gampong, termasuk penyusunan regulasinya,” katanya.

Saat ini pemerintah sudah mengucurkan dana melalui berbagai program untuk kebutu-han fisik. Namun, sebut Zul Husni, ke depannya masyarakat juga butuh bantuan dana nonfisik, misalnya untuk peningkatan perekonomian rakyat.

“Nah untuk ini perlu ada satu lembaga yang bisa membantu mengelola dana-dana bantuan tersebut, dan lembaga itu adalah BUMDes,” ujar pria yang sudah menggeluti program pengen-tasan kemiskinan di Aceh sejak tahun 2002 lalu ini.

Saat ini, tambahnya, memang sudah ada desa-desa yang memiliki BUMDes, namun ke-wenangannya hanya sebatas pengelolaan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP). “Di waktu yang akan datang kita sangat berharap BUMDes, bisa mengelola dana yang msuk ke desa, apakah itu untuk bantuan fisik, posyandu, Paud, bahkan dana untuk pembangunan fisik,” ujarnya.

Dengan mengoptimalkan fungsi dan peran BUMDes diharapkan bisa meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan di Gampong (desa), memperkokoh soliditas masyarakat di ting-kat gampong dan meningkatkan kemandirian masyarakat, hingga suatu saat nanti, gampong bisa mandiri tanpa harus terus menerus men-dapat sokongan dana dari pemerintah.(yayan zamzami)

Ingin Desa Mandiri, Optimalkan BUMDES“Semua program yang diluncurkan

untuk pengurangan angka kemiskinan Aceh memang berjalan baik dan terlihat serta terasa hasilnya.”

-- teuku Zul husni -- Kepala Subbid Penanggulangan

Kemiskinan BPM Aceh

Page 11: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 11LAPORAN KHUSUS

MaKholin (41) adalah contoh sukses dari program pelatihan yang dilaksanakan untuk melahirkan

pencetak lapangan kerja. Ia adalah salah satu dari ribuan alumni yang telah ditelurkan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Banda Aceh.

Makholin yang ditemui di bengkelnya, di bilangan Bathoh, Lueng Bata, Banda Aceh, Senin (15/10/2012), mengaku cukup banyak memperoleh manfaat dari pelatihan selama 6 bulan yang diikutinya di BLK. Di sana lah, Makholin mendapatkan keahlian dan kemampuan menjadi mekanik, hingga kini punya bengkel sendiri.

Bengkel Makholin memang masih kecil-kecilan. Tapi dia sudah mampu mempe-

kerjakan 3 orang lain. Satu dari 3 orang itu adalah kepala mekanik yang dibayar sebesar Rp 4 juta per bulan. Sedangkan dua lainnya adalah mekanik dengan gaji masing-masing Rp 2 juta per bulan. Sedangkan pemasukan kotor bengkel Makholin kini sudah menca-pai Rp 15 juta per bulan.

Makholin menuturkan, sebelum mem-buka bengkel sendiri, dia sempat magang atau Praktek Kerja Lapang (PKL) selama 6 bulan di AHAS Family Service, di kawasan Setui, Banda Aceh. Berkat kerja keras dan dedikasinya, dia kemudian diterima bekerja di bengkel tersebut. Makholin memulai karirnya bekerja AHAS Family Service se-jak tahun 1989-2001 sebagai mekanik.

MenciPtaKan, bukan mencari lapangan kerja. Begitulah kira-kira pola pikir (mindset) yang ingin

dibangun Dinas Tenaga Kerja dan Mobili-tas Penduduk (Dinasnakermobduk) Aceh. Pilihan ini mutlak harus dilakukan jika ma-syarakat Aceh ingin turutserta bersama-sama pemerintah untuk menurunkan angka pen-gangguran dan kemiskinan di Aceh.

Dalam rangka itu pula, Disnakermobduk Aceh menyelenggaran sejumlah kegiatan pelatihan kejuruan. “Pelatihan ini dimaksud-kan untuk mendidik tenaga siap pakai, man-diri dan mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain,” ungkap Kadisnakermobduk Aceh, Ir Machsalmina Ali MM, melalui Kasie Penyusunan Program, Tarekat SE, kepada Tabangun Aceh, di ruang kerjanya di bilangan Setui, Banda Aceh, Rabu (10/10/2012) lalu.

Machsalmina menuturkan, saat ini ban-yak lulusan perguruan tinggi belum memiliki kemampuan (skill) khusus sehingga harus diberikan pelatihan-pelatihan agar mereka siap mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Apalagi, di era globalisasi saat ini sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, karena ketat-nya persaingan.

Di Disnakermobduk, misi menciptakan

orang-orang yang mampu mencetak lapangan kerja ini diemban oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK).

Machsalmina menambahkan, pelatihan yang dilaksanakan berbasis kompetensi dan berbasis masyarakat. Sayangnya, BLK belum bisa melaksanakan pelatihan berbasis kom-petensi untuk Aceh 5 tahun ke depan, karena belum ada sarana dan minimnya intruktur yang mendukung ke arah itu.

Sedangkan untuk pelatihan berbasis masyarakat tetap menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, hanya saja pesertanya belum bisa menggikuti uji kompetensi. Pro-gram pelatihan yang berbasis masyarakat ini telah dilaksanakan di Bireuen, Aceh Selatan, Subulussalam, Abdya dan Aceh Jaya.

Berdasarkan data 2007-2011, peserta pelatihan ini mencapai 3.820 orang. Dengan bidang keahlian menjahit, sepeda motor, furniture, las listrik, instalasi listrik, bangu-nan batu, teknisi komputer, instalasi pipa, operator komputer, PHP, montir TV, mesin bubut, wekkel, gambar auto CDA, colling system, tukang kayu, tukang batu dan teknisi mobil matic.

“Target kami tidak muluk-muluk. Kita hanya memberikan bekal awal kepada peser-

ta agar mau berusaha dan bekerja maupun membuka usaha sendiri. Banyak peserta pelatihan di BLK yang telah diberangkatkan ke luar negeri seperti Jepang untuk magang di sana,” ujar Ir Machsalmina.

Hanya saja, kata Machsalmina, selama ini pihaknya juga kerap mendapatkan anggapan miring, bahwa BLK tidak ada artinya. Pasal-nya banyak dari peserta tidak mau mengem-bangkan keterampilan yang mereka miliki, sehingga tidak membawa perubahan.

Padahal, lanjut Kadisnakermobduk, alumni BLK yang sudah bekerja tidak mau memberikan laporan, alasannya karena be-lum ada pekerjaan. “Bahkan ada juga yang sudah bekerja di perusahaan mengatakan be-lum bekerja. Mungkin karena belum pegawai negeri, padahal mereka sudah mulai mem-buka usaha sendiri,” kata dia.

Selain itu, pihak BLK juga sudah mem-berikan modal, berupa rekomendasi untuk mendapatkan kredit murah dari BUMN, bagi peserta yang lulus rangking 1 sampai 10. “Tapi ketika kredit sudah cair, banyak yang tidak dijalankan sebagaimana semesti-nya, sehingga kami tidak dipercayakan lagi,” ujarnya.

Di sisi lain, Machsalmina juga berharap

agar anggaran BLK ditambah, sehingga pela-tihan keterampilan ini bisa menyebar ke se-luruh Aceh, terutama ke kawasan terpencil.

Berdasarkan data saat ini, pengangguran paling banyak ada di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara. “Dalam menyusun RPJM, kami hanya mengambil 10% dari angka kerja. Data pencari kerja di Aceh sekitar 140 ribu yang tersebar di seluruh Aceh,” ujarnya.

Untuk 2013 mendatang, BLK akan kem-bali membuka program magang ke Jepang. Program ini akan mengutamakan anak dari keluarga kurang mampu (miskin) yang pu-nya kemampuan dan semangat tinggi untuk bekerja hingga menciptakan lapangan kerja.

“Lama mereka menggikuti pelatihan tersebut adalah 3 tahun. Jika nilainya bagus dan memiliki sertifikat enam great, maka saat kembali ke Indonesia mereka akan dites kembali oleh Kementrian Tenaga Kerja. Jika lulus, maka akan ditempatkan di perusahaan-perusahaan Jepang yang ada di Indonesia,: kata dia.

“Program ketenagakerjaan pelatihan itu tidak hanya untuk bekerja di dalam negeri saja, tapi juga luar negeri. Semuanya tergantung se-jauh mana anak tersebut mau menggembang-kan dirinya,” imbuh Machsalmina. [fzu]

Pada tahun 2002, Makholin memutuskan keluar dari AHAS Family Service dan mulai mencoba membuka usaha sendiri hingga saat ini. Keputusan yang diambil Makholin tidak mudah mengingat terbatasnya modal usaha yang dimilikinya. “Untuk memulai usaha, se-lain modal sendiri juga dibantu teman yang memberikan tambahan modal tersebut,” un-gkap Makholin.

Menurut Mukholin, usaha bengkel yang kini dimilikinya dimulai dengan mod-al awal sekitar Rp 8 juta. Modal itu di-pergunakan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan untuk memulai usaha mekanik sepeda motor.

Makholin mengatakan, keputusannya untuk mengambil bidang kejuruan mekanik di pelatihan yang diselenggarakan BLK tidak lepas dari pengalaman yang dimilikinya, sejak di kampung halaman. Bagi Makholin,

bidang kejuruan mekanik tidak membu-tuhkan biaya besar untuk membuka usaha, karena lebih mengandalkan skill atau ke-mampuannya dalam mengutak atik mesin.

Selama mengikuti pelatihan di BLK, Makholin mendapatkan banyak pengalaman yang tidak diperolehnya selama bekerja di kampung halamannya. Pengalaman paling utama adalah menyangkut kedisiplinan sela-

ma pelatihan. “Selama mengikuti pelatihan, kami ditempa kedisiplinan. Bahkan, BLK ti-dak segan-segan mengeluarkan peserta yang tidak disiplin, sehingga semuanya berjalan semestinya,” kata dia.

Ia berharap, BLK dapat tetap eksis menyelenggarakan pelatihan untuk men-didik dan membimbing para pencari kerja sepertinya dahulu. Agar tujuan tersebut dapat dicapai Makholin mengharapkan BLK tetap memprioritaskan masalah ke-disiplinan dan keseriusan peserta mengi-kuti pelatihan. “Jika itu dapat diwujudkan, Insya Allah alumni BLK memberikan manfaatkan yang besar bagi masyarakat di tengah-tengah kesulitan mendapat peker-jaan,” kata dia.

Untuk peserta pelatihan, Makholin mengharapkan agar serius dan disiplin mengikuti pelatihan. Soalnya, kata dia, ban-yak juga peserta pelatihan yang tidak serius alias hanya mencari dan mengisi waktu luang daripada di rumah saja.

“Hal ini tentu sangat merugikan orang lain, karena banyak sekali peserta yang benar-benar berminat dan serius untuk mengikuti pelatihan guna memulai dan membuka usaha di tengah-tengah masyakat,” ujar Makhalin penuh harapan.(fzu)

Di BLK Mereka Menciptakan Lapangan Kerja

Makholin, Kisah Sukses Alumni BLK

Untuk tahun 2013, BLK akan kembali membuka

program magang ke Jepang. Mengutamakan anak dari

keluarga miskin yang punya kemampuan dan semangat tinggi untuk bekerja hingga

menciptakan lapangan kerja.

-- MaChsalMIna alI --Kadis Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

“Jika (kedisiplinan) itu dapat diwujudkan, Insya Allah alumni BLK memberikan manfaatkan yang besar bagi masyarakat di tengah-tengah kesulitan

mendapat pekerjaan.”

-- MakholIn --Alumni BLK Banda Aceh

fOTO: RA KARAMULLAH

MontIr sedang memperbaiki mobil di sebuah bengkel di Banda Aceh.=

Page 12: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 201212 LAPORAN KHUSUS

Ini Dia Syarat Ikut Pelatihan di BLK

“Di BLK ada tujuh sub kejuruan dengan masing-masing kejuruan yang berbeda.

Setiap setahun sekali untuk PBK (Pelatihan Berbasis Kompetensi) dilaksanakan secara

bergelombang.”

-- yuli sri Marlina --Staf Kerja Sama Pemasaran BLK Industri

Dalam tahun 2012 ini, Balai Lati-han Kerja (BLK) Industri yang berlokasi di bilangan Geuce, Banda

Aceh, telah menyelenggaran pelatihan bagi sekitar 400-an peserta. Ada tujuh kejuruan berbeda yang dibuka tahun ini, sesuai den-gan kebutuhan dan permintaan dari peserta.

Yuli Sri Marlina, Staf Kerja Sama Pema-saran Balai Latihan Kerja Industri kepada

Tabangun Aceh, Selasa (16/10/2012) me-nyebutkan, ada beberapa cara untuk mengi-kuti pelatihan tersebut. Di antaranya pendaf-taran, seleksi, pelatihan selama satu bulan dua minggu, dan tahap terakhir adalah PKL (Praktek Kerja Lapangan).

“Tujuan dari PKL agar mereka terarah dan bisa bekerja di instansi yang ada. Di BLK ada tujuh sub kejuruan dengan masing-

masing kejuruan yang berbeda. Setiap seta-hun sekali untuk PBK (Pelatihan Berbasis Kompetensi) dilaksanakan secara bergelom-bang,” tutur Yuli.

Ia menjelaskan, jika ada peserta yang in-gin membuka usaha mekanik sepeda motor, sebelumnya mereka harus membuat pro-posal kemudian pihak BLK akan membuat monitoring tempat dan baru dilaksanakan pelatihan, tanpa memunggut biaya kepada peserta. Selama PKL, yang berlangsung tiga bulan, pihak BLK tidak memberikan modal, akan tetapi memberikan keterampilan. “Ke-tika PKL berlangsung kami akan memberi-kan rekomendasi untuk tempat mereka PKL nantinya,” kata dia.

Setelah mereka selesai menggikuti pela-tihan selama 6 bulan, biasanya peserta mu-lai membuka usaha secara mandiri. Tapi ada juga yang bekerja di instansi lainnya seperti PLN, kantor Pos, Dinas Pertambangan dan Energi, dan instansi lainnya. “Tidak terfokus di Aceh saja, bahkan di luar Aceh masih banyak perusahaan-perusahaan yang bisa menampung skill yang mereka miliki,” ujarnya.

Dia menambahkan, untuk tahun 2012 ini, sudah berjalan selama tiga gelombang. Sementara untuk tahun 2013, BLK belum

menentukan bentuk kegiatan, apakah akan menyelenggarakan pelatihan tingkat provinsi atau terjun ke daerah. “Ini semua menyang-kut dari anggaran yang kita dapatkan, serta jumlah peserta yang mau penggikuti pelati-han,” ujarnya.

Pihak BLK berharap masyarakat harus lebih tahu dan mengenal BLK, sehingga bisa bersinergi untuk mencapai tujuan mencip-takan lapangan kerja. BLK adalah lembaga yang memberikan kontribusi berupa pen-getahuan, agar skill (kemampuan) yang ada dapat dikembangkan dan bersungguh-sung-guh dalam melaksanakannya.

“Jika mereka tidak mau bekerja di in-stansi yang ada, harapannya mereka bisa membuka usaha sendiri dengan modal yang sedikit, dan bisa menambah ekonomi kelu-arga,” tutur Yuli.

Ia menambahkan, motivasi untuk mengembangkan skill ini cukup penting, apalagi peluang kerja semakin sempit. Bah-kan banyak sarjana juga menjadi pengang-guran, sementara penerimaan PNS sudah semakin jarang. “Nah, jika kita punya skill dan mampu mengembangkannya, maka meski dengan omset yang kecil, Insya Allah kita akan mampu membuka lapangan kerja,” ujar Yuli Sri Marlina.(fzu).

UniverSitaS Syiah Kuala Darus-salam Banda Aceh sebagai kampus “Jantong Hatee Rakyat Aceh”, terus

melakukan pembenahan guna meningkatkan kualitas dan daya saing alumni. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan dan ke-butuhan masyarakat.

“Di antara program yang kita lakukan adalah Pengembangan Program Kewirausa-haan Mahasiswa,” ungkap drh Hanafiah MK, Wakil Ketua Program Mahasiswa Wi-rausaha, ketika ditemuai Tabangun Aceh, di ruang kerjanya, di Kampus Darussalam Banda Aceh, Senin (15/10/2012).

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) merupakan program dari Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan pada Direktorat Perguruan Tinggi. Unsyiah adalah salah satu perguruan tinggi yang dipercaya melak-sanakan program ini.

Untuk memaksimalkan hasil dari pro-gram ini, Unsyiah juga terus mencari dan menggali sumber-sumber pendanaan lain. Dana yang bersumber dari APBN maupun APBA ini, dimaksudkan untuk mendukung potensi wirausaha dari mahasiswa.

Saat ini, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di Universitas Syiah Kuala telah mempunyai unit pengelolanya sendiri yang memfasilitasi dan membantu mengaktual-isasikan gagasan atau ide bisnis mahasiswa. Proses ini dilakukan melalui sosialisasi pro-gram, melakukan interview, magang, dan mengkaji business plan yang diajukan maha-siswa.

“Unit ini akan mendorong dan memban-tu mahasiswa mewujudkan gagasan/ide bis-nis yang diinginkan dan ditekuni mahasiswa. Seperti peternakan sapi, ayam petelur, dan lain-lain,” ungkap Hanafiah.

Gagasan atau ide proposal business yang diajukan mahasiswa ini akan dikaji secara cermat. Jika disetujui untuk dilaksanakan, maka pihak Universitas Syiah Kuala akan membimbing dan melatih calon penerima program Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). “Proses bimbingan dan pelatihan itu sendiri umumnya berlangsung selama satu bulan dan disesuaikan dengan jenis usa-ha yang akan dikembangkan,” kata Hanafiah.

Apabila proses pelatihan dapat diikuti dengan sukses oleh calon penerima pro-gram, maka pihak Unit Pengelola Program Mahasiswa Wirausaha akan mengucurkan bantuan modal usaha sebesar Rp 8.000.000 per orang.

Unsyiah mengharapkan agar dana yang dikucurkan tersebut dapat dikelola dengan baik sesuai dengan target yang diharapkan calon penerima program. “Kita akan me-monitor pelaksanaan program ini secara kontinu dan berkesinambungan. Pem-binaan ini diharapkan dapat membantu penerima program terhadap dalam men-capai target usaha yang diinginkan,” kata Hanafiah.(fzu)

Unsyiah Kembangkan Program Kewirausahaan Mahasiswa

“Apabila proses pelatihan dapat diikuti dengan sukses

oleh calon penerima program, maka pihak Unit Pengelola

Program Mahasiswa Wirausaha akan mengucurkan bantuan

modal usaha sebesar Rp. 8.000.000 per orang.”

-- Hanafiah -- Wakil Ketua Program

Mahasiswa Wirausaha Unsyiah

Page 13: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 13HABA BAPPEDA

Nepal Belajar Rehab-Rekon ke Aceh

BaPPeDa Aceh menerima delegasi Pemerintah Nepal, Jumat (19/10/20120 di ruang Pusdatin

Bappeda. Delegasi Nepal itu terdiri dari pejabat yang bekerja pada beberapa

kementerian. Antara lain Kementerian Tata Kota dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Nepal. Kunjungan Delegasi Pemerintah Nepal ke Aceh bertujuan untuk melihat langsung keberhasilan pelaksanaan

rehab-rekon Aceh pascatsunami 2004 serta sistem penanganan dan pengurangan risiko bencana.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Kepala Bappeda Aceh Ir.Iskandar, M.Sc didampingi Sekretaris Bappeda dr. Warqah Helmi serta beberapa orang staf Bappeda. Sedangkan dari rombongan delegasi Nepal adalah utusan dari Kementerian Pembangunan Perkotaan dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Nepal, yaitu: Mr. Soresh Prakash Acharya, Mr. Restum Raj Pandey, Mr. Lakshmi Prasad Dhakal, Dr. Mahendra Subba dan Mr. Avam Dixit dari program Analyst UNDP Nepal.

Kedatangan delagasi Nepal yang difasilitasi oleh UNDP Indonesia dan Nepal dengan tujuan untuk melihat lansung keberhasilan pelaksanaan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi pascatsunami serta system penanganan resiko bencana di Aceh. Emi Reza dari Bappeda memaparkan mengenai proses rehab-rekon Aceh sejak tahun 2005 sampai 2009).

“Pada awalnya proses rehabilitasi dan rekonstruksi menuai banyak kendala seperti proses relokasi pemukiman dan berbagai

isu lainnya. Namun dengan kerja keras dan perencanaan yang matang dan melibatkan multipihak semua kendala itu dapat teratasi. Keberhasilan tersebut diraih karena adanya dukungan dari berbagai pihak terutama NGO internasional dan negara-negara donor,” papar Emi Reza.

Sementara itu, Kepala Bappeda Aceh juga menyampaikan tentang kesinambungan pembangunan Aceh pascarehabiltasi dan rekonstruksi sebagaimana yang tertuang blue print dan dokumen perencanaan lainnya seperti RPJP Aceh, RPJM-Aceh 2007-2012, dan saat ini Pemerintah Aceh juga sedang menyusun RPJMA tahap II yaitu tahun 2012 sd 2017.

Delegasi Nepal mengaku tertarik dengan pengalaman Aceh dalam menghadapi dan menyesaikan dampak bencana. “Ini merupakan kesuksesan yang luar biasa dan terbaik di dunia terutama dalam penggunaan lahan dan pembangunan rumah untuk korban tsunami. Semoga apa yang didapatkan di sini menjadi lesson learned untuk pelaksanaan pembangunan di Negara Nepal terutama mengenai penanganan pasca bencana, ujar Dr. Mahendra Subb. [aswar liam]

Prioritas Pembangunan Ekonomi

Ir. t.M. Bastian, M.siKETUA POKJA

1. Pengembangan komoditas pangan dengan peningkatan produksi dan produktivitas padi, kedelai, jagung dan hor-tikultura dengan skala luas dan terpadu pada sentra-sentra produksi.

2. Pengembangan komoditas perkebunan unggulan dengan peningkatan produksi dan produktivitas kakao, sawit, kopi, nilam, tebu, pala, kelapa dan karet.

3. Pengembangan ternak pola kawasan ter-padu yaitu sapi dan ayam ras petelur.

4. Pengembangan sektor perikanan dan Kelautan, yaitu pembangunan pelabuhan perikanan utama di Banda Aceh, Aceh Timur dan Aceh Selatan; pengembangan sentra tambak rakyat dan sentra budidaya perairan tawar.

5. Pengembangan kawasan industry, baik industri besar maupun industri agro ber-dasar cluster pengembangan komoditas dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

6. Peningkatan SDM terutama petani dan tenaga penyuluh pertanian serta kelemba-gaannya.

7. Memfungsionalkan beberapa BLK re-gional untuk peningkatan keahlian Ke-tenagakerjaan.

8. Revitalisasi BUMD dan optimalisasi fungsi UPTD penghasil benih atau bibit, membuka akses permodalan dan pasar.

Prioritas Pembangunan Sarana dan Prasarana

dedy Fahrian, st, MtKETUA POKJA

1. Membangun jalan dan jembatan yang strategis dan belum tembus lintas kabu-paten untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama lin-tas tengah.

2. Membangun waduk, irigasi, embung dan situ yang ber-fungsi sebagai pengendali banjir, pening-katan intensitas tanam dan pemanfaatan energi.

3. Melanjutkan program rumah sehat se-derhana untuk kaum dhuafa 100.000 unit hingga tahun 2017.

4. Peningkatan pembangunan dermaga dan sarana pada lintasan yang belum terlayani seperti peningkatan pengelo-laan pelabuhan penyeberangan Singkil, Sinabang dan Labuhan Haji, Pelabuhan Lamteng, Pulau Banyak, Ulee Lheue dan Balohan.

5. Pembangkit–pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan serta pengem-bangan sistem pengelolaan energi yang dapat mendukung sumber-sumber pen-danaan untuk pembangunan Aceh yang berkelanjutan.

6. Pembangunan beberapa terminal tipe A dan tipe B di Lhokseumawe, Pidie Jaya, Langsa, Sigli, Banda Aceh, Calang, Meu-laboh, Subulussalam, Takengon, Lhoksu-kon, Peurelak dan Saree.

Prioritas Pembangunan Lingkungan Hidup

Ir. Zainal ArifinKETUA POKJA

1. Membangun 6 zona ka-wasan pusat perdagangan dan distribusi, 7 kawasan agrowisata dan 11 ka-wasan situs sejarah.

2. Meningkatkan pengelolaan dan pengen-dalian terpadu di 20 DAS.

3. Mengembangkan Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) sebesar 5.905 Kw dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal sebanyak 15 unit untuk wilayah yang belum terjangkau jaringan listrik PLN.

4. Menigkatkan perlindungan, konservasi dan rehabilitasi Sumber Daya Alam.

5. Mengembangkan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah Taman Hutan Raya, Rawa dan Pesisir

Prioritas Pembangunan Keistemewaan Aceh dan SDM

hasrati, se,MMANGGOTA POKJA

1. Prioritas reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan diarahkan pada upaya untuk menciptakan tatakelola pemerintahan dengan penguatan sis-tem kelembagaan yang demokratis, transparan dan akuntabel sesuai prin-

sip-prinsip good govern-ance, serta penyelesa-ian seluruh peraturan pelaksana UUPA.

2. Pembangu-nan dinul Islam, so-sial, adat dan budaya diprioritas-kan pada upaya mengoptimalkan pen-erapan agama Islam bagi masyarakat dalam segala segi kehidupan. Penem-patan da’i di daerah perbatasan dan pemberian Bantuan Keuangan Peu-makmue Gampong (BKPG) masih tetap menjadi prioritas.

3. Prioritas pembangunan sektor pendidi-kan akan lebih difokuskan pada pening-katan mutu pendidikan dan daya saing lulusan serta pemberian beasiswa untuk S1, S2, S3 di dalam dan luar negeri.

4. Pencapaian tujuan MDG’s menjadi prioritas terkait masih tingginya angka kematian anak, angka kematian ibu, angka penderita HIV/AIDS dan pen-yakit menular seperti malaria, demam berdarah, TBC dan lainnya. Pemerintah Aceh juga berkomitmen untuk mem-berikan jaminan kesehatan untuk selu-ruh masyarakat Aceh dalam 5 tahun ke depan.

5. Penerapan prinsip-prinsip pencega-han dan resolusi konflik untuk mem-perkuat perdamaian serta membangun kepercayaan (trust building) kepada berbagai stakeholder dalam rangka ke-berlanjutan perdamaian (peace sustain-ability). [aswar liam]

Prioritas Pembangunan 2012-2017

dalaM menyusun RPJMA 2012-2017, Bappeda membentuk 4 Kelompok Kerja (Pokja). Saat ini masing-masing Pokja telah berhasil merumuskan fokus dan prioritas pembangunan sesuai bidang masing-masing dan selaras dengan visi dan misi Gubernur/Wakil Gubernur Aceh Periode 2012-2017. Berikut adalah paparan singkat dari masing-masing Pokja:

fOTO: DOK. BAPPEDA ACEH

kePala Bappeda Aceh menerima kunjungan delegasi Nepal untuk belajar proses rehab-rekon.

Page 14: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 201214 WISATA

HuJan Senin sore pertengahan Ok-tober itu tidak menyurutkan seman-gat kebanggan dari warga Gampong

Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Ka-bupaten Aceh Besar. Pasalnya Pemerintah Aceh sudah menetapkan gampong nan asri ini sebagai desa wisata yang menjadi ikon wisata tahun kunjungan Aceh 2013.

Tidak tersirat kegusaran atau kecemasan di wajah-wajah para warga mengingat kondi-si desa yang nantinya akan ramai dikunjungi orang luar, mulai dari sekedar berkunjung hingga tinggal untuk sementara waktu.

“Tentu kami senang dan bangga, mu-dah-mudahan gampong bisa lebih maju dan masyarakat bisa mengenalkan adat budaya Aceh kepada masyarakat luar,” ujar M Yu-suf, warga Lubuk Sukon.

Senada dengan itu, Kepala Desa Lubuk Sukon Periode 2007-1012, Fauzi Yunus, mengaku kesiapan warga Lubuk Sukon menyambut kehadiran para wisatawan dalam mendukung tahun kunjungan wisata Aceh 2013, kini semakin mantap. “Puluhan warga

sudah dilatih bagaimana menyambut dan memberi layanan untuk tamu dalam hal ini para wisatawan, dan di gampong juga sudah dibentuk kelompok sadar wisata untuk men-unjang program ini,” ujarnya.

Diharap untuk waktu yang akan datang, program desa wisata juga akan memberi kontribusi perekonomian bagi warga. “Saya rasa ini sebuah kesempatan bagi gampong Lubuk Sukon untuk bisa lebih maju dan ter-buka, sekaligus tantangan bagi masyarakat khususnya kaum muda, bagaimana kita bisa tetap dalam koridor adat dan budaya Aceh meski banyak pendatang yang masuk dan mungkin tinggal sementara disini dengan latar belakang budaya yang berbeda,” kata Fauzi.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh,menetapkan Gampong (desa) Lubuk Sukon di Kabupaten Aceh Besar, seba-gai ikon Aceh dalam dunia pariwisata. Gampong Lubok Sukon telah melalui ber-bagai tahapan seleksi oleh Pemerintah Aceh sehingga ditetapkan sebagai Desa

Wisata Aceh guna mendukung peningka-tan jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh. Pada peluncuran Lubuk Sukon sebagai Desa Wisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan pari-wisata Aceh, Jasman J Ma’ruf mengatakan, terpilihnya Gampong Lubok Sukon menjadi Desa Wisata Aceh tahun 2013, karena telah memenuhi empat kriteria dasar yakni Asli, Lokal, Unik dan Indah. Empat kriteria men-jadi Desa Wisata Aceh tersebut akan men-jadi ikon bagi wisatawan untuk melihat dan merasakan kondisi keunikan asli Aceh.

Lubok Sukon dijadikan Desa Wisata guna meningkatkan jumlah kunjungan wisa-ta dari dalam negeri dan mancanegara untuk melihat langsung miniatur berbagai sisi ke-hidupan Aceh di perkampungan itu.

“Gampong ini memang sudah merep-resentasikan kehidupan asli Aceh yang se-benarnya, seperti kuliner aceh yang khas dan asli, rumah tempat tinggal warga yang masih merupakan rumah Aceh asli dengan pagar daun teh, serta tata ruang dan kehidu-pan masyarakat yang tidak terpengaruh sisi negatif modernisasi,” ujar Jasman saat upac-ara peluncuran Desa Wisata Lubuk Sukon, Senin (15/10) sore.

Setiap wisatawan yang berkunjung ke Lubuk Sukon, tambah Jasman, bisa mengi-nap langsung di rumah warga dan bisa

mengikuti keluarga yang ditumpangi. “Mis-alnya para wisatawan boleh ikut ke sawah, ikut berkebun menanam sayur, memasak masakan khas Aceh, bahkan ikut berbaur dalam rutinitas keluarga tempat mereka ting-gal,” jelas Jasman.

Sehingga bisa disebutkan Lubuk Sukon sebagai The Truly Aceh, tambah Jasman J Ma’ruf.

Sementara itu, Asisten II Pemerintahan Aceh, Said Mustafa, mengaku saat ini trend wisata alami dan natural menjadi pilihan bagi para wisatawan. “Oleh karena itu dalam menyambut tahun kunjungan Aceh 2013, kita juga menyiapkan fasilitas wisata alami dimana para wisatawan akan mendapatkan kenyamanan yang berbeda dari yang wisata biasanya,” ujar Said Mustafa.

Senada dengan itu, Bupati Kabupaten Aceh Besar, Mukhlis Basyah, menyambut baik terpilihnya Gampong Lubuk Sukon menjadi desa wisata destinasi para wisatawan yang berkunjung ke Aceh.

“Di Kabupaten Aceh Besar sendiri, ada banyak lokasi wisata sejarah dan religi yang memang belum tersentuh secara pro-fesional dan kami berharap pelan-pelan ini bisa dikembang demi menjaring wisatawan datang berkunjung ke Aceh,” kata Bupati Mukhlis Basyah. (yayan zamzami)

gaMPong Lubuk Sukon merupakan bagian dari Mukim Lubuk dengan luas 112 hektare. Gampong ini terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Darusshalihin, Dusun Darul Makmur, Dusun Darul Ulum, dan Dusun Darussalam.

Mata pencaharian penduduk Gampong Lubuk Sukon cukup beragam. Sebagian besar warga Lubuk Sukon bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dikarenakan topografi wilayah yang berupa dataran rendah dan faktor tanah yang sangat potensial untuk daerah persawahan.

Rumah yang ada di Gampong Lubuk Sukon dodominasi oleh Rumoh asli Aceh yang kini berjumlah 69 unit. Selain itu terdapat 58 unit rumoh santeut, dan 64 unit rumoh bate (rumah modern).

Rumah dengan kontruksi kayu mulai dibangun pada tahun 1950-1980, sedangkan rumah dengan tipologi kontruksi beton sebagian besar dibangun tahun 1981-1990.(yayan zamzami)

Desa Wisata Lubuk Sukon, The Truly Aceh

Sekilas Gampong Lubok Sukon

fOTO: RA. KARAMULLAH

salah satu sudut Gampong Lubuk Sukon Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.

PerKembangan makro pemban-gunan di Provinsi Aceh, memperlihat-kan tingkat kesejahteraan masyarakat

Aceh yang semakin membaik. Tingkat kemiskinan terus menurun secara signifikan dari 26% pada tahun 2007 menjadi 19,38% pada tahun 2011.

Hal ini juga diikuti dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), demikian disampaikan Gubernur Aceh pada acara Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Ren-cana Aksi Daerah Millenium Development Goals (RAD-MDGs) dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Aceh Tahun 2012 yang berlangsung di Aula Prof. A. Majid Ibrahim kantor Bappeda Aceh.

Acara yang dibuka oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah ini juga dihadiri oleh para bupati/wali kota se-Aceh, Deputi SDM dan Kebudayaan Bappenas beserta para nara-sumber ahli dari Jakarta, Perwakilan PBB dan lembaga donor, BUMN/ BUMD, serta Kepala SKPA/SKPK se-Provinsi Aceh.

Dalam sambutannya, Gubernur menje-laskan bahwa saat ini status pembangunan di Aceh masih menyisakan persoalan, di mana

masih adanya disparitas/ketimpangan antar-wilayah. Terutama antarwilayah perkotaan dan pedesaan. Tingkat kemiskinan di ka-wasan perdesaan masih lebih tinggi dari pada perkotaan, padahal sebagian besar (hampir 80%) rakyat Aceh berdomisili di perdesaan.

Berbagai upaya penanggulangan yang digulirkan ternyata dihadapkan pada berba-gai kendala baik teknis maupun manajerial. Seperti kondisi jalur hubungan darat (jalan) yang buruk dan alat transportasi yang tidak memadai. Juga masih rendahnya tingkat pen-didikan dan keterampilan masyarakat, serta masih lemahnya sistem penanggulangan kemiskinan yang dibangun oleh pemerintah.

Keadaan yang terakhir ini disebabkan oleh tidak tersedianya data yang akurat, penanganan yang tidak tuntas, tidak adanya koordininasi dan sinergitas antarprogram yang menyebabkan sasaran program tidak tepat, atau justru tumpang tindih.

Disamping itu, Aceh juga masih meng-hadapi persoalan yang sangat besar di bidang kesehatan. Dari total 23 kabupaten/kota di Aceh, 15 kabupaten di antaranya termasuk dalam Daerah Bermasalah Kesehatan. Oleh karena itu Provinsi Aceh termasuk ke dalam

10 provinsi prioritas karena lebih dari 50% kabupatennya bermasalah.

Hal ini ditunjukkan dari Indeks Pemban-gunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang diukur dengan 24 indikator komposit yang dapat menggambarkan peringkat provinsi dan kabupaten/kota dalam keberhasilan pemban-gunan kesehatan masyarakat. Beberapa per-masalahan besar di bidang kesehatan di anta-ranya: masih tingginya angka kematian anak, masih rendahnya kesehatan ibu, rendahnya status gizi masyarakat, tingginya prevalensi penyakit menular dan tidak menular, serta masih minimnya akses terhadap air bersih dan sanitasi terutama di daerah perdesaan.

Di bidang pangan dan gizi, Aceh masih memiliki permasalahan, hal ini dapat dilihat dari pemetaan secara nasional berdasarkan prevalensi anak balita pendek dan proporsi penduduk sangat rawan pangan. Maka Aceh termasuk daerah dengan kategori strata 3 (tiga), yaitu provinsi dengan Prevalensi Pendek pada Anak Balita>32 persen dan Proporsi Jumlah Penduduk dengan rata-rata Asupan Kalori<1.400 Kkal/orang/hari sebesar <14,47 persen (RAN-PG, 2010).(yayan zamzami)

untuk mewujudkan komitmen dalam memberantas persoalan yang dihadapi masyarakat, maka Pemerintah Aceh telah menyusun Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (RAD-MDGs) yang memuat 8 (delapan) tujuan (goals), yaitu: 1. Menanggulangi kemiskinan dan

kelaparan2. Mencapai pendidikan dasar universal 3. Mempromosikan kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan

penyakit menular lainnya7. Memastikan kesinambungan

lingkungan8. Kemitraan global untuk pembangunan.

Disamping itu, Pemerintah Aceh juga telah menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Provinsi Aceh Tahun 2011-2015, yang merupakan bagian dari upaya percepatan pencapaian MDGs.(*)

MDGs dan PG Untuk Aceh yang Lebih Baik

Delapan Tujuan RAD-MDGs

Page 15: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 2012 15

Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan Pastel/krayon. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a Bappeda Aceh Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. BrI (Bank rakyat Indonesia) dan Bank aceh menyediakan bingkisan seko-lah kepada masing-masing karya terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing. Bank aceh menyediakan hadiah berupa tabungan Rp. 50.000,- untuk setiap pemenang

Nam

a Sis

wa

: ..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

..

Nam

a Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Ala

mat

Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Kela

s

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Alamat Rumah : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sekolah / Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a Bappeda Aceh, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi) BrI (Bank rakyat Indonesia) dan Bank aceh menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang. Bank aceh menyediakan hadiah berupa tabungan Rp. 50.000,- untuk setiap pemenang

Mendatar :1.Seni gerak 3.Nama benua 6.Sebentar (Bhs. Aceh) 8.Salah satu sifat Tuhan 10.Orang yang melihat atau menyaksikan suatu peristiwa 12.Alat memancing ikan 13.Singa (Bhs. Inggris) 14.Tubuh yang kokoh dan kuat 17.Hewan peliharaan untuk manfaat ekonomi 19.Air bercampur tanah 21.Nama Spanyol di zaman kejayaan Islam 25.Layak 27.Bagian dari tubuh 30.Danau, telaga 31.Usaha yang dibangun oleh suatu kelompok untuk keuntungan semua anggotanya 34.Salah satu Mesjid di Jakarta 37.Lawan kiri 40.Nota Bene (singkat) 42.Salah satu gelar sarjana (singkat) 43.Kerupuk melinjo 45.Seraya 46.Berkenaan dengan pertanian 48.Bunyi 51.Kepada, buat 54.Melihat dengan seksama 57.Bagian dari buku 58.Kata ajakan 59.Lubang di kaki gunung 60.Ukuran banyaknya kertas 500 lembar 61.Air Susu Ibu (singkat) 62.Singkatan untuk kota Banda Aceh 63.Nama bulan 64.Membuat lubang pada besi, kayu atau tembok 65.Seperti, ibarat 66.Provinsi di bagian timur Indonesia 67.Pertolongan, Save Our Sense (singkat).Menurun :1.Tidak berani 2.Reklame, pariwara 3.Cantik, indah 4.Organ berfikir 5.Salah satu waktu shalat 6.Masa lalu atau lampau 7.Terkenal 9.Lemari pendingin 11.Arah shalat 13.Menggunakan (Bhs. Inggris) 15.Membaca huruf demi huruf 16.Saya 18.Sirih (Bhs. Aceh) 20.Rasa sakit pada otot sehabis kerja berat 22.Satuan waktu 23.Satuan untuk menyebut dua belas buah 24.Pisau (Bhs. Aceh) 25.Banyak lupa 26.Sumber kehidupan 28.Panas rasanya 29.Logika, kemampuan berpikir 32.Mengirim atau menjual barang ke luar negeri 33.Penutup doa 35.Judul 36.Yang dianjurkan dalam Idul Adha 38.Bagian dari tumbuhan 39.Supaya 41.Mengeras karena dingin 42.Pengetahuan 44.Kampung, desa (Bhs. Aceh) 45.Mampu, kuasa 47.Dan (Bhs. Inggris) 48.Karena 49.Besar (Bhs. Arab) 50.Suatu kejadian yang tidak masuk akal 51.Pemikir dalam Islam 52.Pelancong 53.Buku yang berisikan kumpulan kata-kata beserta maknanya 55.Manusia utusan Tuhan 56.Bagian atas rumah atau bangunan.

Edisi 27

Edisi 27

nama-nama pemenang Mewarnai tabloid tabangun aceh edisi 26:1.annisa nabilla, Kelas IV, MIN Meureudu, Jl.Tgk Chik Pante Geulima, Msh Lhok, Meureudu, Pijay, 2.amara nahyatul hikmah dasmara, Kelas VI, SDN 10, Tapaktuan, A.Selatan, 3.M.hilal hazaa, Kelas VI, SD Sukma Bangsa, Lhoksumawe, 4.aulia rizki, Kelas V-b, SDN 5 Seutui, Banda Aceh, 5.Hafiz, TK Durrahman, Jl.T.Iskandar Gp Cuerih Ulee Kareng Banda Aceh, 6.Isra humairah Isga, Kelas A-1, TK IT AL Azhar, Lamgugob, BNA, 7.Maryama rusydi, Kelas V-b, SDN 2 Jantho, A.Besar, 8.Carissa aura shahia, Kelas A-1, Paud Percontohan, Mifthahul jannah, Lamlagang, BNA, 9.ari al Faeisi, Kelas II-b, MIN Rukoh Darussalam BNA, 10.ariel arnando, Kelas VI-a, SDN 2 Percontohan, Tijue, Sigli, Pidie.

nama-nama pemenang tts tabloid tabangun aceh edisi 26 :1.Syifa Syarfina Putri M, Kelas IV, SDN 36, Jl.Mesjid Al-Huda, Kampung Laksana, Banda Aceh, 2.lisa amanatillah, Kelas III-b, MIN Cot Gue, Aceh,Aceh Besar, 3.Fatih Bilqis nathasyarah, Kelas V, SDN I Trenggadeng, Pijay, 4.sabrina ramadhani, SDN 10, Kelas IV, Kemili Bebesen, Takengon, 5.alifa hijria, Kelas VI-a, MIN Tapaktuan, Aceh Selatan, 6.al Mukaharramatuddin, Kelas V, SDN 2, Palak Hilir, Kec.Susok, Abdya, 7.arief Muamar, Kelas IV-b, MIN bayu, Gp.Raya Tambo, Matang GLP 2, Bireun, 8.dek rina, KelasIII, MIN Sabang, 9.tasyaul husna, Kelas III-b, SDN 2 Lhoksukon, A.Utara, 10.Izzatul adha nisa, Kelas,II,a, SDN 2 Perlak Kota, Aceh Timur.

JaWaBan tts edIsI 26 :Mendatar: 1.Lembu, 4.Ahad, 6.Busa, 8.Karib, 11.fun, 12.Ebi, 13.Nya, 14.Kain, 15.Must, 16.Untuk, 19.Makna, 22.Rice, 23.Amin, 24.Somalia, 26.Nun, 27.Gembira, 30.Kg, 31.Go, 33.Mata, 35.Pula, 36.Bptp, 37.Rasi, 39.Lumba, 41.Mentari, 44.Tentara, 47.Tua, 49.Mil, 51.Melarat, 52.Perangai, 55.Almarhum, 59.Tangguh, 62.Desa, 63.Kemarin, 66.Dara, 67.Rumah, 68.Tinta, 69.Kita, 70.Sepakat, 71.Haba.Menurun: 1.Laku, 2.maut, 3.Ufuk, 4.Angkara, 5.Dendeng, 6.Bimbang, 7.Anting, 8.Kaum, 9.Riak, 10.Beda, 17.Neo, 18.Utara, 20.Akbar, 21.Nur, 24.Sempit, 25.Input, 28.Empat, 29.Animal, 30.Kali, 32.Obat, 34.Tema, 38.Ayam, 40.Matang, 42.Neo, 43.Rumit, 45.Entah, 46.Asia, 48.Use, 50.Ibu, 52.Pundak, 53.Antara, 54.Garam, 56.Medan, 57.Rendah, 58.Malaka, 60.Age, 61.Uji, 63.KHS, 64.Asa, 65.NTT.

Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara atas dukungan dan kerjasama dengan

Page 16: Edisi27 Oktober 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 27 | okTobEr 201216

DOK. LARISsoPIr Laris menuntun siswa ke teras rumahnya.