Upload
qqq
View
214
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian ilmiah
Citation preview
BAB 1
PE�DAHULUA�
1.1 Latar Belakang
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO),
diperkirakan pada tahun 2020 penyakit tidak menular menjadi penyebab tujuh dari
sepuluh kematian di negara berkembang berbanding kurang dari separuh ketika ini.
Keadaan ini amat berkait rapat dengan meningkatnya jangka hayat dan perobahan
gaya hidup yang ketara di kalangan masyarakat dalam tempoh dua dekad ini. Salah
satu penyakit tidak menular yang menyaksikan kenaikan prevalensi yang mendadak
adalah diabetes melitus. Prevalensi diabetes di dunia pada tahun 2000 adalah
171.000.000 dan dijangka meningkat lebih sekali ganda pada 2030 dengan prevalensi
366.000.000. Sehingga beberapa dekad yang lalu, diabetes merupakan masalah
terutamanya pada negara maju. Namun,disebabkan faktor perobahan gaya hidup dan
amalan diet, negara berkembang seperti Indonesia juga berhadapan dengan masalah
yang sama. Buktinya, prevalensi diabetes di Indonesia menduduki tempat keempat
setelah India, Cina dan Amerika dengan angka kejadian 8,4 juta pada tahun 2000 dan
dijangka meningkat kepada 21,3 juta pada 2030 (WHO, 2011).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan
yang tidak efektif dari produksi insulin. DM terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama
DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup (WHO, 2011).
DM yang tidak terkontrol bisa menimbulkan komplikasi termasuklah neuropati,
retinopati dan nefropati. Bagi mengelakkan berlakunya komplikasi ini, program
pengendalian DM yang sistematis telah dianjurkan WHO meliputi pencegahan faktor
resiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Terapi
medikamentosa bagi DM dapat dibahagi kepada beberapa tipe sesuai mekanisme
Universitas Sumatera Utara
kerja obat yaitu meningkatkan tahap insulin di dalam tubuh (sulfoniluria),
menghambat proses glukoneogenesis (biguanida) dan mengurangkan absorpsi
glukosa di usus halus (inhibitor glukosidase-alfa). Obat modern ini juga sering diganti
dengan herba tradisional atau perawatan alternatif.
Bawang putih atau nama saintifiknya Allium sativum L. telah lama digunakan
sebagai makanan dan obat. Pada perang dunia kedua dan ketiga, bawang putih
digunakan bagi mencegah gangrene (University of Maryland Medical Center /
UMMC, 2011). Kini,bawang putih digunakan secara meluas dalam mencegah insiden
penyakit jantung, termasuklah arterosklerosis, hiperkolesterolemia dan hipertensi
(Banerjee dan Maulik, 2011). Bawang putih juga dikaitkan dengan anti-kanker, anti-
jamur (Kemper, 2000), dan anti-bakteria (Browning, 2000). Selain itu,bawang putih
juga secara tradisionalnya digunakan dalam mengobati diabetes tipe I dan II di Asia,
Timur tengah dan Eropa. Komponen aktif di dalam bawang putih yang berperan bagi
tujuan medikamentosa adalah allicin (diallyl disulfida oksida) dan APDS (allyl propyl
disulfida), flavonoid dan sebagainya. Bawang putih dipercayai dapat menstimulasi
pankreas dalam meningkatkan produksi insulin. Penelitian sebelumnya yang
mendukung hal ini telah dirangkum oleh Banerjee dan Maulik pada 2002 di dalam
jurnal yang bertajuk Effect of Garlic on Cardiovascular Disorder : a review. Antara
penelitian tentang sifat bawang putih sebagai hipoglikemik adalah Sheela dan
Augusti, 1992 dan Sheela, Kumud dan Augusti, 1995 yang dilakukan terhadap
mencit. Hal yang sama juga didapat pada penelitian yang dilakukan terhadap kelinci
oleh Jain dan Vyas, 1975 dan Mathew dan Augusti, 1973. Walaubagaimanapun,
penelitian tentang hal ini masih kurang dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek anti-diabetes ekstrak
alkoholik bawang putih pada mencit normal dan yang diinduksi alloksan dan
dibandingkan dengan sulfonilurea.
Peneliti menggunakan mencit Mus Musculus L. strain Double Distsch Webster
(DDW) jantan normal dan diinduksi alloksan. Alloksan mengakibatkan kerusakan
Universitas Sumatera Utara
irreversibel pada sel β pankreas, mengakibatkan terjadi degranulasi dan kehilangan
sekresi insulin. Maka, hewan diabetes yang diinduksi alloksan adalah bersifat
diabetes insulin-dependen tipe 1 (Lenzen). Masing-masing kelompok mencit yang
normal dan mencit diabetes diinduksi alloksan, dibagi kepada tiga kelompok yaitu
plasebo, diberi ekstrak alkoholik bawang putih dan diberi obat glibenklamid dengan
pemberian masing-masing dosis ekstrak bawang putih dan glibenklmid adalah 350
mg/kg BB dan 0,65 mg/kg BB (Semwal, Rawat, Badoni, Semwal dan Singh, 2010).
Aktivitas hipoglikemik dinilai berdasarkan kadar gula darah sewaktu.
1.2.Rumusan masalah
Bagaimana efek anti-diabetes ekstrak alkoholik bawang putih pada mencit normal
dan mencit diabetes yang diinduksi alloxan dibandingkan dengan sulfonilurea.
1.3.Tujuan penelitian
1.3.1.Tujuan umum
Penelitian bertujuan untuk mengkaji efek anti-diabetes ekstrak alkoholik bawang
putih pada mencit normal dan mencit yang diinduksi alloksan dibandingkan dengan
sulfonilurea.
1.3.2.Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Efek ekstrak bawang putih terhadap kadar gula darah pada mencit normal
dan mencit diabetes yang diinduksi alloksan.
2. Efek sulfonilurea terhadap kadar gula darah pada mencit normal dan
mencit diabetes yang diinduksi alloksan.
3. Perbandingan efek ekstrak bawang putih dan sulfonilurea terhadap kadar
gula darah pada mencit normal dan mencit diabetes yang diinduksi
alloksan.
Universitas Sumatera Utara
1.4.Manfaat penelitian
Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat bawang putih
terhadap kadar gula darah
2. Memberi landasan bagi penggunaan bawang putih sebagai obat alternatif
anti-diabetes.
3. Menjadi dasar penelitian selanjutnya pada manusia.
Universitas Sumatera Utara