Draft Proposal Penelitian SIPA

Embed Size (px)

Citation preview

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Draft Proposal Penelitian

Nama BP Judul Proposal

Rika Isnarti 07195025 Upaya Silicon Valley Indian Professionals Association (SIPA) sebagai salah satu jaringan diaspora India dalam membantu India mengubah brain drain menjadi brain circulation; Studi kasus antara hubungan India dan Amerika Yopi Fetrian, S.IP., M.Si,M.PP Poppy Irawan S.IP

Dosen Pembimbin g Bagian

Pernyataan Kecuali pada bagian yang sengaja dikutip, seluruh tulisan ini merupakan buah dari karya dan pemikiran saya sendiri. Seandainya ditemukan adanya penjiplakan pada tulisan ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Ditandatangani oleh: Rika Isnarti

Tanggal:

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Latar BelakangMajunya sektor industri, perkembangan teknologi dan komunikasi di negara-negara maju, telah ikut mengakibatkan tingginya migrasi dari negara berkembang ke negara maju. Hal ini juga didukung oleh banyaknya tenaga kerja namun tidak sebanyak lapangan pekerjaan yang tersedia di negara berkembang, sehingga banyak penduduk dari negara berkembang yang kemudian melakukan migrasi ke negara maju. China dan India, merupakan dua contoh negara yang mempunyai jumlah penduduk banyak, tetapi kondisi kedua negara ini tidak mampu memberikan lapangan pekerjaan yang cukup bagi warga negaranya. Sehingga, banyak dari penduduk kedua negara ini melakukan migrasi 1. Di India pada tahun 1965 ada sekitar 7.500 tenaga ahli baik itu teknisi, dokter, guru, dan lainnya yang tersedia.2 Namun India tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak itu. Sehingga, terjadi migrasi besar-besaran para sarjana India ke berbagai negara maju seperti Amerika, Inggris, Kanada, dan lainnya. AS merupakan tujuan utama migrasi India, dengan 80% dari total jumlah migran India (tenaga ahli) lebih memilih untuk bermigrasi ke AS3 dimana kebanyakan mereka bekerja dalam bidang IT4. Banyaknya sarjana IT India, disebabkan oleh tingginya jumlah mereka yang belajar IT di luar negeri. Dan jumlah sarjana yang dicetak India Institute Technology (IITs). Namun, sarjana-sarjana tersebut memutuskan untuk tinggal di negara tempat mereka belajar dibanding pulang ke India. Hal ini berkaitan dengan situasi yang lebih baik dan lapangan pekerjaan yang lebih luas disana dibandingkan dengan India pada masa itu. Sehingga sejak tahun 1960-1990-an satu persatu tenaga kerja terampil India pergi ke negara maju. Dalam studi migrasi peristiwa ini disebut juga dengan brain drain5.1

Berdasarkan data dari US Census Bureau, International Data Base, Country Rankings; United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division, Trends in International Migrant Stock: The 2008 Revision, UN database. China (1,330,141 ribu orang) dan India (1,173,108 ribu orang) merupakan negara yang menduduki posisi pertama dan kedua negara dengan jumlah migrant terbanyak sampai pada tahun 2010, selengkapnya dapat dilihat di http://www.migrationinformation.org/datahub/charts/worldstats_1.cfm 2 Yevgeny Kuznetsov, Studies Diaspora Networks and the international migration of skills, dalam WBI Development , Washington, 2006 hal 17 3 Binod Khadria, Skilled Migration To Developed Countries, Labour Migration To The Gulf, Jawaharlal Nehru University, hal 6 4 Ibid., hal 8 5 Brain drain berarti Bermigrasinya tenaga ahli dari negara berkembang ke negara maju dalam jumlah besar tanpa memberikan kompensasi ke negara pengirim (kuznetsov:2006 dalam WBI development studies,diaspora networks and the international migration of skills) brain drain secara garis besar dapat dikatakan migrasi besar besaran individu yang

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Brain drain dianggap sebagai sebuah fenomena yang dipandang lebih banyak menimbulkan efek negatif ke negara berkembang atau negara pengirim karena kurangnya jumlah tenaga ahli di negara berkembang, sedangkan di negara penerima mereka kemudian menjadi aset dan sarana pencipta kemajuan. Pada tahun 2000 sekitar 1.037.626 tenaga terampil di India bermigrasi ke negara maju (Ozden and Schiff 2005, p.170)6, dan menurut UNDP India kehilangan sekitar US$ 2 milyar setiap tahunnya karena migrasi ahli informasi dan teknologinya ke Amerika7. Dengan situasi seperti ini, India seharusnya merupakan negara yang tertinggal dan lambat pembangunannya terutama dalam bidang industri IT, karena ahli mereka banyak bekerja bagi negara lain. Tetapi yang terjadi, India menjadi salah satu aktor dalam perkembangan dunia IT. Terbukti dengan adanya Silicon Valley di Bangalore, beberapa cabang dari IBM, Microsoft, yahoo! di India. Saat ini India merupakan negara industri baru. Saat ini brain drain bukan lagi sebuah masalah besar bagi India, India telah mampu menjadi negara yang mendapatkan reversed brain drain dari sejarahnya dimasa lampau, terbukti dengan majunya dunia IT di India saat ini. Sektor IT tumbuh sekitar 16.64% setiap tahunnya di negara ini8. Majunya sektor IT di India serta keberhasilan India dalam reversed brain drain, berkaitan dengan krisis yang terjadi di AS pada tahun 2000, dimana dunia IT di AS mengalami kemunduran sehingga menyebabkan banyak tenaga IT yang harus diberhentikan. Hal ini membuat banyak tenaga IT di India yang kemudian pulang ke India dan membangun usaha IT di India, buktinya dengan adanya Silicon Valley India, yang berlokasi di Bangalore. Sebagian besar perusahaan yang ada disana didirikan oleh orang-orang India yang dahulunya bekerja di Sillicon Valley di AS. Seperti Rajendra Vattikuti pendiri Complete Business Solutions Inc, Desh Deshpande, CEO dari Cascade Communications sebuah perusahaan partnernya IBM9. Selain itu, pekerja-pekerja yang ada di Bangalore, juga pernah bekerja di AS, dan kemudian mengembangkan usaha di negeri mereka. Dari perusahaan-perusahaan inilah diserap banyak tenaga kerja India, yang kemudian kembali pulang ke India, dan dari penghasilan perusahaan ini income per kapita India juga ikut meningkat.memiliki keterampilan dan pengetahuan, yang kemudian dapat menyebabkan drain atau mengeringnya sumber daya manusia di tempat asal. http://en.wikipedia.org/wiki/Brain_drain diakses pada 1 Desember 2010 6 Op cit, 7 http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/1432702.stm diakses pada 13 Januari 2011 8 http://www.indianchild.com/india_economy_growth.htm. diakses pada 21 Dsember 2010 9 http://www.hyderabadcityinfo.com/publish.aspx?a=a&categoryId=14&category=Clubs%20&%20Societies diakses pada 18 maret 2011

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Pekerja India ini, juga mencoba untuk berhubungan satu sama lain, sehingga mereka membentuk komunitas atau jaringan diaspora, salah satunya komunitas jejaring pengusaha IT professional yang dikenal dengan nama Silicon Valley Indian Professionals Association (SIPA) dari komunitas mereka ini, mereka kemudian mencoba untuk mengembangkan usaha mereka, dengan cara tetap berhubungan dengan perusahaan di AS, tapi tidak mengabaikan India. Masih terdapat jaringan diaspora lainnya dari para migran India, dan ini bukan satu-satunya jalan yang ditempuh oleh masyarakat India untuk mengubah masalah brain drain mereka10. Silicon Valley Indian Professionals Association (SIPA) didirikan pada tahun 1991. Awalnya asosiasi ini bertujuan meningkatkan dan memberikan strategi bagi para migran India untuk menguasai Bahasa Inggris mereka dan meningkatkan karier mereka. Kemudian anggota asosiasi ini terus bertambah dan asosiasi ini menjadi jembatan penghubung antara India dan AS, mereka menjadi platform bagi orang-orang India professional untuk bekerja mengembangkan usaha, namun tetap memberikan keuntungan bagi India. Mereka mencoba memanfaatkan bentuk outsourcing yang dilakukan oleh Amerika, mereka berusaha di negaranya sendiri untuk mengembangkan perusahaan IT dengan konsep outsourcing ini. Sehingga disini, India tidak kehilangan anak-anak bangsanya, dan tidak menimbulkan kerugian, namun malah mendapatkan manfaat. Saat ini SIPA telah beranggotakan sedikitnya 2300 orang yang pada umumnya adalah mereka yang bekerja dan membuka usaha di Silicon Valley India dan AS. Melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, SIPA berusaha untuk terus merekrut para professional India, dan membantu bersama sama mengembangkan usaha mereka, yang menarik dari SIPA adalah tidak semua anggota komunitas ini, pulang ke India, namun mereka tetap melakukan kontribusi bagi India dengan berbagai cara, seperti membangun perusahaan, berinvestasi, mengembangkan usaha sendiri dan dibantu diwadahi oleh SIPA. Asosiasi ini juga mengajak pemuda pemuda India dan membimbing mereka untuk mengembangkan usaha IT baik di India maupun pengembangan karier di AS, SIPA memahami pasar di AS dan kebutuhan pasar IT di AS, namun mereka juga mengerti bahwa negaranya, India10

Panmohamad faiz dalam makalahnya yang berjudul brain drain dan sumber daya manusia Indonesia: Studi analisa terhadap reversed brain drain di India, mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga alasan mengapa India berhasil mengubah brain drain menjadi sebaliknya. Yaitu, kebijakan ekonomi dari pemerintah yang lebih liberal, adanya krisis di dunia internasional, terutama yang di alami oleh AS, sehingga memaksa AS untuk memangkas perusahaannya dan kemudian melakukan outsourcing. Dan yang ketiga adalah adanya jaringan diaspora dari migrant India baik itu jaringan kemasyarakatan maupun jaringan pendidikan professional yang menjadi sarana kerjasama antara India dengan negara lain yang melakukan kerjasama outsorcing.

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

membutuhkan mereka, sehingga mereka mencoba menjalin kerjasama bagi keuntungan keduanya. Pada prinsip SIPA mereka tidak memandang buruk bekerja ke luar negeri asalkan tetap memberikan kontribusi pada negara asal. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan SIPA, seperti pelatihan, pemberian modal, perluasan koneksi dan lainnya. Dari situasi ini menarik bagi kita untuk membahas, bagaimana upaya yang dilakukan oleh sebuah asosiasi jaringan diaspora dalam rangka memberikan keuntungan bagi anggotanya namun juga menjadi jembatan bagi negaranya dan negara lain dalam pengembangan usaha. Dengan kata lain mereka merupakan aktor yang melaksanakan hubungan antara negaranya dan negara lain. Dalam kasus ini antara India dan AS. SIPA memberikan keuntungan bagi India, namun juga melaksanakan usaha mereka atas permintaan pasar AS. Rumusan Masalah Setelah melihat kasus yang terjadi di India, dimana terdapat peranan yang dilakukan oleh komunitas diaspora dalam rangka mengurangi efek brain drain, ada sejumlah tindakan yang dilakukan oleh komunitas untuk mencoba membantu perbaikan kehidupan yang lebih baik bagi para anggotanya dan negaranya. Tentunya kondisi seperti ini, salah satunya disebabkan oleh peranan dari jaringan diaspora yang ada salah satunya adalah SIPA, walaupun masih banyak lagi jaringan diaspora yang lainnya, namun SIPA merupakan salah satu jaringan yang cukup besar. SIPA menjadi wadah bagi para tenaga terampil India, dalam mengembangkan usahanya, memberikan keuntungan bagi AS, juga bagi negara asalnya, India, tanpa mengorbankan kepentingan mereka. Terbukti India mampu maju dengan adanya Silicon Valley India saat ini yang berada di Bangalore. Dalam hal ini ada peranan yang tentunya dimainkan oleh sebuah organisasi sebagai penghubung dua negara, India dan AS. Mereka membantu warga India yang merupakan anggota komunitas mereka, namun juga ikut berkontribusi pada kebijakan pemerintah India dan AS ada policy yang mereka pengaruhi melalui kegiatan mereka. Dari pemaparan ini tentunya timbul pertanyaan yang berikutnya akan menjadi pertanyaan penelitian. Pertanyaan Penelitian Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Dari rumusan masalah, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Silicon Valley Indian Professionals Association (SIPA) dalam rangka mengubah masalah brain drain di India Tujuan Penelitian Mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan SIPA sebagai sebuah organic intellecual dalam mengatasi permasalahan brain drain di India Memberikan pilihan-pilihan dalam menyelesaikan permasalahan brain drain bagi negara berkembang dan menghindari eksploitasi tenaga kerja terampilnya melalui jaringan diaspora Memperlihatkan bagaimana sebuah komunitas migrant memberikan kontribusi pada pembangunan negaranya Manfaat Penelitian Menambah referensi tentang studi migrasi dan memperkaya pemahaman tentang brain drain serta mengetahui beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak brain drain terutama di negara berkembang Dengan meihat upaya-upaya yang dilakukan oleh SIPA diharapkan menjadi sebuah inspirasi bagi negara negara berkembang lainnya untuk mengurangi dampak brain drain yang terjadi di negara mereka. Diharapkan juga dapat berguna bagi masyarakat luas, terutama bagi orang orang yang akan melakukan kegiatan migrasi, bagaimana migrasi yang seharusnya mereka lakukan agar dapat meningkatkan taraf hidup dan pembangunan daearah asalnya seperti yang telah dilakukan oleh migrant di India.

Teori dan Konsep

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Untuk melihat permasalahan ini, kita akan menggunakan konsep dari pemikiran Gramsci tentang counter-hegemony dan organic intellectual. Hegemony merupakan sebuah dominasi kekuatan dari politik, ekonomi, dan sosial dari sebuah negara untuk kemudian tiga aspek ini juga dapat diterima secara keseluruhan oleh negara lainnya di dunia. Sehingga negara-negara lain, mengikuti hal yang sama. Negara hegemon merupakan sebuah negara yang kuat akan politik, ekonomi dan sosial. Negara ini akan berusaha untuk mempertahankan pengaruh hegemonynya ke negara lain dan berusaha mencegah negara yang menjadi hegemonynya untuk tidak mendapatkan kekuasaan. Bagi Gramsci, hegemony sebuah negara dilakukan melalui aktor aktor dalam negara tersebut, atau yang diistilahkan dengan social class. Sehingga bagi gramsci kelompok-kelompok, atau institusi institusi sosial memainkan peranan penting dalam menjalankan dan mempertahankan sebuah hegemony ataupun proses untuk berusaha keluar dari situasi hegemony tersebut (counter hegemony). jadi bukan negara yang melakukan hegemony melainkan kelas-kelas sosial yang ada pada negara tersebut yang biasanya akan menguasai cara-cara berproduksi. Cox mengatakan bahwa ; A world hegemony is thus its beginnings an outward expansion of the internal (national) hegemony established by a dominant social class (cox,1996 hal 137) Selanjutnya cox juga menyatakan bahwa bicara hegemony pada level internasional, maka akan berkaitan erat dengan dunia ekonomi tentang cara berproduksi yang dominan, yang kemudian menjadi contoh bagi negara lain. Dari hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa, cara berproduksi sebuah negara dapat menjadikannya sebuah negara hegemony dimana produksi tersebut akan dilakukan oleh social class tadi. Hegemony dalam pemikiran gramsci juga berkaitan dengan adanya historical bloc. Munculnya sebuah hegemony dan mampu diterima oleh masyarakat luas terhadap ide-ide yang dibawa oleh hegemony tersebut merupakan sebuah bagian dari historical bloc dimana memunculkan suatu tatanan baru dari sebuah kondisi yang menggantikan tatanan sebelumnya, dimana tatanan baru ini jauh lebih kuat. . Historical bloc ini tidak akan terjadi tanpa adanya kekuatan-kekuatan sosial dari masyarakat yang mendorong terjadinya perubahan struktur tadi, atau yang disebut dengan social forces. Ketika sebuah hegemony terjadi, maka biasanya akan ada kelas kelas sosial (social class) yang mendominasi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

dan menciptakan sebuah blok, namun kemudian pasti juga akan muncul kekuatan-kekuatan sosial (social force) dari kelas kelas dibawahnya yang juga berusaha membangun blok baru sehingga menggantikan posisi kekuatan kelas yang dominan tadi. Proses seperti ini lah yang disebut dengan historical bloc tersebut. Satu hal lain yang memainkan peranan penting dari historical bloc adalah organic intellectual. Seperti yang diungkapkan cox bahwa : Intellectuals play a key role in the building of an historic bloc. The organic intellectuals of the working class would perform a similar role in the creation of a new historic bloc under working-class hegemony within society.(cox, 1996 hal 132) Dalam pandangan Gramsci,semua orang merupakan bagian dari intellectuals, namun agar dapat berfungsi dalam masyarakat dan mencipatakan sebuah tatanan, maka mereka haruslah menjadi bagian dari organic intellectuals yang kemudian dapat membentuk organisasi atau dikenal juga dengan istilah collective intellectual(cox,1996,133) Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Robert cox tentang fungsi dari sebuah organisasi dalam menjalankan peran pada proses hegemoni yaitu 1. 2. 3. 4. 5. Sebuah institusi dapat berperan untuk memfasilitasi adanya ekspansi dari hegemony itu sendiri Institusi merupakan produk dari hegemoni Institusi merupakan alat untuk melegitimasi nilai-nilai yang ditawarkan oleh hegemony Sebuah wadah untuk mengkooptasi para elite dari negara dunia ketiga Sebuah wadah yang juga dapat menyerap nilai-nilai counter hegemoni (cox, 1996 hal 137-138) Dari sini kita dapat melihat bahwa, ketika muncul sebuah hegemony yang mencoba membangun sebuah bloc dengan social classnya, maka akan selalu ada counter dari kelas dibawahnya (social force) untuk dapat menciptakan blok baru terhadap alternative dari kondisi hegemony tersebut yang dilakukan oleh organic intellectualnya. Dapat kita simpulkan bahwa counter hegemony merupakan sebuah kondisi yang menciptakan alternative dari kondisi yang dibuat oleh tatanan hegemony, yang juga sama dengan hegemony,membutuhkan kekuatan sosial dalam hal ini adalah organic intellectual. Setelah mengetahui pemikiran dari Gramsci pada hegemony, counter hegemony dan organic intellectual diatas, maka kita akan mencoba mengidentifikasi, subjek-subjek pada kasus brain drain India ini pada konsep diatas. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Pertama, Amerika Serikat merupakan sebuah negara hegemon, dapat dikatakan demikian karena Amerika merupakan negara yang mempunyai tatanan ekonomi, politik, dan sosial yang kuat.kita dapat melihat hal ini dari pesatnya dunia industry di AS, perpolitikan yang stabil sehingga menjadi salah satu faktor yang menarik terjadi migrasi ke negara ini, serta kondisi sosial masyarakat yang baik. Hegemoni yang dilakukan oleh AS, juga dilakukan melalui kelas-kelas sosialnya yang berusaha menyebarkan sejumlah nilai-nilai, atau ideology yang dapat diterima dengan baik oleh negara lain, dimana kelas-kelas sosial ini mempunyai keterkaitan dengan cara-cara berproduksi, dilihat dari kasus brain drain ini, kelas sosial tersebut merupakan perusahaan-perusahaan besar tempat para tenaga kerja india bekerja, seperti silicon valley yang di AS, IBM, Microsoft, yahoo!, dll. Mereka mencoba menyebarkan nilai-nilai IT disini, dimana IT dipandang sebagai model berproduksi yang dominan dan mampu meningkatkan keuntungan negara. Kelas-kelas sosial ini, akan melakukan kegiatan berproduksi yang akan membutuhkan modal, alat-alat produksi, seperti mesin dan tentunya tenaga manusia, ( capital, machine and labor). Dimana untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin mereka harus berusaha semaksimal mungkin menekan biaya produksi mereka. Dikaitkan dengan banyaknya jumlah tenaga IT yang dihasilkan oleh India, namun tidak sebanyak jumlah lapangan pekerjaan mereka, menjadikan pekerja ini sebenarnya sebagai sebuah commodity bagi perusahaan-perusahaan ini, dimana perusahaan dapat dengan mudah memilih tenaga kerja terampil sesuai dengan kebutuhan pada permintaan produksi mereka. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh kees van der pijl bahwa human beings are thus subjected to an economic discipline which defines and treats them as commodities. ( Pijl,1998 hal 7) dan dengan proses hegemoni yang mereka lakukan mereka juga menanamkan nilai bahasawanya bekerja di luar negeri akan mendapatkan keadaan yang lebih baik, seperti gaji, fasilitas dan lainnya.disini terlihat dua fungsi dari tenaga kerja tersebut yang menjadikan mereka brain drain yaitu sebagai commodity bagi perusahaan atau kelas kelas sosial di AS dan mereka merupakan transnasional worker bagi diri mereka sendiri, demi pencapaian gaji yang lebih baik. Selain menjadi sebagai komoditas, tenaga kerja terampil india disini sebenarnya juga merupakan hal yang dieksploitasi oleh kelas-kelas sosial di AS ini, terlihat bahawa tenaga kerja Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

terampil yang sebenarnya dapat menjadi asset yang luar biasa karena kemampuan mereka, sebagai tenaga terampil, namun dapat dengan mudah di peroleh kelas sosial di AS. dan mampu menekan biaya produksi mereka. Terlihat bukan, bagaimana hegemoni yang dilakukan disini, dimana AS sebagai tempat bekerja tenaga kerja terampil india, dalam kasus ini sebenarnya melakukan hegemony dengan menarik tenaga kerja terampil india ke pasar IT mereka dan kemudian mempertahankan kondisi yang ada ini dengan menyediakan sejumlah fasilitas yang menarik sehingga menciptakan faktor penarik bagi migrasi. melalui IT, kelas-kelas sosial di AS, mencoba untuk mempertahankan kekuasaan AS, dan membuat negara dibawahnya tidak mendapatkan kekuasaan, karena mereka menarik salah satu faktor produksinya, yaitu pekerja, sehingga sulit bagi India untuk melakukan hal yang sama. Jadi terlihat disini, brain drain yang dialami oleh india, sebenarnya juga merupakan wujud dari hegemoni oleh AS. Namun seperti yang diungkapkan oleh konsep diatas, ketika muncul suatu tatanan hegemoni, maka akan muncul struktur lainnya untuk mengkonter permasalahan ini. Atau proses historical blocnya. Akan ada counter hegemony sebagai sebuah alternative terhadap struktur yang ada. Dan syarat utama munculnya ini adalah adanya organic intellectual. Organic intellectual muncul biasanya dari kelas bawah, atau pekerja sebagai wujud dari kekuatan sosial, dalam kasus brain drain ini, organic intellectual yang terbentuk adalah SIPA. Kita dapat melihatnya dari SIPA terbentuk dari migrant india yang bekerja di silicon Valley AS yang bertujuan awalnya untuk membantu karrier mereka. Namun kemudian dari perkembangannya, SIPA membantu migrant india untuk ikut bersamasama juga membangun Sillicon Valley di Bangalore, India, yang menitikberatkan model produksi outsourcing. Sehingga terlihat dari sini bahwa, SIPA sebenarnya melakukan upaya counter hegemony terhadap permasalahan brain drain di india yang juga merupakan hegemony dari AS.

Metodologi Penelitian ini mencoba untuk memaparkan suatu kondisi yaitu mengapa migrasi tenaga kerja terampil berhasil di India dan menjadi salah satu cara peningkatan pembangunan di India. Dengan salah satu aktor yang ikut membantu yaitu jaringan diaspora, yang dalam hal ini adalah SIPA. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Sehingga penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian yang mencoba memaparkan bagaimana kondisi serta upaya yang kemudian dilakukan oleh SIPA. Untuk metode pengumpulan data, penulis melakukan studi pustaka melalui bacaan-bacaan dari buku-buku, artikelartikel yang berhubungan dengan migrasi tenaga kerja terampil India, menelaah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SIPA, dalam beberapa tulisan yang diterbitkan oleh SIPA sendiri dan dari official websitenya. dan sumber bacaan lain yang berasal dari internet. Barulah kemudian dari data data yang didapat (dari bahan bacaan) dilakukan analisis terhadap permasalahan yang diteliti, yaitu upaya SIPA ini. Dari hasil analisis ini akan dibentuk sebuah identifikasi faktor faktor yang kemudian berkaitan dengan upaya SIPA dalam membantu India menyelesaikan permasalahan brain drain dan kerjasama dalam migrasi dengan AS. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak melebar, maka penelitian ini dibatasi pada upaya yang dilakukan oleh SIPA dalam membantu India menyelesaikan permasalahan migrasi tenaga kerja terampil di India, dan menjadi penghubung kerjsama antar AS dan India. Selain itu penelitian ini lebih berfokus pada aspek IT, karena SIPA sendiri merupakan asosiasi yang berawal bergerak dalam bidang IT, walaupun kemudian asosiasi ini ikut beranggotakan anggotanya pada bidang lainnya. Dalam hal ini juga ditetapkan rentang waktu yaitu dari 1995-2010. rentang waktu ini diambil agar terlihat jelas, bagaimana awal mula migrasi tenaga kerja terampil India sampai kemudian memberikan hasil yang positif pada pembangunan India dengan langkah yang dilakukan oleh SIPA. Namun tidak tertutup kemungkinan, akan diambil data dari rentang waktu lain yang relevan pada penelitian mengingat migrasi sudah terkenal di India sejak tahun 1950-an.

Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan BAB ini merupakan bab pengantar yang berisi latar belakang masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,teori dan konsep yang akan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

dipakai dalam penelitian, metodologi penelitian, pembatasan masalah dan Sistematika penulisan. BAB II Silicon Valley Indian Professionals Associations BAB ini menguraikan sejarah bagaimana terjadinya migrasi tenaga kerja terampil di India dan sejarah berdirinya SIPA BAB IV Pembahasan BAB ini menguraikan bagaimana kegiatan yang dilakukan SIPA sehingga ia mampu menjalankan perannya dan membantu india memecahkan permasalahan brain drain Bab V Kesimpulan BAB ini berisi kesimpulan dari BAB-BAB sebelumnya.

Daftar Pustaka Budiman,Arif, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: Gramedia Pustaka utama Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Gijsbert Oonk .2007.Global Indian Theory.Amsterdam University Press

Diasporas

Exploring

Trajectories

of Migration

and

Baylis, John.2008.the globalization of world politics, an introduction to international realtin.oxford press John R. Hinnells.2008.Parsis In India And The Diaspora.routledge Lamb,sarah.2009.Cosmopolitan Families in india and abroad aging and the indian diaspora.indiana University Press Lee, Everett. A theory of migration. Jstor jurnal, Demography, Vol. 3, No. 1. (1966), pp. 47-57. Meyers,Eytan . Theories of International Immigration Policy-A Comparative Analysis jstor jrournal. International Migration Review, Vol. 34, No. 4. (Winter, 2000), pp. 1245-1282. Patrick J. Carr, Maria J. 2009.Kefalas.Hollowing out the middle : the rural brain drain and what it means for America.beaconn press World bank.2006. Diaspora networks and the international migration of skills : how countries can draw on their talent abroadedited by Yevgeny Kuznetsov.Washington Wallerstein, Immanuel, 1976. The Modern World-System: Capitalist Agriculture and the Origins of the European World-Economy in the Sixteenth Century. New York: Academic Press\ Wendt, Alexander.1999. Social theory in international politics.cambridge press

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas, 2010http://fisip.unand.ac.id/hi