Upload
m-supri-jadhi-dua
View
10
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
this is proposal draff
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 26 Juli 2013, Kampus ITB Jatinangor resmi didirikan. Peresmian tersebut
sekaligus menandakan diterapkannya sistem multikampus oleh ITB. Sayangnya, peresmian
tersebut belum diimbangi dengan pengadaan fasilitas transportasi yang baik untuk mahasiswa
ITB. Hal ini dapat dilihat dari keluhan mahasiswa kampus Jatinangor yang masih memiliki
kebutuhan akademik dan kemahasiswaan di kampus Ganesha. Ongkos yang dikeluarkan untuk
transportasi umum cukup mahal dan memakan waktu lama. Meninjau hal ini, Kabinet
Mahasiswa ITB 2013-2014 mendirikan Transnangor pada Januari 2014 sebagai solusi
transportasi multikampus ITB. Hingga akhir tahun 2014, tercatat sekitar 9383 penumpang yang
telah memakai fasilitas transnangor. Data tersebut, menunjukkan bahwa mahasiswa
membutuhkan fasilitas transportasi multikampus, dalam hal ini, Transangor. Namun pada
keberjalanan Transnangor, terdapat beberapa masalah yang dialami. Masalah tersebut utamanya
terkait birokrasi dan dana yang terhambat. Masalah-masalah tersebut menyebabkan berhentinya
operasional Transnangor sebelum waktu yang ditetapkan sehingga mahasiswa tidak dapat
menikmati fasilitas tersebut dan kegiatan kemahasiswaan menjadi terhambat. Oleh karena itu,
dibutuhkan solusi dari permasalahan keberjalanan Transnangor ke depannya. Karena program
Transnangor ini dibentuk oleh rektorat, maka pengurus ingin mengembalikan permasalahan ini
kepada rektorat.
B. Landasan Hukum
Perencanaan Masterplan Fisik dan Infrastruktur Multikampus ITB disusun berdasarkan pada sejumlah kebijakan ITB yang meliputi:
• Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB 2006-2025Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan ITB 2006-2025, OFF-G Campus (kampus selain Ganesha) akan difungsikan untuk memperkuat infrastruktur ITB dan memastikan efektivitas dan efisiensi hasil ITB kepada para stakeholdernya. Dalam hal ini, transportasi merupakan salah satu infrastruktur hal tersebut.
• SK SA ITB no.46/SK/K01/2008 tentang Norma Pengembangan Multikampus ITB
• Rencana Strategis ITB 2011-2015
C. Tujuan
1. Mempermudah keberjalanan Transnangor dalam hal pendanaan dan perizinan.
2. Mempermudah transportasi mahasiswa, khususnya mahasiswa kampus Jatinangor.
3. Memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan kegiatan akademik maupun nonakademik.
4. Membantu ITB dalam memenuhi kebutuhan fasilitas transportasi untuk mahasiswa.
D. Manfaat
1. Keberjalanan Transnangor menjadi lebih mudah sehingga transnagor dapat terus dapat
beroprasi.
2. Transportasi mahasiswa, khususnya mahasiswa kampus Jatinangor, menjadi lebih mudah.
3. mahasiswa terfasilitasi dalam melakukan kegiatan akademik maupun nonakademik.
4. Terpenuhinya fasilitas mutikampus.
BAB II
ISI
A. Kondisi Umum Transnangor
Transnangor merupakan sebuah fasilitas transportasi yang sangat dibutuhkan mahasiswa saat
ini, khususnya mahasiswa ITB Jatinangor. Terdapat 6 jurusan dari 3 fakultas di ITB Jatinangor
yang dalam kesehariannya menggunakan Transnangor sebagai sarana transportasi menuju ITB
Ganesha, pusat aktivitas akademik, seperti perkuliahan dan laboratorium, serta kegiatan
kemahasiswaan. Transnangor beroperasi dengan menggunakan 1 unit bus hasil sumbangan BRI
Peduli. Untuk jumlah penumpang yang sudah mencapai 9383 satu unit bis dari sumbangan BRI
dinilai kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan transportasi mahasiswa saat ini.Untuk
periode ini, konsumen cukup datang pada jadwal yang ditentukan dan menunjukkan KTM pada
kernet bus untuk dapat menggunakan fasilitas Transnangor.
Untuk menjalankan sistem di atas, kami bekerja sama dengan KM ITB dalam hal birokrasi,
Direktorat Sarana dan Prasarana, serta Lembaga Kemahasiswaan untuk penyediaan dana
operasional Transnangor selama satu periode. Dana tersebut diberikan secara berkala kepada
Direktorat Sarana dan Prasarana sebagai penyedia fasilitas transportasi di ITB setiap harinya.
(kurang)
B. Keadaan dan Permasalahan Transnangor
a. Keterbatasan dana
Pendanaan Transnangor mengandalkan dana kemahasiswaan yang dialokasikan oleh LK
dengan prosedur seperti kegiatan kemahasiswaan pada umumnya. Tercatat dua kali
pengajuan dana atas nama Transnangor. Pengajuan dana pertama dibantu oleh KM ITB,
MBWG, dan HMRH sementara pengajuan dana kedua dibantu oleh KM ITB dan TEC ITB.
Pengajuan dana pertama disetujui sebesar 24 juta rupiah pada bulan Mei 2014, tetapi sampai
akhir bulan Agustus 2014 dana tersebut tidak kunjung turun. Maka dari itu, kami
mengajukan dana yang kedua pada awal bulan September 2014 dan disetujui sebesar 50 juta
rupiah. Namun, dari kedua pengajuan tersebut, dana tidak kunjung turun sehingga
operasional bus hanya menggunakan dana sisa periode sebelumnya yaitu sebesar 10 juta
rupiah. Pada bulan Oktober 2014, Transnangor kekurangan dana dan terancam tidak lagi
beroperasi. Berdasarkan masukan dari pihak LK ITB pada saat diskusi perihal dana,
Transnangor meminjam dana sebesar 10 juta rupiah untuk keperluan operasional sambil
menunggu dana dari kedua pengajuan tersebut cair. Dari dana sebesar 10 juta rupiah
tersebut, Transnangor hanya mampu bertahan selama kurang dari tiga minggu. Transnangor
kembali meminjam dana untuk kedua kalinya ke LK ITB sebesar 10 juta rupiah. Selama
kurun waktu kurang dari tiga minggu, dana pengajuan akhirnya turun tetapi hanya sebesar
10 juta rupiah. Akibat kekurangan dana, Transnangor akhirnya berhenti beroperasi pada
tanggal 28 November 2014 dengan status berhutang 20 juta rupiah kepada LK ITB.
Pada awal tahun 2015, dana dari LK ITB turun sebesar 54 juta rupiah dengan rincian 4
juta rupiah dari pengajuan dana pertama dan 50 juta rupiah dari pengajuan dana kedua.
Berdasarkan hal tersebut, dana dari LK yang belum turun adalah 10 juta rupiah. Dana dari
LK tersebut digunakan untuk membayar hutang Transnangor pada LK dan sisanya
digunakan untuk biaya operasional. (kurang dijelaskan)
b. Kendala Perizinan KM-ITB
Dalam mengrus perizinan operasi, proposal kegiatan terlebih dahulu harus diserahkan
kepada LK ITB dan Sarpras ITB. Proposal tersebut ditanda tangani oleh tiga pihak yaitu
presiden KM, menteri Advokasi KM ITB, dan bendahara Transnangor. Sebelum disetujui
oleh direktur Sarpras ITB, Transnangor tidak dapat beroperasi sesuai dengan isi proposal.
Dalam mengurus perizinan yang dibutuhkan untuk pengembangan Transnangor seperti
publikasi, kami harus menunggu persetujan dari KM-ITB yang memakan waktu yang lama
sehingga timeline pengembangan Transnangor menjadi sulit didefinisikan dan diprediksi.
Padahal, pengembangan Transnangor, menurut kami, harus dilakukan pada jangka waktu
yang dapat didefinisikan dan diprediksi agar kejelasan informasi, update, dan
pengembangan Transnangor yang seyogyanya diperlukan dalam keberjalanan Transnangor
dapat dinikmati oleh mahasiswa. (kurang dijelaskan)
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, kami selaku
pengelola Transnangor ingin mengembalikan proyek Transnangor kepada rektorat demi
terciptanya keberjalanan Transnangor yang lebih baik dan terpenuhinya kebutuhan mahasiswa
ITB. Kami menyarankan agar proyek ini dipegang oleh rektorat namun tetap melibatkan
mahasiswa dalam segi pengembangan. Hal ini dikarenakan mahasiswa lebih mengerti tentang
kebutuhannya sehingga pengembangan Transnangor menjadi optimal. Apabila rektorat menolak
simpulan dan saran kami ini, kami menyarankan agar diadakan kajian yang mengkaji sistem
transportasi di perguruan tinggi lain. (kuramng lengkap)
LAMPIRAN
A. Jadwal Keberangkatan Transnangor
Jadwal keberangkatan Transnangor periode ini adalah sebagai berikut.
Jadwal Keberangkatan Bus Pada Hari Senin - Kamis
Shift Jam berangkat dari
Ganesha
Jam berangkat dari
Jatinangor
Pagi 06.30 07.45
Siang 11.00 13.00
Sore 17.00 18.30
Jadwal Keberangkatan Bus Pada Hari Jumat
Shift Jam berangkat dari
Ganesha
Jam berangkat dari
Jatinangor
Pagi 06.30 07.45
Siang 10.30 13.00
Sore 17.00 18.30
B. Rincian Pengguna Aktif Transnangor
No. Hari Jumlah Rata-rata Jumlah Penumpang1 Senin 382 34.732 Selasa 541 49.183 Rabu 700 63.644 Kamis 351 31.915 Jum’at 582 52.91
Total 2556 232.36
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 110
20
40
60
80
100
120 Data Penumpang Per-Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat