21
TUGAS PENGOLAHAN BAHAN GALIAN INDUSTRI Disusun oleh : 1. Arnold Rahadyan Suhanda (07311017) 2. 3. Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti

Dolomit & Bentonit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semester vi

Citation preview

Page 1: Dolomit & Bentonit

TUGAS PENGOLAHAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

Disusun oleh :1. Arnold Rahadyan Suhanda (07311017)2. 3.

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi

Universitas Trisakti

Jakarta

2015

Page 2: Dolomit & Bentonit

Dolomit

1. GANESA DOLOMIT

1.1. Mula Jadi

Dolomite yang baru dikenal sejak tahun 1882, merupakan variasi batu gamping yang mengandung > 50% karbonat istilah dolomite pertama kali digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat didaerah TYeolean Alpina (Pettijohn.F.J. 1956). Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder. Secara sekunder, dolomite umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching) tau peresapan unssur magnesium dari air laut kedalam batu gamping, atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomite. Selain itu dolomite sekunder dapat juga terbentuk karena diendapkan secara tersendiri sebagai endapan evaporit. Pembentukan dolomite sekunder dapat terjadi karena berbeberapa factor diantaranya adalah tekanan air yang banyak mengandung unsure magnesium dan prosesnya berlangsung dalam waktu lama. Dengan semakin tua umur batu gamping, semakin besar kemungkinan nya untuk berubah menjadi dolomite. Dolomite primerterbentuk bersama-sama dalam cebakan bijih.

1.2. Mineralogy

Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat dolomite mempunyai struktuir Kristal rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau managdolomit dan berkomposisi kimia MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit. Umumnya dolomite berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dangan kekerasan lebih lunak dari batu gamping (berkisar antara 3.5 – 4) bersifat pejal, berat jenis antara 2.8 – 2.9 yang berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.

2. POTENSI DAN PENYEBARAN

Tushadi (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomite yang cukup besar tedapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura, dan Papua. Selain itu sebenarnya dolomite juga terbesar didaerah lain, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batu gamping.

Page 3: Dolomit & Bentonit

a. Propinsi Jawa Barat Dijumpai di daerah Cibinong, Bogor yaitu dipasir Gedongan. Dolomite didaerah ini umumnya berwarna putih abu-abu dan putih, serta termasuk batu gamping dolomitan yang bersifat keras, kompak dan kristalin.

b. Propinsi Jawa Tengah Dijumpai didaerah Pamotan, tepatnya sekitar 1 km di sebelah timur laut Pamotan. Cebakan daerah ini berupa batuan dolomite atau batu gamping dolomitan.

c. Propinsi Jawa Timur Dijumpai dibeberapa daerah yaitu:

- Di daerah G. Ngaten, dan G. Ngembang, Tuban yang terdapat pada bagian atau formasi batu gamping yang berumur pliosen. Cadangan dolomite dengan kandungan MgO 18,50% sebesar 9 juta M3, sedangkan dengan kandungan MgO 14,5% sebesar 3 juta m3.

- Di daerah Sekapuk, endapan dolomite terdapat disebelah uatara kampong Sekapuk yang terletak antara Sedayu-Tuban. Endapan batu gamping dan dolomite didaerah ini membentuk bukit Sekapuk, Kaklak, dan Malang. Batuan dolomite didaerah ini terdapat formasi gamping berumur pliosen dengan ketebalan 50 m dan mempunyai sifat lunak serta berwarna putih. Jumlah cadangan sekitar 50 juta m3. Di daerah Pacitan, Sentul, dan Pancen umumnya batu gamping yang mengandung dolomite 4,5 – 90,4% berumur pliosen. Di daerah G. Kaklak, Tuban cebakan dolomite terdapat dalam formasi batu gamping pliosen, dengan ketebalan sekitar 35 m dan besar cadangan diperkirakan sekitar 70 juta m3.

- Di G. Lengis, Gresik pada umumnya batuan dolomite yang terdapat di daerah ini bersifat keras dan pejal, kompak serta kristalin. Di daerah Socah, Bangkalan Madura, yaitu sekitar 1 kmsebelah timur Socah., batuan dolomite termasuk formasi Kalibening (fasis batu gamping) yang berumur pliosen. Cebakan dolomite disini berwarna putih agak lunak dan sarang, dengan cadangan ditaksir sekitar 430 juta meter ton.

d. Propinsi Sumatera Barat Dijumpai didaerah G. Kajal, analisa batu gamping yang diambil dari bongkahan lepas yang berasal dari dap[ur bakar batu gamping dekat Kajal ( antara Bukit Tinggi – Payakumbuh), diperkirakan berumur permokabron.

Page 4: Dolomit & Bentonit

e. Propinsi Sulawesi Selatan Dijumpai di daerah Tonasa, beberapa contoh batu gamping yang berasal dari Tonasa telah dianalisa, hasilnya menunjukkan bahwa contoh tersebut adalah dolomite yang berumur Eosen dan merupakan lensa-lensa dalam batu gamping.

f. Propinsi Papua Terdapat di daerah Abe Pantai , sekitar G. Sehajiro, G. Mer, dan Tanah hitam dengan kandungan MgO = 10,7% - 21,8%, merupakn lensa-lensa dan kantong –kantong dalam batu gamping.

3. PERTAMBANGAN

3.1. Eksplorasi

Eksplorasi disamping bertujuan untuki menentukan jumlah cadangan juga untuk menginterprestasikan bentuk tubuh endapan, luas penyebaran, dan struktur yang dominan di daerah tersebut. Eksplorasi bahan galian industri pada umumnya lebih sederhana disbandingkan dengan untuk minerallogam, karena sebaran fisikbahan galian industry biasanya lebih mudah ditemukan. Eksplorasi biasanya dilakukan apabila penyelidikan pendahuluan memenuhi syarat untuk perencanaan penambangan. Eksplorasi batuan dolomite dilakukan bertahap . kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara pemboran atau sumur uji. Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi data pemboran dengan data geologi permukaan.

3.2. Penambangan

Penambangan batuan dolomite di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan metoda quarry. Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat,pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Penambangan dilakukan dengan cara konvensional dan mekanis

3.3. Pengolahan

Pengolahan dolomite dilakukan dengan cara yang sederhana pula. Bongkah-bongkah dolomite dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah dolomite tersebut direduksi ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu, hasil proses ini

Page 5: Dolomit & Bentonit

selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomite yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan.

4. PEMANFAATAN

Dolomite banyak dimanfaatkan baik dalam pertanian, bahan bangunan ataupun dalam industry. Dolomite banyak dimanfaatkan sebagai komoditi pada : - Industry refraktori - Dalam tungku pemanas atau pencair - Dalam pupuk digunakan unsure Mg untuk meningkatkan pH tanah - Dalam industri cat sebagai pengisi - Industri kaca, plastik, kertas - Bahan pembuat semen, sorel, sea water magnesia - Industri alkali - Pembersi air - Industri ban - Ply wood - Industri obat-obatan dan kosmetik - Campuran makanan ternak industry keramik - Bahan penggosok (abrassive) Dari sekian banyak pemanfaatannya, pemanfaatan dolomite dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:

1. Pemanfaatan dolomite secara langsung 2. Pemanfaatan dolomite yang telah dikalsinasi 3. Pemanfaatan kimia dolomite

4.1. Pemanfaatan dolomite secara langsung

Pemanfaatan dolomite secara langsung digunakan untuk pertanian, semen klinker, mortar, klinker dolomite, penyemenan atau dempul untuk rekahan-rekahan.

4.1.1. Pertanian Dalam sektor pertanian

Dolomite dipermanfaatkan entuk menaikkan pH tanah masam dan sebagai sumber magnesium . pada tanah-tanah masam unsure yang banyak terkandung adalah unsur Mg dan Fe serta kekurangan unsur Mg, yang mengakibatkan tanaman tidak dapat mengasimilasi CO2.

4.1.2. Semen Klinker Mortar

Penambahan dolomite sampai 40% terhadap semen mempercepat hidrasi semen (Soroka and Setter,1997). Butiran halus dolomite berkisar 1.150 hingga 10.300 cm2/g. umtuk membuat semen Portland, material halus dolomite ini ditambahkan dengan ratio 1:2,75 ke mortar, yang secara alamiah membentuk pasir silisius dan yaitu dolomit yang perbandingan darganya saat ini 1:6.

Page 6: Dolomit & Bentonit

4.1.3. Dempul Rekahan

Selain batu gamping, dolomite atau campuran keduanya dapat juga dimanfaatkan untuk dibuat sebagai penyemen rekahan-rekahan pda kayu.

4.2. Dolomit Kalsinasi

4.2.1. Semen

Magnesium Oksiklorida Semen ini cukup keras, tetapi tidak tahan terhadap air. Untuk menghindarkannya dapat dilindungi dengan pemolesan dengan menggunakan terpentin. Semen ini sering digunakan sebagai material dasar. Penggunaan lainnya adalah untuk matrik penyemenan dalam berbagai variasi. Hampir keseluruhan komposisi semen ini tahan terhadap pelarut, kuat akan tekanan dan tarikan, harga besaing dan tahan terhadap api dan serangga.

Page 7: Dolomit & Bentonit

Bentonit

1. Genesa Bentonit

1.1 Pengertian dan Klasifikasi

Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.

Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

b. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.

Page 8: Dolomit & Bentonit

Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap.Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.

Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.

1.2 Awal Jadi

Secara umum, genesa bentonit ada empat macam, yaitu hasil pelapukan, hidrotermal, akibat transformasi, dan sedimentasi.

Endapan Hasil Pelapukan

Faktor utama dalam pembentukan endapan bentonit hasil pelapukan adalah kondisi komposisi mineral batuan, komposisi kimia, dan daya lalu air pada batuan asalnya. Yang terakhir ini dapat dikemukakan sebagai: iklim, macam relief, dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas batuan.

Mineral penting dalam pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit, muskovit, serta sedikit kandungan senyawa alumina. Plagioklas selain sangat reaktif dan jumlahnya banyak, juga merupakan sumber utama dari kation dan silika dalam air tanah.

Endapan Hasil Hidrotermal

Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan klorida, belerang, karbon dioksida dan silika. Komposisi larutan kemudian berubah karena adanya reaksi dengan batuan gamping. Larutan

Page 9: Dolomit & Bentonit

alkali selanjutnya terbawa ke luar dan bersifat basa serta akan tetap bertahan selama unsur alkali dan alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Jadi, selama proses hidrotermal berlangsung, akan terjadi daerah yang berubah dari asam ke basa.

Pada alterasi hidrotermal yang relatif lemah, mineral-mineral asal menentukan hasil alterasi tersebut. Pada alterasi yang sangat lemah, kehadiran unsur alkali dan alkali tanah akan membentuk monmorillonit kecuali kalium, mika, dan feldspar. Akan tetapi, terjadinya monmorillonit terutama karena adanya unsur magnesium.

Endapan Transformasi

Endapan bentonit hasil transformasi debu gunung api terjadi dengan sempurna apabila debu diendapkan di dalam cekungan seperti danau atau laut. Mineral gelas gunung api lambat laun akan mengalami transformasi. Monmorillonit dijumpai pada endapan resen.

Endapan Sedimen

Monmorillonit juga dapat terbentuk sebagai endapan sedimen dalam keadaan basa. Mineral-mineral yang terbentuk secara sedimen dan tidak berasosiasi dengan tufa adalah atapulgit, speolit dan monmorillonit, serta terbentuk dalam cekungan dan bersifat basa, dan karbonat, silika, pipih, fosfat laut dan sebagainya juga ikut terbentuk. Lingkungan ini banyak sekali mengandung larutan silika yang dapat terendapkan.

2. Potensi dan Penyebaran

Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya,

Page 10: Dolomit & Bentonit

Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.

3. Pertambangan

3.1 Eksplorasi

Pekerjaan yang dilakukan dalam eksplorasi pendahuluan atau detail antara lain pemetaan dan pembuatan sumur uji atau pemboran. Pada eksplorasi detail pembuatan peta dilakukan dalam skala lebih kecil (1: 1.000), dan jarak titik sumur uji atau pemboran lebih dekat.

a. Pemetaan

Pemetaan dilakukan untuk membuat peta topografi dan situasi daerah dalam menunjang kegiatan eksplorasi, evaluasi endapan, dan perencanaan penambangan.

Pengukuran dilakukan dengan alat ukur theodolith pada area yang diinginkan dengan titik ikat ukur yaitu titik triangulasi. Dilakukan juga penen-tuan dan pengukuran lokasi titik bor atau sumur uji dengan interval 25-100 meter.

Dari hasil pengukuran, lalu dibuat peta topografi dan situasi dengan skala diinginkan yang menggambarkan letak titik sumur uji atau titik bor, tempat penggalian endapan, penyebaran endapan, jalan, dan lain-lain.

b. Pembuatan sumur uji, atau pemboran

Pembuatan sumur uji atau pemboran (dengan bor tangan atau bor mesin) adalah untuk mengetahui sebaran endapan secara lateral dan vertikal, tebal endapan, tebal lapisan tanah penutup, struktur batuan, dan data lain melalui pengambilan conto, pengukuran stratigrafi endapan, serta hasil analisis contoh tersebut di laboratorium.

Dari hasil pemeriksaan uji conto di laboratorium dapat diketahui kualitas dan kuantitas endapan bentonit, penyebaran serta ketebalan tanah penutupnya. Lalu, data tersebut dievaluasi, sehingga dapat ditentukan nilai keekonomiannya.

3.2 Penambangan

Page 11: Dolomit & Bentonit

Kebanyakan endapan bentonit terdapat dekat dengan permukaan tanah atau ada yang sudah tersingkap akibat proses pelapukan, oleh karena itu penambangan dilakukan dengan cara penambangan terbuka sistim jenjang.

Lapisan tanah atas dikupas dan dipindah ke suatu tempat penimbunan, yang akan digunakan untuk menimbun daerah endapan bila selesai ditam-bang, sehingga bekas penambangan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Peralatan yang digunakan dalam proses penggalian dan pengupasan tanah penutup, antara lain: power scraper, dragline scraper, dragline excavator, dan power shovel.

4. Pemanfaatan

4.1 Na-bentonit (sodium bentonit)

1) Sebagai lumpur bor

Fungsi utama Na-bentonit sebagai lumpur bor adalah :

menaikkan daya suspensi air pembilas;

pendingin dan pelumas mata bor;

menahan kotoran bor tidak mengendap walaupun kegiatan pemboran sedang dihentikan;

sebagai penahan stang/tali bor yang makin berat dengan bertambahnya kedalaman atau panjang stang bor yang digunakan;

menahan tekanan air, gas atau minyak yang keluar dari batuan yang ditembus dan mencegah peresapan kembali, serta penguat lapisan atau penahan pada dinding lubang bor dan mencegah terkadinya urug.

Bentonit untuk pemboran minyak dan gas bumi harus memiliki sifat mengembang sesuai standar API yang biasa disebut RP 29, RP 13B, atau dari OCMA.

2) Pengecoran Logam

Page 12: Dolomit & Bentonit

Bentonit yang dipakai pada industri pengecoran logam besi atau bukan besi adalah bentonit alam dan sintetis yang berfungsi sebagai bahan pengikat dalam alat cetak.

Dalam dunia perdagangan, bentonit alam disebut juga bentonit Wyoming, sedangkan bentonit sintetis disebutbrekbond 2 (Inggris) dan berkonit (Italia). Sifat daya tahan terhadap panas dari kedua jenis bentonit tersebut tidak sebaik lempung tahan api yang berupa butiran seperti kuarsa, zircon, kromit dan lain-lain.

Jumlah bentonit yang dipakai untuk pengecoran logam antara 4 – 6 % dari berat alat cetak. Pengecoran pada suhu dan tekanan tinggi diperlukan pengikatan yang lebih sempurna dengan pemakaian bentonit antara 8 – 10 % dari jumlah berat alat cetak. Apabila alat cetak mengalami keausan atau rusak, pembaharuan cukup dengan menambahkan bentonit 0,1 – 1 % dari jumlah berat alat cetak.

Persyaratan bentonit untuk pembuatan alat cetak pengecoran logam (besi baja) biasanya mengacu kepada syarat standar Steel Founder’s Society of America (SFSA). Syarat tersebut didasarkan pada kandungan uap air, konsentrasi CaO, derajat pH dan batas cair. Nilai batas cair bagi lempung bentonit atau jenis lempung lain harus lebih besar dari 600o C.

3) Pembutan pelet konsentrat besi dan logam Lain

Pemanfaatan bentonit dalam proses pembuatan pelet konsentrat bijih besi dianggap cukup mahal. Selain itu, apabila dipakai campuran bentonit sekitar 1 % dapat terjadi kontaminasi, kadar besi turun 0,6 % dan silika naik 0,5 %. Untuk itu, perlu ditambahkan batu gamping dan kokas. Batu gamping (kapur tohor=CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2) berfungsi menurunkan suhu pembakaran dan mencegah terjadinya retak-retak, sementara kokas berfungsi untuk mengikat kelebihan silikat dan terbentuknya silikon karbid yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok, pemoles atau ampelas.

4) Teknik sipil

Pemakaian bentonit dalam teknik sipil masih terbatas pada pembangunan konstruksi beton, seperti jembatan, bendungan dan bangunan yang berhubungan langsung dengan air tanah dan air laut. Sifat bentonit yang dimanfaatkan adalah sifat tiksotropinya.

Page 13: Dolomit & Bentonit

Tujuan pemakaian Na-bentonit adalah untuk menunjang kekuatan dinding diafragma dan tembok/fondasi yang masuk ke dalam tanah. Selain sebagai penyelubung, juga berfungsi sebagai penahan atau pengisi lubang, celah dan pori-pori batuan atau formasi di sekitar dinding atau tembok/fondasi. Bentonit yang digunakan 3 – 10 %.

5) Bahan pencuci atau pemutih

Pemakaian Na-bentonit sebagai bahan pemutih dan pencuci termasuk mahal, tetapi memberikan hasil yang baik dan banyak dilakukan. Atas pertimbangan biaya, fungsi bentonit banyak digantikan oleh lempung asam aktif atau fuller’s earth.

6) Penggunaan lainnya

Penggunaan Na-bentonit di bidang pertanian dan peternakan (sebagai katalis), pembuatan cat dan lain-lain dipandang sangat mahal. Sebagai subtitusi Na-bentonit dipakai lempung asam, fuller’s earth, pirofilit, atau talk yang lebih mudah diperoleh dan dari sisi harga lebih murah. Walaupun demikian, penggunaan bentonit untuk tujuan tersebut masih dilakukan oleh industri atau pengusaha tertentu.

Dalam industri pakan ternak (terutama unggas) bentonit berfungsi sebagai pengikat dengan pembuatan sama seperti pembuatan pelet konsentrat bijih besi dan ogam lain), yaitu 1-2 % dari berat pakan yang diolah.

4.2 Ca-bentonit ( kalsium bentonit )

Berbeda dengan Na-bentonit, Ca-ben-tonit tidak memiliki sifat mengembang yang baik sebab tidak adanya ion Na+ di dalam kesatuan sel pada kisi kristal montmorilonit (Tabel 1).

Pemakaian Ca-bentonit pada dasarnya sama dengan pemakaian lempung yang tergolong fuller’s earth, antara lain untuk lumpur pemboran, pencuci dan pembersih minyak bakar, minyak goreng, industri obat-obatan, kimia, kertas, keramik dan lainnya. Tetapi pemanfaatan yang utama adalah untuk pembuatan sodium bentonit sintetis, dan bahan baku pembuatan lempung aktif.

Pemakaian Ca-bentonit untuk bahan pembuatan sodium bentonit lebih banyak keuntungan daripada jenis lempung lain, kecuali lempung asam, terutama saat penggerusan, penyaringan dan pengeringan. Ca-bentonit

Page 14: Dolomit & Bentonit

memiliki sifat pertukaran ion yang baik dan menghasilkan produk sampingan yang berharga, yaitu bahan pemutih sintetis precipitated calcium carbonate (PCC).

Biasanya, bahan yang digunakan mempunyai kelembaban sekitar 33 % dan ukuran butir 5 cm. Bahan lalu dikeringkan hingga kelembaban antara 3-10 %, selanjutnya digerus dengan ukuran butir mencapai 90 – 100 mesh.

Selain yang diterangkan di atas terdapat lempung sejenis yang pemanfaatannya sama atau hampir sama dengan Bentonit, yaitu atapulgit, sepiolit, dan lempung asam.

Di indonesia, sebagian besar penggunaan Ca-bentonit adalah di industri penjernihan minyak kelapa sawit. Untuk menghasilkan minyak kelapa sawit bermutu tinggi diperlukan Ca-bentonit dengan persyaratan tertentu, terutamableaching power.

Beberapa peryaratan dan spesifikasi bentonit yang perlu diperhatikan dalam pengunaannya di berbagai jenis industri pemakai, antara lain adalah:

a) Special Foundry Sand; Kuat tekan, kuat tarik dan deformasi.

b) Special Iron ore Pellet Test; Green drop; hijau, kering dan kuat padat pembakaran (fired compress strengths),deformation; dan tumble determination).

c) Perdagangan Katalis dan Pemurnian Minyak; Spesifikasi material murni dengan kadar besi dan metal berat rendah. Tes diambil dari BSCRA specification dengan persyaratan sebagai berikut :

Moisture content (6-12 %);

Green compressive strength;

Dry compressive strength;

Batas cair (sekitar 600oC);

o Life test;

o Komposisi kimia (CaO maks. 0,7 %); pH – 8,2;

Kuat panas.

Page 15: Dolomit & Bentonit

d) Farmasi dan Kosmetik; Di bidang ini, uji bentonit dibuat terhadap sifat-sifat sebagai berikut : rupa (wujud), bentuk, brightness, residu pada 200 mesh (%), pH (dispersi 2 %), swelling (1/2 gram dalam 10 ml air, setelah 2 jam), Batas cair, formasi gel (dengan MgO setelah 24 jam), cps viscosity (1%, 3% dan 5 % dispersi).

e) Deproteinizing Wine, (oil, fluids); Untuk Deproteinizing wine, uji bentonit dibuat untuk mengetahui sifat-sifat sebagai berikut: Deproteinizing power, soluble sodium, soluble lead, soluble phosphate. Harus stabil pada panas 500o-600o C, porositas 60-70 %, area permukaan sekitar 120-140 mm/g, pH hampir netral, rasa/bau kecil.

f) Fuller’s Earth; Fuller’s earth tidak diaktifkan secara komersial dan tidak berbaur terhadap aktivasi dengan asam. Sedangkan atapul-git dan monmorillonite di alam kebanyakan memiliki kemampuan menjernihkan minyak. Selain itu, mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Rapatan muatan : 0,45-0,75 g/ml;

o True density : 2,4 – 2,6 g/ml;

o pH : 6,5 – 7,5;

o porositas : 60 – 70 %;

o area permukaan : 120-140 mm/g;

o pori-pori berdiameter rata-rata 170 – 200 A;

o organic diserap 12-15 % bobot clay (clay akan menyerap 30-50% bobot cair organik tanpa kehilangan sifat dan daya mengalir secara bebas).