14
Diskusi Kelompok II Skenario Nama Mahasiswa. : Hasti Raissa Nama Fasilitator : drg. Widurini D.S. SpKG Tanggal / Jam Diskusi : Kamis, 12 mei 2016 GIGI SULUNG GIGI PERMANEN Mahkota lebih luas mesiodistal dibandingkan cervicoincisal (Mesiodistal > Cervicoincisal) Mahkota lebih luas cervicoincisal dibandingkan mesiodistal (Mesiodistal < Cervicoincisal) Akar gigi lebih sempit ke arah mesiodistal. Akar gigi lebih melebar ke arah mesiodistal. Akar molar lebih panjang dan lebih ramping dan lebih divergen (memancar/flare) Akar-akar molar permanen lebih lebar , pendek, dan lebih konvergen. Akar gigi primer yang proporsional lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan dengan ukuran mahkota dan lebih halus. Akar gigi permanen lebih kuat, lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan dengan ukuran mahkota. Punggung serviks enamel gigi anterior lebih menonjol. Punggung serviks enamel gigi anterior tidak menonjol seperti gigi sulung. Akar-akar dan korona molar susu mesio-distal dan sepertiga servikal lebih sempit. Akar-akar dan korona molar permanen mesio-distal dan sepertiga servikal lebih lebar. Cervical ridges buccally pada molar jauh lebih jelas dan prominent, terutama pada maxilla dan mandibular M 1 Cervical ridges buccally pada molar tidak begitu jelas. Tidak memiliki mamelon. Pada gigi yang baru erupsi gigi permanen insisive memiliki mamelon. Gigi primer biasanya kurang berpigmen dan putih dalam penampilan. Gigi permanen berpigmen dan berwarna tidak seputih gigi primary dalam penampilan. Tanduk pulpa lebih tinggi dan Tanduk pulpanya lebih rendah

dk 2 raissa.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dk 2 raissa.docx

Diskusi Kelompok II Skenario

Nama Mahasiswa. : Hasti Raissa

Nama Fasilitator : drg. Widurini D.S. SpKG

Tanggal / Jam Diskusi : Kamis, 12 mei 2016

GIGI SULUNG GIGI PERMANENMahkota lebih luas mesiodistal dibandingkan cervicoincisal (Mesiodistal > Cervicoincisal)

Mahkota lebih luas cervicoincisal dibandingkan mesiodistal (Mesiodistal < Cervicoincisal)

Akar gigi lebih sempit ke arah mesiodistal. Akar gigi lebih melebar ke arah mesiodistal.Akar molar lebih panjangdan lebih ramping dan lebih divergen (memancar/flare)

Akar-akar molar permanen lebih lebar , pendek, dan lebih konvergen.

Akar gigi primer yang proporsional lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan dengan ukuran mahkota dan lebih halus.

Akar gigi permanen lebih kuat, lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan dengan ukuran mahkota.

Punggung serviks enamel gigi anterior lebih menonjol.

Punggung serviks enamel gigi anterior tidak menonjol seperti gigi sulung.

Akar-akar dan korona molar susu mesio-distal dan sepertiga servikal lebih sempit.

Akar-akar dan korona molar permanen mesio-distal dan sepertiga servikal lebih lebar.

Cervical ridges buccally pada molar jauh lebih jelas dan prominent, terutama pada maxilla dan mandibular M 1

Cervical ridges buccally pada molar tidak begitu jelas.

Tidak memiliki mamelon. Pada gigi yang baru erupsi gigi permanen insisive memiliki mamelon.

Gigi primer biasanya kurang berpigmen danputih dalam penampilan.

Gigi permanen berpigmen dan berwarna tidak seputih gigi primary dalam penampilan.

Tanduk pulpa lebih tinggi dan ruang lebih lebar.

Tanduk pulpanya lebih rendah dan ruang pulpanya lebih sempit

Akar-akar gigi susu mengalami resorpsi. Akar-akar gigi permanen tidak mengalami resorpsi.

Permukaan fasialnya lebih licin. Permukaan fasialnya lebih kasar.Tidak terbentuk sekunder dentin. Terbentuk sekunder dentin.Ketebalan dentin setengah dari gigi permanen.

Dentin yang berada di atas pulpa ketebalannya lebih besar.

Email gigi lebih tipis sekitar 1 mm dan memiliki kedalaman yang konsisten.

Email gigi lebih tebal sekitar 2-3 mm dan tidak memiliki kedalam yang konsisten.

Enamel batang sepertiga serviks mahkota utama diarahkan oklusal bukannya gingiva seperti yang terlihat di gigi permanen.

Enamel batang di serviks diarahkan apikal.

Ketebalan dentin antara ruang pulpa dan Ketebalan dentin antara ruang pulpa dan

Page 2: dk 2 raissa.docx

enamel terbatas, khususnya di beberapa daerah (molar primer kedua rahang bawah).

Enamel tidak terbatas, khususnya di beberapa daerah.

Tubulus dentin yang kurang teratur. Tubulus dentin yang teratur.Cementum tipis dan hanya dibuat untuk primary cementum.

Cementum tebal. Ada dalam primary dan secondary cementum.

Enamel dan dentin kurang termineralisasi dan kurang padat.

Enamel dan dentin termineralisasi.

Jumlah gigi 20 gigi, setiap rahang terdiri dari 10 gigi dan setiap kuadran 5 gigi.

Jumlah gigi 32 gigi, setiap rahang terdiri dari 16 gigi dan setiap kuadran 8 gigi.

Terdiri dari 2 insisive, 1 canine, 2 molar ditiap kuadran.

Terdiri dari 2 insisive, 1 canine, 2 premolar dan 3 molar disetiap kuadran.

Supplemental grooves banyak. Supplemental grooves dikit.

DENTAL CERAMIC

Ceramic produk yang terbuat dari material inorganic nonlogam yang biasanya diproses dengan dibakar pada temperature tinggi untuk mendapatkan sifat tertentu.

Porcelain campuran berbagai material keramik spesifik yang biasanya dibuat dengan mencampur kaolin (hydrated aluminosilicate), quartz (Silica), dan fledspars ( potassium dan sodium aluminosilicates) dan dibakar pada suhu tinggi

Dental ceramic restorasi metal ceramic terdiri atas berbagai jenis komposisional keramik = Dental Porcelains

1. Terdiri dari elemen logam dan non logam membentuk ikatan ionic yang menjadi senyawa kristalin / non kristalin. Biasanya terdiri dari senyawa oksigen dan metal / semi metal (metalloid), misalnya Al2O3

2. Sifat keramik yang digunakan dalam aplikasi kedokteran gigi berbeda beda sesuai dengan kebutuhan dan komposisinya

3. Lebih resisten terhadap korosi dibandingkan plastik4. Tidak bereaksi terhadap kebanyakan liquis, gas, alkali, asam lemah stabil dalam

waktu lama5. Sifat Sifat Keramik secara umum

Logam>ceramic>email>dentin Fracture toughness rendah/sedang Strengthnya baik Flexural strengh setara baja Rentan thd tensile fracture Inert : tdk mudah bereaksi Biokompabilitas baik Estetik tinggi Refraktori alami Tdk bersifat ductile

Page 3: dk 2 raissa.docx

Bersifat brittle

Dental aplikasi:

- Hardness hrs lbh rendah dr email krn:a. Gampang dipolishb. Email d gigi antagonis tdk atrisi

- Fracture resistance cukup- Compressive strength hrs diperhatikan utk tahan fracture

Phase:

1. Fase kristal: alumina, zirconia, silica, alumina Crystalline Dibentuk dr kristalisasi suhu tinggi Memberikan sifat kuat dan keras Kristal eucite: memutihkan, menguatkan, dll

2. Fase matriks sillicate glass Amorphous/vitreous Memberikan sifat estetis

Struktur dental keramik

- Rantai tetahedral

- Ion alkali: meningkatkan ekspansi thermal glassKoef ekspansi dpt ditingkatkan dg penambahan partikel kristalin yg mengandung ion alkali

Klasifikasi dental ceramic:

- Metal ceramic 3x l bh kuat dg keramik sendiri Keramik: hrs kuat, menutupi wrn metal Temperatur pembakaran keramik < titik leleh logam Komposisi: leucite, glass modifier, opacifier

A. Klasifikasi utama

a) Metal Ceramic / Porcelain-fused-to-metal ProsthesesMerupakan keramik yang digunakan untuk veneer metal frameworks. Terdapat 4 kategori dalam metal ceramic system:

1. Manually condensed feldspathic veneering porcelains2. Hot isostatically pressed (HIP) Veneering ceramics3. Ceramic stains4. glazes

Page 4: dk 2 raissa.docx

b) All Ceramic Prostheses1. HIP or CAD-CAM core ceramics2. Manually condensed veneering ceramics3. Hot pressed veneering ceramics4. Liners5. Ceramic stains6. Ceramic glazes

B. Klasifikasi berdasarkan Kegunaan / Indikasi a. Mahkota pada gigi Anterior & Posteriorb. Veneerc. Post dan Cored. Fixed Dental Prostheses (Gigi tiruan Permanen)e. Ceramic Stainf. Glaze

C. Klasifikasi berdasarkan Fase Kristal dan/atau Fase Matrixa. Sillica Glassb. Leucite-Based Glass Ceramicc. Lithia disilicate-based glass ceramicd. Aluminous Porcelaine. Aluminaf. Glass-infused aluminag. Glass-infused spinelh. Glass infused alumina/zirconiai. Zirconia

FABRIKASI CERAMIC METAL

Pembuatannya dilakukan dengan sintering (Membuat bahan bubuk menyatu menjadi

massa padat atau berpori dengan memanaskannya tanpa pencairan, kadang juga bisa di

dry pressing terlebih dahulu sebelum dipanaskan).

Pembuatan ini terdiri dari metallic framework (kerangka metallic) atau inti dengan

paling sedikit dua lapisan keramik yang dipanaskan

o Lapisan pertama: lapisan opaque berisi keramik, dengan opacifying oxides.

Berguna untuk melapisi bagian gelap dari metal yang telah teroksidasi agar

memiliki estetika yang baik.

o Terjadi ikatan ceramic-metal

o Lapisan kedua: metal

Langkah selanjutnya adalah membuat model ceramic yang menyerupai sifat translusen

dari enamel dan dentin agar estetikanya bagus

Lalu, model disintering. Koefisien termal ekspansi keramik harus lebih rendah dari

alloy untuk mengimbangi kompresi keramik saat dingin. Hal ini berguna untuk

mencegah cracking

Page 5: dk 2 raissa.docx

Alloy yang digunakan biasanya adalah gold based alloy yang terdiri atas tin dan

indium. Gold-palladium, silver palladium, dan nickel chromium alloy dibuat sebagai

alternative untuk yang biayanya murah. Semakin tinggi kandungan palladium, maka

harganya akan semakin mahal

KETENTUAN METAL-CERAMIC BONDING

1. High fusing temperature of alloy. Temperatur fusi alloy harus lebih tinggi (>100°C)

daripada temperature firing keramik

2. Low fusing temperature of ceramic. Fusing temperature keramik yang digunakan

harus lebih rendah dari tempaeratur keramik yang digunakan pada ceramic all-

restoration

3. Keramik harus sudah ada proses wetting terhadap alloy untuk mencegah adanya void

pada interface (pertemuan lapisan) keduanya

4. Ikatan antara metal dan keramik sangat esensial dengan adanya interaksi keramik

dengan oksida pada permukaan metal dan permukaan kasar pada metal coping

(kerangka metal tunggal yang dibuat untuk bonding antara metal dengan porcelain)

5. Koefisien termal ekspansi keduanya harus compatible untuk mencegah terjadinya

cracking. Umumnya koefisien ekspansi termal metal lebih tinggi daripada porcelain

6. Modulus elastisitas/kekakuan yang tinggi dibutuhkan alloy khususnya untuk fixed

bridge dan posterior crown. Kekakuan yang tinggi pada alloy dapat mengurangi stress

pada keramik dengan pengurangan defleksi dan strain

7. Resistensi terhadap kelengkungan harus tinggi; alloy umumnya tipis dan tidak terjadi

distorsi saat pembakaran keramik

8. Akurasi casting metal coping yang sesuai sangat diperlukan

9. Desain restorasi yang sesuai juga diperlukan untuk menyesuaikan ketebalan alloy

sehingga menghasilkan space yang sesuai untuk keramik

EVALUASI METAL-CERAMIC BONDING

Gold Porcelain Bond

Page 6: dk 2 raissa.docx

Bonding yang terlihat antara alloy emas dengan porselen merupakan hasil dari 3

faktor:

a. Mechanical bonding. Porselen yang telah menyatu akan membasahi permukaan alloy,

lalu dengan sendirinya bahan ini akan mengalir ke semua bagian dan menghasilkan

ikatan yang mekanis

b. Chemical bonding. Apabila terdapat timah atau indium dalam alloy, maka akan

terbentuk suatu lapisan oksida pada permukaan yang dapat bereaksi dengan porselen

dan menghasilkan suatu ikatan kimia. Akan tetapi, permukaan alloy yang diberi

perawatan asam akan melarutkan elemen yang teroksidasi sehingga bonding menjadi

lemah

c. Compressive bonding. Bila selama proses pendinginan porselen berkontraksi lebih

sedikit dari alloy hasilnya bagian restorasi keramik akan memiliki sisa compressive

stress sehingga dibutuhkan stress yang lebih besar supaya tidak terjadi tensile bonding.

Base metal alloy – Porcelain bond

Bonding kuat juga dapat diperoleh antara alloy Ni-Cr-Porselen. Berlawanan dengan

keadaan yang disebutkan di atas, kegagalan bonding yang terjadi di sini timbul pada

perbatasan antara logam dan keramik (kegagalan adhesive). Kegagalan yang terjadi ini dapat

diakibatkan oleh sisa stress yang terdapat pada bond atau karena terlalu besarnya oksidasi

yang terjadi pada perbatasan alloy dengan porselen.

RADIOANATOMI GIGI SULUNG DAN GIGI TETAP

Page 7: dk 2 raissa.docx
Page 8: dk 2 raissa.docx
Page 9: dk 2 raissa.docx

Radiograf Jaringan Periodontal Normal

Page 10: dk 2 raissa.docx
Page 11: dk 2 raissa.docx