23
DISTRIBUSI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM: DIVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM-SAHAM PERUSAHAAN Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Intermediate Financial Management Pembimbing: Sumiati, SE, MSi Oleh Kelompok 8: Siti Fahriyah (115020201111033) Jenyarti Dewi Arganata (115020201111041) Yogi Harsa Pradana (115020201111047) Ongky Hiendarto (115020200111084) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Distribusi Kepada Pemegang Saham

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Distribusi Kepada Pemegang Saham

DISTRIBUSI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM: DIVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM-SAHAM

PERUSAHAAN

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Intermediate Financial Management

Pembimbing:Sumiati, SE, MSi

Oleh Kelompok 8:

Siti Fahriyah (115020201111033)

Jenyarti Dewi Arganata (115020201111041)

Yogi Harsa Pradana (115020201111047)

Ongky Hiendarto (115020200111084)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMENNOVEMBER 2013

Page 2: Distribusi Kepada Pemegang Saham

DIVIDEN VERSUS CAPITAL GAIN: MANA YANG DISUKAI INVESTOR

Rasio Pembayaran target (target pay out ratio) adalah prosentasi dari laba bersih

yang dibayarkan sebagai dividen tunai seperti yang diinginkan oleh perusahaan--

sebaiknya sebagian besar di dasarkan pada preferensi investor untuk dividen versus

keuntungan modal: Apakah investor menyukai:

a.    Membiarkan perusahaan mendistribusikan laba sebagai dividen tunai

b.    Membiarkan melakukan pembelian kembali saham atau menanamkan kembali laba ke

dalam bisnis

Kebijakan Dividen Optimal (optimal dividend policy)

Kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara dividen saat ini dan

pertumbuhan dimasa mendatang dan memaksimalkan harga saham perusahaan. Ada tiga

teori tentang preferensi investor :

a.    Teori irevalensi dividen yang menyatakan bahwa kebijakan dividen sebuah

perusahaaan tidak memiliki pengaruh pada nilai maupun biaya modalnya.

b.  Teori burung di tangan (bird-in-the-hand teory) adalah istilah Miller & Modigliani

(MM) untuk teori yang menyatakan bahwa nilai sebuah perusahaan akan dapat

dimaksimalkan dengan menetapkan rasio pembayaran dividen yang tinggi.

c.    Teori preferensi pajak adalah  yang berdasarkan kebijakan keuntungan modal jangka

panjang biasanya dikenakan pajak dengan tarif 20 %, sedangkan laba dividen

dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai angka maksimal 38,6 %.

Ketiga teori di atas menawarkan saran yang saling bertentangan kepada manajer

perusahaan, sehingga timbul pertanyaan teori manakah yang terbaik. Jalan yang paling

logis adalah dengan menguji teori-teori tersebut secara empiris. Akan tetapi terdapat

masalah-masalah yang cukup serius pada seluruh uji empiris yang telah dilakukan.

Pertama, beberapa investor jelas-jelas menyukai dividen sehingga dapat dikelompokkan

menganut teori burung di tangan. Disisi lain, investor tidak membutuhkan dividen tunai

saat ini dan berada dalam golongan tarif pajak yang tinggi. Terakhir beberapa investor

mungkin bersifat indiferen, bagi mereka keuntungan dan kerugian dari dividen adalah

sama besar, sehingga preferensi pembelian saham mereka tidak akan mengalami

perubahan jika perusahaan membayarkan keuntungan mereka menjadi lebih banyak atau

lebih sedikit.

Page 3: Distribusi Kepada Pemegang Saham

ISSUE-ISSUE KEBIJAKAN DEVIDEN LAINNYA

a.    Hipotesis kandungan informasi adalah teori yang menyatakan bahwa investor akan

memandang perubahan dividen sebagai suatu sinyal peramalan laba oleh manajemen.

b.    Efek pelanggan (client effect) adalah kecenderungan sebuah perusahaan untuk menarik

sekumpulan investor yang menyukai kebijakan dividennya.

1. Kelompok atau pelanggan pemegang saham yang berbeda akan menyukai kebijakan

pembayaran dividen yang berbeda-beda.

2. Jika sebuah perusahaan menahan  dan menginvetasikan kembali laba daripada

membayarkan dividen, maka para pemegang saham yang membutuhkan laba berada

pada posisi kurang menguntungkan.

3. Pemegang saham dapat berganti perusahaan, perusahaan juga dapat merubah

kebijakan dividennya.

STABILITAS DIVIDEN

Stabilitas dividen merupakan pembayaran dividen yang stabil dalam jangka waktu

yang lama. Sedangkan kebalikannya adalah pembayaran dividen yang sesuai dengan

persentase tetap dari perusahaan. Apabila semua faktor antara dua perusahaan sama tetapi

pembayaran dividennya berbeda, maka harga saham perusahaan yang membayar dividen

dengan stabil akan lebih tinggi daripada harga saham perusahaan yang membayar dividen

secara tidak stabil. Stabilitas dividen penting. Laba dan arus kas yang berubah-ubah

sepanjang waktu, demikian juga peluang investasi. Jadi, memaksimalkan harga saham

mengharuskan perusahaan menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan

para pemegang sahamnya.

Bagaimana keseimbangan ini dapat tercapai? Solusi yang relevan di antaranya:

Setiap perusahaan yang dimiliki publik membuat peramalan keuangan lima atau

sepuluh tahum umtuk laba dan dividen. Dan peramalan itu danya untuk internal.

Tetapi dengan analisis sekuritas peramalan tersebut dapat diketahui oleh investor.

Kebijakan dividen saat ini dikatakan stabil apabila meningkatkan dividen pada laju

yang mantap.

Kebijakan paling stabil pertama, dari sudut pandang investor, yaitu kebijakan

perusahaan yang tingkat pertumbuhan dividennya dapat diramalkan, seperti total

pengembalian perusahaan itu akan relative stabil dalam jangka panjang dan sahamnya

merupakan penangkal baik terhadap kenaikan inflasi.

Page 4: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Kebijakan paling stabil kedua, adalah bila pemegang saham mendapat cukup

kepastian bahwa dividen saat ini tidak akan dikurangi, jumlahnya mungkin tidak

bertumbuh pada tingkat yang mantap, tetapi manajemen mungkin akan mampu

menghindari pemotongan dividen.

Situai paling tidak stabil, yaitu bila laba dan arus kas begitu mudah berubah

sehingga investor tidak dapat mengandalkan perusahaan untuk mempertahankan dividen

saat ini.

Biaya ekuitas diminimumkan dan harga saham dimaksimumkan, jika suatu perusahaan

ingim berusaha sedapat mungkin menjaga kestabilan jumlah dividennya.

Penilaian Stabilitas Dividen

Muatan Informasi. Jika laba perusahaan menurun namun perusahaan tidak

mengurangi dividennya, pasar akan memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap

saham. Dividen stabil berpandangan bahwa masa depan perusahaaan lebih baik

daripada yang direfleksikan oleh penurunan laba. Maka manajemen dapat

mempengaruhi harapan investor melalui informasi yang terkandung pada dividen.

Keinginan Memperoleh Penghasilan saat ini. Walaupun investor dapat menjual

sebagian saham biasa mereka untuk memperoleh penghasilan pada saat dividen tidak

mencukupi saat ini, banyak investor enggan memakai uang pokok. Mereka sadar

penghasilan menempatkan nilai yang lebih tinggi bagi dividen stabil.

Pertimbangan-pertimbangan Kelembagaan. Dividen stabil mungkin menguntungkan

dari sudut pandang hukum karena mengizinkan beberapa investor kelembagaan

tertentu untuk membeli saham biasa.

MENETAPKAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PRAKTIK

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang

relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan

oleh asumsi bahwa:

1. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang yang stabil.

2. Investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan

memiliki prospek baik, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih

senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen.

Menjaga kestabilan dividen tidak berarti menjaga Dividend Payout Ratio tetap

stabil karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada penghasilan bersih perusahaan

Page 5: Distribusi Kepada Pemegang Saham

(EAT). Jika DPR dijaga kestabilannya, misalnya ditetapkan sebesar 50% dari waktu ke

waktu, tetapi EAT berfluktuasi, maka pembayaran dividen juga akan berfluktuasi.

Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan

dimana mereka yakin dapat mempertahankannya dividen masa mendatang. Artinya jika

terjadi kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih dapat mempertahankan

pembayaran dividennya.

Model Dividen Residual

Yaitu suatu model di mana dividen yang dibayarkan ditetapakan sama dengan

laba actual dikurangi dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran

modal perusahaan yang optimal. 

Bagi perusahaan tertentu, rasio pembayaran yang optimal merupakan fungsi dari

empat faktor:

a. Pilihan investasi atas dividen lawan keuntungan modal.

b. Peluang investasi perusahaaan.

c. Struktur modal yang ditargetkan.

d. Ketersediaan dan biaya dari modal eksternal.

Pada prakteknya ada perusahaan yang menggunakan model residual dividend

dimana dividen ditentukan dengan cara:

1. Mempertimbangkan kesempat investasi perusahaan.

2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya

modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.

3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri

tersebut semaksimal mungkin.

4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.

Dengan demikian, besarnya dividen bersifat fluktuatif. Model Residual Dividend

ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan dari pada

menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri, alasannya:

1) Menerbitkan saham menimbulkan biaya emisi saham (flotation cost) , dan

2) Menurut teori signaling hypothesis penerbitan saham baru sering salah artikan oleh

investor bahwa perusahaan kesulitan keuangan sehingga menyebabkan penurunan

harga saham.

Model Residual dividend menyebabkan dividen bervariasi jika kesempatan

investasi perusahaan juga bervariasi (fluktuasi), Jika kita percaya pada teori signaling

Page 6: Distribusi Kepada Pemegang Saham

hypothesis, maka model ini sebaiknya tidak digunakan secara kaku untuk menetapkan

besarnya dividen secara year to year basis. Model ini lebih banyak digunakan sebagai

penuntun untuk menetapkan sasaran payout ratio jangka panjang yang memungkinkan

perusahaan memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dengan laba ditahan.

Laba, Arus Kas, dan Dividen

Dividen jelas lebih tergantung apda arus kas, yang mencerminkan kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen, dibanding pada laba, yang sangat dipengaruhi oleh

praktek akuntansi serta hal-hal lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk

membayar dividen.

Prosedur Pembayaran Dividen

1. Tanggal Pengumuman, yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan

pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.

2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham, yaitu jika perusahaan mencatat seorang

pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak

menerima dividen.

3. Tanggal Pemisahan Dividen, yaitgu tanggal saat dividen dipisahkan dari saham.

4. Tanggal Pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan

cek dividen.

Pola Pembayaran Dividen

1. Jumlah dollar stabil per saham. Kebijakan untuk membayar jumlah dollar stabil per

saham, yang disebut Kebijakan Dividen Stabil.

2. Rasio pembayaran dividen. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham,

karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberi informasi

mengenai prospek perusahaan pada masa mendatang dan karena kebijakan ini

mempengaruhi investasi.

3. Dividen-Tetap-yang-Rendah-Ditambah_Ekstra Yaitu suatu kebijakan yang

mengumumkan dividen tetap yang rendah yang dapat dipertahankan dalam keadaan

pada masa cerah membayar dividen “ekstra” yang telah ditentukan.

RENCANA REINVESTASI DIVIDEN ATAU DEVIDEND REINVESTMENT

PLANS (DRP)

Page 7: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Yaitu suatu rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk secara otomatis

menginvestasikan kembali dividennya dalam bentuk saham perusahaan yang

membayarkan.

Ada dua jenis devidend reinvestment plans, yaitu: 

1. DRP yang melibatkan “saham lama”, apabila pemegang saham memilih reinvestasi,

suatu bank, yang bertindak selaku perwalian, mengambil seluruh dana yang tersedia

untuk diinvestasikan kembali, membeli saham perusahaan di pasar terbuka, dan

mengalokasikan saham yang dibeli ke rekening pemegang saham yang ikut serta atas

dasar pro rata.

2. DRP yang melibatkan “saham baru”, menyediakan dividen untuk diinvestasikan di

dalam penerbitan saham baru, karenanya rencana ini menambah modal baru bagi

perusahaan.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain

dikemukakan oleh Bambang Riyanto (1995) bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh

posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan emiten

dan pengawasan terhadap emiten. Sedangkan Hasan dan Puji Astuti (1994) menyebutkan

faktor operating cost flow, tingkat laba, kesempatan investasi, biaya transaksi dan pajak

perorangan. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan pembayaran dividen yang lebih

tinggi dan beberapa faktor berpengaruh sebaliknya. Oleh karena itu penelitian terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio perlu dilakukan yaitu menguji

konstruksi pengaruh faktor profitabilitas, kas, potensi pertumbuhan, dan ukuran

perusahaan dan kepemilikan minoritas terhadap dividen payout ratio.

Sedangkan banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan deviden

menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007), antara lain:

1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang

Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi

untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana

caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari

jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah

perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk

melunasi utang tersebut.

Page 8: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari

laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya

untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan

atau earning yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus

menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan

dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar

posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami

pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar untuk

membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang

diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang

permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi

perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan

menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan

pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi

tersebut.

3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan

dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana

untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut

biasanya lebih senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai

dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan

perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk

memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam

perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout rationya.

Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa

sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi

dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka

keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan

dividend payout ratio yang tinggi.

4. Keadaan Pemegang Saham

Page 9: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya

mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak

dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax

dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan

dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah

tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan

investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar

hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Pembatasan Hukum

Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan

perusahaan.

Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum ada dua kategori :

a. Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam

membayar dividen. Batasan-batasan ini mungkin saja berbeda, biasanya

perusahaan tidak membayar dividen karena kewajiban perusahaan melebihi

assetnya, jika jumlah dividen melebihi akumulasi laba (laba ditahan), dan jika

dividen dibayarkan dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.

b. Adalah unik bagi tiap perusahaan dan hasil dari batasan dalam kontrak hutang dan

saham preferen. Untuk meminimumkan resiko, investor seringkali menerapkan

aturan pembatasan atas manajemen sebagai syarat investasi mereka dalam

perusahaan. Batasan ini bisa meliputi aturan bahwa dividen takkan diumumkan

sebelum utang dibayar kembali. Juga perusahaan mungkin disyaratkan

mempertahankan jumlah modal kerja tertentu. Pemegang saham preferen bisa

menuntut agar dividen biasa tidak akan dibayar jika saham preferen tidak

dibayarkan.

6. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Variabel penting lainnya adalah kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan.

Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan

dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar

pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil

penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam

perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar

risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha

Page 10: Distribusi Kepada Pemegang Saham

mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen payout ratio

nya.

Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Cornell dan Shapiro (1987),

Peterson dan Benesh (1983), Prezas (1988), Ravid (1988) serta Titman (1984),

mengungkapkan bahwa terdapat interaksi antara keputusan investasi dan keputusan

finansial. Serta teori stakeholder yang dikemukakan oleh Cornell dan Shapiro bahwa non-

investor stakeholder mempengaruhi interaksi antara keputusan investasi dan finansial ini.

Dengan demikian proposisi yang diajukan adalah non-investor stakeholder dan investor

stakeholder mempunyai pengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan. Pengujian

proposisi tersebut adalah dengan menggunakan pengukuran yang lebih langsung dari free

cash flow sebagai suatu cara untuk menghubungkan deviden dengan biaya agen (agency

cost) dan objective smoothing prosedures pada rasio pembayaran deviden.

Dari teori yang telah dikemukakan diatas, terdapat beberapa faktor yang diduga

dapat mempengaruhi kebijakan deviden, yaitu:

1. Variabel NOC

Shapiro (1990), mengindikasikan bahwa manajer memberikan signal mengenai

kemampuan mereka untuk menghargai klaim implisit adalah dengan membayar

deviden yang rendah. Hal ini berarti bahwa lebih banyak kas yang yang tersimpan di

dalam perusahaan untuk membayar klaim implisit dan mengurangi risiko yang

mungkin terjadi bila dilakukan pemotongan deviden.

Suatu masalah yang muncul dalam pengujian hipotesa ini adalah kesulitan

dalam mengukur NOC. Namun spillover effect dapat dipakai sebagai proksi untuk

tingkat NOC, dimana hal ini didasarkan pada ide dari fokus perusahaan yang

mengukur konsentrasi perusahaan di dalam core business-nya.

2. Besarnya Perusahaan

Dari penelitian yang dilakukan oleh Lloyd, Jahera, dan Page (1985) dan Vogt

(1994), mengindikasikan bahwa besarnya perusahaan memainkan peranan dalam

menjelaskan rasio pembayaran deviden dalam perusahaan. Mereka menemukan

bahwa perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses

yang lebih mudah dalam pasar modal, dimana hal tersebut akan mengurangi

ketergantungan mereka pada pendanaan internal, sehingga perusahaan akan

memberikan rasio pembayaran deviden yang tinggi. Untuk memisahkan agency effects

dari pengaruh besarnya perusahaan, maka dalam penelitian ini akan diregresi

Page 11: Distribusi Kepada Pemegang Saham

prosentase dari saham yang dimiliki oleh insiders dan natural log dari jumlah

pemegang saham biasa dengan natural log dari total aset. Proksi yang digunakan untuk

mengukur besarnya perusahaan dalam penelitian ini adalah log total asset. Penggunaan

proksi tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Newbould dan Wilson

(1977) serta Mumford (1990) seperti diungkapkan dalam penelitian Machfoedz

(1994).

3. Variabel Agency Cost

Kepemilikan insider digunakan untuk mengukur biaya agen, yaitu dengan

menghitung prosentase dari total share outstanding yang dimiliki oleh insider. Dengan

semakin meningkatnya kepemilikan dari manajemen, maka biaya agensinya akan

semakin menurun, sepanjang manajer tersebut mengharapkan efek kesejahteraan yang

lebih pada keputusannya (Subrahmanyam, Rangan, dan Rosenstein, 1997).

Pengukuran kedua dari biaya agen adalah dengan memonitor/mengawasi

(monitoring) manajer yang dilakukan oleh pemegang saham. Jika seorang pemegang

saham memegang bagian yang substansial dalam ekuitas perusahaan, institutional

investor misalnya, maka monitoring yang dilakukan terhadap individual ini merupakan

aktivitas yang berbiaya rendah sebagai suatu prosentase dari kesejahteraan individual

di dalam kepemilikan. Dengan demikian perusahaan dengan konsentrasi pemilikan

yang rendah, atau secara relatif mempunyai jumlah pemegang saham yang banyak,

akan menaikkan rasio pembayaran deviden.

Pengukuran yang ketiga dari biaya agen adalah free cash flow di dalam suatu

perusahaan. Jensen (1986), mengatakan free cash flow sebagai aliran kas dimana

kelebihan pendanaan dibutuhkan untuk semua proyek yang mempunyai net present

value yang positif setelah keseluruhan proyek tersebut didiskontokan pada cost of

capital-nya. Free cash flow (FCF) secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kas

yang menganggur, yaitu sisa kas setelah digunakan untuk berbagai keperluan proyek

yang telah direncanakan perusahaan, seperti: melunasi hutang, membayar deviden,

melakukan investasi, dan lain- lain. Dengan demikian tingkat FCF yang relatif rendah

akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari deviden untuk membayar biaya

agen menjadi berkurang. Oleh karena itu semakin tinggi FCF maka semakin tinggi

rasio pembayaran deviden.

4. Variabel Transaction Cost

Page 12: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Pembayaran deviden yang tinggi akan mengurangi ekuitas biaya agen namun akan

menaikkan biaya transaksi yang berhubungan dengan pendanaan internal (Rozeff,

1982). Perusahaan yang memiliki pengalaman ataupun yang mengharapkan tingkat

pertumbuhan yang tinggi akan mempertahankan rasio pembayaran deviden yang

rendah untuk menghindari biaya untuk pembiayaan internal. Karena tidak dapat

digunakan pengukuran secara langsung terhadap biaya transaksi, maka digunakan

variabel pertumbuhan yang dipakai sebagai proksi, yang diciptakan oleh Barton,

Hill, dan Sundaram (1989), dimana mereka menggunakan variabel pertumbuhan

penjualan yang berhubungan dengan natural log dari penjualan dengan waktu. Dengan

demikian digunakan variabel tingkat pertumbuhan sebagai proksi dari biaya transaksi.

DIVIDEN SAHAM DAN PEMECAHAN SAHAM

Dividen saham (stock dividend) adalah suatu dividen yang dibayarkan dalam

bentuk tambahan saham dan bukan bentuk uang tunai. Pemecahan saham (stock split)

merupakan tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah

saham beredar, seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan

dua saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang

sebelumnya ia miliki. Dividen saham dan pemecahan saham memiliki hubungan dengan

kebijakan dividen tunai perusahaaan.

Pengaruh pada harga saham dengan temuan sebagai berikut :

a. Rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak berapa lama setelah

perusahaan mengumumkan adanya pemecahan atau dividen saham.

b. Akan tetapi, kenaikan harga ini disebabkan olah adanya fakta bahwa para investor

memperlakukan pemecahan/dividen sebagai suatu pertanda adanya laba dan dividen

masa depan yang lebih tinggi daripada adanya keinginan dividen/pemecahan saham.

c. Jika perusahaan mengumumkan adanya pemecahan atau dividen saham, maka harga

saham cendrung akan naik.

d. Bahwa komisi pialang biasanya secara prosentase dibebankan lebih tinggi pada saham-

saham yang berharga rendah.

PEMBELIAN KEMBALI SAHAM

Page 13: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Adalah suatu taransaksi dimana sebuah perusahaan membeli kembali sahamnya

sendiri, sehingga menurunkan jumlah saham beredar, meningkatkan EPS dan seringkali

menaikkan harga saham.

Pembelian kembali saham (stock repurchase) dilakukan dalam 3 jenis:

a.    Situasi dimana perusahaan memiliki kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada

para pemegang sahamnya, dan membayarkan dividen tunai.

b.    Situasi perusahaan menyimpulkan struktur modalnya dibebani terlalu berat oleh

ekuitas dan kemudian menjual utang serta menggunakan hasil penjualannya untuk

membeli kembali saham-sahamnya.

c.    Situasi dimana sebuah perusahaan menerbitkan opsi kepada para karyawannya dan

kemudian menggunakan pembelian kembali di pasar terbuka untuk memperoleh saham,

kemudian dipergunakan ketika opsi dilaksanakan.

Dampak Pembelian Kembali Saham

Perusahaan berharap dapat meraih keuntungan dengan melakukan pembelian

kembali. Keuntungan pembelian kembali saham adalah sebagai berikut:

a.    Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai sinyal yang posistif oleh para

investor karena pembelian kembali tersebut sering kali dimotivasi adanya keyakinan

manajemen bahwa saham perusahaan dinilai terlalu rendah.

b.    Para pemegang saham akan dapat memilih ketika perusahaan mendistribusikan kasnya

melalui pembelian saham, mereka dapat menjual atau tidak menjual.

c.    Pembelian kembali dapat menghilangkan satu blok besar saham di pasar dan menahan

harga per lembar saham.

d.    Dividen adalah hal yang “tetap” dalam jangka pendek, karena manajemen enggan

menaikkan dividen jika kenaikkan tersebut tidak dapat dipertahankan di masa

mendatang.

e.    Perusahaan dapat mempergunakan model residu untuk menetapkan suatu tingkat

distribusi kas sasaran, kemudian membagi distribusi tersebut menjadi komponen

deviden dan komponen pembelian kembali.

f.     Pembelian kembali dapat digunakan untuk menciptakan perubahan struktur modal

dalam skala besar.

g.    Perusahaan yang menggunakan opsi saham sebagai salah satu unsur yang penting

dalam kompensasi karyawan dapat membeli kembali saham dan kemudian

menggunakan opsi tersbut kepada para karyawannya dalam menerapkan opsi saham.

Page 14: Distribusi Kepada Pemegang Saham

Kerugian Pembelian Kembali

Kerugian Pembelian Kembali meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.    Para pemegang saham mungkin akan bersikap terhadap dividen dan keuntungan modal,

dan harga saham mungkin akan lebih diuntungkan dari dividen tunai daripada

pembelian kembali.

b.    Para pemegang saham yang melakukan penjualan mungkin tidak menyadari

sepenuhnya seluruh implikasi dari pembelian kembali, atau mungkin mereka tidak

memiliki semua informasi yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan saat ini dan

dimasa datang.

c.    Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu tinggi untuk membeli kembali

sahamnya, dan memberikan kerugian bagi para pemegang saham yang masih tersisa.

Page 15: Distribusi Kepada Pemegang Saham

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F., dan Philip R. Daves. 2002. Intermediate Financial Management.

Seventh edition. United States: Thomson Learning.

Salim, Agus. 2012. Bab 14 Distribusi kepada Para Pemegang Saham: Dividen dan

Pembelian Kembali Saham (online). http://mybacaan.blogspot.com. Diakses pada

tanggal 1 November 2013.

Putra, Indra. 2012. Kebijakan Deviden (online). http://indraputrabintan.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013.

Cornell, B. Dan A. C. Shapiro. “Corporate Stakeholder and Corporate Finance”. Financial

Management Spring 1987.

Peterson, P. P. Dan G. A. Benesh. “A Reexamination of Empirical Relationship between

Invesment and Financing Decisions”. Journal of Finance and Quantitative

Analysis. Desember 1983.