12
A. Definisi Dispepsi adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi (suara keroncongan dari perut). Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu : 1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. 2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluranpencernaan). Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya. a. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena – biladiendoskopi – bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolongdalam kategori ini, b. Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok diusus duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer,

Dis Pepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bb

Citation preview

Page 1: Dis Pepsi

A.    Definisi

Dispepsi adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi (suara keroncongan dari perut).

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :

1.      Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

2.      Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluranpencernaan).

Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.

a.       Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena – biladiendoskopi – bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolongdalam kategori ini,

b.      Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok diusus duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer,

c.       Duodenitis and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung. Radangtersebut bisa saja ringan atau parah, tergantung luksnya. Gastritis akut dapatdisebabkan oleh karena stres, zat kimiam isalnya obat-obatan dan alkohol, makananyang pedas, panas maupunasam.

d.      Acid reflux, oesophagitis and GERD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar darilambung dan naik ke kerongkongan.Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis (radangkerongkongan) atau gastro-oesophageal reflux disease (GERD – acid reflux, denganatau tanpa esofagitis). Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal(esofagus) dan gejala atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70% merupakan tipikal,yaitu :

Page 2: Dis Pepsi

Heart burn. Heart burn adalah sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejalaheart burn adalah gejala yang tersering,

Regurgitasi. Regurgitasi adalah kondisi di mana material lambung terasa dipharing. Kemudian mulut terasa asam dan pahit. Kejadian ini dapatmenyebabkan komplikasi paru-paru,

Disfagia. Disfagia biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur.

 

B.     Etiologi

Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :

a.    Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

b.  Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.

c.  Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik.

d.  Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :

a.    Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.

b.    Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.

c.    Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.

Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan kelainan organik. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:1. Menelan udara (aerofagi)2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung3. Iritasi lambung (gastritis)4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis5. Kanker lambung6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

Page 3: Dis Pepsi

8. Kelainan gerakan usus9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi10. Infeksi Helicobacter pylori

Dyspepsia organik Dyspepsia fungsional

-          Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikuli, ulkus duodeni)-          Gastro-esophageal reflux disease  (GORD), dengan atau tanpa esofagitis.

-          Obat : OAINS, Aspirin

-          Kolelitiasis simtomatik

-          Pancreatitis kronik

-          Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, gastroparesis DM)

-          Keganasan (gaster, pancreas, kolon)

-          Insufisiensi vaskula mesenterikus

-          Nyeri dinding perut

-          Disfungsi sensorik-motorik gastroduodenum-          Gastroparesis idiopatik/hipomotilitas antrum-          Disritmia gaster

-          Hipersensitivitas gaster/duodenum

-          Faktor psikososial

-          Gastritis H. pylori

-          Idiopatik

 

C.    Faktor Predisposisi

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :

a.       Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak nyaman hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang paling sering.

Page 4: Dis Pepsi

b.      Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka  di lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus, bersifat kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.

c.       Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)

d.      Pangkreatitis

e.       Iritable bowel syndrome

f.       Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan maag.

g.      Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.

h.      Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)

i.        Penyakit kandung empedu

j.        Penyakit liver

k.      Kanker lambung (jarang)

l.        Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)

m.    Penyakit lain (jarang)

 D.    Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan Dengan kriteria tidak adanya kelainan organik pada SCBA, maka teori patogenesisnya sangat bervariasi. Berbagai usaha telah dicoba untuk menerangkan korelasi yang ada antara keluhan dengan sedikitnya temuan kelainan yang ada secara konvensional.

Page 5: Dis Pepsi

 E.     Manifestasi Klinis

a.    Nyeri perut (abdominal discomfort),

b.    Rasa perih di ulu hati,

c.     Mual, kadang-kadang sampai muntah,

d.   Nafsu makan berkurang,

e.    Rasa lekas kenyang,

f.     Perut kembung,

g.    Rasa panas di dada dan perut,

h.    Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :

1.    dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala :

-       nyeri epigestrium terlokasi.

-       Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.

-       Nyeri saat lapar.

-       Nyeri episodik

2.    dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala :

-       mudah kenyang.

-       Perut cepat terasa penuh saat makan.

-       Mual.

-       Muntah

-       Uuper abdominal bloating.

-       Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

Page 6: Dis Pepsi

3.    dispepsia non spesefik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

 G.    Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

 H.    Penatalaksanaan

Penatalaksanaan non farmakologis

1)    Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

2)    Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3)    Atur pola makan

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

Penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara lain :

1.      Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan serangan dispepsia

2.      Modifikasi pola hidup

Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak.

Page 7: Dis Pepsi

3.      Obat-obatan

Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi keluhan.

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

- Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

- Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

- Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.

Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

- Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

- Golongan prokinetik

Page 8: Dis Pepsi

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)

 I.       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. berikut merupakan pemeriksaan penunjang:

a.    Tes Darah

Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil tes serologi positif untukHelicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.

b.    Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)

Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda.Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung.

c.    DPL : Anemia mengarahkan keganasan

d.   EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis

e.    Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika

Page 9: Dis Pepsi

terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.

 J.      Pemeriksaan Fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:

1.    Disfagia,

2.    Penurunan Berat Badan (weight loss),

3.    Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi besi,atau fecal occult blood),

4.    Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).

Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal reflux disease), atau keganasan.

 K.    Pencegahan

Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung. Berikut adalah 11 solusi mencegah gangguan pencernaan

1.     biasakan makan teratur

2.     Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan fungsinya dengan sempurna

3.      Jangan makan terlalu banyak

4.      Jangan berbaring setelah makan

5.      Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak terganggu (interval 2-3 jam)

Page 10: Dis Pepsi

6.      Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan padat akan mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)

7.      Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat

8.      Konsumsi makanan probiotik

9.      Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat sederhana)

10.  Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan dinding lambung)

11.  Kurangi stress