113
BAB I PEMBAHASAN PENELITIAN DESKRIPTIF A. Peneitian Deskriptif Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori peneletian kuatitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fonemena-fonemena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya. Penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antar variabel pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antar fakta, dan lain-laain. Masalah-masalah yang diamati dan diselidiki diatas memungkinkan penelitian deskriptif memiliki metode

Diktat Intrumen Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diktat Intrumen Penelitian

BAB I

PEMBAHASAN

PENELITIAN DESKRIPTIF

A. Peneitian Deskriptif

Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori

peneletian kuatitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta,

keadaan, variabel, dan fonemena-fonemena yang terjadi saat sekarang

(ketika penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya.

Penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang

berkenan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan

pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antar variabel

pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi,

perbedaan-perbedaan antar fakta, dan lain-laain. Masalah-masalah yang

diamati dan diselidiki diatas memungkinkan penelitian deskriptif memiliki

metode yang mengarah pada studi komparatif, yaitu membandingkan

persamaan dan perbedaan gejala-gejala tertentu, studi kuantitatif yang

mengukur dan menampilkan fakta melalui teknik survei, tes, interview,

angket dan lain-lain bisa pula menjadi sebua studi korelasional satu unsur

dengan unsur lainnya.

Penelitian deskriptif cenderung tidak melakukan tindakan atau pun

pengontrolan perlakuan pada subjek penelitian. Seperti dikemukakan

diatas, penelitian ini mempunyai misi yang mengungkap fakta dan gejala

Page 2: Diktat Intrumen Penelitian

apa adanya saat penelitia dilakukan. Oleh karena itu benar adanya jika

pada sebuah skripsi tertera pernyataan “penelitian deskritif adalah

penelitian tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek

yang sedang diteliti”.

1. Studi kasus

Studi kasus memusatkan pada suatu kasus secara intensif dan

mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri satu unit( kesatuan unit) yang

dipandang sebagai kasus. Karena studi kasus sifatnya mendalam dan

mendetail, maka studi kasus pada umumnya menghasilkan gambaran

yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data dalam satu

jangka waktu. Nana Sudjana dan Ibrahim (1989) merekomendasikan

beberapa petunjuk dalam melaksanakan studi kasus dalam bidang

pendidikan, khususnya disekolah sebagai berikut.

a. Meemukan dan mengenal siswa sebagai kasus, artinya menetapkan

siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk

dijadikan kasus.

b. Menetapkan jenis masalah yang dihadapi siswa, dalam langkah ini guru

sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang

dihadapi siswa tersebut.

c. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah

melalui analisis hasil beajar, mengamati perilakunya, bertanya pada

teman dekatnya, jika perlu minta penjelasan dar orang tuanya.

Page 3: Diktat Intrumen Penelitian

d. Mencari sebab-sebab yimbulnya masalah dari berbagai aspek, yang

berkenaan dengan kehidupan siswa itu sendiri.

e. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkan dengan

tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap

mengenai latar belakang siswa.

2. Studi Survei

Pada umumnya merupakan cara pengumpulan data sejumlah unit

atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dalam jmlah besar dan

luas. Survei berusaha mengungkap jawaban melalui pertanyaan apa,

bagaimana, berapa, bukan pertanyaan mengapa,. Tujuan utamanya adlah

mengumpulkan informasi tentang variabel, bukan iformasi tentang

individu-individu.

3. Studi pengembangan

Pengelompokan studi pengembangan sebagian dari bagian dari

penelittian deskriptif karena studi ini bermaksud melikiskan hubungan

antara gejala-gejala sebagaimana adanya dengan fakta-fakta lain

berdasarkan funsi waktu yang bersifat kontinyu. Untuk itu, peneliti dapat

menggambarkan perkembangan berbagai variabel dari aspek yang

diselidikinya. Ada dua teknik yang saling melengkapi dalam melakukan

penelitian pengmbangan ini, yaitu (a) metode longitudinal (b) metode

croos sectional.

Page 4: Diktat Intrumen Penelitian

a. Metode longitudinal

Metode longitudinal sering didebut juga metode jangka panjang.

Dalam metode ini penelitian dilakukan terhadap satu objek dengan

mengurutkan gejala pertumbuhan atau perkembangannya dari tahun

ketahun dalam kurun waktu tertentu. Teknik ini memiliki keterbatasa

terutama karena memerluka waktu yang lama dan terdapat kesalahan

dalam prosedur, maka tidak dapat diulang pada objek yang sama,

sehingga sulit utuk melakukan perbaikan. Kecuali itu dalam melaksanakan

penelitian ini banyak memerlukn waktu, biaya, dan tenaga.

b. Metode croos sectional

Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan metode

longitudinal. Karena itu waktu yang panjang dapt dipotong menjadi lebih

pendek.metode ini mempelajari semua individu yang berbeda taraf

umurnya dalam titik waktu yang sama.

4. Studi tndakan lanjut ( follow up)

Studi ini hampir sama dengan studi longitudinal, yaitu mempelajari

perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek diberi perlakuan

khusus atau kondisi tertentu dalam kurun waktu tertentu sampai selesai

secara umum penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan program-

program tertentu. Dalam bidang pendidikan banyak variabel yang

diberikan perlakuan baik kepada guru maupun siswa. Perlakuan yang

dapat diberikan kepada guru antara lain penataran sistem intruksional

Page 5: Diktat Intrumen Penelitian

kurikulum baru pada pendidikan guru, sistem guru kelas atau guru bidang

studi, dan lain-lain. Perlakuan tersebut setelah selesai diberikan,

kemudian diukur efeknya terhadap tujuan yang yang diinginkan dari

penggunaan perlakuan tersebut.

5. Studi kecendrungan

Studi kecendrungan pada dasarnya mermalkan eadaan masa

depan dengan berdasarkan keadaan, gejala, data yang ada pada masa

sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh daari studi lain misalnya

studi kasus, survei agar data dan informasi yang akurat mengenai

gambaran kndisi saat ini. Atas dasar data dan informasi tersebut, peneliti

mencoa meramalkan kecendrungan masa yang akan datang.

6. Studi korelasi

Studi korelasi tiddak terlalu menuntut sampel yang besar, asalkan

variabelnya dapat diukyr dan adanya alat ukur yang handal sebab vaktor

yang paling berpengaruh terhadap besar kecilnya tingkat hubungan

adalah keterandalan yang digunakan untuk mengukur variabel-

mvaribelnya.

Makna suatu korelasi yang dinotasikan dalam huru r (kecil) bisa

mengandung tiga hal, yaitu:

a. Kekuatan hubungan antar varibel, hal ini dapat dilihat besear kecilnya

indeks korelasi

b. Signifikasi statistik hubungan kedua variabel tersebut

Page 6: Diktat Intrumen Penelitian

c. Arah korelasi sebagaimana telah disebutkan diatas jika koefesian yang

diperoleh positif maka menunjukan arah yang sama, namun jika

koefesien yang diperoleh negatif berarti arah hubungan yang

berlawanan.

7. Analisis Dokumen

Metode ini dipakai jika peneliti bermaksud untuk menganalisis data

yang dipeoleh dari dokumen. Analisis dokumen kerap kali disebut juga

analisis kegiatan ( actifity analysis) atau analisis informasi (information

analysis) dan bahkan kadang-kadang disebut juga dengan analisis isi

(content analysis)

8. Keuntungan dan kerugian dalam penelitian deskriptif

a. Keuntungan

Metode deskriptif lebih banyak disukai apda berbagai bidang

penyaidikan. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh melalui percobaan

dilaboratorium tetap menggunakan metode ini untuk mengecek dan

membuktikan tingkat relibitasnya.

b. Kerugian

Peneliti yang bias bisa terjadi karena dua aspek, yaitu

1. Kesalahan memiliki metode

2. Kesalahan metode yang timbul karena salah menggunakannya

Page 7: Diktat Intrumen Penelitian

Salah satu kesalahan yang sering kita laukan dalam menggunakan

mtode deskriptif adalah adanya kecendrungan untuk menyalhgunakan

dalam pemakainya.

Ketika kita ketahui lebih banyak tentang berbagai metode penelitian

seakan-akan metode peneitian yang paling sedrhana adalah metode

deskriptif karena adanya kecendrungan bahwa dalam memilih metode ini

dapat menghindari oenggunaan statistik. Bila hal ini erjadi maka

penelitian kita dapat diklasifikasikan sebagai suatu penelitian, aka tetapi

hanya merupakan kegiatan pengumpulan informasi saja.

Kerugian lain dari metode deskriptif adalah bahwa penelitian

tersebut memberikan informasi yang terbatas tetang variabel-variabel

yang diteliti. Karena kita idak dapatmengisolasi atau menekan variabel-

variabel lain yang konstan, maka kita tiddak dapat mengarapkan bukti

nyata tentang sebab akibat

Page 8: Diktat Intrumen Penelitian

PERTANYAAN

1. Jelaskan Metode longitudinal dan Metode croos sectional ?

2. Berikan salah satu contoh dalam penelitian deskriptip

3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian deskriptip ?

Page 9: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 10: Diktat Intrumen Penelitian

BAB II

PENELITIAN XPOST FACTO E

A. Definisi Penelitian Ex Post Facto

Istilah penelitian ini adalah penelitian sesudah kegiatan (PSK) atau

disebut dengan penelitian kausal komparatif. Salah satu contoh penelitian

ini sudah pernah penulis paparkan pada bagian depan. Penelitian ini

bertujuan membandingkan dua atau tiga peristiwa yang sudah terjadi

melalui hubungan sebab-akibat dengan cara mencari sebab-sebab

terjadinya peristiwa berdasarkan pengamatan akibat-akibat yang mungkin

tampak dan teramati.

Berdasarkan pengertian di atas, sebagian ahli menyebut ex-post

facto sebagai studi eksperimen. Alasannya, karena adanya hubungan

sebab-akibat tadi. Tetapi, ada pula yang mengategorikannya ke dalam

studi deskripsi. Hal ini disebabka oleh penekanannya pada pengamatan

terhadap variabel-variabel terikat yang sudah tampak.

B. Ex Post Facto dan Eksperimen

Dalam uraian di atas telah disinggung ada beberapa kesamaan dan

perbedaan antara expost facto dengan eksperimen. Kedua penelitian ini

sama-sama berusaha menemukan dan mengungkapkan atau

menentukan hubungan antara variabel-variabel dalam data hasil

penelitian.

Page 11: Diktat Intrumen Penelitian

Kedua penelitian juga dapat menguji hipotesis mengenai hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran variabel dalam kedua

penelitian bisa sama, yakni dapat menghasilkan skala pengukuran yang

luas seperti skala nominal, ordinal, interval maupun rasio, bahkan dalam

hal tertentu expost facto bisa lebih komprehensif mengingat sifatnya yang

lebih alami, analisis data hasil penelitian kedua penelitian tidak bisa sama,

yakni menggunakan analisis kuantitatif dengan bantuan statistika, sedikit

sekali kemungkinan analisis kualitatif.

Beberapa perbedaan dari kedua penelitian tersebut nampak dalam

hal teknik perolehan data atau informasi dan kesahihan temuan penelitian.

Dengan eksperimen, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih

meyakinkan dan akurat untuk hubungan kausal atau fungsional antara

variabel-variabel daripada penelitian expost facto. Pengaruh untuk

meyakinkan atau menentukan pengaruhnya pada variabel terikat, jika

variabel terikat Y bervariasi bersama dengan variasi dalam variabel bebas

X dalam situasi yang terkontrol, maka peneliti memperoleh data mengenai

kesahihan hubungan antara sebab akibat yang diduga / dihipotesiskan

antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y.

Dalam situasi expost facto sebaliknya, peneliti tidak dapat

mengontrol variabel bebas melalui manipulasi/perlakuan atau randomisasi

sebab perlakuan telah ada dan telah terjadi sebelumnya oleh orang lain

dan bukan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti tidak dapat mengetahui

Page 12: Diktat Intrumen Penelitian

atau mengontrol dan mengendalikan variabel bebas. Dalam contoh ini

akan dilihat perbedaan antara ex post facto dengan eksperimen.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP

PRESTASI YANG DICAPAINYA

EX POST FACTO EKSPERIMEN

Peneliti mengadakan dua pengukuran.

Pertama, mengukur motivasi belajar siswa

dengan alat ukur tertentu agar diperoleh

skor-skor motivasi dan membedakannya

menjadi dua kategori, yakni motivasi tinggi

dan motivasi rendah. Kriteria tinggi-

rendahnya motivasi ditentukan peneliti

berdasarkan ukuran skor tertentu.

Pengukuran kedua, adalah prestasi belajar

yang dicapai siswa. Analisis dilakukan

untuk melihat pengaruh atau setidak-

tidaknya hubungan antara motivasi dengan

prestasi belajar yang dicapai siswa. Peneliti

tidak perlu mengadakan atau memberikan

perlakuan motivasi kepada siswa, sebab

motivasi belajar siswa telah ada dalam diri

siswa itu sendiri.

Perbedaan prestasi belajar dilihat dari skor

yang dicapai antara siswa yang memiliki

motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki

motivasi rendah.

Peneliti terlebih dahulu memilih dua

kelas siswa melalui randomisasi dan

berupaya membuat kesamaan subjek

dalam segi atau aspek lain pada kedua

kelas tersebut. Kelas pertama diberikan

perlakuan motivasi belajar oleh peneliti,

misalnya dengan memberikan pujian,

nilai-nilai tinggi pada tugas yang baik

pada waktu mengajar, kompetensi yang

sehat atau memberi penjelasan kepada

siswa agar lebih intensif belajarnya.

Pada kelas kedua dibiarkan

sebagaimana adanya, yakni tanpa

perlakuan motivasi. Pengukuran hasil

belajar dilakukan peneliti kepada kedua

kelas tersebut dengan alat ukur yang

sama dan waktu yang bersamaan.

Analisis hasil belajar dilakukan untuk

melihat perbedaan dari kedua kelas

tersebut agar dapat menentukan efek

perlakuan motivasi oleh peneliti pada

waktu ia mengajar

Page 13: Diktat Intrumen Penelitian

Kelemahan temuan ex post facto, peneliti tidak dapat

menyimpulkan secara sahih, penyebab perbedaan prestasi belajar dari

siswa dengan motivasi tinggi dan siswa motivasi rendah, sebab kedua

kelompok tersebut mungkin telah dipengaruhi oleh faktor ketiga, misalnya

intelegensi, prestasi sebelumnya, dan lain-lain.

C. Prosedur Ex Post Facto

Untuk menjelaskan bagaimana prosedur penelitian ex post facto

dilaksanakan, berikut ini akan dikemukakan sebuah contoh. Peneliti ingin

melihat pengaruh atau hubunan motiasi belajar terhadap atau dengan

prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin siswa. Peneliti ini hampir mirip

dengan contoh sebelumnya.

Motivasi belajar dapat ditempatkan sebagai variabel bebas utama,

jenis kelamin ditempat fungsinya sebagai variabel kontrol, dan prestasi

belajar sebagai variabel terikat. Jika dilukiskan disainnya adalah sebagai

berikut.

Variabel Bebas (X) Motivasi Belajar (X)

Variabel kontrol

(Jenis kelamin) Pria (X1) Wanita (X2)

Variabel terikat (Y)

Prestasi Belajar Y1 Y2

Analisis hubungan dapat dilakukan antara skor rata-rata hasil

pengukuran motivasi belajar X dengan rata-rata skor hasil pengukuran

prestasi belajar Y. Lebih dari itu dapat pula dilakukan analisis hubungan

Page 14: Diktat Intrumen Penelitian

antara skor rata-rata hasil pengukuran motivasi belajar siswa pria(X1)

dengan skor rata-rata hasil pengukuran prestasi belajar siswa pria (Y1).

Penelitian di atas dapat dikembangkan menjadi disain faktorial

sederhana 2 x 2 dengan membagi ariabel bebas motivasi belajar menjadu

dua kategori. Misalnya, motivasi belajar kelompok dan motivasi belajar

individual.

Variabel Bebas (X)

Motiasi belajar

Kelompok

Motivasi Belajar

Individual

Variabel Kontrol

(Jenis Kelamin)Pria Wanita Pria Wanita

Variabel Terikat (Y)

Prestasi belajarY1 Y2 Y3 Y4

Penelitian di atas dapat dikembangkan lebih luas lagi degan

memasukkan variabel atribut lain, misalnya tinggi rendahnya motiasi

belajar pada setiap jenis kelamin, sehingga menjadi disain faktorial 2 x 2 x

2. variabel bebas utama motivasi belajar (kelompok-individual) kontrol

pertama jenis kelamin, dan ariabel kontrol kedua tinggi rendahnya

motivasi dan variabel terikatnya prestasi.

Disainnya berikut ini:

Variabel Bebas (X) Motivasi belajar kelompok Motivasi belajar individual

Variabel kontrol pertama

(jenis kelamin) Pria Wanita Pria Wanita

Variabel kontrol kedua

(derajat motivasi)T R T R T R T R

Variabel terikat (Y)

Prestasi belajar Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8

Page 15: Diktat Intrumen Penelitian

Dari contoh dan uraian di atas maka penelitian ex post facto dapat

mengkaji hubungan dua variabel atau lebih, terutama variabel bebas aktif

dengan variabel bebas atribut terhadap variabel terikat.

D. Macam-macam Expost Facto

1. Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi adaah suatu penelitian yang melibatkan

tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan

dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan

dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat

hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai

dengan tujuan penelitian.

2. Penelitian Kausal Komparatif

Metode penelitian yang erat dengan penelitian koreasi adalah

penelitian causal comparative atau hubungan sebab akibat. Di dalam

mengelompokkan jenis penelitian ini, ada para ahli yang memasukkan

penelitian kausal komparatif sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang

mendasarinya adalah bahwa penelitian tersebut berusaha

menggambarkan keadaan yang telah terjadi..

Ada tiga karakteristik penting yang perlu diketahui oleh para peneliti

dalam kaitannya dengan penelitian korelasional yaitu:

1. Penelitian koreasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak

mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel.

Page 16: Diktat Intrumen Penelitian

2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam kondisi setting

nyata.

3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan ex post facto dan eksprimen dalam penelitian ex

post facto ?

2. Jelaskan menurut saudara apa Penelitian Kausal Komparatif ?

3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan ex post facto dan eksprimen

menurut dari prosedur yang ada ?

Page 17: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 18: Diktat Intrumen Penelitian

BAB III

PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pengertian Penelitian Eksperimen

Menurut Subana dan Sudrajat (2009 : 39) Penelitian Eksperimen

adalah Penelitian yang melihat dan meneliti adanya akibat setelah subjek

dikenai perlakuan pada variabel bebasnya. jadi penelitian eksperimen

adalah penelitian yang bertujuan melihat hubungan sebab akibat.

Penelitian Eksperimen adalah Metode yang mengungkap

hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu

variabel terhadap variabel lainnya.(Moh.Nazir). Menurut Buchari Alma

(2004: 50) dalam Sudjarwo dan Basrowi (2009: 298), penelitian dengan

pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari

Page 19: Diktat Intrumen Penelitian

suatu pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam

kondisi yang terkontrol secara tepat. Dalam Eksperimen ada dua Variabel

yang jadi perhatian utama, yakni variabel bebas dan vaiabel terikat.

Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel

yang diamati/diukur sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas disebut

variabel terikat.

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen

Menurut Moh.Nazir Penelitian eksperimen mengandung tiga

karakteristik pokok yaitu :

1. Adanya Variabel bebas yang di manipulasikan

2. Adanya Pengendalian/Pengontrolan semua variabel lain kecuali

variabel bebas.

3. Adanya Pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek

variabel bebas

Ketiga karaktristik tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai

berikut.

a. Memanipulasi

Karakteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen

adalah tindakan memanipulasi variabel secara terencana diakukan oleh

peneliti, yang dimaksud dengan manipulasi yaitu tindakan atau perlakuan

yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat

Page 20: Diktat Intrumen Penelitian

dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan

efek dalam variabel terikat.

b. Mengontrol variabel

Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen

yaitu adanya kontrol yang selalu sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap

variabel atau perubahan yang ada. Mengontrol merupakan usaha peneliti

untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabel terikat yang

mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan

mengontrol suatu variabel atau subjek dalam penelitian eksperimen

memiliki peranan penting karena tanpa melakukan kontrol secara

sistematis, seorang peneliti tidak munkin dapat melakukan evaluasi

dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat.

c. Melakukan observasi

Karakteristik yang ketiga dalam penelitian eksperimen adalah

adanya tindakan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses

penelitian belangsung. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti

melakukan observasi terhadap kedua kelompok tersebut. Tujuan

melakukan observasi adalah untuk melihat dan mencatat fenomena apa

yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok.

C. Desain Penelitian Eksperimen

Desain eksperimen menunjuk kepada kerangka konseptual,

bagaimana eksperimen itu dilaksanakan. Ada dua fungsi desain

eksperimen (1) Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi

Page 21: Diktat Intrumen Penelitian

yang di tuntut oleh hipotesis penelitian, (2) memungkinkan peneliti

membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistic.

Kriteria yang terpenting adalah bahwa desain harus tepat untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Suatu eksperimen dikatakan terandalkan

apabila menggunakan desain yang tepat bukan desain yang rumit dan

canggih.

1. Pre-Experiment Design

Desain ini belum merupakan eksperimen yang sebenarnya, karena

masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya

variabel terikat. Jadi hasil dari penelitian eksperimen yang merupakan

variabel terikat itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas.

Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih

secara random.

a. Disain prates-pascates satu kelompok

Desain ini menempuh tiga langkah, yakni (1) memberikan pretes untuk

mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan (prates). (2)

memberikan perlakuan eksperimen kepada para subjek dan (3)

memberikan tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

(pascates)

b. Disain statis dua kelompok

Desain ini menggunakan dua kelompok, satu diantaranya diberikan

perlakuan eksperimen. Dua kelompok dianggap sama dalam semua

aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan.

Page 22: Diktat Intrumen Penelitian

Hasil pengukuran variabel terikat dari kedua kelompok dibandingkan

untuk melihat evek dari perlakuan X.

2. True-Experiment Design

Desain ini sudah merupakan penelitian eksperimen yang

sebenarnya, karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua

variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini diambil secara random.

a. Disain pascates subjek acak dua kelompok

Disain ini menggunakan dua kelompok subjek yang dipilih secara

acak,masing-masing ditempatkan dalam kondisi yang berbeda.

b. Disain pascates subjek acak sepadan dua kelompok.

Disain ini hamper sama dengan disain diatas namun menggunakan

pemadanan (matching) dalam menetapkan kelompok-kelompok yang

sama,bukan dengan penempatan acak.

c. Disain prates pascates kelompok acak

Dalam disain ini para subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol, melalui metode acak dan diberi prates pada

variabel terikat sebelum perlakuan diberikan.

3. Factorial Design

Desain ini merupakan modifikasi dari true-experimental design,

yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator

yang mempengaruhi perlakuan (variabel terikat) terhadap hasil (variabel

terikat). Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random.

Page 23: Diktat Intrumen Penelitian

4. Quasi Experiment Design

Ada beberapa keadaan yang membuat keterbatasan pada

penelitian eksperimen. Misalnya, pada beberapa skripsi dalam bidang

pendidikan khususnya dalam pembelajaran, peneliti memerlukan kelas

ekperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak memungkinkan diadakannya

pengambilan subjek penelitan secara acak dari populasi yang ada karena

subjek (siswa) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu

kelas).

Karena itu, desain penelitian eksperimen seperti diatas, tidak akan

mengambil subjek secara acak dari populasi tetapi menggunakan seluruh

subjek dalam kelompok yang utuh (intact group) untuk diberi perlakuan

(treatment). Desain Jenis ini disebut Quasi ekperimen (eksperimen semu).

Salah satu bentuk dari quasi eksperimen adalah Time series design.

Cirinya :

a. tidak ada kelompok kontrol.

b. diberikan pretest sampai empat kali.untuk melihat kelompok telah stabil

dan konsisten sebelum dapat diberi perlakuan.

Page 24: Diktat Intrumen Penelitian

PERTANYAAN

1. Jelaskan dari mengontrol variabel ?

2. Apakah memanipulasi dalam penelitian eksperimen dibutuhkan ?

3. Berikan contoh dari Quasi Eksperimen ?

Page 25: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 26: Diktat Intrumen Penelitian

BAB IV

RUMUSAN MASALAH DAN PENELAAH KEPUSTAKAAN

A. Rumusan Masalah

1. Pengertian dan Fungsi Perumusan Masalah

Penelitian adalah serangkaian proses, langkah-langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan

pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban. Perumusan masalah

merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang

memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.

Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-

sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.

Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu :

Page 27: Diktat Intrumen Penelitian

1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan

atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan

penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.

2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.

Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat

berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.

3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus

dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan

harus disisihkan oleh peneliti.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rumusan masalah

penelitian adalah :

1. Masalah dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan.

2. Masalah dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan

mengurangi penggunaan isitilah yang belum baku.

3. Masalah dirumuskan secara sngkat, jelas, padat serta tidak

menimbulkan kerancuan pengertian.

4. Rumusan masalah haruslah mencerminkan keinginan yang hendak

dicari.

5. Rumusan masalah tidak mempersulit pencarian data lapangan

terutama terhadap data langka.

6. Rumusan masalah dapat dipakai sebagai dasar dalam

merumuskan hipotesis.

7. Rumusan masalah haruslah direfleksikan ke dalam judul penelitian.

Page 28: Diktat Intrumen Penelitian

2. Kriteria-kriteria Perumusan Masalah

Tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan

masalah penelitian yaitu :

a. Pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya

atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang

memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan

jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih

fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.

b. Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau

berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori,

dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat

memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta

teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah

ada.

c. Ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga

hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang

sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi

kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi

proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.

Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan beberapa contoh:

1. Apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil dari pada

mengajar dengan metode ceramah?

Page 29: Diktat Intrumen Penelitian

2. Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks

prestasi belajarnya?

B. Penelaah Kepustakaan

1. Pengertian penelaah Kepustakaan

Penelaah kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau

masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh

dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,

tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku

tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun

elektronik lain. Kriteria untuk memilih sumber bacaan yaitu:

1. Prinsip kemutakhiran (recency)

2. Prinsip relevansi (relevance)

2. Tujuan penelaah Kepustakaan

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun

selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian

sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada

hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan

menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the

art). Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian

bertujuan untuk:

a. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.

Page 30: Diktat Intrumen Penelitian

b. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

c. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang

akan diteliti.

d. Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan

pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian.

e. Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu

makalah yang diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan

objek dan atau sasaran penelitiannya.

f. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan

penelitian yang akan dilakukan.

g. Menelaah basil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian

atau seluruh dari unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian,

metode, analisis, hasil utama dan kesimpulan.

h. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang

sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama.

(Kasihani Kasbalah, 1992 , juga Bintarto, 1992).

3. Sumber Kepustakaan

Beberapa sumber kepustakaan yang biasanya ada di perpustakaan

perguruan tinggi adalah:

Page 31: Diktat Intrumen Penelitian

1. Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan

mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca

ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih

khusus dapat dicari dalam subject encyclopedia.

2. Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang

berbagai bidang studi.

3. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya

serta pedoman untuk mengerjakan sesuatu.laporan hasil-hasil

penelitian. Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang

biasanya berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru.

4. Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.

5. Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang relevan

dengan masalah.

6. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat

dan tanggal lahir, pendidikan, dsb.

7. Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.

4. Strategi Studi Kepustakaan

Peneliti sebaiknya sudah menentukan lebih dahulu sumber

informasi apa yang akan diperiksa. Urutan kegiatan secara efektif dapat

dimulai dengan mencari informasi referensi yang bersifat umum sebelum

menuju ke pencarian yang lebih khusus. Untuk melakukan pencarian

informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini:

Page 32: Diktat Intrumen Penelitian

a. Mendaftar semua variable yang perlu diteliti.

b. Mencari setiap variable pada "subject encyclopedia.

c. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber

yang tersedia.

d. Memeriksa indeks yang memuat variable-variabel dan topik masalah yang

diteliti.

e. Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel,

buku-buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan

bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti.

PERTANYAAN

1. Bagaiamana menurut saudara definisi Perumusan Masalah dan

penelaah Kepustakaan ?

2. Jelaskan Kriteria-kriteria Perumusan Masalah ?

3. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah Untuk melakukan

pencarian informasi dalam Strategi Studi Kepustakaan ?

Page 33: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 34: Diktat Intrumen Penelitian

BAB V

VARIABEL PENELITIAN

A. Definisi dan Pengertian Variabel

            Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian

sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau

diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya

menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan

menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut,

dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang

berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

       Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan

kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila

landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.

            Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan,

diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan

bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan

            Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan

umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan.

Page 35: Diktat Intrumen Penelitian

Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga

sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari

suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat

diukur dan dipergunakan secara operasional.

            Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2007)

Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007) Variable adalah Konsep yang

mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau

abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal

mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable.

Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

bervariasi.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)

·       Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki

oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok yang lain.

·         Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu.

B. Definisi Operasional

           variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat

berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional

eksperimental.Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu

Page 36: Diktat Intrumen Penelitian

            Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan

dan diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak

menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta

dalam pengujian hipotesis.

            Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga

buah pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel .

Ketiga pola tersebut adalah sebagai berikut:

a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus

dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang

didefinisikan.

b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara

beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.

c.  Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu

muncul.

C. Jenis-Jenis Variabel

a.  Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau

karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian

mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut

fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.

b.   Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi

atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka

untuk menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang

diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel

lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.

Prestasi Belajar(Variabel Dependen)

Motivasi Belajar

(Variabel Independen)

Page 37: Diktat Intrumen Penelitian

c.   Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi

menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu

dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau

terpengaruh. Variabelini merupakan variabel penyela/antara yang

terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga

variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya

atau timbulnya variabel dependen.

Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen

Lingkungan Tempat Tinggal

(Variabel Moderator)

Penghasilan

(Variabel Independen)

Gaya hidup

(Variabel Intervening)

Harapan Hidup

(Variabel Dependen)

d.    Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi,

memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai

variabel independen ke dua.

Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.

Page 38: Diktat Intrumen Penelitian

Perilaku Suami

(Variabel Independen)

Jumlah Anak

Variabel Moderator)

Perilaku Isteri

(Variabel Dependen)

 

e.    Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai

variabel moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap

variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel moderator

dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel tergantung.

 

f.   Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat

diabaikan dan pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap

bebas maupun tergantung.

D. Pengukuran Variabel

            Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4

Skala Pengukuran, yaitu

1. Skala Nominal

Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang

mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari

anggota himpunan yang lain, misalnya :

a. Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan

b. Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang

c. Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB

Page 39: Diktat Intrumen Penelitian

d. Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.

e. Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau

Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah.

Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu

mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori

yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari

kategori yang lain.

2.  Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan –

tingkatan dan pengertian yang lain skala ordinal adalah himpunan yang

beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.

Contoh :

a. Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT

b. Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah

c. Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan

III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada

Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi

kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan

keparahan itu.

d. Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu,

Tidak Setuju.

3.  Skala Interval

Skala interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai

satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat

dibandingkan.

Nilai variasi pada skala interval juga dapat dibandingkan seperti

halnya pada skala ordinal (lebih besar, sama, lebih kecil, dsb), tetapi nilai

mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena itu

batas–batas

4.   Skala Rasio = Skala Perbandingan

Page 40: Diktat Intrumen Penelitian

Skala ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya jelas,

juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai

nilai NOL ABSOLUT ).

Misalnya :

a. Tinggi badan : sebagai skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat

dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm,

hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½

kali dari tinggi badan 120 Cm.

b. Denyut nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada

sama sekali denyut nadinya.

c. Berat badan

d. Dosis obat, dsb

Dari uraian di atas jelas bahwa skala ratio, interval, ordinal dan

Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke

yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala

interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki

skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang

dimiliki skala nominal.

Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya

transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal.

Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing.

Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu,

terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau

nominal. Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah

menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2

dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya :

Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak

mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan

demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki.

Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf

(Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan

Page 41: Diktat Intrumen Penelitian

analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian

Hipotesis).

E. Korelasi antar Variabel

Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :

1.   Korelasi Simetris

Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan,

tetapi tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing

bersifat mandiri, korelasi simetris terjadi karena :

a. Kebetulan.

Misalnya :  Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.

b. Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama

(Sebagai akibat dari Variabel Bebas)

Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan.

Keduanya merupakan variable      terikat dari variable bebas

yaitu “Pertumbuhan”.

c. Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.

Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan

ketahanan kontraksi otot ;          Keduanya merupakan indikator

“Kemampuan” Kontraksi Otot.

2.   Korelasi Asimatris

Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana

variable yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable

Bebas dan Variable Terikat )

Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan

arterosklerosis.

3.   Korelasi Timbal Balik

Korelasi timbal balik adalah Korelasi antar dua variable yang antar

keduanya saling pengaruh–mempengaruhi.

Contoh :

Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.

Page 42: Diktat Intrumen Penelitian

Malabsorbsi akan mengakibatkan malnutrisi, sedangkan malnutrisi

mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan

malabsorbsi.

F. Paradigma

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma

penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu

masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab

masalah penelitian.

Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2

kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro &

Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini

mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan

pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan

penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:

1. Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang

menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara

studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah

paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat

kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian

secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan

2. Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas

dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang

lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang

mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka

pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan

memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat

menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.

Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation.

Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai

Page 43: Diktat Intrumen Penelitian

tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma

mempunyai keunggulan-keunggulan.

PERTANYAAN

1. Apa yang mendasari adanya jenis-jenis variabel ?

2. Bagaimanakan cara mengukur sebuah variebel ?

3. Sebutkan dan jelaskan korelasi antar variabel ?

Page 44: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 45: Diktat Intrumen Penelitian

BAB VI

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

A. Populasi

Istilah populasi biasa digunakan jika penelitian yang dilakukan

mengambil sample sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran

penelitiannya adalah semua anggota populasi, maka istilah yang cocok

digunakan adalah subjek penelitian. Dalam penelitian survai, sumber data

umumnya diistilahkan responden, sedangkan dalam penelitian kualitatif

biasanya disebut informan atau subjek.

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan ciri-ciri

tertentu yang akan diteliti. Dalam sebuah penelitian, populasi yang dipilih

erat hubungannya dengan masalah yang ingin dicari jawabannya. Dalam

penelitian motivasi bersekolah misalnya, suatu sampel bisa diambil dari

populasi anak usia sekolah. Dalam penelitian tenaga kerja dipilih populasi

Page 46: Diktat Intrumen Penelitian

penduduk usia kerja; dalam penelitian manfaat tanaman air yang diplilih

sebagai populasi bisa tanaman enceng gondok. Berdasarkan sifatnya ada

dua macam populasi, yaitu :

1. Populasi Homogen, adalah objek atau sumber data penelitian yang

unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama.

2. Populasi Heterogen, adalah sumber data atau objek penelitian yang

unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda.

Dalam penelitian, langkah pertama dalam mendesain penelitian

adalah menentukan populasi yang mempunyai karakteristik yang sesuai

dengan kajian penelitian. Peneliti harus menetapkan grup tertentu yang

akan diteliti sebelum kemudian menentukan sampel penelitian atau

melakukan penelitian sensus. Sebagai peneliti, untuk dapat menentukan

populasi dari penelitian yang akan dilakukan, dia harus terlebih dahulu

mengetahui segala sesuatu .

Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada

sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau

unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen

dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa

dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena

sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka

yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen

atau unsur tadi.

Page 47: Diktat Intrumen Penelitian

Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak

melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya

sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b)

keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia,

membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen

penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel

bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen

sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan

mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma

Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen,

penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk

akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk.

Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau

benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah

sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah

seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan

keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan

keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi

pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di

departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu

(GKM) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi

“Y”

B. Sampel

Page 48: Diktat Intrumen Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam

sebuah penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu/unit

dalam sebuah populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat

besar juga membutuhkan waktu yang lama.

Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus

diambil untuk mendapatkan data yang benar-benar representatif (dapat

mewakili karakteristik populasi)? Tidak ada jawaban yang pasti, namun

setiap peneliti dapat mempertimbangkan empat Supaya dalam

pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan

Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel,

N S N S N S N S

10 10 90 73 300 169 1900 320

15 14 95 76 400 196 2000 322

20 19 100 80 500 217 2200 327

25 24 120 92 600 234 2400 331

30 28 130 97 700 248 2600 335

35 32 140 103 800 260 2800 338

40 36 150 108 900 269 3000 341

45 40 160 113 1000 278 3500 346

50 44 170 118 1100 285 4000 351

55 48 180 123 1200 291 4500 354

60 52 190 127 1300 297 5000 357

65 56 200 132 1400 302 10000 370

70 59 220 140 1500 306 15000 375

75 63 240 148 1600 310 20000 377

80 66 260 155 1700 313 50000 381

85 70 280 162 1800 317 100000 384

Tabel1:Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%

Page 49: Diktat Intrumen Penelitian

Sumber:Sugiono(1997:67)

Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf

signifikasi 5% ukuran sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang

berjumlah 3500 taraf signifikansi 5% sebanyak346.

Teknik-teknik pengambilan sampel

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,

sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel

tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang

dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel

yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap

elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan

dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai

kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang

dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling,

setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk

dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena

letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena

jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat

yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen

mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya

digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian.

Page 50: Diktat Intrumen Penelitian

Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika

elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara

undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana

Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya

cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang

mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan

hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada

wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan

bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan

gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta

perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang

penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil

penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak

sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai

kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :

1. Susun (sampling frame)

2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil

3. Tentukan alat pemilihan sampel

4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan

Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan

heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian

Page 51: Diktat Intrumen Penelitian

tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini.

Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu

kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas

cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar

dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas

paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan

teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan

memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer

atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut

dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :

1. Siapkan “sampling frame”

2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki

3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum

4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum,

peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional.

Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap

stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut.

Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer,

tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada

100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah

sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I

Page 52: Diktat Intrumen Penelitian

diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3

= 63 manajer.

Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika

jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat

sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya

ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam

stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5,

sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.

3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus

Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan

sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel

acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum

memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum

B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh

mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.

Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap

departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula.

Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat

pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan

lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para

pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan,

Page 53: Diktat Intrumen Penelitian

maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah

terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :

1. Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas,

elemennya ada 100 departemen.

2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel

3. Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak

4. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample

4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis

Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan

tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan

sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti

untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang

bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur

populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya

satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran

populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000

rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian

interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.

Prosedurnya :

1. Susun sampling frame

2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil

3. Tentukan K (kelas interval)

Page 54: Diktat Intrumen Penelitian

4. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut

secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.

5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang

terpilih.

6. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

5. Area Sampling atau Sampel Wilayah

Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa

populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang

marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat

penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik

pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :

a. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa

Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.

b. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?,

Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)

c. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.

d. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau

random.

e. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil

datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

6. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang

populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang

Page 55: Diktat Intrumen Penelitian

berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti

menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama

untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.

Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian

terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita

lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti

tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai

teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil

diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian

wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu

narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif

(tertutup)

Menentukan Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama

dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Makin besar jumlah sampel

mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi makin kecil

dan sebaliknya. Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar

pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau

ditentukan atas dasar pemikiran non statistis. Ditinjau dari aspek statistis,

ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:

Page 56: Diktat Intrumen Penelitian

1. bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam arti apakah

tujuan. Penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji

kebermaknaan hipotesis.

2. tipe sampling, apakah simple random sampling, stratified random

sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini berkaitan dengan

penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk memperoleh ukuran

sampel, dan

3. variabilitas variabel yang diteliti (keseragaman variabel yang diteliti),

makin tidak seragam atau heterogen variabel yang diteliti, makin besar

ukuran sampel minimal.

Sedangkan dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel

ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. kendala waktu atau time constraint.

b. biaya.

Menurut Sugiyanto (2010) rumus untuk menghitung ukuran sampel

dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah:

λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%. 5%, 10%.

P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

TABEL

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU

DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5%, DAN 10%

Page 57: Diktat Intrumen Penelitian

Ns

Ns

Ns

1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 24715 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 24820 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 25125 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 25430 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 25535 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 25740 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 25945 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 26150 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 26355 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 26360 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 26365 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 26670 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 26775 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 26880 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 26985 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 26990 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 27095 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270

Page 58: Diktat Intrumen Penelitian

100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270150 122 105 97 1100 414 165 217 400000 663 348 270160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271

∞ 664 349 272Contoh Menentukan Ukuran Sampel

Akan dilakukan penelitian dengan jumlah populasi 1000 orang

(berstrata), yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1

= 50 orang, Sarjana Muda = 300 orang, SMK = 500 orang, SMP = 100

orang, SD = 50 orang. Dengan tingkat kepercayaan 90%, berarti tingkat

kesalahan = 10%. Dalam tabel, jika populasi 1000, kesalahan 10%, maka

jumlah sampelnya = 213. Karena populasi berstrata, maka sampel juga

harus berstrata.

S1 = 50/1000 X 213 = 10,65 = 11SM = 300/1000 X 213 = 63,90 = 64SMK = 500/1000 X 213 = 106,50 = 107SMP = 100/1000 X 213 = 21,30 = 22SD = 50/1000 X 213 = 10,65 = 11

213,00 = 215Populasi 1000 Sampel 215Roscoe dalam Sugiyono (2010) memberi saran tentang ukuran sampel

untuk penelitian:

Page 59: Diktat Intrumen Penelitian

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 s.d 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap

kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate

(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota

sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, jumlah anggota sampel

masing-masing antara 10 s.d 20.

PERTANYAAN

1. Sebutkan Teknik-teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang

kamu ambil ?

2. Jelaskan perbedaan populasi dan sampel penelitian menurut saudara ?

3. Jelaskan dua macam populasi dalam penelitian ?

Page 60: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 61: Diktat Intrumen Penelitian

BAB VII

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengertian instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah setiap penelitian membutuhkan data

Alat untuk mengumpulkan data tersebut instrumen penelitian. Instrumen

yang baik adalah sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, maka

instrumen harus valid dan reliabel.

B. Jenis-Jenis Intrumen Penelitian

Jenis-jenis instrumen penelitian adalah :

1. Test

Page 62: Diktat Intrumen Penelitian

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, lisan

dan perbuatan. Hasil pengukuran berupa data kuantitatif dan kualitatif,

Ada dua jenis tes, yakni berupa :

a. Test prestasi belajar

b. Test kecerdasan

2. Wawancara

Kelebihan :

a. Peneliti bisa kontak langsung dengan responden.

b. Wawancara bisa direkam sehingga data dan formasi bisa lebih lengkap.

c. Data yang diperoleh bisa komprehensif.

Ada dua jenis wawancara yaitu :

1. Wawancara berstrukrur adalah Dimana jawaban pertanyaan telah

disiapkan peneliti, dan keuntunganya mudah diolah dan dianalisis untuk

dibuat kesimpulan

2. Wawancara bebas (tidak berstruktur) adalah Tidak perlu menyiapkan

jawaban tapi responden bebas mengemukakan pendapatnya.

Keuntungannya informasi lebih padat dan lengkap, sekalipun peneliti

harus bekerja keras menganalisisnya sebab bisa terjadi jawaban yang

beraneka ragam.

3. Kuisioner dan Daftar inventory

Kelebihan kuisioner :

Page 63: Diktat Intrumen Penelitian

a. Sifatnya praktis

b. Hemat waktu, tenaga dan biaya

Kelemahan : Jawaban sering tidak objektif lebih-lebih bila pertanyaan

kurang tajam, yang memungkinkan responden berpura-pura.

Ada dua jenis kuesioner :

a. Kuesioner berstruktur

b. Kuesioner bebas

Sedangkan Daftar inventory adalah berisi pernyataan/pertanyaan

beserta jawaban responden tinggal memilih jewaban. Contoh : lab fisika.

4. Skala

Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan

motivasi yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai responden

dan hasilnya dalam bentuk rentangan niali angka sesuai dengan kreteria

yang dibuat peneliti.

a. Skala penilaian adalah Skala penilaian mengukur penampilan atau

perilaku orang/ individu lain oleh seseorang, melalui pernyataan

perilaku nindividu pada suatu titik kontinue atau suatu kategori yang

bermakna nilai.

b. Skala sikap adalah Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap

seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap,

yakni mendukung / positip atau menolak ( negatip). Sikap pada

hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.

Ada tiga komponen sikap, yakni:

Page 64: Diktat Intrumen Penelitian

1. Kognisi berkenaan dengan wawasan atau pemahaman terhadap objek.

2. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek.

3. Konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat

5. Observasi/Pengamatan

Obsevasi/Pengamatan adalah sebagai alat pengumpul data banyak

digunak untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya

sesuatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi buatan.

Jenis Observasi yaitu :

1. Observasi Lansung adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh

si pengamat.

2. Obsevasi Tak Langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan

menggunakan alat/perantara.

3. Obsevasi Partisipasi adalah pengamat harus melihatkan diri ikut serta

dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok dalam

kata lain pengamat ikut terlibat didalamnya.

a. Keuntungan observasi partisipasi adalah pengamat dapat lebih

menghayati, merasakan dan mengalami sendiri, seperti individu yang

sedang diamati.

Page 65: Diktat Intrumen Penelitian

b. Kelemahanya, terjadi dalam observasi pada pengamat itu

sendiri.misalnya kurang konsentrasi, kurang cermat dan cepat

bosan.

c. Cara mengatasinya dengan melakukan observasi lebih dari dua

orang secara terpisah mengamati individu satu individu yang diamati.

6. Sastomentri

Sastomentri adalah sebgai alat pengumpul yang digunakan untuk

mempelajari peoses sosial terutama hubungan sosial individu dan

kelompok. Dengan sosiometri dapat diketahui siapa yang mempunyai

hubungan sosial yang lebih kuat, sedang lemah atau yang tidak

mempunyai hubungan sosial.

a. Kelemahan sosiometri adalah adanya kompromi antarsiswa untuk

saling memilih, adanya pengaruh untuk memilih tertentu, ketakutan

kalau tidak memilih seseorang karena alasan tertentu

b. Kelemahan tersebut dapat diatasi apabila waktu yang diberikan untuk

memilih kawan yang paling dekat dibatasi, jangan terlalu lama,

sehingga tidak ada peluang untuk kompromi.

Page 66: Diktat Intrumen Penelitian

PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan antara wawancara dengan observasi serta

contohnya ?

2. Jelaskan kuesioner berstruktur dan kuesioner bebas pada jenis

kuesioner ?

3. Sebutkan jenis-jenis penelitian yang biasa digunakan dalam instrumen

penelitian ?

Page 67: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Subana,Sudrajat.2009.Dasar–Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung:CV.Sinar Baru.

Page 68: Diktat Intrumen Penelitian

BAB VIII

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

A. Validitas

Validitas adalah berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang di ukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang

seharusnya di ukur. Menurut Sukardi (2008: 31) validitas instrument suatu

evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes

mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrument evaluasi

mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut:

Page 69: Diktat Intrumen Penelitian

1) Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau

instrument evaluasi untuk group individual dan bukan instrument itu

sendiri.

2) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang

bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.

3) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu

diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa Ia hanya valid untuk suatu

tujuan tertentu saja.

Contoh : peneliti ingin mengukur kemampuan siswa dalam

matematika, kemudian di berikan soal dengan kalimat yang panjang dan

berbelit-belit sehingga sukar di tangkap maknanya,ahirnya siswa tidak

dapat menjawab ,akibat tidak memahami pertanyaannya.

Ada 3 jenis Validitas yang sering di gunakan dalam penyusunan

Instrumen Yaitu :

1. Validitas Isi

2. Validitas bangun pengertian

3. Validitas Ramalan

Validitas Isi yaitu bekenaan dengan kesanggupan instrumen

mengukur isi yang harus di ukur. Artinya,alat ukur tersebut mampu

mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak di ukur. Misal tes

hasil belajar bidang studi IPS,harus bisa mengungkap isi bidang studi

Page 70: Diktat Intrumen Penelitian

tersebut.Hal ini bisa di lakukan dengan cara menyusun tes yang

bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak di ukur.

Validitas Bangun Pengertian (Construt Validity) Yaitu bekenaan

dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengrtian-pengertian yang

terkandung dalam materi yang di ukur nya. Pengertian pengertian yang

terkandung dalam konsep kemampuan,minat sebagai variabel penelitian

dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak di ukurnya.

Menetapkan Indikator suatu konsep dapat di lakukan dalam dua

cara,yakni :

1) Menggunakan pemahaman atau Logika berfikir atas dasar teori

pengetahuan ilmiah.

2) Menggunakan pengalaman empiris,yakni apa yang terjadi dalam

kehidupan nyata.

Contoh :Konsep mengenai “Hubungan Sosial”, dilihat dari

pengalaman indikatorna empiris adalah keterkaitan dari,

1. Bisa Bergaul dengan orang lain

2. Di senangi atau benyak teman-teman nya

3. Menerima pendapat orang lain

4. Tidak memaksakan pendapatnya

5. Bisa bekerja sama dengan siapa pun

Validitas Ramalan (Predictive Validity). Validaitas ramalan artinya di

kaitkan dengan kreterian tertentu. dalam validitas ini yang di utamakan

bukan isi tes tapi kreteriannya, apakah alat ukur tersebut dapat di gunakan

Page 71: Diktat Intrumen Penelitian

untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kreteria tertentu

yang di inginkan. Misalkan Alat ukur motivasi belajar ,apakah dapat

digunakan untuk meramal prestasi belajar yang di capai.Artinya terdapat

Hubungan yang positif antara motivasi dan prestasi . Dengan kata lain

dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan

ketetapan(reliability).

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak

valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan

menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan

faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.

1) Faktor yang berasal dari dalam tes

a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat

mengurangi validitas tes

b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak

terlalu sulit

c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.

d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran

yang diterima siswa.

Page 72: Diktat Intrumen Penelitian

e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan

terlalu kurang atau terlalu longgar.

f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel

2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.

a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan

jawaban dalam situasi tergesa-gesa.

b. Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara

siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.

c. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan

pada semua siswa.

d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.

e. Siswa tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes

baku.

3) Faktor yang berasal dari jawaban siswa

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi

tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi

item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008).

2. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan

kriterium, dalam arti memilki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan

Page 73: Diktat Intrumen Penelitian

kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah

dengan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson

(Arikunto, 1997)

B. Reliabilitas

Reabilitas Alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa yang di ukur nya. Artinya,kapan pun alat ukur

tersebut di gunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh

paling nyata adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk

alat ukur suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lainnya.

Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar,alat ukur

sikap,kuesioner dll, hendaknya meneliti sifat keajegan tersebut.

Komponen skor sejati dan skor yang mengandung kesalahan

pengukuran di nyatakan dalam suatu persamaan sistemais sebagai

berikut :

X = b + s

dengan

X = skor yang diamati

b = Skor Sejati

s = Kesalahan Pengukuran

Dalam suatu penelitian skor yang diamati adalah skor sejati di

tambah skor kesalahan pengukuean sehingga variansi skor yang diamati

X2 adalah variansi skor sejati Tb2 di tambah variansi skor kesalahan Ts2

atau

Page 74: Diktat Intrumen Penelitian

Tx2 = Tb2 + Ts2 .

1. Reabilitas Tes Ulang

Tes Ulang (test-retest)adalah penggunaan alat ukur terhadap

subjek yang di ukur, dilakukan dua kali dalam waktu yang berlainan.

Misalnya tes Hasil Belajar matematika untuk siswa SD kelas V, di berikan

hari ini lalu di periksa hasilnya, seminggu kemudian tes tersebut di berikan

lagi pada siswa yang sama dan hasilnya di periksa.

2. Reabilitas Pecahan Setara

Reabilitas bentuk pecahan setara tidak di lakukan pengulangan

pengukuran kepada subjek yang sama tapi menggunakan hasil dari

bentuk tes yang sebanding atau setara yang di berikan kepada subjek

yang sama pada waktu yang sama pula

3. Reabilitas Belah Dua

Reabilitas belah dua mirip dengan reabilitas pecahan setara

terutama dari pelaksanaannya. Dalam prosedur ini alat ukur diberikan

kepada kelompok subjek cukup satu kali atau satu saat. Mengingat

korelasi tersebut hanya berlaku separuh tidak untuk seluruh

pertanyaan,maka koefisien korelasi yang di dapatkan nya tidak untuk

seluruh soal,tapi hanya separuhnya.

Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat

dilakukan dengan urutan sebagai  berikut:

Page 75: Diktat Intrumen Penelitian

1. Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek

sasaran.

2. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum

dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor

genap pada kelompok tersebut.

3. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap

dan item ganjil.

4. Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang

relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2008).

Oleh sebab itu koefisien korelasi belah dua perlu di ubah ke dalam

koefisien korelasi untuk seluruh soal dengan menggunakan rumus

ramalan Spearmen Brown :

4. Kesamaan Rasional

Di samping cara-cara yang di jelaskan di atas ada prosedur

menghitung reabilitas tanpa melakukan korelasi dari dua pengukuran atau

pecahan setara dan belah dua. Cara tersebut adalah kesamaan rasional.

Prosedur ini di lakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam satu

rxx =

rxx =koefisien reabilitas keseluruhan

r = korelasi (r ) dari belah dua

Page 76: Diktat Intrumen Penelitian

tes dengan butir-butir lainnya dan dengan tes itu sendiri secara

keseluruhan. Salah satu cara yang sering di gunakan adalah

menggunakan rumus Kuder – Rechardson atau KR 21.

Rumusn

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen

Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat

dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval

penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi

koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas

instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut::

1) Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak

jumlah item materi pembelajaran diukur.

2) Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi

oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin

tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.

3) Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk

siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.

rxx = KσX2 – X ( K – X )

σσ X2 (K-1)

rxx = reabilitas tes secara keseluruhanK = Jumlah butir soal dalam tesKσX

2 = Variasi SkorX = Mean Skor

Page 77: Diktat Intrumen Penelitian

4) Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa

dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.

PERTANYAAN

1. Apa yang mendasari adanya suatu perbedaan dalam validitas dan

bagaimana cara mengetahui validitas alat ukur itu ada?.

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi validitas dan reabilitas?.

3. Sebutkan macam-macam reabilitas dan berikan contoh dalam masing-

masing reabiltas tersebut?.

Page 78: Diktat Intrumen Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Page 79: Diktat Intrumen Penelitian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, yang

telah melimpahkan petunjuk dan bimbingan kepada kami sebagai

mahasiswa Universitas Baturaja atas limpahan rahmat serta hidayah-nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas diktat kelompok Penelitian

Kuantitatif dosen pembimbing Ibu Elfiana.

Tugas ini semoga dapat berguna membantu memberikan motivasi

pembelajaran tentang “Penelitian kuantitatif ” dan bermanfaat bagi para

pembacanya.

Kami telah berupaya semaksimal mungkin utuk membuat tugas ini,

untuk kritik dan saran dari berbagai pihak baik pratisi maupun nara

Page 80: Diktat Intrumen Penelitian

sumber sangat kami harapkan. Kepada pihak yang telah berupaya

membantu, kami menyampaikan banyak terima kasih. Semoga dapat

limpahan dari Tuhan yang maha esa.

Baturaja, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................. ii

PEMBAHASAN

BAB I Penelitian deskriptif............................................................ 1

BAB II Penelitian Ekspos Facto................................................... 10

BAB III Penelitian Eksperimen .................................................... 19

BAB IV Perumusan Masalah dan Penelaahan Keperpustakaan 27

Page 81: Diktat Intrumen Penelitian

BAB V Variabel Penelitian .......................................................... 35

BAB VI Populasi dan Sampel Penelitian...................................... 46

BAB VII Intrumen Penelitian ........................................................ 62

BAB VIII Validitas dan Reliabilitas/Intrumen Penelitian................ 69

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 79

DIKTAT

PENELITIAN KUANTITATIF

DISUSUN OLEH :

Page 82: Diktat Intrumen Penelitian

WINDA MARIA SARI 10 22 074SUNARIA ANGGRAINI 10 22 251ARIYANSYAH 09 22 345SEPRIANSYAH 10 22 057HENI MEITA 19 22 108APIPAH 10 22 082RIRIN DESTRIANI 10 22 109SUMARMAN 10 22 085BAMABANG MARSONO 10 22 049NETI YUNISARI 10 22 165ARI ANPANDI 10 22 048

DOSEN PEMBIMBING : ELFIANA, M.Pd

KONSENTRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BATURAJA

2012