Upload
hathuan
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
PESERTA DIDIK SMA NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun untuk Memenuhi SebagianPersyaratan Memperoleh Gelar Magister
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAP R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DANTEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
PESERTA DIDIK SMA NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Matematika
Oleh:
TRI SARTONO
S 851002024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL (STAD) DAN
(TAI) PADA MATERI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : TRI SARTONO
NIM : S 851002024
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul :
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI TURUNAN FUNGSI
DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK SMA NEGERI
KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian
hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Agustus 2011
Yang membuat pernyataan,
TRI SARTONO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan “
(SQ Al Insyiroh: 6)
“…. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “
(Q.S Al-Mujaadilah :11)
“Barang siapa berjalan disuatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah
akan mempermudah jalan ke Surga”
( HR Muslim)
“Setiap orang mampu belajar lebih jauh dari dugaannya dan
tidak pernah ada kata terlambat untuk memulainya”
(Ruswandi)
“ Semua keterampilan untuk memecahkan masalah tidak akan membantu, jika
tidak mempunyai kemauan untuk memecahkannya”. (Solikhin Abu Izzudin)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
v Ibu, Bapak dan Mertua tercinta, terimakasih atas doa-doanya.
v Istriku tercinta, terimakasih atas segala doa, dukungan dan motivasinya.
v Putraku Aziz Fahrul Riyadi.
v Saudara-saudaraku beserta keluarga besarnya.
v Rekan-rekanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNS.
v Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak
terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang
sangat membantu dalam menyelesaikan proposal tesis ini. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi sampai selesai di Program
Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan
Matematika, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
3. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. Asisten Direktur I Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian
kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam
melakukan penelitian
4. Dr. Mardiyana, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan
dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
5. Drs. Pangadi, M.Si. Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah
memberikan petunjuk, bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat
penulis selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di
lingkup Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta
8. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd. Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian pada tesis ini.
9. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si. Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian pada tesis ini.
10. Dra. AD. Gayatri, M.Pd., M.M. Kepala SMA Negeri 8 Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian pada tesis ini.
11. Drs. H. Kismanto, M.Pd. Ketua MGMP Matematika SMA Kota Surakarta
yang telah membantu dan menjadi validator instrumen uji coba angket dan tes
hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
12. Mujapar, S.Pd., M.Pd. Guru Pemandu Mata Pelajaran Matematika SMA Kota
Surakarta yang telah membantu dan menjadi validator instrumen uji coba
angket dan tes hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini.
13. Guru dan Peserta Didik SMA Negeri 2, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 8
Surakarta yang telah membantu hingga terlaksananya penelitian ini
14. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan menjadi
amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT.
Demikian tesis ini disusun, semoga karya ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan memberikan sedikit konstribusi serta masukan bagi dunia
pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL …………………….………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii
PERNYATAAN …………………………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xvi
ABSTRAK ………………………………………………………………… xviii
ABSTRACT ………………………………………………………………. xx
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………. 6
C. Pemilihan Masalah …………………………………………………… 7
D. Pembatasan Masalah ………………………………………………… 8
E. Perumusan Masalah …………………………………………………. 8
F. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 9
G. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ………….… 12
A. Landasan Teori …………………………………..…………………… 12
1. Hasil Belajar Matematika …………………..…………………… 12
a. Pengertian Belajar …………………………………………… 12
b. Hasil Belajar ………………………………….……………… 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
c. Matematika …………………………………………………… 17
2. Model Pembelajaran STAD dan TAI ………………………….. 18
a. Model Pembelajaran ………………………………………… 18
b. Pembelajaran Kooperatif …………………………………….. 19
c. Model Pembelajaran Tipe STAD ……………………………. 24
d. Model Pembelajaran Tipe TAI ………………………………. 31
3. Aktivitas Belajar …………………………………………………. 36
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………….. 38
C. Kerangka Berfikir …………………………………………………… 42
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………………….. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………….……………. 47
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ……………………………… 47
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………………… 49
C. Variabel Penelitian ………………………………………………….. 51
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….. 53
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 73
A. Hasil Uji Coba Instrumen ……………………………………………. 73
B. Deskripsi Data ………………………………………………………. 74
C. Pengujian Prasyarat Perlakuan …….………………………………… 77
D. Pengujian Prasyarat Analisis …………………………………………. 78
E. Pengujian Hipotesis ……………………….…………………………. 79
F. Pembahasan Hasil Analisis Data …………………………………… 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
G. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 91
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 91
B. Implikasi …………………………………………………………….. 92
C. Saran …………………………………………………………………. 93
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 97
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Persentase Penguasaan Materi Turunan Fungsi Pada Ujian
Nasional Tahun 2009 …………………………..…………… 2
Tabel 1.2 : Persentase Penguasaan Materi Turunan Fungsi Pada Ujian
Nasional Tahun 2010 …………………………..…………… 2
Tabel 3.1 : Desain Faktorial Penelitian …………………..…………..…. 48
Tabel 3.2 : Rekapitulasi Hasil UN SMA Negeri Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010 …………………………………….……. 50
Tabel 3.3 : Interpretasi Indeks Kesukaran Soal (P) …………………….. 58
Tabel 3.4 : Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kudrat Deviasi ..………… 66
Tabel 3.5 : Rataan dan Jumlah Rataan ..………………………………… 66
Tabel 3.6 : Rangkuman Analisis Variansi ………………..……………… 69
Tabel 4.1 : Banyaknya Peserta Didik Ditnjau dari Model Pembelajaran
dan Aktivitas Belajar …………………………..…..…..……. 75
Tabel 4.2 : Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Model
Pembelajaran …………………………………………………. 75
Tabel 4.3 : Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Aktivitas Belajar
Peserta Didik ……………………………………..…………. 76
Tabel 4.4 : Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Model
Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Peserta Didik ....………. 76
Tabel 4.5 : Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperiman 2 ………………………………..………….…… 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.6 : Hasil Analisis Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Peserta
Didik …………………………………………………….…… 78
Tabel 4.7 : Hasil Uji Homogenitas ………………………………………. 79
Tabel 4.8 : Rangkuman Analisis Varians Sel Dua Jalan Sel Tak Sama …. 80
Tabel 4.9 : Rerata Skor Hasil Belajar Peserta Didik …………………….. 81
Tabel 4.10 : Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom …..………………. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Skema Kerangaka Berfikir………………………………………. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Persentase Penguasaan Materi Soal matematika Ujian
Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2008/2009 dan
2009/2010 …………………………………………….……….. 99
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model STAD ……. 102
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model TAI ………. 148
Lampiran 4 : Kisi-kisi Uji Coba Angket Aktivitas Belajar Matematika …….. 227
Lampiran 5 : Uji Coba Angket Aktivitas Belajar Matematika ……………… 228
Lampiran 6 : Lembar Jawaban Uji Coba Angket Aktivitas Belajar
Matematika …………………………………………………… 234
Lampiran 7 : Lembar Validasi Instrumen Angket Aktivitas Belajar ………… 235
Lampiran 8 : Jawaban Uji Coba Angket Aktivitas Belajar Matematika …….. 237
Lampiran 9 : Konsistensi Internal, Indeks Reliabilitas Uji Coba Angket
Aktivitas Belajar Matematika …………………………………. 238
Lampiran 10 : Kisi-kisi Penulisan Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar …………. 240
Lampiran 11 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar ………………………………. 242
Lampiran 12 : Lembar Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar …………………. 249
Lampiran 13 : Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ………………… 250
Lampiran 14 : Penyelesaian Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar ………………… 252
Lampiran 15 : Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar ………………………….. 260
Lampiran 16 : Indeks Kesukaran, Daya Pembeda dan Indeks Reliabilitas
Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar ………………………………. 262
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 17 : Uji Normalitas Prasyarat Perlakuan …………………………… 264
Lampiran 18 : Uji Homogenitas Prasyarat Perlakuan ………………………… 270
Lampiran 19 : Uji Keseimbangan antara Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 …………………………………………………. 273
Lampiran 20 : Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika ………………. 276
Lampiran 21 : Angket Aktivitas Belajar Matematika …………………………. 277
Lampiran 22 : Lembar Jawab Angket Aktivitas Belajar ……………………… 283
Lampiran 24: Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ………………………………. 284
Lampiran 25 : Soal Tes Hasil Belajar ………………………………………… 286
Lampiran 26 : Penyelesaian Soal Tes Hasil Belajar ………………………….. 292
Lampiran 27: Lembar Jawab Tes Hasil Belajar ……………..……………… 299
Lampiran 28 : Data Induk …………………………………………………… 300
Lampiran 29 : Uji Normalitas ………………………………………………… 303
Lampiran 30: Uji Homogenitas antar Model Pembelajaran …………………. 308
Lampiran 31 : Uji Homogenitas antar kategori Aktivitas Belajar …….…….. 309
Lampiran 32 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama …………… 310
Lampiran 33 : Uji Komparasi Ganda dengan Metode Schefee ……………….. 312
Lampiran 34 : Tabel Statisitik ………………………………………………… 313
Lampiran 35 : Daftar Sekolah SMA Negeri Berdasarkan Nilai Matematika
Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2009/2010 ………. 317
Lampiran 36 : Contoh Cara Membuat Kelompok Studi ……………………… 318
Lampiran 37 : Surat Ijin Penelitian …………………………………………… 320
Lampiran 38 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah …………………….. 321
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRAK
Tri Sartono, S851002024. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI) pada Materi Turunan Fungsi Ditinjau dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Komisi Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si dan Pembimbing II Drs. Pangadi, M.Si. Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi turunan fungsi. (2) Apakah peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar yang lebih tinggi, lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar yang lebih rendah. (3) Apakah pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar rendah bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) maupun model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang sama pada materi turunan fungsi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini terdiri kelompok eksperimen 1 yang terdiri dari 32 peserta didik SMA Negeri 3, 31 peserta didik SMA Negeri 2 dan 27 peserta didik SMA Negeri 8, jumlah peserta didik kelompok kelas eksperimen 1 adalah 90 peserta didik, sedangkan kelompok eksperimen 2 terdiri dari 34 peserta didik SMA Negeri 3, 33 peserta didik SMA Negeri 2 dan 24 peserta didik SMA Negeri 8, jumlah peserta didik kelompok kelas eksperimen 2 adalah 91 peserta didik. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 181 peserta didik diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, angket dan tes. Prasyarat analisis menggunakan Lilliefors untuk uji normalitas, dan Bartlett untuk uji homogenitas, dengan taraf signifikansi α = 5%. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Variansi dua jalan dengan sel tak sama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1). Hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2). Peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang maupun rendah, sedangkan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar rendah. (3) Untuk setiap kategori aktivitas belajar tinggi, sedang maupun rendah, model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci : STAD, TAI, Aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
Tri Sartono. S851002024. The Experimentation of Mathematics Learning using Model Student Teams Achievement Division (STAD) and Team Assisted Individualization (TAI) on Subject of Derivative Functions Evaluated from Learning Activity of Students SMA Negeri Kota Surakarta, Academic Year 2010/2011, The First Commision of Supervision is Dr. Mardiyana, M.Si and Second Supervision is Drs. Pangadi, M.Si. Thesis, Mathematics Education Study Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011.
The aims of this research are to know: (1) Whether cooperative learning model using TAI type can give better learning outcomes than cooperative learning model using STAD type on the material of derivative function. (2) Whether students who have higher activity better learning learning outcomes than the students who have lower activity. (3) Wether the students who have learning medium and high activity when given a model of learning with cooperative learning Team Assisted Individualization (TAI) produce better learning outcomes than learning with the given model of cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD), while the the students who has a low learning activity when given a model of learning with cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) cooperative learning model and Team Assisted Individualization (TAI) for the same results on the subject of derivative function.
This research uses quasi-experimental method. The population of this research is all students class XI IPA SMA Negeri Surakarta academic year 2010/2011. The sample of this study consists experimental group 1 which consists of 32 students of SMA Negeri 3, 31 students of SMA Negeri 2 and 27 students of SMA Negeri 8, there are 90 students in experimental group 1, while the experimental group 2 students of SMA Negeri 8. So there are 91 students in experimental group 2. Thus, the number of samples in this research are 181 students obtained by stratified random cluster sampling.
The data are collected by using documentation, questionnaire and test methods. The prerequisites of data analysis employed Lilliefors for normality test and Bartlett for homogenity test at significance level α=5%. The technique of analysis data in the research was two ways variance analysis with different cells.
The conclusion of this research are (1). Students learning achievement using cooperative learning model TAI type is better than cooperative learning model using STAD type. (2). Students who have high learning activities have better learning outcomes than those who have medium and low learning activities, meanwhile students who have medium learning activities have better learning outcomes than those who have low learning activity. (3) For each category of learning activity high, medium or low, TAI type of cooperative learning model gives better learning outcomes than the type STAD cooperative learning model. Key words: STAD, TAI, learning activities
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan yang harus
diperhatikan oleh suatu bangsa. Manusia yang berkualitas dalam mengikuti
perkembangan teknologi dan informasi dicetak melalui proses pendidikan.
Dampak globalisasi telah dirasakan oleh hampir seluruh bangsa di dunia ini. Jika
bangsa Indonesia tidak ingin ketinggalan dengan bangsa lain maka mutu
pendidikan harus ditingkatkan. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya-upaya yang telah dilaksanakan diantaranya adalah meningkatkan anggaran
pendidikan dalam APBN, meningkatkan kesejahteraan guru, penyempurnaan
kurikulum, mengadakan Penataran dan Diklat bagi guru baik ditingkat nasional,
propinsi, maupun tingkat kota/kabupaten, sehingga diharapkan kualitas guru
dalam melaksanakan pembelajaran dapat ditingkatkan Dengan meningkatnya
kualitas guru diharapakan mutu pendidikan di Indonesia juga dapat meningkat.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mendapat prioritas utama
untuk menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada
kenyataannya, agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Potensi guru
dan peserta didik mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah. Sebagai
pendidik dan pengajar guru dituntut untuk dapat menemukan suatu cara
penyampaian materi kepada anak didik dengan efektif dan efisien, karena guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi karena sangat penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesulitan peserta didik
dalam belajar matematika bukan merupakan masalah yang baru. Masalah klasik
dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi belajar
sebagian besar peserta didik pada mata pelajaran matematika, salah satunya pada
materi turunan fungsi pada kelas XI IPA. Dari Sumber Pusat Penilaian Pendidikan
– Badan Penelitian dan Pengembangan – Kementrian Pendidikan Nasional, hasil
Ujian Nasional SMA pada jurusan IPA tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010
diperoleh data bahwa penguasaan materi turunan fungsi adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Persentase Penguasaan Materi Turunan Fungsi Pada Ujian Nasional Tahun 2009
SOAL TINGKAT
KOTA PROP NAS
SOAL I 55,33% 73,60% 81,99%
SOAL II 61,69% 75,57% 79,25%
Tabel 1.2 Persentase Penguasaan Materi Turunan Fungsi Pada Ujian Nasional Tahun 2010
SOAL
PAKET A PAKET B
TINGKAT TINGKAT
KOTA PROP NAS KOTA PROP NAS
SOAL I 37,33% 65,21% 77,06% 37,30% 57,46% 70,69%
SOAL II 37,41% 41,67% 68,96% 48,40% 60,72% 71,83%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Tampak bahwa tingkat penguasaan materi turunan fungsi tingkat Rayon
Kota Surakarta lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat propinsi maupun
nasional. Hal ini mungkin disebabkan guru-guru di Kota Surakarta kurang dapat
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan peserta didik.
Model pembelajaran seharusnya merupakan interaksi guru dengan peserta didik,
serta interaksi antar peserta didik yang akan membentuk sinergi yang saling
menguntungkan semua anggota (Anita Lie, 2008 : 33). Supaya pembelajaran
matematika dapat menghasilkan yang optimal, hendaknya guru harus pandai
memilih model pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu bagaimanapun tepat dan baiknya
bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan
pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah
proses pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik secara
optimal.
Semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa
yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu
timnya dan membuat diri mereka belajar sama baiknya. Oleh karena itu tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim,
tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim (Slavin, 1995 :5).
Banyak model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru dalam
rangka untuk meningkatkan peran aktif peserta didik. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas karena
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
pemahaman konsep dan juga dapat dapat meningkatkan kepekaan dan empati di
antara peserta didik. Beberapa alternatif model pembelajaran kooperatif yang
dapat dipakai adalah model pembelajaran kooperatif Student Teams achievement
Divisions (STAD), Jigsaw , Numbered Heads Together (NHT), Teams Games
Tournament (TGT) dan model pembelajaran koperatif Team Assisted
Individualization (TAI).
Disamping penggunaan model pembelajaran yang tepat, terdapat faktor –
faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya
adalah aktivitas belajar matematika. Menurut Sardiman A.M. (2007:95) bahwa di
dalam belajar diperlukan sebuah aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak
ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung
dengan baik. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar.
Penelitian tentang aplikasi pembelajaran kooperatif dalam kelas dimulai
sejak tahun 1970-an dan hasilnya telah dapat dibaca di artikel-artikel (Slavin,
1995). Namun demikian di Indonesia pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang relatif baru, yang perlu diterapkan dan diketahui
efektivitasnya. Pembelajaran kooperatif pada prinsipnya adalah pembentukan
kelompok-kelompok kecil, yang didalamnya terdapat kerjasama antar anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
kelompok dan diskusi dikelompoknya.
Sudah banyak penelitian yang membandingkan antara model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran konvensional, dimana kebanyakan penelitian
menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif menghasilkan hasil
belajar yang lebih baik dari pada penggunaan pembelajaran konvensional atau
tradisional. Hal ini seperti yang dilakukan oleh O. Patrick Ajaja dalam
penelitiannya yang berjudul “ Effects of Cooperative Learning Strategy on Junior
Secondary School Student Achievement in integrated Science “, dimana dalam
kesimpulan penelitiannya menyebutkan bahwa “ a significant higher achievement
test scores of students in cooperative learning group than those in traditional
classroom “, yang artinya nilai tes prestasi siswa yang terdapat pada kelompok
pembelajaran kooperatif lebih tinggi dari pada mereka yang terdapat pada
kelompok pembelajaran tradisional. Sekarang sudah banyak peneliti yang mulai
melakukan penelitian untuk membandingkan mana yang lebih baik antara model
pembelajaran kooperatif dengan model kooperatif yang lainnya dari berbagai
tinjauan. Ada yang membandingkan antara model pembelajaran STAD dan model
pembelajaran TGT ditinjau dari kemampuan awal peserta didik, antara model
pembelajaran NHT dan model pembelajaran TGT ditinjau dari aktivitas belajar
peserta didik dan lain-lain.
Salah satu solusi alternatif untuk menjawab beberapa permasalahan masih
rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, lemahnya peserta didik
menyelesaikan soal tentang materi turunan fungsi, penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya aktivitas peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
belajar matematika di SMA adalah mengadakan penelitian tentang penggunan
model pembelajaran yang tepat dalam hal ini membandingkan antara penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions
(STAD) dengan Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari aktivitas
belajar matematika peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran matematika peran aktif peserta didik dalam proses
pembelajaran masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika
dimungkinkan karena peserta didik kurang berperan aktif dalam proses
pembelajaran di kelas. Terkait dengan ini dapat diteliti apakah jika peran aktif
peserta didik diubah, hasil belajar matematika peserta didik menjadi lebih
baik.
2. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena aktivitas
belajar matematika peserta didik yang kurang. Oleh karena itu dapat diteliti
apakah aktivitas belajar matematika peserta didik tinggi hasil belajar
matematika tinggi.
3. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tepat
penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah
model pembelajaran diubah, hasil belajar matematika peserta didik menjadi
lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
4. Mengingat penguasaan materi prasyarat (kemampuan awal) mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran, maka masih rendahnya hasil
belajar matematika dimungkinkan karena guru tidak mengetahui kemampuan
awal siswa. Di sisi lain menurut pengamatan peneliti sebagian besar guru
matematika kurang peduli dengan materi yang sudah pernah diterima oleh
peserta didik untuk pembelajaran berikutnya. Sehingga menarik untuk diteliti
apakah benar jika penguasaan materi yang diterima sebelumnya dikuasai
dengan baik maka hasil belajar siswa menjadi baik.
5. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang
tersedianya sarana prasarana belajar yang memadai. Terkait dengan ini, dapat
diteliti apakah sarana prasarana yang baik, hasil belajar matematika menjadi
lebih baik. Dapat juga diteliti apakah media pembelajaran yang lengkap, hasil
belajar matematika menjadi lebih baik.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas,
maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dipilih model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI)
2. Aktivitas belajar peserta didik yang dimaksud adalah keaktifan peserta didik
dalam belajar matematika di rumah maupun di sekolah pada kelas XI IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dipilih pada hasil ulangan harian
matematika pada materi turunan fungsi kelas XI IPA semester 2.
4. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 SMA
Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah tersebut di atas, maka pada penelitian ini penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada
peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Student
Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi turunan fungsi ?
2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan
rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
rendah pada materi turunan fungsi ?
3. Apakah pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan tinggi
bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik
daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar rendah bila diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
maupun model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
(TAI) menghasilkan hasil belajar yang sama pada materi turunan fungsi ?
E. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI) lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada
materi Turunan Fungsi.
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai
aktivitas belajar sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar rendah pada materi turunan fungsi.
3. Untuk mengetahui apakah pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar
sedang dan tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar
yang lebih baik daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada
peserta didik yang memiliki aktivitas belajar rendah bila diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions (STAD) maupun model pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang sama pada materi
turunan fungsi
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses
pembelajaran matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran
Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) , Team Assisted
Individualization (TAI) dan aktivitas belajar peserta didik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peserta Didik
Melalui penelitian ini diharapkan peserta didik dapat memperluas wawasan
tentang cara belajar matematika terutama dalam mengembangkan belajar
bekerja sama dalam kelompok kecil untuk memecahkan permasalahan
maupun secara individu.
b. Bagi Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang
model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
Team Assisted Individualization (TAI) dan aktivitas belajar serta
implementasinya terhadap hasil belajar matematika.
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan
pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai
masukan dalam menentukan kebijaksanaan terkait dengan proses
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematka
a. Pengertian Belajar
Belajar sebagai karakteristik yang membedakan antara manusia dengan
makhluk lain, merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat manusia,
bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami
sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar. Belajar adalah proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya
dikembangkan (Paul Suparno, 2010:61)
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Olivier (1999) dalam
Haris Mudjiman (2008:25) bahwa belajar adalah proses menginternalisasi,
membentuk kembali atau membentuk pengetahuan baru. Pembentukan
pengetahuan baru ini dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pengetahuan dan pengalaman lama digunakan untuk mengintepretasikan
informasi dan fakta baru dari luar, sehingga tercipta pengetahuan baru. Sehingga
belajar menekankan pada proses belajar tidak semata-mata kepada hasil belajar.
Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2010:62) belajar adalah
suatu perkembangan pemikiran dengan memuat kerangka pengertian yang
berbeda. Peserta didik harus mempunyai pengalaman membuat hipotesis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
mengetes hipotesis, memanipulasi obyek, memecahkan persoalan, menemukan
jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi,
mengungkapkan pernyataan, mengekpresikan gagasan dan lain-lain untuk
membentuk pengetahuan baru.
Menurut Vygotsky dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2010:124),
belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama,
belajar merupakan proses biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara
psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Sehingga lanjut Vygotsky, munculnya perilaku
seseorang karena kedua elemen tersebut. Pada saat seseorang mendapat stimulus
dari lingkungannya, seseorang akan menggunakan fisiknya berupa alat indera
untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut, kemudian menggunakan saraf
otaknya, informasi yang diterima tersebut untuk diolah. Keterlibatan alat indera
dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengolah informasi yang
diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi sebagi elemen dasar belajar.
Pengetahuan yang ada sebagai proses dasar ini akan berkembang ketika mereka
berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya mereka.
Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis memperoleh kesimpulan bahwa
belajar adalah proses secara pembentukan pengetahuan baru dimana, pengetahuan
baru ini terbentuk karena adanya stimulus dari lingkungan yang diintepretasikan
pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Proses ini dapat dilakukan baik secara
kelompok maupun perorangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
b. Hasil Belajar
Proses pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen guru,
peserta didik, bahan ajar dan lingkungan belajar yang berinteraksi satu sama lain
dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa
jauh ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar. Nana
Sudjana (2006:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia memperoleh pengalaman
belajarnya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:787), prestasi belajar
sebagai hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2010:19-28) mengatakan bahwa secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua faktor,
yaitu faktor dari dalam diri individu (internal), dan faktor yang datang dari luar
individu (eksternal).
(1) Faktor-faktor internal
- Fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu ( keadaan jasmani dan fungsi jasmani ).
- Psikologis (intelegensi, motivasi, minat, sikap dan bakat).
(2) Faktor-faktor eksternal
- Lingkungan sosial ( keluarga, sekolah dan masyarakat )
- Lingkungan non sosial ( lingkungan alamiah, faktor instrumental/perangkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
belajar dan faktor materi pelajaran )
Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2006:22-23) membagi hasil
belajar menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif
berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta
keterampilan-keterampilan. Ranah afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan
nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang
memadai. Ranah psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerak. Ranah kognitif dibagi atas enam macam kemampuan
intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling
sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah
kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman
adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah
kemampuan menggunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapai
situasi-situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan
sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami,
(5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu
keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu
hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern ataupun yang
ditetapkan lebih dahulu.
Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan
tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses
belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran
matematika adalah mengatur jalan pikiran dalam memecahkan masalah bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar
matematika adalah belajar konsep struktur keterampilan menghitung dan
menghubungkan konsep-konsep tersebut.
Sementara Gagne dalam Nana Sudjana (2006:22) membagi lima kategori
hasil belajar yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap.
Hasil belajar dapat diamati dan diukur dengan penilaian. Penilaian hasil
belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses
belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran
tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Bagi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran
mengenai keefektifan mengajarnya, apakah dengan pembelajaran tertentu yang
digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan.
Salah satu penilaian yang digunakan untuk melihat hasil belajar
dilakukanlah tes. Tes hasil belajar yang dikerjakan peserta didik dapat
memberikan informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah
dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat dikatakan hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah proses
belajar yang berupa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang menyebabkan
perubahan dalam diri peserta didik dan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka
ataupun huruf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
c. Matematika
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:637) menyebutkan bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai
bilangan“.
Soedjadi (2000:11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau
pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai
berikut:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan
eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah
ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta struktur
yang terorganisasikan.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut di atas maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah
kemampuan dari seorang peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan
matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur
dengan melalui tes.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
a. Model Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala (2011:175) model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Menurut Joyce dan Weil (1992:4) dalam Budiyono dkk (2010:47) model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk membentuk perangkat-perangkat pembelajaran
misalnya materi ajar, lembar kegiatan peserta didik, Rencana Program
Pembelajaran (RPP). Setiap model pembelajaran mengarahkan desain
pembelajaran untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga tujuan
pembelajaran tercapai. Ada lima unsur penting yang menggambarkan suatu
model pembelajaran, yaitu (1) sintaks, yaitu suatu urutan pembelajaran yang
biasa disebut sintaks; (2) sistem sosial, yaitu peran peserta didik dan guru serta
norma yang diperlukan; (3) prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada
guru tentang cara memandang dan merespon apa yang dilakukan peserta didik;
(4) sistem pendukung, yaitu kondisi atau syarat yang diperlukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
terlaksananya suatu model, seperti setting kelas, sistem instruksional,
perangakat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media belajar; dan (5) dampak
instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah hasil belajar
yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan
yang diharapakan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajarnya
lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar-mengajar, sebagai akibat
terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para peserta didik tanpa
arahan langsung dari guru
Jadi, berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam melakukan aktivitas
belajar mengajar.
b. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6
peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu
masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Hal ini sesuai definisi yang dikemukakan oleh Emily
Lin dalam ProQuest Education Journals yang berjudul “ Cooperatitve
Learning in the Science Classroom” yaitu Cooperitave learning is an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
instructional method in wich students work in small groups to accomplish a
common learning goal under the guidance of teacher yang artinya
pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang mana peserta didik
bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran
umum dengan panduan guru
Bukanlah pembelajaran kooperatif jika peserta didik duduk bersama
dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang
diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaaan seluruh kelompok. Roger dan
David Johson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap
pembelajaran kooperatif (dalam Anita Lie,2008:31). Pembelajaran kooperatif
menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas sebuah masalah atau
tugas.
Bennet (1995) dalam (Isjoni,2009:60) menyatakan ada lima unsur dasar
yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok,
yaitu :
a. Positive Interpendence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama di antara anggota kelompok, dimana keberhasilan
seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
b. Interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar peserta
didik tanpa adanya perantara.
c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok sehingga termotivasi untuk membantu temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
d. Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja
yang efektif.
e. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
Sedangkan Johnson and Holubec (1994) dalam Journal of Mathematic,
Science & Technology Education berjudul “Promoting Cooperative Learning in
Science and Mathematics Education” mengatakan bahwa: five essential elements
of cooperative learning:
1) Positive interdependence: The success of one leaner is dependent on the success ot the other leaners.
2) Promotive interaction: Individual can achieve promotive interaction by helping each other, exchanging resources, challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual benefits.
3) Individual accountability: teachers should assess the amount of effort that each member is contributing. These can be done by giving an individual tes to each student and randomly calling students to present their group’s work.
4) Interpersonal and small-group skills: Teachers must provide opportunities for group members to know each other, accept and support each other, communicate accurately and resolve differences constructively.
5) Group processing: Teachers must also provide opportunities for the class to assessgroup progress. Group processing enables group to focus on good working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and ensures that members receive feedback.
Yang dapat diartikan sebagai berikut:
Lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif adalah
1) Saling ketergantungan positif: Keberhasilan peserta didik yang satu
tergantung pada keberhasilan peserta didik yang lain.
2) Saling berinteraksi untuk mencapai kemajuan: Individu dapat mencapai
kemajuan dengan cara saling membantu satu dengan yang lain, pertukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
pengetahuan, menantang masing-masing kesimpulan, memberi umpan
balik, mendorong dan berusaha untuk saling menguntungkan.
3) Tanggung jawab individu: Guru seharusnya menilai usaha yang dilakukan
masing-masing anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tes
individu kepada peserta didik secara acak untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
4) Kemampuan berhubungan antar anggota dan ketrampilan dalam kelompok
kecil: Guru harus memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengenal satu dengan yang lain, saling menerima dan mendukung,
berkomunikasi secara benar dan menyelesaikan perbedaan- perbedaan
secara konstruktif.
5) Proses dalam kelompok: Guru harus memberi kesempatan kepada kelas
untuk menilai kemajuan kelompok. Proses yang terjadi dalam kelompok
memungkinkan kelompok untuk fokus pada kerja sama yang baik,
memfasilitasi ketrampilan pembelajaran kooperatif dan menjamin semua
anggota menerima umpan balik.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009:27), beberapa ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah:
(a) Setiap anggota memiliki peran.
(b) Terjadi interaksi langsung diantara peserta didik.
(c) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
(d) Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok.
(e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Himazoe dan Aldrich (2010) dalam journal of social science yang berjudul
“The Effects of Cooperative Learning on Students’ Mathematics Achievement and
Attitude towards Mathematics“ menyebutkan beberapa manfaat penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk peserta didik yaitu :
1) Cooperative learning promotes deep learning of materials. 2) Students achieve better grades in cooperative learning compared to
competitive or individual learning. 3) Students learn social skills and civic values. 4) Students learn higher-order,critical thinking skills. 5) Ccooperative learning promotes personal growth.
Yang berarti :
1) Pembelajaran kooperatif meningkatkan pemahaman materi pembelajaran.
2) Peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih baik dalam pembelajaran
kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran individual.
3) Peserta didik belajar keterampilan sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan.
4) Peserta didik yang belajar dengan tingkat materi yang lebih tinggi,
mempunyai keterampilan berpikir yang makin kritis.
5) Pembelajaran kooperatif meningkatkan pertumbuhan pribadi.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh R. Slavin dan teman-temannya
di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan salah satu model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru
pemula untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Model pembelajaran STAD
sering disebut model pembelajaran generik yaitu model pembelajaran kooperatif
yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas, mata pelajaran, serta karakteristik
sekolah dan kelas yang luas.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran di mana peserta didik-peserta didik dikelompokkan menjadi
kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang peserta didik yang
terdiri dari peserta didik dengan kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah.
Pembagian peserta didik dalam kelompok mempertimbangkan kriteria akademik.
Untuk menuntaskan pelajaran setiap tim menggunakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, kemudian mereka saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui diskusi secara berkelompok. Setiap pertemuan
peserta didik diberi kuis. Kuis diberi skor dan skor kuis tersebut digunakan untuk
menentukan skor perkembangan tiap individu. Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan pada skor mutlak peserta didik, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh
skor itu melampaui rata-rata skor peserta didik yang lalu (skor awal). Setiap
pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan
tim-tim dengan skor tertinggi, peserta didik yang mencapai skor perkembangan
tertinggi, atau peserta didik yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.
Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam
lembar tersebut.
STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja tim,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
kuis, skor perbaikan individual, dan penghargaan tim.
a) Presentasi kelas
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, di mana pada
presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD. Dengan cara
ini, peserta didik menyadari bahwa masih harus sungguh-sungguh
memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membuat
mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor
timnya.
b) Kerja tim
Tim tersusun dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik yang mewakili
heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, yang terdiri dari peserta didik
dengan kemampuan tinggi (pandai), sedang, dan rendah. Fungsi utama tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis
dengan baik. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim berkumpul dalam
kelompok untuk mempelajari tugas yang diberikan oleh guru. Sesama anggota
tim membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
apabila ada anggota tim ada yang mengalami kesalahan karena semua anggota
dalam tim bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut. Semua
anggota tim dalam STAD melakukan yang terbaik untuk tim, dan timpun harus
melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
c) Kuis
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru, dan satu sampai dua periode
latihan tim, para peserta didik tersebut dikenai kuis individual. Peserta didik
tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung, sehingga setiap
peserta didik bertanggung jawab secara individu untuk memahami kompetensi
dasar yang dipelajari. Langkah-langkah untuk menentukan skor perkembangan
adalah sebagai berikut:
1) Setiap peserta didik diberi skor berdasarkan skor-skor kuis sebelumnya.
2) Peserta didik memperoleh poin untuk kuis yang terkait dengan pelajaran
yang disampaikan pada saat itu.
3) Peserta didik mendapat poin perkembangan yang besarnya ditambah apabila
skor kuis mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.
d) Skor kemajuan individual
Skor kemajuan individual untuk memberikan kepada tiap peserta didik
terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai apabila mereka giat dan
memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap peserta didik
dapat menyumbangkan poin maksimum kepada timnya dalam sistem
penskoran. Namun tidak seorang peserta didik pun dapat menyumbangkan poin
maksimum tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta
didik diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari kinerja rata-rata peserta
didik pada kuis serupa sebelumnya dari materi yang didiskusikan dalam
kelompoknya untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
e) Penghargaan tim
Tim akan mendapat penghargaan setelah menyelesaikan kuis. Sesegera
mungkin setelah kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor
perbaikan individual dan skor tim, serta menghadiahkan sertifikat atau
penghargaan lain kepada peserta didik yang memperoleh skor tertinggi.
1. Poin perbaikan
Peserta didik mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar
skor kuis mereka melampaui skor dasar yang telah dimiliki. Poin tersebut
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
a) Lembar jawaban sempurna ( terlepas dari skor awal ), maka peserta didik
tersebut akan memperoleh 30 poin perbaikan.
b) Apabila dalam suatu kuis atau nilai terkini, peserta didik memperoleh
skor lebih dari 10 poin di atas skor dasar (awal) , maka peserta didik
tersebut akan memperoleh 30 poin perbaikan.
c) Skor kuis/terkini sama antara skor dasar (awal) sampai 10 poin di atas
skor dasar (awal), maka peserta didik tersebut akan memperoleh 20 poin
perbaikan.
d) Skor kuis/terkini turun 1 sampai 10 poin di bawah skor dasar (awal),
maka peserta didik tersebut akan memperoleh 10 poin perbaikan.
e) Skor kuis/terkini turun lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
(awal), maka peserta didik tersebut akan memperoleh 5 poin
perbaikan.
(Slavin,2005:159)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
2. Skor tim
Untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan memasukkan setiap
poin perbaikan peserta didik dalam lembar ikhtisar tim, kemudian
dijumlahkan dan dibagi sesuai dengan jumlah anggota tim. Skor rata-rata tim
digunakan untuk menentukan kriteria penghargaan untuk tim. Terdapat 4
tingkat penghargaan, yaitu :
a) Kelompok dengan rata-rata kurang dari 15 poin, mendapatkan
penghargaan sebagai tim cukup
b) Kelompok dengan rata-rata poin dari 15sampai kurang dari 20,
mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok baik (good team).
c) Kelompok dengan rata-rata 20 poin sampai kurang dari 25 poin,
mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok hebat (great team).
d) Kelompok dengan rata-rata 25 poin atau lebih, mendapatkan
penghargaan sebagai tim atau kelompok super (super great team).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai secara klasikal, dengan
pembelajaran langsung. Kegiatan pembelajran yang dilakukan guru pada tahap
ini adalah:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Memberi motivasi tentang perlunya mempelajari materi
c. Menyajikan materi pokok pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
d. Memantau pemahaman tentang materi pokok yang diajarkan
e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap peserta didik secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal
2) Kegiatan kelompok
Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta
didik yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari tes awal atau kinerja
yang lalu. Peserta didik ditempatkan dalam tim oleh guru, bukan oleh peserta
didik yang memilih anggotanya sendiri, karena peserta didik akan cenderung
memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Untuk
penyusunan tim dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a) Buat salinan format lembar ikhtisar tim sebelum guru mulai menempatkan
peserta didik ke dalam tim, ia perlu menyiapkan lembar ikhtisar tim untuk
tiap peserta didik di dalam kelasnya.
b) Merangking peserta didik
Pada selembar kertas, rangkinglah tes awal atau kinerja peserta didik yang
lalu di dalam kelas. Mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah.
c) Menetapkan jumlah anggota tim
Setiap tim seharusnya memiliki empat anggota bila mungkin. Untuk
menetapkan berapa banyak tim di kelas tersebut, bagilah jumlah peserta
didik didalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim
beranggotakan empat peserta didik di kelas itu.
d) Menempatkan peserta didik ke dalam tim
Pada saat menempatkan peserta didik ke dalam tim, seimbangkan tim-tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
tersebut sedemikian rupa sehingga setiap tim tersusun dari tingkat rata-rata rendah
sampai tinggi, dan tingkat kinerja rata-rata dari sebuah tim di dalam kelas tersebut
kurang lebih sama. Untuk menempatkan peserta didik ke dalam tim, gunakan
daftar peserta didik yang dirangking menurut tes awal atau kinerjanya yang lalu.
(Contoh pembagian kelompok ini dapat dilihat pada Lampiran 318).
Selama peserta didik berada dalam kegiatan kelompok, masing-masing
anggota kelompok bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh
guru dan membantu teman untuk menguasai materi tersebut. Guru membagi
tugas yang sudah disiapkan kemudian peserta didik mengerjakan secara
mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya.
Guru harus menekankan bahwa tugas yang dikerjakan bukan untuk
dikumpulkan ke guru tetapi untuk didiskusikan dengan sesama anggota
dalam kelompoknya. Kegiatan guru dalam tahapan ini adalah :
1. Melatih kooperatif peserta didik
2. Menugaskan setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan tugas yang
telah diberikan
3. Memonitor pelaksanaan kegiatan kelompok
4. Memberi bantuan penjelasan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan, memfasilitasi membuat rangkuman dan memberikan
penegasan materi yang dipelajari.
3) Pelaksanaan kuis individual
Pelaksanaan individual bertujuan untuk mengetahui perkembangan
peserta didik dan untuk mengetahui keberadaan peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
kelompoknya serta keberadaan kelompok dengan kelompok yang lainnya.
Penilaian kuis individual bertujuan untuk mengetahui kemajuan peserta
didik dan untuk memberikan hasil akhir peserta didik yang didasarkan pada
skor awal atau kinerja yang lalu. Adapun prosedurnya adalah sebagai
berikut:
a. Setiap peserta didik diberikan skor dasar (awal) atau kinerja yang lalu
b. Siwa memperoleh poin atas dasar skor awal dan skor kuis terkini dengan
ketentuan di atas.
4). Penghargaan kelompok
Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan atau kemajuan hasil belajar individual dari skor dasar
(awal) ke skor kuis berikutnya (terkini). Adapun prosedur dan teknik
penilaiannya sudah ditetapkan diatas
d. Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Team Assisted
Individualization (TAI) mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual (Slavin,2005). Dasar pemikirannya adalah mengadopsi
pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan peserta
didik. Dasar pemikiran dibalik individualisasi pembelajaran matematika adalah
peserta didik memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi
yang sangat beragam, dimana pembelajaran keberhasilannya sangat bergantung
pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan. Model pembelajaran TAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang
bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat model pembelajaran
individual menjadi lebih efektif.
Dalam model pembelajaran TAI, peserta didik ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 peserta didik) yang heterogen dan
selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi peserta didik
yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, peserta didik diajarkan
bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Peserta didik diajari menjadi
pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat
teman lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki
tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok
sangat diperhatikan, maka peserta didik yang pandai ikut bertanggung jawab
membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian,
peserta didik yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya, sedangkan peserta didik yang lemah akan terbantu dalam
memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Jika
dalam kelompok tidak dapat menyelesaikan maka guru mengarahkan peserta
didik untuk menjawabnya,
Menurut Slavin (2005:195-200) model pembelajaran TAI memiliki
komponen-komponen sebagai berikut :
1) Teams
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5
peserta didik, seperti pada STAD. Fungsi kelompok ini untuk memastikan
bahwa semua anggota kelompok ikut belajar dan lebih khusus adalah
mempersiapkan anggota kelompok untuk mengerjakan tes dengan baik.
2) Placement Test
Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada peserta didik atau melihat
rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta
didik pada bidang tertentu. Hasil dari test ini digunakan untuk menentukan
pembuatan kelompok, agar kegiatan dalam kelompok dapat berjalan dengan
efektif.
3) Materi Kurikulum
Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat dalam
kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan
masalah untuk penguasaan materi tertentu. Masing-masing unit terdiri dari:
(1). Satu lembar petunjuk yang berisi tinjauan konsep yang diperkenankan
oleh guru dan metode pemecahan masalah secara bertahap.
(2). Beberapa praktek keterampilan.
Masing-masing praktek kemampuan keterampilan memperkenalkan
sebuah sub keterampilan yang mengarah kepada ketuntasan
keseluruhan keterampilan.
(3). Tes formatif
(4). Lembar jawaban untuk praktek ketrampilan, tes formatif dan tes unit.
4) Team Study
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
Team Study atau belajar kelompok yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual
kepada peserta didik yang membutuhkan.
5) Team Score and Team Recognition
Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
6) Teaching Group
Teaching Group yaitu pemberian materi secara klasikal oleh guru menjelang
pemberian tugas kelompok. Guru menyampaikan konsep-konsep utama
dalam materi yang akan dipelajari.
7) Fact test
Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
peserta didik.
8) Whole-Class Units
Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
(Slavin,2005:195 – 200)
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai
berikut.
1) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
peserta didik. Guru memberikan pre-test kepada peserta didik atau melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta
didik pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
2) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching
Group).
3) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan pre-test atau nilai ulangan harian peserta didik, setiap kelompok
terdiri dari 4 sampai 5 peserta didik. (Mengadopsi komponen Teams).
4) Setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah disiapkan oleh guru, baik
untuk memahami dan menemukan konsep baru maupun mengerjakan soal-
soal. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya.
(Mengadopsi komponen Team Study).
5) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan
6) Wakil dari setiap kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya. (Mengadopsi komponen Student Creative).
7) Guru memberikan post-test berbentuk kuis untuk dikerjakan secara individu.
(Mengadopsi komponen Fact Test).
8) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil
(jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and
Team Recognition).
Dari uraian di atas pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif STAD dan
model pembelajaran kooperati TAI terdapat adanya kesamaan, perbedaannya
adalah pada pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) peserta didik tidak diperbolehkan melanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
mempelajari materi pembelajaran berikutnya sebelum peserta didik tersebut
dinyatakan berhasil menguasai materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya,
atau peserta didik belum diperbolehkan mengikuti tes unit sebelum dinyatakan
berhasil dalam mengerjakan tes formatif yang diberikan sebelum tes unit. Hal ini
tidak ada pada model pembelajaran STAD.
3.Aktivitas Belajar Peserta didik
Menurut pandangan jiwa modern dalam Sardiman A.M. (2007:100)
menyatakan bahwa, “ yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental “. Untuk mencapai aktivitas itu harus selalu terkait.
Sebagai contoh seseorang yang sedang membaca, secara fisik penglihatannya
harus tertuju pada buku yang sedang ia baca, sedang secara mental pikirannya
juga tertuju pada buku yang sedang ia baca.
Montessori dalam Sardiman A.M. (2007:96) menegaskan bahwa anak-
anak itu memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri. Pendidik akan
berperan sebagai pembimbing dan pengamat bagaimana perkembangan anak-anak
didiknya. Pertanyaan Montessori ini memberikan petunjuk lebih banyak melalui
aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat
oleh anak itu sendiri.
Banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sekolah. Aktivitas tersebut tidak
hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
tradisional. Paul B Diedrich dalam Sardiman A.M. (2007:101) membuat suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
daftar yang berisi macam kegiatan peserta didik yang antara lain dapat di
golongkan sebagai berikut :
1. Visiual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan pekerjaan lain.
2. Oral activities, seperti mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.
3. Listening activities sebagai contoh : mendengarkan uraian percakapan,
diskusi music, pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan angket,
menyalin.
5. Drawing activites, misalnya : menggambar, membuat grafik pada peta
dunia.
6. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan membuat koneksi,
model mereparasi, berkebun, berternak.
7. Mental activities, misalnya: menanggapi, menggugat, memecahkan
masalah, menganalisa, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi dengan klasifikasi seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas belajar peserta didik sangat bervariasi. Tetapi tidak semua jenis aktivitas
tersebut dilakukan peserta didik dalam belajar matematika. Oleh karena itu dalam
penelitian ini aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah keaktifan peserta didik
dalam belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Dalam penelitian ini, aktivitas belajar peserta didik yang diteliti meliputi
beberapa aspek yaitu:
1. Waktu untuk belajar matematika, dengan indikator : frekuensi belajar
matematika dan waktu yang diperlukan untuk belajar matematika.
2. Sikap dalam mengikuti pelajaran matematika, dengan indikator :
partisipasi dalam mengikuti pelajaran matematika dan memanfaatkan jam
kosong.
3. Belajar matematika sendiri, dengan indikator : mengatasi kesulitan belajar
matematika, belajar matematika di rumah dan belajar matematika di luar
sekolah/les.
4. Belajar matematika secara kelompok, dengan indikator : partisipasi dalam
belajar kelompok dan mengatasi kesulitan belajar secara kelompok.
5. Mengerjakan tugas, latihan atau PR, dengan indikator : mengerjakan PR
yang diberikan guru dan sikap dalam menghadapi PR yang sulit.
6. Mempelajari sumber pelajaran matematika selain dari buku paket, dengan
indikator : belajar matematika lewat buku selain buku paket dan belajar
matematika lewat media cetak atau elektronik.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian penulis
lakukan adalah sebagai berikut :
1. Hendrijanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan persamaan dan
fungsi kuadrat di tinjau dari aktivitas belajar peserta didik“ mengatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional. Selain itu prestasi belajar peserta didik dengan
aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar peserta didik dengan
aktivitas sedang dan prestasi belajar peserta didik dengan aktivitas sedang
lebih baik daripada prestasi belajar peserta didik dengan aktivitas rendah.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hendrijanto dengan peneliti adalah
sama-sama menggunakan tinjauan aktivitas belajar, sedangkan perbedaannya
adalah pada penelitian Hendrijanto dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan
model pembelajaran konvensional tetapi, penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI).
2. Liliek Sri Wahyuti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas
Metode Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achivement Division)
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas
Peserta didik SMP Negeri Kota Surakarta“ mengatakan bahwa peserta didik
yang diajar dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
mempunyai prestasi belajar lebih baik dari peserta didik yang diajar dengan
pembelajaran konvensional dan peserta didik dengan aktivitas tinggi
mempunyai prestasi belajar lebih baik dari peserta didik dengan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
sedang dan rendah. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Liliek Sri
Wahyuti dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan tinjauan aktivitas
belajar, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Liliek Sri Wahyuti
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran konvensional
tetapi penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).
3. Muhammad Iqbal Majoka, Malik Hukam Dad dan Tariq Mahmood (2010)
dalam penelitiannya yang berjudul “Student Team Achievement Division
(STAD) as an Active Learning Strategy: Empirical Evidence from
Mathematics Classroom” salah satu hasil penelitiannya adalah STAD was
more effective for academic achievement in mathemathics classroom as
compared to traditional (Lecture & direct method) method of teaching.,
artinya STAD lebih efektif menghasilkan prestasi akademik matematika
dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional, Persamaan penelitian
yang dilakukan Muhammad Iqbal Majoka, Malik Hukam Dad dan Tariq
Mahmood dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian Muhammad Iqbal Majoka, Malik Hukam Dad dan Tariq Mahmood
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran tradisional
tetapi, penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).
4. M. Wahid Syaifudin (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Ditinjau dari
Kemampuan Awal Peserta didik Kelas VIII MTs Kabupaten Klaten Tahun
Pelajaran 2009/2010“ mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran
tipe TAI menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh M.
Wahid Syaifudin dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan model
pembelajaran tipe TAI, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian M.
Wahid Syaifudin dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran
konvensional tetapi penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan
model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). pada
penelitian M. Wahid Syaifudin ditinjau dari kemampuan awal, tetapi
penelitian yang dilakukan peneliti ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik.
5. Kamuran Tarim dan Fikri Akdeniz (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’
mathematics achievement and attitude towards mathematics using TAI and
STAD methods.” mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran TAI menghasilkan prestasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran STAD dan tidak ada
perbedaan pengaruh yang nyata antara penggunaan model pembelajaran TAI
dan STAD terhadap sikap peserta didik terhadap matematika. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Kamuran Tarim dan Fikri Akdeniz dengan
peneliti adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran TAI dan
STAD, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Kamuran Tarim dan
Fikri Akdeniz menggunakan dua variable terikat yaitu prestasi belajar dan
sikap peserta didik terhadap matematika, tetapi penelitian yang dilakukan
peneliti hanya menggunakan satu variabel terikat yaitu hasil belajar,
disamping itu penelitian Kamuran Tarim dan Fikri Akdeniz dilakukan pada
peserta didik SD, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada peserta didik
SMA serta menggunakan tinjauan aktivitas belajar peserta didik.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran kooperatif adalah model mengajar yang
memungkinkan menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan bekerja untuk menyelesaikan masalah baik
secara individu maupun kelompok. Di dalam kelompok mereka saling membantu
sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui diskusi karena tim
bertanggung jawab untuk memahami materi pelajaran tersebut demi keberhasilan
kelompoknya sehingga nanti memperoleh skor team yang maksimal. Model
pembelajaran kooperatif merupakan daya tarik tersendiri bagi peserta didik saat
menyelesaikan permasalahan terutama masalah matematika sehingga tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
pemahaman materi matematika peserta didik lebih mendalam dan meningkat.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran
kooperati TAI terdapat adanya kesamaan, hanya saja model pembelajaran
kooperatif STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Sedangkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual (Slavin,
Robert E,2005). Pada pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) , peserta didik tidak diperbolehkan melanjutkan
mempelajari materi pembelajaran berikutnya sebelum peserta didik tersebut
dinyatakan berhasil menguasai materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya.
Hal ini dapat menumbuhkan motivasi tambahan bagi setiap peserta didik untuk
menguasai materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian dimungkinkan hasil
belajar dengan pembelajaran model Team Assisted Individualization (TAI) lebih
baik daripada hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Pada dasarnya untuk menguasai materi turunan fungsi diperlukan
keaktifan belajar peserta didik. Aktivitas peserta didik dapat timbul, jika pada diri
peserta didik terdapat motivasi yang menyebabkan mereka ingin berbuat sesuatu.
Motivasi tersebut dapat timbul dengan sendirinya pada diri peserta didik atau
dapat timbul karena ada pengaruh dari luar, diantaranya dari seorang guru. Oleh
karena itu dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus senantiasa
menimbulkan motivasi pada diri peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
Peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar lebih tinggi akan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
menguasai suatu materi pelajaran dari pada peserta didik yang mempunyai
aktivitas belajar lebih rendah. Peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi diduga akan mempunyai hasil belajar yang lebih baik dari pada peserta
didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang maupun rendah. Peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar sedang diduga akan mempunyai hasil belajar yang
lebih baik dari pada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Model pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik adalah faktor
penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Topik
Turunan Fungsi adalah materi dalam matematika yang membutuhkan beberapa
materi pendukung yang harus dikuasai peserta didik sebelum materi ini diberikan,
misalnya pemfaktoran dan fungsi. Suatu pengetahuan akan lebih tertanam dalam
diri peserta didik, apabila pengetahuan itu diperoleh dari hasil konstruksi peserta
didik itu sendiri dan aktivitas belajar yang memadai. Pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif STAD dan TAI sama-sama menuntut adanya aktivitas
belajar peserta didik yang memadai. Sehingga model pembelajaran kooperatif
STAD dan TAI cocok digunakan untuk peserta didik yang memiliki aktivitas
belajar yang tidak rendah, sedangkan untuk peserta didik yang memiliki aktivitas
belajar rendah tidak akan mendapatkan hasil belajar yang baik meskipun diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran sebaik dan secocok apapun pada materi
turunan fungsi. Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif STAD maupun TAI dan pengaruh tingkat aktivitas belajar peserta didik
dapat diduga bahwa peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan
tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Team
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik
daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar rendah akan menghasilkan hasil belajar yang sama, baik
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) maupun diberi pembelajaran model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) pada materi turunan fungsi.
Berdasarkan pemikiran di atas, kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
D. Hipotesis penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
4. Hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik daripada
peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Student
Model Pembelajaran
Aktivitas Belajar
Hasil Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi Turunan Fungsi.
5. Hasil belajar peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik
daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah,
dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih
baik daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar rendah pada
materi Turunan Fungsi.
6. Peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan tinggi bila diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar rendah bila diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
maupun model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) menghasilkan hasil belajar yang sama pada materi turunan fungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Surakarta dengan subyek
penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran
2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2010/2011.
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal,
penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta
pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011
sampai dengan bulan Mei 2011.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan
data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.
c. Analisis data
Analisis data dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Juni
2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
d. Tahap penyusunan laporan
Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada
bulan Maret 2011 dan selesai pada bulan Juli 2011.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu,
karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan.
Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua bagian. Kelompok
pertama adalah kelompok peserta didik yang mendapat perlakuan diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) dan kelompok kedua adalah kelompok peserta didik yang
mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Team Assisted Individualization (TAI). Dari masing-masing kelompok di atas
terdiri dari tiga kelompok peserta didik yaitu peserta didik dengan aktivitas
belajar tinggi, sedang dan rendah. Desain penelitian ini adalah desain faktorial
2x3 yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
B A
Aktivitas Belajar (B)
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Model
Pembelajaran (A)
Kooperatif Tipe
STAD (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13
Kooperatif Tipe
TAI (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Negeri di
Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2010/2011. Dari seluruh peserta didik
SMA Negeri kelas XI IPA Kota Surakarta akan dikelompokkan dalam 3
kategori yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian
menggunakan nilai rata-rata hasil ujian nasional mata pelajaran matematika
tahun pelajaran 2009/2010 yang diperoleh dari Puspendik.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah peserta didik bukan sampel individu. Dari
tiap-tiap kategori sekolah diambil satu sekolah secara random, kemudian dari
sekolah yang terpilih diambil lagi dua kelas secara random sebagai kelas
eksperimen.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi sampling
random stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling random kluster
(cluster random sampling), dengan langkah-langkah:
a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat
rataan nilai UN Utama mata pelajaran matematika SMA tahun pelajaran
2009/2010 dari Puspendik. Penentuan untuk kategori didasarkan pada
ketentuan sebagai berikut kelompok tinggi : skor > X +21 s, kelompok
sedang X -21 s £ skor £ X +
21 s dan kelompok rendah skor < X -
21 s. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
hasil perhitungan, diperoleh nilai rataannya adalah 6,83 dan simpangan
bakunya adalah 0,98. Jadi untuk skor > 7,52 dikategorikan tinggi, 6,34 £
skor £ 7,52 dikategorikan sedang dan skor < 6,34 dikategorikan rendah
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil UN Mata Pelajaran Matematika
SMA Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
Peringkat
Matematika
Nama Sekolah Nilai Rata-rata Kategori
1 SMA Negeri 3 Surakarta 7.70 Tinggi
2 SMA Negeri 4 Surakarta 7.69 Tinggi
3 SMA Negeri 1 Surakarta 7.62 Tinggi
4 SMA Negeri 7 Surakarta 7.17 Sedang
5 SMA Negeri 2 Surakarta 6.96 Sedang
6 SMA Negeri 5 Surakarta 6.59 Sedang
7 SMA Negeri 6 Surakarta 6.02 Rendah
8 SMA Negeri 8 Surakarta 4.91 Rendah
( Puspendik , 2010 )
b. Dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu
kelompok atas terpilih SMA Negeri 3 Surakarta, kelompok sedang terpilih
SMA Negeri 2 Surakarta dan kelompok bawah terpilih SMA Negeri 8
Surakarta yang merupakan unit-unit populasi (kluster-kluster).
c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu
dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas
eksperimen. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peserta didik sebanyak 6 kelas yang berjumlah 181 peserta didik, terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
3 kelas yang berjumlah 90 peserta didik sebagai kelompok ekspeimen 1 dan
3 kelas yang berjumlah 91 peserta didik sebagai kelas eksperimen 2.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas dan satu
variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran dan aktivitas
belajar , sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika peserta
didik.
Penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran (A)
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam
melakukan aktivitas belajar mengajar. Pada penelitian ini model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
2) Indikator
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI
3) Skala Pengukuran
Skala pengukurannya adalah nominal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
4) Kategori: Ai, i: 1 = STAD, 2 = TAI
b). Aktivitas Belajar (B)
1) Definisi operasional.
Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah keaktifan peserta didik
dalam belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah. Dalam
proses belajar mengajar aktivitas peserta didik menjadi syarat utama.
Jenis-jenis kegiatan disini misalnya sering bertanya, mengerjakan soal
latihan, mengerjakan PR, mencatat keterangan/penjelasan guru,
melengkapi catatan yang kurang dan sebagainya.
2) Indikator: skor hasil angket aktivitas belajar matematika.
3) Skala pengukuran
Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang
terdiri tiga kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > X + 21 s,
kelompok sedang dengan X -21 s £ skor £ X +
21 s, dan kelompok
rendah dengan skor < X -21 s .
Dengan:
s = adalah standar deviasi
X = adalah rerata dari seluruh skor total peserta didik
4) Kategori: Bj, j:1= tinggi, 2= sedang, 3= rendah
2. Variabel Terikat
Hasil Belajar
1) Definisi Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
Hasil belajar adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil tes setelah
mengikuti proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2) Indikator
Skor tes untuk materi turunan fungsi.
3) Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah interval.
D . Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan ada tiga
macam, yaitu metode dokumentasi, metode tes, dan metode angket
1. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006:158) berpendapat bahwa metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data sekolah dan identitas peserta didik antara lain nama peserta didik dan nomor
induk peserta didik serta nilai ulangan matematika pada materi limit fungsi kelas
XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Data ini digunakan sebagai bahan
uji keseimbangan antara kelas-kelas eksperimen.
2. Metode angket
Suharsimi Arikunto (2006:151) menyatakan bahwa angket atau kueisioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.
Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas belajar matematika peserta didik.
Pertanyaan dalam angket ini diberikan lima pilihan jawaban. Pemberian
skor untuk item positif yaitu a diberi skor 5, b diberi skor 4, c diberi skor 3, d
diberi skor 2, e diberi skor 1, serta tidak menjawab diberi skor 0 sedangkan
untuk item negatif berlaku sebaliknya.
Langkah-langkah dalam penyusunan angket tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan indikator
2) Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen
3) Menjabarkan indikator-indikator ke dalam butir soal angket.
4) Menelaah butir soal.
5) Melakukan uji coba.
6) Melakukan analisis item soal.
7) Mengambil keputusan yaitu apakah butir soal tersebut dipakai, direvisi atau
dibuang.
3. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertanyaan terhadap subyek penelitian (Budiyono,2003:54). Metode tes
digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar matematika setelah
memberikan perlakuan. Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
data tentang prestasi belajar matematika peserta didik diujicobakan dahulu untuk
mengetahui konsistensi internal, tingkat kesukaran dan reliabilitas. Dalam
penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang berisi
materi pokok turunan fungsi. Pemberian skor untuk item tes, jawaban benar
memperoleh skor 1 sedangkan jawaban salah memperoleh skor 0.
Langkah-langkah dalam penyusunan tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan
materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang berlaku, b)
menyusun kisi-kisi tes, c) menyusun butir soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang
dibuat, d) melakukan telaah butir soal tes.
3. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini, maka setelah instrumen tes dibuat selanjutnya dilakukan uji coba pada
peserta didik di luar sampel tetapi masih pada populasi . pada penelitian ini
uji coba dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IPA-1 semester 2
tahun pelajaran 2010/2011. Dari uji coba kemudian dilakukan analisa butir
soal tes dan angket sebagai berikut :
a. Tes
1) Uji validitas isi
Uji validitas isi menunjukkan ketepatan antara obyek yang diukur
dengan alat ukur. Agar tes mempunyai validitas isi, menurut
Budiyono (2003:58) harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
a) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representative
untuk mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai
dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar.
b) Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat
bahan yang telah diajarkan.
c) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan
untuk menjawab soal-soal tes dengan benar.
Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan langkah-langkah
sebagai berikut : a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang
akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman
kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi tes, c) menyusun butir
soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat, d) melakukan telaah butir
soal tes. Untuk menilai apakah instrument tes mempunyai validitas isi
biasanya penilaian ini dilakukan oleh pakar atau validator.
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes
awal maupun tes hasil belajar matematika, setiap jawaban yang benar
diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 sehingga untuk menghitung tingkat
reliabilitas digunakan Kuder Richardson dengan KR- 20 yaitu :
÷÷ø
öççè
æ S-÷øö
çèæ
-=
2i
2
11
p
1t
it
s
qs
nn
r
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
2ts = variansi total
ip = proporsi subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq = 1 – ip , i = 1, 2, 3,..., n
Soal dikatakan reliabel jika 11r > 0,70.
( Budiyono 2003: 69)
3) Daya Pembeda
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik jika
kelompok peserta didik yang pandai menjawab benar lebih banyak dari
kelompok yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal
digunakan rumus koefisien korelasi momen produk Karl Pearson sebagai
berikut
rxy = åååå
å å å
--
-
)Y)(Yn)(X)(Xn(
Y)X)((XYn2222
Keterangan :
rxy = indeks daya pembeda untuk butir ke-i
n = cacah subyek yang dikenai tes ( instrumen )
X = skor untuk butir ke-i
Y = skor total ( dari subyek uji coba )
Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,3, maka butir soal
tersebut harus dibuang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
( Budiyono 2003: 65)
4) Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan
melihat indeks kesukaran item/butir soal yang diperoleh dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois (dalam Anas
Sudijono, 2007:372) yaitu:
dimana:
P = indeks kesukaran butit soal
pN = Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal
yang bersangkutan
N = Banyaknya peserta tes/testee
Sedangkan cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka
indeks kesukaran item, Robert L.Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam
bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and
Education (dalam Anas Sudijono,2007:372) mengemukakan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P )
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30
0,30 - 0,70
Lebih dari 0,70
Sukar
Cukup
Mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 £ P £ 0,70.
b. Angket
N
NP p=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
1) Validitas Isi
Dalam menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi dilakukan
oleh pakar dengan memperhatikan kisi-kisi soal tes.
(Budiyono, 2003: 59).
2) Konsistensi Internal
Untuk mengetahui konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat
dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.
Korelasi butir ke-i dimana i = 1,2,3,…, n digunakan rumus korelasi
momen produk Karl Pearson, yaitu:
rxy = åååå
å å å
--
-
)Y)(Yn)(X)(Xn(
Y)X)((XYn2222
Keterangan :
rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : total skor (dari subyek uji coba) (Budiyono, 2003: 65)
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha.
Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah :
11r = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
÷÷ø
öççè
æ å-÷
øö
çèæ
-= 2
2
11 11 t
i
s
sn
nr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Æ挠̒ = variansi butir ke-i, i = 1, 2, ... , n 2ts = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
(Budiyono, 2003: 70)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh telah melebihi 0,70 ( 11r > 0,70)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Perlakuan
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun prosedur ujinya
adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis.
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi : a = 0,05
3. Statistik uji
L = Maks ( ) ( )ii zSzF -
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
ii
X Xz
s-
= , s = standar deviasi
F(zi) = P( Z≤ zi ); Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah Z≤ zi terhadap seluruh zi
4. Daerah kritik
DK= { L │L > L a;n } dengan n adalah ukuran sampel
5. Keputusan uji.
H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritik.
( Budiyono, 2009:170)
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel
mempunyai variansi yang sama merupakan sampel yang homogen. Untuk
menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi
Kuadrat sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : populasi – populasi homogen
H1 : populasi – populasi tidak homogen
2. Taraf signifikansi; a = 0,05
3. Statistik uji
( )2 2j
2,303log f log jf RKG s
cc = -å dengan 2 2
( 1)~ kc c -
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1 dengan j = 1, 2 ,…, k
N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
jn = banyaknya nilai ( ukuran ) sampel ke – j
( ) j
1 1 11
3 1 fc
k f
æ ö= + -ç ÷ç ÷- è ø
å
RKG = rataan kuadrat galat = j
j
SS
fåå
; ( ) ( )
2
2 2jSS 1
j
j j jj
xx n s
n= - = -
åå
4. Daerah kritik
DK { }2 2 2; 1kac c c -= > untuk beberapa a dan ( k – 1 ) nilai 2
1; -kac dapat di
lihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan ( k – 1).
5. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik
( Budiyono 2009: 174 )
2. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam
keadaan seimbang atau tidak sebelum kedua kelompok tersebut mendapat
perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t yaitu :
a. Hipotesis
Ho : m1 = m2 kedua kelompok berasal dari dua populasi yang berkemampuan
awal sama
H1 : m1 ≠ m2 kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang
berkemampuan awal sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05
c. Statistik Uji
1 2
1 2
1 2
~ ( 2),1 1
p
X Xt t n n
sn n
-= + -
+ dengan
2 22 1 1 2 2
1 2
( 1) ( 1)2p
n s n ss
n n- + -
=+ -
dengan
1X = rata-rata nilai ulangan harian limit fungsi peserta didik kelompok
eksperimen ke-1
2X = rata- rata nilai ulangan harian limit fungsi peserta didik kelompok
eksperimen ke-2
1s = simpangan baku kelompok eksperimen ke-1
2s = simpangan baku kelompok eksperimen ke-2
1n = banyaknya peserta didik kelompok eksperimen ke-1
2n = banyaknya peserta didik kelompok eksperimen ke-2
d. Derah kritik
DK1 2 1 2; 2 ; 2
2 2
atau n n n n
t t t t ta a+ - + -
ì üï ï= < - >í ýï ïî þ
e. Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik.
( Budiyono 2009: 151 )
3. Uji Prasyarat Analisis
Pada penelitian ini analisis variansi dua jalan harus memenuhi prasyarat
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
a. Setiap sampel diambil secara random dari populasi yang seimbang.
b. Masing-masing populasi independen dan masing-masing data amatan juga
independen.
c. Setiap populasi berdistribusi normal.
d. Populasi-populasi mempunyai variansi yang sama.
Oleh karena itu perlu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas, seperti
pada uji prasyarat keseimbangan
4. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3
dengan sel tak sama dengan model sebagai berikut :
( ) eabbam ijkijjiijkx ++++=
dengan :
xijk = data amatan ke k pada baris ke i dan kolom ke j
m = rerata dari seluruh data amatan ( rerata besar , grand mean )
a i = efek baris ke i pada variabel terikat
b j = efek kolom ke j pada variabel terikat
( )ab ij = kombinasi efek baris ke i dan kolom ke j pada variabel terikat
e ijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya m yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi 2es .
i = 1, 2 dengan i = 1 = pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions
i = 2 = pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
j = 1, 2, 3 dengan j = 1 = aktivitas belajar tinggi
j = 2 = aktivitas belajar sedang
j = 3 = aktivitas belajar rendah
( Budiyono 2009: 228)
a. Hipotesis
H0A : ai = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar
model pembelajaran terhadap hasil belajar )
H1A : paling sedikit ada satu ai yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar model pembelajaran terhadap hasil belajar) :
H0B : bj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar
kategori aktivitas belajar terhadap hasil belajar)
H1B : paling sedikit ada satu bj (ada perbedaan efek antar kategori
aktivitas belajar terhadap hasil belajar)
H0AB : (ab)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 ( tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dan kategori aktivitas
belajar terhadap hasil belajar )
H1AB : paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol (ada interaksi antara
model pembelajaran dan kategori aktivitas belajar terhadap hasil
belajar )
b. Komputasi
1. Notasi dan Tata Letak Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
Tabel 3.4 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
A B Aktivitas Belajar Peserta Didik
b1 b2 b3
Model
Pembelajaran
a1 n11
11Xå
11X
211Xå
C11
SS11
n12
12Xå
12X
212Xå
C12
SS12
n13
13Xå
13X
213Xå
C13
SS13
a2 n21
21Xå
21X
221Xå
C21
SS21
n22
22Xå
22X
222Xå
C22
SS22
n23
23Xå
23X
223Xå
C23
SS23
Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor b
Faktor a b1 b2 b3 Total
a1 11X 12X 13X A1
a2 21X 22X 33X A2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
Total B1 B2 B3 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi –
notasi sebagai berikut:
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åij ijn
pq1
P = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
å=ij
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
SS
2
2ijk
kij ijk
k ijkn
XX
æ öç ÷è ø= -å
å = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada
sel ij
ij ijX AB= = rataan pada sel ij
å ==j
iji ABA jumlah rataan pada baris ke i
ijji
B AB= =å jumlah rataan pada kolom ke j
=å=ij
ijABG jumlah rataan semua sel
2. Komponen jumlah kuadrat
Didefinisikan
pqG
12
= å=j
2j
pB4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
å=ij
ijSS2 å=ij
ijAB2
5
3 å=i
i
q
A2
3. Jumlah Kuadrat (JK)
( ) ( ){ }13nJKA -= h
( ) ( ){ }14nJKB -= h
( ) ( ) ( ) ( ){ }4351nJKAB --+= h
)2(JKG =
JKT JKA JKB JKAB JKG= + + +
4. Derajat kebebasan (dk)
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1 ) dkG = N – pq
dkT = N – 1
5. Rataan Kuadrat ( RK )
JKARKA
dkA=
dkBJKB
RKB =
dkABJKAB
RKAB = dkGJKG
RKG =
b. Statistik uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
1. Untuk H0A adalah RKGRKA
F =a yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
2. Untuk H0B adalah RKGRKB
F =b yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
3. Untuk H0AB adalah RKG
RKABF =ab yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan
N – pq
c. Daerah kritik
Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritiknya adalah :
1. Daerah kritik untuk Fa adalah { }pq-N1,-p;FF FDK a>=
2. Daerah kritik untuk Fb adalah { }pq-N1,-q;FF FDK a>=
3. Daerah kritik untuk Fab adalah { }pq-N1),-1)(q-(p;FF FDK a>=
d. Rangkuman analisis variansi
Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK Fobs Fa
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat ( G )
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p –1)(q -1)
N - pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
Total JKT N – 1 - - -
Keterangan : F* = Ftabel
( Budiyono, 2009: 212 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
e. Keputusan uji
H0 ditolak bila Fobs Î DK
Uji Komparasi Ganda
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan
untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe.
Langkah–langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah:
a. Komparasi Rataan Antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
j
ji
n
XX
..i
2.
-.j .i1
n1
RKG
.F
dengan:
F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke j
iX . = rataan pada kolom ke i
jX . = rataan pada kolom ke j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke i
n.j = ukuran sampel kolom ke j
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F | F > (q-1)Fα;q-1,N-pq}
b. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
kj
kjij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
kj- ij
dengan :
Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F | F > (pq-1)Fα;pq-1,N-pq }
c. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
ik
ikij XX
n1
n1
RKG
F
ij
2
ik- ij
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah { F | F > (pq-1)Fα;pq-1,N-pq }
(Budiyono, 2009:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi angket aktivitas
belajar matematika peserta didik dan tes hasil belajar matematika pada pokok
bahasan turunan fungsi. Sebelum instrumen diujikan perlu diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui validitas isi , konsistensi internal dan reliabilitas.
1. Hasil Uji Coba Angket Aktivitas Belajar Peserta Didik
Dari hasil uji coba angket aktivitas belajar peserta didik diperoleh:
a. Uji validitas isi diperoleh semua soal (40 soal) valid karena setiap butir tes
memenuhi semua kriteria yang ditetapkan. Validator angket minat belajar
peserta didik ada 2 orang yaitu Drs. H. Kismanto, M.Pd., Ketua MGMP
Matematika Kota Surakarta dan Mujapar, S.Pd. M.Pd., Guru Pemandu mata
pelajaran matematika Kota Surakarta. (Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7).
b. Uji konsistensi internal dari 40 soal diperoleh 37 soal yang konsisten (rxy >
rtabel) dan 3 soal inkonsisten (rxy < rtabel) yaitu soal nomor 18, 21 dan 23,
sehingga jumlah soal uji coba angket aktivitas belajar yang dapat digunakan
ada 37 item soal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9).
c. Uji reliabilitas dari 40 soal diperoleh r11 = 0,8667 > 0,7 dan uji reliabilitas
dari 37 soal yang konsisten r11 = 0,8846 > 0,7 yang berarti bahwa instrumen
angket aktivitas belajar ini tergolong reliabel. (Perhitungan selengkapnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
dapat dilihat pada Lampiran 9). Karena instrumen angket aktivitas belajar
sudah tergolong reliabel, maka dari 27 item soal yang konsisten, semuanya
digunakan untuk data angket aktivitas belajar pada penelitian ini.
2. Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar
Hasil uji coba tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan turunan
fungsi diperoleh:
a. Uji validitas isi diperoleh semua soal (30 soal) valid karena setiap butir tes
memenuhi semua kriteria yang ditetapkan. Validator tes hasil ada 2 orang
yaitu Drs. H. Kismanto, M.Pd., Ketua MGMP Matematika SMA Kota
Surakarta dan Mujapar, S.Pd., M.Pd., Guru Pemandu mata pelajaran
matematika SMA Kota Surakarta. (Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 13)
b. Berdasarkan uji konsistensi internal yang telah dilakukan dengan
menggunakan rumus Korelasi Product Moment pada taraf signifikansi 5%,
dari 30 butir soal yang diujicobakan diperoleh 25 butir soal yang konsisten
(rxy > rtabel) dan 5 soal yang inkonsisten (rxy < rtabel) yaitu soal nomor 2, 7, 11,
21 dan 29, sehingga jumlah soal uji coba tes yang dapat digunakan ada 25
item soal (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16).
c. Uji reliabilitas diperoleh r11 = 0,816 > 0,7 dan uji reliabilitas dari 25 soal yang
konsisten r11 = 0,798 > 0,7 maka tes tergolong reliabel. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16). Karena instrumen tes hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
belajar sudah tergolong reliabel, maka dari 25 item soal yang konsisten,
semuanya digunakan untuk data tes hasil belajar pada penelitian ini.
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini
meliputi dua kelompok data yaitu data skor aktivitas belajar peserta didik dan data
hasil belajar peserta didik pada materi turunan fungsi setelah diberi perlakuan
dengan model pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2.
1. Data Skor Aktivitas Belajar Peserta didik
Data tentang aktivitas belajar peserta didik diperoleh dari angket yang
diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan ke
dalam tiga kategori. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai
berikut kelompok tinggi : skor > X +21 s, kelompok sedang X -
21 s £ skor £ X +
21 s dan kelompok rendah skor < X -
21 s. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai
rataannya adalah 114,43 dan simpangan baku 16,91. Jadi untuk skor > 122,89
dikategorikan tinggi, 105,98 £ skor £ 122,89 dikategorikan sedang dan skor <
105,98 dikategorikan rendah.
Berdasar data yang telah terkumpul, jumlah peserta didik yang termasuk
ke dalam kategori aktivitas belajar tinggi, sedang, rendah untuk kelas eksperimen
1 dan eksperimen 2 dapat dilihat dalam tabel berikut. (Data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 27).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
Tabel 4.1 Banyaknya Peserta Didik Ditinjau dari Model Pembelajaran dan
Aktivitas Belajar.
Model
Pembelajaran
Aktivitas belajar Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
STAD
TAI
24
31
36
34
30
26
90
91
Jumlah 55 70 56
2. Data Hasil Belajar Peserta Didik
Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil tes materi turunan fungsi
setelah peserta didik diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda
antara dua kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan
dengan model pembelajaran STAD sedangkan kelompok eksperimen 2 diberi
perlakuan dengan model pembelajaran TAI.
a. Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan ada dua, yaitu model pembelajaran
STAD dan TAI. Diskripsi tentang prestasi belajar peserta didik berdasarkan model
pembelajaran disajikan pada tabel berikut
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Model Pembelajaran
Variabel Model N Mean
St
Deviasi Median Maksimum Minimum
Hasil
Belajar
STAD 90 67,64 15,30 68 100 36
TAI 91 73,98 13,95 76 100 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
b. Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar peserta didik dibagi atas 3 kelompok, yaitu kelompok
aktivitas belajar tinggi, kelompok aktivitas belajar sedang dan kelompok aktivitas
rendah. Rangkuman diskripsi data tentang prestasi belajar matematika
berdasarkan aktivitas belajar peserta didik disajikan pada tabel berikut
. Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Aktivitas Belajar Peserta
Didik
Variabel Aktivitas
Belajar N Mean St Deviasi Median Maksimum
Minimu
m
Hasil
Belajar
Tinggi 55 76,95 13,13 76 100 48
Sedang 70 70,57 14,80 72 96 40
Rendah 56 64,43 14,20 64 88 36
Sedangkan untuk rangkuman diskripsi data tentang hasil belajar peserta
didik berdasarkan gabungan antara model pembelajaran dan aktivitas belajar
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Model Pembelajaran dan
Aktivitas Belajar Peserta Didik
Variab
el Model
Motiva
si N Mean St Dev Median
Maksimu
m
Minimu
m
Hasil
Belajar STAD
Tinggi 24 74,00 14,11 76 100 48
Sedang 36 67,44 14,60 68 96 40
Rendah 30 61,47 14,54 64 88 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
TAI
Tinggi 31 79,23 12,06 80 100 56
Sedang 34 73,88 14,48 76 98 48
Rendah 26 67,85 13,27 70 88 40
C. Pengujian Prasyarat Perlakuan
Uji Keseimbangan
Data untuk uji keseimbangan diambil dari nilai ulangan harian limit
fungsi. Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas. Uji normalitas digunakan uji Liliefors, sedangkan uji
homogenitas digunakan uji Bartlett. Hasil uji normalitas terangkum dalam tabel
berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen1dan Kelas
Eksperimen 2
No Kelompok Lhitung Ltabel Keterangan
1
2
Eksperimen 1
Eksperimen 2
0,0670
0,0630
0,0934
0,0929
Normal
Normal
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung< Ltabel baik untuk kelompok eksperimen
1 maupun kelas eksperimen 2. Dengan demikian diambil kesimpulan bahwa H 0
diterima atau sampel berasal dari populasi normal (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 17).
Dari uji homogenitas diperoleh ú萍̒abel挠 = 0.1876 < 3,841 = úaĖǴƼ评挠 . Harga
statistik uji tidak melebihi úaĖǴƼ评挠 Dengan demikian diambil kesimpulan bahwa Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
diterima atau sampel berasal dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 18).
Dalam kelas eksperimen 1 dengan jumlah 90 peserta didik diperoleh
rataan 62,4278 dan variansi 389,672. Sedangkan dalam kelas eksperimen 2
dengan jumlah 91 peserta didik diperoleh rataan 62,797 dan variansi 427,155.
Hasil analisis dari uji keseimbangan yang menggunakan uji t diperoleh tobs= 0,006
dengan t0,025;180 =1,960 DK={ 1,960t t < - atau }1,960t > Karena nilai tobs ÏDK
maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas yaitu kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berasal dari dua populasi memiliki
kemampuan awal yang sama. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 19).
D. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya yaitu dengan menggunakan uji Lilliefors. Uji
ini bertujuan untuk menyelidiki apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari
populasi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dari tes hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan uji Lilliefors untuk tingkat signifikan 5% terangkum dalam
tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Peserta Didik
No Faktor Lhitung Ltabel Keterangan
1 Model Pembelajaran STAD 0,0616 0,0934 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
2
3
4
5
Model Pembelajaran TAI
Aktivitas belajar tinggi
Aktivitas belajar sedang
Aktivitas belajar rendah
0,0574
0,0764
0,0641
0,0680
0,0929
0,1195
0,1059
0,1184
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung < Ltabel, maka diambil kesimpulan bahwa
Ho diterima atau sampel berasal dari populasi normal. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 30).
2. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah
variansi populasi harus homogen. Dalam menguji homogenitas pada penelitian ini
digunakan metode Bartlet. Hasil pengujian uji homogenitas dari tes hasil belajar
peserta didik telah terangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.7 . Hasil Uji Homogenitas
No Kelompok ú萍̒abel挠 úaĖǴƼ评挠
Kesimpulan
1
2
Model Pembelajaran
Aktivitas Belajar
1,136
0,852
3,841
5,991
Homogen
Homogen
Dari tabel di atas tampak bahwa harga statistik uji masing-masing
kelompok tidak melebihi úaĖǴƼ评挠 . Dengan demikian diambil kesimpulan bahwa Ho
diterima atau sampel berasal dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
Pengujian Hipotesis
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel
sebagai berikut. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).
Tabel 4.8 Rangkuman Analaisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.
Sumber JK Dk RK Fhit Ftabel Keputusan
Model mengajar (A) 1604.4 1 1604.55 8.2951 3.84 H0A ditolak
Aktivitas belajar (B) 4227.3 2 2113.64 10.9277 3.00 H0B ditolak
Interaksi (AB) 13.8 2 6.90845 0.0357 3.00 H0AB diterima
Galat (G) 33848.7 175 193.421 - -
Total 39694.2 180 - - -
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa HOA ditolak, HOB ditolak dan HOAB
diterima. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
a. H0A ditolak berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang
diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi turunan fungsi.
b. H0B ditolak berarti terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi
turunan fungsi bila ditinjau dari aktivitas belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
c. H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar matematika pada materi turunan
fungsi.
2. Uji Komparasi Ganda
Setelah diperoleh hasil anava, langkah selanjutnya adalah dilakukan uji
komparasi ganda.
Tabel 4.9 Rerata Skor Hasil Belajar Peserta Didik
A B
Aktivitas belajar peserta Didik Rerata
Marginal Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Model
Pembelajaran
STAD (a1) 74,0000 67,4444 61,4667 67,6444
TAI (a2) 79,2258 73,8824 67,8462 73,9780
Rerata Marginal 76,9455 70,5714 64,4286
Uji Komparasi Rerata Antar Baris
Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa HOA ditolak, tetapi karena
model pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk antar baris tidak
perlu dilakukan uji komparasi ganda. Walaupun dilakukan komparasi ganda,
dapat dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Komparasi ganda
tersebut menjadi tidak berguna, karena anava telah menunjukkan bahwa HOA
ditolak. Dari rerata marginalnya (a1 = 67,6444 < 73,9780 = a2) dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
bahwa model pembelajaran tipe TAI menghasilkan hasil belajar yang lebih baik
daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pqada materi turunan fungsi .
Uji Komparasi Rerata Antar Kolom
Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa HOB ditolak. Ini berarti
bahwa aktivitas belajar peaserta didik memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap hasil belajar matematika pada materti turunan fungsi. Karena variabel
aktivitas belajar peserta didik mempunya tiga nilai yaitu b1 , b2 dan b3 maka perlu
dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe’ untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom. Hasil perhitungan dengan
menggunakan metode Scheffe’ dirangkum dalam tabel berikut. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 34)
Tabel 4.10. Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
No Komparasi Fhitung 2Ftabel Keputusan
1
2
3
m.1 vs m.2
m.1 vs m.3
m.2 vs m.3
6,4631
22,5002
6,0776
6,00
6,00
6,00
H0 ditolak
H0 ditolak
H0 ditolak
Keterangan: m.1 : rerata hasil belajar peserta didik untuk kelompok aktivitas belajar tinggi
m.2 : rerata hasil belajar peserta didik untuk kelompok aktivitas belajar sedang
m.3 : rerata hasil belajar peserta didik untuk kelompok aktivitas belajar rendah
Dari tabel di atas terlihat bahwa :
(1) H0 ditolak karena F.1-.2 = 6,4631 > 6,00 = 2Ftabel . Hal ini berarti hasil belajar
peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
peserta didik dengan aktivitas belajar sedang. Dari rerata marginalnya yaitu
rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi adalah
76,9455 dan rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar sedang
adalah 70,5714, menunjukkan bahwa rerata hasil belajar peserta didik dengan
aktivitas belajar tinggi lebih besar daripada rerata hasil belajar peserta didik
dengan aktivitas belajar sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar sedang.
(2) H0 ditolak karena F.1-.3 = 22,5002 > 6,00 = 2Ftabel . Hal ini berarti hasil belajar
peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan hasil belajar
peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dari rerata marginalnya yaitu
rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi adalah
76,9455 dan rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar rendah
adalah 64,4286, menunjukkan bahwa rerata hasil belajar peserta didik dengan
aktivitas belajar tinggi lebih besar daripada rerata hasil belajar peserta didik
dengan aktivitas belajar rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah.
(3) H0 ditolak karena F.2-.3= 6,0776 > 6,00 = 2Ftabel . Hal ini berarti hasil belajar
peserta didik dengan aktivitas belajar sedang tidak sama dengan hasil belajar
peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dari rerata marginalnya yaitu
rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar sedang adalah
70,5714 dan rerata marginal dari peserta didik dengan aktivitas belajar rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
adalah 64,4286, menunjukkan bahwa rerata hasil belajar peserta didik dengan
aktivitas belajar sedang lebih tinggi daripada rerata hasil belajar peserta didik
dengan aktivitas belajar rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas sedang lebih baik daripada hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah.
Uji Komparasi Rerata Antar Sel
Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa HOAB diterima .Ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar peserta
terhadap hasil belajar matematika pada materi turunan fungsi, maka tidak perlu
dilakukan uji komparasi antar sel pada kolom atau baris yang sama.
Pembahasan Hasil Analisis Data
Hipotesis Pertama
Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fhitung = 8.2951 > 3,84 =
Ftabel. Fhitung terletak di luar daerah kritik maka HOA ditolak berarti terdapat
perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diberi pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi turunan fungsi. Dari rataan marginalnya (a1 = 67,6444 < 73,9780 = a2)
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan turunan fungsi. Hal ini sesuai dengan
hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu “ Hasil belajar peserta didik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) lebih baik daripada peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada materi turunan fungsi “. Hasil analisis ini
ternyata juga sejalan dengan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan oleh
Kamuran Tarim dan Fikri Akdeniz (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’ mathematics
achievement and attitude towards mathematics using TAI and STAD methods.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik
yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) lebih baik daripada peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada materi turunan fungsi .
Hipotesis Kedua
Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fhitung = 10,9277 > 3,00 =
Ftabel. Fhitung terletak di daerah kritik maka HOB ditolak berarti terdapat perbedaan
hasil belajar peserta didik pada materi turunan fungsi bila ditinjau dari aktivitas
belajarnya pada materi turunan fungsi. Karena H0B ditolak maka diperlukan uji
lanjut anava yaitu uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Shceffe.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
Berdasarkan uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 2 seperti tampak pada
Tabel 4.10 diperoleh F.1-.2 = 6,4631 > 6,00 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak, artinya
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar sedang. Dari rerata marginal hasil
belajar yaitu rerata marginal hasil belajar dari peserta didik dengan aktivitas
belajar tinggi adalah 76,9455 dan rerata marginal hasil belajar dari peserta didik
dengan aktivitas belajar sedang adalah 70,5714, menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi lebih besar daripada rerta hasil
peserta didik dengan aktivitas belajar sedang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dengan aktivitas tinggi lebih baik
daripada hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar sedang.
Berdasarkan uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 3 seperti tampak pada
Tabel 4.10 diperoleh F.1-.3= 22,5002 > 6,00 = 2F tabel sehingga H0 ditolak, artinya
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dari rerata marginal hasil
belajar yaitu rerata marginal hasil belajar dari peserta didik dengan aktivitas
belajar tinggi adalah 76,9455 dan rerata marginal hasil belajar dari peserta didik
dengan aktivitas belajar rendah adalah 64,4286, menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi lebih besar daripada rerata
hasil peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi lebih
baik daripada hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah.
Berdasarkan uji komparasi ganda antar kolom 2 dan 3 seperti tampak pada
Tabel 4.10 diperoleh F.2-.3= 6,0776 > 6,00 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak, artinya
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar sedang tidak sama dengan
hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dari rerata marginal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
hasil belajar yaitu rerata marginal hasil belajar dari peserta didik dengan aktivitas
belajar sedang adalah 70,5714 dan rerata marginal hasil belajar dari peserta didik
dengan aktivitas belajar rendah adalah 64,4286, menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar peserta didik dengan aktivitas belajar sedang lebih tinggi daripada rerata
hasil peserta didik dengan aktivitas belajar rendah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dengan aktivitas sedang lebih baik
daripada hasil belajar peserta didik dengan aktivitas belajar rendah.
Berdasarkan hasil uji komparasi antar kolom di atas dan berdasarkan nilai
rerata marginal hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik
yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik
yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar rendah pada materi turunan fungsi. Hal ini sesuai
dengan hipotesis kedua dari penelitian ini yaitu “ Hasil belajar peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik
yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar rendah pada materi turunan fungsi “. Hasil analisis
ini ternyata juga sejalan dengan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan oleh :
a. Liliek Sri Wahyuti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektivitas
Metode Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achivement
Division) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Aktivitas Siswa SMP Negeri Kota Surakarta “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
b. Hendrijanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan dan
Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa “
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga adalah “Peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang
dan tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik
daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar rendah akan menghasilkan hasil belajar yang sama, baik
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) maupun diberi pembelajaran model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada materi turunan fungsi.
Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fhitung = 0,0357 < 3,00 =
Ftabel. Fhitung terletak di luar daerah kritik maka H0AB diterima. Karena H0AB
diterima maka tidak diperlukan uji lanjut anava. Dengan diterimanya H0AB berarti
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap
hasil belajar pada pokok bahasan turunan fungsi. Berdasarkan hasil uji hipotesis
pertama, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara umum.. Karena tidak ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
maka hal tersebut berlaku pada tiap kategori aktivitas belajar peserta didik, dalam
arti model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan menghasilkan hasil belajar yang
lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk setiap
kategori aktivitas belajar yang dimiliki peserta didik. Demikian juga berlaku
bahwa pada tiap model pembelajaran, peserta didik dengan aktivitas belajar tinggi
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada peserta didik dengan aktivitas
belajar sedang maupun rendah dan peserta didik dengan aktivitas belajar sedang
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada peserta didik dengan aktivitas
belajar rendah. Hasil analisis ini ternyata kurang sesuai dengan hipotesis ketiga
dari penelitian ini yaitu “ Peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan
tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik
daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar rendah akan menghasilkan hasil belajar yang sama, baik
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) maupun diberi pembelajaran model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada materi turunan fungsi.
Tidak sesuainya hasil analisis ini dengan hipotesis ketiga dimungkinkan
karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian hasil belajar
matematika, diantaranya belum sesuainya pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru dengan model pembelajaran yang ditentukan (STAD atau TAI),
instrumen yang dipakai untuk penelitian mungkin belum baku karena baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
diujicobakan sekali, ada variabel yang tidak dapat dimanipulasi (contohnya :
kejujuran peserta didik, tanggung jawab peserta didik, kedisiplinan peserta didik),
posisi tempat duduk yang kurang mendukung dan sebagainya.
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang tidak diperhitungkan
dan ini merupakan keterbatasan dalam penelitian . Keterbatasan ini perlu peneliti
kemukakan, agar dalam penggunaan hasil penelitian ini tidak terdapat persepsi
yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud antara lain :
1. Populasi dalam penelitian ini hanya terbatas pada peserta didik kelas XI IPA
untuk SMA Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Disamping itu
pengambilan sampel juga mungkin kurang baik, walaupun sampel sudah
diambil dari sekolah dengan kategori tinggi, sedang dan rendah berdasarkan
nilai rata-rata hasil ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010.
2. Model pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sehingga
mengabaikan model pembelajaran yang lain. Ada kemungkinan model
pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan hasil pembelajaran matematika
pada materi turunan fungsi.
3. Instrumen ini hanya dibuat oleh peneliti sendiri, walaupun sudah diujicobakan
terlebih dahulu namun diyakini masih ada kekurangannya.
4. Dalam pengerjaan soal tes hasil belajar, kemungkinan sekali ada peserta didik
yang kerja sama, sehingga akan berakibat data untuk nila hasil belajar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
penelitian ini kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket aktivitas
belajar matematika, kemungkinan masih banyak peserta didik yang kurang
jujur, sehingga berakibat pembagian kelompok aktivitas tinggi, sedang dan
rendah menjadi kurang akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan hasil belajar
matematika peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi turunan fungsi.
2. Hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
sedang atau rendah, sedangkan hasil belajar matematika peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai aktivitas belajar rendah pada materi turunan fungsi.
3. Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI konsisten
pada tiap-tiap kategori aktivitas belajar peserta didik dan perbedaan hasil
belajar matematika antara tiap-tiap kategori aktivitas belajar peserta didik
konsisten pada model pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Artinya
Untuk masing-masing kategori aktivitas belajar pesera didik, pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan
hasil belajar yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, dan untuk masing-masing model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
kooperatif baik tipe STAD maupun TAI, hasil belajar peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang
memiliki aktivitas belajar sedang maupun rendah, serta hasil belajar peserta
didik yang memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik dari pada peserta didik
yang memiliki aktivitas belajar pada materi turunan fungsi
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini maka
penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik matematika.
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap hasil belajar matematika peserta didik
kelas XI IPA pada materi turunan fungsi. Dengan kata lain terdapat perbedaan
hasil belajar matematika peserta didik kelas XI IPA pada materi turunan fungsi
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI. Dilihat dari rataan hasil belajar yang diperoleh bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik dari rataan hasil
belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini berarti hasil belajar
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih
baik daripada dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
pengembangan model pembelajaran pada materi turunan fungsi, di samping itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi turunan fungsi khususnya dan matematika pada
umumnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi turunan fungsi yang
diajarkan di kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Hasil belajar
matematika peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik
daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang atau rendah,
sedangkan hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai aktivitas
belajar sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar
rendah. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
memperhatikan aspek aktivitas belajar peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Semakin tinggi aktivitas
belajar peserta didik dalam mempelajari matematika akan semakin baik
penguasaannya pada mata pelajaran matematika. Dengan demikian sebaiknya
dalam pembelajaran matematika seorang guru memperhatikan aktivitas belajar
peserta didik sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih optimal.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar
peserta didik. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan efektif
dengan memperhatikan aktivitas belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada peserta didik
a. Pada saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau
TAI, peserta didik diharapkan selalu memperhatikan penjelasan atau
jawaban yang disampaikan oleh peserta didik lain, baik dalam diskusi
kelompok maupun saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
b. Peserta didik diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang
materi pelajaran yang sedang diajarkan.
c. Peserta didik hendaknya selalu meningkatkan aktivitas belajarnya baik di
rumah maupun selama mengikuti pembelajaran di sekolah sehingga
dapat menguasai materi pembelajaran dengan optimal.
2. Kepada guru mata pelajaran matematika
a. Diharapkan seorang guru matematika mau peduli untuk mengikuti
perkembangan pembelajaran matematika dengan lebih aktif dan kreatif,
terlibat dalam kegiatan guru matematika, membaca buku-buku tentang
model-model pembelajaran, membaca jurnal-jurnal penelitian pendidikan
matematika dan lain-lain. Dengan demikian guru mempunyai wawasan
yang luas tentang pendidikan matematika sehingga guru mampu mengajar
dengan mengunakan model atau strategi pembelajaran matematika, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran
kooperatif tipe TAI.
b. Guru dalam proses pembelajaran hendaknya mulai belajar menerapkan
model-model pembelajaran baru misalnya pembelajaran kooperatif
dimana guru lebih banyak melibatkan peserta didik dalam proses belajar
mengajarnya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
peserta didik diajak terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan
masalah.
c. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.
Diantaranya dengan memperhatikan aktivitas belajar peserta didik
sehingga dalam proses pembelajaran akan diperoleh hasil yang optimal.
3. Kepada Kepala Sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang proses pembelajaran, misalnya dengan mengirim guru
matematika untuk mengikuti seminar, lokakarya dan pelatihan tentang
model pembelajaran. Kepala sekolah diharapkan menyediakan buku-
buku penunjang proses pembelajaran dan ICT yang memadai sehingga
guru dapat mendownload baik buku maupun jurnal tentang penelitian
pendidikan sehingga diharapkan guru menjadi lebih profesional dalam
menyiapkan model pembelajaran khususnya. Disamping itu peserta didik
dapat meningkatkan aktivitas belajarnya dengan memanfaatkan buku-
buku dan komputer yang ada di perpustakaan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
b. Dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif hendaknya kepala
sekolah menyediakan sarana dan prasarana agar peserta didik dapat
bekerja dalam kelompok lebih efektif, menyesuaikan antara banyaknya
peserta didik dengan ruangan kelas, khususnya dalam pembentukan
kelompok, waktu lebih efisien.
4. Saran bagi para peneliti/calon peneliti
Bagi para peneliti, tesis ini dapat digunakan sebagi suatu acuan atau
dapat dipakai sebagai salah satu referensi untuk melakukan penelitian yang
lain. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel
lain yang sejenis atau model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah
wawasan dan kualitas pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan
matematika.