29
REFERAT DISLOKASI SENDI BAHU Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Rumah Sakit Moh.Ridwan Meuraksa Diajukan Kepada Pembimbing : dr. Abidin Sp.OT Disusun Oleh : Dicky Lesmana 110.2010.077

DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.,

Citation preview

Page 1: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

REFERAT

DISLOKASI SENDI BAHU

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Departemen Bedah

Rumah Sakit Moh.Ridwan Meuraksa

Diajukan Kepada Pembimbing :

dr. Abidin Sp.OT

Disusun Oleh :

Dicky Lesmana

110.2010.077

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

2015

Page 2: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Dislokasi Sendi Bahu

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Rumah Sakit Moh.Ridwan Meuraksa

Telah disetujui

Tanggal :

.............................................................

Disusun oleh :

Dicky Lesmana

110.2010.077

Pembimbing

dr. Abidin , Sp.OT

ii

Page 3: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan pembuatan Referat yang berjudul Dislokasi Sendi Bahu yang

merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi

Dokter Departemen Bedah di Rumah Sakit Moh.Ridwan Meuraksa .

Dalam menyelesaikan Referat ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

dr.Abidin , Sp.OT sebagai dokter pembimbing. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

Referat ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.

Semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya dan semua

pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada umumnya. Amin.

Jakarta, 22 Juni 2015

Penulis

iii

Page 4: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

BAB III.KESIMPULAN ................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iv

Page 5: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari

permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi menyebabkan

terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang

dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu

dan sendi pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering

berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk

sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament. Dislokasi bahu dapat

terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada 95% kasus), posterior atau

errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi sendi bahu abduksi dan external

rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan

pada anak-anak (Apley,1995)

Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per tahun

di dunia. Dan sementara ini telah dilaporkan terdapat peningkatan angka kejadian lebih

dari dua kali lipat dari tingkat sebelumnya untuk dislokasi bahu pada populasi umum di

Amerika Serikat, dibandingkan dengan angka kejadian cedera muskuloskeletal yang

lainnya yang umum didapati di ruang gawat darurat, seperti luka pada lutut, punggung

bawah dan kaki. (Owens, 2010)

Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen

laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-29 tahun;

48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua cedera olahraga

yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat dislokasi yang lebih

1

Page 6: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun. Peningkatan ini terutama

diakibatkan oleh kejadian terjatuh di rumah (Owens, 2010)

Tanda-tanda dislokasi sendi bahu yaitu,  sendi bahu tidak dapat digerakakkan; 

penderita mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang lainnya; penderita tidak

bisa memegang bahu yang berlawanan; kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba

pada tempatnya; lengkung bahu hilang; tidak dapat digerak-gerakkan; lengan atas

sedikit abduksi; lengan bawah sedikit supinasi (Ardi, 2011)

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang dislokasi regio shoulder termasuk definisi, etiologi,

diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

2. Mendapatkan keterampilan dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

menggunakan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam penegakkan

diagnosis dislokasi regio shoulder.

3. Mengkaji ketepatan dan kesesuaian kasus yang dilaporkan dengan teori

berdasarkan literatur.

1.2 Batasan Masalah

Penulisan referat ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,

patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, diagnosis

pembanding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis dislokasi sendi bahu.

Adapun fokus pembahasan referat ini yaitu peranan radiologi diagnostik pada kasus

dislokasi sendi bahu.

1.3 Tujuan Penulisan

Referat ini disusun sebagai pemenuhan tugas kepaniteraan klinik Referat

ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menambah pengetahuan mengenai

pada kasus dislokasi sendi bahu, Selain itu, juga dapat digunakan sebagai rujukan

demi kemajuan pelayanan .

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan referat ini digunakan metode deskriptif analisis dengan

menggunakan kajian literatur dan hasil penelitian terbaru.

2

Page 7: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Bahu

1) Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh

sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral

atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran

skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan

didalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain

di gelang bahu dan sebaliknya (Spalteholz, 2000)

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi,

disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-

hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya

atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya.

Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat

melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang

pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya

yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil

namun paling luas gerakannya.

3

Page 8: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu: (Sufitmi, 2004)

Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan

kepala sendinya tidak sebanding.

Kapsul sendinya relatif lemah.

Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah,

seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan

subscapularis.

Gerakannya paling luas.

Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu

lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan

sendi lainnya.

2) Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)

a) Kapsul Sinovial

lapisan bagian dalam dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen

agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya

menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke

tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka

yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi

karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa

nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi (Spalteholz, 2000)

b) Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor

dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi,

memelihara regenerasi kapsul sendi, Sehingga dapat merasakan posisi sendi

dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul

fibrosa. (Spalteholz, 2000)

3) Kartilago

4

Page 9: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,

sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau. Namun demikian pada

gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan

degenerasi kartilago. (Spalteholz, 2000)

3) Biomekanika sendi bahu

Gerakan dan luas gerak sendi bahu

Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok otot

penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan gerakan dari

humerus. Gerakan-gerakan tersebut antara lain : (Nordin, 1989)

1) Gerakan skapula

a. Elevasi dan depresi

Elevasi yaitu gerakan skapula ke atas sejajar dengan vertebra, dapat

dilakukan dengan mengangkat bahu ke atas. Sedangkan depresi adalah

kembalinya bahu dari posisi elevasi. Gerakan vertikal disertai dengan tilting.

Total luas geraknya adalah 10 – 12 cm.

b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi)

Protraksi adalah gerakan kelateral skapula menjauhi vertebra. Gerakan

ini dapat terjadi ketika bahu melakukan gerakan mendorong ke depan.

Retraksi yaitu gerakan skapula ke medial, dapat dilakukan dengan menarik

bahu ke belakang. Total luas geraknya adalah kira-kira 15 cm.

c. Upward rotation dan downward rotation

Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada bidang frontal

sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas. Sedangkan downward rotation yaitu

gerakan kembali dari upward rotation. Total luas gerak 600 , displacement sudut

bawah skapula 10 – 12 cm dan sudut superolateral 5 – 6 cm.

4. Upward tilt dan reduction of upward tilt.

Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal horisontal yang

menyebabkan permukaan posterior skapula bergerak ke atas. Gerakan ini terjadi

oleh karena rotasi dari klavikula, sehingga bagian superior skapula bergerak

naik-turun dan bagian inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini hanya terjadi

jika bahu hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu gerakan kembali dari

upward tilt.

5

Page 10: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

2) Gerakan humerus

Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.

a. Fleksi dan ekstensi

Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari 00 ke 1800.

Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00) disebut gerak depresi lengan. Gerak

ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital ke belakang dari 00 ke

kira-kira 600. Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase. Fase 1, fleksi 00 sampai 500 -

600. Otot yang terlibat yaitu deltoid anterior, korakobrakhialis, pektoralis mayor

serabut klavikular. Gerakan fleksi bahu ini dibatasi oleh tegangan dari ligamen

korakohumeralis dan tahanan yang dilakukan oleh teres minor, teres major dan

infraspinatus. Fase II, Fleksi 600 - 1200.

Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari skapula,

sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke depan, dan aksial pada sendi

sternoklavikular dan akromioklavikular, setiap sendi membantu 300. Gerakan

ini melibatkan otot trapezius, serratus anterior. Fleksi pada sendi

skapulothorakis dibatasi oleh tahanan lattisimus dorsi dan serabut kostosternal

dari pektoralis mayor. Fase III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya satu lengan yang

fleksi dari spinal kolumn. Bila kedua lengan fleksi maksimum akan terjadi

gerakan lordosis dari lumbal melebihi normal.

b. Abduksi dan adduksi

Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang

frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah gerak kebalikan dari abduksi yaitu

gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tigafase gerakan abduksi, fase I,

abduksi 00 – 900 merupakangerakan start abduksi dari sendi bahu. Otot-otot

yang terlibat yaitu deltoid middle dan supraspinatus. Pada akhir abduksi 900 ,

shoulder mengunci sebagai hasil greater tuberosity menyentuh superior margin

dari glenoid. Fase II, abduksi 900 –1500 , ketika abduksi 900, disertai fleksi

sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi hanya dapat

maju dengan disertai gerakan shoulder girdle. Gerakan ini adalah ayunan dari

skapula dengan rotasi tanpa mengunci, sehingga kavitas glenoidalis menghadap

agak keatas dengan luas gerakan 600 Aksial rotasi pada sendi sternoklavikularis

dan akromioklavikularis, setiap sendi membantu gerakan 300. otot- otot yang

terlibat ialah trapezius atas dan bawah dan seratus anterior. Pada gerakan 1500 ,

6

Page 11: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

yang dihasilkan oleh rotasi skapula diketahui dengan adanya tahanan

peregangan dari otot-otot abduktor yaitu latissimus dorsi dan pektoralis mayor.

Fase III, abduksi 1500 – 1800 dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal

dan disertai gerakan spinal kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai

pemelesetan kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal

lawannya. Jika kedua lengan abduksi bersama-sama sampai 1800 akan terjadi

lumbar lordosis yang dipimpin oleh otot spinal. (Nordin, 1989)

c. Fleksi dan Ekstensi lumbar

Gerak fleksi horisontal adalah gerak dari lengan dalam bidang horisontal mulai 00 –

1350. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak lengan kebelakang dalam bidang horisontal

dari 00 – 450.

d. Rotasi

Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila lengan bawah digerakkan

menjauhi garis tengah tubuh disebut eksorotasi, bila lengan bawah digerakkan menuju

garis tengah tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .

Rotasi dengan lengan dalam abduksi 900 dan telapak tangan menghadap kebawah, bila

lengan diputar kearah kranial disebut eksorotasi dan bila kearah kaudal disebut

endorotasi. Luas geraknya 900 . ( Nordin, 1989)

Pada sendi bahu meliputi :

1) Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan gerakan

endorotasi dan slidenya ke posterior.

2) Pada gerakan abduksi caput humeris roll searah dengan gerakan abduksi dan

slidenya ke caudal.

3) Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak eksorotasi dan slide

ventral agak medial

3.2 Definisi dislokasi

7

Page 12: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari

permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok

sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser

disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dikatakan Recurrent apabila

terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila dislokasi dapat

diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat kongenital atau akibat

injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot (Apley, 1995).

Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi. Ini

disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya mangkuk sendi glenoid; besarnya

rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang longgar atau

displasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang penuh

tekanan pada tungkai atas (Apley, 1995)

3.3 Etiologi dislokasi

Dari segi Etiologi, Dislokasi dapat disebabkan oleh:

Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak

bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering

mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja

menangkap bola dari pemain lain.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada

sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang.(Sufitmi, 2004)

3.4 Patofisiologi dislokasi

Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi

eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan

menimbulkan avulsi kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum

glenoidalis bagian anterior. (crenshaw, 1992 ; Rasjad, 2007)

Pada dislokasi berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar

anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta

8

Page 13: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

ligamentum glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah anterior

dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi pada bagian posterolateral kaput

humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi akibat kaput humerus

menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami dislokasi. (Rasjad, 2007)

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada bagian lengan. Humerus

terdorong kedepan , merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.

Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang, prosesus

akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta

(dengan tangan mengarah ; lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke

posisi di bawah karakoid).

3.5 Klasifikasi dislokasi

1. Dislokasi anterior

Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi pregnoid, subkorakoid dan

subklavikuler. Dislokasi bahu anterior merupakan kondisi dimana keluarnya

caput humeri dari cavitas artikulare sendi bahu yang dangkal. Dislokasi sendi

bahu anterior biasanya terjadi setelah cedera akut karena lengan dipaksa

berabduksi, berotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu.

2. Dislokasi posterior

Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena

trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

3. Dislokasi inferior atau luksasi erekta

Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah ke

atas sehingga terjadi dislokasi inferior.

4. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus

Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila reposisi

pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat kembali pada

humerus.

3.6 Diagnosis

9

Page 14: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui anamnesis

(autoanamnesis atau alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Anamnesis dapat memberikan informasi riwayat trauma dan mekanisme

terjadinya trauma tersebut, sehingga dapat lebih membantu menegakkan diagnosis

dan mengetahui penyulit-penyulit yang mungkin telah ada dan yang dapat muncul

kemudian. Selain itu juga diperlukan informasi mengenai riwayat penyakit pasien

dan riwayat trauma sebelumnya, untuk mempertimbangkan penanganan yang akan

diambil. (Crenshaw, 1992; Rasjad, 2007)

Dari pemeriksaan fisik ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya nyeri,

terdapat tonjolan pada bagian depan bahu, posisi lengan abduksi – eksorotasi, tepi

bahu tampak menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan gerak sendi bahu. Ada 2

tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu sumbu humerus yang

tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah dibawah

akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak

mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan

sebelah lain dan ia tidak dapat menyetuh dadanya. Lengan yang cedera tampak lebih

panjang daripada normal, bahu terfiksasi sehingga mengalami fleksi dan lengan

bawah berotasi kearah interna. Posisi badan penderita miring kearah sisi yang sakit.

Pemeriksa terkadang dapat membuat skapula bergerak pada dadanya namun tidak

akan dapat menggerakkan humerus pada scapula. Jika pasien tidak terlalu banyak

menggerakka bahunya , maka pada kasus ini kaput humerus yang tergeser dapat

diraba dibawah prosesus korakoideus (Crenshaw, 1992).

Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat

menggunakan tanda cemas (apprehension sign). Pemeriksaan ini dilakukan dengan

cara mengangkat lengan kedalam abduksi, rotasi luar dan kemudian ekstensi secara

hati-hati dalam posisi duduk atau berbaring. Pada saat kritis pasien akan merasa

bahwa kaput humerus seperti akan telepas kebagian anterior dan tubuhnya

menegang karena cemas. Uji ini harus diulangi dengan menekan bagian depan bahu,

dimana dengan manuver ini pasien akan merasa lebih aman dan tanda cemasnya

negatif (Rasjad, 2007)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah rontgen foto bahu

anteroposterior (AP) dan lateral. Rontgen bagian AP akan memperlihatkan

bayangan yang tumpang tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid, kaput

10

Page 15: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

biasanya terletak di bawah dan medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang

diarahkan pada daun skapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar mangkuk

sendi (Apley, 2010). Selain itu juga dianjurkan melakukan pemeriksaan pandangan

oblik agar dapat dipastikan tidak terdapat dislokasi posterior kasus.Diagnosis

banding dari kasus dislokasi anterior ini juga dapat disingkirkan dengan

pemeriksaan pandangan oblik.Pemeriksaan pandangan oblik memang lebih sulit

dilakukan namun lebih mudah diintepretasi (Sufitmi, 2004)

3.7 Gambaran Klinis

Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur

sendi bahu menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan. Penderita

mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang lainnya; penderita tidak bisa

memegang bahu yang berlawanan, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya;

lengkung bahu hilang; bahu tidak dapat digerak-gerakkan; lengan atas sedikit abduksi;

lengan bawah sedikit supinasi.

3.8 Penanganan

Penanganan Umum

Penanganan umum untuk semua pasien trauma tetap berpegang pada prinsip

ATLS (Advanced Trauma Life Support) yakni selalu menangani hal-hal yang mengancam

nyawa terlebih dahulu meliputi airway, breathing dan circulation. Pada dislokasi akut

jarang diperlukan tindakan terbuka, meskipun demikian tindakan yang dilakukan

dengan paksa harus dilakukan secara hati-hati karena dapat menyebabkan kerusakan

jaringan yang lebih berat ataupun komplikasi fraktur. Yang perlu diingat adalah dapat

terjadi interposisi jaringan lunak yang menghalangi usaha reposisi kita yang sering kali

memaksa kita untuk melakukan tindakan terbuka ( Crenshaw, 1992)

Dislokasi akut semestinya dilakukan reposisi sesegera mungkin untuk mencegah

komplikasi lebih lanjut, meskipun perlu disadari reposisi yang segera ini belum

menjamin bahwa komplikasi lanjut (seperti fraktur-dislokasi, cedera saraf, cedera

pembuluh darah, dll) tidak akan terjadi. Tindakan reposisi sering kali memerlukan

11

Page 16: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

bantuan anestesi agar tidak terasanya nyeri, meskipun demikian kadang dapat

dilakukan tanpa pembiusan yaitu pada periode shock jaringan.

Closed reduction

Ekstremitas superior (Shoulder)

Penatalaksanaan kasus dislokasi anterior bahu dilakukan secara konservatif dan

operatif. Terapi cedera ini secara konservatif sering memberikan hasil yang memuaskan

bila tidak disertai cedera lain didaerah tersebut seperti fraktur pada caput humeri atau

tuberculum majus dan cedera neuromuscular. Pilihan terapi konservatif berupa reposisi

tertutup dengan manuver Kocher (siku posisi 90º dan dilakukan traksi sesuai garis

humerus. Lakukan rotasi lateral, kemudian adduksi lalu lakukan rotasi medial abduksi),

immobilisasi dengan verban Velpeau atau collar cuff selama lebih kurang 3 minggu.

Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior bahu yang baru

terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan 2 metode (Crenshaw, 1992 ; Rasjad,

2007) :

1. Metode Stimson

Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan anestesi .Penderita diminta

tidur telungkup dengan lengan yang terkena dibiarkan menggantung ke bawah

dengan memberikan beban tergantung dari kekuatan otot si penderita yang

diikatkan pada pergelangan tangan. Pada saat otot bahu dalam keadaan relaksasi,

12

Page 17: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung disamping tempat

tidur tersebut. Metode ini dilakukan selama 10-15 menit (Wibowo, 1995)

Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson

2. Metode Hippocrates

Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam waktu 15

menit. Reposisi dilakukan dalam keadaan anestesi umum. Lengan pasien ditarik

kearah distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki penolong berada

diketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah lateral dan posterior.

Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke

dada selama paling sedikit 3 minggu.

13

Page 18: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

Untuk kedua metode ini, pasien diminta mengabduksikan lengannnya secara lembut

kemudian lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada saraf aksilaris atau

muskulokutaneus yang cedera. Lakukan kembali pemeriksaan Rontgen untuk

konfirmasi.

Open reduction (Crenshaw, 1992)

Indikasi

Bila gagal dicapai reposisi anatomis yang dikehendaki

Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur

dilokasi)

Terjadi cedera saraf setelah tindakan reposisi tertutup

Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah reposisi

Kasus lama (neglected case). Operasi dilakukan dengan metode Bristow. labium

glenoid dan kapsul yang robek dan metode Putti-Platt untuk memendekkan

kapsul anterior dan subskapularis dengan perbaikan tumpang tindih. Metode

operasi lain yang dilakukan adalah metode Bankart untuk memperbaiki.

3.9 Komplikasi (Rasjad, 2007)

Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi anterior adalah timbulnya dislokasi

kambuhan, lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris, serta interposisi tendo bisep

kaput longum. Robekan arteri aksilaris jug dapat terjadi. Langkah antisipatif yang

dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan melakukan penekanan kuat pada

aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa kaku sendi dan dislokasi rekurens. Dislokasi

rekuren anterior terjadi karena pengobatan awal (immobilisasi) yang tidak adekuat

sehingga terjadi dislokasi. Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah pada selaput

sendi disebelah depan dan terjadi karena trauma yang ringan. Dislokasi rekuren

dapat mudah terjadi apabila lengan dalam keadaan abduksi, ekstensi dan lateral

rotasi (Appley, 1995)

14

Page 19: DICKY Referat Shoulder Dislocation Draft 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley.

Jakarta : Widya Medika.

2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high rates of

shoulder dislocation in young men and elderly women an orthopedic surgeon at the

Keller Army Hospital at West Point, New York and Associate Professor at the Uniformed

Services University of Health Sciences

3. Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol II

1992.Mosby Year Book, St.Louis Baltimore Boston Chicago London Philadelphia Sydney

Toroto.

4. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi Pada

Sendi Bahu. Digitasl Library USU.

5. Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan

I, EGC, 1995.

6. Nordin, M and Frankel H victor : Basic Biomechanic of the Muskuloskeletal

system. Lea and Febriger Philadelphia, London , tahun 1989 , halaman 225-234.

7. Rasjad, Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi V.2007. Yarsif

Watampone : Jakarta.

8. Sufitni. Cedera pada Extremitas Superior. Anatomi Fakultas

Kedokteran.2004.Universitas Sumatera Utara.

9. Werner Spalteholz, 2000. Hand atlas of human anatomy, seven edition in English.

JB Lippincott Company

15