23
STATUS PASIEN ANAK RSUD H.MOCH ANSARI SALEH BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK I. IDENTITAS PASIEN Nama : by. A N A Umur : 6 bulan Jenis kelamin : Perempuan Masuk RS : 24 Agustus 2015 No RM : 272251 Nama Ayah : Tn. S Usia : 31 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Buruh Pabrik Nama Ibu : Ny. T Usia : 31 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Pasien) Keluhan utama : BAB cair sejak 1 hari SMRS Keluhan tambahan : Muntah, Demam, Kejang Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD H.Moch.Ansari Saleh dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi lebih dari 10 kali. BAB cair berwarna kuning, berlendir dan tidak disertai darah. Keluhan juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS sebanyak kurang lebih 10 kali. Pasien sempat kejang sebanyak 1x di perjalanan menuju RS dan 3x selama di IGD, lama kejang ± 10 menit. Saat kejang menurut keluarga, pasien tidak sadar, seluruh tubuh pasien kaku dan kedua mata mendelik keatas, mulut tidak mengeluarkan busa. Setelah kejang pasien nangis, sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi sejak 1 hari. Ibu pasien mengatakan demam naik turun siang dan malam sepanjang 1

Diare Akut Dehid Berat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas

Citation preview

Page 1: Diare Akut Dehid Berat

STATUS PASIEN ANAK RSUD H.MOCH ANSARI SALEHBAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

I. IDENTITAS PASIENNama : by. A N AUmur : 6 bulanJenis kelamin : PerempuanMasuk RS : 24 Agustus 2015No RM : 272251

Nama Ayah : Tn. SUsia : 31 tahunPendidikan : SMAPekerjaan : Buruh PabrikNama Ibu : Ny. TUsia : 31 tahunPendidikan : SMAPekerjaan : Ibu rumah tangga

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Pasien)Keluhan utama : BAB cair sejak 1 hari SMRSKeluhan tambahan : Muntah, Demam, KejangRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD H.Moch.Ansari Saleh dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi lebih dari 10 kali. BAB cair berwarna kuning, berlendir dan tidak disertai darah. Keluhan juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS sebanyak kurang lebih 10 kali.

Pasien sempat kejang sebanyak 1x di perjalanan menuju RS dan 3x selama di IGD, lama kejang ± 10 menit. Saat kejang menurut keluarga, pasien tidak sadar, seluruh tubuh pasien kaku dan kedua mata mendelik keatas, mulut tidak mengeluarkan busa. Setelah kejang pasien nangis, sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi sejak 1 hari. Ibu pasien mengatakan demam naik turun siang dan malam sepanjang hari. Panas turun dengan pemberian obat penurun panas namun setelah 2 hingga 3 jam, kembali panas.

Menurut ibu pasien sempat dibawa ke IGD ketika awal keluhan dirasakan. Namun karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi, pasien dipulangkan dengan diberi obat penurun panas, obat muntah serta larutan oralit untuk menangani keluhan pasien.

Ibu pasien mengatakan, pasien tidak sedang batuk, pilek atau sakit telinga. BAK sedikit. Ibu pasien mengaku selalu mencuci bersih peralatan minum susu dan makan anaknya.

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnnya.

1

Page 2: Diare Akut Dehid Berat

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa seperti pasien

Riwayat Kehamilan :Ibu P3A0 usia 31 tahun, kontrol kehamilan setiap bulan selama kehamilan ke bidan. Riwayat muntah-muntah diawal kehamilan, perdarahan, bengkak anggota gerak selama kehamilan disangkal. Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Obat-obat yang diminum adalah vitamin dan tablet.

Riwayat Persalinan :Ibu melahirkan di bidan, cukup bulan (9 bulan), lahir spontan, BBL 3400 gram,panjang badan 52 cm, begitu lahir langsung menangis dan tidak ada riwayat bayi kuning atau biru, ibu sehat.tidak terdapat kelainan kongenital.

Riwayat Pasca Persalinan :Ibu mengaku rutin membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang dan mengaku telah diimunisasi secara lengkap.Kesimpulan : Riwayat kehamilan baik

Riwayat persalinan baik Riwayat pasca persalinan baik

Riwayat MakananLahir – Saat ini : ASI4 bulan : ASI + Susu formula5,5 bulan : ASI + Susu formula + Bubur bayi

Riwayat ImunisasiBCG : 1 kali (usia 2 bulan) DPT/Hib : 2 kali (usia 2 bulan, 4 bulan)Polio : 3 kali (Saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan)Hepatitis B : 2 kali (Saat lahir dan usia 1 bulan)Imunisasi lain : tidak dilakukan

Kesimpulan : Belum dilakukan imunisasi pada bulan ke 6 karena anak sedang sakit.

Riwayat Tumbuh KembangMotorik Kasar : Tengkurap dan terlentang sendiriMotorik Halus : Menggenggam mainanKomunikasi : Menoleh bila ada suaraSosial dan Kemandirian : Memasukkan makanan ke mulut

Kesimpulan : Tumbuh kembang baik sesuai usia

III. PEMERIKSAAN FISIKKesadaran Umum : Tampak sakit beratKesadaran : Letargi

2

Page 3: Diare Akut Dehid Berat

Tanda-tanda vital :Tekanan darah: Tidak dilakukan pemeriksaanNadi : 206 x/menitPernapasan : 44 x/menitSuhu : 39,80CBerat badan : 8 kgTinggi Badan : 65 cm

Status Gizi : Gizi baik(Kurva z-score WHO)

Kepala : Normocephal, rambut hitam distribusi merata, wajah simetris,UUB : CekungWajah : Pipi kanan/kiri tidak bengkakMata : Kelopak mata cekung, Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-Hidung : Deformitas (-), Deviasi septum (-), Sekret -/-, Pernapasan cuping

hidung (-)Mulut : Sianosis (-), Faring hiperemis (-), Lidah kotor (-), Lidah basah, Bibir

KeringTelinga : Membran tympani intak +/+, serumen -/-, sekret -/-Leher : Pembesaran KGB (-), Trachea di tengah, Kaku kuduk (-)ThoraksInspeksi : Dinding dada simetris kanan dan kiri

Jantung ParuInspeksi Ictus cordis tidak terlihat Kedua hemithorax simetris dalam keadaan

statis dan dinamis, retaksi sela iga (-)Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V Fremitus taktil simetrisPerkusi Redup SonorAuskultasi Bunyi jantung I-II regular,

murmur (-)Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

Pemeriksaan AbdomenInspeksi : Dinding dada sejajar dengan dinding perut, tidak ada massaAuskultasi : Bising usus (+) meningkatPerkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomenPalpasi : Turgor kulit cepat, tidak teraba masa, hepar dan lien tidak teraba

Genital : Perempuan, tidak ada kelainanEkstremitas : Akral hangat dan Edema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil Pemeriksaan Darah

24 Agustus 2015 27 Agustus 2015 Nilai RujukanWBC 9100/uL 8300/uL 4000-12000/uL- Lym% 23,8% 14,4% (L) 20-60%

3

Page 4: Diare Akut Dehid Berat

- Gra% 70,4% (H) 80,6% (H) 50-70%

- Lym# 2200/uL 1200/uL 800-7000/uL

- Gra# 6400/uL 6700/uL 2000-8000/uL

RBC 4520000/uL 4460000/uL 3500000-5200000/uLHGB 11,7 g/dL (L) 11,4 g/dL (L) 12-16 g/dLHCT 33,8 % (L) 32,9 % (L) 35-49 %MCV 74,9 fL (L) 73,8 fL (L) 80-100 fLMCH 25,8 pq (L) 25,5 pq (L) 27-34 pqMCHC 34,6 g/dL 34,6 g/dL 31-37 g/dLPLT 490.000/uL (H) 139.000/uL 100.000-300.000/uLMPV 7,3 fL 8,7 fL 6,5-12 fL

Pemeriksaan Glukosa (24 Agustus 2015)GDS : 283 mg/dL

Analisa Elektrolit (24 Agustus 2015)Kalium : 3,5 mmol/L (3,5-5 mmol/L)Natrium : 150 mmol/L (135-145 mmol/L)Chlorida : 121 mmol/L (96-106 mmol/L)

V. DIAGNOSIS BANDINGBAB CairDiare Akut dengan Dehidrasi BeratDiare Akut dengan Dehidrasi Ringan SedangDiare Akut tanpa Dehidrasi

KejangStatus epileptikusGangguan elektrolitEnsefalitisKejang demam komplek

SyokSyok sepsisSyok hipovelemik

VI. DIAGNOSIS KERJADiare Akut dengan Dehidrasi Berat + Syok Sepsis + Status Epileptikus

VII. TATALAKSANA O2 1-2 lpm IVFD RL guyur 20 cc/KgBB dlm 15 menit bisa diulang 2 kali. Lanjut IVFD RL

guyur 10 cc/KgBB dalam 10 menit. Lanjutkan IVFD RL 400 cc dalam 5 jam.

4

Page 5: Diare Akut Dehid Berat

IV Cefotaxime 3x300mg IV Antrain 3x80mg Tatlaksana kejang : Stesolit 5 mg perektal (14.45)

Diazepam 2,5 mg iv pelan (15.30) Diazepam 2,5 mg iv pelan (16.10)

VIII. PROGNOSISa. Quo ad vitam : dubia ad bonamb. Quo ad functionam : dubia ad bonam c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UPTanggal 25 Agustus 2015 26 Agustus 2015 (10.00)Subjektif BAB cair (+)

Demam (+)Muntah (+)BAK(+)Kejang (-)

Demam (+)BAK (+)Kejang (-)

Objektif Ku : LemahKes : Compos MentisTTV : N : 120x/mnt RR : 35 x/mnt T : 38,4 oC SpO2 : 96%UUB : CekungAbd : BU(+), Turgor kembali cepatEkstremitas : akral hangat

Ku: LemahGCS : E3M4V2

TTV : T : 37,4 oCUUB : CekungAbd : Cembung, BU(+), Turgor kembali cepatEkstremitas : Akral dingin

Assesment Diare akut dengan dehidrasi beratObs. Konvulsi ec KDK dd Encephalitis

Diare akut dengan dehidrasi beratObs. Konvulsi ec KDK dd Encephalitis

Terapi IVFD KAEN 3B 30cc/kgBB dlm 1 jam (60tpm) dilanjutkan 70cc/KgBB dlm 5 jam (28tpm)

Cefotaxim 3x300mg i.v Antrain 3x30mg i.v PCT 3x100mg i.v Observasi tanda2 dehidrasi berat

IVFD KAEN 3B 10tpm Fenobarbital 2x10mg i.v Lasix 1x10mg i.v Dexametason 3x2mg i.v Cefotaxime 3x300mg i.v Pasang NGT, puasakan Cek Darah rutin

Tanggal26 Agustus 2015

16.30 18.15 20.30Subjektif Demam (+)

BAK (+)Demam (+)BAK (+)

BAK (+)

5

Page 6: Diare Akut Dehid Berat

Kejang (-) Kejang (-)Objektif Ku: Lemah

Cairan NGT : Kuning kehijauan, berlendir, bercampur darah, ± 3cc

Ku: LemahTTV : N : 150x/mnt RR : 52 x/mnt T : 37,4 oC SpO2 : 88%UUB : CekungAbd : BU(+), Turgor kembali cepatEkstremitas : Akral dingin

Ku: LemahTTV : N : 140x/mnt RR : 40 x/mnt T : 36,3 oC SpO2 : 96% (NRM 6 lpm)Ekstremitas : Akral dingin

Assesment Diare akut dengan dehidrasi beratObs. Konvulsi ec syok hipovolemik dd Encephalitis

Diare akut dengan dehidrasi beratObs. Konvulsi ec syok hipovolemik dd Encephalitis

Diare akut dengan dehidrasi beratObs. Konvulsi ec syok hipovolemik dd Encephalitis

Terapi IVFD KAEN 3B 10tpm

Fenobarbital 2x10mg i.v

Lasix 1x10mg i.v Dexametason

3x2mg i.v Metronidazole 3x

125mg iv

O2 sungkup 8 lpm Bolus RL 20cc/kgBB

(160cc) selama ½ jam dilanjutkan IVFD RL 10tpm

Ganti antibiotik : Meropenem 3x250mg i.v

Obs TTV tiap jam

O2 sungkup 6 lpm Bolus fimahes

20cc/KgBB (160cc) lanjutkan RL 10tpm

Dopamin 10meq, titrasi naik 1 meq per ½ jam (max 15 meq)

Tanggal27 Agustus 2015 28 Agustus 2015

(07.00)10.30 17.30Subjektif Demam ↓

BAK (+) SedikitKejang (-)

BAK (+) MerintihBAK (+)Infus tidak terpasang

Objektif Ku: LemahGCS: E4M4V2

TTV : T: 36,3oCAbd : Cembung, Lembut, BU(+)Cairan NGT : hijau

Ku: LemahTTV : N : 124x/mnt, lemahEkstremitas : Akral dingin

Ku: LemahKes : SomnolenTTV : N : 130x/mnt, lemah RR : 40 x/mnt T : 38,2 oCEkstremitas : Akral dingin

Assesment Diare akut dengan dehidrasi beratSyok SepsisStatus Epileptikus

Diare akut dengan dehidrasi beratSyok Sepsis

Diare akut dengan dehidrasi beratSyok Sepsis

6

Page 7: Diare Akut Dehid Berat

Terapi IVFD D5 ¼ NS 30cc/Jam (8 tpm makro)

Fenobarbital 1x10mg i.v

Dopamin 10 mg/kgBB/mnt

Ranitidin 3x10 mg i.v

Dexametason 3x2mg i.v

Meropenem 3x250mg i.v

Antrain selang seling PCT (k/p)

Loading RL 160 cc dlm 30 menit

Titrasi dopamine naik 12-15 meq

Lain2 teruskan

Venaseksi Bolus RL 10cc/kgBB,

lanjutkan IVFD RL 8 tpm

Tanggal28 Agustus 2015

(11.40)29 Agustus 2015 30 Agustus 2015

Subjektif Demam (-)Kejang (-)BAK >>BAB (+) hitam

Demam ↓MenangisGerak SpontanBAK >>

Demam (+)BAB hitam coklat

Objektif Ku: LemahGCS: E4M4V2

Abd : Datar, LembutEkstremitas : Edema (+)

Abd : Datar, LembutEkstremitas : Akral dingin, Edema (+)

Ku: LemahT : 38oC

Assesment Syok Sepsis (Gut Failure)Diare akut

Syok Sepsis (Gut Failure) (perbaikan)Diare akut (perbaikan)

Syok Sepsis (Gut Failure) (perbaikan)Diare akut (perbaikan)

Terapi IVFD D5 ¼ NS 8 tpm makro

Dopamin 10 mg/kgBB/mnt, dalam 4-5 jam stabil → Stop

Fenobarbital 1x10mg i.v

Dexametason 3x2mg i.v

O2 1-2 lpm IVFD D5 ¼ NS 8

tpm makro Lasix 1 x 10 mg i.v Ranitidin 3x10 mg i.v Dexametason 3x2mg

i.v Meropenem

3x250mg i.v Antrain 3x30mg i.v

O2 1-2 lpm IVFD D5 ¼ NS 8 tpm

makro Ranitidin 3x10 mg i.v Dexametason 3x2mg

i.v Meropenem 3x250mg

i.v Amikasin 1x125 mg

i.v

7

Page 8: Diare Akut Dehid Berat

Ranitidin 3x10 mg i.v

Meropenem 3x250mg i.v

Antrain 3x30mg i.v selang seling PCT 3x100mg i.v

Bilas luka dengan NaCl 20-30cc/6Jam

selang seling PCT 3x100mg i.v

Fenobarbital Stop Dopamin Stop

Antrain 3x30mg i.v selang seling PCT 3x100mg i.v

Tanggal 31 Agustus 2015 1 September 2015Subjektif Demam (-)

BAB lunakBAK (+)

Demam (-)BAB lunakBAK (+)

Objektif Ku: LemahGCS: E4M6V4

Abd : Datar, LembutEkstremitas : Edema (+)

Ku: BaikKes: ComposmentisAbd : Datar, LembutEkstremitas : Akral hangat, Edema (-)

Assesment Sepsis Berat (Perbaikan) Sepsis Berat (Perbaikan)Terapi IVFD D5 ¼ NS 8 tpm makro

Ranitidin 3x10 mg i.v Dexametason 3x2mg i.v Meropenem 3x250mg i.v Amikasin 1x125 mg i.v Antrain 3x30mg i.v selang seling

PCT 3x100mg i.v O2 → Stop

Meropenem 3x250mg i.v Amikasin 1x125 mg i.v Antrain 3x30mg i.v (k/p) Infus Stop Ranitidin stop Dexametason stop

Tanggal 2 September 2015 3 September 2015

Subjektif

Demam (-)BAB lunakBAK (+)Nyeri bekas venaseksi

Demam (-)BAB lunakBAK (+)

Objektif

KU: baikKes: ComposmentisT: 36,4 oCAbdomen : datar, lemas, BU (+)Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)

KU: baikKes: ComposmentisAbdomen : datar, lemas, BU (+)Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)

Assesment Sepsis Berat (Perbaikan) Sepsis Berat (Perbaikan)Terapi Antrain 3x10mg i.v Pasien boleh pulang

8

Page 9: Diare Akut Dehid Berat

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIDiare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung

kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).

B. EPIDEMIOLOGIDiare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-

anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain : Faktor lingkungan Gizi Kependudukan Pendidikan Keadaan sosial ekonomi Perilaku masyarakat Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan

seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

C. ETIOLOGIPenyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose

defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.

Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.

9

Page 10: Diare Akut Dehid Berat

Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).

D. PATOGENESISVirus Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus,

menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

Bakteri Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-

tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.

Parasit Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus

halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare. Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel

mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

10

Page 11: Diare Akut Dehid Berat

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

E. PATOFISIOLOGIAda 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

Diare sekretorikDiare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal

ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae atau virus (Rotavirus). Diare osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999).

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).

F. MANIFESTASI KLINISAwalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering (Aswitha, dkk, 2000).

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :

Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.

11

Page 12: Diare Akut Dehid Berat

Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.

Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain sebagai

berikut :- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum- Promosi pendidikan higiene- Pemberian ASI eksklusif- Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak- Menggunakan jamban /wc- Menjaga kebersihan makanan dan minuman- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

H. DIAGNOSIS1. Anamnesis

a. Riwayat diare sekarang :- Sudah berapa lama diare berlangsung- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)- Muntah (frekuensi dan jumlah)- Demam- Buang air kecil terakhir- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun- Jumlah cairan yang masuk selama diare- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya - Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare- Kontak dengan orang yang sakit- Penggunaan antibiotik

b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lamac. Riwayat penyakit penyerta saat inid. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan yang tidak

biasa (Subagyo, 2004).

2. Pemeriksaan fisik

12

Page 13: Diare Akut Dehid Berat

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat

badan)- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan- Keadaan umum baik baik dan sadar

- Tanda vital dalam batas normal- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa

mulut dan bibir basah- Turgor abdomen baik, bising usus normal- Akral hangatPasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan- Keadaan umum gelisah dan cengeng- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,

mukosa mulut dan bibir sedikit kering- Turgor kurang- Akral hangat- Pasien harus rawat inap

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan- Keadaan umum lemah, letargi tau koma- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,

mukosa mulut dan bibir sangat kering- Turgor buruk- Akral dingin- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS

13

Page 14: Diare Akut Dehid Berat

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini :

Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas

minum Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini:

Gelisah, rewel Mata cekung Haus, minum dengan lahap Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan dehidrasi berat atau ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

1. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaaan tinja

- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit- Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)- Biakan dan uji sensitivitas

b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin darah.

c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN1. Atasi dehidrasi

Tanpa dehidrasi Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai

usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:- < 1 tahun: 50-100 cc- 1-5 tahun : 100-200 cc

14

Page 15: Diare Akut Dehid Berat

- 5 tahun : semaunya. Dehidrasi ringan sedang

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

Dehidrasi berat Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100

cc/kgBB. Cara pemberian :- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB

dalam 5 jam berikutnya.- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB

dalam 2 ½ jam berikutnya.Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

2. Pemakaian antibiotikBila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

3. DietAnak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4. Jangan mengunakan spasmolitika5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau

hipokalemia.6. Vitamin A

- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU - >1 tahun : 200.000 IU7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara

pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap : Diare akut dengan dehidrasi berat Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang

air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari (Armon, 2001).

J. PEMANTAUAN1) Terapi

Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

15

Page 16: Diare Akut Dehid Berat

2) Tumbuh kembang3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan

seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea management.

2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.

3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

4. IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 58-62.

5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.

6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

16

Page 17: Diare Akut Dehid Berat

17