Upload
dangcong
View
243
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA
DI SURAKARTA
DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF
Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Unversitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh :
DESMILLA NUR HIDAYAHMI
C
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Desmilla Nur Hidayahmi
NIM : C
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta dengan Pendekatan
Modern Evokatif” adalah benar – benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan
orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi
tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang
diperoleh.
Surakarta, Juli
Yang membuat pernyataan,
Desmilla Nur Hidayahmi
NIM. C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu
urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pula (urusan) yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al Insyirah: - )
Dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
(QS. Al Hasyr: )
Jika kalian bersyukur (terhadap nikmatKu) niscaya akan Aku tambah dan jika kamu kufur
terhadap NikmatKu, sesungguhnya siksaku amatlah pedih.
(QS. Ibrahim: )
Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, maka kita
harus melakukannya.
(Wolfgang)
Hidup bukan untuk main-main, Tentukan tujuanmu agar hidupmu menjadi bukan main.
(Dr. Ibrahim Fiqy)
Masalah yang timbul tidak akan menciptakan otak baru dikepalamu, masalah yang timbul
membuat otakmu untuk berfikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
. Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan
segalanya untuk menjadikanku anak yang
berbakti bagi agama, guru, teman dan keluarga.
. Sahabat dan kawan-kawan di Jurusan Desain
Interior, terutama angkatan , kawan Kriya
Tekstil, G_Sorru yang menjadi semangat
untukku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
laporan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa
Di Surakarta Dengan Pendekatan Modern Evokatif.
Namun bukan tanpa halangan laporan Tugas Akhir dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan dan masukan dari
pelbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
. Anung B Studyanto, S.Sn. M.T, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik penulis.
. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.
. Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.
. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir.
. Segenap Dosen Jurusan Desain Interior dan Karyawan.
. Narasumber penulis : Ibu Suryo Samtono, Ibu Juminah, Bapak Heri, Ibu
Makmuri, Ibu Darto sekeluarga yang membantu mencari data literatur dan
data lapangan.
. Ibu, ayah, kakak, adik-adik, seluruh keluarga yang telah memberikan doa,
semangat dan materi.
. Darla Wu, mamah Dina, Iinta, Pak Risard, Huniw, darla Riphki dan Faridul
yang telah membantu, memberikan doa, semangat serta perhatian, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan lancar.
. Ikhsanudin, my beloved, atas doa, cinta, kasih sayang, semangat dan
perhatian.
. Teman-teman seperjuangan, nyah Nita, darla Titik, mii mii Anityas, Nia,
Tika, Erika, Bayu, Dina, Agus, Anggrayni Junet, Ayu, Esti, mas Christof,
mbag Reike, mas dayat, mas Budi, mbag Lamia, Gista dan teman-teman
Desain Interior.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih
terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis
mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.
Surakarta, Juli
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA
DI SURAKARTA
DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF
Desmilla Nur Hidayahmi
,
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn , Mulyadi, S.Sn, M.Ds
ABSTRAK
. Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta Dengan
Pendekatan Modern Evokatif. Laporan Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta Dengan Pendekatan
Modern Evokatif merupakan perancangan sebuah bangunan yang berbentuk museum
sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan fasilitas dan sarana yang
kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual, Souvenir Shop dan Restoran
yang dibalut suasana dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini supaya
pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak
hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud
dibalik benda-benda pameran yang ada. Permasalahan yang dibahas dalam
perancangan ini adalah : ( ) Bagaimana mendesain interior Museum Pawon
Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment? ( )
Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di dalam
Museum Pawon Tradisional Jawa? ( ) Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan
modern dalam mewujudkan atmosfer interior yang sesuai untuk Museum Pawon
Tradisional Jawa?
Perancangan ini bertujuan : ( ) Terciptanya desain interior Museum Pawon
Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment. ( )
Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di dalam
Museum Pawon Tradisional Jawa. ( ) Terciptanya rancangan Museum Pawon
Tradisional Jawa yang dapat menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern
evokatif. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah berupa metode desain
penarikan pemecahan masalah dengan konsep desain. Proses desain dimulai dengan
perumusan permasalahan proyek. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan dapat
ditarik pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan desain kemudian diaplikasikan
sebagai keputusan konsep desain.
Dari analisis disimpulkan beberapa hal : ( ) Penggunaan tema yang sesuai dengan
tujuan ruang akan membangun suasana dan karakter ruang. ( ) Suasana dan karakter
ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan bagi pengguna ruang.
Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
INTERIOR DESIGN OF JAVANESE TRADITIONAL PAWON MUSEUM
IN SURAKARTA
MODERN EVOCATIVE DESIGN APPROACH
Desmilla Nur Hidayahmi
,
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn , Mulyadi, S.Sn, M.Ds
ABSTRACT
. Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern
Evocative Design Approach. Final Studio Report: Interior Design Department,
Letters and Fine Arts Faculty Sebelas Maret University Surakarta.
Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern
Evocative Design Approach is building planning for museum that purposed as
education, information and entertainment center with complex means and facilities
include exhibition area, audiovisual room, souvenir shop, and restaurant which
wraps by the atmostphere of traditional kitchen in modern appearance so visitor
could get impression after visit museum, visitor does not only see and read but also
understanding the aim behind the exhibition objects. Problems which are tried to be
solved in this design process are: ( ) How to design the Javanese Traditional Pawon
Museum’s interior that has educative, informative, and entertainmetn function? ( )
How to design good circulation system and object arranging in the Javanese
Traditional Pawon Museum? ( ) How to apply evocative and modern concept in
order to create right interior atmosphere for the Javanese Traditional Pawon
Museum?
The design is purposed to: ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum’s
interior design that has educative, informative, and entertainment function. ( )
Created good and aimed circulation system and object arranging in the Javanese
Traditional Pawon Museum. ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum
planning that could present modern evocative concept in interior atmosphere.
Method used is deduction problem solving design method with design concept.
Design process was started with formulating main problems. Based on literature and
field visiting study, it can be chose the appropriate design approach. This approach
then is applied as conceptual design decision.
From the process, it can be concluded that: ( ) Application of the theme that is
suitable with room function can create room atmosphere and character. ( )
Atmosphere and character of the room might be significant factors in creating
comfort for its user.
Student of Interior Design Department [ID Number C ]
Main Supervisor
Supervisor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAKS .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................
B. BATASAN PERANCANGAN .........................................
C. RUMUSAN PERANCANGAN .......................................
D. TUJUAN PERANCANGAN ............................................
E. SASARAN PERANCANGAN .........................................
F. MANFAAT PERANCANGAN ........................................
G. METODE DESAIN ..........................................................
H. SISTEMATIKA PENULISAN .........................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN JUDUL
. Judul .............................................................................
. Definisi Judul ...............................................................
B. KAJIAN OBYEK
. Museum .......................................................................
. Pawon atau Dapur Tradisional ....................................
. Alat Masak Tradisional Jawa Tengah ..........................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. KAJIAN TENTANG DESAIN INTERIOR
. Organisasi Ruang ........................................................
. Hubungan Antar Ruang ...............................................
. Sistem Sirkulasi Ruang ...............................................
. Elemen Pembentuk Ruang ..........................................
. Interior Sistem .............................................................
. Furniture dan Elemen Estetika ....................................
. Squence/Story Line .....................................................
BAB III STUDI LAPANGAN
A. TINJAUAN LOKASI
. Surakarta .....................................................................
B. TINJAUAN LAPANGAN
. Museum Nasional .......................................................
. Museum Keraton Kasunanan Surakarta .......................
. Dapur Tradisional Ibu Juminah ...................................
. Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta .....
. Museum Dapur Tradisional .........................................
. Museum Monumen Jogja Kembali .............................
BAB IV PEMBAHASAN
A. PROGRAMMING
. Definisi Proyek ...........................................................
. Asumsi Lokasi .............................................................
. Potensi Lingkungan .....................................................
. Status Kelembagaan ....................................................
. Struktur Organisasi .....................................................
. Sistem Operasional ......................................................
. Alur Pelaku Kegiatan ..................................................
. Fasilitas Ruang ............................................................
. Pola Hubungan Antar Ruang ......................................
. Zoning dan Grouping ..................................................
. Sistem Organisasi Ruang ............................................
. Sistem Sirkulasi ...........................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
. Pembentuk Ruang .......................................................
. Pengisi Ruang .............................................................
. Sistem Interior .............................................................
B. KONSEP DESAIN
. Ide Gagasan .................................................................
. Tema ............................................................................
. Suasana Ruang ............................................................
. Pola Penataan Ruang ...................................................
. Pembentuk Ruang .......................................................
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................
B. SARAN ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar . Ilustrasi organisasi terpusat ........................................................
Gambar . Ilustrasi organisasi linier ............................................................
Gambar . Ilustrasi organisasi radial ........................................................... .
Gambar . Ilustrasi organisasi cluster ...........................................................
Gambar . Ilustrasi organisasi grid ...............................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur linier ..................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur radial .................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur spiral ..................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur grid ....................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur jaringan ...........................................
Gambar . Peta lokasi ..................................................................................
Gambar . Ruang Introduction ....................................................................
Gambar . Display Vitrin Kayu ...................................................................
Gambar . Display Vitrin Ruang Khasanah ................................................ .
Gambar . Langit-langit (Ceiling) ................................................................
Gambar . Pencahayaan (Downlight) ...........................................................
Gambar . Suasana Dapur Tradisional .........................................................
Gambar . Pogo (tempat untuk menaruh piranti memasak) ........................
Gambar . Piranti memasak (alumunium/stainless steel) ............................
Gambar . Gentong air dan Siwur .............................................................
Gambar . Suasana Dapur Sesaji Gondorasan ...........................................
Gambar . Bak tempat menyimpan air bersih ......................................... .
Gambar . Peralatan masak dapur Gondorasan ..........................................
Gambar . Pogo Andap (tempat untuk menyiapkan sesaji) .......................
Gambar . Fasade Museum Dapur Tradisional Sleman Yogyakarta .........
Gambar . Display alat masak ....................................................................
Gambar . Display alat masak gerabah ......................................................
Gambar . Diorama Suasana Dapur zaman perang ....................................
Gambar . Diorama alat-alat masak ...........................................................
Gambar . Fasade Museum Monumen Jogja Kembali ..............................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar . Ilustrasi organisasi linier .......................................................... ..
Gambar . Ilustrasi organisasi radial ............................................................
Gambar . Ilustrasi organisasi cluster ...........................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur linier ...................................................
Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur radial ..................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema . Struktur Organisasi .......................................................................
Skema . Pola Kegiatan Pengunjung ............................................................
Skema . Pola Kegiatan Pengelola ...............................................................
Skema . Pola Kegiatan Karyawan ...............................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang Jawa mengenal adanya tiga ungkapan yang sangat penting dalam
hidup yaitu sandang, pangan, dan papan. Artinya, dalam hidup manusia Jawa
memerlukan tiga hal yang sangat penting yaitu: sandang (pakaian) untuk
membalut tubuh supaya terlindung dari dingin, panas, dan untuk estetika; pangan
(makan) adalah makanan yang harus ada untuk dimakan sebagai syarat untuk
bertahan hidup; dan papan (rumah atau omah) sebagai tempat berteduh atau
tempat tinggal.
Pawon atau dapur sebagai bangunan tambahan, tidak dianggap sebagai
bangunan pokok atau penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat sederhana.
Oleh karena itu untuk membuat dapur tidak diperlukan persyaratan yang rumit
seperti akan membuat rumah induk yang memerlukan perhitungan waktu
(primbon). Pandangan hidup orang Jawa menandaskan bahwa kekuatan
seseorang bukanlah tergantung pada banyaknya makanan yang masuk kedalam
tubuh, melainkan kepada tekat dan batin. Orang tidak akan menjadi lemah
tubuhnya hanya karena sedikit makan, bahkan sebaliknya, orang akan
memperoleh ‘kekuatan’ karena sering melaksanakan ‘ngurang-ngurangi makan
dan tidur (tirakat atau asketis).
Pawon pada zaman dahulu adalah simbol keberadaan wanita Jawa, laki-
laki dilarang memasuki kawasan Pawon karena Pawon bukan tempatnya laki-
laki. Memasak adalah penggunaan panas pada bahan makanan agar bahan
makanan tersebut bisa dimakan. Memasak menjadikan suatu bahan makanan
menjadi matang, mudah untuk dicerna, menjadi enak, dan merubah bahan
makanan dari segi rasa, rupa, warna, dan lain-lain. Intinya adalah bahwa
memasak itu membuat bahan makanan menjadi makanan yang siap dimakan
dengan menggunakan energi panas. Memasak juga harus menggunakan peralatan
yang dipergunakan untuk memasak dan menyiapkan atau mengolah makanan.
Alat masak yang digunakan juga mempengaruhi cita rasa dari masakan tersebut.
Alat masak tradisional dipercaya dapat memberikan hasil yang enak terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masakan yang dimasak karena bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat
masak tradisional adalah dari bahan alami yang didapat dari alam sekitar
dibandingkan alat masak modern pada zaman sekarang. Akan tetapi, alat masak
tradisional mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan waktu lama dalam proses
memasaknya dibandingkan alat masak modern yang hanya membutuhkan waktu
yang sedikit untuk proses memasak yang cepat.
B. BATASAN PERANCANGAN
1. Permasalahan Tugas Akhir ini dibatasi pada substansi desain interior.
2. Obyek bangunan fasilitas umum yang berupa Museum Pawon Tradisional
Jawa di Surakarta seluas 1200-1500 m2.
3. Desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta meliputi:
Area edukatif
Area Pamer
Workshop
Area informatif
Lobby
Ruang Introduction
Area operasional
Lobby
Office
Control Room
4. Daerah perancangan terletak di kota Surakarta.
Site Plan
Lokasi proyek Desain Interior
Museum Pawon Tradisional Jawa
diasumsikan berada di Jalan Brigjen
Slamet Riyadi 201 Surakarta.
Tepatnya berada di kawasan Gedung
Batari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. RUMUSAN PERANCANGAN
1. Bagaimana mendesain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang
memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment?
2. Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di
dalam Museum Pawon Tradisional Jawa?
3. Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan modern dalam mewujudkan
atmosfer interor yang sesuai untuk Museum Pawon Tradisional Jawa?
D. TUJUAN PERANCANGAN
1. Terciptanya desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki
fungsi edukatif, informatif dan entertainment.
2. Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di
dalam Museum Pawon Tradisional Jawa.
3. Terciptanya rancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang dapat
menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern evokatif.
E. SASARAN PERANCANGAN
1. Pengguna
- Siswa sekolah dan Mahasiswa
- Penggagas Budaya dan Wisatawan
- Masyarakat umum
2. Pengelola
- Pemilik Museum Pawon Tradisional Jawa
3. Operator
- Karyawan dan pengelola Museum Pawon Tradisional Jawa
F. MANFAAT PERANCANGAN
1. Bagi Penulis/Desainer
a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan
museum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai sistem
interior yang berkaitan dengan bangunan museum yang memiliki nilai
edukatif, informatif dan entertainment.
c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan.
2. Bagi Dunia Akademik
a. Memberikan informasi mengenai pengetahuan dapur tradisional.
b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain.
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif serta informatif tentang
museum dapur tradisional.
G. METODE DESAIN
Pemecahan masalah dengan metode penarikan konsep desain sebagai
jawaban, melalui proses análisis yang ditunjang dengan studi literatur dan studi
lapangan. Seperti yang ditunjukkan pada skema 1.
Skema I.1. Skema Metode Desain
Judul
Latar Belakang Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Pendekatan Pemecahan
Masalah Tujuan
Studi Lapangan
Analisis Keputusan
(konsep desain)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, serta tujuan dan manfaat dari tugas akhir.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Menguraikan data literatur mengenai obyek permasalahan dan
pemecahan masalah.
BAB III KAJIAN LAPANGAN
Membahas tinjauan lokasi bangunan berada. Alasan pemilihan lokasi
serta kelebihan dan kekurangan dari lokasi.
Memaparkan hasil observasi lapangan yang berkaitan dengan obyek
permasalahan. Kajian interior dari obyek hasil observasi.
BAB IV ANALISIS
Berisi programming.
BAB V KONSEP
Yaitu kesimpulan konsep desain sebagai pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Menuliskan sumber-sumber yang dipakai dalam mengerjakan
penulisan.
LAMPIRAN
Sajian skema, gambar dan tabel yang mendukung data pemecahan
masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN JUDUL
1. Judul
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan
Modern Evokatif di Surakarta”
2. Definisi Judul
a. Desain
Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)
Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan
dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara
tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu
masalah dengan lainnya saling kait mengkait.
(Desain Interior, 1999 : 12)
Suatu aktifitas pemecahan masalah yang diarahkan kepada tujuan
(goal). (Acher, 1963) (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu
Widayat)
b. Interior
Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di
ruang dalam gedung.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).
c. Museum
Suatu bangunan atau institusi dimana objek artistik, historis, atau
ilmu pengetahuan yang mempunyai nilai penting dijaga, dipelajari,
dan dipamerkan. (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu
Widayat)
d. Pawon
Sebuah kata dari Bahasa Jawa yang mempunyai arti tempat yang
digunakan untuk kegiatan memasak. (KBBI online)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
e. Tradisional
sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
f. Jawa
Sebuah pulau yang memiliki daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. (KBBI online)
g. Modern
Yang terbaru, tidak tradisional.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 370).
h. Evokatif
Penyajian pameran yang memberikan gambaran tentang fungsi benda
dalam konsteksnya dengan masa lalu. (Pariwisata Budaya Masalah
dan Solusinya, 2006 : 14).
i. Surakarta
kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah disebut juga Solo atau
Sala.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan
Modern Evokatif di Surakarta” adalah perancangan sebuah bangunan yang
berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan
fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual,
Souvenir Shop dan Restoran bagi para pengunjung yang dibalut suasana dapur
tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini, supaya pengunjung
mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya
melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud
dibalik benda-benda pameran yang ada. Tetapi dalam pengaplikasiannya tidak
hanya bentuk evokatif saja yang dipamerkan tetapi unsur-unsur modern juga
tetap diperlihatkan.Penyampaian informasi yang menarik dan terkonsep, tidak
hanya suasana yang selalu tradisional maka dari itu diselaraskan dengan bentuk
interior modern yang mengikuti perkembangan jaman. Konsep tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dirancang sebagai perwujudan museum yang tidak selalu kuno walaupun benda-
benda yang ditampilkan adalah benda atau alat-alat tradisional.
B. KAJIAN OBYEK
1. Museum
1.1. Sejarah Museum
Manusia memiliki naluri melakukan pengumpulan (collection
instinct). Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa
bahwa naluri ini telah ada pada manusia Neanderthal di Eropa kira-kira
8500 tahun yang lalu sebagai buktinya dengan ditemukan koleksi berupa
kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna), serta kerang-kerangan
yang ditemukan di dalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia
Neanderthal. Kumpulan koleksi ini merupakan bentuk tata pameran
tertua dibidang permuseuman, sedangkan lembaga museum tertua di
dunia dirintis oleh Ptolomeus I di kota Iskandaria, Mesir sekitar 300
SM.
Pada awal perkembangannya, museum merupakan storage
khusus kaum bangsawan guna menyimpan dan memamerkan bukti-
bukti kebesaran mereka. Pada saat ini, museum lebih menyerupai kuil
yang hanya dapat dikunjungi oleh kalangan terbatas dan berkelas
tertentu. Dalam perkembangan berikutnya, memasuki era modern
museum lebih terbuka, bahkan kemudian harus terbuka untuk umum.
Sejarah perkembangan museum di Indonesia diawali ketika
Rumphius mendirikan De Ambonsch Pairtenmaker di Ambon pada
tahun 1662. Disusul tahun 1778 Dinas Purbakala Hindia Belanda
mendirikan Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Westenchappen
yangn kini lebih dikenal dengan Museum Nasional atau Museum Gajah.
Kemudian pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar dan
pada tahun 1935 di Yogyakarta didirikan Museum Sono Budoyo, di
Surakarta didirikan Museum Radya Pustaka.
Bangunan museum bukan hanya terdiri dari satu ruang pameran
saja, namun ada beberapa ruang lain yang berada di dalam perancangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Konsep sebuah ruangan mempunyai 3 dimensi yaitu panjang, lebar dan
tinggi. Ruang sendiri dapat dirasakan secara subyektif dan dibatasi oleh
elemen-elemen buatan seperti garis, bidang maupun elemen-elemen
alam. Ruang pameran diharapkan bisa memainkan peranan yang
sungguh nyata dan dinamis. (Ernes Maryanto, 2000: 21).
Secara Internasional kerjasama dibidang kebudayaan
dipercayakan kepada UNESCO. Bidang permuseuman UNESCO
membentuk International Council Of Museum, yang pada tahun 1981
mempunyai kurang lebih 7000 anggota dari negara anggota PBB.
1.2. Tugas, Fungsi, dan Tujuan Museum
a. Tugas Museum
Museum mempunyai tugas yaitu:
1) Mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan bukti meterial manusia dan lingkungannya.
2) Melayani masyarakat dan perkembangannya.
3) Untuk tujuan pendidikan dan perkembanganya.
( Moh. Amir Sutaarga;1975 : 2 )
Dalam buku Persoalan Museum, disebutkan tugas museum adalah:
1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan.
2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.
3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara
massal.
4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.
5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja
yang berfaedah pada setiap kunjungan siswa-siswa kemuseum.
6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah
b. Fungsi Museum
Museum mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
2) Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
3) Pusat peningkatan apresiasi budaya.
4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5) Sumber inspirasi
6) Objek pariwisata
7) Media pembinaan pendidikan.
8) Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.
9) Media bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Museum menurut ICOM mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan budaya.
2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3) Konservasi dan preservasi.
4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum.
5) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa.
7) Visualisasi warisan alam dan budaya.
8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9) Pembangkit rasa bertkwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
c. Tujuan Museum
Tujuan museum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
fungsional dan tujuan institusional.
1) Tujuan Funsional
Memberikan peringatan kepada bangsa Indonesia melalui generasi
muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan
watak dan kesadaran bangsa indonesia sangat agung, juga sebagai
pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai.
2) Tujuan Institusional
Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara
efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh
adalah:
a) Kepentingan Obyek
Memberikan temppat atau wadah untuk menyimpan serta
melindingi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara
lain pengaruh iklim, alam, biologis, dan manusia.
b) Kepentingan umum
Mengumpulkan temuan-temuan benda, memelihara dari
kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada
masyarakat umum agar dapat menarik hingga menimbulkan
rasa bertanggung jawab, serta dipelihara dan menunjang ilmu
pengetahuan.
1.3. Persyaratan Sebuah Museum
Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah:
a) Persyaratan lokasi
1) Lokasi harus strategis, strategis dalam hal ini tidak berarti harus
berada di pusat kota atau pusat keramaian kota, melainkan tempat
yang mudah dijangkau oleh umum.
2) Lokasi harus sehat, dalam hal ini sehat yaitu:
a) Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udaranya.
b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa atau
tanah yang berpasir, elemen-elemen iklim yang berpengaruh
pada lokasi itu berupa kelembaban udara setidak-tidaknya
harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu antara 55-65%.
(DPK, 1988 : 16)
b) Persyaratan bangunan
Adapun syarat-syarat umum bangunan, meliputi:
1) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut fungsi dan
aktivitasnya, ketenangan, keramaian dan keamanan.
2) Pintu utama (main entrance), untuk pengunjung.
3) Pintu masuk khusus (side entrance), untuk lalulintas koleksi,
bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang
pada bangunan khusus.
4) Area public / umum (ruang pamer)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5) Area semi publik (bangunan administrasi, perpustakaan dan ruang
rapat)
6) Area privat (lab. konservasi, studio preparasi, storage dan ruang
studi koleksi). (DPK, 1988 : 17)
Sedangkan syarat-syarat khusus museum meliputi:
1) Bangunan utama (pameran tetap dan pameran temporer) harus
dapat :
a) Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
b) Mudah dicapai baik luar maupun dalam.
c) Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh
pengunjung.
d) Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami (cuaca dan lain-lain) maupun kriminalitas dan
pencurian.
2) Bangunan auditorium harus dapat:
a) Dicapai dengan mudah oleh umum.
b) Dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah.
3) Bangunan khusus terdiri dari:
a) Laboratorium konservasi, studio preparasi, storage harus:
1. Terletak pada daerah tenang.
2. Mempunyai pintu masuk khusus.
3. Memiliki sistem keamanan yang baik (baik terhadap
kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas) yang menyangkut
segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
4) Bangunan administrasi harus:
a) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
terhadap bangunan-bangunan lain.
b) Mempunyai pintu masuk khusus. (DPK, 1988 : 18)
c) Persyaratan koleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengertian koleksi museum adalah sekumpulan benda-
benda bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan satu atau berbagai bidang atau cabang ilmu
pengetahuan. (DPK, 1988 : 19)
Adapun persyaratan koleksi, yaitu:
1. Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai
estetika).
2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya
(tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya
secara historis dan geografi, genusnya (dalam orde
biologi) atau dalam geologi (khususnya untuk benda-
benda sejarah alam dan teknologi).
3. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya (realitas dan eksistensinya)
bagi penelitian ilmiah.
4. Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal menjadi
monumen dalam sejarah alam dan budaya.
5. Benda asli (realita), replika atau reproduksi yang sah
menurut persyaratan museum. (DPK, 1988 : 20)
Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:
1. Etnografika, yaitu kumpulan benda-benda hasil budaya
suku-suku bangsa.
2. Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda prasejarah.
3. Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkeologi
yaitu mempelajari tentang kehidupan manusia masa lalu
berdasarkan benda-benda peninggalan.
4. Historika, yaitu kumpulan benda-benda bernilai sejarah.
5. Numistika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda
alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya
uang, cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.
6. Naskah-naskah kuno dan bersejarah.
7. Keramik asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
8. Buku dan majalah anti kuariat.
9. Karya seni atau Kriya seni.
10. Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli atau setiap
reproduksi yang dijadikan dokumen.
11. Diorama, yaitu gambaran bentuk tiga dimensi.
12. Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda
batuan maupun mineral.
13. Benda-benda wawasan nusantara setiap benda asli
(realita) atau replika yang mewakili sejarah alam budaya
dari wilayah nusantara.
14. Replika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya.
15. Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
berukuran kecil.
16. Koleksi hasil abstraksi.
d) Persyaratan peralatan museum meliputi:
Peralatan museum adalah setiap alat atau benda
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan administratif dan teknis permuseuman.
Secara garis besar peralatan museum dapat dibagi dua
jenis, yaitu:
1. Peralatan kantor
Peralatan kantor adalah setiap alat atau benda yang
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.
2. Peralatan teknis
Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan teknis permuseuman. (DPK, 1988 : 20)
e) Persyaratan organisasi dan ketenagaan
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum
mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1. Pembidangan Tata Usaha yang meliputi kegiatan dalam
registrasi, ketertiban/keamanan, kepegawaian dan
keuangan.
2. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi
kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi,
klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis
koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi,
penelitianpengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah
dan persiapan barang koleksi.
3. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi
konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan
keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta
penanganan laboratorium koleksi.
4. Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan
restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran,
pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif
cultural dan penanganan bengkel reparasi.
5. Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi
kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang
bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan
audio visual.
6. Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi
penanganan kepustakaan/referensi. (DPK, 1988 : 22)
1.4. Jenis Museum
a. Secara global museum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Museum umum
Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin teknologi.
2) Museum khusus
Museum khusus adalah museum yang terdiri dari kumpulan bukti
material atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.Apabila museum
dapat mewakili dua kriteria atau lebih, maka museum khusus
tersebut berubah menjadi museum umum. (DPK, 1988 : 27)
b. Berdasarkan sistem ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
koleksinya yaitu:
1) Museum ilmu hayat.
2) Museum teknologi industri.
3) Museum sejarah dan antropologi.
4) Museum antropologi dan etnografi.
5) Museum purbakala.
6) Museum seni rupa.
c. Berdasarkan penyelenggaranya yaitu:
1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi dalam
museum yang dikelola oleh pemerintah pusat atau dikelola
pemerintah daerah.
2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh swasta.
1.5. Bangunan Pokok dan Bangunan Penunjang Museum
Secara fungsional bangunan museum terdiri dari bangunan pokok
dan bangunan penunjang antara lain :
Bangunan Pokok terdiri dari :
1) Pameran tetap
2) Pameran Temporer
3) Auditorium
4) Kantor Administrasi dan Perpustakaan dan Ruang Rapat
5) Laboratorium Konservasi
6) Studio Preparasi
7) Storage
Bangunan Penunjang terdiri dari :
1) Keamanan / Pos Jaga
2) Gift shop dan Kafetaria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Ticket Box dan Penitipan Barang
4) Lobby / Ruang Istirahat
5) Toilet
6) Tempat parkir, pertamanan, dan pagar
( Buku Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan,
Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 ).
2. Pawon Atau Dapur Tradisional
a. Arti Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Arti dapur dalam ari lokal adalah tempat untuk melakukan
kegiatan memasak dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk
daerah Jawa Tengah dikenal dengan istilah Pawon. Dasar dari sebutan
ini adalah dari nama suatu alat untuk memanaskan/memasak yakni
pawon (tungku = Indonesia). Kata pawon terbentuk dari akar kata awu
dan mendapat awalan pa dan akhiran an, bentukan dari kata-kata
tersebut menjadi pa + awu + an (pawon) yang berarti tempat abu dengan
pengertian abu sisa pembakaran untuk memasak. Dalam perkembangan
selanjutnya lokal dimana terdapat pawon maka tempat tadi juga disebut
pawon.
b. Fungsi Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Fungsi pawon/dapur adalah untuk kegiatan masak memasak
makanan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi kadang juga
ditemui fungsi pawon sebagai dapur produksi dalam arti sederhana dan
juga sebagai tempat istirahat (umumnya dalam kehidupan masyarakat
petani kecil).
Dapur ada yang berfungsi ganda yakni selain untuk masak
sehari-hari juga sebagai dapur produksi. Produksi tradisional ini sebagai
usaha untuk menambah penghasilan keluarga.
Fungsi dapur yang lain dan erat hubungannya dengan keadaan
lingkungan yakni sebagai tempat bediang yakni tempat untuk
memanaskan badan karena udara di daerah setempat cukup dingin.
Selain untuk memanaskan badan, pawon/tungku yang dinyalakan
digunakan untuk memanaskan suatu makanan/sayuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Pembangunan Dapur
Pembangunan dapur biasanya sudah menyatu dengan
pembangunan rumah tinggal, tetapi ada juga yang membangun
menyusul demikian.
Dalam pembangunan dapur yang menyusul biasanya
ditempatkan menempel pada rumah tinggal disebelah kanan, kiri atau
belakang dan biasanya dibangun di tempat yang berdekatan dengan
sumber air (sumur) dan juga diperhatikan menghadapnya dapur (pintu)
yang harus searah dengan menghadapnya rumah.
d. Tipe-tipe Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Beberapa bentuk (tipe) dapur yang masih dapat diamati dan
diperkirakan masih menunjukkan unsur-unsur tradisional adalah:
Menyatu dengan rumah tinggal
Ruang dapur yang termasuk tipe ini terletak dalam rumah umumnya
di bagian belakang.
Emperan yang diperluas
Emperan rumah tinggal yang terletak di belakang, di kanan atau
kirinya rumah tinggal diperluas dan ruangan tadi kemudian
dimanfaatkan sebagai ruang dapur.
Gandok
Bangunan tambahan yang diletakkan pada sisi kanan atau kiri dari
rumah tinggal. Fungsi gandok yang sebenarnya adalah tempat untuk
berkumpul keluarga, istirahat, ruang makan, dan lain-lain. Tetapi
dalam perkembangan selanjutnya fungsi gandok ditambah sebagai
dapur.
Tipe bekuk lubang
Bangunan yang disambung dengan emper gandok sebelah belakang
dan tepat pada sambungannya diberi talang air. Atap berbentuk
seperti pada tipe kampong tetapi tidak diberi tambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tipe panggang pe
Bangunan dapur ini terpisah dengan bangunan rumah tinggal.
Atapnya hanya terdpat pada satu sisi dan disangga dengan empat tang
pada keempat sudutnya.
e. Unsur-unsur Baru Dalam Dapur Tradisional
Dengan kemajuan pembangunan kearah modernisasi dan
perubahan pemikiran masyarakat tampak pula mempengaruhi
perkembangan alat-alat dapur. Alat-alat memasak, selain kuali, dandang
tampak adanya panci-panci aluminium. Perlengkapan yang lain
misalnya wadah-wadah banyak yang menggunakan plastik, misalnya:
ember, gayung, piring, tempat-tempat bumbu.
Alasan mereka menggunakan produk-produk baru karena
dianggap lebih praktis dan lebih mudah diperoleh dengan harga yang
relatif murah. Dengan masuknya peralatan yang lebih modern sedikit
banyak mempengaruhi pola pikir tradisional yang sebelumnya mereka
lakukan, sekarang mereka mulai meninggalkan kepercayaan lama
terutama bagi keluarga muda, tradisi lama umumnya masih dilakukan
oleh para orang tua meskipun tidak sepenuhnya lagi.
f. Lokasi Dapur
Keletakan dapur di Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi 3
kelompok yakni:
1) Lokasi dapur yang menyatu dengan bangunan rumah tinggal.
2) Lokasi dapur yang berdiri terpisah dari bangunan rumah tinggal
tetapi masih menempel.
3) Lokasi dapur yang terpisah sama sekali dengan bangunan rumah
tinggal.
g. Tata Ruang Dapur Tradisional
Tata ruang dapur sekarang umumnya berdasarkan segi-segi
kepraktisan saja, demikian juga ukuran hanya menyesuaikan dengan
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Titik-titik kesamaan dapur antara daerah satu dengan lainnya,
antara lain pada keletakan tungku gentong/jambangan (tempat air), pogo
(rak), lincak (dipan kecil untuk meracik makanan).
Pawon atau tungku pada suatu dapur paling sedikit 2 buah yang
terletak di sudut dapur (dekat dinding), di dekat tungku terdapat
gentong/jambangan tempat air bersih untuk memasak dan minum.
Diatas tungku terdapat susunan rak yang terdiri dari 2 susun, susun yang
bawah untuk menyimpan kayu bakar dan yang atas untuk menyimpan
bahan makanan.
Di tempat yang agak longgar terdapat lincak sejenis bangku
yang digunakan untuk racik-racik atau menyiapkan bahan-bahan yang
akan dimasak.
Akibat dari adanya kegiatan dapur sehari-hari adalah timbulnya
alat-alat dapur yang menjadi kotor. Peralatan dapur yang kotor
kemudian dikumpulkan dan dibawa ke sumur atau ke sungai/mata air
untuk dibersihkan. Alat-alat dapur yang sudah kering dan bersih
kemudian mereka simpan di tempat khusus.
Beberapa tingkah laku tradisional yang menunjukkan kaitannya
dengan keselamatan tungku adalah:
Letak atau arah mulut tungku tidak boleh segaris dengan pintu dapur.
Tidak boleh meninggalkan tungku dalam keadaan menyala kalau
tidak terpaksa sama sekali.
Tidak boleh membiarkan lubang tungku (luweng) terbuka, maka
harus ditutup dengan kekep atau diatasnya digunakan untuk
memasak. Dalam keadaan mati luweng juga harus ditutup.
Di dekat tungku harus ada persediaan air.
3. Alat masak Tradisional Jawa Tengah
Alat masak tradsisional Jawa Tengah yang ditinjau dari bahan
bakunya dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Tanah liat/gerabah (terracotta)
Macam-macamnya :
Pengaron, ngaron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kwali
Dandang
Kendhil
Genthong
Klenthing
Kendhi
Cuwo
Wajan
Cowek
Mendeng
Kekep
Layah
Jembangan, Jemblung
2. Bambu, anyam-anyaman (bamboo)
Macam-macamnya :
Tumbu
Dhunak
Tompo
Kalo
Tampah
Tambir
Iyan, ngiyan
Khuntung
Tenggok
Ceting
Kukusan
Ilir
Besek
Erok-erok
3. Kayu atau Tempurung (wood)
Macam-macamnya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Parut
Talenan
Dhulang
Huleg-huleg, Muntu
Irus
Enthong
Solet
Siwur
Penyaton
Lumpang kayu (dlupak)
4. Batu (stone)
Macam-macamnya :
Layah
Lumpang batu
Munthu
(Dapur dan Alat-alat Memasak Tradisional Daerah Jawa Tengah,
Sudjonoprijo, BA dkk)
C. KAJIAN TENTANG DESAIN INTERIOR
1. Organisasi Ruang
Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian ruang, yaitu:
1. Organisasi terpusat
Merupakan komposisi terpusat yang
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat
yang luas dan dominan.Organisasi terpusat bersifat
stabil.Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang
yang secara geometris teratur dan simetris terhadap
dua sumbu atau lebih.
Gambar 2.1. Ilustrasi organisasi terpusat Sumber: Francis D.K Ching. 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang
yang berhubungan langsung satu dengan yanglain
atau dihubungkan melalui ruang linier yang
berbeda dan terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-
ruang yang berulang mirip dalam hal ukuran,
bentuk dan fungsinya. Bersifat fleksibel dan dapat
menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi
tapak.
3. Organisasi radial
Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana
sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang
seperti bentuk jari-jarinya.
Organisasi radial adalah sebuah bentuk
ekstrovert yang mengembang ke luar ruang
lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya,
bentuk ini dapat meluas dan menggabungkan
dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda
tertentu pada tapaknya.
4. Organisasi cluster
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan
pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu
ruang terhadap ruang lainnya.Sering kali terdiri dari
ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki
fungsi-fungsi sejenis dan memiliki persamaan sifat
visual umum seperti wujud dan orientasi. Suatu
organisasi cluster juga menerima ruang-ruang yang
berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya, tetapi
berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan
Gambar 2.2. Ilustrasi organisasi linier Sumber: Francis D.K Ching. 2000
Gambar 2.3. Ilustrasi organisasi radial Sumber: Francis D.K Ching. 2000
Gambar 2.4. Ilustrasi organisasi cluster Sumber: Francis D.K Ching. 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau
menurut sumbu.
Organisasi cluster bersifat fleksibel dan dapat
menerima pertumbuhan dan perubahan langsung
tanpa mempengaruhi karakternya.
5. Organisasi grid
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang dimana posi-posisinya dalam ruang
dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga
dimensi.
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis
sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah
pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila
diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola
grid berubah menjadi satu set unit ruang modular
berulang.
2. Hubungan Antar Ruang
a. Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi
dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di
dalamnya.
b. Ruang-ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan
terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk
volume berkaitan.
c. Ruang-ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang
paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan
respon masing-masing ruang menjadi jelas terhadap
Gambar 2.5. Ilustrasi organisasi grid Sumber: Francis D.K Ching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing-
masing simbolisnya.
d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat
dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang
ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua
ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.
3. Sistem Sirkulasi Ruang
Dalam buku Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan karangan
Francis D.K Ching dijelaskan bahwa sifat konfigurasi jalan (sirkulasi ruang)
mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh pola organisasi ruang-ruang
yang dihubungkannya. Konfigurasi jalan dapat memperkuat organisasi ruang
dengan mensejajarkan polanya.Atau konfigurasi dapat dibuat sangat berbeda
dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai titik perlawanan
visual terhadap keadaan yang ada.Sekali kita berhasil membayangkan
konfigurasi keseluruhan jalan di dalam sebuah bangunan, orientasi kita di
dalam bangunan dan pemahaman kita tentang tata letak ruangnya menjadi
jelas.
Sistem sirkulasi ruang ada 6 macam konfigurasi jalur sirkulasi ruang.
Keenam macam konfigurasinya adalah sebagai berikut:
1) Linier
Semua jalur pada dasarnya adalah linier. Jalan lurus dapar
menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu sederet ruang-ruang. di
samping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah,
memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran
(loop).
Gambar 2.6. Ilustrasi konfigurasi jalur linier
Sumber: Francis D.K Ching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang
dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.
3) Spiral (berputar)
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menreus,
yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang
berubah.
4) Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua psang jalur sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau
kawasan-kawasan ruang segi empat.
5) Jaringan
Suatu konfigurasi jaringan tediri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang.
Gambar 2.7. Ilustrasi konfigurasi jalur radial
Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 2.8. Ilustrasi konfigurasi jalur spiral
Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 2.9. Ilustrasi konfigurasi jalur grid Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 2.10. Ilustrasi konfigurasi jalur jaringan Sumber: Francis D.K Ching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
6) Komposit (Gabungan)
Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat
kombinasi dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola
adalah pusat kegiatan, jalan masuk ke ruangan, serta tempat untuk
sirkulasi vertical berupa tangga-tangga, landaian, dan elevator. Semua
bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur pergerakan melalui
bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti sejenak,
beristirahat, dan menentukan orientasi. Untuk menghindari timbulnya
orientasi yang membingungkan, suatu susunan hirarkis di antara jalur-
jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan skala,
bentuk, panjang, serta penempatan.
4. Elemen pembentuk ruang
a. Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung
dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai
harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban
yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan
lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko
Panuwun, 1994, hal.6).
Persyaratan lantai:
1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.
2) Mudah dibersihkan
3) Kedap suara
4) Tahan terhadap kelembaban
5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya
Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu:
1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.
Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi,
sbb:
Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan
bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)
memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan
dengan tumpukan lembaran (loop piles).
Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam
tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.
Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi
penyerapan bunyi.
Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl,
aspal dan cor.
Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang
dipakai sebagai bahan lantai.
Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif
bahan lantai yang terbuat dari kayu.
b. Dinding
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau
hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang
dipakai dalam perencanaannya
(Djoko Panuwun, 1995 : 56).
Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :
1) Struktur, misalnya :
Bearing wall
dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari tumpukan/
urugan tanah.
Load bearing wals
dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan
sebagainya.
Foundation wall
dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk
menopang balok-balok lantai pertama.
2) Non struktural, misalnya :
Party wall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada
masing-masing bangunan.
Fire wall
dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran
kobaran api.
Certain or Panels wall
dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi
rangka baja atau beton.
Partition walL
dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang
yang lebih kecil didalam ruang yang besar.
( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )
c. Langit-langit (ceiling)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup
bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang,
berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler
head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John
F. Pile, 1995, hal. 250).
Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah:
1) Fungsi langit-langit
Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai
pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian
Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi
ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian
Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya
seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan
sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)
Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat
yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk
sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras,
saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah.
Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru
di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling
yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang
antara lain :
1) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan
lain-lain.
2) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif
3) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain
beludru.
4) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks
(multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile.
5) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed
6) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai
skylight, kaca timah pada gereja-gereja.
(Pamudji Suptandar, 1999 : 166)
5. Interior Sistem
A. Pencahayaan
Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu :
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari
sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari
alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam
perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar
matahari.
Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam:
Pencahayaan langsung
berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide,
jendela, gebting kaca dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pencahayaan tidak langsung
berasal dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem
pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam
perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang
kaca dan lain-lain.
2) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari
cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan lain-
lain.
Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu :
Pencahayaan langsung
Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke
arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan
lampu-lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam
ruang, dapur dan toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga
lampu-lampu meja/ lantai.
Pencahayaan tidak langsung
Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari
pendangan mata kita sehingga cahaya yang kita rasakan adalah
hasil pantulannya.
Pencahayaan setempat
Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke suatu
tempat atau obyek.
Pencahayaan yang membias (diffused)
Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya
terlebih dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan
menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih besar dari
sumbernya sendiri.
Pencahayaan khusus
Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di ruang operasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
lampu sorot di ruang pameran, dan sebagainya. (Pamudji
Suptandar, 1999 )
Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :
Lampu Pijar (Incandescent)
Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang
pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan
oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu
filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen
meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih
pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih.
Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya
dengan melapisi bola lampu dengan maksud mendifusikan
cahaya dan diperoleh cahaya.
Lampu halogen
Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar
karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya
yang sama dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu
halogen lebih terang dan lebih putih dibandingkan dengan
lampu pijar. Oleh karena itu cahaya lampu halogen dapat
memunculkan warna asli dari objek yang dikenai cahaya.
Lampu Fluorecent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu
jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air
raksa bertekanan rendah. Lampu fluoresent generasi terbaru
penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per
watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang
cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi
penyimpangan warna.
Lampu HID (Hide Intensity Discharge )
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam.
Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam
tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8
menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan
cahaya maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halid
Lampu metal halide
Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas
warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu
metal halide standar cenderung memiliki temperatur warna dari
3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit
kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70.
Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna
bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir,
pencahayaan taman, dan lampu sorot.
Lampu sodium
Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/
high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan
rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu
sodium cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan
warna cahaya merah jambu keemasan yang cenderung
menciptakan ruang dengan warna yang sangat coklat atau warna
berkualitas rendah.
Lampu uap merkuri
Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari
jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan
dan lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu
HID lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi
warna cahaya dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini
hampir tidak pernah digunakan dalam konstruksi bangunan
baru.
( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10)
Atribut yang paling penting dari pencahayaan pada sebuah
restoran/cafe adalah kemampuan untuk menciptakan karakter atau
suasana. Tujuan ini biasanya berjalan bersamaan dengan desain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
interior restoran/cafe, yang seringkali cenderung mengekspresikan
tema atau suasana khusus. Pada restoran/ cafe bertema,
kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan
dekorasi bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier.
Gaya masa kini pada desain restoran/ cafe menggunakan chandelier
tradisional atau teknik pencahayaan eksotik lainnya dalam desain
yang disukai banyak orang.
( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106)
Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas
utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan
kesan menarik pada obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan
pada display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang
dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat menambah suatu
obyek yang dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan
efek yang menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung
maupun tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai
macam jenis lampu khusus.
Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan
di dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari
standar penerangan yaitu cara penyinaran. Macam-macam cara
pemasangan lampu sebagai berikut :
1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang mengarah
ke bawah.
Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu
yang teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan
berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.
2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran.
Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang pameran
dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux
dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di
daerah pameran. Untuk pemilihan lampunya, digunakan lampu
pijar dan lampu bahan bercahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran.
Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran
yang lebih disukai yaitu 10o, 30o, 90o (lampu sorot) yang
dilindungi IR dan UV serta memiliki filter warna.
4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai.
dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu
dengan sudut 30o (optimum) dan 40o. (Ernst Neufert, 1996 :
131)
B. Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses
pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui
pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari
proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban
distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan
yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414)
Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam, yaitu :
1) Penghawaan Alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural).
Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan
ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka
dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara
cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini
sesuai dengan kebutuhan.
2) Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan
manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna
karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat
mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik
yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini adalah
penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya terdiri dari :
Window Unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistem
mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak
Split Unit
yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang.
Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap
ruang
Central AC
yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan
keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian
didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir
dengan aliran diffuser
(Pamuji Suptandar, 1982, hal.85)
Penggunaan AC bertujuan menjaga temperatur,
kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan.
(John F. Pile, 1980, hal.414)
C. Sistem Akustik
Akustik adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan
mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian, penerimaan, dan
pengaruh bunyi. Sedang bunyi adalah gelombang getaran-gataran
mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh
telinga manusia yang memiliki frekwensi antara 16-20.000 Hz.
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan
seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya.Penanganan gangguan
yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas
akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis
yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior, antara lain
tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat
kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan pengadaan suara
latar yang sesuai dengan situasi tertentu
(John F. Pile, 1980, hal. 421).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi
yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara
agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta
menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang
khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik.
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang
terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
berjalan langsung mencapai pendengaran
2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam
pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang
pantul
3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena
material absorbsi
(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu:
1) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan
benda-benda dalam ruang.
2) Konstruksi dan bahan bangunan.
3) Luas dan fungsi ruang.
4) Pengaruh lingkungan.
Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat
mengunakan peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat
alat untuk mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara
yang paling efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah
dengan mencegat atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian
baru-baru ini telah diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi
justru dengan menimbulkan bunyi lain.
Akustik Studio
Akustik studio membutuhkan perhatian khusus karena sangat
berpengaruh pada pembentukan ruang sehingga dapat menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
studio yang baik dalam bentuk layout, volume ruang, maupun dalam
penentuan material akustik yang dapat menyesuaikan diri dengan
peralatan dan persyaratan akustik yang dituntut oleh masing-masing
jenis kegiatan.
a. Batas-batas dan Persyaratan Kenikmatan Audio
Hubungan empiris antara volume ruang auditorium,
jumlah penyerapan oleh material bangunan dan kuantitas waktu
reverberant bunyi, yaitu :
RT = k (V/Sa)
Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan ada
beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan untuk mendapatkan
kenyamanan akustik,diantaranya adalah :
1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai ataupun
langit-langitnya.
2) Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk mengenal
karakter bahan yang kita akan pergunakan dalam ruang tersebut
perlu untuk dimengerti. Secara umum dibedakan :
Penyerapan nada-nada tinggi
Yaitu Bahan-bahan yang mengandung banyak hawa
udara atau berpori-pori- lembut. Misalnya serabut gelas,
serabut kayu, serabut kelapa, bahan sintesisi berbentuk busa
dan sebagainya. Semakin berpori semakin ringanlah bahan
dan semakin bagus sebagai penyerap nada-nada tinggi.
Penyerapan nada-nada menengah dan rendah
Penyerap nada-nada menengah dan rendah
(gelombang panjang) bekerja pada prinsip pengubahan energi
bunyi ke energi mekanis, yaitu gerak getaran suatu selaput,
membran atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan
karenanya bisa bergetar secepat mungkin, sehingga banyak
energi bunyi diubah menjadi getaran selaput/resonator.
3) Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan, yaitu
pemasangan pelat-pelat akustik yang tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4) Isolasi dinding
a) Dinding berlapis tunggal
Dapat direncanakan dengan tergantung pada 3 faktor
Volume dinding dan beratnya
Jumlah pori-pori di dalamnya (kepadatan)
Kekakuan lentur
b) Dinding berlapis majemuk
Lazimnya terdiri dari 2 lapisan perantara di tengahnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan isolasi :
Kepadatan dan berat bahan setiap lapisan
Derajat kekakuan bahan dalam hubungan dengan
kemampuan resonansinya.
Jarak antara kedua lapisan
Lapisan udara diantaranya atau sifat kekauan bahan lapisan
tengah.
5) Perletakan Program Ruang
Pembagian zone bising dan tenang dalam konsep
perencanaan dan perancanagan arsitektur perlu untuk
menentukan perletakan program ruang ditinjau dari tuntutan
kegiatan yang diwadahi oleh ruang tersebut.
D. Sistem Keamanan
Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV (Closed Circuit Television) dan
Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV
(Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang
menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap
sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian
keamanan.Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.
Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa
pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a) Sistem pendeteksi awal
Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai700C.
Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika
ada api atau panas pada suhu 1350C - 1600C
b) Fire estinguisher
c) Sprinkler
Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan
standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler
dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang
3 m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang
di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler
yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak
boleh lebih dari 2,25m dari dinding.
d) Hidrant Kebakaran
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan
kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku
air.
Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor
utama yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah
mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :
a) Fire damper
Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara
supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini
bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera
menutup pipa-pipa tersebut.
b) Smoke & heat ventilating
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan
udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera
dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam
kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c) Vent & exhaust
Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan
dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara
otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan
tekanan pada udara di dalam ruang tangga.
Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut:
a) Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda
yang dapat terbakar.
b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang
terbakar.
c) Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan
kimia CO2.
Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang
tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak
2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia
Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian)
diterapkan dengan :
Sistem sekuriti
CCTV (Close Circuit Television) dan CCTV putar
Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).
Signal sensor
Infrared camera
Metal detector, dll
E. Suasana
Untuk pencapaian suasana ruang dan kesan ruang dapat dicapai
dengan cara pengolahan warna dan kombinasi dengan cahaya, garis dan
tekstur.
6. Furnitur dan Elemen Estetika
a. Furnitur
Penyusunan furnitur harus disesuaikan dengan kebutuhan guna
kenyamanan pemakai. Fungsi furnitur tidak dapat dipisahkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
factor estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui terlebih
dahulu jenis aktivitas, sehingga kita tahu bentuk furnitur yang akan
dibuat terhadap luasan ruang, sistem pencahayaan, pemilihan warna
serta kondisi-kondisi lainnya.
Penyusunan furnitur akan menimbulkan berbagai aspek yang
berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual.
Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang
lain. Setelah semua faktor tersebut terperhatikan kemudian meningkat
pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam
desain.
Desain furnitur dibagi atas dua kategori :
1) Furnitur yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis,
lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe furnitur
semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-
bahan lain bertambah populer.
2) Furnitur yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya
atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan
tidur.
b. Elemen Estetis
Elemen estetis merupakan unsur elemen yang mempunyai nilai
sebagai pendukung suasana atau karakter ruang. Fungsinya
memperindah ruang.
7. Squence/Story Line
Agar pengunjung dapat melihat benda koleksi pada ruang pamer
jelas dan terarah, maka pada ruang pamer urutan peletakan/urutan benda
koleksi benda pamer berdasarkan pembabakan (Kronologis Waktu)
kedatangan, Penemuan benda pamer maupun diidentifikasikan
mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style),
fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, sehungga
memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi tentang benda
koleksi yang dipamerkan dengan jelas. Pada ruang pamer selain benda
koleksi dapat dipamerkan semua segi yang bersangkutan dengan benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
koleksi tersebut atau memamerkan semua unsur lingkungan dimana
benda-benda tersebut berada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
STUDI LAPANGAN
A. TINJAUAN LOKASI 1. Surakarta
Surakarta, juga disebut Solo (dieja /sôlô/ atau /sóló/ dengan O
Jawa) atau Sala, adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah
satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Eksistensi kota ini dimulai di saat
Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa
Sala, di tepi Bengawan Solo. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Solo
berdiri dua keraton, menjadikan kota ini pernah menjadi kota dengan dua
administrasi. Situasi ini berakhir setelah kekuasaan politik kedua kerajaan ini
dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia. Selanjutnya, Solo menjadi
tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta
hingga tahun 1950-an. Setelah karesidenan dihapuskan, Surakarta menjadi
kota dengan kedudukan setara kabupaten (Daerah Tingkat II). Semenjak
berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi
bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus Kota.
Surakarta memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi,
dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan
pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of
Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat
kebudayaan Jawa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Lokasi yang dipergunakan untuk bangunan adalah :
Lokasi proyek Desain Interior
Museum Pawon Tradisional Jawa
diasumsikan berada di Jalan
Brigjen Slamet Riyadi 201
Surakarta. Tepatnya berada di
kawasan Gedung Batari.
Gambar 3.1. Peta lokasi
Sumber: petakotaindonesia.wordpress.com
Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut:
Surakarta adalah ikon kota budaya dan pariwisata.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta terkenal sebagai jalan protokol atau
pusat bisnis serta wisata budayanya karena berdekatan dengan Keraton
Mangkunegaran, Keraton Kasunanan, Museum Radya Pustaka, Sriwedari,
Pasar Klewer dan Kampoeng Batik Kaoeman.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta berada di lokasi yang mudah
dijangkau oleh berbagai macam transportasi seperti Solo Batik Trans, Bus
umum dan angkutan umum. Selain itu ada juga Bus Tingkat Double Dekker
yang selalu melewati jalan Slamet Riyadi apabila bus sedang dicarter oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. TINJAUAN LAPANGAN
1. Museum Nasional
a. Lokasi
Museum Nasional Indonesia. Jl. Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat.
b. Deskripsi
Lingkup Kajian Interior Museum Nasional Jakarta :
• Museum Nasional Jakarta menggunakan sistem organisasi grid dan
sirkulasi grid.
• Untuk lantai menggunakan keramik dan marmer.
Keramik dan marmer digunakan pada ruang-ruang yang berbeda sesuai
dengan koleksi yang dipamerkan dan ada yang membentuk pola lantai.
• Untuk dinding menggunakan cat tembok warna putih.
• Untuk langit-langit menggunakan gypsum, permainan drop ceiling dan
up ceiling, dan dicat warna.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari jendela dan langit-
langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta
penghawaan buatan dari AC.
• Sistem keamanan menggunakan tabung pemadam, sprinkle, dan cctv.
Studi lapangan Ruang Museum Nasional Indonesia dilakukan untuk
mengamati sistem display koleksi, sistem pencahayaan terhadap
koleksi dan sistem keamanan koleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Sistem display Museum Nasional Indonesia
Sistem display
Gambar 3.2. Ruang Introduction Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.3. Display Vitrin Kayu
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.4. Display Vitrin Ruang Khasanah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Sistem Interior
Gambar 3.5. Langit-langit (Ceiling) Gambar 3.6. Pencahayaan (Downlight)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Museum Keraton Kasunanan Surakarta
a. Lokasi
Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta Hadiningrat.
Kajian Interior Museum Keraton Kasunanan Surakarta :
• Keraton Kasunanan Surakarta menggunakan sistem organisasi linier dan
sirkulasi linier.
• Untuk lantai menggunakan tegel polos.
Keramik ini termasuk keramik yang sudah tua dan langka, tetapi keramik
ini mempunyai kelebihan yaitu membuat hangat dan mudah dibersihkan.
• Untuk dinding menggunakan cat tembok warna putih.
• Untuk langit-langit menggunakan gypsum, rangka kayu yang di expose,
permainan drop ceiling dan up ceiling, dan dicat warna.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari jendela dan langit-
langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta
penghawaan buatan dari AC.
• Sistem keamanan menggunakan tabung pemadam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Dapur Tradisional Ibu Juminah
Lokasi
Lokasi dapur tradisional milik Ibu Juminah berada di Klego Boyolali Jawa
Tengah. Dapur dan alat dapur tradisional sudah dimiliki selama 27 tahun
hingga saat ini.
Gambar 3.7. Suasana Dapur Tradisional Gambar 3.8. Pogo Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 (tempat untuk menaruh piranti memasak) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.9. Piranti memasak Gambar 3.10.Gentong air dan Siwur (alumunium/stainless steel) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Deskripsi
Lingkup Kajian Dapur Tradisional milik Ibu Juminah:
• Untuk lantai menggunakan concrete.
• Untuk dinding menggunakan bilik bambu (gedhek) dan kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu.
4. Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta
Lokasi
Lokasi Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta berada tepat di
belakang Keraton Kasunanan Surakarta yaitu di jalan Gondorasan RT 01
RW VII Baluwarti Surakarta.
Dapur Gondorasan adalah salah satu dari 4 dapur yang dimiliki Keraton
Kasunanan Surakarta. Empat dapur tersebut yaitu :
1. Dapur Sekolanggen
2. Dapur Ngirosuman (terletak di dalam Keraton)
3. Dapur Koken (dapur koki Keraton)
4. Dapur Gondorasan
Gambar 3.11.Suasana Dapur Sesaji Gondorasan Gambar 3.12.Bak tempat menyimpan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 air bersih Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.13. Peralatan masak dapur Gondorasan Gambar 3.14. Pogo Andap Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 (tempat untuk menyiapkan sesaji)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Deskripsi
Lingkup Kajian Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta:
• Untuk lantai menggunakan concrete.
• Untuk dinding menggunakan dinding yang di cat, bilik bambu (gedhek)
dan kayu.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu.
5. Museum Dapur Tradisional
Lokasi
Lokasi Museum Dapur Tradisional berada di Desa Wisata, Kembangarum,
Turi, Sleman Yogyakarta.
Gambar 3.15 Fasade Museum Dapur Tradisional Sleman Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.16. Display alat masak Gambar 3.17.Display alat masak gerabah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Deskripsi
Lingkup Kajian Museum Dapur Tradisional:
• Untuk lantai menggunakan tegel atau ubin.
• Untuk dinding menggunakan bata ekspos, bilik bambu (gedhek) dan kayu.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu teplok.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu.
Macam-macam alat dapur tradisional yang ada di Museum Dapur
Tradisional Yogyakarta :
1. Tenggok : tempat hasil bumi, padi
2. Tampah : alat untuk membersihkan padi dari kulitnya (nginteri)
3. Tambir : menjemur lempeng
4. Irus : untuk mengambil sayur
5. Solet : mengaduk nasi sebelum matang
6. Siwur : mengambil air
7. Beruk : untuk takaran mengambil beras/gabah 1 kg
8. Pithi : untuk takaran mengambil beras/gabah ½ kg
9. Kukusan : untuk mengukus nasi/singkong
10. Dandang : untuk mengukus nasi/singkong
11. Ceret : untuk merebus air
12. Kalo : menyaring ampas kelapa
13. Kereng : tempat untuk memasak (dengan kayu)
14. Kwali : untuk masak sayur
15. Ketel : untuk memasak nasi
16. Genthong : tempat menyimpan air
17. Kendhi : tempat menyimpan air matang untuk minum
18. Pisau : untuk mengupas/merajang/alat potong
19. Bendho : untuk membelah kayu
20. Arit : alat untuk mencari rumput
21. Slumbat : mengupas kelapa dari sabutnya
22. Semprong : meniup agar bara api menjadi api/api menyala
23. Dingklik : untuk duduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
24. Telenan (besar,sedang) : meracik bumbu
25. Parut : memarut kelapa/bumbu pawon
26. Erok-erok : alat untuk meniriskan
27. Suthil : alat penggoreng/pembalik
28. Kerokan sawut : ngerok ketela menjadi sawut
29. Cangkir : untuk tempat minum
30. Gelas : untuk tempat minum
31. Piring : untuk tempat makan
32. Mangkok : tempat makanan yang berkuah
33. Cowek : tempat untuk membuat sambal/bumbu
34. Irik : membersihkan sayur/mencuci
35. Rigen :
36. Tepas : alat untuk mengipas
37. Dipan : tempat racik-racik (di desa)
38. Kloso/tikar : alas
39. Botol guci : tempat untuk menyimpan minyak kelapa
40. Kendil : kwali kecil untuk tempat sayur
41. Dingkel : tempat perapian untuk menanak nasi, sayur secara bersamaan
42. Wakul : untuk menyajikan nasi kapasitas banyak
43. Senik : tempat menyimpan bumbu-bumbu
44. Lumpang : tempat untuk menumbuk padi/beras
45. Pitisan : tempat untuk membuat jamu
46. Ungkal : untuk mengasah pisau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
6. Museum Monumen Jogja Kembali
Lokasi
Lokasi Museum Monumen Jogja Kembali berada di Yogyakarta.
Gambar 3.18. Diorama Suasana Dapur Gambar 3.19. Diorama alat-alat masak zaman perang Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.20. Fasade Museum Monumen Jogja Kembali Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Deskripsi
Lingkup Kajian Museum Monumen Jogja Kembali:
• Untuk lantai menggunakan tegel atau ubin, keramik dan marmer.
• Untuk dinding menggunakan tembok yang dicat, bata ekspos, bilik bambu
(gedhek) dan kayu.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik.
• Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta
menggunakan penghawaan buatan seperti AC.
• Benda-benda yang dipamerkan berada dalam vitrin.
• Diorama orang memasak di dapur tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PROGRAMMING
1. DEFINISI PROYEK
a. Desain
Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)
Suatu aktifitas pemecahan masalah yang diarahkan kepada tujuan
(goal). (Acher, 1963) (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu
Widayat)
b. Interior
Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di
ruang dalam gedung.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).
c. Museum
Suatu bangunan atau institusi dimana objek artistik, historis, atau ilmu
pengetahuan yang mempunyai nilai penting dijaga, dipelajari, dan
dipamerkan. (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu Widayat)
d. Pawon
Sebuah kata dari Bahasa Jawa yang mempunyai arti tempat yang
digunakan untuk kegiatan memasak. (KBBI online)
e. Tradisional
sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
f. Jawa
Sebuah pulau yang memiliki daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. (KBBI online)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
g. Modern
Yang terbaru, tidak tradisional. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 :
370).
h. Evokatif
Penyajian pameran yang memberikan gambaran tentang fungsi benda
dalam konsteksnya dengan masa lalu. (Pariwisata Budaya Masalah dan
Solusinya, 2006 : 14).
i. Surakarta
kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah disebut juga Solo atau Sala.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
“Desain Interior Museum Pawon Jawa Tradisional Dengan
Pendekatan Modern Evokatif di Surakarta” adalah perancangan sebuah
bangunan yang berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan
entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area
Pamer, Workshop, Souvenir Shop dan Resto bagi para pengunjung yang
dibalut suasana museum dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat
ini supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum ini,
pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan
mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda pameran yang ada. Tetapi
dalam pengaplikasiannya tidak hanya bentuk evokatif saja yang dipamerkan
tetapi unsur-unsur modern juga tetap diperlihatkan. Penyampaian informasi
yang menarik dan terkonsep, tidak hanya suasana yang selalu tradisional maka
dari itu diselaraskan dengan bentuk interior modern yang mengikuti
perkembangan jaman. Konsep tersebut dirancang sebagai perwujudan
museum yang tidak selalu kuno walaupun benda-benda yang ditampilkan
adalah benda atau alat-alat tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. ASUMSI LOKASI
Lokasi
Batas Site:
Utara: Jl. Slamet Riyadi
Timur: Gedung perkantoran
Selatan : Kel. Kemlayan
Barat: Gedung perkantoran
Lokasi proyek Desin Interior Museum Pawon Tradisional Jawa
diasumsikan berada di Jalan Brigjen Slamet Riyadi Nomor 201 Surakarta.
Tepatnya berada di kawasan Gedung Batari.
Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut:
Surakarta adalah ikon kota budaya dan pariwisata.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta terkenal sebagai jalan protokol
atau pusat bisnis serta wisata budayanya karena berdekatan dengan
Keraton Mangkunegaran, Keraton Kasunanan, Museum Radya Pustaka,
Sriwedari, Pasar Klewer dan Kampoeng Batik Kaoeman.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta berada di lokasi yang mudah
dijangkau oleh berbagai macam transportasi seperti Solo Batik Trans, Bus
umum dan angkutan umum. Selain itu ada juga Bus Tingkat Double
Dekker yang selalu melewati jalan Slamet Riyadi apabila bus sedang
dicarter oleh wisatawanlokal maupun mancanegara.
3. POTENSI LINGKUNGAN
Perencanaan Museum Pawon Tradisional Jawa yang diasumsikan di
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta memiliki keuntungan yang tinggi, hal
ini dikarenakan berada tepat di kawasan Gedung Batari yang strategis pada
potensi wisata turis domestik maupun asing. Jalan Brigjen Slamet Riyadi
Surakarta menjadi jalan protokol di kota Surakarata, dilewati Solo Batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Trans, Bus umum dan angkutan umum. Selain itu ada juga Bus Tingkat
Double Dekker yang selalu melewati jalan Slamet Riyadi apabila bus sedang
dicarter oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
4. STATUS KELEMBAGAAN
Museum Pawon Tradisional Jawa ini memiliki status kelembagaan
mandiri yakni seluruh pihak administrasi dan operasionalnya dikelola oleh
swasta yang bergerak dibidang sosial, pendidikan dan entertainment bagi
masyarakat dengan tujuan untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya
dan mengenalkan kebudayaan tentang Dapur dan Alat Masak Tradisional
Jawa. Modal didapat melalui modal sendiri dan sistem tanam saham dari para
investor yang berminat.
5. STRUKTUR ORGANISASI
Skema 4.1. Struktur Organisasi Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta
6. SISTEM OPERASIONAL
a. Museum
Museum ini buka setiap hari Selasa-Minggu
Pada hari Selasa-Kamis buka pada pukul 09.00-15.00 WIB
Pada hari Jumat buka pada pukul 09.00-12.00 WIB
Dibuka kembali pada pukul 13.00-15.00 WIB
Pada hari Sabtu-Minggu pada pukul 09.00-15.00 WIB
b. Restoran
Buka setiap hari pada pukul 09.00-22.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
7. ALUR PELAKU KEGIATAN
1) Pengunjung
Pengunjung mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, dari
kalangan pelajar khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Skema 4.2. Pola Kegiatan Pengunjung Museum Pawon Tradisional Jawa di
Surakarta
2) Pengelola
Skema 4.3. Pola Kegiatan Pengelola Museum Pawon Tradisional Jawa di
Surakarta
3) Karyawan
Skema 4.4. Pola Kegiatan Karyawan Museum Pawon Tradisional Jawa di
Surakarta
Datang
Pulang
ME SE
R. Adiovisual
R. Pamer Toko Souvenir Lavatory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
8. FASILITAS RUANG
1) Fasilitas Penerimaan
Lobby
Recepsionis Area
Tiketing
2) Fasilitas Informatif
Ruang Introduction
Lobby
3) Fasilitas Edukatif
Area Pamer
- Area Pamer Tetap
- Area Pamer Temporer
4) Fasilitas Entertaiment
Restoran
5) Fasilitas Penjualan
Souvenir Shop
6) Fasilitas Admistrasi
Office
- Resepsionis
- Area Kerja Karyawan
- Area Kerja Ka. Bag
- Ruang Direktur
Ruang Kontrol
Gudang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
9. POLA HUBUNGAN ANTAR RUANG
10. ZONING DAN GROUPING
ZONING
GROUPING
KETERANGAN : : PUBLIK : PRIVAT : SERVICE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
11. SISTEM ORGANISASI RUANG
Sistem organisasi yang mungkin diterapkan pada Museum Pawon
Tradisional Jawa yang sesuai yaitu:
1) Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang
berhubungan langsung satu dengan yang lain atau
dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan
terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang
yang berulang mirip dalam hal ukuran, bentuk dan
fungsinya. Bersifat fleksibel dan dapat menanggapi
terhadap bermacam-macam kondisi tapak. (D.K,
Ching.2000)
2) Organisasi radial
Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana
sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang
seperti bentuk jari-jarinya.
Organisasi radial adalah sebuah bentuk ekstrovert
yang mengembang ke luar ruang lingkupnya. Dengan
lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan
menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu
atau benda-benda tertentu pada tapaknya. (D.K,
Ching.2000)
3) Organisasi cluster
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan
pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang
terhadap ruang lainnya. Sering kali terdiri dari ruang-
ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-
fungsi sejenis dan memiliki persamaan sifat visual
umum seperti wujud dan orientasi. Suatu organisasi
Gambar 4.2. Ilustrasi
organisasi linier Sumber: Francis D.K Ching. 2000
Gambar 4.3. Ilustrasi
organisasi radial Sumber: Francis D.K Ching.200
Gambar 4.4. Ilustrasi
organisasi cluster Sumber: Francis D.K Ching.2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
cluster juga menerima ruang-ruang yang berlainan
ukuran, bentuk, dan fungsinya, tetapi berhubungan
satu dengan yang lain berdasarkan penempatan dan
ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu.
Organisasi cluster bersifat fleksibel dan dapat
menerima pertumbuhan dan perubahan langsung
tanpa mempengaruhi karakternya. (D.K, Ching.2000)
12. SISTEM SIRKULASI
Sistem sirkulasi ruang menurut D.K Ching yang mungkin
diterapkan pada Museum Pawon Tradisional Jawa sesuai yaitu:
1. Linier
Semua jalur pada dasarnya adalah linier. Jalan lurus dapar menjadi unsur
pengorganisir utama untuk satu sederet ruang-ruang. di samping itu, jalan
dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain,
bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).
2. Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari atau
berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.
Gambar 4.5. Ilustrasi konfigurasi jalur linier
Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 4.6. Ilustrasi konfigurasi jalur radial
Sumber: Francis D.K Ching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
13. PEMBENTUK RUANG
1. Dinding
Dinding adalah penutup sisi samping (penyekat) ruang, rumah,
bilik, dsb (dibuat) dari papan, anyaman bambu, tembok, dsb. Dinding
bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-
langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas,
serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar.
Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan,
atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu
bangunan. Dinding juga berfungsi untuk mengatur akustik suatu ruang.
Material dinding dapat disesuaikan dengan fungsi ruang. Berupa dinding
bata, batako, gypsum, triplek, ataupun dinding akustik.
Contoh bahan dinding yang dapat digunakan pada Museum
Pawon Tradisional Jawa yaitu:
o Panel kayu
Panel-panel yang dibuat dari olahan seperti MDF, HPL, atau
multipleks. Dapat diaplikasikan ke dinding, menutup kolom. Panel
kayu merupakan salah satu alternatif untuk menutup dinding dan
menambah nilai estetika ruang.
Panel kayu Sumber: http://woodburydb.wordpress.com/
o Wall Vinyl
Wall vinyl atau yang lebih dikenal dengan nama wall sticker
atau wall decal, adalah stiker vinyl yang dapat dipasang pada dinding.
Wall vinyl dapat berupa satu warna per-lembar dan berbagai warna
atau gambar yang dicetak di atasnya. Tipe wall vinyl terdiri atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bermacam bentuk dan ukuran. Ukuran regular antara 30cm x 50cm
sampai 60cm x 100cm. Ukuran besarnya 100cm x 100cm, dan dapat
lebih besar sesuai dengan keinginan.
o Bata Ekspos
Batu bata yang di ekspos tanpa finishing menambah nilai
estetis pada suatu ruangan. Batu bata ekspos terlihat natural pada
ruangan.
Bata ekspos
Sumber: www.concretebrick.com 2. Lantai
Lantai adalah bagian bawah (alas, dasar) suatu ruangan atau
bangunan. Dalam interior lantai yang dimaksud adalah pelapis lantai.
Material yang biasa digunakan adalah keramik, marmer, parquet, dan
lain-lain.
Beberapa contoh material yang dapat digunakan untuk Museum
Pawon Tradisional Jawa yaitu : Keramik, granit, parquet dan concrete.
Granit dan concrete
Sumber: www.concretebrick.com 3. Ceiling
Ceiling atau plafon adalah langit-langit. Walaupun letaknya di
atas dan di luar batas jangkauan tangan, langit-langit memiliki fungsi
peran visual yang penting dalam pembentukan ruang interior. Ceiling
yang baik adalah ceiling yang kuat, tidak mudah roboh, dan bisa
memperindah ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Berikut adalah alternatif-alternatif bahan ceiling untuk Museum
Pawon Tradisional Jawa:
o Gypsum Gypsum merupakan bahan yang paling umum dan banyak
dipakai. Gypsum dapat dibuat ceiling bentuk bertingkat dan bentuk
lengkung. Minimal ketebalan papan gypsum yang dapat dilengkungkan
adalah 6,5 mm dengan radius kelengkungan antara 450-900 mm. Jarak
antara stud yang dibutuhkan sekitar 150 mm.
o Lumber ceiling
Lumber ceiling merupakan ceiling yang dibuat dari bilah-
bilah kayu, misal kayu sonokeling.
4. Bentuk, Warna dan Material
a. Bentuk
Bentuk-bentuk yang sesuai dengan konsep modern adalah bentuk-
bentuk yang simpel, unik, dan bercampur dengan gaya etnik jawa
tangah.
b. Warna
Warna dapat memberikan berbagai efek dan suasana psikologis, warna
pada tema modern adalah perpaduan antara putih, cream, coklat,
hitam, dll
c. Material
Material yang digunakan adalah berbagai jenis material misal : kaca,
stainless steel, ukiran, berbagai kayu, dll
14. PENGISI RUANG
1. Furnitur
Furnitur adalah fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan di dalam ruang. Furnitur berupa fasilitas duduk,
fasilitas penyimpanan, dan lain-lain. Contohnya saja kursi, meja, rak,
display, dan almari. Bentuk dan material dari furnitur menyesuaikan
dengan fungsi dan konsep dari ruang tempatnya akan berada. Banyaknya
furnitur menyesuaikan dengan kebutuhan per-ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Museum Pawon Tradisional Jawa menggunakan bentuk-bentuk
furniture yang modern.
2. Elemen estetis
Elemen estetis merupakan elemen yang mendukung suasana atau
karakter ruang. Elemen estetis sesuai dengan konsep ruang. Elemen
estetis dimunculkan pada panel kayu, kaca yang dilapisi sticker dan warna
cat dindingnya.
15. SISTEM INTERIOR
1. Pencahayaan
a. Pencahayaan alami : sumber cahaya yang didapat dari cahaya alam
seperti matahari atau bulan pada malam hari. Cahaya dapat
memunculkan karakter visual interior/eksterior bangunan.
Pemanfaatannya dapat menghemat energi dan biaya.
Manfaat pencahayaan alami :
1) Memberikan lingkungan visual yang nyaman dengan kualitas
cahaya yang mirip dengan kondisi alami di luar ruangan.
2) Mengurangi penggunaan energi listrik
Sumber penerangan alami :
1) Cahaya matahari langsung.
2) Cahaya langit/awan.
b. Pencahayaan buatan adalah suatu sistim pencahayaan yang
menggunakan sumber cahaya buatan, seperti: lampu, armatur, dan
peralatan yang memendarkan cahaya.
Fungsi:
Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau
pencahayaan siang hari.
Digunakan bersama dg natural light untuk mereduksi terang
gelapsumber cahaya langit.
Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas dan
kebutuhan. (Kaufman,1981)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pencahayaan:
Kuat penerangan sumber cahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Distribusi cahaya
Refleksi dinding dan plafon
Sumber Cahaya
Kategori lampu listrik :
Lampu pijar
Lampu pelepasan gas (discharge) terdiri dari:
- Fluoresen
- lampu natrium tekanan rendah (SOX)
- lampu natrium tekanan tinggi (SON)
- lampu merkuri tekanan tingg
- lampu metal halida
Electroluminescent
2. Penghawaan
Sistem penghawaan udara pada bangunan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
a. Penghawaan alami : pengkondisian udara bangunan yang bersumber
dari udara alam sekitarnya. Fungsi penghawaan alami :
Kenyamanan termal : passive cooling through radiation,
evaporating, convection.
Fungsi kesehatan :
- penyediaan udara segar O2
- peniadaan bau
- mengeluarkan CO2, asap, gas, & bakteri
- mengontrol kelembaban udara dalam ruang
Pendinginan struktur bangunan
b. Penghawaan buatan : pengkondisian udara bangunan yang sumbernya
berasal dari alat yang dibuat manusia. Pengkondisian udara buatan :
Air conditioning (ac), ada beberapa jenis sesuai cara pemasangan
dan sistem kerjanya, perlu pertimbangan yang matang dan
perawatan yang teliti agar tidak ada dampak sick building syndrome
Exhaust fan
Inhaust fan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
FAN: ceiling fan, stand fan, dll
3. Akustik
Desain Akustik Ruang dalam arsitektur merupakan perencanaan dan
perancangan ruang dengan memperhatikan sumber bunyi yang
mengganggu ruangan.
4. Sistem Keamanan
Sistem keamanan adalah sistem yang mendukung tingkat kenyamanan
fugsi bangunan/ruang. Sistem keamanan diperhatikan pada dua aspek,
yaitu sistem keamanan dari tindak kriminal dan keamanan dari bencana
seperti kebakaran. Masing – masing aspek memiliki jalan keluarnya.
Sistem keamanan dari tindak kriminal menggunakan pos keamanan,
kamera CCTV, adanya tombol panik/tombol darurat dan sebagainya.
Untuk keamanan bencana dengan adanya pintu darurat, jalur evakuasi,
sirine, detektor api dan pemadam api.
B. KONSEP DESAIN
1. IDE GAGASAN
Ide dan Gagasan dari perancangan Museum Pawon Tradisional Jawa
adalah bagaimana menciptakan suasana dapur tradisional jaman dahulu di
jaman modern saat ini kedalam sebuah museum. Karena fungsinya bukan
sebagai bangunan komersial yang bertujuan untuk menarik pelanggan
sebanyak-banyaknya, tetapi untuk menarik minat pengunjung pada ilmu
pengetahuan, maka suasana yang ada dalam Museum Pawon Tradisional Jawa
dibuat bentuk evokatif supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah
mengunjungi museum ini, pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja
tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda
pameran yang ada. Tetapi dalam pengaplikasiannya tidak hanya bentuk
evokatif saja yang dipamerkan tetapi unsur-unsur modern juga tetap
diperlihatkan. Penyampaian informasi yang menarik dan terkonsep, tidak
hanya suasana yang selalu tradisional maka dari itu diselaraskan dengan
bentuk interior modern yang mengikuti perkembangan zaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. TEMA
Tema yang digunakan dalam perancangan Museum Pawon
Tradisional Jawa adalah modern evokatif. Tema yang bernuansa modern
untuk memperlihatkan bahwa museum itu tidak selalu berbentuk kuno tetapi
bisa dikemas dalam bentuk serta unsur-unsur modern yang dapat mengikuti
perkembangan jaman. Selain itu menggunakan Konsep Rustik untuk
menunjang interior yang lebih natural.
3. SUASANA RUANG
a. Suasana dan karakter ruang yang ingin ditampilkan dalam perancangan
Museum Pawon Tradisional Jawa adalah bentuk evokatif yang diselaraskan
dengan bentuk modern. Suasana dan karakter evokatif dan modern
mencakup baik dari segi fisik maupun psikis. Dari segi fisik melalui bentuk
prototype yang digunakan mengacu pada ukuran yang sesungguhnya
namun tetap menggunakan unsur-unsur modern dalam pengaplikasiannnya
pada suasana interior secara keseluruhan. Bentuk evokatif dari dapur
tradisional akan membuat pengunjung merasa bahwa mereka sedang hidup
di masa lalu atau mengenang masa lalu.
b. Memunculkan suasana dapur tradisional priyayi luhur, priyayi alit dan
wong alit sebagai diorama pada museum.
4. POLA PENATAAN RUANG
Penataan layout pada Museum Pawon Tradisional Jawa ditekankan
pada pola kegiatan yang ada didalamnya. Untuk memudahkan sirkulasi baik
pegawai maupun pengunjung maka ruangan yang kegiatannya saling
berhubungan didekatkan agar polanya menjadi terarah. Untuk ruangan
pengelolaan diletakkan pada sisi samping untuk memisahkan sirkulasi
pengelola tanpa mengganggu sirkulasi pengunjung yang sedang menyaksikan
benda pameran.
Penyajian benda-benda pamer di dalam museum yaitu dengan
adanya vitrin-vitrin yang fungsinya sebagai tempat menyimpan dan
memperlihatkan benda-benda pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
5. PEMBENTUK RUANG
1. Lantai
Perencanaan lantai akan dibuat dengan sentuhan yang memperlihatkan pola
lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta mempertegas sirkulasi
ruang dan perbedaan area. Dengan menggunakan warna yang kaitannya
dengan warna-warna modern. Pada lantai mengunakan perpaduan granit,
marmer, keramik dan parquet yang membentuk sebuah pola lantai yang
bertujuan dapat memberikan nilai estetis pada setiap ruangan di Museum
Pawon Tradisional Jawa.
2. Dinding
Pada dinding ruang pamer diberi cat yang sesuai agar terkesan modern.
Sedangkan restoran pemberian gebyok pada dinding masih mengesankan
Jawa tetapi dikemas dalam suasana yang modern dan souvenir shop
diterapkan konsep modern . Ruang audiovisual menggunakan lapisan
peredam suara pada dinding supaya suara dari dalam ruang tidak terdengar
dari luar.
3. Ceiling
Langit-langit menggunakan gypsum yang dibentuk dan dicat warna-warna
yang sesuai tema. Menggunakan berbagai lampu direct dan indirect
berwarna sejuk yang mendukung ide perancangan.
6. ATMOSFER
1. ATMOSFER DAPUR TRADISIONAL
Warna dominan dapur tradisional yaitu warna natural, coklat, putih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penggunaan material stainless steel dan warna abu-abu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat dipenuhi dalam perencanaan dan perancangan
Museum Pawon Tradisional Jawa Di Surakarta antara lain :
1. Perencanaan dan perancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang
menekankan pada fungsi edukatif, informatif dan entertainment membutuhkan
konsep yang rinci dan jelas tentang jenis alat-alat masak tradisional Jawa serta
jenis-jenis dapur tradisional Jawa yang menjadi konsep utama museum ini.
2. Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa menghadirkan konsep
evokatif dapur tradisional yang dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman pada pengunjung seperti kembali pada masa lampau.
3. Aplikasi tema desain “ Modern Evokatif “ dapat diwujudkan dengan:
a. Penerapan diorama dengan menyajikan 3 dapur tradisional yaitu dapur
milik Priyayi Luhur, Priyayi alit (abdi dalem) dan Wong alit (rakyat
jelata).
b. Menghadirkan suasana modern di dalam museum.
B. SARAN
Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa ini diharapkan mampu
memberikan manfaat untuk memperluas pandangan dalam konsep perencanaan
dan perancangan interior sehingga dapat menyusun desain yang lebih baik dan
tepat sesuai latar belakang dan sasaran. Selain itu dapat mengembangkan ide dan
gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang sesuai dengan
kebutuhan dan fungsi dari ruangan-ruangan yang ada.
Perencanaan dan perancangan Museum Pawon Tradisional Jawa
diharapkan mampu untuk memberikan sebuah masukan perubahan ke arah yang
lebih baik kedepannya. Akan tetapi, bukan berarti karya ini adalah sempurna
namun masih memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada semua pihak.