184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL JAWA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Eklektik) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh YUNITA EKA WAHYUNINGTYAS C0805034 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DESAIN INTERIOR

GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL JAWA

DI SURAKARTA

(Dengan Pendekatan Eklektik)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra Dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

YUNITA EKA WAHYUNINGTYAS

C0805034

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

DESAIN INTERIOR

GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL JAWA

DI SURAKARTA

(Dengan Pendekatan Eklektik)

Disusun oleh

YUNITA EKA WAHYUNINGTYAS

C0805034

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk di Uji

di Hadapan Dewan Penguji

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Iik Endang Siti W, S.Sn, M.Ds Anung B Studyanto, S.Sn, MT

NIP. 19771027 20011 2 002 NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn.

NIP. 19621221 199201 1 001

Page 3: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 30 Juli 2010

Penguji

Jabatan Nama Ttd.

1. Ketua Sidang Mulyadi, S. Sn, M. Ds..

NIP. 19730702 200212 1 001

2. Sekretaris Drs. Soepriyatmono, M. Sn

NIP. 19560117 198811 1 001

3. Penguji I Iik Endang Siti W, S.Sn, M.Ds

NIP. 19771027 20011 2 002

4. Penguji II Anung B Studyanto, S.Sn, MT

NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Soedarno, M.A Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn

NIP. 19530315 198506 1 001 NIP. 19621221 199201 1 001

Page 4: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Yunita Eka Wahyuningtyas

NIM : C 0805034

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain

Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta Dengan

Pendekatan Eklektik” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan

dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi

tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, September 2010

Yang membuat pernyataan

Yunita Eka Wahyuningtyas

NIM. C0805034

Page 5: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat

Karena tetap dalam keadaan bergerak, anda menciptakan kemajuan.

Jauh lebik baik bergerak maju, sekalipun pelan, daripada tidak bergerak sama sekali”

Page 6: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Mama & Papa, atas semua

perjuangannya hingga penulis berhasil

meraih gelar sarjana.

2. Adik-adikku Rivo dan Reza yang selalu

memberiku semangat.

3. Seto Satrio, untuk segala macam

bantuan, motivasi, dukungan dan

semangat yang selalu diberikan kepada

penulis.

4. Keluarga besar penulis, atas doa dan

dukungannya.

5. Teman-teman interior, khususnya

angkatan 2005. Semoga selau terjalin

persahabatan ini.

6. Sahabat-sahabat penulis, atas doa dan

dukungannya.

Page 7: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mendapat

bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir

dengan judul “Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa

Dengan Pendekatan Eklektik”. Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

sedikit hambatan yang penulis hadapi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Pembimbing I, yang telah

membimbing penulis sejak penyusunan Kolokium hingga Tugas Akhir dan

selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir. Terima kasih atas bimbingan dan

waktunya

4. Bapak Anung B. Studyanto, S.Sn, M.T, selaku Pembimbing II, yang telah

memberi masukan, kemudahan dan bimbingan selama Tugas Akhir.

5. Bapak Drs. IF. Bambang Sulistyono, Sk, MT, selaku Pembimbing

Akademik penulis. Terima kasih atas waktu dan bimbingannya.

6. Bapak Mulyadi, S.Sn, M.Ds, selaku Ketua Sidang Tugas Akhir penulis.

Page 8: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Bapak Drs. Soepriyatmono, M.Sn, selaku Sekretaris Sidang Tugas Akhir

penulis.

8. Seluruh dosen Jurusan Desain Interior FSSR UNS, atas segala ilmu dan

bimbingan yang telah diberikan.

9. Kedua orangtua serta kedua adik penulis, yang telah senantiasa tulus

memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta perjuangannya untukku.

10. Seto Satrio, atas segala perjuangan, bantuan, ilmu, perhatian, waktu, kasih

sayang dan semuanya, terima kasih banyak.

11. Teman-teman seperjuangan di interior, Dinar, Citra, Charlie, Ima, Defi,

Upie, Ajar, Putro, Bolod, Upret, Tika, Gabug, Jalu, Bima, Koyok, Dafi,

Bangun, Kezit, Kresna, Gepeng, Giring, Budi dan semua teman-teman yang

tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya

selama ini dan bantuan selama proses TA. Semoga persahabatan ini sampai

kakek-nenek.

12. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

membantu penulis selama penyusunan Tugas Akhir.

Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a

semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan

amalnya, Amin. Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,

segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan hati yang

terbuka, sehingga karya ini akan lebih sempurna.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Penulis

Page 9: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRAKSI

Yunita Eka Wahyuningtyas. C0805034. 2010. Desain Interior Gedung

Pertunjukan Seni Tradisional Jawa Dengan Pendekatan Eklektik. Tugas Akhir.

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam perancangan ini adalah : (1) Bagaimana

menciptakan suasana yang edukatif dan rekreatif bagi para pengunjung untuk

tertarik saat menonton pertunjukan yang sesuai dengan kegunaannya sebagai

wahana pengenalan dan pelestarian kesenian pertunjukan tradisional? (2)

Bagaimana menentukan interior yang mampu mewujudkan gaya interior eklektik

(perpaduan gaya modern dan tradisional) yang digunakan sebagai penerapan

wujud visual yang diharapkan sesuai dengan fungsi dari Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa sebagai wadah pelestarian kebudayaan? (3) Bagaimana

menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung agar dapat menarik animo pengunjung

dan memenuhi persyaratan fungsi ruang yang dapat menjadi daya dukung optimal

bagi pengunjung sebagai penikmat seni pertunjukan tradisional Jawa?

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan fasilitas atau

wadah untuk menampilkan seni pertunjukan tradisional Jawa dengan menciptakan

suasana yang edukatif dan rekreatif bagi para pengunjung untuk tertarik saat

menonton pertunjukan yang sesuai dengan kegunaannya sebagai wahana

pengenalan dan pelestarian kesenian pertunjukan tradisional (2) Dapat

menciptakan interior yang mampu mewujudkan konsep eklektik (perpaduan gaya

modern dan tradisional) dengan mengangkat tema pewayangan yang digunakan

sebagai penerapan wujud visual yang diharapkan sesuai dengan fungsi dari

gedung pertunjukan seni tradisional Jawa sebagai wadah pengenalan kebudayaan.

(3) Menyediakan suatu rancangan interior gedung pertunjukan seni tradisional

Jawa yang nyaman dilihat sari segi interior system, sirkulasi, jarak dan sudut

pandang sehingga pengunjung mendapatkan kenyamanan serta tertarik saat

menonton pertunjukan sehingga yang disampaikan dapat diterima secara efektif.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang

akurat, maka metode yang digunakan ada 2 tahap pokok yang digunakan oleh

peneliti, yaitu: (1) Metode observasi yaitu mengadakan observasi langsung atau

tidak langsung dengan studi pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur

melalui buku – buku, koran, majalah, internet ataupun referensi – referensi lain

yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sehingga mampu dapat

menyelesaikan permasalahan. (2) Metode analisis yaitu menganalisis data – data

di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang kemudian dianalisis.

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Membuat konsep

perwujudan dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta yang

mampu menjadikannya sebagai sarana hiburan rakyat dan sarana pendidikan

dalam rangka melestarikan budaya seni tradisional Jawa. (2) Penggunaan warna

dan bentuk yang sesuai dengan tema akan membangun suasana para pengunjung.

(3) Karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan

keamanan bagi pengunjung.

Page 10: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

PERSETUJUAN..................................................................................................

PENGESAHAN...................................................................................................

PERNYATAAN...................................................................................................

MOTTO................................................................................................................

PERSEMBAHAN................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ABSTRAKSI........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

DAFTAR BAGAN...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................

B. Batasan Masalah.........................................................................

C. Rumusan Masalah.......................................................................

D. Sasaran........................................................................................

E. Tujuan.........................................................................................

F. Manfaat.......................................................................................

G. Metodologi...............................................................................

H. Sistematika Pembahasan..........................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul..........................................................................

B. Tinjauan Khusus Gedung Pertunjukan.......................................

1. Tinjauan dan Latar Belakang Bentuk Teater………………..

2. Pengertian Gedung Pertunjukan atau Pementasan………….

3. Tinjauan Bentuk Panggung (Stage)…………………………

a. Interior Panggung..............................................................

Hal

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

x

xiv

xv

xv

1

1

4

4

5

6

6

7

8

8

10

11

11

13

16

16

Page 11: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

b. Panggung dan Perlengkapannya………………………....

c. Pengertian Auditorium…………………………………..

C. Tinjauan Khusus Interior Sistem………………………………

1. Pencahayaan...........................................................................

2. Penghawaan............................................................................

3. Akustik...................................................................................

a. Syarat – Syarat Akustik dalam Ruang Tertutup…………

b. Standarisasi akustik unsur ruang………………………...

D. Tinjauan Khusus Seni Pertunjukan Tradisional Jawa…………

1. Sejarah Seni Pertunjukan........................................................

2. Nilai-nilai Dalam Seni Pertunjukan Tradisional……………

3. Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional di Masyarakat

Pendukungnya………………………………………………

4. Tantangan Seni Pertunjukan Tradisional di Masa Depan…..

5. Seni Pertunjukan Tradisional di Surakarta………………….

E. Tinjauan Umum Kota Surakarta……………………………….

1. Letak, Luas dan Batas……………………………………....

2. Keadaan Sosial Budaya……………………………………..

3. Potensi Pariwisata Kota Surakarta…………………………

4. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kota Madya Dati II

Surakarta di Bidang Pariwisata……………………………..

5. Arah Pengembangan Kota Surakarta……………………….

F. Tinjauan Konsep Eklektik……………………………………...

BAB III TINJAUAN LAPANGAN

A. Tinjauan Lapangan Gedung Wayang Orang Sriwedari…….......

1. Sejarah Singkat…………………………………………….

2. Lokasi………………………………………………………

3. Sirkulasi…………………………………………………….

4. Organisasi Ruang……………………………………….......

5. Elemen Pembentuk Ruang………………………………….

6. Interior Sistem………………………………………………

7. Furniture………………………………………………….....

18

21

22

22

29

30

31

36

44

44

45

49

52

56

59

59

60

61

65

66

68

73

73

73

73

74

75

76

77

78

Page 12: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Tinjauan Lapangan Auditorium RRI Surakarta…………………

1. Sejarah Singkat…………………………………………….

2. Lokasi………………………………………………………

3. Aktivitas dan Fasilitas……………………………………..

4. Organisasi Ruang……………………………………….......

5. Sirkulasi……………………………………………………..

6. Elemen Pembentuk Ruang………………………………….

7. Interior Sistem………………………………………………

8. Furniture………………………………………………….....

9. Warna……………………………………………………….

10. Elemen Dekoratif…………………………………………...

11. Faktor Keamanan…………………………………………..

12. Struktur Organisasi……………………………………...

BAB IV PROGRAM DAN IDE GAGASAN

A. PROGRAM PERANCANGAN..................................................

1. Langkah Kerja......................................................................

2. Pengertian Proyek................................................................

3. Asumsi Lokasi.....................................................................

4. Struktur Organisasi..............................................................

5. Status Badan Usaha………………………………………

6. Aktivitas dan Fasilitas…………………………………….

7. Sistem Operasional………………………………………..

8. Kebutuhan Ruang………………………………………...

9. Besaran Ruang……………………………………………

10. Hubungan Antar Ruang…………………………………...

11. Sirkulasi……………………………………………….......

12. Sistem Organisasi Ruang…………………………………

13. Zoning dan Grouping……………………………………...

14. Elemen Pembentuk Ruang………………………………...

a. Lantai............................................................................

b. Dinding.........................................................................

c. Langit-Langit................................................................

82

82

82

82

84

85

86

87

92

93

94

95

96

97

97

97

99

99

100

101

101

103

104

106

109

110

112

115

125

125

128

133

Page 13: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

15. Interior Sistem……………………………………………..

a. Pencahayaan..................................................................

b. Penghawaan..................................................................

c. Akustik..........................................................................

16. Sistem Keamanan………………………………………....

17. Furniture…………………………………………………...

B. IDE GAGASAN........................................................................

1. Konsep.................................................................................

2. Tema……………………………………………………….

3. Suasana…………………………………………………….

4. Aspek Dekorasi dan Warna………………………………..

a. Elemen Dekorasi...........................................................

b. Warna............................................................................

BAB V KEPUTUSAN DESAIN

A. KESIMPULAN...........................................................................

1. Perancangan Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa di Surakarta..............................................

2. Konsep Perancangan Desain Interior Gedung Pertunjukan

Seni Tradisional Jawa di Surakarta………………………..

3. Zoning dan Grouping...........................................................

4. Tema dan Warna..................................................................

5. Elemen Pembentuk Ruang...................................................

6. Interior Sistem......................................................................

7. Sistem Keamanan.................................................................

B. SARAN......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................

136

136

141

141

144

145

147

147

147

150

152

152

154

156

156

156

156

157

158

159

160

161

162

164

166

Page 14: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Akustik dinding panggung

Gambar 2. Contoh plafon area penonton

Gambar 3. Contoh desain area penonton

Gambar 4. Contoh area penonton

Gambar 5. Contoh dinding area penonton

Gambar 6. Contoh lantai area penonton

Gambar 7. Peta Kota Solo

Gambar 8. Peta Surakarta

Gambar 9. Pencahayaan buatan pada area panggung

Gambar 10. Penggunaan AC split dan box speaker

Gambar 11. Furniture pada lobby

Gambar 12. Furniture ruang penonton

Gambar 13. Pada ruang rias berupa seperangkat meja rias

beserta kursi

Gambar 14. Ruang kantor pengelola

Gambar 15. Ruang pengiring gamelan

Gambar 16. Suasana saat pementasan wayang orang

Gambar 17. Pementasan wayang orang Sriwedari

Gambar 18. Sky Light pada lobby

Gambar 19. Ruang penonton

Gambar 20. Panggung

Gambar 21. Ruang pengiring

Gambar 22. Kipas angin pada ceiling

Gambar 23. Jendela pada lobby

Gambar 24. Sound System pada samping panggung

Gambar 25. Mixer untuk pengeras bunyi

Gambar 26. Ruang kostum

Gambar 27. Kursi penonton

Gambar 28. Furniture pada lobby

Gambar 29. Warna pada dinding

Gambar 30. Relief pada dinding lobby

Gambar 31. Kolom pada lobby

Gambar 32. Tabung pemadam kebakaran

Gambar 33. Peta Lokasi

Gambar 34. Sirkulasi

Gambar 35. Zoning Terpilih

Gambar 36. Grouping Terpilih

Gambar 37. Sofa R.Tunggu

Gambar 38. Perspektif lesehan cafe

Gambar 39. Perspektif R.pamer

Gambar 40. Contoh tokoh wayang berupa Gatotkaca

Gambar 41. Perspektif interior stage

Gambar 42. Contoh gambar berupa gunungan

Gambar 43. Zoning Terpilih

Gambar 44. Grouping Terpilih

Hal

38

39

41

40

41

42

60

74

77

77

78

79

79

80

80

81

81

88

88

89

89

90

90

91

91

92

92

93

93

94

94

95

100

114

123

124

145

146

150

151

151

153

157

158

Page 15: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi ruang pada gedung pertunjukan tradisi

Tabel 2. Organiasasi Ruang Gedung Wayang Orang Sriwedari

Tabel 3. Elemen Pembentuk Ruang Gedung Wayang Orang

Sriwedari

Tabel 4. Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan

RRI

Tabel 5. Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan

RRI

Tabel 6. Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan

RRI

Tabel 7. Organisasi Ruang Gedung Pertunjukan RRI

Tabel 8. Aktifitas dan Fasilitas Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa

Tabel 9. Rencana ruang pada Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa

Tabel 10. Rencana besaran ruang pada Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa

Tabel 11. Sistem Organisasi Ruang

Tabel 12. Elemen Pembentuk Ruang pada Lantai

Tabel 13. Elemen Pembentuk Ruang pada Dinding

Tabel 14. Elemen Pembentuk Ruang pada Langit-langit

Tabel 15. Elemen Pembentuk Ruang

Tabel 16. Interior Sistem

DAFTAR BAGAN

Hal

16

76

76

83

84

84

85

103

105

108

113

128

132

136

160

161

Bagan 1. Sirkulasi Pengunjung Gedung Wayang Orang

Sriwedari

Bagan 2. Sirkulasi Penglola Gedung Wayang Orang Sriwedari

Bagan 3. Sirkulasi Seniman Gedung Wayang Orang Sriwedari

Bagan 4. Pola Sirkulasi Pengunjung Gedung Pertunjukan RRI

Bagan 5. Pola Sirkulasi Pengelola Gedung Pertunjukan RRI

Bagan 6. Pola Sirkulasi Pengelola Gedung Pertunjukan RRI

Bagan 7. Struktur Organisasi

Bagan 8. Langkah Kerja Perencanaan

Bagan 9. Pola Pemikiran

Bagan 10.Struktur Organisasi

Bagan 11. Hubungan antar ruang

Bagan 12. Sirkulasi Pengelola

Bagan 13. Sirkulasi Karyawan

Bagan 14. Sirkulasi Pengunjung

Bagan 15. Sirkulasi Seniman

Hal

74

75

75

85

86

86

96

97

98

100

109

110

110

111

111

Page 16: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Page 17: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DESAIN INTERIOR

GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL JAWA

DI SURAKARTA

(Dengan Pendekatan Eklektik)

Yunita Eka Wahyuningtyas1

Iik Endang Siti W, S.Sn, M.Ds2 Anung B Studyanto, S.Sn, MT

3

ABSTRAK

2010.. Tugas Akhir. Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra Dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam perancangan ini adalah : (1)

Bagaimana menciptakan suasana yang edukatif dan rekreatif bagi

para pengunjung untuk tertarik saat menonton pertunjukan yang

sesuai dengan kegunaannya sebagai wahana pengenalan dan

pelestarian kesenian pertunjukan tradisional? (2) Bagaimana

menentukan interior yang mampu mewujudkan gaya interior

eklektik (perpaduan gaya modern dan tradisional) yang digunakan

sebagai penerapan wujud visual yang diharapkan sesuai dengan

fungsi dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa sebagai

wadah pelestarian kebudayaan? (3) Bagaimana menyediakan

fasilitas-fasilitas pendukung agar dapat menarik animo pengunjung

dan memenuhi persyaratan fungsi ruang yang dapat menjadi daya

dukung optimal bagi pengunjung sebagai penikmat seni

pertunjukan tradisional Jawa?

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan

fasilitas atau wadah untuk menampilkan seni pertunjukan

tradisional Jawa dengan menciptakan suasana yang edukatif dan

rekreatif bagi para pengunjung untuk tertarik saat menonton

pertunjukan yang sesuai dengan kegunaannya sebagai wahana

pengenalan dan pelestarian kesenian pertunjukan tradisional (2)

Dapat menciptakan interior yang mampu mewujudkan konsep

1 Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0805034

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

eklektik (perpaduan gaya modern dan tradisional) dengan

mengangkat tema pewayangan yang digunakan sebagai penerapan

wujud visual yang diharapkan sesuai dengan fungsi dari gedung

pertunjukan seni tradisional Jawa sebagai wadah pengenalan

kebudayaan. (3) Menyediakan suatu rancangan interior gedung

pertunjukan seni tradisional Jawa yang nyaman dilihat sari segi

interior system, sirkulasi, jarak dan sudut pandang sehingga

pengunjung mendapatkan kenyamanan serta tertarik saat menonton

pertunjukan sehingga yang disampaikan dapat diterima secara

efektif.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data

yang akurat, maka metode yang digunakan ada 2 tahap pokok yang

digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Metode observasi yaitu

mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi

pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku

– buku, koran, majalah, internet ataupun referensi – referensi lain

yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sehingga mampu

dapat menyelesaikan permasalahan. (2) Metode analisis yaitu

menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian

teoritis yang kemudian dianalisis.

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Membuat

konsep perwujudan dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional

Jawa di Surakarta yang mampu menjadikannya sebagai sarana

hiburan rakyat dan sarana pendidikan dalam rangka melestarikan

budaya seni tradisional Jawa. (2) Penggunaan warna dan bentuk

yang sesuai dengan tema akan membangun suasana para

pengunjung. (3) Karakter ruang sangat membantu dalam

menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.

Page 18: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni pertunjukan tradisional saat ini mulai terdesak oleh seni budaya modern

yang lebih disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini disebabkan kemasan seni

pertunjukan modern lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan

tradisional, sehingga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai

seni budaya modern. Seni pertunjukan tradisional merupakan tinggalan leluhur nenek

moyang, memiliki nilai-nilai kehidupan manusia yang menarik untuk dilihat dan

dihayati sebagai kesenian tradisional daerah. Namun, seiring dengan pesatnya

kemajuan teknologi dan sejenisnya yang dengan mudah dapat mengakses seni budaya

modern, kesenian tradisional semakin terdesak keberadaannya, dan tidak mustahil

akan hilang jika tidak ada upaya menghidupkannya kembali.

Selain surga bagi wisata kuliner, sebagai kota budaya kota Solo tentu saja juga

memiliki beragam stok wisata budaya. Salah satu wisata budaya di kota Solo yang

dapat dinikmati setiap malam adalah pertunjukan kesenian wayang orang.

Masyarakat tinggal mengunjungi gedung wayang orang yang berada di komplek

Taman Hiburan Rakyat Solo.

Kondisi wayang orang legendaris Sriwedari di Kota Solo kini semakin

memprihatinkan. Bukan hanya penonton yang nyaris tidak pernah memadati

pertunjukannya. Tetapi kesan sebagai kesenian yang pernah menjadi indikator citra

Page 19: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa pun tak tampak lagi. Padahal kota Solo

merupakan kota budaya, sehingga adanya gedung wayang orang menjadi salah satu

ikon budaya Solo. Bahkan, tak ditemukan lagi kesan gebyar kebesarannya, seperti

pada masa jayanya sekitar tahun 1970-an. Tata lampu, teknik pemanggungan, dan

penampilan pemain kurang mencerminkan sebagai pelakon wayang profesional yang

menjadi kegandrungan penonton, seperti layaknya dulu. Setiap malam wayang orang

Sriwedari memang masih terus pentas, ada atau tidak ada penonton. Namun,

kesannya hanya sekadar menunjukkan bahwa wayang orang masih ada.

Kebutuhan masyarakat Solo akan sarana rekreasi yang bersifat mengenal

kebudayaan Jawa merupakan suatu harapan bagi semua masyarakat, sehingga tercipta

sarana rekreatif namun tetap ada unsur edukatif. Banyak alternatif cara dalam usaha

mewujudkannya diantaranya seperti pembangunan sebuah sarana kebudayaan Jawa.

Contohnya sebuah gedung pertunjukan seni tradisional jawa yang dapat menjadi daya

tarik tersendiri bagi daerah Surakarta yang merupakan aset tujuan pariwisata bagi

wisatawan domestik maupun mancanegara merupakan salah satu alternatif yang

sangat baik. Gedung pertunjukan seni tradisional jawa merupakan suatu pusat bagi

masyarakat Surakarta mengingat salah satu bentuk seni tradisional jawa yang

menyajikan salah satu pertunjukan seni yaitu cerita wayang berdasarkan pada cerita

Ramayana atau Mahabarata yang mengandung filosofi dan tertanam pada jiwa bangsa

Indonesia. Banyak permasalahan yang muncul dalam usaha mewujudkannya karena

masyarakat sekarang tidak terlalu tertarik untuk kembali mengenal kebudayaan tempo

dulu, misalnya wayang orang yang merupakan salah satu warisan budaya Jawa.

Page 20: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Untuk itu bagaimana caranya membuat masyarakat tertarik untuk datang

mengunjunginya.

Dengan adanya ciri khas yang dimiliki oleh gedung pertunjukan seni

tradisional jawa ini maka akan semakin menambah keunikan tersendiri bagi suatu

karya desain. Gedung pertunjukan seni tradisional jawa ini juga dilengkapi dengan

fasilitas penunjang lain sebagai pemenuh kebutuhan para pengunjung diantaranya

ruang pertunjukan dengan penataan akustik dan tata lampu yang baik sehingga

berbeda dari gedung pertunjukan seni yang selama ini ada di Surakarta. Kenyamanan

penonton dan pengunjung juga menjadi pertimbangan dalam mendesain gedung

pertunjukan seni tradisional jawa. Adanya fasilitas souvenir shop yang menjual

miniatur atau replika tokoh pewayangan dan juga cafe yang nenghadirkan suasana

tradisional yang menghadirkan karakter-karakter tradisional pada display ruang

maupun pelayanan café itu sendiri. Sebuah persembahan yang berguna bagi

masyarakat tentunya bila dengan adanya gedung pertunjukan seni tradisional jawa ini

dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi para pengunjung akan

kebudayaan Jawa yang semakin dilupakan. Banyak nilai edukatif dan rekreatif yang

bisa kita gali (eksplorasi) dengan adanya gedung pertunjukan seni tradisional jawa

ini, dan kedepan nantinya kita akan gunakan sebagai batu loncatan untuk

mengembangkan sebuah kebudayaan yang bermanfaat dan implikasinya adalah

masyarakat semakin mencintai kebudayaannya sendiri. Dengan adanya gedung

pertunjukan seni tradisional jawa ini tidak menuntup kemungkinan bagi para

masyarakat umum maupun pelajar mendapatkan pengetahuan dan juga sebagai sarana

Page 21: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

riset bagi para pelaku seni yang menekuni bidang seni pertunjukan tradisional jawa

untuk mendapatkan referensi sebagai penyempurnaan seni yang sudah ada .

B. Batasan Masalah

1. Pembahasan diutamakan dalam lingkup disiplin interior

2. Perencanaan ditekankan pada masalah interior dalam gedung pertunjukan seni

tradisional Jawa dengan mempertimbangkan tuntutan dan persyaratan aktivitas

dan pelaku aktivitasnya dapat diwadahi, dan rekreatif sebagai salah satu upaya

menarik pengunjung, serta edukatif dengan menciptakan gedung pertunjukan

seni tradisional Jawa sebagai bangunan dan lingkungan yang berbeda dengan

yang ada disekitarnya.

3. Fasilitas utama ruangan yang terdapat dalam gedung pertunjukan seni tradisional

Jawa ditekankan pada:

a. Ruang utama pertunjukan (auditorium)

b. Ruang Pendukung

- Hall / Lobby

- Cafe

- Ruang Pamer

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menciptakan suasana yang edukatif dan rekreatif bagi para

pengunjung untuk tertarik saat menonton pertunjukan yang sesuai dengan

Page 22: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kegunaannya sebagai wahana pengenalan dan pelestarian kesenian pertunjukan

tradisional.

2. Bagaimana menentukan interior yang mampu mewujudkan gaya interior eklektik

(perpaduan gaya modern dan tradisional) yang digunakan sebagai penerapan

wujud visual yang diharapkan sesuai dengan fungsi dari Gedung Pertunjukan

Seni Tradisional Jawa sebagai wadah pelestarian kebudayaan.

3. Bagaimana menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung agar dapat menarik animo

pengunjung dan memenuhi persyaratan fungsi ruang yang dapat menjadi daya

dukung optimal bagi pengunjung sebagai penikmat seni pertunjukan tradisional

Jawa.

D. Tujuan

Tujuan dari desain interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa adalah:

1. Menyediakan fasilitas atau wadah untuk menampilkan seni pertunjukan

tradisional Jawa dengan menciptakan suasana yang edukatif dan rekreatif bagi

para pengunjung untuk tertarik saat menonton pertunjukan yang sesuai dengan

kegunaannya sebagai wahana pengenalan dan pelestarian kesenian pertunjukan

tradisional.

2. Dapat menciptakan interior yang mampu mewujudkan konsep eklektik

(perpaduan gaya modern dan tradisional) dengan mengangkat tema pewayangan

yang digunakan sebagai penerapan wujud visual yang diharapkan sesuai dengan

fungsi dari gedung pertunjukan seni tradisional Jawa sebagai wadah pengenalan

kebudayaan.

Page 23: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Menyediakan suatu rancangan interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa

yang nyaman dilihat sari segi interior system, sirkulasi, jarak dan sudut pandang

sehingga pengunjung mendapatkan kenyamanan serta tertarik saat menonton

pertunjukan sehingga yang disampaikan dapat diterima secara efektif.

E. Sasaran

1. Sasaran desain

Adapun dari sasaran desain adalah pemenuhan kebutuhan fungsional dari

gedung pertunjukan seni tradisional Jawa itu sendiri, antara lain kebutuhan akan

sarana gedung pertunjukan seni tradisional Jawa yang nyaman dilihat sari segi

interior system, sirkulasi, jarak dan sudut pandang tanpa mengabaikan segi estetis

sehingga diharapkan pengunjung dapat menikmati pertunjukan dengan nyaman,

sehingga tujuan dari gedung pertunjukan seni tradisional Jawa tersebut dapat

terpenuhi secara maksimal.

2. Sasaran pengunjung

Seluruh pengunjung gedung pertunjukan seni tradisional Jawa baik dari

kalangan umum (wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik), pengunjung

umum maupun akademisi baik dari kalangan pelajar , pakar seni, pengamat seni dan

lain sebagainya.

F. Manfaat

Manfaat dari desain interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ini bagi :

Page 24: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan tentang

perancangan gedung pertunjukan untuk melestarikan seni pertunjukan tradisional

Jawa dan ikut berperan dalam menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya

budaya tradisional Jawa dalam bentuk perancangan interior.

2. Masyarakat, adalah banyak nilai edukatif dan rekreatif yang bisa digali

(eksplorasi) dengan adanya gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ini, dan

kedepan nantinya dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mengembangkan

sebuah kebudayaan yang bermanfaat dan implikasinya adalah masyarakat

semakin mencintai kebudayaannya sendiri

3. Pelaku seni, sebagai sarana riset bagi para pelaku seni yang menekuni bidang seni

pertunjukan tradisional Jawa untuk mendapatkan referensi sebagai

penyempurnaan seni yang sudah ada .

4. Pemerintah, adalah memberi masukan suatu perancangan gedung pertunjukan

yang didalamnya mencakup beberapa unsur kebudayaan menjadi satu rangkaian

sarana hiburan dengan tujuan untuk mengangkat kembali kejayaan seni

tradisional Jawa yang makin ditinggalkan.

G. Metodologi

Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga

mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari desain interior gedung pertunjukan seni

tradisional Jawa adalah :

1. Metodologi Pembahasan

Page 25: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang

akurat, maka metode yang digunakan :

a. Metode Observasi

Yaitu mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi

pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku – buku,

koran, majalah, internet ataupun referensi – referensi lain yang berkaitan

dengan tujuan yang akan dicapai sehingga mampu dapat menyelesaikan

permasalahan.

b. Metode Analisis

Menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang

kemudian dianalisis. Diharapkan tinjauan tersebut akan mengilhami berbagai

karya desain dan alternatif – alternatif yang matang.

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I (PENDAHULUAN)

Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan

keberadaan gedung pertunjukan seni tradisional Jawa, pembahasan dan perumusan

masalah, sasaran, tujuan dan manfaat serta metodologi yang meliputi metode dan

sistematika pembahasan.

2. BAB II (LANDASAN TEORI)

Mengemukakan tentang landasan teori tentang proyek desain interior

gedung pertunjukan seni tradisional Jawa yang meliputi tentang persyaratan ruang

pertunjukan, ruang penonton, dan ruang pendukung lainnya yang di dalamnya

Page 26: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mencakup pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang,

sistem interior, sistem keamanan, dll serta merupakan hasil studi observasi di

lapangan, sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai

bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisis dari konsep desain

interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa.

3. BAB III (TINJAUAN LAPANGAN)

Merupakan hasil studi observasi di lapangan, sebagai dasar acuan atas

pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan

pengayaan bagi proses analisis dari konsep desain interior gedung pertunjukan seni

tradisional Jawa.

4. BAB IV (PROGRAM DAN IDE GAGASAN)

Perancangan yang diperoleh dari kajian teori dan hasil observasi lapangan

yang merupakan titik tolak dasar konsep perencanaan dan perancangan interior

ruang utama pertunjukan dan ruang pendukung lainnya pada gedung pertunjukan

seni tradisional Jawa.

5. BAB V (KESIMPULAN)

Merupakan kesimpulan dari proses analisis sekaligus merupakan konsep

Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta.

Page 27: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul

Pengertian dari judul Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa di Surakarta dengan Pendekatan Eklektik adalah sebagai

berikut:

Interior : Ruang dalam suatu bangunan

(Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195)

Desain Interior : Merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang

interior dalam bangunan.

(Francis D.K. Ching, Desain Interior, 1996, hal 46)

Seni pertunjukan : Merupakan ekspresi dari perseorangan atau komunitas

dalam mempertunjukan dirinya secara visual dalam

berbagai ruang.

(Drs. Sujarno, Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai,

Fungsi dan Tantangannya, 2003, hal: 23)

Eklektik : Gaya eklektik sendiri dikenal dalam istilah interior

sebagai gaya gado-gado, yang merupakan paduan dari

beragam selera gaya.

(http:okezone.com)

Jadi Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di

Surakarta dengan Pendekatan Eklektik adalah suatu proses, pembuatan,

merancangkan, merencanakan desain tempat pertunjukan yang menampung

Page 28: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kegiatan manuasia untuk mengekspresikan dari perseorangan atau komunitas

dalam mempertunjukan dirinya secara visual dalam berbagai ruang ruang dalam

suatu bangunan yang berupa tempat pertunjukan seni tradisional Jawa untuk

melengkapi fasilitas hiburan yang ada di Surakarta dengan perpaduan desain

interior dari berbagai gaya atau disebut eklektik.

B. Tinjauan Khusus Gedung Pertunjukan

1. Tinjauan dan Latar Belakang Bentuk Teater

Kata “teater” sebenarnya merupakan istilah seni yang dipertunjukkan.

Istilah ini berasal dari Yunani yaitu “theatron” yang berarti “tempat

pertunjukan”. Teater disini tidak sebatas pada pengertian saja tetapi lebih dari

itu. Secara tersirat teater mengandung pengertian : teater adalah suatu kegiatan

manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media

utama untuk menyatakan rasa dan karsanya, mewujudkan dalam suatu karya

(seni). Didalam menyatakan rasa dan karsanya itu, alat atau media utama tadi

ditunjang oleh unsur gerak, unsur suara, dan bunyi, serta unsur rupa.

Unsur – unsur teaternya menurut urutan sebagai berikut :

a. Tubuh manusia sebagai alat/ media utama (pemeran/ pemain)

b. Gerak sebagai unsur penunjang (gerak, tubuh, suara, bunyi, rupa)

c. Suara sebagai unsur penunjang (kata atau ucapan pemeran)

d. Bunyi sebagai unsur penunjang (efek bunyi benda, musik)

e. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, sinar lampu, skeneri, kostum, tata

rias)

Sedangkan pengertian teater dalam arti luas adalah segala bentuk

tontonan yang dipertunjukkan banyak orang. Misalnya wayang orang,

Page 29: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

ketoprak, lenong, dan lain sebagainya. Sebagai seni yang dipertunjukkan, teater

paling tidak harus memiliki tiga elemen pokok, yaitu :

Penonton, dalam pentas teater tidak mengenal kedudukan pria, wanita , tua,

muda, dan anak – anak. Secara naluriah, manusia dipengaruhi oleh sikap

dan tindakannya. Kemauan pergi ke teater karena mereka ingin mengetahui.

Berawal dari sinilah mereka pergi untuk melihat, menghayati, serta

menikmati pertunjukan yang disajikan. Karena ia menikmati, menyaksikan

dan melihat maka ia disebut sebagai penonton. Pertunjukan teater tidak

lengkap tanpa adanya penonton, karena pokok dari penyajian adalah untuk

mengubah, mempengaruhi, membawa penonton kesuasana kehidupan yang

sebenarnya dan diharapkan dapat terlihat langsung dalam pertunjukan.

Tempat, jika dilihat dari perkembangannya teater pada mulanya merupakan

wujud pemujaan/ upacara sakral. Hingga perkembangan selanjutnya

berubah dari upacara pemujaan menjadi akting, dengan sendirinya

berpengaruh juga pada bentuk ruang teater. Mula – mula tapal kuda atau

setengah lingkaran, sering disebut “theatre in the round”. Tempat

pementasan yang baik adalah adanya hubungan yang baik antara pemain

dengan penonton. Tempat pertunjukan yang dipilih pada ruang tertutup atau

terbuka. Tempat merupakan elemen kedua yang harus ada.

Penyaji, elemen ini merupakan elemen yang paling penting karena tanpa

penyaji pertunjukan tidak pernah ada. Penyaji adalah semua orang yang

terlibat dalam pertunjukan. Biasanya mereka terdiri dari penata lampu,

penata laku, penata kostum, penata panggung, perancang dekorasi, dan

masih banyak lainnya.

Page 30: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Bentuk fisik ruang teater sekarang ini mengacu pada perkembangan

teater di Eropa. Sejarah yang panjang mengenai ruang pertunjukan dapat

dilihat pada sejarah perkembangan teater atau ruang pertunjukan. (Yuni

Kristanti, 2008, Hal: 29-31)

2. Pengertian Gedung Pertunjukan atau Pementasan

Ruang pertunjukan atau ruang pentas adalah merupakan sarana yang

senantiasa menjadi wahana utama dalam mewujudkan adanya interaksi suatu

pementasan sebagai bentuk aktivitas. Pengertian ruang yang berkaitan dengan

seni pertunjukan ini sebenarnya terbats pada fungsinya yang secara praktis

dapat dikategorikan dalam 4 macam klasifikasi:

Akting area atau panggung

Auditorium atau ruang penonton

Auxilary working storage atau penunjang

Storage space atau ruang pengadaan/gudang

Keempat komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling

mendukung dalam menyiapkan dan melaksanakan kegiatan/ aktivitasyang

berhubungan dengan suatu pementasan. Keempat ruang tersebut mempunyai

hubungan berantai dalam proses interaksi.

Secara fungsional, organisasi ruang pertunjukan dikelompokkan

menjadi tiga bagian sebgai berikut:

a. Ruang utama, yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk

menampung penonton.

b. Ruang penunjang, berupa reception (bagian penerimaan) yang terdiri

dari kantor, tempat penyimpanan pakaian dan sebagainya.

Page 31: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Ruang perlengkapan, berupa panggung utama, panggung sayap,

daerah belakang panggung, gudang layar pertunjukan, bengkel kerja,

ruang latihan, dan sebagainya.

Adapun kebutuhan ruang pertunjukan secara umum dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Perangkat ruang pentas, yang terdiri dari:

Raung persiapan (Auxilary working storage), ruang yang

berfungsi sebagai tempat pengontrol suara dan cahaya untuk

daerah panggung yang biasanya digunakan untuk mengawasi

suara pemain dalam pertunjukan yaitu agar pemain tersebut dapat

mengetahui bagaimana suara sesungguhnya dapat diterima

penonton dan dapat digunakan untuk mengatur cahaya yang

ditujukan ke panggung.

Ruang tatarias, yaitu ruang yang berfungsi sebagai ruang

pengarahan dan merupakan daerah lounge para pemain juga

digunakan untuk berlatih sementara menunggu untuk tampil.

Raung pementasan, yaitu ruang yang disebut panggung yang

dipakai pemain atau actor dalam pementasan. Panggung ini

terpisah dan mempunyai bukaan bertingkat, dari sinilah penonton

melihat pertunjukan telah berlangsung.

b. Perangkat ruang penonton, yang terdiri dari:

Ruang tunggu, yaitu serambi merupakan ruangan besar atau aula

masuk dari sebuah gedung pertunjukan.

Page 32: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pintu masuk (entrance dan lobby), menurut Poerwodarminto

pintu berarti gerbang atau lawang yang digunakan untuk

menunjukkan arah keluar dan masuk.

Ruang duduk, bahwa ruang duduk dalm ruang pertunjukan

merupakan ruang yang memungkinkan penonton untuk bersantai,

duduk atau berbincang-bincang dengan santai sambil menunggu

pertunjukan dimulai.

Ruang auditorium, pada dasarnya auditorium merupakan suatu

ruang dimana sejumlah besar penonton dapat ditampung

menikmati suatu pertunjukan dengan kenyamanan visual dan

auditori yang memadai.

Rauang loket karcis, merupakan sarana pelengkap yang selalu ada

pada setiap gedung pertunjukan. Loket karcis merupakan bagian

pertama sebuah gedung pertunjukan yang akan selalu dilalui

penonton.

Klasifikasi ruang pada gedung pertunjukan tradisi

Pembagian Jenis

Perangkat ruang

pentas

a. Ruang persiapan

b. Ruang pementasan

c. Ruang pengiring

- Auxiliary working

- Proscenium dan apron

- Pit atau orchestra

Perangkat ruang

penonton

a. Serambi

b. Jalan masuk

c. Ruang duduk

d. Fasilitas lain

- Foyer

- Entrance

- Auditorium

- Loket, lavatory, cafetaria

Page 33: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Perangkat ruang

pendukung

a. Gudang

b. Ruang untuk alat dekor

c. Ruang untuk gladi

Storage, scenary space

Tabel. 1.

Klasifikasi ruang pada gedung pertunjukan tradisi

Sumber : skripsi Yuni Kristansi. 2008. Perancangan dan Perancanaan Gedung

Wayang Orang di Surakarta. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa

UNS

3. Tinjauan Bentuk Panggung (Stage)

a. Interior Panggung

Panggung (stage) adalah ruang yang umumnya menjadi orientasi

utama dalam sebuah auditorium. Ruangan ini diperuntukan bagi penyaji

untuk mengekspresikan materi yang akan disajikan. Bentuk dan dimensi

panggung sangat bermacam-macam. Saat ini dikenal pula panggung

permanen dan semi permanen, yaitu panggung dengan bebtuk, peletakan, dan

dimensi yang dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Panggung semacam ini

umumnya ditempatkan pada auditorium multifungsi.

Menurut Christina E. Mediastika, Ph.D dalam bukunya “Akustika

Bangunan” bahwa bentuk dan tingkat komunikasinya dengan penonton,

panggung dapat dibedakan menjadi empat jenis:

1) Panggung Proscenium

Bentuk dan peletakan panggung yang disebut proscenium adalah

peletakan konvensional, yaitu penonton hanya melihat tampilan penyaji

dari arah depan saja. Komunikasi antara penyaji dan penonton pada

panggung semacam ini sangat minim. Komnikasi yang dimaksud adalah

tatapan mata, perasaan kedekatan antara penyaji dengan penonton, dan

keinginan penonton untuk secara fisik terlibat dengan materi yang

Page 34: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

disajikan. Panggung semacam ini lebih cocok dipergunakan untuk model

sajian yang tidak membutuhkan tingkat komunikasi yang tinggi, seperti

misalnya pertunjukan seni tari klasik atau seni musik klasik. (Christina

E. Mediastika, Ph.D, 2005: 93-94)

2) Panggung Terbuka

Masyarakat awam seringkali salah paham menganggap bahwa semua

auditorium yang tidak beratap adalah panggung terbuka. Panggung

terbuka adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pengembangan dari

panggung proscenium yang memiliki sebagian area panggung menjorok

ke rah penonton, sehingga memungkinkan penonton bagian depan untuk

menyajikan penyaji dari arah samping contohnya catwalk tempat

peragaan busana. Komunikasi antara penyaji dan penonton pada

panggung semacam ini lebih baik dan lebih terbangun. Pada panggung

terbuka ini, baik penyaji maupun penonton berada di dalam ruangan yang

beratap.

3) Panggung Arena

Panggung arena adalah panggung yang terletak di tengah-tengah

penonton, sehingga penonton dapat berada pada posisi di depan, di

samping, atau bahkan dibelakang penyaji. Panggung semacam ini

biasanya dibuat semipermanen dalam sebuah auditorium multifungsi.

Komunikasi antara penyaji dan penonton dapat berlangsung denagan

baik. Panggung arena seringkali dibuat dapat berputar sehingga penonton

pada sisi yang berbeda dapat melihat penyaji dari semua sudut.

4) Panggung Extended

Page 35: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Bentuk panggung extended adalah pengembangan dari bentuk

proscenium yang melebar kea rah samping kiri dan kanan. Bagian

pelebaran atau perluasan ini tidak dibatasi dengan dinding samping,

sehingga penonton dapat menyajikan penyaji dari arah samping. Bentuk

panggung ini sanagt cocok digunakan untuk sajian acara yang terdiri dari

beberapa bagian pertunjukan, seperti sajian music dan mungkin pula

dilengkapi denagn sajian lawak/komedi. Masing-masing bagian sajian

tersebut dapat menempati sisi panggung yang berbeda, sehingga

persiapan set (dekorasi) masing-masing panggung tidak saling

mengganggu.

b. Panggung dan Perlengkapannya

Perlengkapan panggung sebagai berikut :

1) Pit atau sudut orkes, yakni sebuah lantai yang rendah di depan

panggung yang diperlukan untuk orkes.

2) Apron atau serambi panggung, yaitu bagian lantai panggung yang

paling depan dibatasi garis layar dan ujung panggung yang menjorok

ke auditorium.

3) Pelengkung proscenium, yaitu lubang proscenium yang

memperlihatkan batas antara penonton dan pemeran yang biasanya

disertai kain – kain untuk menutupi sebagain panggung yang tidak

perlu dilihat penonton.

4) Layar asbestos, yaitu layar dibelakang proscenium yang tahan api

dengan maksud untuk menghindari menjalarnya kebakaran ke

Page 36: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tempat lain apabila sewaktu – waktu terjadi kebakaran di belakang

panggung.

5) Layar utama, yaitu salah satu layar yang memilki kedudukan penting

dalam hubungannya dengan identitas teater yang dipasang pada saat

panggung beum dibuka.

6) Layar layang, gedung teater yang memiliki ketinggian yang wajar

dengan perlengkapan sistem bandul keseimbangan sering layar

utamanya dikerjakan dengan layar layang. Cara kerja layar layang

hamper tidak mengeluarkan bunyi pada saat layar tersebut bergerak.

7) Layar tarik, yaitu layar yang terjadi dari dua bidang yang bertemu

dan membuka di tengah apabila masing – masing bidang ditarik

kepinggir sisi kiri kanan pelengkung proscenium.

8) Layar tab, yaitu layar yang bekerja melalui dua utas tali atau lebih

yang ditarik menelusuri cincin pada layar. Apabila cincin itu disusun

secara diagonal maka layar akan membuka dan menutup secara

diagonal dan apabila dipasang secara vertical akan membuka secara

vertical.

9) Layar gulung, umumnya digunakan pada gedung teater yang kecil

dan sempit. Digunakan oleh teater – teater lama pada kereta – kereta

Teater Keliling abad 19.

10) Tiser dan Tormentor, yaitu kain penghalang yang dipasang diatas

panggung paling depan menyilang horizontal dan ukurannya lebih

besar dari border dipasang diganti pada sebatang pipa gantungan

dengan sistem bandul.

Page 37: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

11) Jembatan lampu, yaitu untuk menggantungkan lampu – lampu juga

untuk menggantungkan kain border ke satu. Jembatan lampu ini

tergantung kain pada dua pasang tali atau kawat (slink) pada sistem

bandul keseimbangan sehingga jembatan lampu dapat dinaikkan atau

diturunkan menurut kebutuhan.

12) Para – para, adalah jajaran kayu dan besi yang disusun berderet

letaknya diatas panggung kurang lebih dua meter dibawah atap dan

memenuhi seluruh ruangan. Para – para adalah tempat kedudukan

keekan tali penggantung layar, lampu, dan sebagainya.

13) Sistem bandul keseimbangan, yaitu merupakan cara penggerekan

yang dipandang naik dan mudah. Di dalam sistem bandul

keseimbangan ini utasan tali diganti dengan kawat baja yang bekerja

mulai dari batang gantungan menuju ke para – para masuk kebiji

kerekan lalu menuju ke salah satu panggung tempat induk kerekan.

14) Siskorama, adalah layar berbentuk tiga sisi yang sudut – sudutnya

dapat dilengkungkan untuk memberikan efek kedalaman layar

belakang set eksterior langit atau cakrawala atau efek kedalaman

yang luar biasa.

15) Penutup lantai panggung, adakalanya bagian penting daerah

permanan panggung ditutup dengan kain terpal atau lapisan karet

tipis. Biasanya berwarna cokelat tua atau abu – abu kehijauan atau

kehitaman. Penutup ini dipasang hingga lantai panggung depan

termasuk batas layarnya melampaui 1 atau 1,5 m di depan

pelengkung proscenium.

Page 38: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a. Pengertian Auditorium

Auditorium berasal dari kata audiens (penonton/penikmat) dan rium

(tempat), sehingga auditorium dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya

penonton untuk menyaksikan suatu acara tertentu. Berdasarkan jenis aktivitas

yang dapat berlangsung di dalammya, maka suatu auditorium dibedakan

jenisnya menjadi:

a. AUDITORIUM UNTUK PERTEMUAN, yaitu auditorium dengan

aktivitas utama percakapan, seperti untuk seminar, konferensi, rapat

besar. Kriteria waktu dengung 0 – 1 detik, idealnya 0,5detik.

b. AUDITORIUM UNTUK PERTUNJUKAN SENI, yaitu auditorium

dengan aktivitas utama sajian kesenian, seperti seni musik dan tari.

Secara akustik jenis auditorium ini masih dapat dibedakan lagi menjadi

auditorium yang menampung aktivitas musik saja dan menampung

aktivitas musik sekaligus gerak. Kriteria waktu dengung 1 – 2 detik, ideal

1,5detik.

c. AUDITORIUM UNTUK MULTIFUNGSI, yaitu auditorium yang tidak

dirancang secara khusus untuk fungsi percakapan atau musik, namun

sengaja dirancang untuk berbagai keperluan tersebut, termasuk pameran

produk, perhelatan pernikahan, dan lain-lain. Memiliki penyelesaian

interior yang fleksibel untuk menjaga kualitas akustik pada setiap

kegiatan yang diselenggarakan. Model yang dapat digunakan sistem

geser (sliding), sistem gulung (rolling) dan sistem bongkar pasang

(knockdown).

(Christina E. Mediastika, Ph.D, 2005: 91)

Page 39: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Tinjauan Khusus Interior Sistem

1. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu elemen terpenting dalam interior.

Dengan pencahayaan yang bagus, setiap ruang dapat tampil lebih indah dan

berfungsi lebih efektif. Cahaya dipakai untuk menerangi obyek agar tercipta

suasana yang lebih indah dan eksotis. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan

antara lain fungsi ruang, karakter bangunan, karakter penghuni, kegiatan

penghuni, juga suasana yang ingin diciptakan.

Seiring dengan perkembangan jaman, pencahayaan kini juga memiliki

fungsi dalam menunjang keindahan. Oleh karena itu, perkembangan

pencahayaan bukan lagi di pandang sebagai kebutuham primer, tetapi sudah

menjadi kebutuhan sekunder dan tersier tergantung dari fungsi cahaya itu

sendiri. Hal tersebut menyebabakan kebutuhan akan pencahayaan jadi

semakin meningkat.

a. Macam-macam Sumber Cahaya

1) Sumber Cahaya Alami (Natural Lighting)

Sumber cahaya alami adalah adalah suatu sistem pencahayaan

yang menggunakan sumber cahaya alam yaitu sinar matahari. Sifat dari

sistem ini hanya sementara, artinya hanya pada waktu matahari terbit

hingga tenggelam, jadi tidak dapat dimanfaatkan sepanjang hari. .Fungsi

dari adanya sistem pencahayaan alami adalah:

Sumber cahaya diwaktu pagi hingga petang hari

Menciptakan adanya cahaya pantul sebagai unsur estetik

Memberikan cahaya yang sangat terang saat pagi hingga sore hari

Page 40: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa hanya pada waktu

pagi hingga sore hari saja kita dapan memperoleh pencahayaan alami

dari sinar matahari. Sehingga apabila malam telah tiba harus

menggunakan bantuan lampu atau yang disebut dengan pencahayaan

buatan. Menurut jenis pemakaiannya, sistem pencahayaan alami dibagi

menjadi 2 yaitu :

Sistem pencahayaan alami langsung (direct lighting)

Sistem pencahayaan ini langsung diterima oleh tanpa ruangan tanpa

adanya suatu penghalang. Cahaya ini langsung masuk ke dalam

ruangan melalui jendela kaca maupun aksen sirkulasi cahaya yang lain

seperti pintu, kaca-kaca hias yang terpasang di dinding sebagai unsur

estetis maupun lubang-lubang dinding yang dimaksudkan untuk

masuknya cahaya matahari.

Sistem pencahayaan alami tak langsung (indirect ligthting)

Sistem pencahayaan ini tidak langsung diterima oleh suatu ruangan

tetapi merupakan cahaya pantul yang didapat dari sinar matahari.

Sehingga sinar matahari yang datang lalu diterima oleh benda

pemantul baru benda tersebut memantulkan cahayanya kedalam

ruangan tersebut. Benda yang digunakan untuk memantulkan sinar

matahari dapat berupa kaca, cermin, aluminium maupun benda-benda

lain yang dapat memantulkan bayangan. Oleh karena itu hasil dari

pantulan sinar matahari tadi dapat diolah maupun dibuat sebagai unsur

estetis ruangan dengan melalui pemantulan tersebut.

2) Sumber Cahaya Buatan (Artificial Lighting)

Page 41: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Suatu sistem pencahayaan menggunakan sumber cahaya buatan,

seperti: lampu, armatur, dan peralatan yang memendarkan cahaya. Sifat

dari cahaya buatan juga sementara, karena hanya dipergunakan pada

waktu malam hari saja sebagai sinar tambahan untuk menerangi suatu

ruangan / bangunan. Adapun fungsi dari cahaya buatan:

Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau

pencahayaan siang hari.

Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi terang

gelapsumber cahaya langit.

Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas dan

kebutuhan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan innováis desain,

cahaya buatan dapat dipermainkan sesuda hati. Menggunakan dimmer,

intensitas cahaya dapat diatur sekehendak hati untuk memperoleh

suasana yang sesuai dengan mood. Ini berbeda dengan matahari,

intensitas dan warna cahaya alam ini sangat tergantung dengan lokasi dan

waktu.

b. Fungsi Pencahayaan

Pengaturan cahaya (pencahayaan) yang baik membuat ruangan

tertentu menjadi nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat. Memahami

fungsi pencahayaan merupakan hal yang penting dalam mengatur cahaya.

Pencahayaan dibagi menjadi tiga funsi, yaitu general lighting (sumber

penerangan utama), task lighting endukung aktivitas tertentu/khusus),

Page 42: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dan decorative/accent lighting (dekorasi sebagai aksen ruang dan obyek).

Adapun funsi-fungsi pencahayaan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) General Lighting

General lighting atau kadang disebut ambience lighting

merupakan fungsi dasar cahaya, yaitu cahaya dituntut harus ada di

seluruh ruang tertentu. Cahaya di sini berfungsi sebagai penerangan

utama, sifat penyinarannya merata dan harus menerangi seluruh ruang.

Dalam memenuhi fungsi ini, lampu yang digunakan biasanya lampu yang

memiliki watt besar agar cahayanya cukup untuk menerangi seluruh

bagian ruang. Lampu tersebut diosisikan di tengah atau titik pusat bidang

di plafon. Namun, bila diinginkan variasi, lampu dapat diletakkan di

setiap sudut-sudut ruang yang dinyalakan bersamaan sehingga

menghasilkan pencahayaan merata.

Jenis lampu yang digunakan sebaiknya bersifat memancar ke

segala arah secara merata, baik secara langsung mauun tidak langsung

(indirect light/lampu yang dipantulkan ke plafon, sementara lampunya

sendiri tersembunyi). Namun, harus diperhatikan bahwa dalam keadaan

bagaimana pun sumber lampu dibuat jangan terlihat langsung oleh mata,

baik dengan cara disembunyikan atau diselubungi oleh bahan berendar.

General lighting juga meliputi sinar alami yang masuk ke ruang

tertentu. Sinar matahari ini pun diusahakan jangan langsung menyilaukan

mata. Jika situasinya mengharuskan, buatlah saringan cahya matahari di

tempat masuknya sehingga dapat mengurangi pantulan cahaya yang

ditimbulkannya.

Page 43: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) Task Lighting

Task lighting adalah pencahayaan setempat dengan tujuan untuk

mendukung aktivitas yang membutuhkan cahaya lebih terang seerti

membaca, memasak, dan pekerjaan lainnya. Lampu yang digunakan

untuk task lighting sebaiknya memunyai sinar cukup terang dan dapat

diarahkan atau difokuskan pada titik tertentu. Agar efisien, task lighting

sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan obyek pencahayaan.

Menurut hokum kebalikan kuadrat (inverse square law) dari ilmuoptika

dinyatakan bahwa jarak cahaya yang diperjauh dua kali akan mengurangi

terang cahaya sebanyak pangkat dua dari nilai terang sebelumnya, yaitu

empat kali. Diperjauh tiga kali, kekuatan cahaya akan berkurang

sembilan kali, dan seterusnya. Tentu saja harus dipertimbangkan juga

segi kepraktisan dan kenyamanan pengguna lampu tersebut, terutama

mengenai panas dan silaunya lampu.

Untuk task lighting sebaiknya digunakan lampu atau unit

pencahayaan yang memancar hanya ke satu arah, yaitu ke tempat bidang.

3) Decorative/accent lighting

Untuk fungsi yang terakhir ini, cahaya lebih berperan dalam segi

estetika. Cahaya berfungsi menonjolkan nilai keindahan obyek pada

ruang atau desain dari ruang itu sendiri. Untuk memenuhi fungsi

dekoratif tersebut, lampu dapat diletakkan, misalnya di dinding yang

disebut sebagai latar suatu obyek. Variasi peletakan lampu ini masih

banyak tergantung pada kreasi anda sesuai dengan keadaan atau

ambience yang ingin ditimbulkan. Selain itu, lampu yang digunakan pun

Page 44: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

daat menjadi elemen dekoratif tersendiri. Jenis dan variasi bentuk yang

telah ada dipasaran sangat beraneka ragam. Desain kap lampu yang unik

atau elegan pun memiliki nilai keindahan tersendiri bila disesuaikan

dengan tema ruang yang ada.

c. Standart Penerangan Buatan Khusus pada Gedung Pertunjukan

Pencahayaan panggung yaitu pencahayaan yang ditujukan pada

daerah panggung, berfungsi untuk menerangi daerah panggung.

1) Fungsi Penerangan Panggung

Untuk dapat terlihat jelas dan teliti bagian – bagian pementasan

adegan yang dipertunjukkkan.

Untuk dapat menimbulkan suatu perasaan penonton terhadap

pertunjukan itu sendiri, atau membentuk suasana ruang,

Untuk membantu membentuk suatu komposisi panggung

Untuk membentuk efek – efek pada panggung.

2) Area Pencahayaan Panggung

Pencahayaan panggung terdiri dari tiga area penting, yaitu :

Lighting The Actor

Yaitu pencahayaan yang ditujukan untuk menerangi pemain/

pementas. Untuk pencahayaan pemain biasanya digunakan lampu

jenis Follow Spot Light, Reflector Spot Light, dan Profile Spot Light.

Letak lampu tersebut ada yang digantung, berdiri atau stand, dan

diletakkan di lantai.

Lighting The Acting Area

Page 45: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Yaitu pencahayaan yang ditujukan untuk menerangi/

memberi efek pada panggung. Untuk pencahayaan area panggung

biasa digunakan lampu jenis Fresnel Spot Light, Fresnel Down

Light, Border Light, dan Striplight. Letak lampu tersebut ada yang

digantung, atau ditanam pada lantai.

Lighting The Background & Effect

Yaitu memberi penerangan dan efek pada panggung/ latar

belakang panggung. Untuk pencahayaan latar belakang panggung

biasa digunakan lampu jenis Striplight, Fresnel Light, Border Light,

Fan Light, dan Rotary Light. Tata letaknya ada yang digantung,

diletakkan pada lantai atau dengan stand.

3) Jenis Lampu Panggung

Pencahayaan yang digunakan khusus untuk kepentingan penampilan

di panggung diantaranya :

“Follow Spot Light”, yaitu lampu yang memiliki sinar langsung

dan dapat diarahkan kepada yang dituju. Lampu ini dapat

diputar ke segala arah dengan kekuatan yang cukup tinggi (500-

1500 watt).

“Foot Light”, yaitu deretan lampu yang ditanam pada pinggir

panggung depan menggunakan reflector dari metal agar tidak

menyilaukan penonton tapi dapat menimbulkan efek ke arah

panggung.

“House Light”, yaitu deretan lampu yang ditanam pada langit –

lanit panggung dan dari samping panggung.

Page 46: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pengontrolan lampu – lampu tersebut dilakukan dari ruang control

cahaya, sedangkan untuk mengatur letak dan posisi lampu – lampu tersebut

dicapai melalui „cat walk’ di atas plafon. (Yuni Kristanti, 2008, Hal: 99-101)

2. Penghawaan

Merupakan usaha mengatur kebutuhan manusia akan udara atau hawa untuk

kelangsungan hidupnya tanpa adanya kenyamanan suhu yang memadahi,

penonton tidak akan dapat sepenuhnya menikmati pertunjukan yang

disajikan. Adanya sirkulasi udara yang lancar memungkinkan ruangan berada

dalam suhu dan kelembaban yang wajar dan nyaman. Dilihat dari cara

kerjanya, ventilasi dapat dibadakan menjadi dua, yaitu :

Ventilasi alamiah

Bertujuan mendapatkan kenyamanan udara bagi pemakai ruangan dengan

aturan suhu, kelembaban dan sirkulasi udara dalam ruang tergantung pada

faktor alam antara lain kecepatan angin, karena gerakan atau aliran yang

bergerak, orientasi wadah kegiatan.

Ventilasi buatan

Aliran udara diperoleh dengan menggunakan alat bantu seperti kipas angin

dan lain sebagainya.

Penghawaan diperlukan pada teater karena tidak memungkinkan perlubangan

yang dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik

yang tidak baik.

Standart kenyamanan ruang :

- Temperatur udara : 180-25

0 C

- Kelembaban : 40-70 %

Page 47: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

- Pergerakan udara : 0,1-0,5 m/detik

Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan air conditioner (AC)

yang macamnya terdiri dari :

- Window Unit, yaitu AC yang digunakan pada ruang – ruang kecil dimana

sistem mekanisnya terdapat dalam satu unit yang kompak.

- Split Unit, yaitu AC yang digunakan untuk satu atau beberapa ruang,

sedang kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang.

- Central AC yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan

keseluruhannya terletak diluar ruangan kemudian didistribusikan ke ruang-

ruang melalui ducting dan berakhir dengan aliran diffuser. (Pamudji

Suptandar, Interior Design,1982, Hal: 85)

3. Akustik

Sebelum membahas lebih mendalam mengenai akustik dalam ruang

auditorium, perlu kiranya kita tinjau kembali keberadaan ruang-ruang yang

dibutuhkan di dalam bagunan auditorium. Secara garis besar ruang-ruang di

dalam auditorium dapat dibedakan menjadi:

Ruang-ruang utama, yang meliputi: ruang panggung dan ruang penonton,

baik ruang penonton lantai satu maupun balkon.

Ruang-ruang pendukung, yang meliputi: ruang persiapan pementasan,

toilet, kafetaria, hall, ruang tiket, dan lain-lain.

Ruang-ruang servis, yang meliputi: ruang generator, ruang pengendali

udara, gudang peralatan, dan lain-lain.

Keberadaan ketiga kelompok ruang tersebut saling mendukung untuk

menampung aktivitas yang terjadi dalam auditorium, namun demikian

Page 48: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

hanya ruang utamalah yang membutuhkan penyelesaian akustik secara

mendalam. Oleh karena itu hanya ruang-ruang tersebutlah yang akan

dibahas lebih jauh. Meski demikian, sangat disarankan agar ruang-ruang

servis yang menghasilkan kebisingan tambahan diletakkan terpisah atau

cukup jauh dari ruang utama. Sedangkan untuk ruang pendukung,

peletakannya secara umum selalu berdekatan dengan ruang auditorium.

Peletakan ini juga kan sangat memudahkan penyaji dan pengunjung

ketika meraka membutuhkan ruang-ruang tersebut. (Christina E.

Mediastika, Ph.D, 2005: 93)

a. Syarat – Syarat Akustik dalam Ruang Tertutup

Sebuah auditorium merupakan suatu ruangan yang mempunyai

permasalahan akustik ruang cukup kompleks, berikut ini adalah

persyaratan kondisi mendengar yang baik di dalam sebuah auditorium :

1) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian

auditorium terutama ditempat-tempat duduk yang jauh.

2) Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam

ruang.

3) Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium

untuk memungkin penerima bahan acara yang paling banyak disukai

penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.

4) Ruang baru bebas dari cacat akustik seperti gaung, pemantulan yang

berkepanjangan (long delayed) reflection, gaung, pemusatan bunyi,

distorsi, bayangan dan resonansi ruang.

Page 49: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

5) Bising dan getaran yang akan menganggu atas pementasan harus

dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian

ruang.

Dari tuntutan di atas yang harus dipenuhi bagi sebuah gedung

pertunjukan adalah sebagai berikut :

1) Kekerasan yang cukup

Masalah utama kekerasan bunyi dalam sebuah ruanagn

auditorium merupakan hal klasik yang selalu dicoba dipecahkan

sesuai dengan tuntutan masing – masing gedung, karena dalam

sebuah auditorium energi bunyi yang dipancarkan akan diserap oleh

penonton, tempat duduk, dan bahan pembentuk ruang yang lainnya,

maka diperlukan sebuah kekerasan tertentu yang mewadahi sehingga

gelombang bunyi diterima oleh semua penonton dalam sebuah

gedung pertunjukan.

Pemantul bunyi yang ditempatkan dengan benar selain

menguatkan energi bunyi juga menimbulkan suatu kondisi

lingkungan yang dikenal dengan efek ruang. Hal in tercapai bila

pendengar mnerima bunyi dari berbagai arah, gejala ini sangat khas

untuk ruang – runag tertutup, tetapi hilang sama sekali pada gedung

pertunjukan yang terbuka.

2) Difusi bunyi

Difusi merupakan salah satu cara untuk menyebarkan suara

ke seluruh ruangan yang merata. Untuk memperoleh penyebaran

Page 50: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

bunyi yang merata dan sempurna dalam suatu ruangan maka dapat

digunakan cara sebagai berikut ini :

- Membuat permukaan ruang menjadi tidak teratur (langit –

langit, dinding, atau dekorasi di dalam ruangan) harus banyak

digunakan dan cukup besar untuk menangani penyebaran bunyi

dalam ruang.

- Untuk ruang dengan kapasitas kecil penggunaan permukaan

yang tidak teratur kadang sulit untuk diwujudkan namun untuk

ruang seperti ini difusi bunyi dapat dicapai dengan penggunaan

bahan penyerap bunyi dan pemantul bunyi secara bergantian

meningkatkan faktor difusi di dalam ruang.

- Penggunaan akustik diffuser (penyebar akustik) dalam ruangan

relative besar akan membantu meningkatkan difusitas ruang

tersebut.

3) Pengendalian dengung

Dengung dalam sebuah ruangan disebabkan karena

pemantulan berulang – ulang suatu sumber bunyi, karena cukup

banyak sumber bunyi pada sebuah pementasan maka meningkat pula

factor kemungkinan terjadinya dengung dalam ruang pertunjukan

tersebut. Pengendalian dengung dapat dilakukan dengan

memanfaatkan rumus Sabine. Dari rumus tersebut dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

- Semakin besar volume ruang, maka makin panjang RT

Page 51: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

- Semakin banyak penyerapan yang terjadi dalam ruang maka

semakin rendah RT (waktu dengung dalam detik).

4) Cacat akustik

Cacat akustik yang terjadi dalam sebuah ruangan auditorium

adalah :

a) Gema

Gema merupakan cacat akustik yang paling berat, gema

merupakan pengulangan bunyiasli yang dapat didengar dengan

cukup jelas ke telinga pendengar, gema terjadi bila selang

minimum sebesar 1/25-1/10 detik terjadi antara bunyi pantul

denganbunyi langsung yang berasal dari sumber bunyi yang

sama. Salah satu penyebab potensial gema dalam sebuah gedung

pertunjukan adalah dinding belakang yang langsung berhadapan

dengan sumber bunyi, hal ni dapat dihindari dengan penempatan

balkon atau penggunan formasi tertentu pada dinding.

Untuk menghindari gema dilakukan dengan mengatur

permukaan pemantul dalam ruang potensial yang

menyebabkannya, dengan berbagai cara, yaitu :

- Memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul

yang menyebabkan cacat bunyi.

- Permukaan tersebut dibuat difusi atau menyebar.

- Pengaturan posisi permukaan agar dapat menghasilkan waktu

tanda pemantulan yang singkat (Leslei L. Doelle & Lea

Prasetyo, 1990 : 149)

Page 52: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

b) Gaung

Gaung terdiri dari gema – gema kecil yang berurutan

dengan cepat dan dapat dicermati dengan indera pendengar kita.

Misalnya bunyi tepuk tangan atau bunyi ledakan kecil, dengan

melakukan eliminasi permukaan pemantulan yang sejajar atau

berhadap – hadapan serta melakukan pemasangan bahan

penyerap bunyi pada dinding pemantul, dapat mengurangi dan

menghilangkan gaung.

c) Pemusatan bunyi

Pemusatan bunyi disebabkan karena pemantulan bunyi

terhadap permukaan cekung, sehingga mengakibatkan

munculnya suatu lokasi khusus di daerah penonton yang disebut

sebagai hot spot, yang pada lokasi tersebut mempunyai

intensitas cukup tinggi. Bila tidak dihindari penggunaan ruang

cekung dan tidak terputus, maka pemusatan bunyi diatasi

dengan mengarahkan titik hot spot ke atas penonton atau

menggunakan lapisan penyerap bunyi di sepanjang permukaan

lengkung tersebut serta penggunaan system pengeras suara yang

tepat agar dapat mengeliminasi cacat akustik tersebut.

d) Ruang Gandeng

Ruang gandeng biasanya sering terjadi pada dengung

dengan penataan ruang yang mengakiatkan beberapa ruang

dapat terhubung langsung dengan ruang pertunjukan, misalnya

sebuah lobby dengan ruang pertunjukan, diantara kedua ruangan

Page 53: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tersebut dihubungkan dengan sebuah pintu dimana penonton

dapat duduk dekat dengna pintu yang menghubungkan ke lobby

tersebut, hal ini mengakibatkan dua buah ruang menjadi satu

atau bergabung sehingga kondisi akustik ruang tadi terganggu,

efek yang terjadi ini dapat diatasi dengan menyamakan nilai RT

dari ke dua ruangan tersebut.

e) Distorsi

Distorsi adalah perubahan kualitas bunyi musik yang

tidak dikehendaki dan terjadi karena tidak seimbangnya

penyerapan bunyi yang sangat banyak oleh permukaan batas

pada frekuensi yang berbeda. Hal ini dapat dihindari bila lapisan

– lapisan akustik yang digunakan mempunyai karakteristik

penyerapan yang seimbang dengan frekuensi radio.

f) Bayangan bunyi

Bayangan bunyi dapat diamati di bawah balkon yang

menonjol terlalu ke dalam suatu ruang udara suatu auditorium,

ruang di bawah balkon yang mempunyai kedalaman lebih dari

dua kali tinggi balkon harus dihindari, karena akan menghalangi

penyebaran bunyi pada tempat duduk yang paling jauh.

b. Standarisasi akustik unsur ruang

1) Akustik lantai panggung

Agar semua penonton dapat menyaksikan penyaji dengan

baik, lantai panggung biasanya dibuat lebih tinggi daripada lantai

Page 54: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

penonton yang paling bawah. Perbedaan tinggi berkisar setengah

ketinggian badan manusia pada umumnya split level 80 – 90 cm.

Pada panggung yang terletak di dalam ruang tertutup dan

digunkan untuk menyajikan acara yang menghasilkan bunyi, lantai

panggung tersebut sebaiknya dilapis dengan bahan tebal lunak yang

mampu meredam bunyi seperti penggunaan karpet tebal. Lapisan

lantai yang menyerap/memantulkan suara disesuaikan dengan

tuntutan kegiatan, untuk bahan reflektor dapat dengan lantai

parquette, untuk yang meredam dapat dengan lantai karpet tebal.

2) Akustik dinding panggung

a) Pada bentuk panggung proscenium, terbuka, dan extended,

panggung memiliki dinding pembatas, yaitu di bagian belakang

serta samping kiri dan kanan.

b) Dinding bagian belakang panggung umumnya didesain relatif

mendatar dengan bahan penyerap suara, agar tidak memantulkan

suara kembali kepada penaji yang dapat menimbulkan suara

bias.

c) Pada panggung yang memiliki dinding pembatas samping,

sebaiknya dipilih bahan yang menyerap suara, agar suara tidak

bias; atau dilapisi bahan pemantul dengan memposisikan pada

sudut terbuka keluar atau model sirip membuka ke arah area

penonton.

d) Panggung yang dinding sampingnya membuka kea rah

penonton, dapat memanfaatkan dinding sampingnya itu untuk

Page 55: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

memantulkan suara ke rah penonton, sehingga memperkuat

suara yang terjadi tanpa bantuan peralatan listrik.

Gambar.1

Akustik dinding panggung

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

3) Akustik plafon panggung

1) Ketinggian plafon panggung sangat bermacam-macam dan

biasanya bergantung dimensi ruang auditorium secara

keseluruhan. Peletakan plafon yang terlalu rendah kurang baik

bagi lantai penonton yang dibuat bertrap. Plafon raung

pangguang sebaiknya diselesaikan dengan bahan yang

memantulkan, agar pada keadaan tanpa bantuan peralatan

elektronik (sound sistems) suara dari penyaji dapat disebarkan

ke arah penonton.

2) Bentuk dan perletakan plafon dengan bahan yang memantulkan,

munculnya suara pantulan tidak lebih lama dari1/20 detik sura

asli.

Page 56: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar.2

Contoh plafon area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

4) Area penonton

Selain panggung, raung penonton adalah ruangan yang sangat

penting. Ruangan ini harus didesain sedemikian rupa agar penonton

merasa nyaman saat menyaksikan sajian.

a) Dasar pertimbangan: kenyamanan audio dan visual

b) Strategi teknis: desain area penonton sebaiknya tidak

memanjang ke belakang, jarak maksimal 25 – 30 meter;

kemampuan manusia melihat secara jelas dan nyaman berada

pada sudut 20o kanan-kiri atau total 40

o. Oleh karena itu,

idealnya dibuat panggung yang lebarnya tidak melebihi lebar

bagian depan lantai penonton.

c) Posisi penonton ke arah panggung sekitar 100o kanan-kiri dari

ujung depan kanan-kiri panggung.

Page 57: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar.3

Contoh desain area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

Gambar.4

Contoh area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

5) Akustik dinding area penonton

a) Penyelesaian dinding ini dapat didesain dinding ganda, yaitu

sebagai insulasi bunyi dari luar dan untuk meningkatkan kualitas

bunyi dalam ruang.

b) Untuk pemantulan suara berada pada batas-batas bunyi

dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk

memantulkan bunyi, yaitu di dekat area penonton bagian

belakang dan dinding belkang area penonton.

Page 58: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

c) Bentuk dinding yang membentuk sudut meruncing ke arah

penonton sebaiknya dihindarkan, pilih dinding yang sejajar atau

dinding membentuk sudut melebar ke arah area penonton, agar

tidak terjadi cacat akustik.

Gambar.5

Contoh dinding area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

6) Akustik lantai area penonton

a) Lantai penonton dapat diselesaikan mendatar untuk multifungsi

kegiatan, namun untuk menampung penonton yang jumlahnya

besar akan mendapatkan kualitas visual yang rendah, sehingga

penantaan dengan sistem lantai miring (sloped) atau bertrap

(inclined) dapat membantu.

b) Untuk prinsip terasering (inclined) dapat mengadopsi sitem

tangga dengan beda 15 – 25 cm.

c) Jumlah ideal kursi penonton untuk ditata berjajar adalah 12 – 15

buah, dengan asumsi bahwa penonton yang duduk di tengah-

tengah tidak menempuh perjalanan terlalu jauh ke arah selasar

utama.

Page 59: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

d) Jarak antar kursi dalam baris (depan-belakang) min 86cm dan

sirkulasi sehingga jarak 115cm.

e) Lantai dilapisai dengan bahan lunak yang mampu menyerap

kebisingan.

Gambar.6

Contoh lantai area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

7) Akustik plafon area penonton

a) Bentuk dan perletakan plafon diatur agar pemantulan yang

terjadi merata dan berlangsung seketika kurang dari 1/20 detik

atau jarak tempuh lebih dari 20.7 m, pemantulan ini dapat

menguatkan bunyi.

b) Penonton yang duduk pada jarak 12m dari panggung dapat

mendengar bunyi asli secara baik.

c) Bentuk plafon dapat berupa bentuk gerigi, dimana plafon yang

menghadap penonton berada diatas panggung berlanjut kearah

area penonton yang duduk di belakang, untuk bagian plafon

yang mengahdap ke panggung sebaiknya dengan bahan

penyerap.

Page 60: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

8) Prinsip desain akustik auditorium

Dalam penanganan desain akustik ruangan, ada beberapa faktor yang

seharusnya kita perhatikan untuk mendapatkan kenyamanan akustik,

diantaranya adalah :

a) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai ataupun

langit-langitnya.

b) Bahan bidang pembatas ruang, terutama mengenal karakter

bahan yang kita pergunakan, diantaranya:

- Bahan penyerap nada-nada tinggi

Yaitu bahan yang mengandung banyak hawa udara atau berpori-

pori lembut.

- Bahan penyerap nada-nada menengah dan rendah

Bekerja dengan prinsip pengubahan energi bunyi ke energi

mekanis yaitu dengan gerak getaran selaput membran atau pelat

yang relatif tipis tetapi padat.

c) Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan dengan

pelat dan panel akustik yang tepat.

d) Isolasi dinding

e) Perletakan program ruang

Page 61: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

D. Tinjauan Khusus Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

1. Sejarah Seni Pertunjukan

Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal.

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang keberadaannya sangat

diperlukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kesenian

merupakan sesuatu yang hidup senapas dengan mekarnya rasa keindahan yang

tumbuh dalam sanubari manusia dari masa ke masa, dan hanya dapat dinilai

dengan ukuran rasa.

Seni dalam kehidupan budaya dan masyarakatnya memiliki dimensi dan

fungsi yang multi sebagai sosok seni, ia adalah ekspresi estetik manusia yang

merefleksi pandanagan hidup, cita-cita, realitas kedalam karya, yang berkat

bentuk dan isinyaberdaya membangkitkan pengalaman tertentu pada

penghayatnya. Seni pertunjukan itu lahir dari masyarakat, dan ditonton oleh

masyarakat. Artinya ia lahir dan dikembangkan di tengah, oleh, dan untuk

masyarakat. Oleh karena itu seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang

tidak bisa dipengaruhi oleh sistem yang ada, seperti sistem kekuasaan, sistem

kepercayaan, sistem sosial dan lain sebagainya.

Berdasarkan data-data arkeologis, baik dari prasasti, relief candi,

maupun dari sumber naskah kuno, dapat diketahui bahwa di Jawa seni

pertunjukan sudah dikenal setidaknya pada masa Jawa Kuno, yaitu pada abad

VIII M. Periode abad VIII-X dalam sejarah kebudayaan sering disebut sebagai

periode Jawa Tengah atau periode klasik tua. Sumber-sumber informasi untuk

periode tersebut masih terbatas pada prasasti-prasasti dan relief pada bangunan

Page 62: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

candi. Uraian tentang adanya seni pertunjukan pada masa itu anatara lain dapat

diketahui pada prasasti Kuti yang berangka tahun 762 Saka (840 M).

- Seni pertunjukan tradional Jawa sudah dikenal sejak lama. Di

dalam beberapa relief maupun prasasti disebutkan beberapa bentuk pahatan

ataupun ukiran yang menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa telah

berkesenian. Bahkan di dalam relief di candi-candi tertentu ditemukan pula

beberapa penggambaran bentuk-bentuk instrumen musik yang berupa kecapi

dan celempung pada candi Jago, reyong di candi Ngrimbi, kendhang di candi

tegawabgi, gong pada candi Kedato dan candi Panataran, bendhe dan terompet

pada candi Sukuh, dan sebagainya. Bila dilihat berdasarkan data yang

dikumpulkan diperoleh gambaran sekilas tentang bagaimana seni pertunjukan

masa JawaKuna sekitar abad V-XVI yang meliputi seni musik gamelan, seni

tari dan lawak topeng, serta wayang. Di dalam catatan sejarah Jawa tidak

diketahui sejak kapan bentuk kesenian ini pertama kali dikenal di Jawa.

Kemungkinan sejak pertama kali agama Islam mulai diperkenalkan di wilayah

Jawa. Dugaan ini mungkin cukup masuk akal mengingat adanya kebiasaan

membaca Al Qur‟an sambil melagukan yang sering dilakukan oleh para ulama

setiap selesai waktu sholat bahkan oleh penganut biasa yang telah lancer

membaca Al Qur‟an. (Drs. Sujarno, Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai,

Fungsi dan Tantangannya, 2003, Hal: 23-44)

2. Nilai-nilai Dalam Seni Pertunjukan Tradisional

Ada beberapa batasan mengenai arti seni pertunjukan tradisional

sebelum dapat mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam seni

pertunjukan. Akan lebih baik bila di ungkapkan terlebih dahulu apa seni

Page 63: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pertunjukan tradisional tersebut. Seni pertunjukan adalah segala sesuatu yang

bisa ditonton tersebut harus mempunyai nilai estesis atau keindahan. Selain itu

pengertian bahwa seni pertunjukan adalah ekspresi dari suatu komunitas kecil

dalam mempertunjukan dirinya secara visual dalam berbagai ruang, baik ruang

ekonomi, sosial ataupun politik, sehingga tumbuh kesadaran untuk

mempertunjukannya.

Ditinjau dari sifat atau esensi dari difinisi seni pertunjukan tersebut

terlihat bahwa dalam diri setiap manusia mempunyai sifat dan sikap untuk

mengekspresikan dirinya untuk dpaat dilihat oleh orang lain. Jadi sifat dasar

untuk mempertunjukan sesuatu kepada orang lain itu ada dalam setiap diri

manusia. Kemudian, adanya sikap dasar tersebut dikemas dalam sebuah frame

tau bingkai yang digabungkan dalam siatu perilaku manusia yang ditentukan

baik secara perseorangan maupun public. Seni pertunjukan sangat bersifat

kompleks, sanagt tergantung kepada dimensinya apakah itu seni tari, seni

suara, seni rupa, dan lain sebagainya. Keberadaan seni pertunjukan pun sangat

tergantung kepada masyarakat yang melingkupi kesenian itu.

Seni pertunjukan Jawa dibagi menjadi empat yaitu:

Tari rakyat

Musik rakyat

Drama rakyat

Dan seni resitasi rakyat

Pembagian ini sebenarnya merupakan rekaan untuk membuat

pengelompokan secara sistematis agar lebih mudah untuk memahami. Namun

kenyataan yang ada bahwa seni pertunjukan Jawa pada umumnya merupakan

Page 64: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

seni pertunjukan total atau total theatre yang didalamya mengandung hampir

semua aspek seni pertunjukan.

Contoh yang jelas adalah pertunjukan wayang kulit, bahwa di dalam

pertunjukan tersebut juga mengandung unsur seni tari dengan cara sang dalang

menarikan wayangnya, pengiring atau seni musiknya dengan iringan gamelan.

Wayang ini juga mengandung unsur drama, karena menampilkannya melalui

karakter-karakternya, serta seni resetasi yang diungkapkan oleh dalang pada

saat mengucapkan janturan. Oleh karena itu, hampir setiap kesenian

tradisioanal mengandung keempatnya yaitu unsur tari, musik, drama, serta

resitasi. Pada tahap perkembangan selanjutnya dilihat dari sifat keseniannya,

seni pertunjukan Jawa menjadi dua yaitu seni pertunjukan untuk kepentingan

ritual dan seni pertunjukan yang bersifat pseudo-ritual. Maksudnya suatu

kesenian yang bersifat “transisi”, dalam arti bahwa bila dikategorikan sebagai

bentuk seni pertunjukan sekuler belum sepenuhnya memenuhi persyaratan seni

komersial.

Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional

ini selalu membawakan sebuah misi yang ingin disampaikan kepada para

penonton atau para pendengarnya.

Dengan demikian sebagai sebuah seni pertunjukan, kesenian-kesenian

tradisional selalu melihat atau menampilkan pesan atau nilai-nilai yang sesuai

pada masanya. Apakah itu pesan-pesan yang bersifat sosial, politik, moral dan

sebagainya. Sebenarnya ada beberapa nilai tertentu yang terdapat disetiap

pertunjukan tradisional. Secara garis besar nilai-nilai yang terkandung di dalam

seni pertunjukan tradisional dapat digunakan sebagai media pendidikan, media

Page 65: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

penerangan atau sebagai suatu wadah (wahana) untuk menyampaikan kritik

sosial, serta sebagai media hiburan atau tontonan.

Nilai-nialai lainnya yang ada dalam seni pertunjukan wayang baik

wayang kulit maupun wayang orang antara lain: nilai patriotism, nilai

kesetiaan, nilai filsafat, serta nilai tata krama. Nilai patriotisme dari

pertunjukan wayang kulit ataupun wayang orang, misalnya dalam beberapa

ceritera tentang peperangan Bharata Yudda.

Nilai kesetian juga terlihat di dalam cerita seperti Begawan Ciptoning,

di sini tampak adanya kesetiaan antara atasan dan bawahan, antara suami dan

istri, serta kesetiaan membela tanah air (negara). Di dalam cerita wayang juga

terdapat nilai-nilai filsafat, seperti terlihat dalam lakon Dewaruci. Dalam cerita

tersebut dikisahkan Bima Sena (werkudara) yang diibaratkan berbadan tinggi

besar dapat masuk ke telinga Dewaruci yang badannya jauh lebih kecil. Dalam

cerita tersebut sarat dengan pesan-pesan moral yang disampaikan dalang

kepada para penonton maupun pendengarnya. Nilai tata karma juga dilihat

melalui dialog-dialog yang diucapkan baik oleh dalang (wayang kulit) ataupun

dialog anatara tokoh utama dengan para pembantunya dalam wayang orang.

Di sini pelaku harus bertindak sesuai dengan kedudukannya. Kalau hal

tersebut dilanggar, maka diantara mereka akan terjadi konflik. Dengan kata lain

dapat diketahui bahwa dengan melihat seni pertunjukan tradisional baik berupa

wayang orang, wayang kulit, ataupun kethoprak, kita suguhkan kepada segala

potret kehidupan sehingga dari semua aspek atau pun nilainya penonton dan

pendengar dapat memetiknya. Pendek kata melalui media seni pertunjukan

ternyata berbagai transformasi nilai-nilai budaya bisa didapat oleh masyarakat.

Page 66: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

3. Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional di Masyarakat Pendukungnya

Pada dasarnya seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai

empat fungsi utama yaitu:

Fungsi ritual

Fungsi pendidikan sebagai media tuntunan

Fungsi/media penerangan atau kritik sosial

Fungsi hiburan atau tontonan

a. Fungsi ritual

Pada awalnya tumbuhnya seni tradisi bermula dari adanya

keperluan-keperluan ritual. Seni yang dimunculkannya biasanya

dianalogikan dalam suatu gerak, suara, ataupun tindakan-tindakan tertentu

dalam suatu upacara ritual. Maksudnya adalah sebagai ungkapan atau

simbol untuk berkomunikasi kepada Yang Maha Kuasa, atau diagungkan.

Misalnya saja dari hasiltemuan prasasti POH 905 M yang ditulis oleh Sutter

Rein (1940: 3-28) yang disebutkan bahwa pada saat upacara penetapan seina

para seniman seperti seniman musik, tari maupun lawak diundang untuk

menghadirinya. Mereka juga menggelar pertunjukannya masing-masing

baik dari musiknya, tari maupun lawaknya. Dari uraian tersebut jelas terlihat

bahwa seni pertunjukan tradisional berfungsi secara ritual yaitu sebgai salah

satu prasyarat dalam sebuah acara penobatan seina.

Di dalam perkembangan selanjutnya, dewasa ini seni pertunjukan

tradisional juga masih dapat memperlihatkan fungsinya secara ritual.

Keberadaan pementasan wayang kulit di pedesaan misalnya, masih benyak

ditampilkan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti untuk keperluan

Page 67: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

upacara bersih desa atau memetri desa, ruwatan, upacara keselamatan

individu atau congkokan (memperingati usia 8 windu), untuk upacara

tingkepan, untuk upacara jumenengan raja dan sebagainya. Untuk

memenuhi fungsi secara ritual ini, seni pertunjukan yang ditampilkan

biasanya masih tetap berpijak kepada aturan-aturan tradisi yang berlaku.

Seperti untuk pementasan wayang kulit sebelum pertunjukan dimulai,

dilengkapi dengan beberapa sesaji yang harus dipenuhi. Sang dalang yang

bertanggung jawab dalam pementasan harus benar-benar bersih dan suci.

Begitu pula denagn lakon-lakon yang dipilih harus lakon yang suci dan

keramat yang juga disesuaikan dengan keperluan/hajatan tertentu.

b. Fungsi pendidikan

Salah satu fungsi dari seni pertunjukan tradisional yang tidak kalah

pentingnya adalah berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai

tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap

pementasan seni pertunjukan tradisional (wayang orang, wayang kulit,

maupun kethoprak), pada intinya para seniman yang melakukannya

mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Misi yang

akan disampaikan itu bisa melalui dialognya ataupun melalui gerakan

apabila itu berupa tarian.

Sebagai media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya

yang ada di dalam seni pertunjukan tradisional tersebut, maka seorang

seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas

peran yang diembannya. Seni pertunjukan tradisional (wayang orang,

wayang kulit, maupun kethoprak) sebagai media pendidikan sebenarnya

Page 68: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan itu sendiri, dalam

perwatakan tokoh-tokohnya, serta dalam ceriteranya yang secara utuh.

Di dalam dialog-dialognya seni pertunjukan kethoprak juga penuh

dengan fungsi-fungsi pendidikan baik melalui jalan ceritanya maupun

gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh para pelakunya. Fungsi pendidikan

yang paling menonjol adalah melalui dialog-dialog yang membedakan

misalnya antara juragan dengan abdinya. Di dalam percakapan biasanya

mereka menggunakan tingkatan bahasa ngoko dan para abdinya

menggunakan bahasa krama. Di sinilah bisa dipetik fungsinya bahwa di

dalam pembicaraan dengan siapa pun hendaknya selalu tanggap dengan

kedudukan kita masing-masing. Fungsi pendidikan yang dapat diambil

manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari misalnya juga nilai kerukunan

dalam keluarga Pandawa yang bisa diterapkan dalam keluarga.

c. Media penerangan sebagai kritik sosial

Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, seni pertunjukan

tradisional juga cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan

pembangunan. Pesan-pesan pembangunan yang dapat disampaikan tokoh-

tokoh wayang bisa berbagai macam topik sesuai dengan keinginan. Bisa

topik-topik sekitar kepahlawanan, kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan,

bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan

oleh masyarakat pada masa kini. Misalnya saja isue yang mencuat akir-akir

ini adalah masalah penegakan hukum, pemberantasan KKN dan sebagainya.

Di samping dilihat dari jenis tontonan yang dapat menyampaikan

pesan-pesan nilai, moral, pembangunan, kritik sosial yang ditampilkan oleh

Page 69: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

kesenian tersebut (baik wayang orang, wayang kulit, maupun kethoprak).

Sebagai media untuk penyampaian kritik sosial, memang dengan bentuk

kesenian tradisional seungguh tepat. Masyarakat Indonesia yang menganut

paham paternalistik tentu sangat tabu apabila akan mengkritik seseorang

secara langsung, apabila kalau orang yang dikritik itu adalah pimpinannya,

atasannya, ataupun saudaranya, atau juga kondisi Negara saat ini. Media

yang sangat tepat untuk mengkritiknya adalah melalui kesenian tradisional,

denagn jalan menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan ataupun

melalui dialog-dialog tertentu. Misalnya menyindir atau mengkritik

pimpinan yang sedang menjabat terkena kasus KKN, mengkritik aparat desa

yang sewenang-wenang dan sebagainya.

d. Fungsi hiburan (tontonan)

Fungsi seni pertunjukan tradisional (baik wayang orang, wayang

kulit, maupun kethoprak) sebagai sarana hiburan atau tontonan sudah jelas.

Biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuk mencari hiburan,

melepas lelah, menghilangkan stress dan bersantai ria. Pertunjukan ini

biasanya diselenggarakan untuk memperingati peristiwa atau sebagai sarana

hiburan dalam suatu keperluan. Namun demikian pemilihan lakon

disesuaikan dengan peristiwa yang diperingati. Sebagai sarana hiburan pun

pada wayang ataupun ketoprak juga tetap mengandung (memuat) ajaran,

tuntunan maupun nilai-nilai yang diperlukan oleh masyarakat.

4. Tantangan Seni Pertunjukan Tradisional di Masa Depan

Beberapa media massa pada akhir-akhir ini mengulas keberadaan seni

tradisi yang semakin memprihatinkan keberadaannya. Di samping mengulas

Page 70: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

tentang senimannya yang semakin memelas kehidupannya, ternyata panggung-

panggung hiburan tempat seni tradisi ini pentaspun juga semakin banyak yang

tutup, gulung tikar tidak beroperasi lagi. Bahkan banyak pula pangggung

hiburan tidak terawatt lagi, dan siapa yang bertanggungjawab terhadap gedung-

gedung pertunjukan itu biasanya para pengelolanya saling lepas

tanggungjawab. Keberadaan seni pertunjukan tradisional ternyata sangat

ditentukan oleh dua hal yang penting yaitu.

a. Faktor senimannya (pekerja seni/pelaku seni)

b. Kepedulian masyarakat pendukungnya.

a. Faktor seniman (pelaku seni)

Seniman adalah seseorang yang sepenuhnya kehidupannya

dicurahkan kepada salah satu bentuk kesenian. Profesi seniman diperoleh

seseorang dapat melalui bakat, dalam hal ini karena faktor keturunan dan

dapat pula karena belajar atau melalui sosialisasi. Keberadaan seniman seni

tradisi pada saat ini sungguh memprihatinkan. Mereka kurang dihargai atau

kurang memperoleh perhatian di masyarakat maupun pemerintah. Pekerja

seni dianggap sebagai pekerjaan yang diremehkan, dan kurang dapat

menjanjikan untuk kelangsungan hidup seseorang. Orientasi para seniman

ada kecenderungan berorientasi pada seni sebagai pencarian lahan hidup

(=baca uang). Dengan demikian berbagai macam jaln ditempuh, asal

mendatangkan uang. Mereka tidak mau atau tidak berani mengadakan

pembaharuan-pembaharuan dalam berperan, sehingga kadang kala sangat

membosankan penontonnya. Seniman-seniman tidak berani mengadakan

gebrakan-gebrakan (terobosan), aktingnya dinilai sangat mononton. Salah

Page 71: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

satu hal penyebab terjadinya hal seperti itu adalah tingkat pendididkan

mereka terlalu rendah. Sumber daya manusia (SDM) dalam perkumpulan

tersebut rendah, rata-rata hanya berpendididikan sekolah dasar (SD) ataupun

tertinggi sekolah tingkat atas (SLTA), tanpa ada latar pendididkan kesenian.

Mereka mempunyai darah seni karena keadaan keluarga, atau sering melihat

salah satu keluarga berkecimpung di kesenian, tanpa ada bekal kesenian

secara formal. Di samping SDM yang rendah, mereka ternyata kurang

disiplin dalam mengerjakan pekerjaan seninya. Hal semacam ini sering kali

mengecewakan para penonton, karena keterlambatan saat dimulainya

pertunjukan. Oleh karena para pemain seni tradisi telah berorientasi secara

komersial, sehingga sering meninggalkan grupnya, sering tidak tampil. Hal-

hal atau kendala seperti itulah yang sedikit demi sedikit akan menyurutkan

masyarakat untuk lebih menyenangi seni tradisi. Kalau keadaan ini terus

berlanjut, maka bukan tidak mungkin pada akhirnya seni tradisi akan

semakin hilang.

Kondisi seperti di atas ternyata tidak hanya dialami oleh para pelaku

atau pemain kethoprak maupun wayang orang, tetapi juga dialami oleh para

dalang wayang kulit. Oleh karena berorientasi komersial, tidak sedikit para

dalang yang mengejar kesenangan penontonnya. Para dalang tersebut

kurang memperhatikan nilai tuntunan yang harus diembannya. Mereka

hanya menitik beratkan kepada segi hiburan saja.

Tantangan keberadaan seniman seni tradisi dalam menatap masa

depan sebenarnya cukup berat. Sebab mereka harus dapat benar-benar

bersaing dengan jenis kesenian modern maupun kontemporer yang telah

Page 72: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

banyak tampil bahkan merajai layar kaca (TV). Para seniman seni tradisi

hendaknya akan selalu tanggap terhadap perubahan lingkungannnya,

sehingga dapat membuat terobosan-terobosan baru tanpa meninggalkan

pakem. Hal demikian kiranya perlu dilakukan agar seni tradisi tetap dicintai

oleh masyarakat pendukungnya. Memang, untuk dapat merubah orientasi

para senimannya yang telah terlanjur bersifat komersial memang cukup sulit

dan butuh proses. Oleh sebab itu keterlibatan pemerintah pun sangat

diharapkan dalam penanganan pembinaan seni tradisi.

b. Faktor masyarakat pendukungnya

Di lihat daari animo penonton seni tradisi yang semakin lama

semakin sedikit, para pelaku seni tradisi hendaknya harus berani mengambil

gebragan atau inisiatif atau terobosan baru agar seni tradisi ini tetap diminati

oleh masyarakatnya. Tentu saja terobosan atau usaha ini tidak berhasil

apabila tanpa ada dukungan dari masyarakat sebagai pemangku kebudayaan

tersebut. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana menumbuhkan

kesadaran dalam diri masyarakat untuk berkesenian. Uasaha tersebut sudah

adapat dilaksanakan sejak dini, khususnya melalui pengenalan seni tradisi di

sekolah-sekolah yang dilakukan terhadap anak didik. Mereka diperkenalkan

berbagai cerita ataupun lakon-lakon yang terdapat dalam seni tradisi.

Di samping bermanfaat sebagai hiburan juga mengandung nilai-nilai

moral yang dapat dijadikan cermin bagi kehidupan di dalam masyarakat.

Oleh karena itu, kepedulian masyarakat untuk selalu mencintai seni

pertunjukan tradisional perlu ditumbuhkan. Selain itu dari segi

masyarakatnya sendiri juga ditumbuhkan rasa saling menghargai dan

Page 73: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menghormati keberadaan seni pertunjukan-pertunjukan tradisional.

Sementara itu, dari pihak media massa terutama televise hendaknya semakin

membatasi ataupun menyeleksi terhadap sering munculnya seni tradisi.

Mereka harus pandai memilih dan memilah seni tradisi mana yang pantas

ditampilkan dan mana yang tidak pantas ditampilkan dalam acara

televisinya. (Drs. Sujarno, 2003, Hal: 49-62)

5. Seni Pertunjukan Tradisional di Surakarta

Surakarta salah satu kota di Indonesia yang merupakan bekas ibukota

kerajaan. Sebagaimana prinsip kultus dewa-raja, kerajaan merupakan pusat

kebudayaan, yang tentunya digunakan sebagai pusat acuan bagi perilaku dan

kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagai kota raja, Surakarta mempunyai

predikat sebagai kota budaya. Hal itu terbukti bahwa Surakarta mempunyai

potensi budaya yang cukup kaya. Begitu pula halnya dalm potensi budaya yang

berupa seni pertunjukan.

Contoh salah satu kesenian tradisional:

a. Wayang kulit

Menurut Rasser, pertunjukan wayang kulit Jawa sebelumya

merupakan suatu pertunjukan ritual untuk mengundang roh nenek moyang

turun ke bumi agar menolong keturunannya yang masih hidup di dunia.

Wayang kulit Jawa murni yang bagus dikerjakan oleh seniman

penatah kulit yang ahli. Seperti telah kita ketahui, tokoh-tokoh wayang

adalah gambaran dari kisah-kisah klasik seperti Ramayana dan Mahabarata.

Masing-masing tokoh wayang dilukis dan ditatah sangat teliti, untuk

kemudian diberi atau ditancapi batang kayu yang memungkinkan seorang

Page 74: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dalang memerankan wayang-wayang itu. Kemampuan dalang untuk

memainkan wayang dibalik tabir akan memunculkan bayang-bayang

wayang, fenomena seperti inilah yang dianggap sebagai sebuah pertunjukan

mahakarya seni.

b. Ketoprak

Ketoprak adalah seni teater rakyak yang mengangkat berbagai

sejarah dan legenda atau cerita rakyat. Adapun mengenai modal dasar

pemain, untuk pertunjukan wayang oaring para pemainnya dituntut

menguasai olah tari, menguasai ontowecono, dan menguasai vocal (tembang

atau palaran). Sedangkan untuk pemain ketoprak pemain harus bisa acting,

perang, dan vocal.

c. Wayang Orang

Wayang orang adalah salah satu jenis teater tradisional Jawa yang

merupakan gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan

pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Lakon yang

dipentaskan disini bersumber pada ceritera-ceritera wayang purwa. Jenis

kesenian ini pada mulanya berkembang terutama di lingkungan kraton dan

kalangan para priyayi (bangsawan) Jawa.

Wayang orang secara harafiah berarti wayang yang diperankan oleh

orang. Walaupun beberapa ahli percaya wayang orang telah ada sejak abad

ke-12 di Jawa Timur, menurut tradisi pencipta wayang orang seperti yang ada

sekarang adalah Hamengkubuwana I (1755-1792) dari Yogyakarta atau

Mangkunegara I (1757-1795) dari Surakarta. Baik Keraton Yogyakarta

maupun Mangkunegara menganggap wayang orang bukan sekedar bentuk

Page 75: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

hiburan, melainkan bagan dari upacara kenegaraan; seperti khitanan,

perkawinan, dan penyambutan tamu Negara.

Kata wayang orang berasal dari kata wayang wang diambil dari

bahasa Jawa Kuno. Wayang berarti “bayangan”, sedang wong berarti

“orang”. Jadi wayang orang dapat diartikan sebuah pertunjukan wayang yang

pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia (Hersapandi, 1999: 16).

wayang orangadalah sebuah drama tari yang terdapat di beberapa

daerah di Indonesia. Di Jawa Tengah istilah ini digunakan untuk menyebut

pertunjukan drama tari berdialog bahasa Jawa prosa yang biasanya

membawakan wiracarita Mahabharata dan Ramayana.

Banyak kaidah pertunjukan wayang orang diambil dari wayang kulit.

wayang orang bersumber pada versi Jawa dua epik India, Ramayana dan

Mahabharata. Pertunjukan wayang orangterbagi menjadi tiga, masing-

masing ditegaskan oleh hubungan perlambangan nada gamelan : pathet nem,

pathet sanga, dan pathet manyura jika menggunakan laras slendro; atau

pathet lima, pathet nem, dan pathet barang jika laras pelog yang digunakan.

Tata rias, busana, dan perwatakan wayang orangjuga diambil dari kaidah-

kaidah wayang kulit. Wayang orang merupakan personifikasi dari wayang

kulit yang terlihat jelas dari berbagai aspek antara lain sumber cerita,

penggolongan karakter, karawitan, antawacana (dialog), peranan dalang dan

busana serta tat riasnya. Dialog atau antawacana yang digunakan pada

pementasan wayang orang sama seperti dialog pada wayang kulit yakni,

dengan menggunakan bahas jawa kawi, bahas ngoko maupun karma, sesuai

dengan tokoh pada wayang tersebut. Dalam penyajiannya wayang orang

Page 76: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

menggunakan gerak tari tradisi dengan norma gerak sesuai masing-masing

karakter pada tokohnya. Sumber cerita wayang orang baik di Surakarta

maupun Yogyakarta mengambil cerita Mahabarata ataupun Ramayana, dan

kedua sumber tersebut bisa dibagi menjadi beberapa episode serta beberapa

jenis lakon antara lain:

Lakon Baku adalah lakon yang diangkat dari cerita induk Ramayana dan

Mahabarata

Lakon Carangan adalah lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa

yang termuat dalam cerita induk Ramayana dan Mahabarata.

E. Tinjauan Umum Kota Surakarta

1. Letak, Luas dan Batas

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” secara umum

merupakan daerah dataran rendah dan berada antara pertemuan sengai-sungai

seperti Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, serta mempunyai ketinggian

kurang lebih 92 m dari permukaan air laut. Berdasarkan peta topografi Kota

Surakarta secara astronomi terletak antara: 110o

45c 152 – 110

o 45c 35

2 Bujur

Timur 7o 36c 00

2 – 7

0 56c 00

2 Lintang Selatan.

Dari sudut pandangan sosial ekonomi, wilayah Kota Surakarta

merupakan pusat aktivitas penduduk yaitu dalam pemerintahan, pendidikan,

dan perdagangan. Di samping itu, Surakarta atau Kota Solo sebagai pusat

kebudayaan Jawa.

Secara administratif wilayah Kota Surakarta berbatasan dengan daerah-

daerah lain. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Dati II Karanganyar

dan Kabupaten Dati II Boyolali, sebelah timur berpatasan dengan Kabupaten

Page 77: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dati II Sukoharjo dan Kabupaten Dati II Karanganyar, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Dati II Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Dati II Sukoharjo dan Kabupaten Dati II Boyolali.

Gambar.7

Peta Kota Solo

Sumber : Bappeda Kota Surakarta

2. Keadaan Sosial Budaya

Kebanyakan penduduk yang tinggal di Kota Surakarta adalah suku

bangsa Jawa. Mereka di dalam sikap hidupnya dipengaruhi oleh nilai-nilai

budaya Jawa, bahkan dalam pola cara berfikirnya dipengaruhi oleh nilai

budaya yang berlaku di masyarakatnya. Termasuk dalam pengertian nilai

budaya pada umumnya adalah beberapa konsepsi abstrak yang hidup di dalam

aalm pikiran warga masyarakat yang dianggap dan dijadikan pedoman tingkah

laku atau perbuatan manusia sebagai warga masyarakat itu. Contohnya aturan

sopan santun, adt istiadat, norma-norma dan lain sebagainya.

Page 78: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan perkembangan kebudayaan, khususnya dalam bidang

keseniannya, yang tentu saja berpusat pada sistem sosial budaya daerah

Surakarta atau lebih dikenal “Kota Solo”. Bahwa sistem sosial budaya daerah

Surakarta atau Kota Solo itu dipengaruhi oleh norma-norma lama yang

berorientasi kepada sistem feodalisme. Dengan kata lain kita dapat

menyebutkan bahwa sistem budaya yang berlaku di daerah Surakarta itu

dipengaruhi oleh pola kebudayaan kraton.

Tampaknya para warga/masyarakat di Surakarta mempunyai pola cara

berfikir yang erat hubungannya dengan mitologi. Cirri dari pola cara berfikir

ini yaitu terlihat pada tingkah laku para warga masyarakat yang bersifat

religious, dengan upacara-upacara dan selamatan sebagai inti atau puncak

perbuatannya. Upacara-upacara yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa

itu, di dalam pelaksanaannya berorientasi pada kebudayaan Kraton Surakarta.

Begitu pula unsur-unsur kebudayaan lain, seperti kesenian, agama, bahasa,

kepercayaan, dan lain sebagainya.

Maka uraian keadaan sosial budaya masyarakat di Kota Surakarta atau

Kota Solo sangat berkaitan pada aspek kesenian, agam, dan bahasa. Ketiga

aspek tersebut memiliki kaitan yang erat dengan seni pertunjukan tradisional

Jawa.

3. Potensi Pariwisata Kota Surakarta

Kota Surakarta dengan motto pembangunan Panca Krida utama akan

menjadikan Kotamadya DATI II Surakarta sebagai kota budaya, kota

pariwisata, kota olahraga, kota pusat perdagangan dan jasa, kota pusat

perkembangan industri kerajinan rakyat serta kota pendidikan dan pelatihan

Page 79: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kepariwisataan Kota Surakarta. Kepariwisataan di Kotamadya Surakarta

mengandalkan dua buah Keraton. yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton

Mangkunegaran sebagai daya tarik utama.

Selain hal tersebut di atas, terdapat pula objek-obyek wisata yang cukup

menarik di dalam Kota Surakarta dan perlu dikembangkan antara lain : Taman

Wisata Budaya Sriwedari, Taman Wisata Olahraga, Taman Wisata Satwa Taru

Jurug, Museum Radyapustaka dan Musium Lukisan Dullah. Obyek wisata

lainnya yang bersifat pelayanan souvenir adalah Pasar Klewer, Pasar Triwindu,

Batik Shop, pembuatan keris, gamelan dan sebagainya. Sedangkan obyek

wisata di luar Kotamadya Surakarta adalah sebagai berikut :

- Di sebelah utara Kota Surakarta :

Musium Sangiran

Astana Girilayu

- Di sebelah timur Kota Surakarta :

Candi Sukuh dan Candi Ceto

Pemandian air hangat Bayanan

Puncak Lawu

Astana Mengadeg dan Astana Giribangun

- Di sebelah selatan Kota Surakarta :

Pantai Paranggupito

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Puncak Silamuk dan Kahyangan Dlepih

- Di sebelah barat Kota Surakarta :

Rawa Jombor

Page 80: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Pemandian Pengging dan Cokrotulung

Waduk Cengklik

Disamping obyek wisata maka event juga merupakan daya tarik bagi

wisatawan, dengan maksud event yang dimaksud adalah suatu bentuk kegiatan

atau pertunjukan baik yang bersifat ritual maupun yang bersifat hiburan.

Adapun yang termasuk dalam event di Surakarta ini seperti : Sekaten, Kirab

Pusaka, Jumenengan, Maleman Sriwedari, Pesta Seni Akhir Tahun, Labuh

Pusaka, Wayang orang, Pagelaran kesenian, lukisan dan budaya lainnya.

Tanpa adanya event maka suasana kepariwisataan akan terasa gersang. Event-

event yang diselenggarakan secara rutin tiap-tiap tahun. Akhir-akhir ini

perkembangan dunia kepariwisataan di Surakarta menunjukan gejala

peningkatan. Peningkatan ini tdak terbatas pada wisatawan Nusantara saja

melainkan wisatawan Mancanegara.

Dengan diresmikan bandara Adisumarmo sebagai Bandara

Internasional penuh yang berate telah dilakukan penerbangan langsung dari

Surakarta ke luar negeri (sementara baru Singapura) tidak hanya akan

meramaikan penerbangan ked an dari Kodya Surakarta dan sekitarnya, tetapi

juga menguntungkan bagi wilayah Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta. Dengan

segera dibangunnya jalan tol Semarang – Solo dan Solo – Yogyakarta, akan

memperbesar peluang dan sekaligus tantangan bagi kepariwisataan di

Kotamadya Surakarta. Kebijaksanaan ini secara langsung akan meningkat

kegiatan sektor Industri, perdagangan dan pariwisata di Kodya Surakarta dan

sekitarnya.

Page 81: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Melihat prasarana, sarana dan sarana penunjang, faktor pendukung dan

event-event yang lain sudah sepantasnya dikatakan Surakarta sebagai tujuan

wisata, kalau dibandingkan dengan Semarang ataupun daerah lainnya di Jawa

Tengah, faktor-faktor yang dimiliki daerah-daerah tersebut tidak selengkap

yang dimiliki Surakarta, seperti :

- Peninggalan sejarah atau budaya

- Taman hiburan/ rekreasi baik yang sudah ada ataupun yang dalam tahap

pengembangan.

- Kesenian

- Event-event

- Obyek-obyek wisata di Surakarta

Dari berbagai hal diatas kita dapat berbangga hati tetapi kita harus tetap

mempersiapkan atau mengadakan pembenahan hal-hal yang sampai sekarang

ini dinilai masih kurang, khususnya di bidang industri pariwisata antara lain :

- Hotel Non Bintang/ Losmen jumlahnya masih perlu penyempurnaan agar

memenuhi persyaratan.

- Rumah makan/ pub/ restoran masih perlu di dorong untuk dapat menyajikan

kesenian tradisional.

- Pembenahan obyek-obyek wisata khususnya obyek-obyek wisata yang

dinilai masih menyedihkan perlu mendapatkan uluran tangan dari

pemerintah pusat karena terbatasnya dana bagi daerah tingkat II maupun

daerah tingkat I.

- Budaya BERSERI terhadap lingkungan belum dapat dilaksanakan secara

maksimal atau belum mendarah daging.

Page 82: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Usaha-usaha pemerintah daerah untuk mengatasi kendala tersebut antara lain :

- Mengadakan pembinaan, penyuluhan dan sarasehan- saraasehan baik

terhadap pengusaha industri pariwisata yang ada maupun terhadap

masyarakat.

- Bekerjasama dengan instansi vertical dan horizontal dalam meraih dana

untuk pengembangan kepariwisataan di daerah.

4. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kota Madya Dati II Surakarta di

Bidang Pariwisata

Kebjaksanaan Pemerintah Daerah Kota Madya Dati II Surakarta dalam

usaha peningkatan kepariwisataan di Surakarta telah membuat Rencana

Pengembangan Pariwisata yang telah dibakukan oleh BAPPEDA Kotamadya

Dati II Surakarta sebagai Pola Dasar Pengembangan Pariwisata Kotamadya

Dati II Surakarta.

Rencana pegembangan tersebut meliputi :

- Pengembangan di bidang industri wisata, antara lain :

Performance centre ( pusat pertunjukan )

Daerah Hospitality Industri ( daerah pelayanan industri wisata)

Daerah Ammucement centre (pusat hiburan)

- Pengembangan dalam produk wisata adalah :

Obyek wisata kompleks Keraton Surakarta Hadiningrat.

Obyek wisata Istana Mangkunegaran.

Obyek wisata flora dan fauna daerah rekreasi Jurug.

Obyek wisata Taman Balekambang

Obyek wisata Taman Sriwedari

Page 83: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Daerah pusat perbelanjaan wisatawan dan daerah seni kerajinan.

Sesuai dengan rencana pengembangan pariwisata di Surakarta yang

dibakukan sebagai pola Dasar Pengembangan Pariwisata Kodya Dati II

Surakarta, maka tersedia lokasi pengembangan Daerah Industri Wisata antara

lain di Jalan Ahmad Yani (di sebelah selatan Taman Balekambang), lokasi

yang berada di sekitar Ketandan (sebelah selatan Pasar Gedhe) dan lokasi yang

berada di sekitar Taman satwa taru Jurug.

5. Arah Pengembangan Kota Surakarta

Untuk melihat arah dan prospek perkembangan kota Surakarta perlu

meninjau kondisi-kondisi sebagai berikut :

a. Prospek letak

Posisi Kodya DATI II Surakarta terletak pada 1100

- 1110 BT dan

7,60

- 80 LS merupakan posisi yang sangat strategis karena di samping

simpul pengembangan daerah sekitarnya, juga sebagai daerah penghubung

antara daerah propinsi Jateng, DIY, Jabar, dan DKI Jakarta dengan lalu

lintas yang sangat padat. Dampak positif dari posisi yang sangat strategis

tadi maka kota Surakarta berkembang menjadi Kota Pariwisata dan Kota

Dagang terkenal berdasarkan Perda No. 1 tahun 1989, wilayah Kodya DATI

II Surakarta dibagi dalam 4 wilayah Pengembangan, yaitu :

- Wilayah Pengembangan Utara

- WIlayah Pengembangan Barat

- Wilayah Pengembangan Timur

- Wilayah Pengembangan Selatan

Page 84: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dari 4 wilayah pengembangan tersebut, dirinci lagi menjadi 10 Sub

Wilayah Pengembangan (SWP), sebagai unit perencanaan. Adapun

kegiatan-kegiatan yang disediakan ruangnya di dalam wilayah Kodya DATI

II Surakarta mengacu pada pengembangan fungsi-fungsi Kodya Surakarta di

masa mendatang, yaitu :

- Penyediaan areal pusat pariwisata

- Penyediaan areal pusat pengembangan kebudayaan

- Penyediaan areal olahraga

- Penyediaan areal relokasi industri

- Penyediaan areal perluasan dan pengembangan pendidikan

- Penyediaan areal pusat perdagangan, pertokoan dan perbelanjaan.

- Penyediaan areal pusat perkantoran/ pusat administrasi

- Penyediaan areal lingkungan perumahan

b. Prospek Perdagangan

Prospek perdagangan yang mendukung perkembangan positif kota

Surakarta adalah :

- Kota Surakarta mempunyai sarana dan prasarana yamg terlengkap di

wilayah eks Karesidenan Surakarta, yang tentunya akan semakin

melancarkan jalannya dunia usaha.

- Merupakan kota perdagangan lama seiring dengan perkembangan

kotanya, menarik wisatawnan domestic maupun mancanegara untuk

mengunjunginya.

- Letak geografis Surakarta di simpul hubungan perkotaan potensial (

Semarang, Yogyakarta, Purwodadi, Surabaya, Pacitan dan Ponorogo) dan

Page 85: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

rencana dibukanya bandara Internasioanl Adi Sumarmo sebagai bandara

Internasional menambah semarak dan kelancaran aktifitas di kota

Surakarta, (Rencana Pembangunan Lima Tahun ke 6 daerah Kodya

DATI II Surakarta, Buku III).

c. Prospek Pariwisata

Prospek pariwisata yang mendukung perkembangan positif Kota

Surakarta adalah pengembangan sarana Pariwisata wilayah DATI II, dengan

melihat berbagai factor yang ada yaitu :

- Jarak lokasi obyek terhadap kota yang ada.

- Sarana dan prasarana yang ada dan yang diperlukan di dalam kota untuk

menunjang kegiatan paket-paket wisata.

- Akumulasi kegiatan wisata yang mungkin dapat dikembangkan.

- Lingkup pelayanan obyek-obyek wisata.

Maka dapat disimpulkan bahwa jenis sarana dan prasarana seperti :

- Hotel, Tourist Information Center, Rumah makan/ restoran, tempat

hiburan umum, mandala wisata dan lain-lain lebih banyak ditempatkan di

Kodya Surakarta disamping penyediaan sesuai kebutuhan standart pada

kota Kabupaten sekitarnya.

F. Tinjauan Konsep Eklektik

Setelah masa arsitektur antik atau kuno, kemudian klasik, arsitektur Barat

memasuki zaman Post-Renaissance. Berikutnya arsitektur Barat berkembang pada

abad XIX atau zaman kolonial, kehampir seluruh dunia terutama wilayah koloni

atau jajahan orang-orang Eropa di Amerika, Amerika Latin, Afrika, Asia,

Australia, Selandia Baru.

Page 86: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Pada daerah-daerah koloni tersebut berkembang dengan cepat dan

beberapa daerah sepenuhnya dikuasai oleh orang-orang Barat seperti Amerika dan

Australia. Pada masa itu atau sering disebut masa Pascakolonial, berkembang

Arsitektur Modern Pascakolonial.

Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan

norma arsitektur klasik, yang sudah merajai dunia arsitektur sejak ribuan tahun

silam. Pada masa inilah timbul dan berkembang bentuk arsitektur mengikuti pola

pikir eklektik, menyebar keseluruh dunia bersamaan dengan penjelajahan dan

penaklukan orang Eropa keseluruh dunia dalam masa Kolonial dan Pascakolonial.

Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya.

Arsitektur Eklektik adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke

dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama

memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas

menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka.

Berdasarkan arti katanya maka Eklektisme dalam arsitektur sudah ada

sejak lama misalnya pada zaman Renaissance di mana elemen-elemen Romawi

(kolom, ornamen dan lain-lain) digabung dan ditambah dengan unsur-unsur,

kaidah dan bentuk baru. Demikan juga arsitektur Romawi telah mengambil unsur-

unsur Yunani digabung dan dikembangkan menjadi bentuk baru.

Dari segi sejarah dan ciri-ciri pengulangan bentuk-bentuk lama Eklektisme

dalam arsitektur sering disebut antara lain dengan Post-Renaissance , Neo-Klasik,

Kolonial, dan lain-lain. Masa itu dapat dikatakan belum terlalu banyak pilihan dan

percampuran, masih terbatas atau terikat pada kaidah-kaidah klasik. Oleh karena

Page 87: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

itu dalam kajian perkembangan arsitektur sering disebut sebagai zaman Neo-

Klasik, atau Neo-Klasik Internasional karena sudah berkembang diseluruh dunia.

Arsitektur modern mulai berkembang pada abad XVI di Eropa dimulai

dengan Eklektisme, selain karena kejenuhan terhadap pola klasik lama juga

karena semakin banyak pilihan untuk digabungkan atau diulang tetapi dalam pola,

konsep dan bentuk baru. Pada abad XIX bentuk, gaya, konstruksi dan bahan-

bahan bangunan dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga pilihan

pun semakin banyak. Eklektisme dalam arsitektur masa itu, lebih kompleks dan

bervariasi pula. Dalam sejarah perkembangan arsitektur istilah Eklektisme dipakai

untuk menandai gejala pemilihan atau percampuran gaya-gaya pada abad XIX

masa berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisasi dan bukan percampuran

maupun perkembangan pada masa sebelumnya.

Arsitektur Eklektisme awal abad XIX mengandung rasa sentimen dan

nostalgia pada keindahan gaya masa lampau. Sebagai contoh dari gejala

perkembangan arsitektur eklektik telah disebut tiga bangunan pada bab

pendahuluan. Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetepi kadang-kadang

hanya menerapkan salah satu gaya saja tetepi dalam bentuk, sistem konstruksi,

fungsi dan secara konseptual berbeda dari klasik asli.

Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan

ketidakpastian gaya. Percampuran bentuk menghasilkan gaya tersendiri,

memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk konservatif.

Seni dalam hal ini termasuk arsitektur modern eklektik merupakan kelanjutan,

pengulangan seni klasik dan bukan perubahan secara revolusioner.

Page 88: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Fungsi bangunan klasik terbatas pada kebutuhan waktu itu misalnya kuil,

gereja, istana, tempat tinggal. Pada masa peralihan dari klasik ke modern ditandai

dengan Eklektisme, tuntutan kebutuhan lebih banyak di masa sebelumnya tidak

ada misalnya balai kota, stasiun kereta api, gedung pengadilan, opera, pavilliun,

gedung pameran, museum, dan lain-lain.

Arsitektur klasik mulai berkembang di Eropa, sejak zaman Yunani hingga

Renaissance. Oleh karena itu pada akhir zaman Klasikisme banyak bangunan di

sana mengulang kembali keindahan elemen-elemen klasik, dipadukan atau

diterapkan secara utuh. Pengulangan kembali secara utuh kadang-kadang disebut

Neo-Klasik seperti misalnya Neo-Gotik yang karena keindahan dan

kemegahannya konsep-konsepnya digunakan kembali, terutama untuk bangunan

monumental. (Dr. Harun Hadiwijono, 1994, hal: 150-158)

Penyebaran eklektisisme merambah berbagai bidang dapat diakui sebagai

metode baru dalam seni. Arsitektur sebagai cabang seni yang berkaitan erat

dengan teknik juga mendapatkan pengaruh dari penyebaran metode eklektisisme

ini, meskipun dikritik sebagai metode yang tidak konsisten, disebabkan oleh

pergeseran pandangan dalam menentukan berbagai elemen arsitektur yang

sebelumnya sangat kuat. Disadari atau tidak apakah arsitektur jenis ini merupakan

sebuah metode atau bukan sebenarnya adalah sesuatu yang berjalan dengan

sendirinya berkaitan dengan akulturasi berbagai arsitektur yang membentuk

tradisi berarsitektur di dalam kebudayaan masyarakat dimana saja. Sebagai sebuah

metode yang sering kali dianggap “murahan” karena seakan-akan tidak memiliki

dasar-dasar yang kuat untuk membuat sebuah obyek yang memiliki karakter

arsitektur tertentu. Di Indonesia, penyebutannya terkadang merupakan sesuatu

Page 89: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang sedikit menggelikan karena yang disebut sebagai perancangan "eklektik"

membawa kita pada pandangan kebanyakan, yaitu kecenderungan untuk

menggabungkan arsitektur dari berbagai negara atau wilayah dan ditampilkan

begitu saja ke dalam arsitektur sebelumnya, untuk mencapai citra tertentu, bahkan

sebuah kesan untuk menggapai prestis.

Arsitektur eklektik bisa dikatakan sebagai hasil karya arsitektur yang

mempergunakan metode merancang secara eklektik. Eklektisme adalah sebuah

pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai

aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan

kombinasi yang ada. Pergerakan ini diawali dari filsafat yang dikaitkan dengan

penggabungan berbagai perspektif pondasi filsafat untuk membentuk filsafat baru

yang lebih baik. Metodenya kemudian diterapkan dalam bidang-bidang ilmu

pengetahuan yang lain, diantaranya kedalam arsitektur.

(http:astudioarchitect.com)

Eklektik terdiri dari beberapa gaya yang diambil budaya barat dan timur.

Jadi tidak ada aturan baku yang menyebutkan bagaimana cara memadukan

beberapa gaya tersebut. Perkawinan timur dan barat itulah yang masuk pada

lingkup gaya eklektik. Gaya eklektik sendiri dikenal dalam istilah interior sebagai

gaya gado-gado, yang merupakan paduan dari beragam selera gaya.

(http:okezone.com)

Page 90: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

A. Tinjauan Lapangan Gedung Wayang Orang Sriwedari

1. Sejarah Singkat

Kawasan Sriwedari merupakan kawasan wisata budaya yang

mempunyai nilai sejarah dalam perkembangannya. Sriwedari yang berumur

kurang lebih satu abad. Pada Raja PB X yang bertahta tahun 1893-1939 M,

dibangunlah suatu taman di wilayah Kadipolo. Taman tersebut dufungsikan

sebagai hiburan bagi keluarga Raja dan abdi dalem Keraton Surakarta.

Pembangunan tersebut dilakukan pada hari Rebo Wage 28 Maulud 1831 atau

17 Juli 1901 M yang disebut dengan Taman Sriwedari.

Pada masa pemerintahan PB XI yang bertahta pada tahun 1930-1980

ada penambahan Gedung Wayang Orang dan Ketoprak. Dengan adanya UU

No. 5 tahun 1992 tentang cagar budaya sebagai landasan hukum untuk

melindungi peninggalan sejarah yang berumur 50 tahun dan Perda No. 8

tahun 1994 tentang pariwisata dan kebijakan Provinsi daerah TK I Jawa

Tengah yang berlaku hingga tahun 2006, maka mulailah ada pembenahan

pada Gedung Wayang Orang Sriwedari pada fasilitas pemetasan, kapasitas

pengunjung pada ruang pementasan Gedung Wayang Orang Sriwedari adalah

400 kursi.

2. Lokasi

Gedung wayang orang Sriwedari terletak didalam komplek kawasan

Wisata Taman Sriwedari di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Untuk akses

Page 91: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

masuk lokasi sangat mudah untuk dijangkau dengan berbagai kendaraan.

Bangunan ini hanya memiliki dua lantai, lantai pertama lobby, ruang

penonton, panggung, ruang rias, ruang ganti, ruang penyimpanan, ruang

control layar, lantai dua berupa balkon, ruang control cahaya dan lampu.

Gambar.8

Peta Surakarta

Sumber : www.indonesia-tourism.com/solo

3. Sirkulasi

a. Pengunjung

Bagan.1

Sirkulasi Pengunjung Gedung Wayang Orang Sriwedari

Sumber : Observasi Lapangan

Gedung

Wayang Orang

Sriwedari

Datang

Lavatory

Box

Karcis

Lobby Pulang

Ruang

Pementasan

Page 92: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

b. Pengelola ( karyawan )

Bagan.2

Sirkulasi Penglola Gedung Wayang Orang Sriwedari

Sumber : Observasi Lapangan

c. Seniman

Bagan.3

Sirkulasi Seniman Gedung Wayang Orang Sriwedari

Sumber : Observasi Lapangan

4. Organisasi Ruang

Ruangan dalam Gedung Wayang Orang Sriwedari terdiri atas:

Lantai Sifat Ruang Jenis Ruang

Lantai satu Publik Lobby

Tiket Box

Ruang audience

Ruang panggung

Datang

Lavatory

Kantor

Pengelola Ruang

Pengelola

Gudang Pulang

Datang

Lavatory

Ruang

Latihan

Gudang Pulang

Ruang

Rias dan

Ganti

Page 93: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Semi Publik Ruang pengelolaan

Ruang administrasi

Latihan

Privat Ruang rias

Ruang ganti

Service Gudang

Lavatory

Lantai dua Publik Balkon

Service Ruang control cahaya dan lampu

Tabel.2

Organiasasi Ruang Gedung Wayang Orang Sriwedari

Sumber : Observasi Lapangan

5. Elemen Pembentuk Ruang

Ruang

Elemen Pembentuk Ruang

Lantai Dinding Ceiling

Lobby Keramik tile warna

putih 40 x 40 cm

Tembok finishing

cat warna putih

Eternit finishing

cat warna putih

R. Pentas Karpet wall to wall

warna biru

Tembok finishing

cat warna putih

Jendela dengan

kaca transparan

Eternit finishing

cat warna putih

R. Rias/ ganti Keramik tile warna

putih 40 x 40 cm

Tembok finishing

cat warna biru

Eternit finishing

cat warna putih

R. Kantor Keramik tile warna

putih 40 x 40 cm

Tembok finishing

cat warna putih

Eternit finishing

cat warna putih

Tabel.3

Elemen Pembentuk Ruang Gedung Wayang Orang Sriwedari

Sumber : Observasi Lapangan

Page 94: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

6. Interior System

a. Pencahayaan

Karena setiap ada pementasan dimulai pada malam hari maka

pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan buatan. Jenis lampu

yang digunakan antara lain : Lampu Tl, Lampu Spot, Pencahayaan khusus.

Gambar.9

Pencahayaan buatan pada area panggung

Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Penghawaan

Penghawaan memakai system penghawaan buatan berupa ac split,

namun apabila diperlukan penghawaan alami dapat dilakukan dengan

sirkulasi udara terdapat pada bagian atas pintu/ lubang ventilasi.

Gambar.10

Penggunaan AC split dan box speaker

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 95: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

c. Akustik

Untuk pementasan biasanya pemain menggunakan pengeras suara

berupa seperangkat saund system, box speaker yang diletakkan pada samping

kiri dan kanan ruang audiens. Untuk menghindari cacat suara seperti gema

yang berkepanjangan dapat diatasi dengan banyaknya bukaan ventilasi

disepanjang dinding.

7. Furniture

Furniture pada lobby terdapat seperangkat meja resepsionis beserta

almari yang terbuat dari bahan kayu. Namun dikarenakan sudah tidak dipakai

terlihat kurang terawat. Sebelumnya meja tersebut digunakan untuk penonton

mencari informasi jadwal pementasan wayang orang, namun dikarenakan

semakin sedikitnya pengunjung yang datang meja resepsionis tersebut tidak

digunakan seperti pada fungsinya.

Gambar.11

Furniture pada lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 96: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Furniture pada ruang penonton dibedakan menjadi 2 berupa kursi dari

spon finishing oscar warna merah dan hitam untuk kursi penonton VIP pada

deretan depan. Terdapat juga kursi dari kayu dengan rangka besi untuk

penonton kelas biasa pada deretan belakang.

Gambar.12

Furniture ruang penonton

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada ruang rias pemain terdapat seperangkat meja rias cermin beserta

kursi, meja rias menggunakan bahan kayu dan cermin untuk berias sebelum

pementasan dan kursi fabrikasi dari plastik.

Gambar.13

Pada ruang rias berupa seperangkat meja rias beserta kursi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 97: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Pada ruang pengelola terdapat meja, kursi, dan almari yang terbuat

dari kayu. Alamari digunakan untuk menyimpan arsip berupa naskah lakon

yang dipentaskan maupun arsip kepengurusan wayang orang Sriwedari.

Selain digunakan oleh pengelola ruangan ini juga digunakan untuk rapat oleh

dalang maupun pengelola saat akan menentukan judul yang akan dipentaskan.

Gambar.14

Ruang kantor pengelola

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ruang pengiring terdapat didepan panggung dan digunakan untuk

mengiringi pemain saat melakukan pementasan. Terdapat seperangkat

gamelan lengkap yang digunakan niaga maupun sinden saat mengiringi.

Gambar.15

Ruang pengiring gamelan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 98: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Suasana pada saat pementasan ruangan penonton dibuat redup agar

lebih fokus saat menonton pementasan. Tata cahaya panggung menggunakan

permainan tata cahaya buatan unruk mengesankan suasana yang berbeda pada

setiap adegan. Misalnya adegan perang, dialog, maupun adegan terbang dan

menghilang sehingga terkesan dramatik.

Gambar.16

Suasana saat pementasan wayang orang

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar.17

Pementasan wayang orang Sriwedari

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 99: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

B. Tinjauan Lapangan Auditorium RRI Surakarta

1. Sejarah Singkat

Auditorium Radio Republik Indonesia Surakarta didirikan pada tahun

1958. Gedung ini termasuk salah satu fasilitas yang ada pada Radio Republik

Indonesia.Semenjak tahun 1958 sampai sekarang Gedung Auditorium ini telah

beberapa kali direnovasi. Auditorium tersebut merupakan salah satu tempat

pertunjukan kesenian yang berada di Surakarta. Pada tahun 1970 sampai

dengan tahun 1974, Auditorium RRI Surakarta sempat dijadikan sebagai

gedung bioskop namun kemudian gedung ini kembali difungsikan sebagai

gedung kesenian. Bangunan gedung auditorium RRI ini berada dalam

kompleks Radio Republik Indonesia Surakarta ,yang memiliki luas

keseluruhan bangunan 9975 m

2.

2. Lokasi

Lokasi Gedung Auditorium Radio Republik Indonesia terletak di Jalan

Abdulrahman Saleh No. 51 Surakarta, Telepon (0271) 63920 ,Faks. (0271)

668200.

3. Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas dan fasilitas yang dilaksanakan di dalam Gedung Auditorium

RRI Surakarta pada umumnya adalah kegiatan pertunjukan kesenian baik

kesenian traditional maupun pentas musik diatonis. Diatonis merupakan pentas

musik yang digunakan untuk menamakan musik non tradisional. Seni Musik

ini menggunakan aturan bahwa satu oktaf terdiri dari 8 nada, dapat dimainkan

scara instrumental atau sebagai pengiring vokal, alat musik yang digunakan

adalah alat musik non-traditional. Setiap dua minggu sekali pada gedung

Page 100: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

auditorium ini berlangsung pertunjukan wayang orang dan kethoprak.

Pagelaran wayang orang ini diperankan oleh para seniman dan seniwati RRI

Surakarta. Selain itu acara yang paling rutin dilaksanakan pada gedung tersebut

adalah pemilihan bintang radio dan televisi. Gedung Auditorium RRI Surakarta

juga dapat digunakan untuk umum atau disewakan. Aktivitas dan Fasilitas

tersebut adalah :

1) Pengunjung

Aktifitas Fasilitas

Datang

Mencari informasi

Membeli karcis

Menunggu masuk

Melihat pertunjukan

Beribadah

Pulang

Main entrance

Ruang informasi

Box karcis

Lobby

Ruang pertunjukan

Mushola

Side intrance

Tabel.4

Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan RRI

Sumber: Observasi Lapangan

2) Pengelola

Aktifitas Fasilitas

Datang

Menyambut tamu

Kegiatan manageman

Mendaftar jadwal pertunjukan

Merawat peralatan

Main entrance

Kantor pengelola

Kantor pengelola

Ruang administrasi

Ruang control

Page 101: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Menyiapkan alat pertunjukan

Pulang

Gudang

Side entrance

Tabel. 5

Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan RRI

Sumber:Observasi Lapangan

3) Seniman

Aktifitas Fasilitas

Datang

Latihan

Menyiapkan pakaian

Mendaftar pementasan

Menyiapkan alat

Menyimpan alat

Pulang

Main entrance

Ruang latihan

Ruang rias

Ruang administrasi

Ruang control

Gudang

Side entrance

Tabel. 6

Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Gedung Pertunjukan RRI

Sumber: Observasi Lapangan

4. Organisasi Ruang

Organisasi ruang Gedung Auditorium RRI Surakarta

Sifat Ruang Jenis Ruang

Publik Lobby

Ruang pertunjukan

Ruang receptionis

Semi Publik Ruang administrasi

Ruang istirahat pemain

Page 102: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Pivat Ruang rias

Ruang ganti putra

Ruang ganti putri

Service Lavatory

Gudang

Ruang workshop

Ruang operator/t teknisi

Tabel. 7

Organisasi Ruang Gedung Pertunjukan RRI

Sumber : Observasi Lapangan

5. Sirkulasi

Pola sirkulasi pada Gedung Pertunjukan RRI Surakarta

1) Sirkulasi Pengunjung

Bagan. 4

Pola Sirkulasi Pengunjung Gedung Pertunjukan RRI

Sumber : Observasi Lapangan

LOBBY SE TICKET

BOX

R.

PERTUNJUKAN

AN

R.

INFORMASI

SE

Page 103: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2) Sirkulasi Pengelola

Bagan. 5

Pola Sirkulasi Pengelola Gedung Pertunjukan RRI

Sumber : Observasi Lapangan

c. Sirkulasi Pemain

Bagan.6

Pola Sirkulasi Pengelola Gedung Pertunjukan RRI

Sumber : Observasi Lapangan

6. Elemen Pembentuk Ruang

1) Lantai

Lantai pada area umum memakai ubin teraso berukuran 25 x 25 cm

berwarna kuning dan merah bata, sedangkan lantai pada ruang lobby dibuat

berpola.

2) Dinding

ME R. GANTI/RIAS R.TUNGGU

PEMAIN

R. LATIHAN

ME R. PEMENTASAN

ME KANTOR

R. RAPAT

R. ADMINISTRASI

SE

Page 104: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dinding pada ruangan lobby dan ruang – ruang lain selain ruang

audiens secara umum merupakan tembok plesteran dengan finishing cat

berwarna krem yang dikombinasikan dengan panel – panel kayu dan soft

board dengan warna natural. Sedangkan untuk dinding pada ruang audience

menggunakan bahan kayu dan acoustic board. Guna mendukung akustik

ruangan maka dinding bagian samping dibuat bergerigi, demikian pula pada

dinding bagian belakang ruangan auditorium. Warna yang digunakan adalah

warna natural dari kayu dan warna putih untuk bagian dinding yang

berbahan acoustic board.

3) Ceiling

Ceiling pada ruang lobby memakai bahan soft board dengan

finishing warna coklat tua. Penggunaan bahan ini untuk mendukung akustik

pada ruangan lobby. Ruang – ruang yang lain pada auditorium ini

menggunakan bahan eternity dengan finishing cat warna putih. Pada ruang

audience ceiling digunakan sebagai pemantul dan penyerap bunyi, hal ini

akan mendukung system akustik pada ruang pertunjukan, bahan yang

digunakan adalah acoustic board dengan warna putih yang berbentuk

concave ceiling.

7. Interior System

1) Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan untuk lobby menggunakan

gabungan antara system penghawaan alami dan buatan yang berupa jendela

– jendela kaca, sky light dengan bahan kaca patri, dan dengan penggunaan

lampu TL.

Page 105: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Gambar.18

Sky Light pada lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ruang penonton pada gedung pertunjukan ini memakai system

pencahayaan buatan berupa lampu – lampu TL dan down light.

Gambar.19

Ruang penonton

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada panggung pencahayaannya memakai lampu – lampu spot light

dan lampu pijar guna mendukung pertunjukan. Ruangan – ruangan lain yang

ada pada auditorium ini memakai lampu TL.

Page 106: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Gambar.20

Panggung

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar.21

Ruang pengiring

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2) Penghawaan

Pada ruang audience system penghawaan yang digunakan adalah

penghawaan buatan berupa AC central dan kipas angin yang diletakkan

pada ceiling.

Page 107: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Gambar.22

Kipas angin pada ceiling

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sementara untuk bagian lobby system penghawaan yang digunakan

adalah penghawaan alami yang berupa jendela dan buatan yang berupa

kipas angin. Penghawaan alami juga digunakan pada ruangan – ruangan

lain.

Gambar.23

Jendela pada lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3) Akustik

Penerapan bahan – bahan akustik untuk finishing interior pada

auditorium banyak digunakan sesuai dengan kebutuhan dan fungsi ruangan.

Page 108: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Langit – langit dan dinding pada ruang audience dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat mendukung akustik ruanagn demikian pula lantai pada ruang

audience yang dibuat miring agar penonton dapat lebih dekat ke sumber

bunyi dan berfungsi untuk kenikmatan jarak pandang penonton. Selain itu

system penguat bunyi pada ruang pertunjukan memakai system pengeras

bunyi terdistribusi dengan menggunakan perangkat – perangkat elektronik

dengan fasilitas mixer kapasitas 24 channel.

Gambar.24

Sound System pada samping panggung

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar.25

Mixer untuk pengeras bunyi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 109: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

8. Furniture

Furniture yang digunakan pada ruang kostum berupa alamari kaca dan

rak-rak kayu untuk meletakkan assesoris pakaian wayang orang.

Gambar.26

Ruang kostum

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Furniture yang digunakan pada ruang pertunjukan menggunakan

upholstery berwarna merah dan merupakan kursi permanent dengan dudukan

yang disa dilipat sehingga memudahkan sirkulasi penonton. Gedung

auditorium ini mempunyai daya tampung penonton sebesar 500 orang.

Gambar.27

Kursi penonton

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada ruang lobby furniture yang digunakan terbuat dari kayu dengan

finishing polytur demikian pula furniture pada ruangan – ruangan lain.

Page 110: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Gambar.28

Furniture pada lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

9. Warna

Pada auditorium ini warna yang digunakan secara umum adalah warna-

warna natural. Warna bangunan gedung auditorium ini lebih banyak memakai

warna krem, coklat, dan putih dengan perpaduan kayu yang dirancang dalam

satu kesatuan bangunan.

Gambar.29

Warna pada dinding

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 111: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

10. Elemen Dekoratif

Elemen dekoratif yang dipakai dalam interior gedung auditorium ini

antara lain adalah relief – relief yang ada pada ruang lobby.

Gambar.30

Relief pada dinding lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Penggunaan sky light yang berupa kaca patri juga merupakan elemen

dekoratif yang menambah nilai estetis gedung pertunjukan ini, selain itu

pemakaian ornament berupa ukiran bermaterial kayu juga digunakan untuk

menghiasi kolom – kolom struktur bangunan.

Gambar.31

Kolom pada lobby

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 112: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

11. Faktor Keamanan

Faktor keamanan perlu dipertimbangkan dalam suatu ruang auditorium.

Pada auditorium pertunjukan ini sistem keamanan yang digunakan meliputi

sistem keamanan dari bahaya kebakaran berupa tabung – tabung pemadam

kebakaran dan penggunaan system keamanan fisik dengan security.

Gambar.32

Tabung pemadam kebakaran Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 113: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

12. Struktur Organisasi

Bagan. 7

Struktur Organisasi

Sumber : Dokumen RRI

DIREKSI

Manajer sub bag

administrasi dan

keuangan

Asisten

manajer

urusan

SDM

Asisten

manajer

urusan

keuangan

Asisten

manajer

urusan

umum

Manajer urusan

seksi siaran

Manajer urusan

seksi pemberitaan

Manajer urusan

seksi teknik

Manajer urusan

seksi pemasaran

Asisten manajer

urusan

perencanaan dan

program siaran

Asisten manajer

urusan redaksi

dan

dokumentasi

Asisten manajer

urusan teknik

stidio

Asisten manajer

urusan jasa

siaran

Asisten manajer

urusan

pendidikan dan

kebudayaan

Asisten manajer

urusan

komunikasi

Asisten manajer

urusan teknik

pemancar

Asisten manajer

urusan non jasa

siaran

Asisten manajer

urusan musik

dan hiburan

Asisten manajer

urusan masalah

aktual

Asisten manajer

urusan sarana

dan pra sarana

Kelompok Pejabat

Fungsional

Auditorium RRI

Page 114: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Page 115: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

BAB IV

PROGRAM DAN IDE GAGASAN

A. PROGRAM PERANCANGAN

1. Langkah Kerja

Bagan.8.

Langkah Kerja Perencanaan

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Data Informasi Proyek

Desain terpilih

Evaluasi Desain

DESAIN

Alternatif Desain

Sketsa Desain

Konsep Desain

Human Faktor

Aspek Ekonomi

Interior System

Aspek Tema

Norma Desain Aspek Lingkungan

Aspek Budaya Aspek Politik

Aspek Sosial Aspek Keamanan

Rumusan

Masalah

Studi

Lapangan

Studi

Literatur

Proyek

Perancangan

Page 116: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Pola Pemikiran

Tujuan

Perancangan

Faktor

Perancangan

Desain

Manusia Sasaran

Desain

Ruang

Karakter Ruang

Dimensi fungsi

ruang

- Pengelola

- Pengunjung

Konsep Desain Interior Gedung

Pertunjukan Seni Tradisional Jawa

Norma Desain

- Fungsi

- Teknis

- Efisiensi

- Estetis

Unsur Ruang

- Pembentuk Ruang

- Pelengkap Ruang

- Aspek Dekoratif

Aktifitas Kegiatan

Interior

Gedung

Pertunjukan

Kebutuhan Ruang :

- Lobby

- Cafetaria

- Tiket Box

- Souvenir shop

- Ruang panggung

- Ruang pengelolaan

- Ruang persiapan

- Ruang rias

- Ruang ganti

- Ruang ME

- Gudang

- Lavatory

Interior Sistem

- Lighting

- Penghawaan

- Akustik

- Sound

Sistem Keamanan

Desain

Perancangan

Sirkulasi

Zoning Grouping

Bagan. 9

Pola Pemikiran

Sumber : Analisa Penulis,

2010

Page 117: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

2. Pengertian Proyek

Pengertian dari judul “Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa “ adalah sebagai berikut:

“Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di

Surakarta” adalah suatu proses, pembuatan, merancangkan, merencanakan

desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat pertunjukan seni

tradisional Jawa untuk melengkapi fasilitas hiburan yang ada di Surakarta.

3. Asumsi Lokasi

1. Pertimbangan

Lokasi Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa berada di Jalan Slamet

Riyadi pada kompleks Taman Sriwedari.

Pertimabngan site plan didasarkan pada beberapa hal antara lain:

a. Luas tanah yang memenuhi

b. Lokasi tersebut menurut Rancangan Umum Tata Ruang Kota

Surakarta, yaitu daerah bagi perdagangan,bisnis, industri dan wisata.

c. Lokasi mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas dan sarana

penunjang operasional.

d. Lokasi merupakan salah satu konsentrasi publik, sehingga berpotensi

untuk mudah dijangkau.

e. Lokasi termasuk sebagai kawasan hiburan Taman Sriwedari

f. Merupakan daerah City tour (Wisata Belanja Kota)

Berdasarkan pertimbangan diatas maka pemilihan lokasi ini

terletak di kawasan Sriwedari yang berada di Jalan Slamet Riyadi.

Page 118: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Gambar.33

Peta Lokasi

Sumber : www.indonesia-tourism.com/solo

4. Struktur Organisasi

Bagan. 10

Struktur Organisasi

Sumber : Analisa Penulis, 2010

lokasi

PIMPINAN / PENGELOLA

PIMPINAN PANGGUNG

ANGGUNGPPPPPPPPPA

NGGUNGPANGGUNG

SUTRADARA

PETUGAS

PANGGUNG

PETUGAS

TATA SUARA

PENARI PERAKIT

BUSANA

PENGRAWIT

PENYOBEK

KARCIS

PENJUAL

KARCIS

PENGANTAR

TAMU

PELAYAN

CAFÉ/

SHOUVENIR

SHOP

PENJAGA

MALAM

DALANG/ PIMPINAN

KARAWITAN

Page 119: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

5. Status Badan Usaha

Pengelolaan oleh Negara memalui Dinas Pariwisata Seni dan Budaya dan

dengan perijinan dari PERDA serta Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor

536/5743 perihal perijinan tentang usaha Rekreasi dan Hiburan.

6. Aktiftas dan Fasilitas

Aktifitas dan fasilitas dalam Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa dapat dijabarkan dalam bagan berikut ini :

Tempat Pelaku Aktifitas Fasilitas

Gedung

Pertunjukan

Pengunjung

- datang dan pergi

- menunggu

pertunjukan

- membeli tiket

- membeli makanan,

minuman ringan, dan

souvenir

- melihat pertunjukan

- Buang air kecil

- pintu masuk

(lobby)

- R. Tunggu :

Kursi tunggu, side

table

- Counter locket

- Snack bar &

souvenir shop

- R. Penonton :

kursi penonton,

stage, R.Gamelan

- Lavatory : closet,

urinoir, washtafel

Page 120: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Pengelola

Seniman

- Melayani

pengunjung

- Melayani penjualan

tiket

- Mempersiapkan

pertunjukan secara

teknis

- Briefing pemain

- Latihan

- Merias dan pakai

kostum

- Counter : meja

café, meja kasir,

kursi counter,

rak, dan almari

- Counter loket :

meja counter,

kursi counter.

- Sarana

pencahayaan,

sound sistem,

background,

persiapan ruang

pemain

- R. Persiapan dan

latihan

- R. Persiapan dan

latihan

- R. Rias dan R.

Ganti : almari

kostum, meja

rias, kursi rias

Page 121: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

- Memainkan lakon

- Memainkan Gamelan

- Stage

- R. Gamelan :

seperangkat

gamelan dan

sound sistem

Tabel. 8

Aktifitas dan Fasilitas Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa

Sumber : Analisa Penulis, 2010

7. Sistem Operasional

Sistem operasional yang dimaksudkan dalam hal ini adalah waktu atau jam

operasional dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta yang

terdiri dari :

Pengunjung :

- Senin –Kamis jam 09.00 - 22.00

- Jumat libur

- Sabtu – Minggu jam 09.00 – 23.00

Pengelola :

- Senin –Kamis jam 09.00 - 23.00

- Jumat libur

- Sabtu – Minggu jam 09.00 – 24.00

Seniman :

- Senin –Kamis jam 09.00 - 23.00

- Jumat libur

- Sabtu – Minggu jam 09.00 – 24.00

Page 122: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

8. Kebutuhan Ruang

1) Lobby : Berfungsi untuk menerima tamu, pusat informasi, dan dapat

sebagai ruang tunggu.

2) Café : Sebagai sarana hiburan dan tempat untuk makan, minum serta

menikmati music bagi pengunjung sebelum pertunjukan dimulai.

3) Tiket box : Sebagai tempat pembelian karcis.

4) Ruang panggung: Berfungsi untuk tempat dan panggung pementasan

pertunjukan.

5) Ruang Perlengkapan : Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang-

barang perlengkapan pertunjukan.

6) Ruang Pengelola : Ruang yang berfungsi sebagai ruang kerja para

karyawan dan pengelola.

7) Ruang tata rias dan wardrobe: Ruang yang berfungsi untuk pemain saat

merias dan ganti pakaian sebelum mulai pertunjukan.

8) Ruang persiapan : digunakan untuk latihan sebelum menunggu giliran

pentas pertunjukan.

9) Ruang mechanical electrical: Ruang yang berfungsi untuk mengatur tata

cahaya, suara maupun ruang control layar saat pementasan berlangsung.

10) Souvenir shop: Ruang yang berfungsi menjual souvenir miniatur atau

replika tokoh pewayangan.

11) Lavatory : Sarana MCK dan membersihkan diri.

Sifat Ruang Jenis Ruang

Publik Lobby

Tiket Box

Page 123: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Souvenir shop

Snack bar

Café

Ruang penonton

Ruang pamer

Semi Publik Stage/ panggung

Tempat penempatan gamelan

Ruang Persiapan

Ruang tunggu pemain

Privat Ruang rias

Ruang wardrobe

Ruang pengelola

Service Gudang

Ruang kontrol

Gudang perlengkapan

Lavatory

Tabel.9

Rencana ruang pada Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 124: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Page 125: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Page 126: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Page 127: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

10. Hubungan Antar Ruang

Lobby

Loket

R. Informasi

R. Pengelola

R. Meeting

R. Tunggu

Cafe

Souvenir Shop

Snack Bar

R.Penonton

Panggung

R. Gamelan

R.Persiapan

R.Kontrol

Layar

R. Tata

Suara,lampu

R. Rias

R.Kostum

R.tunggu

Pemain

Lavatory

Gudang

Keterangan :

= berhubungan langsung

= berhubungan tidak langsung

Bagan. 11

Hubungan antar ruang

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 128: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

11. Sirkulasi

1) Pengelola

Mengawasi kegiatan yang berlangsung di Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa dan juga sebagai pemegang kekuasaan atau pengelola

tempat ini.

Bagan. 12. Sirkulasi Pengelola

Sumber : Analisa Penulis, 2010

2) Karyawan

Melakukan kegiatan yang menyangkut penerimaan tamu, pelayanan

informasi, menejemen serta melayani pembelian karcis pertunjukan,

pemesanan dari costumers pada café maupun souvenir store.

Bagan. 13. Sirkulasi Karyawan

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Datang

Lavatory

Ruang

mechanical

electrical

Ruang

Pengelola Gudang

g

Pulang

Ruang

perlengkapan

Datang

Lavatory

Ruang

Pengelola Pulang

Mengelola

Gedung

pertunjukan

Rapat

t

Page 129: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

3) Pengunjung

Melakukan kegiatan berbelanja souvenir, makan dan minum di cafetaria,

serta menikmati pertunjukan digedung pertunjukan.

Bagan.14. Sirkulasi Pengunjung

Sumber : Analisa Penulis, 2010

4) Seniman

Melakukan latihan sebelum pertunjukan dimulai, dan merias wajah

maupun penampilan saat sebelum pentas pertunjukan.

Bagan.15. Sirkulasi Seniman

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Datang

Lavatory

Ruang

Latihan

Gudang

perlengkapan

Pulang

Ruang

Rias dan

Ganti

Ruang

pementasan

Datang

Lavatory

Tiket

Box Lobby

Ruang

Pementasan

Cafe

Snack bar,

Souvenir Shop

Page 130: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

12. Sistem Organisasi Ruang

Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang maka perlu

adanya :

a. Pengelompokan massa yang akan dilihat dari karakter dan macam kegiatan

yang diwadahi.

b. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga turut

mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga

menjadi kesatuan.

Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan

Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari

ruang yang berulang dalam

hal ukuran dan fungsi dari tiap

ruang disepanjang deretan

tersebut memiliki hubungan

dengan ruang luar

Massa bangunan

disusun berbaris

Radial Memadukan unsur-unsur pola

terpusat dan linear dengan

ruang-ruang pusat yang

dominan dan pola-pola linear

yang berkembang menjadi

jari-jarinya

Massa bangunan

menyebar dari satu

titik pusat massa

sebagai sentral

Cluster Menggabungkan ruang-ruang

yang berlainan bentuk tapi

bersifat kegiatan yang sama

Massa bangunan

disusun berkelompok

sesuai dengan kegiatan

Page 131: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

dan berhubungan satu sama

yang lain berdasarkan

penempatan & ukuran visual

seperti sumbunya

yang serupa

Memusat Bentuk stabil merupakan

komposisi terpusat yang

terdiri dari sejumlah ruang-

ruang sekunder yang

dikelompokkan mengelilingi

sebuah ruang pusat yang besar

dan dominan

Massa bangunan

disusun mengelilinggi

pusat massa

Tabel.11

Sistem Organisasi Ruang

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem

pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang

diangkat, maka setelah menimbang dari berbagai alternatif tersebut maka

dipilihlah bentuk memusat. Bentuk sirkulasi memusat merupakan komposisi

terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan

mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan dominan.

Page 132: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Gambar.34

Sirkulasi

Sumber: Dokumen pribadi

ZONA PUBLIK

ZONA SEMI PUBLIK

ZONA PRIVAT

ZONA SERVIS

Page 133: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

13. Zoning dan Grouping

1) Zoning Alternatif 1

Kelebihan :

a) Main Entrance berada langsung didepan zona penerimaan

b) Zona publik dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung

c) Pemantauan dan pelayanan pengelola ke area publik dan semi

publik dapat dengan mudah dilakukan

d) Zona privat berada pada area dengan tingkat kebisingan yang

rendah

e) Masing-masing kegiatan utama memiliki main entrance sendiri

Kekurangan :

a) Ruang pengelola berada tepat diarea publik

Zoning Alternatif 1

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Publik

SemiPublik

Privat

Service

Zona Privat

Zona Publik

Zona Semi

Publik

Zona Publik

Zona Semi

Publik

Zona

Service

Zona

Service

Zona

Privat

Zona

Pengelola

M E

Zona

Service

S E

S E

Page 134: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

b) Tidak adanya balance (keseimbangan) antar ruang untuk

kegiatan utama

c) Terlalu banyak zona konsesi yang tidak terpakai

d) Zona semi publik pada ruang gemelan dan panggung berada

pada area dengan tingkat kebisingan yang tinggi karena berada

di didepan.

e) Minimnya entrance yang digunakan untuk mengakses seluruh

ruangan

2) Zoning Alternatif 2

Zoning Alternatif 2

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Publik

SemiPublik

Privat

Service

Zona

Pengelola

Zona privat

Zona Service

Zona

Penerimaan

Publik Zona Publik

Zo

na S

erv

ice

Zona Semi

Publik

M E

S E

S E

Page 135: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Kelebihan :

a) Main Entrance lebih banyak dan berada langsung di depan

zona kegiatan utama

b) Zona publik dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung

c) Zona semi publik pada ruang gemelan dan panggung berada

pada area dengan tingkat kebisingan yang cukup rendah

d) Zona pengelola berada pada area dengan tingkat kebisingan

yang sangat rendah

Kekurangan :

a) Zona pengelola terlalu jauh untuk pengawasan

b) Minimnya area service dan pendukung.

3) Zoning Alternatif 3

Zoning Alternatif 3

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Zona publik

Zona

Pengelola

Zona Privat

Zona

Penerimaan

Publik

Zona Publik

M E

S E

Zona Service

Zona Semi

Publik

Zona Service

Zona Publik

S E

Publik

Semi Publik

Privat

Service

Zona publik

Page 136: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Kelebihan :

e) Main Entrance berada langsung di depan zona kegiatan utama

f) Zona publik berada di depan sehingga dapat dicapai dengan

mudah oleh pengunjung

g) Zona semi publik pada ruang gemelan dan panggung berada

pada area dengan tingkat kebisingan yang cukup rendah

h) Zona sirkulasi pengelola dan pengunjung jelas sehingga tidak

menimbulkan kerancuan.

i) Adanya keseimbangan ruang antar kegiatan utama, pendukung

dan pengelola

Kekurangan :

a) Memerlukan lebih banyak pembagian ruang namun lebih baik

untuk kelancaran sirkulasi.

4. Grouping Alternatif 1

Publik

SemiPublik

Privat

Service

R.rias

Souvenir Shop,

Snack bar,

R.Penonton,

R.tunngu

R.persiapan,R.

tunggu pemain

Lobby, Café, Tiket

Box, R.Informasi

R.Gamelan,

Stage

Lavatory

Gudang,

Lavatory

R.rias

R.

Pengelola,

R.Meeting

R.staff

M E

R.Kontrol S E

S E

Gruping Alternatif 1

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 137: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Kelebihan :

f) Main Entrance berada langsung didepan zona penerimaan

g) Lobby dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung

h) Pemantauan dan pelayanan pengelola ke area publik dan semi

publik dapat dengan mudah dilakukan

i) Ruang privat berada pada area dengan tingkat kebisingan yang

rendah

j) Masing-masing kegiatan utama memiliki main entrance sendiri

Kekurangan :

a) Ruang pengelola berada tepat diarea publik

b) Tidak adanya balance (keseimbangan) antar ruang untuk

kegiatan utama

c) Terlalu banyak Ruang yang tidak terpakai

d) Ruang gemelan dan panggung berada pada area dengan tingkat

kebisingan yang tinggi karena berada di depan

e) Minimnya entrance yang digunakan untuk mengakses seluruh

ruangan.

Page 138: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

5. Grouping Alternatif 2

Kelebihan :

a) Main Entrance lebih banyak dan berada langsung di depan

zona kegiatan utama

b) Lobby dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung

c) Ruang gemelan dan panggung berada pada area dengan tingkat

kebisingan yang cukup rendah

d) Sirkulasi antara pengunjung dengan pemain jelas sehingga

tidak menimbulkan kerancuan.

Publik

SemiPublik

Privat

Service

R.Pengelola,

R.Meeting,

R.Staff R.Rias,

R.Kostum

Gudang, Lavatory

Lobby,

R.Informasi,

Souvenir Shop,

Snack Bar,

R.Penonton

R.Tunggu, Cafe

La

va

tory

R.gamelan

Stage

M E

S E

S E

Gruping Alternatif 2

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 139: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Kekurangan :

a) R.pengelola terlalu jauh untuk pengawasan

b) Minimnya area service dan privat

6. Grouping Alternatif 3

Kelebihan :

a) Main Entrance berada langsung di depan Lobby

b) Lobby dan café berada di depan sehingga dapat dicapai dengan

mudah oleh pengunjung

R.Penonton

R.PengelolaR.Meet

ing, R.Staff

R.Kostum,

Ruang rias

Souvenir Shop,

Snack Bar,

Tiket Box

Zona Publik

M E

S E

Dapur, Lavatory

R.Tungu pemain, R.Persiapan,

R.Kontrol Layar, R. Gamelan,

Stage

R.Kontrol

Cafe

S E

Publik

Semi Publik

Privat

Service

R.Tunggu, Lobby

Gruping Alternatif 3

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 140: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

c) Pada ruang gemelan dan panggung berada pada area dengan

tingkat kebisingan yang cukup rendah karena berada ditengah.

d) Sirkulasi pengelola dan pengunjung jelas sehingga tidak

menimbulkan kerancuan.

e) Adanya keseimbangan ruang antar kegiatan utama, pendukung

dan pengelola

Kekurangan :

a) Memerlukan lebih banyak pembagian ruang namun lebih baik

untuk kelancaran sirkulasi

Page 141: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Dari 3 alternatif di atas dapat disumpulkan bahwa yang dipilih adalah

alternatif 3 dengan pertimbangan dari uraian yang ada.

ZONING:

Gambar.35

Zoning Terpilih

Sumber: Dokumen pribadi

Page 142: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

GROUPING:

Gambar.36

Grouping Terpilih

Sumber: Dokumen pribadi

ZONA PUBLIK

ZONA SEMI PUBLIK

ZONA PRIVAT

ZONA SERVIS

Page 143: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

14. Elemen pembentuk ruang

a. Lantai

Ruang Dasar

Pertimbangan Kriteria Bahan Alternatif Bahan

R.Tunggu,

Tiket box

dan

Lobby

a. Efisiensi

penggunaan

bahan

b. Aktifitas

pengunjung

c. Lay out

d. Bentuk ruang

e. Fungsi ruang

f. Besaran ruang

g. Sistem

sirkulasi

h. Akustik

i. Dapat

menampung

pola penataan

ruang dan

furniture yang

dinamis

a. Mempunyai

sifat akustik

b. Desain dapat

memberikan

arahan

(guidance)

c. Tahan lama

d. Mudah

perawatan dan

pembersihan

e. Kuat menahan

beban

f. Tidak licin

g. Tahan lembab

h. Tahan gores

i. Daya pantul

sinar tidak lebih

dari 30%

a. Keramik tile

b. Granit

R.Pengelola,

R.rias,

R.persiapan

a. Efisiensi

penggunaan

bahan

b. Aktifitas

a. Mempunyai

sifat akustik

b. Tahan lama

c. Mudah

a. Keramik tile

b. Parket

Page 144: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

pengunjung

c. Lay out

d. Bentuk ruang

e. Fungsi ruang

f. Besaran ruang

g. Sistem sirkulasi

h. Akustik

i. Dapat

menampung

pola penataan

ruang dan

furniture yang

dinamis

perawatan dan

pembersihan

d. Kuat menahan

beban

e. Tidak licin

f. Tahan lembab

g. Tahan gores

h. Daya pantul

sinar tidak lebih

dari 30%

Ruang

pentas,

ruang

gamelan,

Ruang

Penonton

a. Efisiensi

penggunaan

bahan

b. Aktifitas

pengunjung

c. Lay out

d. Bentuk ruang

e. Fungsi ruang

f. Besaran ruang

g. Sistem sirkulasi

h. Akustik

i. Dapat

menampung

a. Mempunyai sifat

akustik

b. Tahan lama

c. Mudah

perawatan dan

pembersihan

d. Kuat menahan

beban

e. Tidak licin

f. Tahan lembab

g. Tahan gores

h. Daya pantul

a. Karpet

b. Parket

Page 145: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

pola penataan

ruang dan

furniture yang

dinamis

sinar tidak lebih

dari 30%

Snack bar,

Shouvenir

shop

a. Efisiensi

penggunaan

bahan

b. Aktifitas

pengunjung

c. Lay out

d. Bentuk ruang

e. Fungsi ruang

f. Besaran ruang

g. Sistem sirkulasi

h. Akustik

i. Dapat

menampung

pola penataan

ruang dan

furniture yang

dinamis

a. Mempunyai sifat

akustik

b. Desain dapat

memberikan

arahan

c. (guidance)

d. Tahan lama

e. Mudah perawatan

dan pembersihan

f. Kuat menahan

beban

g.Tidak licin

h.Tahan lembab

i. Tahan gores

j. Daya pantul sinar

tidak lebih dari

30%

a. Parket

Cafe,

Ruang

pamer

a. Efisiensi

penggunaan

bahan

b. Aktifitas

a. Mempunyai sifat

akustik

b. Desain dapat

memberikan

a. Keramik tile

b. Granit

c. Parket

Page 146: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

pengunjung

c. Lay out

d. Bentuk ruang

e. Fungsi ruang

f. Besaran ruang

g. Sistem sirkulasi

h. Akustik

i. Dapat

menampung

pola penataan

ruang dan

furniture yang

dinamis

arahan

c. (guidance)

d. Tahan lama

e. Mudah perawatan

dan pembersihan

f. Kuat menahan

beban

g. Tidak licin

h. Tahan lembab

i. Tahan gores

j. Daya pantul sinar

tidak lebih dari

30%

Tabel.12

Elemen Pembentuk Ruang pada Lantai

Sumber : Analisa Penulis, 2010

b. Dinding

Ruang Dasar

Pertimbangan Kriteria Bahan Alternatif Bahan

R.Tunggu,

Tiket box

dan

Lobby

a. Lay out

b. Pola lantai

c. Potensi luar

ruang

d. Bentuk ruang

dan rencana

bukaan yang

a. Mendukung

akustik agar suara

dari luar ruangan

tidak masuk ke

dalam ruang .

b. Tahan lama

c. Tahan gesek

a. Gypsumboard

b. Partisi kayu

c. Granit

d. Kaca

Page 147: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

ada

e. Dinding sebagai

pembatas

visual,

pelindung

cuaca, pengatur

sirkulasi udara,

pendukung

estetik

f. Akustik

g. Mendukung

fleksi- bilitas

ruang

h. Mendukung

suasana ruang

i. Fungsi ruang

d. Mudah perawatan

e. Tahan terhadap

perubahan suhu

dan kelembaban

f. Mendukung

fleksibilitas ruang

R.Pengelola

,R.rias,

R.persiapan

a. Lay out

b. Pola lantai

c. Potensi luar

ruang

d. Bentuk ruang

dan rencana

bukaan yang ada

e. Dinding sebagai

pembatas visual,

pelindung cuaca,

a. Mendukung

akustik agar suara

dari luar ruangan

tidak masuk ke

dalam ruang .

b. Tahan lama

c. Tahan gesek

d. Mudah perawatan

e. Tahan terhadap

perubahan suhu

a. Cat dinding

Page 148: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

pengatur

sirkulasi udara,

pendukung

estetik

f. Akustik

g. Mendukung

fleksibilitas

ruang

h. Mendukung

suasana ruang

i. Fungsi ruang

dan kelembaban

f. Mendukung

fleksibilitas ruang

Ruang

pentas,

ruang

gamelan,

Ruang

Penonton

a. Lay out

b. Pola lantai

c. Potensi luar

ruang

d. Bentuk ruang

dan rencana

bukaan yang ada

e. Dinding sebagai

pembatas visual,

pelindung cuaca,

pengatur

sirkulasi udara,

pendukung

estetik

f. Akustik

a. Mendukung

akustik agar suara

dari luar ruangan

tidak masuk ke

dalam ruang .

b. Tahan lama

c. Tahan gesek

d. Mudah perawatan

e. Tahan terhadap

perubahan suhu

dan kelembaban

f. Mendukung

fleksibilitas ruang

a. Gypsumboard

b. Multiplek

Page 149: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

g. Mendukung

fleksi- bilitas

ruang

h. Mendukung

suasana ruang

i. Fungsi ruang

R. Tunggu ,

Shouvenir

shop

a. Lay out

b. Pola lantai

c. Potensi luar

ruang

d. Bentuk ruang

dan rencana

bukaan yang ada

e. Dinding sebagai

pembatas visual,

pelindung cuaca,

pengatur

sirkulasi udara,

pendukung

estetik

f. Akustik

g. Mendukung

fleksi- bilitas

ruang

h. Mendukung

suasana ruang

a. Tahan lama

b. Tahan gesek

c. Mudah perawatan

d. Tahan terhadap

perubahan suhu

dan kelembaban

e. Mendukung

fleksibilitas ruang

a. Cat dinding

Page 150: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

i. Fungsi ruang

Cafe,

Ruang

pamer

a. Lay out

b. Pola lantai

c. Potensi luar

ruang

d. Bentuk ruang

dan rencana

bukaan yang ada

e. Dinding sebagai

pembatas visual,

pelindung cuaca,

pengatur

sirkulasi udara,

pendukung

estetik

f. Akustik

g. Mendukung

fleksi- bilitas

ruang

h. Mendukung

suasana ruang

i. Fungsi ruang

a. Mendukung

akustik agar suara

dari luar ruangan

tidak masuk ke

dalam ruang .

b. Tahan lama

c. Tahan gesek

d. Mudah perawatan

e. Tahan terhadap

perubahan suhu

dan kelembaban

f. Mendukung

fleksibilitas ruang

a. Cat tembok

b. Partisi kayu

c. Kaca

Tabel.13

Elemen Pembentuk Ruang pada Dinding

Sumber : Analisa Penulis, 2010

Page 151: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

c. Langit-langit

Ruang Dasar

Pertimbangan Kriteria Bahan Alternatif Bahan

R.Tunggu,

Tiket box

dan

Lobby

a. Lay out

b. Konsep lantai

dan dinding

c. Fungsi ruang

dan aktifitas

d. Struktur serta

konstruksi atap

e. Ketinggian titik

lampu dan

rencana instalasi

f. Akustik

g. Mendukung

pada suasana

ruang

a. Mendukung

syarat akustik

b. Mempunyai

kuat yang

dapat dukung

konstruksi

listrik

c. Ringan

d. Tahan lama

e. Mudah

perawatan

f. Memiliki nilai

estetis

g. Tahan

terhadap

perubahan

suhu

a. Gypsumboard

b. Multiplek

c. Ekspos rangka

kayu

R.Pengelola

,R.rias,

R.persiapan

a. Lay out

b. Konsep lantai

dan dinding

c. Fungsi ruang

dan aktifitas

d. Struktur serta

a. Mendukung

syarat akustik

b. Mempunyai

kuat yang

dapat dukung

konstruksi

a. Gypsum board

b. Kayu

Page 152: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

konstruksi atap

e. Ketinggian titik

lampu dan

rencana instalasi

f. Akustik

g. Mendukung

pada suasana

ruang

listrik

c. Ringan

d. Tahan lama

e. Mudah

perawatan

f. Memiliki nilai

estetis

g. Tahan

terhadap

perubahan

suhu

Ruang

pentas,

ruang

gamelan,

Ruang

Penonton

a. Lay out

b. Konsep lantai

dan dinding

c. Fungsi ruang

dan aktifitas

d. Struktur serta

konstruksi atap

e. Ketinggian titik

lampu dan

rencana instalasi

f. Akustik

g. Mendukung

pada suasana

ruang

a. Mendukung

syarat akustik

b. Mempunyai

kuat yang

dapat dukung

konstruksi

listrik

c. Ringan

d. Tahan lama

e. Mudah

perawatan

f. Memiliki nilai

estetis

g. Tahan

terhadap

a. Gypsum board

b. Acoustic board

Page 153: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

perubahan

suhu

Snack bar,

Shouvenir

shop

a. Lay out

b. Konsep lantai

dan dinding

c. Fungsi ruang

dan aktifitas

d. Struktur serta

konstruksi atap

e. Ketinggian titik

lampu dan

rencana instalasi

f. Akustik

g. Mendukung

pada suasana

a. Mendukung

syarat akustik

b. Mempunyai

kuat yang

dapat dukung

konstruksi

listrik

c. Ringan

d. Tahan lama

e. Mudah

perawatan

f. Memiliki nilai

estetis

g. Tahan

terhadap

perubahan

suhu

a. Gypsum board

b. kayu

Page 154: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Café,

Ruang

pamer

a. Lay out

b. Konsep lantai

dan dinding

c. Fungsi ruang

dan aktifitas

d. Struktur serta

konstruksi atap

e. Ketinggian titik

lampu dan

rencana instalasi

f. Akustik

g. Mendukung

pada suasana

a. Mendukung

syarat akustik

b. Mempunyai

kuat yang

dapat dukung

konstruksi

listrik

c. Ringan

d. Tahan lama

e. Mudah

perawatan

f. Memiliki nilai

estetis

g. Tahan

terhadap

perubahan

suhu

a. Gypsum board

b. Anyaman rotan

Tabel.14

Elemen Pembentuk Ruang pada Langit-langit

Sumber : Analisa Penulis, 2010

15. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Pada perencanaan dan perancangan interior Gedung Pertunjukan

Seni Tradisional Jawa di Surakarta ini memilih atau menggunakan dan

memanfaatkan pencahayaan alami maupun buatan. Untuk meminimalkan

penggunaan listrik maka pencahayaan alami dari pagi hingga sore dengan

Page 155: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

banyaknya dinding bangunan yang terbuat dari kaca maka cahaya matahari

dapat dengan mudah masuk ke dalam ruang. Selain menggunakan

pencahayaan alami pada perencanaan gedung ini juga menggunakan

pencahayaan buatan. Karena setiap pada pementasan dimulai pada malam

hari maka pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan buatan. Jenis

lampu yang digunakan antara lain : Lampu TL, Lampu Spotlight,

Downlight,dan pencahayaan khusus pada ruang pertunjukan.

Pencahayaan buatan :

Penggunaan tata lampu yang masing – masing memiliki karakter berbeda

dengan pemilihan :

- Jenis lampu fluorescent lamp yaitu penggunaan lampu TL dengan

distribusi downlight dimana aplikasi direct light lebih menonjol.

- Bentuk yang sesuai adalah TL Light Colour Characteristic, dimana

memiliki kekuatan pencahayaan sampai 250 lux.

- Penggunaan lampu pijar (incandescent lamp) yang penempatannya

secara downlight. Dengan begitu mampu mendistribusikan secara 90%

memancar langsung mengenai objek. Contoh penggunaan Philux Lamp

ataupun Argenta Lamp (dalam jenis Philips Compact Lighting).

Sistem pencahayaan pada auditorium ini memiliki beberapa penegasan

pola lighting yang mana perancangannya meninjau aspek jenis, distribusi,

dan bentuk pencahayaan. Adapun yang menjadi persyaratan :

1) Adanya sistem pengoperasian pencahayaan yang terorganisir sesuai

dengan kebutuhan ruang.

Page 156: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

2) Kuat pencahayaan yang berkisar 100-500 lux dengan efek warna di

atas 70 cd.

3) Adanya penerangan – penerangan setempat, seperti penonjolan

dekoratif, area panggung, stage – stage lain yang diperlukan.

4) Pencahayaan yang menyeluruh pada ruang dengan meninjau karakter

dan sifat ruang.

Sistem pencahayaan pada gedung pertunjukan memiliki dua

klasifikai yang mana dua dari sistem pencahayaan tersebut memiliki peran

yang berbeda namun masih dalam satu operasional secara teknis, yaitu

sistem pencahayaan umum dan sistem pencahayaan khusus yang dapat

diuraikan sebagai berikut :

a) Pencahayaan umum

Pencahayaan umum adalah merupakan sistem pencahayaan yang

dapat digunakan secara bersamaan untuk kepentingan

umum.Penggunaan pencahayaan memakai jenis down light yang

masing – masing memiliki keuatan rata – rata 10-100 watt.

Penerapan dari sistem pencahayaan umum ini adalah :

- Pencahayaan pada ruang penonton yang mana dapat dinyalakan

sebelum dan atau sesudah pertunjukan dengan fungsi lain sebagai

penerangan pada waktu jam istirahat.

- Penerangan yang diletakkan pada gang – gang tempat duduk

penonton yang berfungsi sebagai pencahayaan jalur sirkulasi

penonton.

Page 157: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

- Pencahayaan yang diletakkan pada pintu utama, pintu keluar, dan

pada pintu – pintu darurat.

- Penerangan dengan tujuan dekorasi, yang mana mempergunakan

pijar lampu elektrik dengan pelepas listrik bertekanan tinggi

sehingga memiliki daya tahan yang lama dengan penggerak arus

melalui alat elektronik. Dekorasi semacam tulisan – tulisan,

penunjuk arah sirkulasi, ataupun bentuk – bentuk estetis lain.

b) Pencahayaan khusus

Sistem pencahayaan khusus merupakan pencahayaan yang digunakan

secara khusus guna menunjang kepentingan atraktif panggung.

Ada beberapa jenis penerangan yang ditempatkan pada titik utama,

yaitu :

- Foot light 500-800 watt, yaitu merupakan deretan pencahayaan

atau lampu yang ditempatkan pada pinggir panggung di bagian

depan. Menggunakan reflector dari bahan metal agar menghindari

dari kesilauan yang efeknya akan diterima oleh penonton, akan

tetapi akan mampu mengembalikan sinar ke panggung.

- House light, yaitu deretan lampu pencahayaan yang ditempatkan

pada langit – langit di samping panggung dengan kekuatan 200-50

watt.

- 8” Ellips’1 – Ref’rSpotlight dengan fungsi Follow Spot Light, yaitu

penyinaran dari lampu yang memiliki pencahayaan langsung dan

dapat diarahkan kepada objek yang dituju. Sistem pencahayaan ini

memerlukan peralatan yang cukup special mengingat

Page 158: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

operasionalnya sangat fleksibel yaitu dapat bergerak ke penjuru

arah dengan batas maksimal 2700 dengan kekuatan yang cukup

tinggi yaitu 500-1500 watt. ( http: www.philips.com)

Sistem pencahayaan pada gedung pertunjukan secara sistematis

dapat dijabarkan demikian :

Pada pencahayaan lobby, untuk ticket box menggunakan spot

light dengan maksud agar pengunjung yang masuk dapat

langsung melihatnya. Pada ruang tunggu dengan penyinaran

downlight yang dipadukan dengan wall lamp yang selain

sebagai elemen estetis namun juga sebagai penerang ruangan.

Pada setiap patung – patung terdapat lampu – lampu spot ke

arah atas. Selain itu di lobby terdapat hanging lamp sebagai

elemen estetis. Pencahayaan buatan ini pada siang hari hanya

sebagian yang digunakan (khususnya spot light), namun pada

malam hari sebelum pergelaran, lampu akan menyala penuh.

Pada ruang audience yang menjadi unsur terpenting dalam

pertunjukan ini sebelum adegan berjalan, maka downlight tetap

menyala, namun untuk menambah unsur kenyamanan pada tiap

trap terdapat lampu LED sehingga tiap naik dan turun terlihat

jelas. Wall lamp juga terdapat di sisi kiri dan kanan tembok

audience akan menyala saat pertunjukan belum berlangsung.

Ketika gamelan sudah berbunyi 15 menit sebelum jalannya

pertunjukan, downlight dimatikan, namun wall lamp tetap

menyala agar penonton yang baru datang masih dapat melintasi

Page 159: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

trap dan mencari tempat duduk. Lampu spot panggung mulai

menyala redup (sinar kemerahan), 5 menit saat iringan gamelan

cepat wall lamp mati, namun lampu spot dari atas tengah

panggung menyala terang dengan sinar kuning, pada saat

pertunjukan lampu panggung mulai menyala bergantian sesuai

dengan fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan.

b. Penghawaan

Untuk penghawaan mengingat siteplan bangunan ini terletak di

tengah kota, akan sulit memanfaatkan udara bebas. Selain sarat dengan

polusi, juga mempunyai kadar panas berlebih yang mengakibatkan

ketidaknyamanan ruang.

Penghawaan memakai sistem penghawaan buatan berupa ac

central dan penggunaan ac split pada salah satu ruangan, namun apabila

diperlukan penghawaan alami dapat dilakukan dengan sirkulasi udara

terdapat pada bagian jendela. Penempatan AC pada bangunan ini sebisa

mungkin untuk tidak terlihat/tersembunyi, kalaupun terlihat sedapat

mungkin bisa dijadikan sebagi salah satu elemen estetis pada ruangan.

c. Akustik

Material akustik pada ruang – ruang yang direncanakan adalah :

1) Lobby

Lobby merupakan area dengan kelonggaran ruang luas maka tidak

mengherankan jika banyak problem mengenai bunyi, namun mengingat

tingkat ruang yang tidak perlu mengedepankan pola akustik seperti

Page 160: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

musik room, maka perancangannya sebatas dapat meredam tingkat

bising yang tinggi. Adapun perencanaan material akustiknya adalah :

- Penggunaan bahan gypsum dengan pola pori yang teratur.

- Multiplek

- Elemen busa yang dapat diterapkan baik di ceiling ataupun pada

furnitur.

- Karpet dan permadani yang mampu meredam suara bising yang

penempatannya di lantai ataupun pada ceiling.

- Kaca yang merupakan jens absorbsi dengan daya olahan bunyi yang

baik.

2) Auditorium

Gedung pertunjukan yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk

mementaskan suatu pertunjukan harus benar – benar memperhatikan

kondisi mendengar dalam suatu auditorium yang mana mengandung

persyaratan :

a) Energi bunyi harus terdistribusi secara merata (terdifusi) dalam

ruang. Ini dapat berupa pemilihan bahan yang digunakan pada

interior misalnya berupa dinding menggunakan multiplek dengan

penambahan unsur dekoratif.

b) Karakteristik degung optimal dimana harus disediakan dalam

auditorium untuk memungkinkan penerimaan bahan acara yang

paling disukai oleh penonton dan penampilan yang paling efisien

oleh pemain.

Page 161: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

c) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian

auditorium terutama di tempat duduk yang jauh.

d) Ruang diusahakan terhindar dari cacat akustik, seperti gema pantulan

yang berkepanjangan (long delayed reflection), gaung, pemusatan

bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang.

e) Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau

pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak

dalam tiap bagian ruang.

Untuk pementasan biasanya pemain menggunakan pengeras suara

berupa seperangkat sound sistem, box speaker yang diletakkan pada

samping kiri dan kanan ruang duduk pengunjung. Dalam ruang

pertunjukan dapat diusahakan dengan melakukan :

1) Penonton diusahakan sedekat mungkin dengan sumber bunyi.

2) Lantai alas tempat duduk bagi penonton dibuat landai atau miring

mengingat sumber bunyi lebih mudah diserap apabila merambat

melewati penonton dengan sinar datang miring.

3) Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan – permukaan

pemantulan bunyi yang mana dapat berupa plaster, gypsum board,

playwood, plexiglass pada dinding.

4) Penonton diusahakan berada di daerah penonton yang menguntungkan

baik dalam melihat atau mendengar. Daerah tempat duduk yang luas

perlu dihindari, sedang lorong antara tempat duduk tidak ditempatkan

pada sumbu longitudinal auditorium.

Page 162: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

5) Sumber bunyi selain ditempatkan di depan auditorium, juga

ditempatkan pda samping – samping dinding ruang yang nantinya

akan diberikan sistem pantulan yang efektif, sehingga semua posisi

dapat menerima sinyal bunyi dari sumbernya.

6) Kesimpulan sistem distribusi suara menggunakan penguat suara

dengan sistem stereo yang mana penempatan loudspeakernya terdapat

pada depan dan atas penonton.

7) Adapun yang menjadi perencanaan material akustik pada ruang ini

adalah:

- Gypsum board dengan bentuk pola yang berpori menempel pada

dinding, ceiling, ataupun bentuk bantalan pada lantai digunakan

sebagai bidang pantul.

- Multiplek sebagai pelapis dalam yang berkarakteristik redam.

- Cetakan beton berongga sebagai dasar lantai.

- Papan kayu sebagai pemantul sekaligus sebagai absorbsi yang baik.

- Material busa berfungsi sebagai difuser.

- Karpet memiliki daya serap cukup baik, baik untuk meredam

impact sound maupun sebagai penyerap.

- Glasswool sebagai bantalan guna menimbulkan efek soft pada

bunyi.

16. Sistem Keamanan

Keamanan yang dimaksud adalah keamanan fisik manusia, fisik bangunan,

serta lingkungan, untuk sistem ini diperlukan unsur :

satpam

Page 163: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

adanya tangga dan pintu darurat

tanda petunjuk arah ( exit signs )

alat pengunci ( hardware locking )

tanda bahaya ( alarm )

Penyediaan tabung – tabung berisi gas zat arang atau bubuk yang

mengandung obat – obat anti api dengan dilengkapi alat penyemprot

Hidrant air, yaitu pipa dengan karan air dimana tersedia selang – selnag

dan alat penyemprot air dengan lampu control.

Sprinkle yang terpasang pada ceiling.

Heat detector yang terpasang pada ceiling.

17. Furniture

Furniture pada dasarnya disemua ruangan sebagai sarana untuk

kenyamanan pengunjung, pengelola, dan pemain. Disini furniture tidak semua

ruangan sama, namun disesuaikan dengan semua jenis ruangan. Furniture

disesuaikan dengan konsep desain yang diterapkan pada bentuk desain

furniture itu sendiri. Pemilihan bahan dan warna disesuaikan menurut

kebutuhan dan sesuai dengan tema yang akan dimunculkan.

Gambar.37

Sofa R.Tunggu

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 164: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Furniture yang digunakan di ruang tunggu supaya pengunjung dapat

menunggu sebelum pertunjukan berlangsung adalah sofa yang didesain dengan

nyaman tetapi tetap sesuai dengan konsep perancangan perpaduan modern

dengan tradisional. Selain itu mereka juga dapat memanfaatkan ruang tunggu

untuk berbincang – bincang serta menikmati fasilitas yang disediakan misalnya

snack bar yang didesain tetap dengan unsur tradisionalnya jika ingin membeli

makanan, ataupun souvenir shop jika ingin membeli cindera mata.

Apabila ingin makan yang berat pengunjung dapat menikmati makanan

di café yang merupakan fasilitas tambahan dari gedung pertunjukan. Di sini

pengunjung dapat mengambil makanan sendiri (prasmanan) yang mans sudah

menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya saat makan sehingga tercipta

suasana yang santai.

Gambar.38

Perspektif lesehan Cafe

Sumber : dokumentasi pribadi

Café juga menyediakan tempat duduk yang ingin makan lebih bersantai

dapat duduk paa area lesehan atau lebih memilih duduk pada kursi-kursi yang

didesain menarik sambil menikmati live music dari tembang-tembang Jawa

sehingga semakin terasa kesan Jawa Tradisionalnya. Furniture menggunakan

Page 165: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

bahan kayu untuk memberi kesan tradisional dan stainlesstell yang lebih

terkesan modern.

Pada ruang audience, perancangan kursi penonton permanent dengan

desain khusus, apabila tidak sedang dipakai dapat dilipat sehingga

memudahkan untuk membersihkan lantai dibawahnya.

B. IDE GAGASAN

1. Konsep

Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di

Surakarta merupakan sebagai pusat pertunjukan seni tradisional yang

memperkenalkan salah satu seni dan budaya Jawa yang ada. Bangunan ini

akan mempunyai fasilitas yang berhubungan dengan konsep yang diangkat

dan diaplikasikan pada café, lobby, ruang pamer dan tentunya gedung

pementasan (auditorium).

2. Tema

Tema dari perancangan interior gedung pertunjukan seni tradisional

Jawa ini adalah konsep perancangan mengacu pada pencampuran modern

tradisional atau yang disebut dengan eklektik. Tradisional Jawa diartikan

dengan asal dan sejarah dari pertunjukan seni Jawa itu sendiri yang identik

dengan budaya tradisional Jawa. Oleh karena itu, dalam perancangannya

direncanakan interior terdiri dari bermacam-macam pengaplikasian yang

menggabungkan tema modern dan tradisional, dan haruslah menjadi satu

kesatuan yang melengkapi konsep dan tema, yang dikomposisikan

sedemikian rupa sehingga dinamis tetapi tetap masih terlihat estetis.

Perancangan interior difokuskan pada panggung karena disinilah terjadi

Page 166: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

segala pusat kegiatan. Pola perancangan dimulai dari lobby, disini perancang

menambahkan elemen – elemen estetis mulai dari patung sebagai simbol

penyambutan tamu dan panataan lampu yang menawan namun tetap nyaman,

dalam artian tidak menimbulkan silau tetapi juga tidak terlalu remang.

Tema yang diambil dalam interior gedung pertunjukan seni

tradisional Jawa ini berdasar pada tujuan yang mendasar untuk mewujudkan

penataan interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa di Surakarta

dengan desain dan tema modern tradisional sebagai konsep perancangan

interior. Memasukkan unsur modern seperti penggunaan layar plasma LCD

digital, tata lampu, dan tata cahaya. Adanya unsur modern ini diharapkan

dapat membawa sesuatu yang baru sehingga dapat menambah daya tarik

penonton dengan didukung tata lampu dan suara yang baik. Agar pengunjung

tidak bosan dengan unsur modern maka perancang memadukan denagan gaya

eklektik berupa pencampuran dua gaya yaitu modern dan tradisional sehingga

perancangan gedung ini lain daripada gedung pertunjukan pada umumnya.

Penghawaan, pencahayaan, dan tata suara yang maksimal dengan

tujuan untuk menampilkan hasil yang terbaik. Panggung meupakan point of

interest dari segala aspek yang ada, maka dari itu penataannya harus

maksimal. Penggarapan panggung ini merupakan gabungan dari unsur

tradisional dan modern.

Pengertian Tema

Tema yang sesungguhnya adalah suatu elemen utama yang memberikan

arahan desain. Yang perlu kita ketahui adalah pada dasarnya tema dalam

desain interior terdiri dari dua bentuk yaitu tema sebagai konsep dan tema

Page 167: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

sebagai dekoratif utama. Konsep adalah suatu ide, gagasan, pengertian yang

ada dalam pikiran manusia.

Pengertian modern:

Terbaru dalam desain arsitektur / interior

Meninggalkan yang lalu, lebih efisien, lebih fleksibel dan lebih praktis.

Ditandai dengan sesuatu yang minimal, eksplorasi ruang, material baru

dan teknologi baru.

Semua tanda-tanda ini mengarah kepada sistem masa depan (future

sistem).

Pengertian eklektik:

Arsitektur eklektik bisa dikatakan sebagai hasil karya arsitektur yang

mempergunakan metode merancang secara eklektik. Eklektisme adalah

sebuah pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi)

berbagai aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur

terbaik dengan kombinasi yang ada. Pergerakan ini diawali dari filsafat yang

dikaitkan dengan penggabungan berbagai perspektif pondasi filsafat untuk

membentuk filsafat baru yang lebih baik. Metodenya kemudian diterapkan

dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lain, diantaranya kedalam

arsitektur. Eklektik terdiri dari beberapa gaya yang diambil budaya barat dan

timur. Jadi tidak ada aturan baku yang menyebutkan bagaimana cara

memadukan beberapa gaya tersebut. Perkawinan timur dan barat itulah yang

masuk pada lingkup gaya eklektik. Gaya eklektik sendiri dikenal dalam istilah

interior sebagai gaya gado-gado, yang merupakan paduan dari beragam selera

gaya. (http:okezone.com)

Page 168: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

3. Suasana

Penerapan dari konsep terletak pada elemen-elemen interior sehingga

menimbulkan kesan tersendiri terhadap para pengunjung. Dan pada interior

gedung pertunjukan penerapan wujud dari konsep eklektik yang berupa

perpaduan modern dan tradisional. Ini diterapkan pada setiap perancangan

interior.

Gambar.39

Perspektif R.Pamer

Sumber : dokumentasi pribadi

Bahkan untuk menggambarkan dan memunculkan nuansa tradisional

pada setiap sudut ruang pamer terdapat manekin tokoh wayang dan patung ini

dirasa menarik perhatian pengunjung, karena secara tidak langsung

pengunjung dapat melihat dan mengetahui bentuk detail pakaian wayang

orang secara dekat. Selain manekin wayang orang pada ruang pamer terdapat

mural tentang cerita Ramayana dan Mahabharata. Selain itu pada area café

tersebut pengunjung dapat menikmati live music tradisional jawa, dan

terdapat display-display tentang cerita pewayangan atau gambar- gambar

tokoh-tokoh pewayangan.

Page 169: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Gambar.40

Contoh tokoh wayang berupa Gatotkaca

Sumber : www.wisatasolo.com

Selain dari manekin wayang terdapat pula relief pada tiap dinding

bangunan gedung yang berada pada lobby dan cafe. Relief ini menceritakan

tentang cerita Ramayana dan Mahabharata. Sehingga dengan adanya relief

yang menceritakan tokoh pewayangan pengunjung dapat memahami dan

mengenal cerita pewayangan. Tidak hanya berupa aplikasi dari pewayangan

desain pada setiap sudut ruang banyak terdapat ukiran-ukiran Jawa yang

diaplikasikan pada kolom, dinding, area panggung, maupun furniture

sehingga tujuan dari tema eklektik yang telah diterapkan akan terwujud

dengan baik tanpa meninggalkan tema yang telah dipilih.

Gambar.41

Perspektif interior Stage

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 170: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Pada panggung pertunjukan background panggung menggunakan kain

maka pada perancangan gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ini

menggunakan visual dari layar plasma LCD digital.

4. Aspek Dekorasi dan Warna

a. Elemen Dekorasi

Bentuk gunungan diaplikasikan pada elemen dekoratif interior

gedung pertunjukan seni tradisional Jawa. Elemen ini diterapkan pada wood

panel untuk wall lamp, pintu, dan pada desain furniture berupa bentuk

gunungan. Elemen dekoratif banyak menggunakan bentuk gunungan

dikarenakan gunungan merupakan perumpamaan pintu gerbang istana oleh

karena itu desain pintu pada gedung ini diaplikasikan dari bentuk gunungan.

Selain alasan itu, gunungan identik dengan salah satu pertunjukan seni

tradisional Jawa contohnya: pada seni pertunjukan wayang kulit dan wayang

orang.

Filosofi gunungan yang menjadi tuntunan manusia agar dalam

berperilaku hendakanya menanamkan kebaikan kepada sesama. Filosofi dari

gunungan inilah yang menjadi dasar perancangan gedung pertunjukan seni

tradisioanl Jawa yang ingin membawa pesan pendidikan dan moral kepada

penontonnya. Perancangan gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ingin

memberi kesan tersendiri kepada penonton yang datang. Pengunjung selain

mencari hiburan dan menonton pertunjukan dapat mengambil manfaatnya

setelah menonton, sehingga pesan dari cerita yang dipertunjukan maupun

misi perancangan dapat tersampaikan dengan jelas. Selain sebagai sarana

hiburan pertunjukan seni tradisional juga tetap mengandung (memuat)

Page 171: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

ajaran, tuntunan maupun nilai-nilai yang diperlukan oleh masyarakat. Salah

satu fungsi dari seni pertunjukan tradisional yang tidak kalah pentingnya

adalah berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para

penonton yang menikmatinya.

Filosofi gunungan:

Gunungan adalah gambar wayang yang menyerupai gunung. Di

bagian bawah terlihat gambar pintu gerbang dijaga oleh dua raksasa

memegang pedang dan perisai. Gambar ini adalah perumpamaan pintu

gerbang istana dan digunakan pada waktu menggambarkan adegan suatu

istana. Sebelah atas terdapat gambar pohon kayu dibelit seekor ular raksasa

dan juga gambar segala macam binatang hutan, digunakan untuk adegan

dalam hutan.

Gambar.42

Contoh gambar berupa Gunungan

Sumber : .www.wayangku.wordpress.com

Menurut riwayat, gunungan itu ialah lambang keadaan dunia dan

isinya. Sebelum wayang dimainkan gunungan dicacak di tengah-tengah

kelir (layar wayang) agak cenderung ke kanan, yang artinya bahwa lakon

Page 172: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

wayang belum dimulai dimainkan. Gunungan itu dipakai juga sebagai tanda

untuk mengganti cerita, ialah dicacakkan di tengah-tengah. Selain itu juga

digunakan sebagai perumpamaan angin, yakni dengan dijalankan cepat,

begitu pula buat perumpamaan api, dijalankan juga dengan cepat tetapi

gunungan dibalikkan yang bagian bercat merah, lambang api.

Gunungan juga digunakan dalam adegan di hutan rimba, dimainkan

pada waktu perampogan (wayang kumpulan segala tentara siap sedia

dengan senjata dan alat-alat perang). Dalam adegan perampogan sering

dalang mengucapkan keadaan jalan yang tidak rata, atau hutan terlalu lebat,

serta adegan prajurit menebang pohon untuk jalan. Setelah lakon dimainkan,

gunungan dicacakkan kembali di tengah kelir, menandakan cerita telah

tamat. Untuk tanda pengganti cerita atau babakan baru, maka gunungan

dicacakkan di tengah lalu dalang mengucapkan maksud cerita yang telah

selesai dan disambung dengan maksud cerita/babakan yang akan dimulai.

Dari uraian tersebut merupakan tuntunan bagi manusia, bahwa

perjalanan hidup manusia itu melalui tahapan-tahapan tertentu yang penuh

dengan liku-liku yang akhirnya bila masanya tiba manusia pun akan mati.

Ajaran inilah yang dapat diambil manfaatnya bagi penonton sebagai

tuntunan, sehingga dalam berpelilaku setiap harinya hendaknya selalu

menanamkan kebaikan kepada sesama.

b. Warna

Penerapan warna pada Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa ini

adalah penerapan warna yang disesuaikan dengan tema interiornya. Konsep

perancangan mengacu pada pencampuran modern tradisional atau yang

Page 173: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

disebut dengan eklektik. Warna tradisional mengacu pada warna alam dan

tanah. Pada perancangan gedung ini banyak menggunakan warna alam dan

tanah berupa warna hijau, coklat, krem, hitam, dan abu-abu yang

diaplikasikan pada dinding, lantai, langit-langit maupun furniture.

Page 174: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

BAB V

KEPUTUSAN DESAIN

A. KESIMPULAN

Dari tinjauan dan analisa pada bab sebelunya maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perancangan Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di

Surakarta

Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta adalah : suatu

proses, pembuatan, merancangkan, merencanakan desain tempat pertunjukan yang

menampung kegiatan manuasia untuk mengekspresikan dari perseorangan atau

komunitas dalam mempertunjukan dirinya secara visual dalam berbagai ruang

dalam suatu bangunan yang berupa tempat pertunjukan seni tradisional Jawa untuk

melengkapi fasilitas hiburan yang ada di Surakarta.

a. Lokasi dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta ini

perencanaannya akan diasumsikan di Surakarta tepatnya di daerah Sriwedari.

b. Objek pengerjaan perancangan ditekankan pada auditorium, lobby, ruang

pamer, dan cafe.

2. Konsep Perancangan Desain Interior Gedung Pertunjukan Seni Tradisional

Jawa di Surakarta

Setelah melalui studi literatur dan studi lapangan serta analisa, maka

permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah dapat dijawab dengan :

Page 175: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

a. Membuat konsep perwujudan dari Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa

di Surakarta yang mampu menjadikannya sebagai sarana hiburan rakyat dan

sarana pendidikan dalam rangka melestarikan budaya seni tradisional Jawa.

b. Membuat konsep perwujudan dalam penekanan yang menjadi alternatif

perancangan yaitu auditorium, lobby, ruang pamer, dan cafe.

3. Zoning dan Grouping

Zona dalam keseluruhan site akan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu zona

publik, zona privat, zona semi-privat dan zona servis. Zona publik akan mewadahi

kegiatan seperti pelayanan di lobby, café, snack bar, souvenir shop, ruang

penonton, dan ruang pamer. Zona privat berupa ruang rias pemain dan ruang

pengelola. Zona semi-publik adalah ruang-ruang pemain yaitu ruang tunggu

pemain, ruang latihan, ruang pengiring dan stage. Sementara zona servis akan

mewadahi kegiatan ruang control dan kegiatan servis.

Gambar.43. Zoning Terpilih

Sumber: Analisa Penulis, 2010

Page 176: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Gambar.44. Grouping Terpilih

Sumber : Analisa Penulis, 2010

4. Tema dan Warna

Tema dari perancangan interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa

ini adalah konsep perancangan mengacu pada pencampuran modern tradisional

atau yang disebut dengan eklektik. Tradisional Jawa diartikan dengan asal dan

sejarah dari pertunjukan seni Jawa itu sendiri yang identik dengan budaya

tradisional Jawa. Oleh karena itu, dalam perancangannya direncanakan interior

terdiri dari bermacam-macam pengaplikasian yang menggabungkan tema modern

ZONA PUBLIK

ZONA SEMI PUBLIK

ZONA PRIVAT

ZONA SERVIS

Page 177: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

dan tradisional, dan haruslah menjadi satu kesatuan yang melengkapi konsep dan

tema, yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dinamis tetapi tetap masih

terlihat estetis.

Penerapan warna pada Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa ini

adalah penerapan warna yang disesuaikan dengan tema interiornya. Konsep

perancangan mengacu pada pencampuran modern tradisional atau yang disebut

dengan eklektik. Warna tradisional mengacu pada warna alam dan tanah. Pada

perancangan gedung ini banyak menggunakan warna alam dan tanah berupa warna

hijau, coklat, krem, hitam, dan abu-abu yang diaplikasikan pada dinding, lantai,

langit-langit maupun furniture.

5. Elemen Pembentuk Ruang

Ruang Lantai Dinding Ceiling

R.Tunggu,

Tiket box

dan

Lobby

a. Keramik tile

b. Granit

a. Gypsumboard

b. Partisi kayu

c. Granit

d. Kaca

a. Gypsumboard

b. Multiplek

c. Ekspos rangka

kayu

R.Pengelola,

R.rias,

R.persiapan

a. Keramik tile

b. Parket

a. Cat dinding a. Gypsum board

b. Kayu

Ruang

pentas,

ruang

a. Karpet

b. Parket

a. Gypsumboard

b. Multiplek

Gypsum board

Acoustic board

Page 178: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

gamelan,

Ruang

Penonton

Snack bar,

Shouvenir

shop

a. Parket a. Cat dinding Gypsum board

kayu

Cafe,

Ruang

pamer

a. Keramik tile

b. Granit

c. Parket

a. Cat tembok

b. Partisi kayu

c. Kaca

Gypsum board

Anyaman rotan

Tabel.15

Elemen Pembentuk Ruang

Sumber : Analisa Penulis, 2010

6. Interior Sistem

Ruang Pencahayaan Penghawaan Akustik

R.Tunggu,

Tiket box

dan

Lobby

- Alami

- Buatan

- Alami

- Buatan

Gypsumboard

Multiplek

Ekspos rangka

kayu

R.Pengelola,

R.rias,

R.persiapan

- Buatan - Buatan Gypsum board

Panel kayu

Page 179: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

Ruang

pentas,

ruang

gamelan,

Ruang

Penonton

- Buatan - Buatan Acoustic board

Snack bar,

Shouvenir

shop

- Alami

- Buatan

- Alami

- Buatan

Gypsum board

kayu

Cafe,

Ruang

pamer

- Alami

- Buatan

- Alami

- Buatan

Gypsum board

Anyaman rotan

Tabel.16

Interior Sistem

Sumber : Analisa Penulis, 2010

7. Sistem Keamanan

Keamanan yang dimaksud adalah keamanan fisik manusia, fisik bangunan, serta

lingkungan, untuk sistem ini diperlukan unsur :

satpam

adanya tangga dan pintu darurat

tanda petunjuk arah ( exit signs )

Page 180: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

alat pengunci ( hardware locking )

tanda bahaya ( alarm )

Penyediaan tabung – tabung berisi gas zat arang atau bubuk yang

mengandung obat – obat anti api dengan dilengkapi alat penyemprot

Hidrant air, yaitu pipa dengan karan air dimana tersedia selang – selnag dan

alat penyemprot air dengan lampu control.

Sprinkle yang terpasang pada ceiling.

Heat detector yang terpasang pada ceiling.

B. SARAN

Dengan adanya ciri khas yang dimiliki oleh Gedung Pertunjukan Seni

Tradisional Jawa di Surakarta ini maka akan semakin menambah keunikan tersendiri

bagi suatu karya desain. Sebuah persembahan yang berguna bagi masyarakat tentunya

bila dengan adanya gedung pertunjukan seni tradisional Jawa Surakarta ini dapat

memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi para pengunjung akan kebudayaan

Jawa. Banyak nilai edukatif dan rekreatif yang bisa kita gali (eksplorasi) dengan

adanya Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta ini, dan kedepan

nantinya kita akan gunakan sebagai batu loncatan untuk mengembangkan sebuah

kebudayaan yang bermanfaat dan implikasinya adalah masyarakat semakin mencintai

kebudayaannya sendiri.

Demikian hal-hal yang dapat penulis kemukakan tentang Desain Interior

Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa di Surakarta. Dalam uraian ini tentunya

Page 181: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

masih banyak kekurangan disebabkan keterbatasan dalam mengumpulkan data serta

teknik penyusunannya. Semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan desain

interior Indonesia.

Page 182: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Doelle, Leslie L. dan Leo Prasetio, MSc. 1993. Akustik Lingkungan. Jakarta:

Erlangga

D. K. Ching, Francis. 1996. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya. Jakarta:

Erlangga

Harun Hadiwiyono, Drs, 1994. Sari Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Kanisius

Mediastika, Christina E, Ph.D.2005. Akustika Bangunan. Jakarta: Erlangga

M. Echols dan Shadily , Hassan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT.

Gramedia

Neufert, Ernest.2002 . Data Arsitek Jilid I edisi 33 . Jakarta : Erlangga.

Tim Penyusun KBBI. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai

Pustaka.

Tim MGMP Kesda SMP Kota Surakarta.2008. Kesenian Daerah Kelas IX. Surakarta:

CV. Setiawan Mulya.

Panero, Julius & Martin.1980. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta:

Erlangga

Suptandar, J. Pamudji.1999. Desain Interior. Jakarta: Djambatan

Sutopo, H.B.2002. Metodologi Penelitian kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Page 183: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Surjarno, Drs.2003. Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi dan Tantangannya,

Yogyakarta : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata deputi Bidang

Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Yogyakarta

Skripsi :

Rudi Setyawan. 2004. Perancangan Interior Jakarta Amusement Center. Surakarta:

Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Yuni Kristansi. 2008. Perancangan dan Perancanaan Gedung Wayang Orang di

Surakarta. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Website / Elektronik Data:

Presentasi Mata Kuliah AIS.2007

(http :www.wikipedia.co.id/Sriwedari.html). (diakses tanggal 19 Oktober 2008 pukul

15.50)

(http :www.ki-demang.com/Wayang wong.html). (diakses tanggal 11 Januari 2009

pukul 16.45)

(http :www.wisatasolo.com/gallery/main.html). (diakses tanggal 19 Oktober 2008

pukul 16.45)

(http :www.joglosemar.co.id). (diakses tanggal 13 Febuari 2010 pukul 20.15)

Page 184: DESAIN INTERIOR GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ... menonton peneliti, yaitu: di lapangan, dengan mengaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

LAMPIRAN