21

Click here to load reader

Demokrasi Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Demokrasi Islam

Demokrasi Islam

Banyak orang apalagi masyarakat awam, beranggapan bahwa agama islam adalah agama demokrasi. Dan Islam mengajarkan kepada umatnya agar bermasyarakat dan bernegara

dengan asas demokrasi Islam, dengan alasan Islam mengajarkan syura/permusyawaratan. Anggapan ini adalah anggapan yang amat salah dan tidak berdasar, sebab antara kedua

istilah ini terdapat perbedaan yang amat mendasar, yang menjadikan keduanya bak timur dan barat, air dan api, langit dan bumi. Berikut saya sebutkan beberapa prinsip utama

syura, yang merupakan pembeda dari demokraasi. Semoga dengan mengetahui beberapa perbedaan antara keduanya ini, kita dapat meluruskan kesalah pahaman yang telah

mendarah daging di tubuh banyak dan sanubari banyak umat islam.

Prinsip Syura Pertama: Musyawarah hanyalah disyariatkan dalam permasalahan yang tidak ada dalilnya.

Sebagaimana telah jelas bagi setiap muslim bahwa tujuan musyawarah ialah untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sekedar untuk membuktikan banyak atau sedikitnya

pendukung suatu pendapat atau gagasan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

ومن أمرهم من الخيرة لهم يكون أن أمرا ورسوله الله قضى إذا مؤمنة وال لمؤمن كان ومامبينا ضالال ضل فقد ورسوله الله يعص

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mikmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai

Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 36)

: وجد فإن الله، كتاب في نظر الخصم عليه ورد إذا بكر أبو كان قال مهران بن ميمون عنعليه الله صلى الله رسول من وعلم الكتاب في يكن لم وإن به، قضى بينهم به يقضي ما فيه : . وكذا، كذا أتاني وقال المسلمين، فسأل خرج أعياه فإن به قضى سنة@ األمر ذلك في سلم وإليه اجتمع فربما بقضاء؟ ذلك في قضى سلم و عليه الله صلى الله رسول أن علمتم فهل

لله الحمد بكر أبو فيقول قضاءا، فيه سلم و عليه الله صلى الله رسول من يذكر كلهم النفر . من سنة فيه يجد أن أعياه فإن سلم و عليه الله صلى نبينا عن يحفظ من فينا جعل الذي

اجتمع فإذا فاستشارهم، وخيارهم الناس رؤوس جمع سلم و عليه الله صلى الله رسول . . وصحح والبيهقي الدارمي رواه بعده من الخطاب عمر فعل وكذلك به قضى أمر على رأيهم

الفتح في إسناده .الحافظ

“Diriwayatkan dari Maimun bin Mahran, ia mengisahkan: Dahulu Abu Bakar (As Shiddiq) bila datang kepadanya suatu permasalahan (persengketaan), maka pertama yang

ia lakukan ialah membaca Al Qur’an, bila ia mendapatkan padanya ayat yang dapat ia gunakan untuk menghakimi mereka, maka ia akan memutuskan berdasarkan ayat itu. Bila

ia tidak mendapatkannya di Al Qur’an, akan tetapi ia mengetahui sunnah (hadits) Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam, maka ia akan memutuskannya berdasarkan hadits tersebut. Bila ia tidak mengetahui sunnah, maka ia akan menanyakannya kepada kaum

muslimin, dan berkata kepada mereka: ‘Sesungguhnya telah datang kepadaku

Page 2: Demokrasi Islam

permasalahan demikian dan demikian, apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam pernah memutuskan dalam permasalahan itu dengan suatu

keputusan’? Kadang kala ada beberapa sahabat yang semuanya menyebutkan suatu keputusan (sunnah) dari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam, sehingga Abu bakar

berkata: ’Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara kita orang-orang yang menghafal sunnah-sunnah Nabi kita shollallahu’alaihiwasallam.’ Akan tetapi bila ia tidak

mendapatkan satu sunnah-pun dari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam, maka ia mengumpulkan para pemuka dan orang-orang yang berilmu dari masyarakat, lalu ia

bermusyawarah dengan mereka. Bila mereka menyepakati suatu pendapat, maka ia akan memutuskan dengannya. Dan demikian pula yang dilakukan oleh khalifah Umar bin

Khatthab sepeninggal beliau.” (Riwayat Ad Darimi dan Al Baihaqi, dan Al Hafiz Ibnu Hajar menyatakan bahwa sanadnya adalah shahih)

Dari kisah ini nyatalah bagi kita bahwa musyawarah hanyalah disyari’atkan dalam permasalahan-permasalahan yang tidak ada satupun dalil tentangnya, baik dari Al Qur’an

atau As Sunnah. Adapun bila permasalahan tersebut telah diputuskan dalam Al Qur’an atau hadits shahih, maka tidak ada alasan untuk bermusyawarah, karena kebenaran telah

jelas dan nyata, yaitu hukum yang dikandung dalam ayat atau hadits tersebut.

Adapun sistim demokrasi senantiasa membenarkan pembahasan bahkan penetapan undang-undang yang nyata-nyata menentang dalil, sebagaimana yang diketahui oleh

setiap orang, bahkan sampaipun masalah pornografi, rumah perjudian, komplek prostitusi, pemilihan orang non muslim sebagai pemimpin dll.

Prinsip Syura Kedua: Kebenaran tidak di ukur dengan jumlah yang menyuarakannya.

Oleh karena itu walaupun suatu pendapat didukung oleh kebanyakan anggota musyawarah, akan tetapi bila terbukti bahwa mereka menyelisihi dalil, maka pendapat

mereka tidak boleh diamalkan. Dan walaupun suatu pendapat hanya didukung atau disampaikan oleh satu orang, akan tetapi terbukti bahwa pendapat itu selaras dengan

dalil, maka pendapat itulah yang harus di amalkan.

: بعده، بكر أبو واستخلف سلم و عليه الله صلى الله رسول توفي لما قال هريرة أبي عنرسول قال وقد الناس تقاتل كيف بكر ألبي الخطاب بن عمر قال العرب، من كفر من وكفر

: : ) : ال قال فمن الله، إال إله ال يقولوا حتى الناس أقاتل أن أمرت سلم و عليه الله صلى الله : ( والله بكر أبو فقال الله على وحسابه بحقه، إال ونفسه ماله منى عصم فقد الله، إال إلهكانوا عقاال منعوني لو والله المال، حق الزكاة فإن والزكاة، الصالة بين فرق من ألقاتلن

: . الخطاب بن عمر فقال منعه على لقاتلتهم سلم و عليه الله صلى الله رسول إلى يؤدونهالحق ) أنه فعرفت للقتال، بكر أبي صدر شرح قد وجل عز الله رأيت أن إال هو ما فوالله

عليه متفق

“Dari sahabat Abu Hurairah rodiallahu’anhu, ia mengisahkan: Setelah Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam meninggal dunia, dan Abu Bakar ditunjuk sebagai khalifah,

kemudian sebagian orang kabilah arab kufur (murtad dari Islam), Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar: ‘Bagaimana engkau memerangi mereka, padahal Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi seluruh

Page 3: Demokrasi Islam

manusia hingga mereka mengikrarkan la ilaha illallahu, maka barang siapa yang telah mengikrarkan: la ilaha illallah, berarti ia telah terlindung dariku harta dan jiwanya,

kecuali dengan hak-haknya (hak-hak yang berkenaan dengan harta dan jiwa), sedangkan pertanggung jawaban atas amalannya terserah kepada Allah.”’ Abu Bakar-pun

menjawab: ‘Sungguh demi Allah aku akan perangi siapa saja yang membedakan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah termasuk hak yang berkenaan dengan harta.

Sungguh demi Allah seandainya mereka enggan membayarkan kepadaku seekor anak kambing yang dahulu mereka biasa menunaikannya kepada Rasulullah

shollallahu’alaihiwasallam, niscaya akan aku perangi karenanya.’ Maka selang beberapa saat Umar bin Khatthab berkata: ‘Sungguh demi Allah tidak berapa lama akhirnya aku sadar bahwa Allah Azza wa Jalla telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, sehingga akupun tahu bahwa itulah pendapat yang benar.’” (Muttafaqun ‘alaih)

Begitu juga halnya yang terjadi ketika Abu Bakar rodiallahu’anhu tetap mempertahankan pengiriman pasukan di bawah kepemimpinan Usamah bin Zaid rodiallahu’anhu yang sebelumnya telah direncanakan oleh Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam sebelum

beliau wafat. Kebanyakan shahabat merasa keberatan dengan keputusan Abu Bakar ini, melihat kebanyakan kabilah Arab telah murtad dari Islam. Abu Bakar berkata kepada

seluruh sahabat yang menentang keputusan beliau:

والسباع تخطفنا الطير أن ولو ، سلم و عليه الله صلى الله رسول عقدها عقدة أحل ال واللهوآمر أسامة، جيش ألجهزن المؤمنين، أمهات بأرجل جرت الكالب أن ولو المدينة، حول من

المدينة حول يكونون .الحرس

“Sungguh demi Allah, aku tidak akan membatalkan keputusan yang telah diputuskan oleh Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam, walaupun burung menyambar kita, binatang buas

mengepung kota Madinah, dan walaupun anjing-anjing telah menggigiti kaki-kaki Ummahat Al Muslimin (istri-istri Nabishollallahu’alaihiwasallam), aku tetap akan meneruskan pengiriman pasukan di bawah kepemimpinan Usamah, dan aku akan

perintahkan sebagian pasukan untuk berjaga-jaga di sekitar kota Madinah.” [Sebagaimana dikisahkan dalam kitab-kitab sirah dan tarikh Islam, misalnya dalam kitab

Al Bidayah wa An Nihayah, oleh Ibnu Katsir 6/308].

Imam As Syafi’i berkata: “Sesungguhnya seorang hakim diperintahkan untuk bermusyawarah karena orang-orang yang ia ajak bermusyawarah mungkin saja

mengingatkannya suatu dalil yang terlupakan olehnya, atau yang tidak ia ketahui, bukan untuk bertaqlid kepada mereka dalam segala yang mereka katakan. Karena sesungguhnya

Allah Ta’ala tidak pernah mengizinkan untuk bertaqlid kepada seseorang selain Nabi shollallahu’alaihiwasallam.” [Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, 13/342]

Penjelasan Imam As Syafi’i ini merupakan penerapan nyata dari firman Allah Ta’ala:

الله إلى فحكمه شيء من اختلفتم وما

“Dan apa yang kalian perselisihkan tentang sesuatu maka hukumnya kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10)

Page 4: Demokrasi Islam

Ayat-ayat yang mulia ini dan kandungannya, semuanya menunjukkan akan kewajiban mengembalikan hal yang diperselisihkan diantara manusia kepada Allah ‘Azza wa Jalla,

dan kepada Rasul-Nya shollallahu’alaihiwasallam, yang demikian itu dengan mengembalikan kepada hukum Allah ‘Azza wa Jalla, serta menjauhi setiap hal yang

menyelisihinya.

Dengan memahami prinsip ini kita dapat membedakan antara musyawarah yang diajarkan dalam Islam dengan demokrasi, sebab demokrasi akan senantiasa mengikuti suara terbanyak, walaupun menyelisihi dalil. Adapun dalam musyawarah, kebenaran

senantiasa didahulukan, walau yang menyuarakannya hanya satu orang. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Islam tidak pernah mengajarkan demokrasi, dan Islam

bukan agama demokrasi.

Prinsip Syura Ketiga: Yang berhak menjadi anggota Majlis Syura’ ialah para pemuka masyarakat, ulama’ dan pakar di setiap bidang keilmuan.

Karena musyawarah bertujuan mencari kebenaran, maka yang berhak untuk menjadi anggota majlis syura ialah orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-

masing, dan mereka ditunjuk oleh khalifah. Merekalah yang memahami setiap permasalahan beserta solusinya dalam bidangnya masing-masing. Beda halnya dengan

demokrasi, anggotanya dipilih oleh rakyat, merekalah yang mencalonkan para perwakilan mereka. Setiap anggota masyarakat, siapapun dia –tidak ada bedanya antara peminum khamer, pezina, dukun, perampok, orang kafir dengan orang muslim yang bertaqwa-,

orang waras dan orang gendeng atau bahkan gurunya orang gendeng memiliki hak yang sama untuk dicalonkan dan mencalonkan. Oleh karena itu tidak heran bila di negara

demokrasi, para pelacur, pemabuk, waria dan yang serupa menjadi anggota parlemen, atau berdemonstrasi menuntut kebebasan dalam menjalankan praktek kemaksiatannya.

Bila ada yang berkata: Ini kan hanya sebatas istilah, dan yang dimaksud oleh ulama’ atau tokoh masyarakat dari ucapan demokrasi islam ialah sistem syura’, bukan sitem

demokrasi ala orang-orang kafir, sehingga ini hanya sebatas penamaan.

Jawaban dari sanggahan ini ialah:

Pertama: Istilah ini adalah istilah yang muhdats (hasil rekayasa manusia) maka tidak layak dan tidak dibenarkan menggunakan istilah-istilah yang semacam ini dalam agama Islam yang telah sempurna dan telah memiliki istilah tersendiri yang bagus serta selamat

dari makna yang batil.

Kedua: Penggunaan istilah ini merupakan praktek menyerupai (tasyabbuh) dengan orang-orang kafir, dan Islam telah mengharamkan atas umatnya perbuatan nmenyerupai orang-

orang kafir dalam hal-hal yang merupakan ciri khas mereka. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:

Page 5: Demokrasi Islam

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia tergolong dari mereka.” (Abu Dawud dll)

-Demokrasi dalam pandangan islam (sistem demokrasi islam adakah?) – demokrasi tidak sesuai dengan ajaran islam – jangan tertipu demokrasi – tidak ada demokrasi islamDiantara tipuan syaitan terhadap manusia, ialah menghiasi kebatilan dengan kebaikan: Syaithan menamai sesuatu yang haram yang merupakan maksiat terhadap Allah, dengan nama-nama yang disenangi jiwa manusia. Ini dimaksudkan untuk menipu mereka dan memalsukan hakekat sebenarnya. Seperti halnya pohon yang diharamkan itu dinamai dengan khuldi (kekekalan) supaya Adam memandang baik dan mau memakannya, disebutkan dalam Al Qur’an bahwa syaithan berkata:

v “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”[Thaaha:120]

Ibnu Qoyyim mengatakan:Diantara tipuan syetan ialah bahwa pengikut-pengikutnya mewariskan penamaan sesuatu yang diharamkan dengan nama-nama yang disukai jiwa manusia.Mereka menamai khmar dengan suka ria (al-afrah),sementara makanannya dinamai snack istirahat (luqmah ar rahah).Riba dinamai muamalah dan bea cukai dinamai hak-hak pemerintah”

Dan kini riba mereka namai dengan bunga. Tari-tarian ,nyanyian, drama dan sandiwara mereka namai dengan kesenian.

Di Indonesia gejala ini sangat amat lumrah: Riba disebut bunga (faedah), Khmar disebut obat jamu,pelacur disebut WTS dan yang paling anyar PSK, pasangan zina disebut PIL atau WIL (Pria atau Wanita IDAMAN lain); sungguh rusak!!! pasangan zina kok disebut idaman (?) Naudzubillahi min dzaalik. Gambar-gambar porno mereka namakan seni estetika, upacara sesaji kemusyrikan dinamai dengan sedekah bumi. Dukun tidak mau lagi disebut dukun kecuali dukun bayi ,dukun urut, mereka lebih sreg digelari paranormal, wong pinter, ajengan, kiayi, Ki Gede, Metafisi; padahal mereka sejatinya penipu, budak dan memperbudak jin dan penyebar kemusyrikan walaupun berlindung pakai kopiah, pakai ayat-ayat, pakai sorban, berlabel Insya Allah dll, semua adalah tipu daya syaithan agar pembangkangan terhadap Rabbul Alamin ini diterima oleh umat.

Variant ini semakin berkembang dengan gagasan sesat yang tidak kalah gencarnya dengan mengawinkan istilah batil dengan kata Islami agar telinga menjadi tentrem menerimanya, hati menjadi tenang terhadapnya,dan tidak sungkan memperdagangkannya. Sebutlah seperti filsafat Islam, sosialisme Islam, musik Islami, liberal Islam, dan lain-lain.

Maka demikian pula dengan apa yang disebut demokrasi plus Islam alias sistem demokrasi islam, apalagi demokrasi sekuler seperti yang berlaku di indonesia, tiada beda dengan tipuan klasik pendahulunya agar bentuk kesyirikan demokrasi ini diterima dengan

Page 6: Demokrasi Islam

dada legowo, sehingga umat islam ikut berpartisipasi bahkan membela serta berjuang memperdagangkannya,..kan yang dibela Islam juga,.begitulah alasannya.

Dalam risalah bid’ah 559 disebutkan:

#Jika dikatakan : samakah demokrasi dengan syura (musyawarah)?

Jawab: sama sekali tidak sama karena beberapa sebab:

1. Syura adalah hukum Allah .Sedangkan demokrasi adalah ciptaan manusia kafir,musyrik dan jahil.

2. Syura ditegakkan demi kemaslahatan umat yang diputuskan oleh ahlul hilli wal aqdi, yang terdiri daripada para ulama pewaris para Nabi.Sedangkan demokrasi ditegakkan demi kekuasaan dan kefanatikan terhadap golongan yang diputuskan oleh orang-orang kafir, musyrikin, ahli maksiat, laki-laki maupun perempuan meskipun di parlemen itu terdapat kaum muslimin bahkan ahli agama (?) bercampur dan bergabung bersama-sama didalam menentukan pilihan dengan suara terbanyak.

3. Ahli syura didalam Islam tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, dan tidak mengatakan yang haq itu batil atau yang batil itu haq. Keadaan ini 100% menyalahi para pengikut demokrasi yang telah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, dan mengatakan yang haq itu batil atau mengatakan yang batil itu haq. (buktinya di indonesia para pezina tidak dihukum, begitu juga pemabuk, dll, karena para anggota DPR sebagai pembuat hukum telah mengizinkan berbagai kemaksiatan itu)

4. Syura didalam Islam jarang terjadi dan hanya didalam beberapa urusan yang musykil (sukar diputuskan atau dipahami). Adapun didalam perkara-perkara yang telah ada ketetapannya dari Allah dan RasulNya, maka tidak diadakan Syura, sedangkan demokrasi diletakkan sebagai kuasa yang mengatur seluruh kehidupan berdasarkan undang-undang yang telah dibuat, sehingga manusia yang hidup disatu negeri dengan sistem demokrasi tidak boleh keluar atau bertentangan dengan undang-undang tersebut.

Walhasil ,demokrasi adalah sistem kufur dan syirik yang sangat bertentangan dengan Islam. Penggerak demokrasi adalah Yahudi untuk melawan Islam dan kaum muslimin.

Page 7: Demokrasi Islam

Demokrasi adalah sebuah tema yang banyak dibahas oleh para ulama dan intelektual Islam. Untuk menjawab dan memosisikan demokrasi secara tepat kita harus terlebih dahulu mengetahui prinsip demokrasi berikut pandangan para ulama tentangnya.

Prinsip DemokrasiMenurut Sadek, J. Sulaymân, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang menjadi standar baku. Di antaranya:• Kebebasan berbicara setiap warga negara.• Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak didukung kembali atau harus diganti.• Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol minoritas• Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik rakyat.• Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.• Supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum).• Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.Pandangan Ulama tentang DemokrasiAl-MaududiDalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang berssifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas pada para pendeta.Mohammad IqbalKritikan terhadap demokrasi yang berkembang juga dikatakan oleh intelektual

Pakistan ternama M. Iqbal. Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich. Melainkan, prakteknya yang berkembang di Barat. Lalu, Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai berikut:- Tauhid sebagai landasan asasi.- Kepatuhan pada hukum.- Toleransi sesama warga.- Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.- Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.Muhammad ImarahMenurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hukum-Nya.Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Diia membiarkannya. Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah-lah pemegang otoritas tersebut. Allah befirmanIngatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta

Page 8: Demokrasi Islam

alam. (al-A’râf: 54).Inilah batas yang membedakan antara sistem syariah Islam dan Demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan sebagainya adalah sejalan dengan Islam.

Yusuf al-QardhawiMenurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal. Misalnya:- Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.- Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.- Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.- Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.- Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.

Salim Ali al-BahnasawiMenurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam.Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi demokrasi sebagai berikut:- menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.- Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.- Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).- Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral yang duduk di parlemen.

Page 9: Demokrasi Islam

KesimpulanDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam.Prinsip dan konsep demokrasi yang sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar dari rambu-rambu ilahi.Karena itu, maka perlu dirumuskan sebuah sistem demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya:1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama dalam musyawarah. Contohnya kasus Abu Bakr ketika mengambil suara minoritas yang menghendaki untuk memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Juga ketika Umar tidak mau membagi-bagikan tanah hasil rampasan perang dengan mengambil pendapat minoritas agar tanah itu dibiarkan kepada pemiliknya dengan cukup mengambil pajaknya.5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga

Akhirnya, agar sistem atau konsep demokrasi yang islami di atas terwujud, langkah yang harus dilakukan:- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi dan didominasi oleh orang-orang Islam yang memahami dan mengamalkan Islam secara baik.

Page 10: Demokrasi Islam

Tahun baru masehi

Tinggal beberapa jam lagi akan terjadi pergantian tahun, dan momen-momen seperti ini yang ditunggu-tunggu segenap masyarakat, khususnya Indonesia. Lalu bagaimana pandangan islam (syariat) dalam hal ini?, baik ikut serta merayakanya, atau hanya memanfaatkan momen liburan dengan dalih tidak ikut serta merayakan. Disini kita akan mengkaji jauh lebih dalam tentang ketahuidan dalam Islam. Bagi orang-orang non-muslim tahun baru Masehi adalah hari yang diagungkan, tapi bagi kaum Muslimin tahun baru masehi haram dirayakan dengan dalih apapun, karena hal ini telah melanggar syariat yang dicantumkan oleh alloh dan rosulnya. Merayakan tahun baru masehi bagi seorang muslim termasuk menyerupai ibadahnya kaum kafir walaupun dengan berbagai macam spekulasi apapun.

"Barang siapa yang meyerupai suatu kaum maka mereka termasuk didalanya"(HR.Bukhori Muslim)

Maka sepatutnya seorang muslim menjadikan tahun baru masehi ini biasa saja, seperti hari lainya dan tidak boleh diistimewakan, karena kita umat muslim memiliki hari besar (istimewa) sendiri. Ini semua tidak terlepas dari prodak kaum kafir yang ingin menjauhkan umat muslim dari ketauhidan, sebab selama kaum muslimin memiliki ketahuidan yang kuat, kaum nasrani dan yahudi akan sulit merobohkan pondasi KEISLAMAN.

Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Narsani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” [Al Baqarah 120]

dari dua pedoman diatas sudah jelas memperingatkan akan bahayanya musuh alloh.

" Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka" ( HR.Ibid. no:18641)

Hadist ini mempringatkan kepada kita kaum muslimin untuk menjauh dan menghindari

Page 11: Demokrasi Islam

hari besar mereka, walaupun dengan dalih apapun, sebebab di Islam mengajarkan dan menjungjung tinggi nilai KONSISTENITAS dalam ketahuidan beragama.

" Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." ( QS. Al-Baqarah:109)

Coba perhatikan ayat tersebut! Sesungguhnya, moment tahun baru itu salah satu tipu muslihatorang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin, sehingga hati mereka menjadi dengki dan berusaha mengembalikan keyakinan kaum muslimin pada kekafiran agar jauh dari cahaya Allah. Perlu diingat!, bahwasanya orang-orang kafir akan mendesain suatu produk dengan rapih, dan seolah-olah bentuknya tidak terlihat buruk dari luar, dan buruk dari dalam dan menyesatkan.Bukannya kita memiliki tahun baru Hijriyah??, lantas kenapa muda-mudi kita kurang antusias dalam merayakanya??, lalu dimana letak idealisme untuk agam kita sendiri????mohon direnungkan baik-baik sodaraku seiman!!!Semoga alloh selalu melindungi kita dari hal-hal yang dilarang olehnya, serta memberi kekuatan kepada kita unruk beribadah dan taat kepada-nya. Amin

Lebih lanjut tentang: Tahun Baru Dalam Pandangan Islam Dengan Berbagai Spekulasi

Page 12: Demokrasi Islam

Jalaluddin Rumi

Spoiler for Jalaluddin Rumi: Quote:

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri”’ (”’Jalaluddin Rumi”’) atau sering pula disebut dengan nama ”’Rumi”’ adalah seorang sufi|penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar

Page 13: Demokrasi Islam

Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berju

Page 14: Demokrasi Islam

Tugas agama islam

Nama: abieyoga pradana

Kelas:X-C