Upload
mila-yanuar-pertiwi
View
50
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keperawatan gerontik
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia tidak identik dengan pikun (demensia) dan perlu diketahui
bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat
hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan
tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar
orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita oleh lansia.
Tapi kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat
usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia
sering kali terjadi pada lansia yang telah berumur kurang lebih 60 tahun.
Demensia dibagi menjadi dua kategori, yaitu 1. Demensia senilis (>/ 60 tahun),
2. Demensia prasenilis (<60 tahun). Sekitar 56.8 % lansia mengalami demensia
dalam bentuk demensia Alzheimer (4 % dialami lansia yang telah berusia 75
tahun, 16 % pada usia 85 tahun, dan 32 % pada usia 90 tahun). Sampai saat ini
diperkirakan kurang lebih 30 juta penduduk dunia mengalami demensia
dengan berbagai sebab.
Gangguan kognitif salah satunya demensia atau pikun merupakan
kumpulan gejala yang menghasilkan kehilangan kemampuan kognitif
mencakup daya ingat tentang diri sendiri, orang lain, waktu, tempat, dan
aktivitas sehari- hari. Hal ini dapat mengakibatkan para lansia menjadi merasa
asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada lansia.
Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Degeneratif Pada Sistem Neurologi : Parkinson dan
Alzheimersebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Degeneratif Pada Sistem Neurologi : Parkinson dan
Alzheimer.
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Konsep Dasar
GangguanDegeneratif Gangguan Gerontik i : Demensia dan
Alzheimer.
b. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan
GangguanGerontik Demensia dan Alzheimer.
B. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kamu gunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah pola deskripsi yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang
telah kami dapat dan pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami
temukan. Adapun metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan
yaitu buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan, konsultasi
dengan dosen pembimbing, dan bahan dari internet.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diawali dengan penulisan bab I yang terdiri dari
pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan teori mengenai
Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatandengan Gerontik Demensia
dan Alzheimer. Bab III, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan, kemudian
diakhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR MEDIS DEMENSIA
A. PENGERTIAN
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari- hari. Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
Demensia adalah keaadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari- hari. Kumpulan gejala
yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari- hari penderita. (Azizah. 2011 ; 81).
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009).
Jadi demensia adalah kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan
tingkah laku sehingga mempengaruhi aktifitas kehidupan sehari-hari penderita.
B. ETIOLOGI
Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena
pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-
hari yang normal.
D Drugs (obat)
Obat sedative
Obat penenang minor atau mayor
Obat anti konvulsan
Obat anti depresan
Obat anti hipertensi
Obat anti aritmia
E Emotional (gangguan emosi, ex :depresi)
M Metabolik dan endokrin
Seperti : DM
Hipoglikemi
Gangguan ginjal
Gangguan hepar
Gangguan Tiroid
Gangguan elektrolit
E Eye dan ear (disfungsi mata dan telinga)
N Nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra)
Kekurangan vitamin B1 ( Sindrom wernicke)
Kekurangan vitamin B12 (Anemia pernisiosa)
Kekurangan asam folat
T Tumor dan trauma
I Infeksi
Ensefalitis oleh virus, contoh : herpes simplek
Bakteri, contoh ; oleh pnemokokus
TBC
Parasit
Fungus
Abses otak dan
Neurosifilis
A Arterosklerosis (komplikasi penyakit aterosklerosis misalnya :
infark
Keadaan yang secara potensial reversible atau yang bisa dihentikan seperti
:
Intoksiaksi (obat, termasuk alkohol, dll)
Infeksi susunan saraf pusat
Gangguan metabolic
Gangguan vaskuler (demensia multi- infark)
Lesi
Hematoma subdural/ subdural hematoma (SDH) merupakan
kelainan bedah saraf umum yang sering memerlukan intervensi
bedah. SDH adalah jenis perdarahan intrakranial yang terjadi di
bawah duramater dan mungkin terkait dengan cedera
otak l a i nnya .
Metastase neoplasma
Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh
berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh
terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah
hilang.
Hidrosefalus yang bertekanan normal
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Demensia Non reversible
1. Penyakit degenaratif
Penyakit Alzheimer
Demensia yang berhubungan dengan badan Lewy
Lewy disebabkan oleh pemundaran dan matinya sel-sel saraf di
otak. Nama itu berasal dari adanya struktur-struktur abnormal
berbentuk bola disebut kumpulan lewy, yang tumbuh dalam
sel-sel saraf. Di duga struktur itu ikut menyebabkan kematian
sel-sel otak. Orang yang mempunyai demensia dengan
kumpulan lewi cenderung melihat sesuatu yang tidak ada
(halusinasi visual), mengalami kekakuan atau gemetar
(parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung berubah-ubah
secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari.
Gejala itu memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari
penyakit Alzheimer. Demensia dengan kumpulan Lewy
kadang-kadang muncul bersamaan dengan penyakit Alzheimer
dan/atau demensia Vaskuler. Mungkin sulit untuk
membedakan demensia dengan kumpulan Lewy dari penyakit
Parkinson dan orang dengan penyakit Parkinson menderita
demensia yang serupa dengan yang terlihat pada demensia
dengan kumpulan Lewy.
Penyakit Pick
Penyakit Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan
dimana terjadi kekurangan suatu enzim khusus yang
mengakibatkan penimbunan sfingomielin (hasil metabolisme
lemak) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal.
Penyakit Huntington
Penyakit Huntington adalah penyakit turunan disebabkan oleh
kemunduran otak yang terjadi berangsur-angsur dan
menimbulkan efek pada pikiran dan tubuh. Penyakit ini
biasanya muncul antara umur 30 dan 50 tahun dan ditandai
dengan menurunnya kemampuan berpikir dan gerakan-gerakan
anggota badan atau otot wajah yang tidak teratur dan tidak
terkendali. Gejala-gejala lain termasuk perubahan kepribadian,
gangguan ingatan, berkata-kata tidak jelas, pertimbangannya
terganggu dan ada masalah kejiwaan. Tidak ada pengobatan
untuk menghentikan jalannya penyakit, tetapi obat-obatan
dapat mengendalikan penyakit-penyakit yang mempengaruhi
gerakan tubuh dan juga gejala-gejala kejiwaan. Demensia
terjadi pada sebagian besar kasus penyakit Huntington.
Kelumpuhan supranuklear progresif
Kelumpuhan Supranuklear Progresif menyebabkan kekakuan
otot, ketidakmampuan untuk menggerakkan mata dan
kelemahan pada otot tenggorokan.
Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah penyakit sistem syaraf yang terjadi
berangsur-angsur, ditandai dengan gemetar, kaku pada
anggota-anggota badan dan persendian, kesulitan berbicara dan
kesulitan memulai gerakan fisik. Pada tahap lanjut dari
penyakit ini sebagian orang akan terkena demensia. Obat-
obatan mungkin dapat meringankan gejala fisik, tetapi dapat
menimbulkan efek sampingan yang dapat termasuk halusinasi,
delusi (anggapan yang salah), kebingungan yang bertambah
secara sementara dan gerakan-gerakan tidak normal.
2. Penyakit Vaskuler
Penyakit Demensia Vaskuler
Demensia Vaskuler adalah istilah umum untuk demensia yang
berkaitan dengan masalah sirkulasi darah ke otak dan
merupakan bentuk paling umum kedua dari demensia. Ada
beberapa jenis demensia Vaskuler. Dua jenis yang paling
umum adalah demensia Multi-infarct dan penyakit
Binswanger. Demensia Multi-infarct disebabkan oleh sejumlah
serangan otak (stroke) ringan, disebut ministroke atau
Transient Ischaemic Attack (TIA) dan mungkin merupakan
jenis yang paling umum dari demensia vaskuler.
Penyakit Binswanger
Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai demensia vaskuler
subkortikal) dihubungkan dengan perubahan di otak yang
disebabkan oleh serangan otak. Penyakit ini disebabkan oleh
tekanan darah tinggi, penebalan pembuluh nadi dan aliran
darah yang tidak cukup.
Embolisme serebral
Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang
di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
Arteritis
Arteritis Temporalis (Giant Cell Arteritis, Arteritis Sel
Raksasa) adalah penyakit peradangan menahun pada arteri-
arteri besar.
Anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat
intoksikasi karbon monoksida
3. Demensia Traumatic
Perlukaan kranio-serebral
Demensia pugilistika
Demensia Pugilistika adalah gangguan daya ingat konsentrasi
serta perubahan kepribadian yang diakibatkan oleh kontusio
serebral berulang, seperti yang dialami oleh para petunju.
Dapat timbul gejala serebral, piramidal, dan ekstrapiramidal,
dengan perubahan neuropatologis di daerah septum, substansia
grisea temporal tengah, dan jaras nigra serta serebelar.
4. Infeksi
Demensia pasca ensefalitis
C. KARAKTERISTIK DEMENSIA
Menurut John (1994) bahwa lansia yang mengalami demensia juga akan
mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi yaitu akan
mengalami deficit aktivitis kehidupan sehari- hari (AKS). Gejala yang
sering menyertai demensia adalah
a. Gejala awal
Kinerja mental menurun
Fatique
Mudah lupa
Gagal dalam tugas
b. Gejala lanjut
Gangguan kognitif
Gangguan afektif
Gangguan perilaku
c. Gejala Umum
Mudah lupa
Aktivitas sehari- hari terganggu
Disorientasi
Cepat marah
Kurang konsentrasi
Resti jauh
D. PATOFISIOLOGI
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun
sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-
kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit
degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak
langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui
mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga
jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang
diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan
menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan
belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir,
emosi dan mood. (Boedhi-Darmojo, 2009).
E. TAHAPAN DEMENSIA
Penyakit alzheimer dan penyakit lain yang menyebabkan
demensia dikenal dengan keanekaragaman perjalanan penyakitnya,
munculnya dan berkembangnya gejala.
1. TAHAP AWAL
perubahan alam perasaan atau kepribadian
gangguan penilaian dan penyelesaian masalah
konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko)
konfusi tentang waktu
keslitan dengan angka, uang, dan tagihan
anomia ringan
menarik diri atau depresi
2. TAHAP PERTENGAHAN
gangguan memori saat ini dan masa lalu
anomia, agnosia, apraksia, afasia
ganguan penilaian dan penyelesaian masalah yang
parah
konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk
gangguan persepsi
kehilangan pengendalian impuls
ansietas, gelisah, mengeluyur, berkeras
hiperoralitas
kemungkinan kecurigaan, delusi, atau halusinasi
konfabulasi
gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar
mulai terjadi inkontinensia
gangguan siklus tidur bangun
3. TAHAP AKHIR
gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif
ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-
temannya
gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu,
mengeluh, atau menggumam)
sedikitnya kapasitas perawatan diri
inkontinensia kandung kemih dan usus
kemungkinan menjadi hiperoral dan memiliki tangan yang
aktiv
penurunan nafsu makan, disfasia dan resiko aspirasi
depresi sistem imun yang menyebabkan meningkatnya
resiko infeksi
gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk
berjalan, kaku otot dan paratonia
refleks menghisap dan mengemgam
menarik diri
gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu
tidur
F. KLASIFIKASI DIMENSIA
a. Demensia Senilis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme
dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan anatomis di
otak. Pada banyak orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti juga
terdapat pada demensia senilis, tetapi tidak ditemukan gejala- gejala
demensia. Otak mengecil terdapat suatu atrofi umum, terutama pada
daerah frontal. Yang penting ialah jumlah sel berkurang. Kadang-
kadang ada kelainan otak yang jelas, tetapi orang itu tidak psikotik,
sebaliknya pada orang yang sudah jelas demensia kadang- kadang ada
sedikit kelainan pada otak, jadi tidak selalu ada korelasi antara
besarnya kelainan histology dan beratnya gangguan intelegensi.
1. Gejala
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala- gejala yang
jelas untuk membuat diagnosa demensia senilis. Penyakit
jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat
kemunduran mental.
Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal –hal yang baru
terjadi, merupakan gejala dini, juga kekurangan ide- ide dan gaya
pemikiran abstrak. Yang menjadi egosentrik dan egoistic, lekas
tersinggung dan marah- marah. Kadang- kadang timbul aktivitas
seksual yang berlebihan atau yang tidak pantas, sesuatu tanda
control berkurang atau usaha untuk kompensasi psikologis.
Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya.
Ia menyimpan barang- barang yang tidak berguna, mungkin
timbul waham bahwa ia akan dirampok, akan dirancuni atau ia
miskin sekali atau tidak disuka orang
Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak
mengetahui jalan pulang.
Penilaiannya berkurang sehingga ia dapat menyukarkan dan
membahayakan lalu lintas di jalan. Ia mungkin jadi korban
penjahat karena ia mudah diajak, umpamanya dalam hal penipuan
dan sex
Bnayak menjadi gelisah waktu malam, mereka berjalan- jalan tak
bertujuan dan menjadi destruktif. Mungkin timbul delirium waktu
malam, ini karena penglihatan yang terbatas di waktu gelap bila
penderita dengan demensia senilis ditaruh dalam kamar yang
gelap, maka akan timbul disorientasi.
Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka
makin lama makin banyak ia lupa, sehingga penderita hidup
dalam alam pikiran sewaktu ia masih muda atau masih kecil.
Gejala jasmani : kulit menjadi tipis, keriput, dan atrofis, BB
mengurang, atrofi pada otot- otot, jalannya menjadi tidak stabil,
suara kasar, dan bicaranya jadi pelan, dan tremor pada tangan dan
kepala.
Gejala psikoogis : sering hanya terdapat tanda kemunduran
mental umum (demensia simplek). Tetapi tidak jarang juga terjadi
kebingungan dan delirium, atau depresi atau serta agitasi. Ada
yang menjadi paranoid. Pada presbiofrenia terutama dapat
gangguan ingatan serta konvabu; lasi dan dapat dianggap sebagai
satu jenis demensia senilis dan beberapa gejala yang menonjol
dan sedikit lebih cepat.
2.Prognosa
Tidak baik jalannya penyakit progesif, dimensia makin lama makin
berat sehingga akhirnya penderita hidup secara vegatif saja walaupun
demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun atau lebih setelah
gejala-gejala menjadi nyata.
3. diagnosa
Perlu dibedakan dari arterosklerosa otak, tetapi kedua hal ini tidak
jarang terjadi bersama-sama. Pada melakonlia involusi tidak didapati
tanda-tanda dimensia, kadang-kadang sindroma otak organik, karena
uremia, anemia, payah jantung atau penyakit paru-paru dapat serupa
psikosa senilis.
4. pengobatan
a. pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikan dan
cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, tercapainya sesuatu
dan di hargai
b. kamarnya jangan gelap gulita dan letakkan barang-barang yang
sudah ia kenal sejak dulu untuk mempermudah orientasinya.
B. Demensia Presenilis
Gangguan ini gejala utamanya ialah seperti sebelum masa senile
akan dibedakan menjadi dua macam demensia presenilis yaitu:
G. PENANGANAN PASIEN DEMENSIA
Tindakan- tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi pasien
demensia ialah seabgai berikut:
a. Terapi obat dengan pengawasan dokter.
b. Intervensi non obat:
1. Intervensi lingkungan
Penyesuain fisik ( bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia).
Penyesuaian waktu ( membuat jadwal rutin)
Penyesuaian lingkungan malam hari ( mandi air hangat, tidur
teratur).
Penyesuaian indera ( mata, telinga)
Peyesuaian nutrisi ( makan makanan gizi seimbang)
2. Interbvensi perilaku
Wandering
a. Yakinkan dimana keberadaan pasien
b. Berikan keluasan bergerak di dalam dan di luar rumah
c. Gelang pengenal “ hendaya memory”
Agitasi dan agresifitas
Hindari situasi yang memprofokasi
Hindari argumentasi
Sikap kita tenang dan mantap
Alihkan perhatian dan kenal lain
Sikap dan pertanyaan yang berulang
Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian.
Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan ke hal yang
menarik.
Perilaku seksual yang tidak wajar atau sesuai
Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadi
Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya
Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah pakaian atau
selimut untuk menutup badannya. Bantu gunakan baju kembali.
3. Intervensi Psikologis
a. Resiko terapi individual
b. Resiko terapi kelompok
c. Resiko terapi keluarga
4. Intervensi untuk “ Care Giver ” ( pengasuh) diperlukan :
a. Dukungan mental
b. Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian
c. Kemampuan menerima kenyataan
5. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa :
a. Lakukan latihan terus menerus, berulang –ulang
b. Tingkatkan perhatian
c. Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak
6. Aktivtas keagamaan
7. Mengembangkan hobi yang ada seperti melukis, memasak, main musik,
berkebun, potografi.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKDENGAN GANGGUAN:DEMENSIA DAN
ALZHEIMER
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Sistem
Gerontik
Program Studi S1 Keperawatan
Oleh
Ester Rini Anggraini
Ferina Santi
Gregoriana Buke Bataona
Jeni Veronika Sinurat
Maria Yuni
Oktavianus Supriadi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Degeneratif Pada
Sistem Neurologi : Parkinson dan Alzheimer. Pembuatan makalah ini, dimaksudkan untuk
membantu para mahasiswa dalam mencapai tujuan mata ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Neurologisehingga para mahasiswa mampumeningkatkan wawasan dan pengetahuannya.
Penulisan isi makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu
dikembangkan lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan faktor
kemampuan dan lain sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun untuk
memenuhi tugas dengan dosen Ns. Friska Sinaga, S.Kep ini, penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari
makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran.
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawtan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stenli, Mickley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC