Click here to load reader
Upload
sriyanto-arileksana
View
2.918
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Maintenance atau pemeliharaan adalah sebuah proses yang menjamin
suatu barang atau alat terjaga dalam kondisi siap pakai. Tujuan dari
pemeliharaan diantaranya : alat selalu tersedia dalam kondisi siap pakai,
tersedianya peralatan cadangan bila kondisi darurat, menjaga
keselamatan manusia dan lingkungan, dan memperpanjang usia pakai
alat. Proses maintenance ini telah mengalami berbagai perkembangan
sejak PD II karena proses ini memegang peranan penting dalam
keberlangsungan suatu produksi. (ref. 1)
Zaman dahulu, alat dipakai hingga rusak, baru diperbaiki. Atau istilah
kerennya run to failure maintenance atau breakdown maintenance. Seiring
perkembangan zaman, maintenance jenis ini sudah jarang dipakai. Hanya
dipakai pada alat yang bisa diperbaiki secara cepat dan murah biaya
perbaikannya. Karena paada saat diperbaiki, maka bisa dipastikan kalau
proses produksi akan berhenti apabila tidak ada alat lain sebagai
cadangan untuk berproduksi.
Ada banyak jenis maintenance lainnya yang digunakan dalam industri.
Namun kali ini kami mengkhususkan diri membahas salah satu prose’s
maintenance yang dipakai dalam industri yaitu RCM (Reliability Centered
Maintenance).
Reliability atau kehandalan adalah peluang sebuah komponen, sub-
sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang
dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi
tertentu pula (ref. 4)
2
Mengapa RCM? Dikatakan RCM adalah the process that is used to
determine the most effective approach to maintenance (Ref 6).
1.2 perumusan masalah
Ada banyak jenis maintenance yang bisa digunakan dalam industri.
Salah satunya adalah RCM. RCM merupakan pengembangan dari
Preventive maintenance. Ternyata dalam Preventive Maintenance, sebaik
apapun kita menjaga kondisi alat, jika umur lata sudah terlalu tua, maka
alat sudah mencapai masa istirahatnya atau harus diganti, tidak bisa
dipakai untuk selamanya walaupun sudah kita pelihara secara maksimal.
1.3 tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
RCM dan contoh kasusnya. Juga untuk menuntaskan tugas dari mata
kuliah Sistem Pemeliharaan dan Pemantauan Kondisi Mesin.
3
BAB II
ISI MAKALAH
2.1 Reliability
Seperti yang telah diungkapakan di awal bahwa reliability atau
kehandalan adalah peluang sebuah komponen, sub-sistem atau sistem
melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang dipersyaratkan, dalam kurun
waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula.
Reliability mengandung komponen-komponen yang tidak terpisahkan
diantaranya:
1. peluang dan ketidakpastian
2. melakukan fungsi dengan baik
3. pada waktu tertentu
4. kehandalan setiap komponen
(ref 5)
2.2 Reliability Centered Maintenance (RCM)
Definisi dari RCM adalah suatu proses yang dilakukan untuk
menentukan apa saja yang haru dilakukan agar dapat mencegah terjadinya
kegagalan dan untuk memastikan bahwa alat atau mesin dapat bekerja
optimal saat dibutuhkan.(ref. 2)
Tujuan dari RCM adalah :
1. Untuk mengembangkan desain yang sifat mampu dipeliharanya
(maintainability) baik.
2. Untuk memperoleh informasi yang penting untuk melakukan
improvement pada desain awal yang kurang baik.
3. Untuk mengembangkan sistem maintenance yang dapat
4
mengembalikan kepada reliability dan safety sepert awal mula
equiment dari deteriorasi yang terjadi setelah sekian lama
dioperasikan.
4. Untuk mewujudkan semua tujuan di atas dengan biaya minimum.
(ref. 3)
2.3 Pertanyaan pokok RCM
Ada 7 pertanyaan pokok bila kita membahas RCM
1. Apa fungsi dan hal yang bisa dilakukan oleh suatu alat berdasarkan
standar operasinya
2. Bagaimana alat itu dapat gagal melaksanakan fungsinya?
3. Hal apa saja yang menyebabkan kegagalan fungsi?
4. Apa yang akan terjadi jika terjadi kegagalan fungsi?
5. Bagaimana kaitan antar kegagalan fungsi suatu alat mempengaruhi
kegagalan alat lainnya?
6. Apa yang bisa dilakukan untuk memprediksi atau mencegah
kegagalan tersebut?
7. Apa yang seharusnya dilakukan jika proses pencegahan dan
penanganan dini tidak dapat ditemukan?
(ref. 1)
2.4 Langkah-langkah penerapan RCM
Langkah-langkah yang perlu diambil pada saat akan melaksanakan RCM :
1. Identifikasi equipment yang penting untuk di-maintain, biasanya
digunakan metode failure; mode; effect; critacality analysis
(FMECA) dan fault tree analysis (FTA).
5
2. Menentukan penyebab terjadinya kegagalan, tujuannya untuk
memperoleh probabilitas kegagalan dan menentukan komponen
kritis yang rawan terhadap kegagalan. Untuk melakukan hal ini
maka diperlukan data yang histori yang lengkap.
3. Mengembangkan kegiatan analisis FTA, seperti : menentukan
prioritas equipment yang perlu di maintain.
4. Mengklasifikasikan kebutuhan tingkatan maintenance.
5. Mengimplementasikan keputusan berdasar RCM.
6. Melakukan evaluasi, ketika sebuah equipment dioperasikan maka
data secara real-life mulai direcord, tindakan dari RCM perlu
direevaluasi setiap saat agar terjadi proses penyempurnaan.
(ref. 3)
2.5 Grafik periode RCM
Berikut ini adalah contoh grafik urutan periode yang kita alami saat kita
mengimplementasikan RCM
Tahap membuat keputusan adalah tahap yang paling lama dan paling
penting. Tahap ini memakan waktu 1 tahun atau lebih. Jika kita telah
membuat keputusan untuk melaksanakan RCM, maka hal tersebut harus
diakukan secara serius. Kalau dilakukan setengah-setengah, maka hasil yang
dicapai tidak akan optimal. Readiness of an organization to initiate an RCM
Project with a reasonable expectation of success is different from the decision
to initiate one. After the decision is made, the commitments made by others
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
6
must be called out consistently and continuously.
Tahap analisis mungkin memerlukan waktu beberapa minggu.
Kemudian tahap implementasi dilaksanakan sepanjang tahun. Dan jika
dilaksanakan dengan baik, maka hasil dari RCM akan bisa dinikmati untuk
beberapa tahun ke depan. Kontinuitas dan konsistensi dari manajemen
perusahaan dalam melaksanakan RCM sangat menentukan bagus tidaknya
hasil yang akan diperoleh. (ref. 5)
2.6 Komponen RCM
RCM dikatakan sebagai proses maintenance yang paling efektif. Hal ini
dikarenakan RCM adalah sebuah evolusi dari proses maintenance yang telah
dipelajari bertahun-tahun. Oleh karena itu, RCM mengandung komponen-
komponen pemeliharaan terbaik yang dilakukan agar proses produksi dapat
terus berjalan dan tujuan dari pemeliharaan itu sendiri tercapai secara
optimal. Berikut adalah komponen-komponen penunjang RCM
Reactive Maintenance
Disebut juga run to failure atau breakdown maintenance. Alat hanya
diperbaiki jika lata tersebut mengalami kerusakan.
Preventive Maintenance
Maintenance jenis ini sering disebut time based maintenance. Sudah
dapat mengurangi frekuensi kegagalan ketika maintenance jenis ini
diterapkan, jika dibandingkan dengan reactive maintenance. Maintenance
jenis ini dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi komponen. Kegiatannya
antara lain terdiri dari pemeriksaan, penggantian komponen, kalibrasi,
pelumasan, dan pembersihan. Maintenance jenis ini sangat tidak efektif dan
tidak efisien dari segi biaya ketika diterapkan sebagai satu-satunya metode
maintenance dalam sebuah plant.
7
Tes Prediksi dan Inpeksi (Predictive Testing dan Inspection/PTI)
Walaupun banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan
jadwal PM, namun tidak ada yang valid sebelum didapatkan age-reliability
characteristic dari sebuah komponen. Biasanya informasi ini tidak disediakan
oleh produsen atau supplier alat, sehingga kita harus mengira-ngira jadwal
perbaikan pada awalnya. PTI dapat digunakan untuk membuat jadwal dari
time based maintenance, karena hasilnya digaransi oleh kondisi equipment
yang termonitor. Data PTI yang diambil secara periodik dapat digunakan
untuk menentukan trend kondisi equipment, perbandingan data antar
equipment, proses analisis statistik, dsb. PTI tidak dapat digunakan sebagai
satu-satunya metode maintenance, karena PTI tidak dapat mengatasi semua
potensi kegagalan. Namun pengalaman menunjukkan bahwa PTI sangat
berguna untuk menentukan kondisi suatu komponen terhadap umurnya.
Monitoring Equipment
Tujuan utama memonitor sebuah equipment adalah mengetahui keadaan
dan mendapatkan prediksi perubahan kondisi equipment tersebut dari waktu
ke waktu. Pendekatan yang digunakan adalah:
Antisipasi kegagalan dari pengalaman yang sebelumnya (failure
anticipation from past experience), seringkali pengalaman
kegagalan sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan tren
kegagalan.
Statistik distribusi kegagalan (failure distribution statistic), distribusi
kegagalan dan probabilitas kegagalan harus diketahui untuk
menentukan periode akan terjadinya kegagalan.
Pendekatan konservatif (conservative approach), praktik yang
sering dilakukan di lapangan adalah melakukan monitoring secara
rutin (tiap bulan atau tiap minggu) pada awalnya. Jika ternyata
8
data yang didapatkan tidak mencukupi untuk mengetahui kondisi
equipment maka kita harus memperpendek periode atau interval
monitoring.
Proactive Maintenance
Tipe maintenance ini akan menuntun pada : desain, workmanship,
instalasi, prosedur dan scheduling maintenance yang lebih baik. Karakteristik
dari proactive maintenance adalah continous improvement dan menggunakan
feedback serta komunikasi untuk memastikan bahwa usaha improvement
yang dilakukan benar-benar membawa hasil yang positif. Analisa root-cause
failure dan predictive analysis diterapkan antara lain untuk mendapatkan
maintenance yang efektif, menyusun interval kegiatan maintenance, dan
memperoleh life cycle.
Failed Item Analysis
Salah satu kegiatan yang termasun Failed Item Analysis adalah
inspeksi visual untuk setelah komponen yang mengalami kegagalan
dilepaskan dari sistemnya. Analisis kasus secara lebih detail diterapkan untuk
mengetahui penyebab terjadinya kegagalan. Contoh sebuah failed item
analysis: sebuah bearing mengalami kerusakan, penyebabnya bisa dari mis-
alignment, unbalance, grease yang buruk atau sebab lainnya. Pengalaman
menunjukkan bahwa penyebab kerusakan bearing 50% disebabkan karena
metode pemasangan yang kurang tepat.
Root Cause Failure Analysis(RCFA)
RCFA secara berkonsentrasi secara proaktif mencari penyebab
terjadinya kegagalan. Bedanya dengan Failed Item Analysis adalah RCFA
melakukan kegiatan proactive sebelum dan juga bisa sesudah terjadinya
kegagalan, sedangkan Failed Item Analysis mutlak setelah terjadi kegagalan.
Tujuan utama dari RCFA adalah mencari penyebab terjadinya ketidakefisienan
dan ketidakekonomisan, mengkoreksi penyebab kegagalan (tidak hanya
berkonsentrasi pada efeknya saja), membangkitkan semangat untuk
9
melakukan improvement secara kontinu, dan menyediakan data untuk
mencegah terjadinya kegagalan.
(ref. 3)
10
BAB III
STUDI KASUS
Kami mengambil contoh kasus bagaimana NASA menangani proses
pelumasan.
Semua mesin yang bertenaga 7.5 HP atau lebih harus dilumasi secara rutin.
Untuk mengetahui kapan waktu pelumasan yang tepat, maka harus diadakan
analisa. Analisa yang telah dilakukan dengan menggunakan PTI, hasilnya
harus digunakan untuk penjadwalan pelumasan pada PM.
Mesin-mesin yang telah dipilih untuk dianalisa pelumasannya dan
membutuhkan kurang dari 5 gallon minya pelumas, analisanya dititikberatkan
pada kondisi mesin itu sendiri. Isi dan kondisi dari minyak pelumas seperti
viskositas, persentase kandungan air, dan spektrometrik metal memegang
peranan penting dalam pelumasan mesin.
(ref. 6)
Berikut kami tampilkan hasil analis yang akan dipakai untuk menetukan
maintenance yang akan dipakai.
11
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
RCM adalah suatu proses yang dilakukan untuk menentukan apa saja
yang haru dilakukan agar dapat mencegah terjadinya kegagalan dan untuk
memastikan bahwa alat atau mesin dapat bekerja optimal saat dibutuhkan.
Kontinuitas dan konsistensi dari manajemen perusahaan dalam
melaksanakan RCM sangat menentukan bagus tidaknya hasil yang akan
diperoleh.
Langkah-langkah yang perlu diambil pada saat akan melaksanakan RCM :
1. Identifikasi equipment yang penting untuk di-maintain, biasanya
digunakan metode failure; mode; effect; critacality analysis
(FMECA) dan fault tree analysis (FTA).
2. Menentukan penyebab terjadinya kegagalan, tujuannya untuk
memperoleh probabilitas kegagalan dan menentukan komponen
kritis yang rawan terhadap kegagalan. Untuk melakukan hal ini
maka diperlukan data yang histori yang lengkap.
3. Mengembangkan kegiatan analisis FTA, seperti : menentukan
prioritas equipment yang perlu di maintain.
4. Mengklasifikasikan kebutuhan tingkatan maintenance.
5. Mengimplementasikan keputusan berdasar RCM.
6. Melakukan evaluasi, ketika sebuah equipment dioperasikan maka
data secara real-life mulai direcord, tindakan dari RCM perlu
direevaluasi setiap saat agar terjadi proses penyempurnaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Murray, John. Reliability Centered Maintenance.
Smith, Antony. Reliability Centered Maintenance.
www.daunbiru.com
www.migas-indonesia.com
www.reliabilityweb.com
NASA: Reliability Centered Maintenance Guide for Facilities and Collateral
Equipment