20
Andalan Debit Dr. Ir. M. Syahril B. K.

Debit Andalan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan kuliah hidrologi terapan

Citation preview

  • Andalan Debit

    Dr. Ir. M. Syahril B. K.

  • Pendahuluan

    Dalam hidrologi, analisis debit dilakukan untuk memperoleh

    debit banjir rencana atau debit andalan rencana. Debit banjir

    rencana diperlukan untuk memperhitungkan tingkat keamanan

    bangunan yang ingin direncanakan, dalam hal ini tinggi

    rendahnya tingkat keamanan yang diinginkan ditunjukan

    dengan besar kecilnya periode ulang yang dipakai. Sementara

    itu debit andalan rencana diperlukan untuk memperhitungkan

    tingkat kepercayaan yang dapat dipegang dalam

    merencanakan fasilitas suplai air untuk memenuhi kebutuhan

    akan air. Dalam hal ini tinggi rendahnya tingkat kepercayaan

    digambarkan pada tinggi rendahnya probabilitas yang harus

    diperhitungkan dalam menghitung debit andalan tersebut.

  • Analisis Debit Andalan

    Seperti yang telah diuraikan di atas, istilah debit andalan dipakai sebagai debit

    rencana untuk memenuhi kebutuhan air dari suatu kegiatan seperti pertanian, air

    minum, pembangkit listrik tenaga air, industri dll. Debit andalan didefinisikan sebagai

    besarnya debit yang mempunyai peluang keberhasilan sesuai dengan

    probabilitasnya, misalnya Q90% dianggap merupakan debit yang besarannya dapat

    dicapai dengan peluang 90 % dari waktu penampilan data debit tersebut. Dengan

    memperhatikan definisi dan kegunaannya, besaran debit andalan biasanya

    ditentukan berdasarkan data pengukuran debit atau debit sintetis. Data pengukuran

    debit diperoleh dari pengolahan data hasil pengukuran kecepatan aliran di

    sungai/saluran yang dilakukan baik secara manual maupun menggunakan AWLR.

    Debit sintetis dapat ditentukan dengan menggunakan metoda analisis yang

    dikembangkan berdasarkan konsep model tampungan

  • Analisis Debit berdasarkan Hasil Pengukuran

    Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dapat diperoleh besarnya debit pada tiap

    saat pengukuran tersebut. Berdasarkan data ini, kemudian dibuat kurva durasi debit,

    dimana probabilitas dari debit tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan

    metoda plotting (metoda yang sering dipakai adalah metoda Weibull).

  • Analisis Debit Andalan Sintetis

    Dalam perencanaan pengembangan serta operasi suatu sistem sumber daya air, data

    debit aliran merupakan data utama yang harus ada dalam bentuk runtut waktu (time

    series) yang berkesinambungan. Kenyataannya data debit aliran umumnya hanya

    tersedia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, bahkan kurang dari itu. Kondisi

    data debit aliran yang ada inipun biasanya belum siap pakai, karena banyak terdapat

    data yang kosong dan menjadikan data tidak berkesinambungan, Untuk mengisi data

    debit aliran yang kosong serta memperpanjang seri data debit, maka dikembangkan

    model untuk simulasi curah hujan - limpasan (rainfall - runoff) yang tujuannya adalah

    membuat data debit aliran sintetis berdasarkan data hujan dan evapotranspirasi.

    Pada prinsipnya, model tampungan merupakan konsep yang berupaya

    mendeskripsikan hubungan antara hujan dan aliran permukaan berdasarkan

    parameter DAS yang dikaji, terutama kapasitasnya dalam menampung air hujan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas ini antara lain adalah prositas tanah dan

    sifat kapilaritas tanah. Dibawah ini disajikan dua model yang dikembangkan dengan

    menerapkan konsep tersebut.

  • MODEL NRECA

    Model ini dikembangkan dengan mengasumsikan DAS sebagai tampungan yang

    dapat dibagi menjadi 2 bagian. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan

    perbedaan reaksi masing-masing bagian tersebut terhadap infiltrasi air hujan yang

    melaluinya. Kedua bagian tersebut adalah :

    1. Zona atas yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya

    kapasitas tanah dalam menahan air sampai tanah tersebut menjadi jenuh.

    Tampungan ini biasanya dinyatakan dalam tingkat kelengasan tanah (soil

    moisture)

    2. Zona bawah yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya

    kapasitas tanah dalam menahan air pada saat tanah tersebut jenuh (air tanah).

    Tingkat kelengasan ditentukan oleh neraca air hujan dan evapotranspirasi aktual.

    Ketika curah hujan yang terjadi lebih besar dari evapotranspirasi aktual, akan

    terdapat kelebihan air yang mampu menambah kelengasan tanah sehingga tanah

    menjadi jenuh dan akan melimpahkan kelebihan airnya dalam dua bentuk, yaitu

    sebagai aliran yang akan langsung menjadi aliran permukaan dan aliran yang

    mengisi tampungan air tanah. Aliran permukaan yang terjadi dari tampungan air

    tanah yang keluar kembali disebut Base Flow.

  • Skema Konsep Model NRECA

  • Menentukan Kelengasan Tanah

    Agar tampungan akibat kelembaban tanah dapat terjadi, diperlukan nilai awal

    kelembaban tanah pada tingkat tertentu. Besarnya infiltrasi air hujan menuju

    tampungan kelengasan tanah dapat dihitung dari neraca air sbb.:

    WATER BALANCE = RAIN EACT

    EACT = K1 x EPOT

    K1 = RAIN/EPOT (1 - 0,5 SMOLD/SMNOM) + 0,5 SMOLD/SMNOM

    dimana :

    EACT = evapotranspirasi aktual (mm)

    RAIN = curah hujan pada periode yang ditinjau (mm)

    K1 = rasio antara evapotranspirasi aktual dan evapotranspirasi potensial

    SMOLD = kelengasan tanah pada akhir periode sebelumnya (mm)

    SMNOM = kapasitas (nominal) kelengasan tanah (mm)

    EPOT = evapotranspirasi potensial (mm) Kc x Eto

    Jika SMOLD/ SMNOM 2,0 atau RAIN/EPOT 1,0 maka EACT = EPOT.

  • Pada saat hujan lebih besar dari evapotranspirasi aktual, akan terjadi infiltrasi

    menuju zona bawah sehingga akan menambah volume air tanah sebesar:

    RECH = ESM x KRECH

    ESM = 0,5 x [1 + tgh (2

    SMOLD/SMNOM - 2] x (RAIN-EACT)

    dimana :

    RECH = tingkat pengisian tampungan air

    tanah dengan asumsi sistem linier (mm)

    KRECH = koefisien pengisian tampungan

    air tanah (mm)

    ESM = kelebihan kelengasan tanah

    (mm)

    Besar kelebihan kelengasan tanah akan menjadi limpasan langsung yang besarnya

    dapat ditentukan sbb.:

    QDIR = ESM RECH

    Dengan demikian, besar tampungan (reservoir) air tanah (GW) akan bertambah

    sebesar RECH. Pada suatu saat sebagian air dari tampungan air tanah tersebut

    akan menjadi aliran dasar yang besarnya dapat ditentukan sbb.:

    QBASE = (GWOLD + RECH) x

    KBASE

    dimana :

    GWOLD = kandungan awal air tanah (sisa

    periode sebelumnya).

    Menentukan Tampungan Air Tanah

  • Total Runoff

    Dengan diketahuinya besaran kedua tampungan tersebut, besarnya total Runoff

    pada model NRECA dapat diekspresikan dalam bentuk :

    QTOT = QDIR + QBASE

  • METODA SACRAMENTO Model Sacramento merupakan salah satu model konseptual yang berupaya

    memperhitungkan secara lebih detail pengaruh parameter tanah terhadap

    kandungan airnya atau kapasitas tampungan tanah terhadap aliran air permukaan.

    Model ini dikembangkan oleh National Weather Service Forecast Center di

    Sacramento, California, Amerika Serikat. Konsep dasar Model Sacramento adalah

    menyatakan daerah pengaliran atas beberapa waduk/tampungan yang saling

    berhubungan dan mempunyai kapasitas tertentu. Dalam hal ini DAS dibagi dalam

    beberapa komponen yaitu terdiri dari :

    - zona atas

    - zona bawah

    Perkolasi

    Aliran air tanah

    Evaporasi

    Debit sungai, terdiri dari

    - aliran dari areal kedap air

    - aliran permukaan yang kedap air

    - interflow

    - base flow

  • Deskripsi dari komponen model ini dapat dilihat sebagaimana berikut :

    1. Lahan

    Lahan dibagi atas lahan yang tidak kedap air (previous) dan lahan yang tidak kedap

    air (imprevious). Untuk lahan yang kedap air(imprevious), hujan langsung masuk ke

    dalam saluran/sungai dari sitem drainase alami. Dengan catatan, pada lahan yang

    tidak kedap air (previous), sebelum air sampai di saluran, sebagian dari air hujan

    yang jatuh masuk kedalam tanah sampai tanah menjadi jenuh. Dengan demikian,

    sistem drainase dari bagian lahan yang previous dari daerah tangkapan dibagi

    menjadi :

    zona atas, yang menyatakan sistem tanah permukaan catchment

    zona bawah, yang menyatakan sistem tampungan air tanah

    Tanah pada kedua area tersebut mempunyai kandungan air (tension water) dan air

    bebas (free water). Pada umumnya resapan air akan membentuk tension water

    sampai tanah menjadi jenuh, pada saat tanah menjadi jenuh, tension water

    mencapai nilai maksimum, dan resapan air langsung menjadi air tanah.

  • Skema Konsep Model Sacramento

  • 2. Zona Atas

    Tension water pada zona atas menyatakan volume air hujan yang masih dapat

    ditampung tanah pada keadaan kering sampai terjadinya pelepasan air oleh tanah

    tersebut. Jika kapasitas maksimum tampungan zona atas terlampaui, maka

    selebihnya menjadi air bebas yang dapat menjadi interflow ke saluran atau menjadi

    perkolasi ke zona bawah.

    Interflow terjadi hanya jika curah hujan melampaui laju perkolasi. Zona atas dianggap

    sebagai tampungan linear yang dikuras secara eksponensial. Besarnya Interflow

    adalah sbb.:

    Q interflow = UZFCW * UZK

    dimana :

    UZFCW = volume air bebas pada zona atas

    UZK = koefisien pengosongan untuk zona atas

    Jika curah hujan melampaui intensitas perkolasi dan kapasitas drainase interflow

    maksimum, maka tampungan zona atas bebas akan terisi penuh dan terjadilah aliran

    permukaan.

    3. Zona Bawah

    Tension Water pada zona bawah merupakan sisa volume air yang diperlukan untuk

    kelembaban tanah yang terjadi akibat daya tarik molukeler tanah. Dalam hal ini,

    volume air yang dimaksud tidak termasuk air tanah bebas yang mengisi pori-pori

    tanah. Volume air ini dinyatakan dengan LZTM.

  • 4. Intensitas Perkolasi

    Laju perkolasi dari zona atas ke zona bawah bergantung pada kebutuhan zona bawah,

    yaitu kebutuhan yang ditentukan oleh isi zona bawah relatif terhadap kapasitasnya.

    Kebutuhan perkolasi zona bawah yang minimal terjadi jika ketiga tampungan zona

    bawah telah terisi penuh. Selanjutnya dengan prinsip kontinuitas, laju perkolasi adalah

    sama dengan aliran air tanah dari tampungan utama dan tambahan yang sudah penuh.

    Jika kebutuhan minimum adalah PBASE, maka :

    PBASE = LZFPM*LZPK + LZFSM * LZSK

    dimana :

    PBASE = PERCmin. Kebutuhan

    LZFPM = kapasitas tampungan air bersih bebas utama zona bawah

    LZPK = faktor drainase tampungan utama

    LZFSM = kapasitas tampungan air bebas tambahan zona bawah

    LZSK = faktor drainase tampungan tampungan tambahan

    Kebutuhan perkolasi zona bawah yang maksimum terjadi jika tampungan zona bawah

    dalam keadaan kosong. Besarnya perkolasi maksimum ini adalah :

    PERC maks.kebutuhan = PBASE * (1 + ZPERC)

    dimana pada umunya ZPERC >>1. Sedangkan perkolasi yang aktual adalah :

    PERC akt. = PBASE * (1 + ZPERC * G)

    dimana :

    G = (A/B) * REXP

    A = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah - isi zona bawah

    B = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah

  • 5. Aliran Air Tanah

    Jumlah aliran diasumsikan sebagai tampungan yang mempunyai sistem yang berprilaku

    linear, sehingga dapat dituliskan sbb.:

    Q BASE = LZFPC * LZPK + LZFSC * LZSK

    dimana :

    LZFPC = isi zona air bebas utama

    LZFSC = isi zona air bebas tambahan

    Faktor drainase LZPK dan LZSK dapat ditentukan dengan mudah dari kurva resesi

    hidrograf, dengan menggambarkan pada kertas semi logaritmik, dan berdasarkan

    persamaan berikut :

    K = (QPt / Q Po) * (1/dt)

    dan

    LZPK = 1 K

    dengan :

    K = koefisien resesi

    dt = waktu (misalnya hari)

    Qpo = debit awal resesi

    QPt = debit pada waktu setelah itu

    Isi maksimum dari zona air bebas bawah adalah :

    LZFPM = QPmaks/LZPK

    dimana

    QPmaks = nilai maksimum aliran rendah utama

  • ET DEMAND

    ET

    ET

    ET

    ET

    ET

    PRECIPITATION INPUT

    PERVIOUS AREA IMPERVIOUS

    TENSION WATER

    UZTWM

    FREE WATER

    UZFWM

    UPPER ZONE

    PERCOLATIONZPERC x REXP

    PFREE1-PFREE

    LOWER ZONE

    TENSION WATERLZTM

    FREE

    PLZTM

    FREE

    SLZTM

    RSERV

    PRIMARY BASE FLOW

    TOTAL

    BASE

    FLOW

    SUPLEMENTAL

    BASE FLOW

    SIDESUBSURFACE

    DISCHARGE

    STREAM

    FLOW

    DISTRIBUTION

    FUNCTION

    TOTAL

    CHANNEL

    FLOW

    INTERFLOW

    SURFACE

    RUNOFF

    DIRECT

    RUNOFF

    Skema Model Sacramento

  • 6. Evaporasi

    Evaporasi potensial terjadi di sungai, danau dan tumbuhan air. Evaporasi dari bagian lahan

    lainnya ditentukan oleh banyaknya air yang berada di zona tertekan. Jika ED adalah

    evapotranspirasi potensial dan E1 adalah evapotranspirasi aktual, maka :

    E1 = ED * UZTWC/UZTWM

    Jika E1 < ED, maka air diambil dari zona bawah sebagai berikut :

    E2 = (ED - E1) * LZTWC/(UZTWM + LZTWM)

    Selanjutnya jika evapotranspirasi terjadi pada kondisi dimana rasio kapasitas tampungan air

    bebas melebihi isi tampungan tertekan, maka air dialirkan ke tampungan tertekan sampai terjadi

    keseimbangan.

    7. Debit Aliran Sungai

    Debit aliran sungai terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

    Aliran dari areal yang kedap air

    Aliran permukaan dari permukaan yang tidak kedap air

    Interflow

    Base flow

    Daerah pengaliran sungai yang dikaji dapat dimodelkan dalam sebuah segmen, atau lebih.

    Penelusuran (propagation) hidrograf aliran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai

    berikut :

    Penjumlahan outflow dari masing-masing segmen

    Pada outflow setiap segmen dilakukan pendekatan hidrograf satuan

    Dengan pendekatan lapisan (layered) yang masing-masing mempunyai koefisien routing

    Pada umumnya cara pertama, yaitu penjumlahan outflow dari masing-masing segmen banyak

    digunakan sebab dapat dipandang sebagai yang paling alami.

  • 8. Parameter Model Sacramento

    Dengan demikian, untuk dntuk dapat memodelkan kondisi aliran sungai dengan baik

    sesuai dengan konsep tersebut di atas, maka Model Sacramento menggunakan

    beberapa parameter sebagai berikut di bawah ini, beserta nilai-nilainya yang lazim

    digunakan.

    UZTWM =Upper zone tension water minimum (25 - 75 mm)

    UZFWM =Upper zone free water maximum (10 - 100 mm)

    LZTWM =Lower zone tension maximum (75 - 600 mm)

    LZFSM =Lower zone free secondary maximum

    LZFPM =Lower zone free primary maximum

    UZK =Upper zone koefisien (0,18 - 1,0 ; dengan nilai awal sampai 0,4)

    LZSK =Lower Zone Secondary Koefisien

    LZPK =Lower Zone Primary Koefisien

    ZPERC =Percolation rate increase

    REXP =Exponent of the percolation rate (1.0 3.0, dengan nilai awal 1,8)

    PFREE =Bagian percolated yang menjadi free water (0 s/d 0.4, dengan nilai awal 0,20)

    RSERV =Bagian LZFW yang tidak dapat menguap (0 - 0,4 ; dengan nilai awal 0,30)

    PCTIM =Bagian lahan yang imprevious (permanen)

    ADMIMP=Bagian lahan yang imprevious jika semua kebutuhan air terikat dipenuhi

    SARVA =Bagian lahan yang berair (sungai, danau) dan tanaman di sepanjang sungai

    SIDE =Bagian dari base flow yang berasal dari atau keluar catchment lain

  • Kalibrasi dan Verifikasi Model

    Kalibrasi adalah proses memperkirakan parameter model. Untuk proses kalibrasi

    diperlukan data debit aliran permukaan dari DAS yang akan dicari besaran parameter

    model tersebut. Seringkali data debit dari sungai yang akan diprediksi debit

    andalannya tidak begitu lengkap, untuk itu, sebagai pendekatan, kalibrasi dilakukan

    dengan menggunakan data debit sungai yang memiliki DAS serupa dengan DAS dari

    sungai yang akan diprediksi debit andalan sintesisnya. Kalibrasi dilakukan dengan

    membandingkan debit hasil pemodelan dengan data debit yang ada. Kalibrasi

    dilakukan sampai terjadi korelasi yang baik antara debit hasil model dan debit

    pengukuran, yaitu yang mendekati angka 1.

    Setelah kalibrasi, dilakukan verifikasi, yaitu pemodelan aliran permukaan pada DAS

    yang akan dicari debit andalannya dengan menggunakan parameter model yang

    diperoleh pada proses kalibrasi. Pemodelan/prediksi debit sintesis dilakukan setelah

    verifikasi memberikan hasil yang memuaskan yaitu mendekati besarnya debit

    pengukuran.