Upload
pacificplace
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dasar-dasar Sistem Informasi Akuntansi
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Sistem Akuntansi
II.1.1 Pengertian Sistem
Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang
dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun
sebelum membahas definisi dari s istem akuntansi perlu diketahui terlebih dahulu
pengertian dari sistem.
Menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. dan Kwary, D.A. (2007)
dalam bukunya menyatakan, Sistem adalah kelompok dua atau lebih komponen atau
subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.
Ditambahkan lagi oleh Gelinas dan Dull (2008) yang menyatakan bahwa, A system is
an asset of interdependent elements that together accomplish specific objectives. A
system must have organization, interrelationships, integration, and central objectives.
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa sistem
terdiri dari unsur-unsur, unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang
berhubungan erat satu dengan lainnya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
sistem.
II.1.2 Pengertian Akuntansi
Mengacu pada pendapat Weygandt, Kieso, Kimmel (2005) pengertian akuntansi
adalah Accounting is an information system that identifies, records, and communicates
the economic events of an organization to interested users. Menurut Horngren, C.T.,
10
Harrison Jr, W.T., dan Bamber, L.S. (2002) menjelaskan bahwa Accounting is the
information system that measures business activities, processes that information into
reports, and communicates the results to decision makers. Sementara itu Reeve, Waren,
dan Duchac (2007) menyatakan, Accounting is an information system that provides
reports to stakeholder about the economic activities and condition of bussiness.
Dari tiga definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa dalam sistem akuntansi
terdapat aktivitas seperti mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklarifikasi,
menganalisa, mencatat, dan melaporkan informasi keuangan yang di butuhkan
manajemen untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.
II.1.3 Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Bodnar and Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A (2000)
menyatakan, Sistem Akuntansi sebagai metode dan pencatatan yang ditetapkan untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan
melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan untuk menjaga pertanggungjawaban
aktiva dan kewajiban. Sedangkan menurut Warren, Reeve, dan Fess yang
diterjemahkan oleh Farahmita, A, Amanugrahani, dan Hendrawan, T (2005), Sistem
akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.
Dari dua pengertian diatas sistem akuntansi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk mengumpulkan, mengorganisisr, dan mengikhtisarkan tentang berbagai
transaksi perusahaan secara efisien yang di gunakan untuk membantu manajemen dalam
menangani operasi perusahaannya. Unsur pokok sistem akuntansi adalah formulir,
11
catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan yang di
hasilkan.
II.1.4 Unsur Sistem Akuntansi
Terdapat 5 (lima) unsur sistem akuntansi. Menurut Mulyadi (2003) unsur sistem
akuntansi pokok tersebut adalah sebagai berikut :
a. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi yang
direkam pertama kali dijadikan dasar dalam pencatatan.
b. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal
ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya kemudian
di-posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
c. Buku Besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening yang digunakan
untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk
menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai
sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
d. Buku Pembantu (susbsidiary ledger), terdiri dari rekening-rekening pembantu
yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku
besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang
berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan
digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.
12
e. Laporan, merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan
biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar
utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.
II.2 Sistem Pengendalian Internal
II.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
The committe of Sponsoring Organization (COSO) dalam buku Moscove,
Simkin dan Barganoff (2001) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut:
A process, effect by entitys board of directors, management, and other
personnel, designed to provide reasonable assurance regarding to achievement of
objectives in the following categories-effectiveness and efficiency of operations,
reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations.
Sedangkan menurut Romney and Steinbart (2003) Internal Control is the plan of
organizations and the method of business use to safeguard assets, provide accurate and
reliable information, promote and improve operational efficiency, and encourage
adherence to prescribe managerial policies.
Berdasarkan dua pengertian dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian internal memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
II.2.2 Unsur Sistem Pengendalian Internal
13
Unsur-unsur pengendalian intern yang diterapkan dalam sistem akuntansi
penjualan kredit adalah :
A. Organisasi
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit
2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan
3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas
4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi
kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi. Tidak ada
transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu
fungsi tersebut.
B. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
1. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir surat order pengiriman.
2. Persetujuan pembelian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan surat order
pengiriman).
3. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap sudah dikirim pada
copy surat order pengiriman.
4. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan
potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan
surat keputusan mengenai hal tersebut.
14
5. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan
tanda tangan pada faktur penjualan.
6. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan
cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan,
bukti kas masuk dan memo kredit).
7. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang
didukung dengan surat order pengiriman dengan surat muat.
C. Praktik Yang Sehat
1. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
2. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.
3. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account
receivable statement) kepada setiap debitur utuk menguji ketelitian catatan
piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.
4. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol
piutang dalam buku besar.
II.3 Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
II.3.1 Pengertian Penjualan Kredit
Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual
barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi
tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak
15
kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, Barang meliputi
barang yang di produksi oleh entitas untuk di jual dan barang yang di beli untuk di jual
kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang
dimiliki untuk di jual kembali. Mengacu pada pendapat Epstein dan Jermakowicz
(2007), revenue atau pendapatan di definisikan as income arising from the ordinary
activities of an entitiy and may be referred to by a variety of names including sales, fees,
interest, dividends and royalties.
Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan diatas, maka dapat di simpulkan bahwa
penjualan, khususnya penjualan barang, merupakan kegiatan menjual barang yang di
produksi sendiri atau di beli dari pihak lain untuk di jual kembali kepada konsumen
secara kredit maupun tunai.
II.3.3 Fungsi-fungsi yang Terkait
Mengacu pada pendapat James A. Hall (2004) fungsi-fungsi yang terkait dalam
sistem pejualan kredit adalah :
1. Fungsi Penjualan (Sales Department)
Proses penjualan berasal dari Fungsi Penjualan, dengan menerima pesanan
pelanggan yang meminta tipe dan kuantitas barang tertentu. Pesanan pelanggan
tidak hanya dalam format standar dan mungkin saja tidak berupa dokumen fisik.
Pesanan dapat melalui e-mail, telepon, atau mewakili kantor-kantor perwakilan
usaha milik perusahaan.
2. Fungsi Kredit (The Credit Department)
16
Langkah pertama pada fungsi ini adalah mengotorisasi transaksi, yang
didalamnya termasuk pengujian terhadap kelayakan kredit pelanggan. History
penjualan terhadap pelanggan akan menentukan sifat atau dasar dari pemeriksaan
kredit.
3. Fungsi Gudang (Warehouse Procedures)
Fungsi Penjualan mengirimkan stock release (disebut juga picking ticket) copy
atas pesanan penjualan kepada gudang. Dokumen ini mengidentifikasikan unit
persediaan yang harus ditempatkan dan dikeluarkan dari rak-rak gudang. Fungsi
penjualan juga mengeluarkan otorisasi formal kepada petugas gudang untuk
mengeluarkan harta tertentu (biasanya persediaan). Setelah persediaan
dikeluarkan, petugas menandai stock release copy untuk menunjukkan bahwa
pesanan sudah komplit dan akurat. Satu copy dari stock release disertakan
dengan barang yang dikirimkan ke Fungsi Pengiriman (Shipping Department),
dan yang lainnya diarsipkan di Gudang untuk melengkapi catatan transaksi.
Kemudian petugas gudang akan menyesuaikan catatan persediaan untuk
menggambarkan pengurangan didalam persediaan. Tetapi catatan persediaan
tersebut bukanlah catatan formal akuntansi atas persediaan perusahaan.
4. Fungsi Pengiriman (Shipping Department)
Sebelum barang dan stock release tiba di Fungsi Pengiriman terlebih dahulu
menerima Packing Slip dan Shipping notice copies dari Fungsi Penjualan.
Packing Slip akan disertakan dengan barang-barang yang akan dikirimkan ke
pelanggan yang menjelaskan isi dari pesanan. Sementara itu, Shipping Notice
memberitahukan ke Fungsi Penagihan bahwa pesanan pelanggan telah dipenuhi
17
dan dikirimkan. Dalam beberapa sistem Shipping Notice dibuat petugas
pengiriman.
Setelah menerima barang dari gudang, petugas pengiriman mencocokkan jumlah
fisik barang dengan jumlah yang ada di stock release document, packing slip,
dan shipping notice untuk membuktikan kebenaran dari jumlah pesanan. Ini
adalah tahapan penting dan kesempatan terakhir untuk mendeteksi kesalahan
sebelum pengiriman barang. Petugas pengiriman mengepakkan barang pesanan,
menyertakan packing slip pada kotak pengiriman, melengkapi shipping notice
dan mempersiapkan bill of lading. Bill of lading adalah perjanjian formal antara
penjual dan perusahaan pengiriman (kurir) untuk mengantarkan barang pada
pelanggan.
5. Fungsi Penagihan (Billing Department)
Fungsi Penagihan memainkan peran penting dalam sistem penjualan kredit.
Fungsi ini mengumpulkan informasi tentang transasksi penjualan dan
mencocokkan, mengasimilasi, dan mendistribusikan informasi tersebut ke fungsi
lainnya. Sebelum kredit disetujui, Fungsi Penagihan menerima invoice, ledger
copy, dan sales order copy dari Fungsi Penjualan. Sales invoice adalah tagihan
kepada pelanggan yang menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang
dikirimkan, harga per unit, ongkos kirim dan total jumlah yang dikenakan ke
pelanggan. Ledger copy dan file copy berisikan informasi yang sama untuk
kebutuhan internal.
Jurnal penjualan adalah jurnal khusus untuk mencatat transaksi penjualan. Setiap
sales invoice dimasukkan ke dalam jurnal terpisah. Pada akhir periode, petugas
18
menyimpulkan catatan-catatan jurnal tersebut dan menyiapkan journal voucher
yang dikirimkan ke Fungsi Buku Besar untuk di-posting sebagai berikut :
DR CR
Account receivable xxxxx
Sales xxxxx
6. Fungsi Pengendalian Persediaan (Inventory Control Department)
Fungsi Pengendalian Persediaan menggunakan stock release document untuk
mengupdate akun buku besar pembantu persediaan. Pada akhir periode, nilai atas
total pengurangan dalam persediaan disimpulkan dalam journal voucher dan
dikirmkan ke Fungsi Buku Besar dengan akun:
DR CR
Cost Of Good Sold xxxxx
Inventory xxxxx
7. Fungsi Piutang (Account Receivable Department)
Fungsi Piutang mencatat dari Ledger Copy atas pesanan penjualan ke akun
masing-masing pelanggan yaitu ke dalam buku besar pembantu piutang (account
receivable subsidiary ledger). Buku besar pembantu piutang berisi informasi
antara lain: nama, pelanggan, alamat pelanggan, catatan kredit, tanggal transaksi,
nomor faktur, dan angsuran pembayaran, serta retur dan pencadangan.
8. Fungsi Buku Besar (General Ledger Department)
Di akhir periode, Fungsi Buku Besar menerima journal vouchers dari Fungsi
Penagihan dan Fungsi Pengendalian Persediaan serta account summary dari
Fungsi Piutang. Informasi yang diperoleh digunakan untuk:
19
1. Fungsi Buku Besar menggunakan journal voucher untuk mencatat akun:
DR CR
Account receivable xxxxx
Cost of good sold xxxxx
Inventory xxxxx
Sales xxxxx
2. Account Summary secara independen dibuat oleh Fungsi Piutang untuk
membuktikan akurasi internal atas proses secara keseluruhan. Dengan
mencocokkan journal voucher dan kesimpulan akun yang diterima dari
Fungsi Operasional, Fungsi Buku Besar dapat menemukan berbagai error.
II.3.3 Prosedur Penjualan Kredit
Ada beberapa prosedur yang membentuk sistem akuntansi penjualan kredit.
Menurut Mulyadi (2001), terdapat 7 (tujuh) jaringan prosedur yang membentuk sistem
akuntansi penjualan kredit, yaitu :
a. Prosedur order penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan
menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada
surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat faktur
penjualan kredit dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain
untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam
melayani order dari pembeli.
b. Prosedur persetujuan kredit. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan
meminta persetujuan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.
20
c. Prosedur pengiriman. Dalam prosedur ini, biasa dirangkap oleh fungsi
gudang dalam mengupayakan pengiriman sesuai dengan informasi yang
tercantum dalam surat order pengiriman, dikirim secepat mungkin dan
dengan biaya serendah mungkin.
d. Prosedur penagihan. Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat
faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.
e. Prosedur pencatatan piutang. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi
mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam
metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut
abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.
f. Prosedur distribusi penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi
mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh
manajemen.
g. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi
akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok yang dijual dalam
periode akuntansi tertentu.
Jadi, kesimpulannya dalam sistem akuntansi penjualan kredit terdapat 7 (tujuh)
prosedur, yaitu prosedur order penjualan, persetujuan kredit, pengiriman, penagihan,
pencatatan piutang, distribusi penjualan, dan prosedur pencatatan harga pokok
penjualan.
II.3.4 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan
Mengacu pada pendapat James A. Hall (2004) Dokumen yang digunakan dalam
sistem penjualan kredit adalah :
21
1. Customer Purchase Order (Pesanan Pelanggan)
Pesanan pelanggan adalah dokumen yang diterima dari pelanggan yang
memuat nama, kuantitas, satuan, harga per unit, serta total amount dari
barang yang dipesan.
2. Sales Order (Pesanan Penjualan)
Pesanan penjualan adalah dokumen yang dibuat oleh Bagian penjualan yang
memuat informasi mengenai nama dan alamat customer, nomor customer,
nama, nomor, dan deskripsi atas barang yang terjual, kuantitas, dan harga per
unit masing-masing barang yang terjual, dan informasi keuangan lainnnya
seperti pajak, diskon dan ongkos kirim.
3. Stock Release Copy (disebut juga Picking Ticket)
Dokumen ini mengidentifikasikan unit persediaan yang harus ditempatkan
dan dikeluarkan dari rak-rak gudang.
4. Packing sleep (Slip Pembungkus)
Slip pembungkus adalah dokumen yang akan disertakan dengan barang-
barang yang akan dikirimkan ke pelanggan yang menjelaskan isi dari
pesanan.
5. Shipping notice (Pemberitahuan Pengiriman)
Dokumen ini berguna untuk memberitahukan ke fungsi penagihan bahwa
pesanan pelanggan telah dipenuhi dan dikirimkan. Dalam beberapa sistem,
shipping notice dibuat oleh petugas pengiriman.
6. Bill of lading
22
Bill of lading adalah perjanjian formal antara penjual dan perusahaan
pengiriman (kurir) untuk mengantarkan barang kepada pelanggan.
7. Sales invoice (Faktur Penjualan)
Faktur penjualan adalah tagihan kepada pelanggan, yang menunjukan jenis
dan kuantitas barang yang dikirimkan, harga per unit, ongkos kirim, dan total
jumlah yang dikenakan ke pelanggan.
8. Ledger copy dan file copy
Ledger copy dan file copy berisikan informasi yang sama untuk kebutuhan
internal.
9. Journal voucher (voucher jurnal)
Voucher jurnal memuat ayat jurnal yang merupakan total keseluruhan
kelompok (batch total) dari faktur-faktur penjualan.
Catatan akuntansi yang di gunakan dalam penjualan kredit:
1. Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik secara
tunai maupun kredit.
Pada sistem periodik:
DR CR
Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
Untuk mencatat penjualan kredit.
Pada sistem perpetual:
DR CR
23
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
Untuk mencatat harga pokok penjualan.
2. Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi
piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.
3. Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi
setiap jenis persediaan.
4. Kartu Gudang
Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan
persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.
5. Jurnal Umum
Catatan akuntansi ini digunakan utuk mencatat harga pokok produk yang dijual
selama periode akuntansi tertentu.
II.3.5 Unsur Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit
Untuk merancang sistem akuntansi penjualan kredit yang baik, diperlukan
adanya unsur pokok pengendalian internal penjualan kredit yang baik. Menurut Mulyadi
(2001), unsur pokok pengendalian internal terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu :
A. Organisasi. Yang unsur pokok sistem pengendalian internalnya adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
24
3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi.
Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap
hanya oleh satu fungsi tersebut.
B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan. Unsur pokok sistem pengendalian
internalnya adalah sebagai berikut :
5. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir surat order pengiriman.
6. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan
surat order pengiriman).
7. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap sudah dikirim
pada copy surat order pengiriman.
8. Penetapan harga jual, syarat jual, syarat pengangkutan barang, dan
potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan
penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.
9. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan
membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
10. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi
25
dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur
penjualan, bukti kas masuk, dan memo kredit).
11. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang
didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.
C. Praktik yang Sehat.
12. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakainya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
13. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.
14. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account
receivable statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian
catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.
15. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening
kontrol piutang dalam buku besar.
II.4 Sistem Akuntansi Piutang
II.4.1 Pengertian Piutang
Warren, Reeve, dan Fess yang diterjemahkan oleh Farahmita, A., Amanugrahani,
dan Hendrawan, T (2005) mendefinisikan piutang sebagai berikut :
Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya
memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Transaksi paling
umum yang menciptakan piutang adalah penjulaan barang dagang atau jasa secara
26
kredit. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan
tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa piutang
adalah klaim dalam bentuk uang terhadap suatu entitas, biasanya hasil dari penjualan
kredit.
II.4.2 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan
Dalam prosedur dokumen dan pencatatan piutang ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
Dokumen Yang Digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang
dagang:
Mengacu pada pendapat Widjajanto (2001) dokumen yang di gunakan sebagai input
pencatatan piutang adalah :
1. Faktur (invoice). Hubungan antara dokumen faktur, jurnal, kartu piutang masing-
masing pelanggan (subsidiary ledger).
2. surat pernyataan (statement) dalam proses pencatatan piutang akan tergantung
pada metode yang di gunakan.
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut
piutang adalah :
1. Jurnal Penjualan
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya
piutang dari transaksi penjualan kredit.
2. Jurnal Retur Penjualan
27
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.
3. Jurnal Umum
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat
ditagih.
4. Jurnal Penerimaan Kas
Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
5. Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada
setiap debitur.
II.4.3 Metode pencatatan yang digunakan
Mengacu pada pendapat Widjajanto (2001) metode pencatatan piutang yang
digunakan antara lain adalah :
1. Metode Biasa
Metode ini merupakan metode yang lazim digunakan. Faktur dicatat pada jurnal
dan kemudian dipindahkan (posting) ke kartu piutang masing-masing pelanggan
(subsidiary ledger).
2. Metode Pencatatan Langsung
Dengan metode ini faktur dicatat secara langsung ke kartu piutang masing-
masing pelanggan (subsidiary ledger) dan surat pernyataan, sementara jurnal
diisi dengan angka-angka total harian saja. Angka total harian diperoleh dari
28
Bagian Penagihan dalam bentuk daftar harian disertai dengan angka total
kelompok (batch total) dari daftar tersebut.
3. Metode Tanpa Kartu Piutang (Buku Pembantu)
Metode ini diterapkan dengan jalan menggunakan faktur sebagai pengganti kartu
piutang atau buku pembantu. Faktur disimpan dalam file map (binder) secara
sistematis menurut klasifikasi nama atau kode debitur. Sedangkan pembukuan ke
jurnal dan buku besar dilakukan berdasarkan angka total kelompok harian seperti
biasa.
Kumpulan faktur yang sistematis itu berfungsi sebagai buku pembantu
atau kartu piutang, sehingga metode ini disebut ledgerless bookkeeping (metode
pembukuan tanpa buku pembantu). Apabila seorang debitur melunasi hutangnya,
faktur bersangkutan dikeluarkan dari map tersebut untuk kemudian di cap
Lunas. Faktur yang sudah bercap itu kemudian disimpan pada file atau map
faktur yang sudah lunas. Untuk mengetahui saldo piutang seorang debitur pada
suatu tanggal tertentu, map debitur bersangkutan dapat ditarik dan faktur-faktur
debitur bersangkutan dijumlahkan nilainya.
II.5 Sistem Retur Penjualan
II.5.1 Pengertian Retur Penjualan
Menurut James A. Hall (2001) Retur Penjualan adalah kemungkinan
pengembalian barang yang dibeli oleh pelanggan sewaktu-waktu, yang terjadi karena
disebabkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Penjual mengirimkan barang dagangan dengan tidak sesuai.
2. Barang dagangan rusak atau cacat.
29
3. Barang dagangan rusak pada saat pengangkutan.
4. Penjual mengirimkan barang dagangan terlalu lama atau terjadi penundaan
pengangkutan, dan pembeli menolak pengiriman.
Saat retur terjadi, pembeli akan meminta penjual untuk membuat pengkreditan
sebesar sejumlah barang yang dikembalikan pada piutangnya.
II.5.2 Fungsi-fungsi yang terkait
Berikut ini Fungsi-fungsi yang terkait terhadap retur penjualan yaitu :
1. Fungsi Penjualan
2. Fungsi Penerimaan
3. Fungsi Gudang
4. Fungsi Akuntansi
5. Fungsi Penagihan
II.5.3 Prosedur Retur penjualan
Jaringan prosedur dalam sistem Retur Penjualan meliputi :
1. Prosedur pembuatan memo kredit
Berdasarkan pemberitahuan retur penjualan dari pembeli, dalam prosedur ini
fungsi penjualan membuat memo kredit yang memberikan perintah kepada
fungsi penerimaan untuk menerima barang dari pembeli tersebut dan kepada
fungsi akuntansi untuk mencatat pengurangan piutang kepada pembeli yang
bersangkutan.
2. Prosedur penerimaan barang
Dalam prosedur ini fungsi penerimaan menerima dari pembeli berdasarkan
perintah dalam memo kredit yang diterima dari fungsi penjualan. Atas
30
penerimaan barang tersebut fungsi penerimaan membuat laporan penerimaan
barang untuk melampiri memo kredit yang dikirim ke fungsi akuntansi.
3. Prosedur pencatatan retur penjualan
Dalam prosedur ini transaksi berkurangnya piutang dagang dan pendapatan
penjualan akibat dari transaksi retur penjualan dicatat oleh fungsi akuntansi ke
dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan ke dalam buku pembantu
persediaan.
II.5.4 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan
Dokumen akuntansi yang digunakan dalam sistem Retur Penjualan yaitu :
1. Memo kredit
2. Laporan penerimaan barang
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem Retur Penjualan yaitu:
1. Jurnal Retur Penjualan
2. Kartu Piutang
3. Kartu Persediaan
4. Kartu Gudang
II.5.5 Unsur Sistem Pengendalian Internal atas Retur Penjualan
Unsur Sistem Pengendalian Internal yang diterapkan dalam Retur Penjualan
yaitu :
1. Organisasi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.
3. Praktik yang sehat.
II.6 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
31
II.6.1 Pengertian Penerimaan Kas
Menurut S. Munawir (2004) Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan. Pengertian berbeda diberikan oleh Delaney, Epstein,
Nach, dan Weiss Budak (2003), Cash. Coins and currency on hand and balances in
checking accounts available for immediate withdrawal.
Dalam penerimaan kas, sebaiknya perusahaan menyisihkan sebagian dananya
untuk membiayai operasional sehari-hari agar lebih efektif dan efisien, seperti dana kas
kecil yang didefinisikan oleh Soemarso (2004) Sejumlah uang tertentu yang disisihkan
dalam perusahaan dan digunakan untuk melayani pengeluaran-pengeluaran tertentu.
Biasanya pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan melalui dana kas kecil adalah
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya tidak besar, pengeluaran-pengeluaran lain
dilakukan dengan bank (dengan cek)
Berdasarkan tiga pengertian diatas, kas adalah uang dalam bentuk tunai maupun
rekening bank yang dipunyai perusahaan. Yang dapat di uangkan pada setiap saat tanpa
mengurangi nilai simpanan tersebut. Yang dimaksud tanpa mengurangi nilai simpanan
yaitu kas tersebut mengalir dalam suatu daur yang dimulai dari digunakannya kas
tersebut untuk member aktiva, aktiva tersebut kemudian digunakan untuk menghasilkan
keuntungan (laba), dan pada akhirnya modal dan keuntungan tersebut kembali lagi
dalam bentuk kas. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan
kas dari piutang mengharuskan :
1. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank
dalam jumlah penuh.
Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui berbagai cara:
32
a. Melalui penagihan. Penagihan dapat dilakukan baik oleh juru tagih
perusahaan, maupun oleh bank.
b. Melalui transfer bank. Dalam hal ini pelanggan yang membayar,
melakukan pengiriman uang langsung ke rekening perusahaan. Pelanggan
kemudian mengirimkan fotokopi bukti transfer bank.
c. Melalui pembayaran langsung. Hal ini biasanya terjadi pada penjualan
tunai di toko-toko eceran.
d. Melalui pos. Pengiriman kas melalui pos disini bukan pengiriman uang
melalui poswesel, melainkan benar-benar mengirimkan cek dengan cara
memasukkan cek ke dalam amplop, kemudian mengirimkannya seperti
mengirim surat biasa.
2. Pelanggan melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindah
bukuan melalui rekening (giro bilyet). Jika perusahaan hanya menerima kas
dalam bentuk cek dari pelanggan yang berhutang, yang ceknya atas nama
perusahaan. (bukan atas unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh
perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan.
II.6.2 Fungsi-fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah :
a. Fungsi Sekretariat. Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan
surat pemberitahuan melalui pos dari para pelanggan perusahaan. Fungsi ini juga
bertugas untuk membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat
pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para pelanggan.
33
b. Fungsi Penagihan. Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung
kepada pelanggan melalui penagih perusahaan, fungsi ini bertanggung jawab
untuk melakukan penagihan kepada para pelanggan perusahaan berdasarkan
daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
c. Fungsi Kas. Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi
sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui pos) atau dari
fungsi penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih
perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang
diterima dari berbagai fungsi tersebut segera kebank dalam jumlah penuh.
d. Fungsi Akuntansi. Fungsi ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan
kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke
dalam kartu piutang.
e. Fungsi Pemeriksaan Intern. Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan
perhitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan bertanggung
jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas
yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.
II.6.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang
adalah :
a. Surat pemberitahuan.
34
Dokumen ini dibuat oleh pelanggan untuk memberitahu maksud pembayaran
yang dilakukannya. Dokumen ini juga digunakan sebagai dokumen sumber
dalam pencatatan berkurangnya piutang di dalam kartu piutang.
b. Daftar surat pemberitahuan.
Daftar ini merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang di buat oleh fungsi
sekretariat atau fungsi penagihan. Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke
fungsi kas untuk kepentingan pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh
fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bank dalam pencatatan
penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas.
c. Bukti setor bank.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima
dari piutang ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi
akuntansi, dan dipakai sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi
penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas.
d. Kuitansi.
Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi
para pelanggan yang telah melakukan pembayaran utang mereka.
e. Bukti kas masuk.
Dokumen ini dibuat oleh bagian piutang sebagai tanda terima uang yang
dikirimkan kepada perusahaan dan sebagai bukti dasar untuk pencatatan
transaksi penerimaan kas dari piutang dalam jurnal penerimaan kas.
Catatan yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang
adalah:
35
a. Jurnal penerimaan kas.
Digunakan oleh bagian akuntansi untuk meringkas dan mencatat transaksi
penerimaan kas dari berbagai sumber.
b. Buku besar.
Buku besar merupakan ringkasan akun- akun yang sudah dicatat dalam jurnal
yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan.
c. Kartu piutang.
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi
piutang perusahaan kepada tiap- tiap debiturnya.
d. Kartu gudang.
Catatan ini dibuat oleh bagian gudang untuk mencatat kuantitas persediaan yang
disimpan di gudang.
II.6.4 Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur yang digunakan sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang adalah :
1. Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada
bagian penagihan.
2. Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan penagihan kepada
pelanggan.
3. Bagian penagihan menerima cek atas nama dalam surat pemberitahuan dari
pelanggan.
4. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk
kepentingan posting ke dalam kartu piutang.
5. Bagian kas mengirim kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada pelanggan.
36
6. Bagian kas menyetor ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement
oleh pejabat yang berwenang.
7. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.
Sistem pengendalian intern yang baik mengharuskan agar semua penerimaan kas
dari pelanggan harus dalam bentuk cek atas nama atau giro bilyet.
II.6.5 Unsur Sistem Pengendalian Internal atas Penerimaan Kas
Unsur pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah
sebagai berikut :
A. Organisasi
1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan Fungsi Penerimaan
kas.
2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari Fungsi Akuntansi.
B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Pelanggan diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama
atau dengan cara pemindah bukuan (bilyet giro).
2. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang
harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
3. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (Bagian Piutang)
harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari perusahaan.
C. Praktik yang Sehat
1. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita cara perhitungan kas dan
disetor penuh ke bank dengan segera.
2. Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity bond insurance).
37
3. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan Bagian Kasa maupun di tangan
penagih perusahaan) harus diasuransikan.
II.7 Persyaratan Kredit
Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman mengenai piutang yaitu
sebagai berikut :
Debt capital includes all long-term borrowing incurred by a firm, including bonds.
Hutang menurut jangka waktu pembayaran dibagi kedalam dua bagian yaitu :
bagian hutang jangka pendek (current liabilities) dan hutang jangka panjang (long term
liabilities). Lawrence J. Gitman (2006), menyebutkan tentang pengertian piutang jangka
pendek yaitu :
Short-term liabilities, expected to be paid within 1 years or less.
Sedangkan hutang jangka panjang menurut Lawrence J. Gitman (2006) adalah :
Long-term debt is debts for which payment is not due in the current year.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang adalah
hutang yang jangka waktunya lama, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka
panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut meliputi jumlah yang besar.
II.7.1 Kebijakan Kredit
Credit terms (persyaratan kredit) adalah persyaratan penjualan untuk pelanggan
yang yang mendapatkan kredit dari perusahaan. Sebagai contoh syarat kredit 2/10 net 30
artinya penjual akan memberikan cash discount sebesar 2% jika tagihan dibayar dalam
tempo 10 hari dari awal periode kredit, atau dapat dibayar dengan nilai penuh sesuai
38
dengan nilai yang tertera dalam invoice dalam tempo 30 hari. Beberapa komponen
kebijakan kredit yaitu :
1. Cash Discount
Cash discount merupakan persyaratan kredit yang popular sebagai cara untuk
mempercepat penagihan tanpa menekan pelanggan. Cash discount ini memberi insentif
kepada pelanggan untuk membayar lebih cepat. Dengan percepatan penagihan, discount
ini menurunkan investasi perusahaan pada accounts receivable (memang ini tujuannya),
tetapi juga menurunkan profit per unit. Selain itu, pemberian cash discount juga
menurunkan bad debt karena pelanggan akan mebayar lebih cepat dan hal ini juga akan
meningkatkan volume penjualan karena pelanggan yang mengambil discount membayar
harga lebih rendah untuk produk yang dibelinya. Selanjutnya, perusahaan yang
memberikan cash discount perlu mengadakan analisis benefit-cost untuk menentukan
apakah pemberian cash discount tersebut menguntungkan atau tidak.
Efek dari Peningkatan Cash Discount
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sales volume Naik Positif
Investment in A/R
39
Due to nondiscount
Takers paying earlier Turun Positif
Investasi pada A/R
Customer baru Naik Negatir
Bad-debt expense Turun Positif
Profit per Unit Turun Negatif
----------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Periode Cash Discount
Periode cash discount adalah jumlah hari setelah awal periode kredit di mana cash
discount tersedia. Periode ini dapat diubah oleh manajer keuangan. Perubahan ini
misalnya memperpanjang periode cash discount, dari 2/10 net 30 menjadi 2/20 net 30.
Efek dari perubahan ini yang diharapkan adalah: 1) sales akan meningkat, atau efek pada
profit positif; 2) bad-debt expense akan menurun, atau efek pada profit positif; dan 3)
profit per unit akan menurun karena banyaknya pelanggan yang mengambil cash
discount, atau efek pada profit negatif. Manajer keuangan perlu mengevaluasi hal ini,
yaitu pengaruhnya terhadap investasi pada accounts receivable. Bila perubahan yang
dilakukan adalah memperpendek periode discount, maka efek yang terjadi adalah
sebaliknya.
40
3. Periode Kredit
Periode kredit adalah jumlah hari setelah awal periode kredit sampai dengan
pembayaran penuh jatuh tempo. Pengubahan periode kredit dari 30 hari menjadi 45 hari
akan meningkatkan sales, atau membawa efek positif bagi profit. Tetapi investasi pada
accounts receivable dan bad-debt expense juga akan meningkat, sehingga keduanya
membawa efek negatif bagi profit. Penurunan periode kredit tentunya akan membawa
efek yang sebaliknya.
II.7.2 Kebijakan Penagihan Kredit
Kebijakan penagihan adalah prosedur untuk mengumpulkan piutang usaha pada
saat jatuh tempo. Efektifitas kebijakan penagihan dapat dievaluasi dengan melihat
tingkat biaya piutang tidak tertagih yang juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit
perusahaan. Setiap tambahan biaya penagihan akan mengurangi resiko piutang tidak
tertagih. Untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan maka pendekatan yang
popular digunakan dalam penagihan, sebagai berikut :
1. Average Collection Period
Average collection period (ACP) adalah rata-rata jumlah hari penjualan secara kredit
yang belum dibayar (outstanding). Average Collection Period mempunyai 2 komponen,
yaitu: 1) waktu dari saat penjualan sampai dengan pelanggan melakukan pembayaran
dengan surat, dan 2) waktu untuk menerima, memproses dan menerima pembayaran
yang telah dikirim pelanggan. Rumus Average collection period adalah :
41
Accounts receivable
Average collection period = -----------------------------
Average sales per day
Dengan mengetahui Average Collection Period, perusahaan dapat mengetahui apakah
ada masalah dengan accounts receivables atau tidak.
2. Aging Of Accounts Receivable
Aging of accounts receivable adalah sebuah teknik pemantauan kredit yang
menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa account
receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini
adalah untuk dapat mengetahui problemnya secara tepat.
Efek dari Perubahan Usaha Penagihan
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sales volume Naik Positif
Investment in A/R
Bad-debt expense Turun Positif
Biaya Penagihan Turun Negatif
42
II.8 Standar kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau
badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali
dalam jangka waktu yang ditentukan. dalam memberikan kredit harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay)
dan kemampuan membayar (ability to pay) pelanggan untuk melunasi kembali pinjaman
beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian), Capacity
(kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of Economy (keadaan
perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (5K) :
a. Karakter. Mengacu kepada probabilitas bahwa pelanggan memenuhi kewajiban
kreditnya.
b. Kapasitas. Berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk membayar kewajiban
kreditnya. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan pelanggan
dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain.
c. Kapital (Modal). Mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti yang
diperlihatkan oleh laporan keuangan.
d. Kolateral (jaminan). Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga apabila pelanggan
tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi
dari jumlah pinjaman.
e. Kondisi. Mengacu kepada tren-tren ekonomi nasional dan regional yang bisa
mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk membayar