34
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Sistem Akuntansi II.1.1 Pengertian Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum membahas definisi dari s istem akuntansi perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari sistem. M enurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. dan Kwary, D.A. (2007) dalam bukunya menyatakan, “Sistem adalah kelompok dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.” Ditambahkan lagi oleh Gelinas dan Dull (2008) yang menyatakan bahwa, “A system is an asset of interdependent elements that together accomplish specific objectives. A system must have organization, interrelationships, integration, and central objectives.” Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur, unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang berhubungan erat satu dengan lainnya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sistem. II.1.2 Pengertian Akuntansi Mengacu pada pendapat Weygandt, Kieso, Kimmel (2005) pengertian akuntansi adalah “Accounting is an information system that identifies, records, and communicates the economic events of an organization to interested users.” Menurut Horngren, C.T.,

Dasar- Dasr Sistem Informasi Akuntansi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dasar-dasar Sistem Informasi Akuntansi

Citation preview

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1 Sistem Akuntansi

    II.1.1 Pengertian Sistem

    Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang

    dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun

    sebelum membahas definisi dari s istem akuntansi perlu diketahui terlebih dahulu

    pengertian dari sistem.

    Menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. dan Kwary, D.A. (2007)

    dalam bukunya menyatakan, Sistem adalah kelompok dua atau lebih komponen atau

    subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

    Ditambahkan lagi oleh Gelinas dan Dull (2008) yang menyatakan bahwa, A system is

    an asset of interdependent elements that together accomplish specific objectives. A

    system must have organization, interrelationships, integration, and central objectives.

    Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa sistem

    terdiri dari unsur-unsur, unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang

    berhubungan erat satu dengan lainnya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan

    sistem.

    II.1.2 Pengertian Akuntansi

    Mengacu pada pendapat Weygandt, Kieso, Kimmel (2005) pengertian akuntansi

    adalah Accounting is an information system that identifies, records, and communicates

    the economic events of an organization to interested users. Menurut Horngren, C.T.,

  • 10

    Harrison Jr, W.T., dan Bamber, L.S. (2002) menjelaskan bahwa Accounting is the

    information system that measures business activities, processes that information into

    reports, and communicates the results to decision makers. Sementara itu Reeve, Waren,

    dan Duchac (2007) menyatakan, Accounting is an information system that provides

    reports to stakeholder about the economic activities and condition of bussiness.

    Dari tiga definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa dalam sistem akuntansi

    terdapat aktivitas seperti mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklarifikasi,

    menganalisa, mencatat, dan melaporkan informasi keuangan yang di butuhkan

    manajemen untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.

    II.1.3 Pengertian Sistem Akuntansi

    Menurut Bodnar and Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A (2000)

    menyatakan, Sistem Akuntansi sebagai metode dan pencatatan yang ditetapkan untuk

    mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan

    melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan untuk menjaga pertanggungjawaban

    aktiva dan kewajiban. Sedangkan menurut Warren, Reeve, dan Fess yang

    diterjemahkan oleh Farahmita, A, Amanugrahani, dan Hendrawan, T (2005), Sistem

    akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,

    mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.

    Dari dua pengertian diatas sistem akuntansi dapat diartikan sebagai suatu

    kegiatan untuk mengumpulkan, mengorganisisr, dan mengikhtisarkan tentang berbagai

    transaksi perusahaan secara efisien yang di gunakan untuk membantu manajemen dalam

    menangani operasi perusahaannya. Unsur pokok sistem akuntansi adalah formulir,

  • 11

    catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan yang di

    hasilkan.

    II.1.4 Unsur Sistem Akuntansi

    Terdapat 5 (lima) unsur sistem akuntansi. Menurut Mulyadi (2003) unsur sistem

    akuntansi pokok tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya

    transaksi. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi yang

    direkam pertama kali dijadikan dasar dalam pencatatan.

    b. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,

    mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal

    ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya kemudian

    di-posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

    c. Buku Besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening yang digunakan

    untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.

    Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk

    menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai

    sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

    d. Buku Pembantu (susbsidiary ledger), terdiri dari rekening-rekening pembantu

    yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku

    besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang

    berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan

    digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.

  • 12

    e. Laporan, merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca, laporan

    laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan

    biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar

    utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

    II.2 Sistem Pengendalian Internal

    II.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

    The committe of Sponsoring Organization (COSO) dalam buku Moscove,

    Simkin dan Barganoff (2001) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut:

    A process, effect by entitys board of directors, management, and other

    personnel, designed to provide reasonable assurance regarding to achievement of

    objectives in the following categories-effectiveness and efficiency of operations,

    reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations.

    Sedangkan menurut Romney and Steinbart (2003) Internal Control is the plan of

    organizations and the method of business use to safeguard assets, provide accurate and

    reliable information, promote and improve operational efficiency, and encourage

    adherence to prescribe managerial policies.

    Berdasarkan dua pengertian dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

    pengendalian internal memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan

    organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan

    mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    II.2.2 Unsur Sistem Pengendalian Internal

  • 13

    Unsur-unsur pengendalian intern yang diterapkan dalam sistem akuntansi

    penjualan kredit adalah :

    A. Organisasi

    1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit

    2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan

    3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas

    4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi

    kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi. Tidak ada

    transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu

    fungsi tersebut.

    B. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

    1. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan

    menggunakan formulir surat order pengiriman.

    2. Persetujuan pembelian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan

    membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan surat order

    pengiriman).

    3. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman

    dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap sudah dikirim pada

    copy surat order pengiriman.

    4. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan

    potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan

    surat keputusan mengenai hal tersebut.

  • 14

    5. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan

    tanda tangan pada faktur penjualan.

    6. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal

    penerimaan kas dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan

    cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan,

    bukti kas masuk dan memo kredit).

    7. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang

    didukung dengan surat order pengiriman dengan surat muat.

    C. Praktik Yang Sehat

    1. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya

    dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

    2. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya

    dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.

    3. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account

    receivable statement) kepada setiap debitur utuk menguji ketelitian catatan

    piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.

    4. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol

    piutang dalam buku besar.

    II.3 Sistem Akuntansi Penjualan Kredit

    II.3.1 Pengertian Penjualan Kredit

    Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual

    barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi

    tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak

  • 15

    kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. Menurut Standar

    Akuntansi Keuangan (SAK) No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, Barang meliputi

    barang yang di produksi oleh entitas untuk di jual dan barang yang di beli untuk di jual

    kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang

    dimiliki untuk di jual kembali. Mengacu pada pendapat Epstein dan Jermakowicz

    (2007), revenue atau pendapatan di definisikan as income arising from the ordinary

    activities of an entitiy and may be referred to by a variety of names including sales, fees,

    interest, dividends and royalties.

    Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan diatas, maka dapat di simpulkan bahwa

    penjualan, khususnya penjualan barang, merupakan kegiatan menjual barang yang di

    produksi sendiri atau di beli dari pihak lain untuk di jual kembali kepada konsumen

    secara kredit maupun tunai.

    II.3.3 Fungsi-fungsi yang Terkait

    Mengacu pada pendapat James A. Hall (2004) fungsi-fungsi yang terkait dalam

    sistem pejualan kredit adalah :

    1. Fungsi Penjualan (Sales Department)

    Proses penjualan berasal dari Fungsi Penjualan, dengan menerima pesanan

    pelanggan yang meminta tipe dan kuantitas barang tertentu. Pesanan pelanggan

    tidak hanya dalam format standar dan mungkin saja tidak berupa dokumen fisik.

    Pesanan dapat melalui e-mail, telepon, atau mewakili kantor-kantor perwakilan

    usaha milik perusahaan.

    2. Fungsi Kredit (The Credit Department)

  • 16

    Langkah pertama pada fungsi ini adalah mengotorisasi transaksi, yang

    didalamnya termasuk pengujian terhadap kelayakan kredit pelanggan. History

    penjualan terhadap pelanggan akan menentukan sifat atau dasar dari pemeriksaan

    kredit.

    3. Fungsi Gudang (Warehouse Procedures)

    Fungsi Penjualan mengirimkan stock release (disebut juga picking ticket) copy

    atas pesanan penjualan kepada gudang. Dokumen ini mengidentifikasikan unit

    persediaan yang harus ditempatkan dan dikeluarkan dari rak-rak gudang. Fungsi

    penjualan juga mengeluarkan otorisasi formal kepada petugas gudang untuk

    mengeluarkan harta tertentu (biasanya persediaan). Setelah persediaan

    dikeluarkan, petugas menandai stock release copy untuk menunjukkan bahwa

    pesanan sudah komplit dan akurat. Satu copy dari stock release disertakan

    dengan barang yang dikirimkan ke Fungsi Pengiriman (Shipping Department),

    dan yang lainnya diarsipkan di Gudang untuk melengkapi catatan transaksi.

    Kemudian petugas gudang akan menyesuaikan catatan persediaan untuk

    menggambarkan pengurangan didalam persediaan. Tetapi catatan persediaan

    tersebut bukanlah catatan formal akuntansi atas persediaan perusahaan.

    4. Fungsi Pengiriman (Shipping Department)

    Sebelum barang dan stock release tiba di Fungsi Pengiriman terlebih dahulu

    menerima Packing Slip dan Shipping notice copies dari Fungsi Penjualan.

    Packing Slip akan disertakan dengan barang-barang yang akan dikirimkan ke

    pelanggan yang menjelaskan isi dari pesanan. Sementara itu, Shipping Notice

    memberitahukan ke Fungsi Penagihan bahwa pesanan pelanggan telah dipenuhi

  • 17

    dan dikirimkan. Dalam beberapa sistem Shipping Notice dibuat petugas

    pengiriman.

    Setelah menerima barang dari gudang, petugas pengiriman mencocokkan jumlah

    fisik barang dengan jumlah yang ada di stock release document, packing slip,

    dan shipping notice untuk membuktikan kebenaran dari jumlah pesanan. Ini

    adalah tahapan penting dan kesempatan terakhir untuk mendeteksi kesalahan

    sebelum pengiriman barang. Petugas pengiriman mengepakkan barang pesanan,

    menyertakan packing slip pada kotak pengiriman, melengkapi shipping notice

    dan mempersiapkan bill of lading. Bill of lading adalah perjanjian formal antara

    penjual dan perusahaan pengiriman (kurir) untuk mengantarkan barang pada

    pelanggan.

    5. Fungsi Penagihan (Billing Department)

    Fungsi Penagihan memainkan peran penting dalam sistem penjualan kredit.

    Fungsi ini mengumpulkan informasi tentang transasksi penjualan dan

    mencocokkan, mengasimilasi, dan mendistribusikan informasi tersebut ke fungsi

    lainnya. Sebelum kredit disetujui, Fungsi Penagihan menerima invoice, ledger

    copy, dan sales order copy dari Fungsi Penjualan. Sales invoice adalah tagihan

    kepada pelanggan yang menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang

    dikirimkan, harga per unit, ongkos kirim dan total jumlah yang dikenakan ke

    pelanggan. Ledger copy dan file copy berisikan informasi yang sama untuk

    kebutuhan internal.

    Jurnal penjualan adalah jurnal khusus untuk mencatat transaksi penjualan. Setiap

    sales invoice dimasukkan ke dalam jurnal terpisah. Pada akhir periode, petugas

  • 18

    menyimpulkan catatan-catatan jurnal tersebut dan menyiapkan journal voucher

    yang dikirimkan ke Fungsi Buku Besar untuk di-posting sebagai berikut :

    DR CR

    Account receivable xxxxx

    Sales xxxxx

    6. Fungsi Pengendalian Persediaan (Inventory Control Department)

    Fungsi Pengendalian Persediaan menggunakan stock release document untuk

    mengupdate akun buku besar pembantu persediaan. Pada akhir periode, nilai atas

    total pengurangan dalam persediaan disimpulkan dalam journal voucher dan

    dikirmkan ke Fungsi Buku Besar dengan akun:

    DR CR

    Cost Of Good Sold xxxxx

    Inventory xxxxx

    7. Fungsi Piutang (Account Receivable Department)

    Fungsi Piutang mencatat dari Ledger Copy atas pesanan penjualan ke akun

    masing-masing pelanggan yaitu ke dalam buku besar pembantu piutang (account

    receivable subsidiary ledger). Buku besar pembantu piutang berisi informasi

    antara lain: nama, pelanggan, alamat pelanggan, catatan kredit, tanggal transaksi,

    nomor faktur, dan angsuran pembayaran, serta retur dan pencadangan.

    8. Fungsi Buku Besar (General Ledger Department)

    Di akhir periode, Fungsi Buku Besar menerima journal vouchers dari Fungsi

    Penagihan dan Fungsi Pengendalian Persediaan serta account summary dari

    Fungsi Piutang. Informasi yang diperoleh digunakan untuk:

  • 19

    1. Fungsi Buku Besar menggunakan journal voucher untuk mencatat akun:

    DR CR

    Account receivable xxxxx

    Cost of good sold xxxxx

    Inventory xxxxx

    Sales xxxxx

    2. Account Summary secara independen dibuat oleh Fungsi Piutang untuk

    membuktikan akurasi internal atas proses secara keseluruhan. Dengan

    mencocokkan journal voucher dan kesimpulan akun yang diterima dari

    Fungsi Operasional, Fungsi Buku Besar dapat menemukan berbagai error.

    II.3.3 Prosedur Penjualan Kredit

    Ada beberapa prosedur yang membentuk sistem akuntansi penjualan kredit.

    Menurut Mulyadi (2001), terdapat 7 (tujuh) jaringan prosedur yang membentuk sistem

    akuntansi penjualan kredit, yaitu :

    a. Prosedur order penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan

    menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada

    surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat faktur

    penjualan kredit dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain

    untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam

    melayani order dari pembeli.

    b. Prosedur persetujuan kredit. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan

    meminta persetujuan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.

  • 20

    c. Prosedur pengiriman. Dalam prosedur ini, biasa dirangkap oleh fungsi

    gudang dalam mengupayakan pengiriman sesuai dengan informasi yang

    tercantum dalam surat order pengiriman, dikirim secepat mungkin dan

    dengan biaya serendah mungkin.

    d. Prosedur penagihan. Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat

    faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.

    e. Prosedur pencatatan piutang. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi

    mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam

    metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut

    abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.

    f. Prosedur distribusi penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi

    mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh

    manajemen.

    g. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi

    akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok yang dijual dalam

    periode akuntansi tertentu.

    Jadi, kesimpulannya dalam sistem akuntansi penjualan kredit terdapat 7 (tujuh)

    prosedur, yaitu prosedur order penjualan, persetujuan kredit, pengiriman, penagihan,

    pencatatan piutang, distribusi penjualan, dan prosedur pencatatan harga pokok

    penjualan.

    II.3.4 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan

    Mengacu pada pendapat James A. Hall (2004) Dokumen yang digunakan dalam

    sistem penjualan kredit adalah :

  • 21

    1. Customer Purchase Order (Pesanan Pelanggan)

    Pesanan pelanggan adalah dokumen yang diterima dari pelanggan yang

    memuat nama, kuantitas, satuan, harga per unit, serta total amount dari

    barang yang dipesan.

    2. Sales Order (Pesanan Penjualan)

    Pesanan penjualan adalah dokumen yang dibuat oleh Bagian penjualan yang

    memuat informasi mengenai nama dan alamat customer, nomor customer,

    nama, nomor, dan deskripsi atas barang yang terjual, kuantitas, dan harga per

    unit masing-masing barang yang terjual, dan informasi keuangan lainnnya

    seperti pajak, diskon dan ongkos kirim.

    3. Stock Release Copy (disebut juga Picking Ticket)

    Dokumen ini mengidentifikasikan unit persediaan yang harus ditempatkan

    dan dikeluarkan dari rak-rak gudang.

    4. Packing sleep (Slip Pembungkus)

    Slip pembungkus adalah dokumen yang akan disertakan dengan barang-

    barang yang akan dikirimkan ke pelanggan yang menjelaskan isi dari

    pesanan.

    5. Shipping notice (Pemberitahuan Pengiriman)

    Dokumen ini berguna untuk memberitahukan ke fungsi penagihan bahwa

    pesanan pelanggan telah dipenuhi dan dikirimkan. Dalam beberapa sistem,

    shipping notice dibuat oleh petugas pengiriman.

    6. Bill of lading

  • 22

    Bill of lading adalah perjanjian formal antara penjual dan perusahaan

    pengiriman (kurir) untuk mengantarkan barang kepada pelanggan.

    7. Sales invoice (Faktur Penjualan)

    Faktur penjualan adalah tagihan kepada pelanggan, yang menunjukan jenis

    dan kuantitas barang yang dikirimkan, harga per unit, ongkos kirim, dan total

    jumlah yang dikenakan ke pelanggan.

    8. Ledger copy dan file copy

    Ledger copy dan file copy berisikan informasi yang sama untuk kebutuhan

    internal.

    9. Journal voucher (voucher jurnal)

    Voucher jurnal memuat ayat jurnal yang merupakan total keseluruhan

    kelompok (batch total) dari faktur-faktur penjualan.

    Catatan akuntansi yang di gunakan dalam penjualan kredit:

    1. Jurnal Penjualan

    Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik secara

    tunai maupun kredit.

    Pada sistem periodik:

    DR CR

    Piutang Usaha xxx

    Penjualan xxx

    Untuk mencatat penjualan kredit.

    Pada sistem perpetual:

    DR CR

  • 23

    Harga Pokok Penjualan xxx

    Persediaan Barang Dagang xxx

    Untuk mencatat harga pokok penjualan.

    2. Kartu Piutang

    Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi

    piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.

    3. Kartu Persediaan

    Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi

    setiap jenis persediaan.

    4. Kartu Gudang

    Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan

    persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.

    5. Jurnal Umum

    Catatan akuntansi ini digunakan utuk mencatat harga pokok produk yang dijual

    selama periode akuntansi tertentu.

    II.3.5 Unsur Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit

    Untuk merancang sistem akuntansi penjualan kredit yang baik, diperlukan

    adanya unsur pokok pengendalian internal penjualan kredit yang baik. Menurut Mulyadi

    (2001), unsur pokok pengendalian internal terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu :

    A. Organisasi. Yang unsur pokok sistem pengendalian internalnya adalah sebagai

    berikut:

    1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.

    2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.

  • 24

    3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.

    4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,

    fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi.

    Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap

    hanya oleh satu fungsi tersebut.

    B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan. Unsur pokok sistem pengendalian

    internalnya adalah sebagai berikut :

    5. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan

    menggunakan formulir surat order pengiriman.

    6. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan

    membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan

    surat order pengiriman).

    7. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman

    dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap sudah dikirim

    pada copy surat order pengiriman.

    8. Penetapan harga jual, syarat jual, syarat pengangkutan barang, dan

    potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan

    penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.

    9. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan

    membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.

    10. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal

    penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi

  • 25

    dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur

    penjualan, bukti kas masuk, dan memo kredit).

    11. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang

    didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.

    C. Praktik yang Sehat.

    12. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakainya

    dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

    13. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya

    dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.

    14. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account

    receivable statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian

    catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.

    15. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening

    kontrol piutang dalam buku besar.

    II.4 Sistem Akuntansi Piutang

    II.4.1 Pengertian Piutang

    Warren, Reeve, dan Fess yang diterjemahkan oleh Farahmita, A., Amanugrahani,

    dan Hendrawan, T (2005) mendefinisikan piutang sebagai berikut :

    Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap

    pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya

    memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Transaksi paling

    umum yang menciptakan piutang adalah penjulaan barang dagang atau jasa secara

  • 26

    kredit. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan

    tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.

    Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa piutang

    adalah klaim dalam bentuk uang terhadap suatu entitas, biasanya hasil dari penjualan

    kredit.

    II.4.2 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan

    Dalam prosedur dokumen dan pencatatan piutang ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan :

    Dokumen Yang Digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang

    dagang:

    Mengacu pada pendapat Widjajanto (2001) dokumen yang di gunakan sebagai input

    pencatatan piutang adalah :

    1. Faktur (invoice). Hubungan antara dokumen faktur, jurnal, kartu piutang masing-

    masing pelanggan (subsidiary ledger).

    2. surat pernyataan (statement) dalam proses pencatatan piutang akan tergantung

    pada metode yang di gunakan.

    Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut

    piutang adalah :

    1. Jurnal Penjualan

    Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya

    piutang dari transaksi penjualan kredit.

    2. Jurnal Retur Penjualan

  • 27

    Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat

    berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.

    3. Jurnal Umum

    Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat

    berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat

    ditagih.

    4. Jurnal Penerimaan Kas

    Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat

    berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.

    5. Kartu Piutang

    Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada

    setiap debitur.

    II.4.3 Metode pencatatan yang digunakan

    Mengacu pada pendapat Widjajanto (2001) metode pencatatan piutang yang

    digunakan antara lain adalah :

    1. Metode Biasa

    Metode ini merupakan metode yang lazim digunakan. Faktur dicatat pada jurnal

    dan kemudian dipindahkan (posting) ke kartu piutang masing-masing pelanggan

    (subsidiary ledger).

    2. Metode Pencatatan Langsung

    Dengan metode ini faktur dicatat secara langsung ke kartu piutang masing-

    masing pelanggan (subsidiary ledger) dan surat pernyataan, sementara jurnal

    diisi dengan angka-angka total harian saja. Angka total harian diperoleh dari

  • 28

    Bagian Penagihan dalam bentuk daftar harian disertai dengan angka total

    kelompok (batch total) dari daftar tersebut.

    3. Metode Tanpa Kartu Piutang (Buku Pembantu)

    Metode ini diterapkan dengan jalan menggunakan faktur sebagai pengganti kartu

    piutang atau buku pembantu. Faktur disimpan dalam file map (binder) secara

    sistematis menurut klasifikasi nama atau kode debitur. Sedangkan pembukuan ke

    jurnal dan buku besar dilakukan berdasarkan angka total kelompok harian seperti

    biasa.

    Kumpulan faktur yang sistematis itu berfungsi sebagai buku pembantu

    atau kartu piutang, sehingga metode ini disebut ledgerless bookkeeping (metode

    pembukuan tanpa buku pembantu). Apabila seorang debitur melunasi hutangnya,

    faktur bersangkutan dikeluarkan dari map tersebut untuk kemudian di cap

    Lunas. Faktur yang sudah bercap itu kemudian disimpan pada file atau map

    faktur yang sudah lunas. Untuk mengetahui saldo piutang seorang debitur pada

    suatu tanggal tertentu, map debitur bersangkutan dapat ditarik dan faktur-faktur

    debitur bersangkutan dijumlahkan nilainya.

    II.5 Sistem Retur Penjualan

    II.5.1 Pengertian Retur Penjualan

    Menurut James A. Hall (2001) Retur Penjualan adalah kemungkinan

    pengembalian barang yang dibeli oleh pelanggan sewaktu-waktu, yang terjadi karena

    disebabkan beberapa hal sebagai berikut :

    1. Penjual mengirimkan barang dagangan dengan tidak sesuai.

    2. Barang dagangan rusak atau cacat.

  • 29

    3. Barang dagangan rusak pada saat pengangkutan.

    4. Penjual mengirimkan barang dagangan terlalu lama atau terjadi penundaan

    pengangkutan, dan pembeli menolak pengiriman.

    Saat retur terjadi, pembeli akan meminta penjual untuk membuat pengkreditan

    sebesar sejumlah barang yang dikembalikan pada piutangnya.

    II.5.2 Fungsi-fungsi yang terkait

    Berikut ini Fungsi-fungsi yang terkait terhadap retur penjualan yaitu :

    1. Fungsi Penjualan

    2. Fungsi Penerimaan

    3. Fungsi Gudang

    4. Fungsi Akuntansi

    5. Fungsi Penagihan

    II.5.3 Prosedur Retur penjualan

    Jaringan prosedur dalam sistem Retur Penjualan meliputi :

    1. Prosedur pembuatan memo kredit

    Berdasarkan pemberitahuan retur penjualan dari pembeli, dalam prosedur ini

    fungsi penjualan membuat memo kredit yang memberikan perintah kepada

    fungsi penerimaan untuk menerima barang dari pembeli tersebut dan kepada

    fungsi akuntansi untuk mencatat pengurangan piutang kepada pembeli yang

    bersangkutan.

    2. Prosedur penerimaan barang

    Dalam prosedur ini fungsi penerimaan menerima dari pembeli berdasarkan

    perintah dalam memo kredit yang diterima dari fungsi penjualan. Atas

  • 30

    penerimaan barang tersebut fungsi penerimaan membuat laporan penerimaan

    barang untuk melampiri memo kredit yang dikirim ke fungsi akuntansi.

    3. Prosedur pencatatan retur penjualan

    Dalam prosedur ini transaksi berkurangnya piutang dagang dan pendapatan

    penjualan akibat dari transaksi retur penjualan dicatat oleh fungsi akuntansi ke

    dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan ke dalam buku pembantu

    persediaan.

    II.5.4 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan

    Dokumen akuntansi yang digunakan dalam sistem Retur Penjualan yaitu :

    1. Memo kredit

    2. Laporan penerimaan barang

    Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem Retur Penjualan yaitu:

    1. Jurnal Retur Penjualan

    2. Kartu Piutang

    3. Kartu Persediaan

    4. Kartu Gudang

    II.5.5 Unsur Sistem Pengendalian Internal atas Retur Penjualan

    Unsur Sistem Pengendalian Internal yang diterapkan dalam Retur Penjualan

    yaitu :

    1. Organisasi.

    2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.

    3. Praktik yang sehat.

    II.6 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

  • 31

    II.6.1 Pengertian Penerimaan Kas

    Menurut S. Munawir (2004) Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk

    membiayai operasi perusahaan. Pengertian berbeda diberikan oleh Delaney, Epstein,

    Nach, dan Weiss Budak (2003), Cash. Coins and currency on hand and balances in

    checking accounts available for immediate withdrawal.

    Dalam penerimaan kas, sebaiknya perusahaan menyisihkan sebagian dananya

    untuk membiayai operasional sehari-hari agar lebih efektif dan efisien, seperti dana kas

    kecil yang didefinisikan oleh Soemarso (2004) Sejumlah uang tertentu yang disisihkan

    dalam perusahaan dan digunakan untuk melayani pengeluaran-pengeluaran tertentu.

    Biasanya pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan melalui dana kas kecil adalah

    pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya tidak besar, pengeluaran-pengeluaran lain

    dilakukan dengan bank (dengan cek)

    Berdasarkan tiga pengertian diatas, kas adalah uang dalam bentuk tunai maupun

    rekening bank yang dipunyai perusahaan. Yang dapat di uangkan pada setiap saat tanpa

    mengurangi nilai simpanan tersebut. Yang dimaksud tanpa mengurangi nilai simpanan

    yaitu kas tersebut mengalir dalam suatu daur yang dimulai dari digunakannya kas

    tersebut untuk member aktiva, aktiva tersebut kemudian digunakan untuk menghasilkan

    keuntungan (laba), dan pada akhirnya modal dan keuntungan tersebut kembali lagi

    dalam bentuk kas. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan

    kas dari piutang mengharuskan :

    1. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank

    dalam jumlah penuh.

    Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui berbagai cara:

  • 32

    a. Melalui penagihan. Penagihan dapat dilakukan baik oleh juru tagih

    perusahaan, maupun oleh bank.

    b. Melalui transfer bank. Dalam hal ini pelanggan yang membayar,

    melakukan pengiriman uang langsung ke rekening perusahaan. Pelanggan

    kemudian mengirimkan fotokopi bukti transfer bank.

    c. Melalui pembayaran langsung. Hal ini biasanya terjadi pada penjualan

    tunai di toko-toko eceran.

    d. Melalui pos. Pengiriman kas melalui pos disini bukan pengiriman uang

    melalui poswesel, melainkan benar-benar mengirimkan cek dengan cara

    memasukkan cek ke dalam amplop, kemudian mengirimkannya seperti

    mengirim surat biasa.

    2. Pelanggan melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindah

    bukuan melalui rekening (giro bilyet). Jika perusahaan hanya menerima kas

    dalam bentuk cek dari pelanggan yang berhutang, yang ceknya atas nama

    perusahaan. (bukan atas unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh

    perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan.

    II.6.2 Fungsi-fungsi yang terkait

    Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah :

    a. Fungsi Sekretariat. Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan

    surat pemberitahuan melalui pos dari para pelanggan perusahaan. Fungsi ini juga

    bertugas untuk membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat

    pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para pelanggan.

  • 33

    b. Fungsi Penagihan. Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung

    kepada pelanggan melalui penagih perusahaan, fungsi ini bertanggung jawab

    untuk melakukan penagihan kepada para pelanggan perusahaan berdasarkan

    daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.

    c. Fungsi Kas. Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi

    sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui pos) atau dari

    fungsi penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih

    perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang

    diterima dari berbagai fungsi tersebut segera kebank dalam jumlah penuh.

    d. Fungsi Akuntansi. Fungsi ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan

    kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke

    dalam kartu piutang.

    e. Fungsi Pemeriksaan Intern. Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan

    perhitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan bertanggung

    jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas

    yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.

    II.6.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan

    Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang

    adalah :

    a. Surat pemberitahuan.

  • 34

    Dokumen ini dibuat oleh pelanggan untuk memberitahu maksud pembayaran

    yang dilakukannya. Dokumen ini juga digunakan sebagai dokumen sumber

    dalam pencatatan berkurangnya piutang di dalam kartu piutang.

    b. Daftar surat pemberitahuan.

    Daftar ini merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang di buat oleh fungsi

    sekretariat atau fungsi penagihan. Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke

    fungsi kas untuk kepentingan pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh

    fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bank dalam pencatatan

    penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas.

    c. Bukti setor bank.

    Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima

    dari piutang ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi

    akuntansi, dan dipakai sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi

    penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas.

    d. Kuitansi.

    Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi

    para pelanggan yang telah melakukan pembayaran utang mereka.

    e. Bukti kas masuk.

    Dokumen ini dibuat oleh bagian piutang sebagai tanda terima uang yang

    dikirimkan kepada perusahaan dan sebagai bukti dasar untuk pencatatan

    transaksi penerimaan kas dari piutang dalam jurnal penerimaan kas.

    Catatan yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang

    adalah:

  • 35

    a. Jurnal penerimaan kas.

    Digunakan oleh bagian akuntansi untuk meringkas dan mencatat transaksi

    penerimaan kas dari berbagai sumber.

    b. Buku besar.

    Buku besar merupakan ringkasan akun- akun yang sudah dicatat dalam jurnal

    yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan.

    c. Kartu piutang.

    Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi

    piutang perusahaan kepada tiap- tiap debiturnya.

    d. Kartu gudang.

    Catatan ini dibuat oleh bagian gudang untuk mencatat kuantitas persediaan yang

    disimpan di gudang.

    II.6.4 Prosedur Penerimaan Kas

    Prosedur yang digunakan sistem akuntansi penerimaan kas dari piutang adalah :

    1. Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada

    bagian penagihan.

    2. Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan penagihan kepada

    pelanggan.

    3. Bagian penagihan menerima cek atas nama dalam surat pemberitahuan dari

    pelanggan.

    4. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk

    kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

    5. Bagian kas mengirim kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada pelanggan.

  • 36

    6. Bagian kas menyetor ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement

    oleh pejabat yang berwenang.

    7. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.

    Sistem pengendalian intern yang baik mengharuskan agar semua penerimaan kas

    dari pelanggan harus dalam bentuk cek atas nama atau giro bilyet.

    II.6.5 Unsur Sistem Pengendalian Internal atas Penerimaan Kas

    Unsur pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah

    sebagai berikut :

    A. Organisasi

    1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan Fungsi Penerimaan

    kas.

    2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari Fungsi Akuntansi.

    B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

    1. Pelanggan diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama

    atau dengan cara pemindah bukuan (bilyet giro).

    2. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang

    harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.

    3. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (Bagian Piutang)

    harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari perusahaan.

    C. Praktik yang Sehat

    1. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita cara perhitungan kas dan

    disetor penuh ke bank dengan segera.

    2. Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity bond insurance).

  • 37

    3. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan Bagian Kasa maupun di tangan

    penagih perusahaan) harus diasuransikan.

    II.7 Persyaratan Kredit

    Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman mengenai piutang yaitu

    sebagai berikut :

    Debt capital includes all long-term borrowing incurred by a firm, including bonds.

    Hutang menurut jangka waktu pembayaran dibagi kedalam dua bagian yaitu :

    bagian hutang jangka pendek (current liabilities) dan hutang jangka panjang (long term

    liabilities). Lawrence J. Gitman (2006), menyebutkan tentang pengertian piutang jangka

    pendek yaitu :

    Short-term liabilities, expected to be paid within 1 years or less.

    Sedangkan hutang jangka panjang menurut Lawrence J. Gitman (2006) adalah :

    Long-term debt is debts for which payment is not due in the current year.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang adalah

    hutang yang jangka waktunya lama, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka

    panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan

    (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan

    tersebut meliputi jumlah yang besar.

    II.7.1 Kebijakan Kredit

    Credit terms (persyaratan kredit) adalah persyaratan penjualan untuk pelanggan

    yang yang mendapatkan kredit dari perusahaan. Sebagai contoh syarat kredit 2/10 net 30

    artinya penjual akan memberikan cash discount sebesar 2% jika tagihan dibayar dalam

    tempo 10 hari dari awal periode kredit, atau dapat dibayar dengan nilai penuh sesuai

  • 38

    dengan nilai yang tertera dalam invoice dalam tempo 30 hari. Beberapa komponen

    kebijakan kredit yaitu :

    1. Cash Discount

    Cash discount merupakan persyaratan kredit yang popular sebagai cara untuk

    mempercepat penagihan tanpa menekan pelanggan. Cash discount ini memberi insentif

    kepada pelanggan untuk membayar lebih cepat. Dengan percepatan penagihan, discount

    ini menurunkan investasi perusahaan pada accounts receivable (memang ini tujuannya),

    tetapi juga menurunkan profit per unit. Selain itu, pemberian cash discount juga

    menurunkan bad debt karena pelanggan akan mebayar lebih cepat dan hal ini juga akan

    meningkatkan volume penjualan karena pelanggan yang mengambil discount membayar

    harga lebih rendah untuk produk yang dibelinya. Selanjutnya, perusahaan yang

    memberikan cash discount perlu mengadakan analisis benefit-cost untuk menentukan

    apakah pemberian cash discount tersebut menguntungkan atau tidak.

    Efek dari Peningkatan Cash Discount

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Sales volume Naik Positif

    Investment in A/R

  • 39

    Due to nondiscount

    Takers paying earlier Turun Positif

    Investasi pada A/R

    Customer baru Naik Negatir

    Bad-debt expense Turun Positif

    Profit per Unit Turun Negatif

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    2. Periode Cash Discount

    Periode cash discount adalah jumlah hari setelah awal periode kredit di mana cash

    discount tersedia. Periode ini dapat diubah oleh manajer keuangan. Perubahan ini

    misalnya memperpanjang periode cash discount, dari 2/10 net 30 menjadi 2/20 net 30.

    Efek dari perubahan ini yang diharapkan adalah: 1) sales akan meningkat, atau efek pada

    profit positif; 2) bad-debt expense akan menurun, atau efek pada profit positif; dan 3)

    profit per unit akan menurun karena banyaknya pelanggan yang mengambil cash

    discount, atau efek pada profit negatif. Manajer keuangan perlu mengevaluasi hal ini,

    yaitu pengaruhnya terhadap investasi pada accounts receivable. Bila perubahan yang

    dilakukan adalah memperpendek periode discount, maka efek yang terjadi adalah

    sebaliknya.

  • 40

    3. Periode Kredit

    Periode kredit adalah jumlah hari setelah awal periode kredit sampai dengan

    pembayaran penuh jatuh tempo. Pengubahan periode kredit dari 30 hari menjadi 45 hari

    akan meningkatkan sales, atau membawa efek positif bagi profit. Tetapi investasi pada

    accounts receivable dan bad-debt expense juga akan meningkat, sehingga keduanya

    membawa efek negatif bagi profit. Penurunan periode kredit tentunya akan membawa

    efek yang sebaliknya.

    II.7.2 Kebijakan Penagihan Kredit

    Kebijakan penagihan adalah prosedur untuk mengumpulkan piutang usaha pada

    saat jatuh tempo. Efektifitas kebijakan penagihan dapat dievaluasi dengan melihat

    tingkat biaya piutang tidak tertagih yang juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit

    perusahaan. Setiap tambahan biaya penagihan akan mengurangi resiko piutang tidak

    tertagih. Untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan maka pendekatan yang

    popular digunakan dalam penagihan, sebagai berikut :

    1. Average Collection Period

    Average collection period (ACP) adalah rata-rata jumlah hari penjualan secara kredit

    yang belum dibayar (outstanding). Average Collection Period mempunyai 2 komponen,

    yaitu: 1) waktu dari saat penjualan sampai dengan pelanggan melakukan pembayaran

    dengan surat, dan 2) waktu untuk menerima, memproses dan menerima pembayaran

    yang telah dikirim pelanggan. Rumus Average collection period adalah :

  • 41

    Accounts receivable

    Average collection period = -----------------------------

    Average sales per day

    Dengan mengetahui Average Collection Period, perusahaan dapat mengetahui apakah

    ada masalah dengan accounts receivables atau tidak.

    2. Aging Of Accounts Receivable

    Aging of accounts receivable adalah sebuah teknik pemantauan kredit yang

    menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa account

    receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini

    adalah untuk dapat mengetahui problemnya secara tepat.

    Efek dari Perubahan Usaha Penagihan

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Sales volume Naik Positif

    Investment in A/R

    Bad-debt expense Turun Positif

    Biaya Penagihan Turun Negatif

  • 42

    II.8 Standar kredit

    Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau

    badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali

    dalam jangka waktu yang ditentukan. dalam memberikan kredit harus

    mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay)

    dan kemampuan membayar (ability to pay) pelanggan untuk melunasi kembali pinjaman

    beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian), Capacity

    (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of Economy (keadaan

    perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (5K) :

    a. Karakter. Mengacu kepada probabilitas bahwa pelanggan memenuhi kewajiban

    kreditnya.

    b. Kapasitas. Berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk membayar kewajiban

    kreditnya. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan pelanggan

    dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain.

    c. Kapital (Modal). Mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti yang

    diperlihatkan oleh laporan keuangan.

    d. Kolateral (jaminan). Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga apabila pelanggan

    tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi

    dari jumlah pinjaman.

    e. Kondisi. Mengacu kepada tren-tren ekonomi nasional dan regional yang bisa

    mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk membayar