28

Click here to load reader

D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

  • Upload
    hadiep

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN PABRIK SEMEN

DI PEGUNUNGAN KENDENG

(Analisis Framing tentang Pemberitaan Pabrik Semen di Pegunungan

Kendeng, Kabupaten Rembang dalam Harian Umum KOMPAS

Periode Desember 2016 - April 2017)

Rohmana Kurniandari

Mahfud Anshori

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The news about conflict of Kendeng cement factory colors the news coverage in mass media since the conflict began. Mass media constructs the conflict of cement factory in Kendeng Mountains with various perspectives frequently showing their partiality to one party. The society’s pros and cons in treating the conflict are inseparable from the role of mass media in constructing it. Government serves as a mediator and decision maker over the conflict occurring.

Kompas as one of national printed media also covers the polemic of cement factory in Kendeng Mountains. The method employed was Robert N. Entmant’s framing analysis model with the elements owned including define problem, diagnose causes, make moral judgment, and treatment recommendation to see how the cement factory conflict incidence in Kendeng Mountain is interpreted by journalist and to show impartiality and ideology used.

There were three categories used to see media construction by Compass: Kendeng people’s struggling action, living environment study, and central and local governments’ role. From those three categories, it could be found that Kompas national printed media shows its partiality to one of parties in the conflict, the people declining the construction of cement factory in Kendeng Mountains, Rembang Regency, Central Java.

Keywords: Media Construction, Printed Media, Framing Analysis, Kendeng Cement Factory

1

Page 2: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

Pendahuluan

Konflik pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan kapur (karst)

Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telah menyita perhatian publik

mulai awal rencana pembangunannya di tahun 2006, dengan munculnya berbagai

perlawanan warga yang menolak pembangunan pabrik semen. Aksi yang

dilakukan oleh warga tersebut kian ramai diberitakan oleh media massa, baik

cetak, elektronik maupun media online. Selain banyak diberitakan oleh media

massa, adanya pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng ini juga

mendapat perhatian dari organisasi masyarakat, terutama pemerhati lingkungan

hidup.

Dalam kasus ini, tentu ada pihak yang pro dan kontra. Berdasarkan

pengamatan peneliti, terdapat beberapa media yang fokus pada aspek lingkungan,

sumber daya alam, nasib warga di sekitar pegunungan Kendeng, para pemangku

kepentingan atau stakeholder dan lain sebagainya.

Pembangunan pabrik semen di daerah-daerah yang kaya dengan batu kapur

berkembang pesat di Indonesia. Namun, pembangunannya tidak serta merta dapat

berjalan dengan mudah dan bisa langsung beroperasi. Dengan adanya

pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng ini menimbulkan

konflik dalam masyarakat. Terdapat beberapa pihak yang mendukung

pembangunan pabrik semen, namun tidak sedikit yang menolaknya.

Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang pemberitaan pabrik semen

di Pegunungan Kendeng menggunakan analisis framing dari harian umum

Kompas. Penggunaan surat kabar ini karena Kompas merupakan salah satu surat

kabar berskala nasional sehingga peneliti mencoba melihat sisi obyektivitas surat

kabar dalam menanggapi konflik pembangunan pabrik semen di pegunungan

Kendeng secara lebih luas.

Harian Umum Kompas dipilih sebagai obyek penelitian dengan

pertimbangan bahwa media ini merupakan media cetak nasional dengan intensitas

pemberitaan pabrik semen di Rembang cukup banyak dan memiliki wartawan

yang ditempatkan di biro Semarang, Jawa Tengah di mana lokasi tersebut dekat

dengan sumber berita. Berdasarkan pengamatan peneliti, ditemukan berita tentang

2

Page 3: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

pabrik semen di pegunungan Kendeng sebanyak 4 artikel pada bulan Desember

2016, 3 artikel pada bulan Januari 2017, 8 artikel pada bulan Maret 2017 dan 6

artikel pada bulan April 2017, sehingga total pemberitaan pabrik semen di

pegunungan Kendeng dalam Harian Umum Kompas periode Desember 2016

sampai April 2017 sebanyak 21 berita.

Rumusan Masalah

Bagaimana framing yang dilakukan Harian Umum Kompas dalam

mengkonstruksi realitas peristiwa pada pemberitaan pabrik semen di Pegunungan

Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah periode Desember 2016 – April

2017?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana framing yang dilakukan Kompas dalam

mengkonstruksi realitas peristiwa pada pemberitaan pabrik semen di Pegunungan

Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah periode Desember 2016 – April

2017.

Tinjauan Pustaka

a. Komunikasi Massa

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio,

communicare yang berarti “membuat sama”. Berbagai pakar telah membuat

definisi tentag apa itu komunikasi. Salah satunya definisi komunikasi yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell. Laswell mengatakan bahwa komunikasi

pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”

“mengatakan apa” “dengan saluran apa” “kepada siapa” dan “dengan akibat

apa” atau “hasil apa”, atau “who says what in which channel to whom and

with what effect” (Riswandi, 2009: 1-2).

Sedangkan komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana

komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-

3

Page 4: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang

diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-

beda dengan melalui berbagai cara (Defleur dan Dennis McQuail, 1985 dalam

Riswandi, 2009: 103).

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human

communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat

mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam

sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak

oleh Johannes Gutenberg dan sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal

dengan publisistik atau awal era komunikasi massa (Wiryanto, 2000: 1).

b. Berita

Berita merupakan laporan tentang peristiwa atau kejadian yang

memiliki nilai penting, terdapat unsur kebaruan (aktual), dan menarik bagi

sebagian khalayak yang dipublikasikan secara luas melalui media massa.

Peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news value) adalah

yang mengandung unsur-unsur yang membuat berita itu menjadi penting,

yaitu: a) Significance (penting), yaitu kejadian yang memiliki kemungkinan

mempengaruhi kehidupan banyak orang, seperti kenaikan harga BBM,

kenaikan tarif dasar listrik, dll; b) Magnitude (besaran), yaitu kejadian yang

menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau

kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik

bagi pembaca; c) Timeliness (waktu/aktualitas), yaitu kejadian yang

menyangkut hal-hal yang baru terjadi. Waktu antara kejadian dengan

penyiaran menjadi penting. Semakin pendek jarak antara peristiwa dengan

waktu penyiaran semakin baik, seperti siaran langsung (live); d) Proximity

(dekat), yaitu kejadian yang dekat dengan publik, dekat di sini bisa bersifat

geografis atau emosional; e) Prominence (terkenal), unsur ini menyangkut

hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca; f) Human Interest

(manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca,

kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi yang luar biasa atau

orang besar dalam situasi biasa (Mursito, 2013).

4

Page 5: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

c. Paradigma Konstruktivisme

Paradigma konstruktivisme merupakan kritik terhadap paradigma

positivisme, dan yang membedakan keduanya adalah obyek kajiannya

sebagai start awal dalam memandang realitas sosial. Paradigma positivisme

berangkat dari sistem dan struktur sosial, sedangkan paradigma

konstruktivisme berangkat dari subyek yang bermakna dan memberikan

makna dalam realitas tersebut.

Dalam paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh

seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa

dilakukan oleh kaum positivisme.

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruktivisme, di mana

pendekatan konstruktivisme menekankan pada politik pemaknaan dan proses

bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Selanjutnya,

pendekatan konstruktivisme memandang kegiatan komunikasi sebagai proses

yang dinamis, yang akan memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi

komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi

makna individu ketika menerima pesan (Eriyanto, 2002: 40-41).

d. Konstruksi Realitas Peristiwa

Konstruksi realitas media mengacu pada aturan dan pemenuhan syarat

guna mencapai pengetahuan yang obyektif, di mana pekerjaan ini biasa

dilakukan oleh seorang jurnalis. Jurnalis menjaga agar esensi dari sebuah

peristiwa dapat tetap terjaga dan tetap ada dalam sebuah berita dan

diharapkan berita tersebut tetap sesuai dengan “kenyataan” serta kaidah-

kaidah jurnalisme yang bersifat etis, normatis dan teknis (Mursito, 2012: 7-9).

Adapun realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh

individu. Namun, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku

sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial (Hidayat, 1999

dalam Bungin, 2007: 81). Sedangkan, realitas sosial adalah proses dialektika

yang berlangsung dalam proses simultan: eksternalisasi (penyesuaian diri)

dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, obyektivasi yaitu

interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan

5

Page 6: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

atau mengalami proses institusionalisasi, dan internalisasi yaitu proses yang

mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial

atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya (Bungin, 2007:

83). Selanjutnya, realitas media adalah realitas empirik yang dikonstruksi

media menjadi berita dan format-format informasi yang lain – feature, pojok,

artikel, infotainmen.

e. Analisis Framing

Analisis framing merupakan salah satu pendekatan dalam analisis

wacana kritis, yakni analisis bahasa kritis (critical linguistics). Dalam analisis

ini memusatkan pada bahasa dan menghubungkannya dengan suatu ideologi.

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita

(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara

melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara melihat tersebut

berpengaruh pada hasil akhir konstruksi realitas. Analisis framing adalah

analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas

(Eriyanto, 2002).

Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame,

maka ada bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Kita bisa

menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka yang

masuk dalam foto hanyalah bagian yang berada dalam “frame”, bagian lain

terbuang.

Metodologi Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Deskriptif kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Mayer dan

Greenwood, bahwa semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang

membedakan atau karakteristik sekelompok manusia, benda, atau peristiwa. Pada

dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan

skema-skema klasifikasi (Silalahi, 2009: 27).

Peneliti menggunakan metode penelitian analisis framing dengan

pendekatan atau paradigma konstruksionis, di mana secara umum membahas

6

Page 7: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas dan menyampaikannya

kepada khalayak.

Analisis framing yang digunakan yaitu model Robert N. Entman. Konsep

framing dalam metode ini adalah strategi konstruksi dan memproses berita. Proses

pembentukan dan konstruksi realitas hasilnya adalah adanya bagian tertentu dari

realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.

Dua dimensi besar dalam analisis framing menurut Entman diantaranya

seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas isu.

Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita yang dilakukan oleh media

massa, terdapat perangkat-perangkat framing yang digunakan oleh wartawan

dalam memaknai sebuah peristiwa. Entman mengemukakan empat perangkat

framing yang digunakan wartawan untuk memaknai sebuah peristiwa, yaitu:

a. Define Problems (Pendefinisian Masalah)

Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia

menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Jika sebuah

peristiwa dimaknai secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang

terbentuk juga akan berbeda.

b. Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah atau Sumber Masalah)

Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap

sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), atau

siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami, menentukan apa dan siapa

yang dianggap sebagai sumber masalah.

c. Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral)

Elemen ini dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi

pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah

didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah

argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang

dikutip merupakan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

d. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian)

Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan.

Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu

7

Page 8: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa tersebut dilihat dan siapa

yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002).

Sajian dan Analisis Data

Pemberitaan terkait pabrik semen di Pegunungan Kendeng yang dimuat oleh

Kompas periode Desember 2016 – April 2017 selanjutnya dikategorikan menjadi

3 (tiga) kategori untuk melihat kecenderungan kerangka framing dalam setiap

berita, diantaranya: 1) Aksi warga Pegunungan Kendeng; 2) Kajian lingkungan

hidup; dan 3) Sikap Pemerintah.

Kategori aksi warga Pegunungan Kendeng tidak hanya warga yang menolak

pembangunan pabrik semen, namun juga aksi warga yang mendukung pabrik

semen. Baik warga Pegunungan Kendeng yang ada di Pati maupun warga yang

ada di Rembang.

Sedangkan kategori Kajian Lingkungan Hidup terkait kajian lingkungan

hidup strategis (KLHS) di Pegunungan Kendeng. Hasil kajian akan menjadi dasar

untuk menentukan zonasi kawasan yang boleh ditambang dan tidak di

Pegunungan Kendeng.

Kategori Sikap Pemerintah juga dibahas dalam bab ini. Pemerintah Pusat

berperan sebagai penengah dalam konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng.

Sebagai penengah, pemerintah pusat mengeluarkan keputusan terkait kajian

lingkungan hidup agar dipatuhi oleh semua pihak yang berkonflik. Selain

pemerintah pusat, pemerintah daerah yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar

Pranowo mengambil sikap dengan mengeluarkan izin lingkungan pendirian pabrik

semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

1. Aksi Warga Pegunungan Kendeng

Sepak terjang warga Kendeng dalam melawan pembangunan pabrik

semen senantiasa terekam dalam pemberitaan Harian Umum Kompas. Isu

aksi perjuangan warga Kendeng yang menolak pabrik semen diberitakan oleh

media nasional ini sebanyak 5 (lima) berita, sedangkan isu aksi perjuangan

warga Kendeng yang mendukung pabrik semen sebanyak 1 (satu) berita. Dari

5 (lima) berita Kompas tentang penolakan warga terhadap pembangunan

8

Page 9: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

pabrik semen di Pegunungan Kendeng terdiri dari 1 berita aksi warga di

depan kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang dan 4 berita aksi warga di

kawasan Monumen Nasional Jakarta.

Pemberitaan yang terkait dengan aksi warga Pegunungan Kendeng

berjudul “Mengecor Kaki Hingga Bertemu Presiden”. Dalam pemberitaan ini,

Kompas lebih banyak memberitakan tentang aksi penolakan warga Kendeng

dengan mengecor kaki untuk menunjukkan kepada Presiden betapa besar

perjuangan mereka mempertahankan kelestarian alam Pegunungan Kendeng

dan menolak pembangunan pabrik semen di kawasan tersebut.

“Mereka rela menyiksa diri memasang kaki dengan semen sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng” (Kompas, 17 Maret 2017)

Selain penolakan pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng,

petani Kendeng juga ingin menyampaikan aspirasi kepada Presiden agar

menjadikan wilayah Jateng sebagai lumbung pangan. Dalam pemberitaan

selanjutnya yang berjudul “Petani Kendeng Sampaikan “Wasiat Bumi” untuk

Jokowi”, Kompas masih menyoroti aksi penolakan warga Kendeng di

kawasan Monumen Nasional Jakarta. Aksi kelima tersebut mendapatkan

dukungan dari komisioner Komnas HAM kepada petani Kendeng. Komnas

HAM meminta Presiden untuk menghentikan pembangunan pabrik semen.

“Perwakilan petani Jateng tersebut kemudian melantunkan tembang “Pangkur” yang intinya menyampaikan harapan petani Jateng kepada Presiden Jokowi untuk merawat bumi dan menjaga kelestarian lingkungan untuk menjadikan Jateng lumbung pangan” (Kompas, 18 Maret 2017)

Penolakan warga Rembang secara konsisten menunjukkan sikap tegas

mereka dalam menolak pendirian dan pengoperasian pabrik semen PT Semen

Indonesia di kawasan Pegunungan Kendeng. Warga Rembang berharap

pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo mengambil keputusan yang tepat

terkait pabrik semen ini demi melestarikan kawasan bentang alam karst di

Rembang.

9

Page 10: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

“Pihaknya konsisten menolak kehadiran SI di Rembang demi melestarikan kawasan bentang alam karst di Rembang.” (Kompas, 10 April 2017)“Apa yang dilakukan para penolak dipicu kekhawatiran kehadiran pabrik akan membawa dampak negatif bagi warga sekitarnya.” (Kompas, 10 April 2017)

Pemerintah tidak diam saja melihat permasalahan tersebut. Sejalan

dengan aksi penolakan warga Rembang, pemerintah melalui Menteri

Lingkungan Hidup masih memproses Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS), lalu menganalisa dampak lingkungan (amdal) yang diikuti izin-izin

lainnya. Diharapkan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah

daerah, perusahaan, PT Semen Indonesia, dan warga dapat mematuhi hasil

KLHS.

2. Kajian Lingkungan Hidup

Dalam kategori ini, terdapat 5 (lima) berita yang dimuat Kompas terkait

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS) Pegunungan Kendeng.

Pemberitaan Kompas yang berjudul “Penambangan Stop Sementara”,

menggambarkan sikap pemerintah dalam menanggapi aksi warga yang

berunjuk rasa untuk menyampaikan tuntutan mereka agar pencabutan izin

pabrik semen segera dikabulkan. Hal tersebut dipicu karena Kajian

Lingkungan Hidup Strategis yang belum juga diterbitkan. Pemerintah

meminta penambangan stop sementara dan rencana peresmian pabrik semen

di Rembang, Jawa Tengah ditunda. Di sisi lain, pemerintah sedang

melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk menentukan

lokasi penambangan.

“Warga diminta menghentikan unjuk rasa. Sebab, penambangan dihentikan dan pemerintah sedang melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng yang jadi lokasi tambang emas.” (Kompas, 21 Maret 2017)

Dalam proses penyusunan KLHS, materi utama yang ada terkait

keberadaan cadangan air tanah (CAT) di lokasi proyek pengembangan pabrik.

Dokumen KLHS yang ditargetkan selesai pada April 2017 tersebut

diharapkan bisa diterima oleh PT Semen Indonesia dan warga Pegunungan

10

Page 11: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

Kendeng, baik yang pro maupun kontra, serta diharapkan penerbitan KLHS

dapat mengakhiri polemik yang terjadi terkait pabrik semen.

Dalam pemberitaan berjudul “Kajian Lingkungan Akhiri Polemik”

Kompas menyampaikan bahwa proses penyusunan KHLS masih di tahap

akhir analisis dan penyusunan rekomendasi.

“Untuk tahap pertama difokuskan di ekosistem Watuputih (Rembang, Jateng). Setelahnya tahap kedua, yang meliputi seluruh Pegunungan Kendeng Utara, termasuk Pati (Jateng) dan Tuban serta Lamongan di Jawa Timur,”katanya.” (Kompas, 27 Maret 2017)

Selanjutnya, Kompas menyoroti terkait ruang hidup di mana terdapat

Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang memiliki fungsi lingkungan

tinggi seperti dalam pemberitaan berjudul “Polemik Kendeng Utara Terkait

Ruang Hidup”. Banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli untuk

melihat kandungan di Watuputih seperti kajian lingkungan yang dilakukan

oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) hingga Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam pemberitaan ini, Kompas mengutip

hasil survei yang dilakukan Pusat Penelitian Biologi LIPI yang disampaikan

oleh Sigit Wiantoro bahwa dari aspek biologi kawasan Watuputih memiliki

indikasi fungsi lindung ekosistem karst.

“Ekosistem CAT Watuputih di Rembang memiliki fungsi lingkungan tinggi sehingga pemanfaatannya harus hati-hati. Sementara berdasarkan survei KLH, ditemukan 109 mata air di ekosistem karst Watuputih. Tiga di antaranya mengalir sepanjang tahun, yaitu mata air Brubulan di Desa Tahunan, mata air Sumber Semen, dan Brubulan Pasucen.” (Kompas, 1 April 2017)

Kompas memberikan penilaian moral bahwa dalam polemik Kendeng

Utara terkait ruang hidup ini tidak bisa asal-asalan dan terburu-buru dalam

mengambil keputusan.

“Persoalan di Kendeng Utara tidak hanya menyangkut sengketa pembangunan dengan paradigma ekonomi dan lingkungan. Namun, hal ini juga menyangkut ruang hidup masyarakat lokal yang keberadaannya sudah dijamin konstitusi dan instrumen hukum. “Mencabut masyarakat lokal dari ruang hidupnya sama dengan

11

Page 12: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

meniadakan mereka, sesuai filosofi mereka sendiri, ‘tanah hilang kami pun punah’,” katanya.” (Kompas, 1 April 2017)

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyampaikan hasil KLHS

Tahap I bahwa penambangan di kawasan CAT Watuputih belum dapat

dilakukan sampai dengan status kawasan ini dapat ditambang atau tidak.

Kompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih

agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri

bertujuan untuk merekomendasikan kebijakan pada ekosistem CAT

Watuputih yang meliputi rencana tata ruang wilayah (RTRW), rencana

pembangunan jangka menengah (RPJM), ataupun kebijakan sektoral

mengancam keberlanjutan pembangunan atau tidak.

Setelah kajian KLHS Tahap I ini selesai, maka akan dilanjutkan dengan

KLHS Tahap II yang akan melakukan kajian di seluruh wilayah Pegunungan

Kendeng yang melintasi tujuh kabupaten. Dari kajian tersebut diharapkan

akan lahir kebijakan mana yang cocok untuk seluruh kawasan Pegunungan

Kendeng, atau di Zona Rembang.

3. Sikap Pemerintah

Polemik pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng ini

mendapat perhatian dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Dalam pemberitaan Kompas yang berjudul “Pemerintah:

Tak Ada Larangan”, Kompas memberitakan jika pemerintah tidak melarang

pabrik untuk beroperasi. Hal tersebut dinyatakan setelah mempelajari isi

putusan Mahkamah Agung. Seperti yang dituliskan Kompas dalam

pemberitaan ini bahwa pemerintah menilai tak ada larangan bagi pabrik

beroperasi.

“Setelah mempelajari isi putusan Mahkamah Agung yang memenangkan peninjauan kembali gugatan warga kepada Gubernur Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia, pemerintah menilai tak ada larangan bagi pabrik beroperasi. Dalam sepekan ke depan, tim menyusun rekomendasi substansi tindak lanjut putusan itu.” (Kompas, 15 Desember 2016)

12

Page 13: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

Dalam pemberitaan ini, Kompas memberikan rekomendasi bahwa

penghentian pengoperasian pabrik untuk sementara sebelum ada kajian

lingkungan hidup strategis. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko

Widodo.

“Presiden Joko Widodo memerintahkan eksplorasi karst di Pegunungan Kendeng, Jateng, termasuk Rembang tak dilakukan sebelum ada kajian lingkungan hidup strategis semua bentang alam pegunungan itu.” (Kompas, 15 Desember 2016)

Selanjutnya, pemerintah memutuskan untuk mencabut izin lingkungan

kegiatan penambangan pabrik semen di Kabupaten Rembang yang

dikeluarkan pada 9 November lalu dengan mengacu pada putusan MA. Hal

ini seperti yang dituliskan Kompas dalam pemberitaanya yang berjudul

“Gubernur Segera Cabut Izin Lingkungan”. Dengan dicabutnya izin

lingkungan kegiatan penambangan pabrik semen di Kabupaten Rembang

diharapkan menjadi jalan tengah dalam polemik pabrik semen di Pegunungan

Kendeng, Kabupaten Rembang.

“Ganjar mengatakan, surat keputusan pencabutan izin lingkungan yang diterbitkan pada 9 November tersebut akan mengacu hasil kajian yang lebih komprehensif dari sisi ekonomis, ekologis, dan sosial. “Diharapkan putusan itu menjadi solusi tengah yang paling baik bagi semua pihak,”ujarnya seusai berdialog dengan warga Sedulur Sikep dari Pati, Kudus, Blora, dan Bojonegoro, Kamis (15/12), di Kantor Gubernur di Semarang. (Kompas, 16 Desember 2016)

4. Analisis Data

Dari pengamatan yang didapat pada beberapa berita yang berkaitan

dengan konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng yang dimuat oleh

Harian Umum Kompas, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan dari ketiga

kategori yang sudah dianalisa. Adapun ketiga kategori tersebut diantaranya:

1. Kategori pertama, aksi perjuangan warga Pegunungan Kendeng

Kategori aksi perjuangan warga Pegunungan Kendeng dimaknai

Kompas sebagai konsistensi perlawanan warga Pegunungan Kendeng

dalam menolak pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.

Media ini menunjukkan posisi dan keberpihakannya terhadap warga yang

13

Page 14: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

menolak pembangunan pabrik seakan suara perjuangan warga penolak

pabrik semen harus disuarakan ke khalayak. Terlihat dari pemberitaan

Kompas periode Desember 2016 – April 2017 di mana ada 5 pemberitaan

yang menyuarakan aksi warga menolak pembangunan pabrik dan hanya

ada 1 pemberitaan yang menyuarakan dukungan pembangunan pabrik

semen di Pegunungan Kendeng.

2. Kategori kedua, kajian lingkungan hidup

Kategori kajian lingkungan hidup dinilai Kompas sebagai

penguatan atas pemberitaan aksi penolakan warga Pegunungan Kendeng

terhadap pembangunan pabrik semen di kawasan itu. Kajian lingkungan

hidup menjadi penyebab para warga melakukan aksi penolakan, seperti

mendirikan tenda di sekitar kawasan pabrik hingga aksi menyemen kaki

di kawasan Monumen Nasional, Jakarta. Pada kategori ini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kajian lingkungan hidup sangat penting untuk

menentukan kawasan mana yang boleh ditambang atau tidak serta

menjadi acuan dalam kegiatan penambangan untuk jangka panjang.

Sehingga semua pihak, baik warga Pegunungan Kendeng, pihak

perusahaan PT Semen Indonesia, pemerintah daerah, maupun pemerintah

pusat harus mematuhi hasil kajian lingkungan hidup.

3. Kategori ketiga, sikap pemerintah

Pemerintah dapat meredam konflik semen Kendeng, Kompas

menunjukkan peran pemerintah ini sebagai mediator konflik warga

penolak pabrik semen. Media ini memperlihatkan bagaimana Pemerintah

Pusat, dalam hal ini Presiden menjadi penengah polemik antara warga

yang berkonflik dengan perusahaan semen yang dengan sigap

menanggapi aksi warga penolak pabrik semen dengan meminta warga

menghentikan aksi mereka dan menanti hasil kajian lingkungan hidup

terkait penambangan di kawasan Pegunungan Kendeng. Pemerintah

pusat akhirnya menghentikan penambangan untuk sementara bagi 21

perusahaan pemegang izin usaha penambangan (IUP) di Pegunungan

14

Page 15: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

Kendeng dan hal ini membuat warga penolak pabrik semen merasa lega

dan bersyukur.

Dari ketiga kategori tersebut terlihat bagaimana posisi dan

keberpihakan media. Harian Umum Kompas menunjukkan posisi dan

keberpihakannya sebagai pemertajam konflik (negatif) dengan memberikan

porsi lebih dominan kepada salah satu pihak yang berkonflik dan

mengabaikan suara pihak lain. Peran media sebagai pemertajam konflik bisa

menjadi suatu hal yang positif jika digunakan sebagai bahan instropeksi untuk

memperbaiki dan merubah pola hidup masyarakat dan/atau mengingatkan

kesewenang-wenangan penguasa.

Namun demikian, dalam setiap pemberitaannya Kompas selalu

berusaha menghadirkan informasi yang berimbang agar tidak terkesan terlalu

berpihak dengan salah satu pihak yang berkonflik. Hal ini terlihat dalam teks

pemberitaan Kompas di mana dalam paragraf akhir dituliskan pernyatan

pihak lain yang berkonflik sehingga pembaca akan digiring untuk bersikap

netral menanggapi polemik yang ada.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis framing

dalam pemberitaan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang,

Jawa Tengah yang dimuat pada Harian Umum Kompas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Sebagai media nasional dengan ideologi jurnalisme makna atau frame

humanisme-nya, Kompas dalam membahas isu konflik lokal pabrik semen di

Pegunungan Kendeng lebih banyak menonjolkan sisi human interest-nya. Konflik

yang berhubungan dengan isu lingkungan ini dikemas oleh Kompas dengan

banyak membahas perihal lingkungan yang meliputi kajian lingkungan maupun

dampak lingkungan hingga aksi sejumlah warga yang mempertahankan

kelestarian lingkungan di kawasan Pegunungan Kendeng. Sejumlah pemberitaan

Kompas terkait konflik pabrik semen ini dihadirkan dalam rubrik Lingkungan &

Kesehatan, sehingga menunjukkan ideologi Kompas, di mana Kompas

15

Page 16: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

mengkategorikan konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng sebagai isu

lingkungan yang layak untuk disampaikan ke khalayak.

Kompas dalam pemberitaannya menunjukkan ideologi komunal yang

dibangun atas dasar semangat kelompok sehingga konsensus yang dipahami

dengan nilai-nilai ideologi kelompok yang berkonflik dalam tingkah laku

kehidupan keseharian yang tercermin dalam setiap pemberitaannya. Selain itu,

Kompas memiliki keunggulan dari segi teknis yang menguatkan berita dengan

running news atau tautan berita sebelumnya selain realtime dan breaking news.

Dalam penelitian ini, peneliti juga mengambil kesimpulan terkait

metodologi yang digunakan. Dengan konsep analisis framing model Robert M.

Entman, konteks polemik pabrik semen di Pegunungan Kendeng ini memiliki

kelebihan pada aspek penekanan atau penonjolan bagaimana seorang wartawan

mendefinisikan atau memahami sebuah realitas permasalahan yang terjadi.

Selanjutnya, Entman membagi menjadi empat elemen, yaitu define problem,

diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Dari

keempat elemen tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Define problem. Kompas menyatakan bahwa konflik pabrik semen di

Pegunungan Kendeng merupakan konflik yang berkaitan dengan isu lingkungan

dan kemanusiaan. Hal tersebut terlihat dari beberapa pemberitaan Kompas periode

Desember 2016 – April 2017, seperti Polemik Kendeng terkait ruang hidup,

Petani kendeng sampaikan “wasiat bumi” untuk Jokowi, dan Penambangan di

CAT Watuputih dihentikan. Dalam mengemas pemberitaan tersebut, Kompas

menyebut polemik pabrik semen di Pegunungan Kendeng bersumber dari kajian

lingkungan terkait ruang hidup. Pegunungan Kendeng merupakan kawasan

pegunungan yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah sehingga

berguna untuk keberlangsungan hidup warga setempat.

Diagnose causes. Elemen framing digunakan untuk mengetahui siapa aktor

atau apa penyebab masalah dari suatu peristiwa. Dalam framing konflik pabrik

semen di Pegunungan Kendeng ini Kompas menyatakan bahwa penyebab konflik

adalah kajian lingkungan yang masih diproses untuk memperoleh hasil yang

terbaik. Kajian lingkungan hidup strategis (KHLS) digunakan untuk menentukan

16

Page 17: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

zonasi kawasan yang boleh ditambang atau tidak untuk keberlanjutan dari

pengoperasian pabrik semen di Pegunungan Kendeng.

Make moral judgement. Elemen ini digunakan untuk memberikan

argumentasi pada pendefinisian masalah dalam konflik pabrik semen di

Pegunungan Kendeng. Kompas menekankan bahwa penilaian moral dalam

konflik ini adalah dukungan dari berbagai pihak termasuk Komnas HAM serta

sikap pemerintah dalam menanggani masalah ini. Dengan isu lingkungan sebagai

penyebab utama dalam masalah ini, selanjutnya pemerintah berperan sebagai

penengah yang akan mengambil keputusan terkait pabrik semen di Pegunungan

Kendeng.

Treatment recommendation. Merupakan penyelesaian masalah yang

dikehendaki oleh wartawan. Kompas merekomendasikan bahwa pihak yang

kontra terhadap pembangunan pabrik semen diharapkan bersabar menunggu hasil

kajian lingkungan, begitu juga dengan pihak perusahaan juga harus menerima

apapun hasil kajian lingkungan yang menjadi dasar pengoperasian pabrik semen.

Sedangkan pemerintah harus mempercepat proses kajian lingkungan hidup

strategis di mana materi utamanya terkait keberadaan cadangan air tanah (CAT)

Watuputih di lokasi proyek pengembangan pabrik.

Saran

Melalui penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran diantaranya:

1. Saran bagi praktisi media

Diharapkan untuk tetap mempertahankan idealismenya tanpa

mengaburkan suatu realitas, sehingga lahir berita-berita yang berkualitas dan

dapat dipertanggung jawabkan validitas kebenarannya.

2. Saran bagi pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat memberitakan perhatian khusus terkait

isu lingkungan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup

masyarakat.

17

Page 18: D1215048.docx · Web viewKompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri bertujuan untuk merekomendasikan

3. Saran bagi peneliti lain

Limitasi atau keterbatasan penelitian ini terbatas pada analisis teks

media saja, tanpa meneliti faktor lain yang mempengaruhi agenda

pemberitaan media. Peneliti berharap ada penelitian lanjutan yang lebih

menitikberatkan pada seluruh komponen framing, bukan hanya pada teks

saja, dan dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan lain

sehingga diharapkan ada temuan-temuan baru.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.

Mursito, BM. (2012). Realitas Media. Surakarta: Smart Media.Mursito, BM. (2013). Jurnalisme Komprehensif: Konsep, Kaidah & Teknik

Penulisan Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate. Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

18