20
PERSALINAN PRETERM 1. Definisi Persalinan Preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada antara usia kehamilan 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari. 2. Klasifikasi 2.1. Menurut kejadiannya, persalinan preterm digolongkan menjadi : 1. Idiopatik/Spontan Sekitar 50% penyebab persalinan preterm tidak diketahui, oleh karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik. Sekitar 12,5% persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini (KPD), yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi (korioamnionitis). 2. Iatrogenik/Elektif 1

Css Persalinan Preterm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

css persalinan preterm word

Citation preview

PERSALINAN PRETERM

1. Definisi Persalinan Preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada antara usia kehamilan 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari.

2. Klasifikasi2.1. Menurut kejadiannya, persalinan preterm digolongkan menjadi :1. Idiopatik/SpontanSekitar 50% penyebab persalinan preterm tidak diketahui, oleh karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik. Sekitar 12,5% persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini (KPD), yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi (korioamnionitis).2. Iatrogenik/ElektifPersalinan preterm buatan/iatrogenik disebut sebagai elective preterm.2.2. Menurut usia kehamilan persalinan preterm diklasifikasikan dalam :1. Preterm/kurang bulan : usia kehamilan 32-36 minggu.2. Very preterm/sangat kurang bulan : usia kehamilan 28-32 minggu.3. Extremely preterm/ekstrim kurang bulan : usia kehamilan 20-27 minggu.2.3. Menurut berat badan lahir, bayi kurang bulan dibagi dalam kelompok :1. Berat badan lahir rendah : BB bayi 1500-2500 gram.2. Berat badan lahir sangat rendah : BB bayi 1000-1500 gram.3. Berat badan lahir ekstrim rendah : BB bayi < 1000 gram.

3. Faktor Resiko Persalinan PretermPersalinan preterm dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain ras dan keadaan sosiaoekonomi, sehingga sulit diatasi. Risiko tertinggi persalinan preterm adalah riwayat persalinan preterm.1) Idiopatik : apabila faktor penyebab lain tidak ditemukan sehingga penyebab persalinan preterm tidak dapat dijelaskan.2) Iatrogenik : etika kedokteran menempatkan janin sebagai pasien. Apabila kelanjutan kehamilan dapat membahayakan janin, maka ia harus dipindahkan ke lingkungan luar yang lebih baik dari rahim ibu, sebaliknya bila ibu terancam oleh kehamilannya, maka kehamilan akan diakhiri. Keadaan yang sering menyebabkan persalinan preterm elektif adalah :a) Keadaan ibu Preeklampsi berat dan eklamsi (14%). Perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta). Korioamnionitis Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru/ginjal yang berat.b) Keadaan janin Gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan janin janin Pertumbuhan Janin Terhambat Infeksi intrauterin Isoimunisasi rhesus Tali pusat kusut (Cord engtanglement) pada kembar monokrorionik3) Faktor sosio-demografik Faktor psiko-sosial adalah kecemasan, depresi, keberadaan stres, respon emosional, dukungan sosial, pekerjaan, perilaku, aktivitas seksual, dan keinginan untuk hamil. Faktor demografik adalah usia ibu, status marital, kondisi sosiopekonomi, ras dan etnik.4) Faktor maternal Inkompetensi serviks ditentukan dengan pemeriksaan dalam dan Bishop score. Riwayat reproduksi : pernah mengalami persalinan preterm, KPD, abortus trimester II, interval kehamilan < 6 bulan, dan paritas nol. Kehamilan multifetus Kehamilan hasil teknologi reproduksi berbantu Kelainan uterus Pemeriksaan kehamilan, kejadian persalinan preterm pada ibu hamil tanpa pemeriksaan kehamilan meningkat sebanyak 2,8 kali. Skoring risiko creasy mengelompokkan kehamilan kedalam risiko rendah apabila hasil skoring risikonya antara 1-5, sedangkan pada skor 6-9 dan tinggi bila 10.

5) Penyakit medis dan keadaan kehamilan Hipertensi dalam kehamilan dan hipertensi kronis Lupus eritematous sistemik Penyakit paru restriksi Hipertiroidisme Diabetes melitus pregestational dan gestasional Penyakit jantung atau ginjal Hidramnion Anemia berat6) Infeksi Infeksi genital, terutama oleh vaginosis bakterial Infeksi intrauterin Infeksi kestra uterin seperti pielonefritis dan periodontitis7) Faktor genetik4. Mekanisme Persalinan PretermTerdapat 4 teori mekanisme persalinan preterm yang ikut berperan dalam kejadian persalinan preterm :1) Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu amupun janin akibat stress pada ibu dan janin.2) Inflamasi desidua korionik atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus genitourinari atau infeksi sistemik.3) Perdarahan desidua4) Peregangan uterus patologik

5. DiagnosisMenegakkan diagnosis persalinan preterm terlalu cepat atau lambat akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatus. Diagnosis persalinan preterm dapat dilakukan dengan :1) Anamnesis : Penentuan usia kehamilan Faktor risiko (riwayat obstetri, perdarahan, infeksi)2) Gejala dini persalinan preterm : Nyeri perut bawah dan atau kram Nyeri pinggang belakang3) Tanda persalinan preterm : Kontraksi uterus : intensitas, frekuensi, durasi. His yang regular dengan interval 8-10 menit disertai perubahan serviks. Kriteria Creasy dan Heron : kontraksi uterus 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 1 jam, dan disertai salah satu keadaan dibawah ini : pecahnya kantung amnion, pembukaan serviks > 2 cm, dan pendataran serviks > 50%. Peningkatan duh vagina Perubahan serviks : digital dengan memeriksa panjang dan pembukaan serviks, pemeriksaan ini subjektif. Funneling : dilatasi ostium servikalis merupakan proses pendataran dengan lebar 5 mm. Gambaran perkembangan morfologi funneling dapat digambarkan sebagai proses TYVU.

Gambaran serviks normal : Normal serviks (normal funneling adalah gambaran T). Nulipara : 24 minggu (40 8 mm), 28 minggu (33 8 mm). Multipara : 24 minggu (36 8 mm), 28 minggu (35 9 mm). Panjang serviks 25 mm pada 16-24 minggu mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk persalinan preterm. Panjang funnel lebih dari 50% mempunyai prognosis buruk, 79% terjadi persalinan. Panjang serviks > 40 mm, risiko persalinan preterm 0,2%, bila panjang serviks 5 mm persalinan preterm mencapai 78%. USG abdominal, transvaginal, transperineal.

Perdarahan (bercak, bercampur lendir/show) memberikan nilai sensitifitas yang relatif rendah namun presiksi positifnya tinggi. Pemeriksaan fibronektin merupakan salah satu penanda terbaik, kadar dalam sekret servikovagina 50 ng/mL pada gestasi 22 minggu meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm spontan.

6. Identifikasi Wanita Yang Memiliki Resiko Persalinan Preterm Spontan1) Persalinan preterm sebelumnyaBirth outcomeKehamilan kedua 34 minggu (%)

Kelahiran pertama 35 minggu5

Kelahiran pertama 34 minggu16

Kelahiran pertama dan kedua 34 minggu41

2) Inkompetensi serviksYang dikarakteristikan dengan adanya dilatasi serviks yang tidak nyeri dan persalinan spontan pada trimester ketiga tanpa adanya ruptur membran spontan, perdarahan, atau infeksi.3) Dilatasi serviksPada pemeriksaan serviks usia 26 dan 30 minggu bila ditemukan serviks berdilatasi 2-3 cm menurut penelitian akan melahirkan pada usia kehamilan 34 minggu, dengan penipisan 50-80%.4) Tanda dan gejala persalinan preterm5) Fetal fibronektin6) Bakterial vaginosis dan infeksi traktus genitalia bawah (Mekanisme sama dengan infeksi amnion pada korioamnionitis)

Jadi indikator untuk meramalkan persalinan preterm: Indikator klinik :Timbul kontraksi dan pemendekan servik, Ketuban pecah dini Indikasi Laboratorik: leukosit dalam ketuban(20/ml atau lebih), CRP(>0,7 mg/ml), leukosit serum (>13.000/ml) Indikator biokimia : Fibronektin janin, peningkatan CRH , sitokin inflamasi, isoferitin plasenta, dan feritin

7. Manajemen Persalinan Preterm

7.1. Tirah baring (bedrest)Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu, namun secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara statistik.7.2. Hidrasi dan sedasiHidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun mekanisme biologisnya belum jelas. pReparat morfin dapat digunakan untuk efek sedasi.7.3. Pemberian Tokolitik Tokolitik akan menghambat kontraksi miometrium dan dapat menunda persalinan.a) Nifedipin (kalsium antagonis peroral), dosis inisial 20 mg peroral, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48 jam. Dosis maksimal 60 mg/hari. Komplikasi berupa sakit kepala dan hipotensi.b) COX (cyclo-oxygenase)-2 inhibitors : indomethacin dengan dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari dapat menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow janin. Indomethacin direkomendasikan 32 minggu karena dapat mempercepat penutupan duktus arteriosus.c) Magnesium sulfat diberikan secara parenteral dengan dosis awal 4-6 gram IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram perjam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik, berikan kalsium glukonas 1 gram IV perlahan-lahan.d) Atosiban, suatu analog oksitosin yang bekerja pada reseptor oksitosin dan vasopresin dengan dosis awal 6,75 mg bolus dalam 1 menit, diikuti 18 mg/jam selama 3 jam perinfus, kemudian 6 mg/jam selama 45 jam. Dosis maksimal 330 mg.e) Beta 2-sympathomimetics, saat ini banyak ditinggalkan. Contoh ritrodin.f) Progesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksi alpha-hydoxyprogesterone caproate menurunkan persalinan preterm berulang dengan dosis 250 mg (1 ml) IM setiap minggu sampai 37 minggu kehamilan atau sampai persalinan yang diberikan sejak usia kehamilan 16-21 minggu.7.4. KortikosteroidPemberian glukokortikoid direkomendasikan pada usia kehamilan antara 24 dan 34 minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36 minggu. Dosis betametason secara IM dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dicapai 1-7 hari pemberian, setelah 7 hari efek akan meningkat. Jika tidak ada betametason, berikan deksametason dengan dosis 5 mg IM sebanyak 2 kali perhari selama 2 hari.7.5. AntibiotikaDiberikan jika ada tanda infeksi pada persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin (2 x 300 mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan bermanfaat jika diberikan pada usia kehamilan < 32 minggu.7.6. Perencanaan PersalinanUntuk kehamilan , 32 minggu sebaiknya dirujuk ke tempat yang memiliki fasilitas NICU. Kehamilan < 24 minggu dilahirkan pervaginam. Kehamilan 24-37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko obstetrik lainnya dan disamakan dengan aturan persalinan aterm. Tidak dianjurkan forseps atau episiotomi elektif.

8. Pencegahan Persalinan Preterm Pendidikan masyarakat menegnai bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat diharapkan menghindarkan faktor resiko diantaranya, menjarangkan kehamilan melebihi dari 3 tahun, menunda usia hamil sampai 22-23 tahun Menggunakan kesempatan periksa hamil dan pelayanan antenatal yang baik Menghindarkan kurang gizi dan anemia, obati penyakit yang menyebabkan persalinan preterm Menghindarkan kerja berat selama hamil,merokok, narkotik

9. Masalah Persalinan PretermMasalah yang paling utama adalah perawatan bayi preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. Keberhasilan persalinan preterm tergantung umur kehamilan dan berat lahir bayi. Usia kehamilan 32 minggu dengan berat bayi >1500gr angka keberhasilan hidupnya 85%, jika