38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Kejadian kekurangan vitamin dapat memberikan beberapa tanda dan gejala yang cukup berdampak kedepannya. Salah satu diantaranya jika terjadi kekurangan vitamin A pada anak mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. 1,2 Kekurangan vitamin A sendiri mendapat perhatian lebih dari pemerintahan khususnya setelah Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara

Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

  • Upload
    ma16

  • View
    591

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan

dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk fungsi

metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Kejadian

kekurangan vitamin dapat memberikan beberapa tanda dan gejala yang cukup

berdampak kedepannya. Salah satu diantaranya jika terjadi kekurangan vitamin A

pada anak mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,

campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut

menurun.1,2

Kekurangan vitamin A sendiri mendapat perhatian lebih dari pemerintahan

khususnya setelah Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan

Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007

melakukan survei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan

Sulawesi Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan

mengevaluasi manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa

di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah

sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk

provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan

Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%.3

Berdasarkan angka kejadian dan manifestasi yang disinggung pada

paragraf sebelumnya, diperlukan program yang dapat menanggulangi kekurangan

1

Page 2: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

2

vitamin A. Pada pelayanan kesehatan primer (puskesmas) yang merupakan wadah

pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yang salah satu

bentuk pelayanannya yaitu pemberian vitamin A. Hal tersebut bersinergis dengan

usaha yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan primer yaitu melakukan deteksi

dini.

1.2 Identifikasi Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan program penanggulangan kekurangan Vitamin A di

Puskesmas Cisarua?

b. Berapakah cakupan pelaksanaan program penanggulangan kekurangan

Vitamin A di Puskesmas Cisaruapada September 2012?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pelaksanaan dan cakupan program penanggulangan

kekurangan vitamin A di Puskesmas Cisarua.

Page 3: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

3

BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Vitamin A

2.1.1 Definisi Vitamin A

Vitamin A atau retinal merupakan senyawa poliisoprenoid yang

mengandung cincin sikloheksenil. Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin

yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga pertumbuhan

jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Vitamin A didapat dalam 2 bentuk yaitu

preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan derivatnya) dan provitamin

A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis). Sumber makanan yang mengandung

vitamin A antara lain semua jenis susu, mentega, telur, sayuran dengan daun

berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut U.S Recommended

Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria dewasa sebanyak 1000

µg atau 5000 IU, wanita dewasa 800 µg atau 4000 IU, pada

kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 &microg atau 5000 IU, dan pada ibu

menyusui 1200 µg atausetara dengan 6000 IU.4

Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi manusia, karena

zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh berupa

makanan yang dikonsumsi. Vitamin A juga merupakan vitamin yang berfungsi

bagi pertumbuhan sel – sel epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar

pada saraf dan mata.3,5

3

Page 4: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

4

2.1.2 Manfaat Vitamin A

a. Penglihatan

Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi

vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan

karena kekurangan vitamin A.

b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang

membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,

pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak –

anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.

Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.

c. Reproduksi

Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan

perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam

bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil

akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan

kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh

dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan

kandung kemih.

d. Fungsi Kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.

Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang

Page 5: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

5

bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh

seseorang.3

2.1.3 Sumber-Sumber Vitamin A

Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging

merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi

retinol. Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur

hijau seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang,

buncis, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach,

apricot dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna merah

merupakan makanan yang tinggi karoten.3

2.1.4 Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada

mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi

vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam

kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi.

Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air

mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada

selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel

kornea yang akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan

kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah

kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar.

Page 6: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

6

Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu menyingkirkan

radikal bebas yang terdapat didalam membran lemak menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil. Penyebab primer adalah kekurangan vitamin A dan pembentukan

vitamin A dalam pengaturan makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah

terjadinya kegagalan dalam penggunaan vitamin A. Penyakit yang timbul akibat

kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu keadaan selaput ikat mata yang

kering akibat kekurangan vitamin A.

2.1.5 Xeroftalmia

Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan

vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan

gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan. Xeroftalmia terjadi karena

kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.

Bila ditinjau darikonsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan

oleh :

1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau

provitamin A untuk jangka waktu yang lama.

2. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau

zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan

penggunaan vitamin A dalam tubuh.

4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada

penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang

Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A

meningkat.

Page 7: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

7

5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,

menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan

pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi

WHO/USAIDUNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :

XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)

XIA : xerosis konjungtiva

XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

X2 : xerosis kornea

X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.

X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea

XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)

XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti ÒcendolÓ.

XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan

pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang

harus segera diobati karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.X3A

dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang

bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup

luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).4

Untuk menjaring lebih dini kasus xeroftalmia, perlu diperhatikan berbagai

faktor antara lain :

1. Faktor Sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan

a. Ketersediaan pangan sumber vitamin A

b. Pola makan dan cara makan

Page 8: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

8

c. Adanya paceklik atau rawan pangan

d. Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama yang

merupakan sumber Vit A.

e. Cakupan imunisasi, angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit

campak dan diare

f. Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau

g. Kurang tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat

h. Keadaan darurat antara lain bencana alam, perang dan kerusuhan

2. Faktor Keluarga

a. Pendidikan :

Pendidikan orang tua yang rendah akan berisiko lebih tinggi kemungkinan

anaknya menderita KVA karena pendidikan yang rendah biasanya disertai

dengan keadaan sosial ekonomi dan pengetahuan gizi yang kurang.

b. Penghasilan:

Penghasilan keluarga yang rendah akan lebih berisiko mengalami KVA,

walaupun demikian besarnya penghasilan keluarga tidak menjamin anaknya

tidak mengalami KVA, karena harus diimbangi dengan pengetahuan gizi

yang cukup sehingga dapat memberikan makanan kaya vitamin A.

c. Jumlah anak dalam keluarga

Semakin banyak anak semakin kurang perhatian orang tua dalam mengasuh

anaknya.

d. Pola asuh anak.

Kurangnya perhatian keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak seperti pasangan suami istri (pasutri) yang bekerja dan perceraian.

Page 9: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

9

3. Faktor individu

a. Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BB < 2,5 kg).

b. Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2

tahun.

c. Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun

kuantitas

d. Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.

e. Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis (TBC),

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia dan kecacingan.

f. Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas/pelayanan kesehatan (untuk

mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi).4

2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan

Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting

untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan

Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di

seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan

Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang

mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Pemberian vitamin A akan memberikan

perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa

defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan

pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama

pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori mal nutrisi dengan

Page 10: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

10

menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi. Pencegahan dan

pengobatan suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :

a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)

Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg

(setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis

1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul

2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :

- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul

- Hari berikutnya 1 kapsul

- 4 minggu berikutnya 1 kapsul

3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya

diberi 1 kapsul.

b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A

mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A

200.000 IU) dengan dosis :

1). Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul

2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :

- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul

- Hari berikutnya 1 kapsul

- 4 minggu berikutnya 1 kapsul

3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan

infeksi lainnya diberi 1 kapsul.3

Page 11: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

11

2.1.7 Jadwal Pemberian Dosis Vitamin A

Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi

untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena

alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak

yang mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah

diberikan pada bulan yang lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU

untuk bayi berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6 - 12 bulan , dan

200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Jika terdapat tanda klinis dari

defisiensi vitamin A (seperti rabun senja, xerosis konjungtiva dengan bitot’s spot,

xerosis kornea atau ulceration, atau ketomalasia), maka dosis yang tinggi harus

diberikan untuk dua hari pertama, diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2

minggu kemudian.3

2.1.8 Efek Samping dari Penggunaan Vitamin A

Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam

waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A

banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar

tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal.

Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat :

a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun

mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan

menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan

ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam

waktu 1 hari – 2 hari.

Page 12: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

12

1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar

atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih

termasuk dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2

hari.

2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan

pengobatan simptomatis.

b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000

IU tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari

makanan maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya

terjadi pada orang dewasa.

1) Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia,

kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan

intracranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan

bengkak.

2) Pengobatannya sama dengan hipervitaminosis A akut.3,6

2.2 Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A di Tingkat Pelayanan

Primer

Program penanggulangan kekurangan vitamin A di tingkat pelayanan

primer sesuai dengan standar pelayanan minimal memiliki langkah-langkah

kegiatan sebagai berikut:8

1. Pendataan Sasaran

Sasaran kegiatan suplementasi vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan, anak

balita dan ibu nifas yang jumlahnya harus diketahui secara tepat. Hal ini sangat

Page 13: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

13

diperlukan dalam perencanaan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau

sebaliknya kelebihan jumlah kapsul yang disediakan. Untuk mengetahui jumlah

sasaran dapat dilakukan melalui perhitungan menurut konsep wilayah kerja

puskesmas, pendataan sasaran sebagai berikut :

a. Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas merupakan sasaran riil di

tingkat desa/kelurahan.

b. Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas di tingkat puskesmas

merupakan rekapitulasi data desa/kelurahan.

c. Data jumlah sasaran tersebut sebaiknya disepakati oleh bagian KIA, gizi

dan imunisasi.

d. Data sasaran riil digunakan untuk mengajukan kebutuhan kapsul vitamin

A ke kabupaten/kota dan pelayanan pemberian kapsul vitamin A.

2. Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A

Kebutuhan suplementasi vitamin A untuk bayi, anak balita dan ibu nifas

sebaiknya dilihat berdasarkan sasaran riil dari data tahun lalu.

3. Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A

Kapsul vitamin A harus sudah tersedia di puskesmas minimal 1 bulan

sebelum pelaksanaan bulan vitamin A. Petugas gizi puskesmas mengambil kapsul

vitamin A ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyimpanan kapsul vitamin A

sebaiknya menghindari tempat yang panas dan sinar matahari langsung karena

dapat merusak kandungan vitamin A dalam kapsul. Kapsul vitamin A disimpan di

gudang farmasi, disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab, vitamin A

Page 14: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

14

tidak perlu disimpan dalam lemari es. Vitamin A dalam botol kemasan yang

belum dibuka dapat bertahan selama 2 tahun, bila kemasan sudah dibuka, kapsul

di dalamnya harus digunakan paling tidak dalam jangka waktu 1 tahun.

Penanggung jawab penyimpanan dan distribusi kapsul Vitamin Ayaitu

pengelola gudang farmasi dan pengelola program gizikabupaten/kota melakukan

hal- hal sebagai berikut :

a. Semua permintaan kapsul tercatat dengan baik di buku ekspedisi yang

dipegang oleh petugas bagian gudang farmasi dan gizi. Informasi yang

harus ada dalam buku ekspedisi yaitu tanggal permintaan, jumlah yang

diminta (botol atau kapsul), jenis atau warna kapsul (biru atau merah),

nama, instansi dan tanda tangan pemohon, nama dan tanda tangan petugas

(bagian farmasi dan bagian gizi).

b. Petugas gudang farmasi dan petugas gizi harus mempunyai data jumlah

setiap sasaran per wilayah, yang akan digunakan untuk klarifikasi bila

permintaan kapsul melebihi jumlah sasaran. Jika menerima dan

mendistribusikan kapsul, hal yang harus dilakukan adalah cek label

kemasan untuk memastikan dosis suplementasi, dan cek tanggal kadaluarsa

yang tertera dalam kemasan.

Kegiatan distribusi kapsul vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan

Agustus yang merupakan bulan kapsul vitamin A untuk bayi dan anak balita. Pada

bulan kapsul ini, semua bayi dan anak balita serentak mendapat kapsul vitamin A

di posyandu di sarana pelayanan kesehatan lain atau di sekolah taman kanak-

kanak.

Page 15: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

15

4. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dilakukan di semua tingkatan, data yang

dilaporkan adalah sebagai berikut:

a. Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas dicatat di kohort ibu, termasuk

pemberian vitamin A yang dilakukan pada pelayanan praktek swasta.

b.Pemberian kapsul vitamin A bayi dan anak balita yang dilaksanakan di di

klinik bidan/dokter, rumah sakit, dan lain-lain harus dicatat dan dilaporkan

oleh puskesmas.

c. Pemberian kapsul vitamin A yang dilaksanakan di posyandu dan tempat

lainnya seperti TK, Pos PAUD direkapitulasi di tingkat desa dan

dilaporkan menjadi laporan tingkat puskesmas.

d.Hasil rekapitulasi tingkat puskesmas dilaporkan ke kabupaten/kota oleh

pengelola program gizi setelah berkoordinasi dengan pengelola program

KIA.

5. Evaluasi

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan di posyandu sampai dinas

kesehatan kabupaten/kota. Hasilnya dilaporkan secara berjenjang dan disertai

umpan balik. Kegiatan ini dibutuhkan untuk mengatur kegiatan suplementaasi

vitamin A agar berjalan sesuai dengan rencana, sehingga bila ada masalah dapat

ditemukan dan ditangani sejak dini.

Page 16: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

16

Indikator yang digunakan dalam evaluasi adalah:

a. Input :

o Logistik (jumlah dan ketersediaan kapsul vitamin A di setiap tempat

pelayanan dan formulir pencatatan-pelaporan)

o SDM (Petugas kesehatan dan kader)

o Dana operasional

o Sarana dan prasarana

b. Proses

o Jumlah sasaran yang datang dan menerima

o Ketepatan sasaran menerima dosis yang sesuai

o Ketepatan pencatatan

o Ketepatan pelaporan

c. Output

Cakupan suplementasi kapsul Vitamin A sesuai sasaran pemberian kapsul.

2.3 Analisis Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A di Puskesmas

Cisarua

2.3.1 Input (sumber daya)

a. Man

Tenaga yang berperan dalam pelaksanaan Program Penanggulangan

Kekurangan Vitamin A di Puskesmas Cisarua, terdiri dari:

- 1 orang analis gizi puskesmas

- 5 orang bidan desa

- Kader masing-masing posyandu

Page 17: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

17

b. Money

Pada program ini tidak memegang dana secara langsung, namun dipegang

oleh BOK.

c. Machine (Peralatan)

- Buku registrasi pasien (balita)

- Buku KIA

d. Material

Material yang tersedia berupa suplementasi vitamin A (kapsul berwarna

biru untuk 6-11 bulan, kapsul berwarna merah untuk 12-59 bulan) sudah

cukup baik di PKM Cisarua

e. Metode

Metode yang dilaksanakan di Puskesmas Cisarua:

a) Perencanaan dan Skrining

Perencanaan dilakukan setelah evaluasi program puskesmas periode

sebelumnya yang diperiksa kembali dengan skrining pada wilayah

kerja Puskesmas Cisarua itu sendiri.

b) Pendataan

Cakupan pendataan meliputi bayi 6-11 bulan dan anak umur 12-59

bulan di satu wilayah kerja pada Puskesmas Cisarua.

Tabel 2.1 Logistik Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A9

NO DESA

LOGISTIK VITAMIN A

SISA PKM YG LALU

TERIMA JUMLAH DIPAKAI SISA

6-11 12-59 6-11 12-59 6-11 12-59 6-11 12-59 6-11 12-59

1PASIR

HALANG0 0 150 500 150 500 48 414 102 86

2 JAMBUDIPA 0 0 150 900 150 900 125 721 25 179

3 PADA ASIH 0 0 150 900 150 900 118 808 32 92

4 KERTAWANGI 0 0 150 900 150 900 90 523 60 377

JUMLAH 0 0 600 3200 600 3200 381 2466 219 734

Page 18: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

18

c) Distribusi

Pengiriman data dikirim ke Dinas Kesehatan Bandung Barat biasanya

dilakukan 1 bulan sebelum kegiatan berlangsung. Setelah logistik

vitamin A diterima oleh Puskesmas Cisarua, distribusi dilakukan

kepada bidan desa.

d) Pelaksanaan dan Sweeping

Pemberian suplementasi vitamin A pada Puskesmas Cisarua

dilakukan oleh kader yang telah mendapat distribusi dari bidan desa di

posyandu. Jika balita tidak datang ke posyandu, maka akan dilakukan

sweeping secara kunjungan rumah.

Tabel 2.2 Pelaksanaan Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A9

NO DESAS PROYEKSI S RIIL YG MENDAPAT

CAKUPAN

%

6-11 12-59 6-11 12-59 6-11 12-59 6-11 12-59

1 PASIR HALANG 62 441 48 414 48 414 77.4% 93.9%

2 JAMBUDIPA 141 1002 125 721 125 721 88.7% 72.0%

3 PADA ASIH 137 790 118 808 118 808 86.1% 102.3%

4 KERTAWANGI 130 1181 90 523 90 523 69.2% 44.3%

JUMLAH 470 3414 381 2466 381 2466 81.1% 72.2%

e) Evaluasi

Dari setiap langkah yang dilakukan dilakukan pencatatan yang

kemudian dikumpulkan sebagai umpan balik pada program di masa

selanjutnya. Evaluasi tersebut dituangkan dalam pelaporan yang

dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Cisarua setelah

kegiatan dilakukan.

f. Market

Sasaran program ini adalah semua balita (6-59 bulan) yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Cisarua.

Page 19: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

19

g. Minute (Waktu)

Waktu pelaksanaan program:

- Pelayanan program dilakukan pada bulan Februari dan September

- Oleh Bidan desa yang dibantu kader saat program berjalan selama jam

kerja

- Sweeping dilakukan setelah jam kerja dengan kunjungan rumah oleh

bidan desa dan kader

2.3.2 Proses

a. Planing

Puskesmas Cisarua menentukan beberapa rencana kegiatan dalam

melaksanakan program penanggulangan kekurangan vitamin A di

Puskesmas Cisarua, diantaranya ialah:

- Kegiatan pemeriksaan status gizi di dalam gedung puskesmas setiap

hari selasa dan kamis selama jam kerja

- Kegiatan pemeriksaan status gizi dilaksanakan di luar gedung

puskesmas oleh bidan desa di rumah dan di setiap kegiatan posyandu,

dimana posyandu dilaksanakan setiap 1 kali setiap minggu di setiap

RW

- Pembinaan peran aktif masyarakat

- Kerjasama lintas sektoral dengan aparat pemerintahan dan tokoh

masyarakat setempat

- Pencatatan dan Pelaporan

Page 20: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

20

b. Organizing

Untuk melaksanakan program ini, dilakukan koordinasi pihak Puskesmas

Cisarua dengan para bidan desa melalui pertemuan berkala satu bulan satu

kali serta kerjasama lintas sektoral dengan aparat pemerintahan dan tokoh

masyarakat di wilayah kerja puskesmas namun belum ada koordinasi yang

pelayanan kesehatan swasta (praktek dokter ataupun bidan swasta).

c. Actuating

Aktifitas yang dilaksanakan Puskesmas Cisarua untuk mencapai cakupan

program ini adalah:

- Kegiatan pemeriksaan status gizi

o Dilaksanakan di dalam gedung puskesmas setiap hari selasa dan

kamis selama jam kerja

o Dilaksanakan di luar gedung puskesmas oleh bidan desa di rumah

dan setiap kegiatan posyandu, dimana posyandu dilaksanakan

setiap 1 kali setiap minggu di setiap RW

- Pembinaan peran aktif masyarakat

- Kerjasama lintas sektoral dengan aparat pemerintahan dan tokoh

masyarakat setempat

- Pencatatan dan Pelaporan

Program penanggulangan kekurangan vitamin A di Puskesmas Cisarua

ini ialah melalui pemeriksaan status gizi yang dilaksanakan setiap hari

Selasa dan Kamis selama jam kerja serta pencatatan dan pelaporannya

sudah baik, namun peran serta masyarakat serta kerjasama lintas

Page 21: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

21

sektoral dengan aparat pemerintah serta tokoh masyarakat dirasa

kurang berjalan dengan baik.

d. Controling

Sistem pengawasan yang dilaksanakan Puskesmas Cisarua untuk program

ini adalah pengawasan langsung oleh kepala puskesmas kepada seorang

pelaksana gizi yang melaksanakan program ini melalui laporan lisan serta

tulisan.

Program tersebut juga dibantu oleh para bidan desa dan kader yang juga

turut mengawasi secara langsung balita ditiap-tiap desa.

e. Strength

Berdasarkan hasil pengamatan, hal yang menjadi kekuatan Puskesmas

Cisarua dalam pelaksanaan program penanggulangan kekurangan vitamin

A adalah :

- Tersedianya sumber daya manusia (tenaga kesehatan di puskesmas,

bidan desa dan kader tiap posyandu)

- Tersedianya peralatan dan obat-obatan yang cukup

- Tersedianya gedung puskesmas tiap hari kerja dan di luar gedung oleh

bidan desa di rumah dan di setiap kegiatan posyandu

- Letak Puskesmas Cisarua yang cukup strategis dan mudah diakses

f. Weakness

Berdasarkan hasil pengamatan, hal yang menjadi kelemahan Puskesmas

Cisarua dalam pelaksanaan program penanggulangan kekurangan vitamin

A adalah :

Page 22: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

22

- Kurangnya koordinasi program penanggulangan kekurangan vitamin A

di Puskesmas Cisarua dengan tenaga kesehatan yang berpraktek swasta

dalam pelaporan kasus

g. Opportunity

Berdasarkan hasil pengamatan, hal yang menjadi kesempatan Puskesmas

Cisarua dalam pelaksanaan program penanggulangan kekurangan vitamin

A adalah:

- Adanya dukungan dari aparat pemerintah setempat

- Adanya bidan desa dan kader di tiap RW

h. Threath

Berdasarkan hasil pengamatan, hal yang menjadi kendala bagi Puskesmas

Cisarua dalam pelaksanaan program KIA (K4) adalah:

- Masih kurangnya peran aktif masyarakat untuk membawa balita ke

tenaga kesehatan

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan

balita secara berkala dan teratur

2.3.3 Output

a. Availabilty

Kegiatan pemeriksaan balita ini selalu ada setiap minggu dalam setiap

kegiatan Posyandu.

b. Acceptability

Kegiatan pemeriksaan balita tidak menimbulkan pro ataupun kontra.

Page 23: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

23

c. Accesibility

Kegiatan pemeriksaan balita dilakukan di Posyandu yang diadakan di

tempat-tempat yang strategis di RW tersebut, misalnya di rumah Kepala

RW, lapangan, sekolah, ataupun balai desa, sehingga Posyandu menjadi

mudah dijangkau.

d. Accountability

Sudah jelasnya perencanaan, pelaksanaan, dan pendataan, memudahkan

untuk pertanggung jawabannya baik dari pemegang program ke kepala

puskesmas

e. Continuity

Keberlangsungan kegiatan pemeriksaan balita ini cukup baik, karena

sudah dilakukan setiap satu minggu sekali.

f. Care

Perhatian dari pihak posyandu dinilai cukup baik, karena para kader aktif

memberi tahu jadwal kegiatan pemeriksaan balita tiap minggunya kepada

warga, tetapi masih ada saja ibu yang tidak datang membawa anaknya

untuk ditimbang.

g. Competency

Kemampuan yang dibutuhkan oleh para pelaksana kegiatan ini tidaklah

terlalu menjadi masalah, karena untuk bidan kemampuannya sudah tidak

diragukan lagi, tetapi untuk kader, akan sangat tergantung tingkat

pendidikan kader dan keaktifan kadernya.

Page 24: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

24

h. Comprehensibility

Pemahaman mengenai kegiatan ini tidaklah terlalu sulit, karena kegiatan

pemeriksaan balita ini hanya membutuhkan data sasaran, penimbangan,

pencatatan, dan pelaporan hasil kegiatan.

Page 25: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

25

BAB III

PENUTUP

Pelaksanaan program penanggulangan kekurangan vitamin A yang

dilakukan pada Puskesmas Cisarua telah sesuai dengan standar pelayanan minimal

gizi yang diterbitkan oleh departemen kesehatan.

Hasil pelaksanaan program penanggulangan kekurangan vitamin A di

Puskesmas Cisarua yang dapat dicakup sebesar 81,1% pada bayi usia 6-11 bulan

dan 72,2% pada anak usia 12-59 bulan.

19

Page 26: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

26

Daftar Kepustakaan

1. Anderson, Dauglas M., et all. Dorland’s Illistrated Medical Dictionary. 29th.

Philadelphia: W.B. Saunders Company. 2000.

2. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Deteksi dan Tatalaksana

Kasus Xeroftalmia: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen

Kesehatan; 2003. [diunduh 13 November 2012]; Tersedia dari

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Xeroflamia.pdf.

3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin

A. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2009. [diunduh 13 November 2012];

Tersedia dari http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/08/panduan-

suplementasi-vitA.pdf.

4. Tanpa nama. Tinjauan Pustaka Vitamin C. Medan: Universitas Sumatra Utara

[diunduh 13 November 2012]; Tersedia dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31127/4/Chapter%20II.pdf.

5. Sari RK. Vitamin dan Mineral. Surabaya: Universitas Airlangga [diunduh 13

November 2012]; Tersedia

dar

ihttp://skp.unair.ac.id/repository/web-pdf/web_VITAMIN__dan_MINERAL_

RATIH_KUMALA_SARI.pdf.

6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Vitamin. Surabaya: Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur [diunduh 13 November 2012]; Tersedia

darihttp://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/VITAMIN%20A.pdf.

Page 27: Content Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin a Di Tingkat Pelayanan Primer

27

7. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Petunjuk Teknis Standar

Pelayanan Minimal. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2004. Tersedia dari

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/SPM_Gizi.pdf

8. Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Cisarua. Laporan Sweeping Distribusi

Vitamin A pada Bayi dan Balita. Cisarua: Puskesmas Cisarua; 2012.

20