Upload
bastian-udin
View
215
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kkp
Citation preview
3.1 THE ARBITRAGE PRICING THEORY
Alternatif teori utama CAPM sebagai model pada pricing financial assets adalah arbitrage
pricing theory (APT), dikembangkan oleh Stephen Ross (1976, 1977). Model ini pada mulanya
menyambut dengan antusias profesi finance karena mampu mengatasi banyak masalah yang
berhubungan dengan CAPM, dan juga kelihatannya dapat menunjukkan banyak kelainan model
menurut empiris. Karena beberapa varian dari teori ini kelihatan seperti bagian sisa dari inti teori
keuangan modern masa depan yang dapat diduga, kita akan menguji kebenaran menurut teori
APT dan mengikhtisarkan uji prediksi model secara empiris.
3.5.1 Development of The Basic Pricing Model
APT berdasarkan pada lima asumsi prinsip :
1. Pasar modal dianggap sebagai kompetisi sempurna dan sedikit friksi
2. Investor mempunya harapan yang sama tentang proses menghasilkan return yang dikehendaki
untuk sekuritas individu
3. Return yang diharapkan dihasilkan dengan sebuah factor-k menghasilkan model bentuk :
Ri = E(Ri) + bilj + … + binjn + i
i = 1, … , n
4. Faktor umumnya meangkap semua resiko sistematis yang assetnya dibuka.
5. Sejumlah faktor-k yang sistematis adalah jauh lebih kecil daripada jumlah asset, n
Sebenarnya proses arbitrage didalam APT menggunakan fakta bahwa seorang investor dapat
menggunakan uang yang dihasilkan dengan menjual beberapa sekuritas untuk pembelian yang
lainnya, dan dapat membangun sebuah arbitrage portfolio dengan tidak ada komitmen
kemakmuran dan membuka investor kepada resiko yang sistematis dan tidak sistematis. Investor
dapat membangun sebuah portfolio dengan menggabung sebuah asset grup sehingga dollar value
investasinya pada asset individu, wi, jumlahnya 0
Wi = 0
3.5.2 Benefits and Drawbacks of the APT
Sekarang kita mempunyai model yang menyatakan return yang diharapkan sebagai kombinasi
linear dari faktor resiko premium dan asset individu untuk premium, kita dapat menguji
kemampuan APT untuk menjelaskan return sekutiras sebenarnya. (1) bagaimanapun, seharusnya
kita menguji keuntungan menurut teori dan kekurangannya menggunakan model ini daripada
sekedar percaya dengan CAPM, APT relative kuat dan banyak sekali dan penting, dan termasuk
berikur ini:
1. APT tidak membutuhkan asumsi tentang pokok distribusi security return
2. Tidak ada kejenuhan yang lain, tidak ada spesifikasi pada fungsi kemampuan representative
investor
3. Tidak ada peran special bahkan untuk market folio atau untuk risk-free asset pada APT, dan
oleh karena itu tidak jelas kelihatan kebutuhan untuk mengidentifikasi komposisi nyata dari
kebenaran market folio atau menghawatirkan jika nmeminjam dan meminjamkan lebih sedikit
resiko rates exist atau equalnya.
4. APT membolehkan multiple factors untuk mempengaruhi security return
5. APT dapat dengan mudah dinyatakan dalam sebuah multi-period setting
APT juga dapat mengidentifikasi tiga kelemahan seperti dibawah ini :
1. Pada original arbitrage frameworknya, APT hanya menahan kurang lebih, dan tidak ada
garansi tentang harga asset individu yang akurat.
2. APT mengasumsikan bahwa struktur faktor kebenaran menghasilkan return yang diketahui
dengan tepat.
3. Karena APT tidak spesifik, pada resiko faktor seperti apa di hadirkan kembali, adalah
kenyataan yang mustahil untuk menjalankan model ke dalam seting corporate finance.
3.5.3 Early Tests of the APT
Tidak dapat dihindari sedikit besar teori ekonomi baru menghasilkan kesepakatan kepentingan
secara teori dan empiris dan kebenaran APT secara khusus. Penelitian secara empiris yang
pertama dan utama oleh Roll dan Ross (1980) mendukung prediksi APT dan
mendokumentasikan kemungkinan sebagai four priced factors. Brown dan Winsten (1983) dan
Chen (1983) mengidentifikasikan sejumlah faktor yang similar. Chen adalah yang pertama dari
beberapa penulis yang menguji bagaimana APT dapat menjelaskan anomaly yang di identifikasi
oleh CAPM. Dia menemukan bahwa ukuran perusahaan dan residual varians tidak dapat
menerangkan kekuatan setelah faktor loadings di gunakan untuk menyesuaikan resiko.
Pengujian lain yang dilakukan secara empiris tidak mendukung APT. Reinganum (1981a)
menguji bagaimana APT dapat menjelaskan size effect, dan menyimpulkannya tidak bisa. Paper
yang lain menguji menurut teori APT. Huberman (1982) mengklarifikasikan ketepatan alami dari
model arbitrage mengkondisikan akan mengijinkan resiko yang unsystematic di eleminasi
dengan divesifikasi. Chamberlain dan Rothschild (1983) membuktikan APT dapat menahan jika
return menyesuaikan pada sebuah perkiraan , daripada sebuah kenyataan, factor brdasarkan APT
adalah yang pertama, mengijinkan lebih ke exact pricing individual asset, karena equilibrium
model berasal berdasarkan kebutuhan yang semua asset yield-nya mengoreksi risk-adjusted
return dan ditahan dengan rasional, well-informed agents.
3.5.4. Recent Empirical Test of the APT
Selama dekade terakhir, sejarah utama penelitian APT telah menjadikan pengerjaan prosedur
econometric meningkat cangggih gih untuk menguji model secara valid dan untuk menyatakan
bagaimana banyak faktor di hargai. Lehmann dan Modest (1988) melakukan faktor analisa
dengan stock portfolio yang sangat besar, dan menemukan bahwa APT dapat menjelaskan return
yang diharapkan dari formed portfolio berdasarkan dividend yield dan variannya, tetapi tidak
dapat menjelaskan firm size effect.
Connor dan Korajczyk (1986, 1988) menggunakan principal components analysis (PCA) untuk
mengidentifikasi dan menghitung pervasive factors mempengaruhi equity returns. PCA serupa
dengan faktor analisa dalam mengekstraknya mempegaruhi faktor dari data return yang meliputi,
tetapi memaksakan sedikit membatai asumsi pada pendistribusian return dari melakukan analisa
faktor. Connor dan Korajczyk dapat menjelaskan efek season January pada stock returns dengan
APT, tetapi ukuran efeknya tidak secara umum. Mereka menyimpulkan bahwa lima faktor APT
merekea menjelaskan the cross-sectional variation pada stock returns lebih baik dibandingkan
CAPM. Kemudian Connor dan Korajczyk mengembangkan sebuah pengujian statistic untuk
menentukan sejumlah faktor dalam sebuah perkiraan APT factor model. Mereka menemukan
bukti antara satu dan enam priced factors dalam security return , dengan melewati pengaruh dari
faktor-faktor yang pertama, kuat khususnya pada bulan januari.
Shukla dan Trzcinka (1990) menguji dengan mengasumsikan keseimbangan APT dalam mean
returns, varians dan kovarian, mereka juga membandingkan empirical pricing errors dengan
menggunakan faktor analisis, PCA, dan menghitung beta CAPM. Mereka menemukan bahwa 5
faktor APT menjelaskan kesepakatan (sampai 40%) dari cross-sectional variations of returns, dan
menyimpulkan bahwa APT menawarkan lebih baik hasi secara empiris dibandingkan CAPM
semula karena awalnya mengijinkan lebih banyak sumber variasi
Mei (1993a) mengembangkan sebuah semiautoregressive test methodologiy untuk menguji
sejumlah faktor didalam APT. Tekhnik ini membolehkann peneliti menghitung secara langsung
beberapa pengukuran error yang terlibat dalam penghitungan faktor.
THE OBSERVABLE VARIABLES APPROACH
Penelitian paling penting mengadopsi pendekatan ini oleh Chen, Roll dan Ross (1986), yang
menguji apakah inovasi pada berbagai variable macroeconomic adalah resiko yang dihargai di
pasar saham? Mereka menemukan bahwa harga sekuritas secara signifikan berhubungan pada (1)
berubahnya produksi industry, (2) yield spread suku bunga antara jangka panjang dan pendek,
(3) yield spread tingkat obligasi antara rendah dan tinggi (4) berubahnya inflasi yang diharapkan
dan tidak diharapkan.
3.5.5. The Current State of Asset Pricing Theory
Demikian, apa yang menyatakan asset pricing theory pada pertengahan 1990? Ada beberapa
kesimpulan yang menggambarkan berdasarkan extended pilgrimage melalui literature CAPM
dan APT. (1) kelihatannya jelas dengan single actor, constant-risk-premium CAPM adalah
hampir tidak berguna sebagai model yang lain untuk menjelaskan return yang diamati atau
menghasilkan ekpektasi mengenai future returns. (2) sedikit varian CAPM lainnya yang muncul
menawarkan banyak harapan yang tampak sebagai standard asset pricing model masa depan. (3)
tiga sampai lima faktor APT tampak menjelaskan lebih dari perbedaan ross-sectional dalam
stock-return dibanding model single lainnya. (4) bukti empiris menghubungkan ukuran
perusahaan ke positive abnormal returns adalah unambiguous, tetapi sangat asing dan harus
dijelaskan sebelum real progress dapat dibuat pada asset pricing.
3.6 THE ARBITRAGE PRICING THEORY
Kharakteristik khusus dari teori revolusi ilmu pengetahuan adalah bahwa mengubah pandangan
dunia tentang mendidik masyarakat sebuah teori dapat menjelaskannya. Sebelum publikasi De
revolutionbus orbium coelestium oleh Nicholas Copernicus pada tahun 154, western scholars
memandanolars memandang dunia sebaagai pusat alam semesta yang dikelilingi planet, bulan
dan bintang.
Sedangkan jauh sebelum memprediksi Efficient Market Hypotesis (EMH), secara resmi di
perkenalkan oleh Eugene Fama (1970), mempunyai impact pada sejarah manusia dapat
dibandingkan dengan model Copernican, jelas bahwa EMH telah menjadi revolusi ekonomi
financial. Pada bagian ini menguji impact EMH telah menjadi ekonomi modern.
3.6.1. The Three Forms of Market Efficiency
Fama’s (1970) memperkenalkan tiga macam karakteristik pasar. (1) pasar berkarakteristik weak-
form efficiency, harga asset memasukkan semua informasi historis. (2) pada pasar
berkarakteristik semi-strong-from efficiency, harga asset memasukkan informasi umum yang
tersedia. (3) pasar berkarakteristik strong-form efficiency, harga asset menggambarkan semua
informasi umum dan pribadi.
3.6.2. Test for Return Predictability
Agak terkejut, sejumlah besar penelitian pada pasar effisiensi yang telah di publish sejak 1970
telah menguji ketepatan dari prediksi bentuk pasar lemah yang harga asset merefleksikan semua
history informasi. Karena kebanyakan penelitian menguji apakah perubahan harga asset dapat
diprediksi dengan menggunakan history informasi. Fama menunjukkan pengujiaanya untuk
return yang dapat diprediksi, dan kita mengambil beberapa ungkapan : (1) percobaan peraturan
trading sederhana berdasarkan very recent stock returns, (2) percobaan untuk short-horizon, (3)
percobaan untuk long horizon return yang dapat diprediksi berdasarkan korelasi negative yang
diamati sepanjang return horizons.
PERCOBAAN SIMPLE TRADING RULE
Sebelum investor dapat mengidentifikasi pola pada perpindahan stock price dengan mudah dapat
di eksploitasi melalui pengambilan sebuah trading strategy. Oleh karenanya sungguh
mengejutkan ketika pertama kali Kendall (1953), kemudian Roberts (1959) dan Fama (1956)
mendokumentasikan semua subsequent stock price mengubah secara essensi yang tidak
berkolerasi pada setiap lainnya.
Fama dan Blume (1966) menguji sejumlah filter rules canggih, seperti : membeli sebuah saham
setelah ditambahkan dengan x percent, dan tidak menjualnya sampai setelah dikurangi dengan y
persen. Dan menemukan tidak ada keuntungan strategies yield yang signifikan, secara khusus
setelah trading cost di perhitungkan. Sejak pertengahan 1960an, secara umum diterima bahwa
peraturan trading berdasarkan seperti simple recent return information tidak berharga untuk di
ikuti.
PERCOBAAN SHORT-HORIZON RETURN PREDICTABILITY
Bagi orang keuangan yang terlatih yang tidak menemui literature efficiency dalam beberapa
tahun, tampaknya akan sangat kaget mempelajari bahwa peneliti telah mengidentifikasikan
secara signifikan dalam kemampuan memprediksi stock returns baik short and long horizon.
Kemampuan memprediksi dibagi menjadi 2 tipe : (1) peneliti telah mendokumentasikan secara
konsisten pola korelasi otomatis pada security returns, menemukan autokorelasi positif secara
signifikan pada short-horizon returns, dan negative serial correlation pada longer-horizon returns.
(2) sejumlah penelitian telah mendemonstrasikan bahwa next-period returns for stock dan
portfolio obligasi dapat diprediksi berdasarkan variable pengamatan sekarang yang mewakili
pada tingkat harga asset, keseluruhan tingkat resiko bisnis, dan term structure suku bunga.
Pembuktian “derived predictability” menawarkan penjelasan potensial bagaimana memprediksi
return dapat compatible dengan pasar modal efisien yang bebas dari sedikit resiko kesempatan
arbitrage.
Lo dan Mackinlay (1988) mengembangkan sebuah metode percobaan yang unik dan innovative
untuk serial correlation pada stock returns dengan mengambil fakta bahwa varians stock returns
yang tidak berkolerasi meningkat dalam porporsi langsung dibanding sampling interval. Mereka
menemukan bukti kuat bahwa stock returns mingguan adalah korelasi positif dam selanjutnya
menolak hypothesis yang berjalan secara acak.
OVERREACTION TEST
Beberapa peneliti yang lain mendokumentasikan kemampuan memprediksi short-horizon return
tidak membuat semacam klaim. Satu dari banyak percobaan sebelumnya yang penting adalah
market overreaction oleh Debont dan Thaler (1985). Mereka menggambarkan penelitian pada
percobaan psikologi menyarankan kebanyakan masyarakat overact terhadap kejadian yang tidak
diharapkan dan dramatis, dan meminta hal yang sama terjadi pada pasar saham.
Fama dan French (1988b) dan Poterba dan Summers (1988) baik dokumen short-horizon return
adalah autocorrelated positif dan longer-horizon returns adalah autocorrelated negative, tetapi
mereka berlainan dalam intepertasi dan hasilnya.
Dua penelitian lainnya secara eksplisit menguji trading strategy berdasarkan stock price
overreaction, dan nampaknya kuat pada kesempatan keuntungan. Jegadesh (1990)
mendokumentasikan first-order autocorrelation negative secara signifikan pada stock returns
bulanan, positif high-order autocorrelation. Apa yang membuat penelitian ini menunjukkan
komponen predictable yang besar pada short-horizon returns? (1) Richardson dan Smith (1994)
menunjukan banyak percobaan statistic untuk serial correlation adalah berkorelasi secara tinggi
dibawah sebuah hipotesa kosong bahwa stock prices mengijinkan berjalan acak. Sesuatu yang
bias terkoreksi, percobaan baru statistika adalah konsisten dengan model berjalan acak dari stock
returns – dan dengan EMH nya. Lebih jauh penelitian oleh McQueen (1992) dan Jones (1993)
menunjukkan bahwa mean reversion didokumentasikan oleh DeBont dan Thaler (1985)
disebabkan hampir sepenuhnya oleh depresi dan periode perang dunia ke-2 dan sebagian besar
menghilang diera setelah perang. (2) Profit potensial di identifikasi oleh Jegadeesh (1990) dan
Jegadeesh dan Titman (1993) adalah terlalu mudah besar untuk menjadi kredibel.
LONG-HORIZON RETURN PREDICTABILITY
Sejumlah penelitian, beberapa yang telah di kutip, membuktikan dua feature tentang long-
horizon returns, (1) ada autokorelasi negative yang signifikan pada interval returns antara dua
dan lima tahun. (2) komponen dapat memprediksi total variations of returns bertambah dengan
interval return. Pola ini di dibuktikan oleh DeBondt dan Thaler (1985), Poterba dan Summers
(1988) dan Fama dan French (1988a), sedangkan Reichensten dan Rich (1994) mendiskusikan
bagaimana investor dapat mencoba untuk mengambil predictability ini pada portfolio investasi
mereka.
Untuk melihat secara jelas berapa kali-berbeda return yang diharapkan mungkin kelihatannya
memberikan predictability untuk long-horizon returns, perusahaan mempertimbangkan bahwa
hanya menikmati 2 tahun periode keuntungan bertambah dan stock price meningkat dengan
cepat.
“DERIVED PREDICTABILITY“ TEST
Satu dari kebanyakan intrik aliran penelitian pada keuangan baru-baru ini telah mencoba
mengubah model return yang diharapkan pada saham dan obligasi sebagai kegunaan currently-
obeservable ekonomi makro dan veriabel financial. Kita mengacu pada “derived predictability
karena predictability rneturns dihitung (berasal) sebagian besar dari data luar ke perusahaan.
Arus literature dimulai oleh Kiem dan Stambaugh (1986), yang menunjukkan ex post risk
premium untuk saham dan obligasi dapat diprediksi secara handal berdasarkan tiga variable ex
ante – satu berasal dari pasar obigasi dan dua berasal dari pasar saham. Variable obligasi adalah
spread antara yield pada obligasi low-grade corporate dan one-month treasury bills, dan
kemudian menyajikan kembali default risk proxy dan a yield curve proxy. Wakil pasar saham
pertama adalah sebuah ungkapan tingkat sekarang dari indeks real S&P yang berhubungan nilai
rata-rata historisnya, dan kemudian mengukur apakah tren belakangan ini dari harga asset naik
atau turun.
Hal kedua terbesar berasal dari predictability paper, oleh Fama and French (1988a), perbedaan
dengan lainnya bahwa meyajikan bukti return yang diharapkan pada saham individu dapat
diprediksi dari stock’s dividen yield-nya (dividend per share dibagi dengan stock price).