Cestodes and Trematodes Parasitic of Digestive System

Embed Size (px)

Citation preview

CESTODES AND TREMATODES PARASITIC OF DIGESTIVE SYSTEM

CESTODES AND TREMATODES PARASITIC OF DIGESTIVE SYSTEM

Based on kuliah dr. Tridjoko hadianto

By Yessy MarthaDi pembahasan cacing ini, kita dikasi materi yang aplikatif banget, langsung ke sasarannya gitu yaa, cz kata Bapaknya tu sebenarnya buanyak tapi kita cukup dikasi yang ptg2 aja, ato kalo mw lebih detail baca sendiri di litatur. Masalah morfologi n ciri2 khusus pastinya di praktikum dibahas dengan jelas.. Woke!!

A. CESTODA (Cacing Pita)1. Diphyllobothtriasis

a. Agen penyebabSuatu cestoda yang bernama Diphyllobothrium latum, merupakan cacing pita terbesar pada manusia. Vektornya adalah ikan. Siklus hidupmya kaya gini, baca ndiri aja yaa :

b. Distribusi geografis:Penyakit Diphyllobothriasis ini banyak terjadi di daerah2 yang banyak danau ama sungai gitu, dimana pendudukanya mengkonsumsi ikan yang diambil dari situ tapi masaknya ga matang sempurna atau malah ga dimasak.c. Gejala Klinis : Yang namanya penyakit Diphyllobothriasis ini kan penyakit infeksi, seremnya infeksi ini bisa berlangsung lama sekali (long lasting) hingga beberapa dekade. Infeksinya sih sifatnya asimptomatik.

Tapi manifestasinya kalo uda infeksi ya bisa abdominal discomfort, diare, vomit, dan kehilangan berat badan. Selain itu juga bisa anemia pernisiosa (karena defisiensi vit B12), scara kan si cacing2 ini ngganggu banget di usus halus dimana terjadi penyerapan B12. Nah kalo udah terjadi infeksi besar2an ngeri banget lho bisa nyebabin obstruksi intestinal alias penyumbatan usus halus, lha yooo serem ta Yang ngeri juga kalo proglotid dari cacing ini matang, lalu lepas dan bermigrasi kmana2, bisa mampir ke vesika felea so bisa bikin yang namanya cholecystitis ato cholangitis.d. Diagnosis LabNah untuk mendiagnosis apakah bener si pasien kena Diphyllobothriasis, bisa dilakukan indentifikasi mikroskopik. Yang diliat adalah telur atau proglotidnya yang terdapat di feses pasien

e. Treatment: Untuk ngobatin kita bias pakai Praziquantel, bisa juga Niclosamide . 2. Taeniasis

a. Agen penyebab :

Ada 2 ni, si taenia bersaudara yang sering kita pelajari, yaitu :

Taenia saginata (yg di sapi) dan Taenia solium (yang di babi). Si Taenia solium ini nyebabin cysticercosis.

Siklus hidup mereka berdua sebagai berikut :

Yang perlu diingat , manusia itu sbagai inang definitif, sedangkan babi ama sapinya sebagai inang perantara .

b. Distribusi geografis:Keduanya bisa ditemukan di seluruh dunia. Taenia solium lebih lazim ditemukan di masyarakatnya sering kontak dengan babi dan mengkonsumsi daging babi yang kurang matang. c. Gejala Klinis Taeniasis Taenia saginata menyebabkan geljala abdominal yang ringan.Nah kalo proglotidnya migrasi ke appendix, bisa terjadi yang menanya appendicitis atau cholangitis. Taeniasis Taenia solium lebih jarang yang simpomatik daripada taenia saginata.. Taeniasis Taenia solium ini merupakan resiko untuk terjadinya cysticercosis.

d. Diagnosis LabBisa dilakuin dengan mengidentifikasi adanya telur atau proglotid dalam feses. Tapi sayangnya ga bisa dilakuin kalo uda lebih dr 3 bulan pasca infeksi, karena dah menjadi cacing dewasa yang hidup di usus. Oleh karena itu harus dilakukan pemerikasaan ulang. Telur antara Taenia saginata danTaenia solium ini susah dibedain, karena secara morfologi sama. Selain itu juga susah dibedain ama telur dari Echinococcus (cacing pita di anjing).

e. Treatment:Pengobatan yang sangat simple dan efektif adalah dengan Praziquantel3. Hymenolepiasisa. Agen Penyebab:Hymenolepiasis ini disebabin ama 2 spesies cacing bersaudara juga, namanya : Hymenolepis nana (the dwarf tapeworm (cacing pita kecil)), panjang ukuran dewasanya 15 to 40 mm) Hymenolepis diminuta (rat tapeworm) panjang ukuran dewasanya 20 to 60 cm . Hymenolepis diminuta ini adalah cestoda yang sering ditemukan di tubuh rodentia dan jarang pada manusia.Berikut ini siklus hidup Hymenolepis nana

Nah yang ini Hymenolepis diminuta

b. Distribusi Geografis

Hymenolepis nana merupakan penyebab infeksi cestoda yang paling umum dan tersebar di seluruh dunia. Pada daerah temperate infeksi lebih sering terjadi pada anak-anak.

Hymenolepis diminuta, lebih jarang terjadi.c. Gejala Klinis:Infeksi Hymenolepis nana dan H. diminuta sering bersifat asimtomatik. Infeksi berat yang disebabkan oleh H. nana dapat mengakibatkan lemes, pusing kepala, anorexia. sakit perut, dan diare.d. Diagnosis Lab:Diagnosisnya sama kaya yang sebelum2nya, mengidentifikasi adanya telur dalam feses pasiene. Treatment:Masih sama pake Praziquantel,.

4. Infeksi Dipylidium caninuma. Agen penyebab :

Penyebabnya ya sama kaya judulnya, yaitu cacing Dipylidium caninum, cacing berlubang dua yang biasa menginfeksi anjing dan kucing , tapi kadang2 juga ditemuin di tubuh manusia.

Siklus Hidupnya kaya gini

b. Distribusi Geografis

Tersebar di seluruh duniac. Gejala Klinis:Infeksinya kebanyakanbersifat asimtomatik. Anjing atau kucing yang terinfeksi akan nunjukain perilaku anal pruritis, tu kaya nggesek2in anusnya ke karpet, secara anjing ato kucing kan ga punya jari buat garuk2.. Selain itu juga bisa terjadi gangguan gastrointestinal ringan. Proglotid dari cacing ini bisa ditemuin di daerah perianal maupun feses penderita. Tapi bisa juga lho ditemuin di karpetnya tadi. Proglotid cacing ini sifatnya tu motil, waktu baru aja lepas bias menginfeksi maggot (larva lalat).d. Diagnosis Lab:Diagnosisnya dengan menemukan proglotid atau telurnya dalam feses penderita.e. Treatment:Praziquantel biasanya diberikan secara oral maupun injeksi(khusus anjing atau kucing). Karena Praziquantel ini mencerna cacing di usus halus, makanya ga ditemukan dalam feses setelah pengobatan.5. Echinococcosisa. Agen Penyebab: Echinococcosis pada manusia disebut juga hydatidosis atau penyakit hydatid disebabkan oleh larva cestoda dari genus Echinococcus. Spesies yang paling sering menjangkiti adalah Echinococcus granulosus yang menyebabkan cystic echinococcosis, E. multilocularis menyebabkan alveolar echinococcosis; E. vogeli menyebabkan polycystic echinococcosis; dan E. oligarthrus sangat jarang menyebabkan echinococcosis pada manusia.

Siklus hidupnya seperti ini

b. Distribusi GeografisE. granulosus tersebar di seluruh dunia, dan lebih sering terjadi di pedesaan atau tempat yang berumput yang banyak binatang pemakan rumput , semacem domba gitu,lalu banyak anjing yang memakan binatang ituc. Gejala Klinis:Infeksi Echinococcus granulosus tidak menyebabkan apa2 sebelum sista yang berkembang menyebabkan beberapa gejala pada organ yang terinfeksi

Jika infeksi terjadi di hati, dapat menimbukan sakit perut, pertumbuhan massa di hati, dan obstruksi duktus biliary

Jika infeksi terjadi di paru2, dapat menyebabkan nyeri dada, batuk dan hemoptysis. Pecahnya sista dapat menimbulkan demam, urticaria, eosinophilia, dan anaphylactic shock,bersamaan dengan penyebarannya.

Selain hati dan paru2, bisa juga meninfeksi otak dan tulang. Echinococcus multilocularis dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan hari, tumbuhnya tumor destructive disertai sakit perut dan obstruksi duktus biliary.d. Diagnosis Lab:Diagnosis echinococcosis menggunakan metode ultrasonography dan/atau teknik pencitraan lain yang didukung dengan test serologi yang positif. Pada pasien dengan hasil tes serologi negatif tetapi ditemukan pencitraan positif terhadap echinococcosis, ultrasound dengan biopsy akan sangat berguna untuk mendiagnosis lebih lanjut. e. Treatment:Untuk yang satu ini treatmennya dengan operasi, walaupun ga bisa 100% dihilangin. Makanya setelah operasi si pasien tetap harus menjalani pengobatan untuk mencegah terbentuknya sista lagi. Obat yang digunakan untuk Echinococcus granulosus adalah albendazol.

Larva CestodaManusia meruoakan inang intermediate untuk beberapa spesies cestoda, seperti infeksi sisticerci Taenia yang menyebabkan cysticercosis, dan infeksi hyatid Echinococcus yang menyebabkan penyakit hyatid. Manusia juga bisa menjadi inang intermediate kedua untuk beberapa cestoda pseudophyllidean. Pada beberapa kasus , metacestoda yang biasanya disebut plerocercoid, disebut juga sparganum. Sehingga infeksinya disebut sparganosis.

SparganosisHampir tidak mungkin menidentifikasi spargana spesies mana yang menyebabkan sparganosis. Manusia bisa terinfeksi jika memakan inang perantara pertama seperti copepods yang terdapat di air minum. Atau inang intermediate kedua seperti amfibi, reptil atau mamalia lain. Parah tidaknya infeksi sparganosis tergantung dari jumlah dan ukuran spargananya serta organ mana yang diinfeksi. Jika spargana masuk ke otot, maka tidak bisa didiagnosis. Infeksi pada mata dapat menyebabkan kebutaan Infeksi pada jaringan subdermal dapat menimbulkan rasa sakit diseritai gumpalan, sehingga terkadang terjadi kesalahan diagnosis yang dikirain kankerCysticercosis Babi sebagai inang intermediate dari cacing Taenia solium, sedangkan manusia sebagai inang yang terinfeksi oleh cacing dewasa. Ketika manusia memakan cysticercus cellulose (fase yang belum matang) yang terdapat dalam daging babi yang tidak matang sempurna. Bisa juga jika manusia memakan telur Taenia solium yang terdapat pada daging babi , maka bisa terinfeksi cysticerci, sehingga dapat menyebabkan cysticercosis. Banyak juga kasus cysticercus yang disebabkan karena Poor personal hygiene is one obvious way in which this could occur. Proglotid dari T. solium dapat bermigrasi darii usus halus ke lambung dan kembali lagi ke usus halus Ketika telur2 menempel pada dinding usus manusia , dan menetas menjadi larva, maka larva akan penetrasi masuk ke dalam dinding usus lalu beredar melalui aliran darah. Dan pastinya akan menyebar ke berbagai organ. Larva akan berkembang menjadi suatu metacestoda yang disebut cysticercus. Patologi yang berkaitan dengan cysticercosis tergantung dari organ mana yang terinfeksi, dan seberapa banyak cysticerci yang menginfeksi. Infeksi yang disebabkan oleh sejumlah kecil cysticerci pada hati dan otot tidak terlalu jelas dapat dideteksi. Faktanya, kasus cysticercosis pada manusia terkuak setelah dilakukan otopsi. Tetapi pada organ lain seperti mata, dapat menimbulkan kebutaan. Pada spinal cord dapat menimbulkan paralysis. Pada otak dapat menyebabkan neurocysticercosis. Sejak dulu diagnosis cysticercosis sangat sulit dilakukan. Tapi sekarang sudah dikembangkan tes imunologi yang dapat mendeteksi keberadaan cysticerci, disertai dengan teknik pencitraan seperti CAT dan MRI untuk deteksi organ terinfeksi. Hydatidosis (hydatid disease) Siklus hidup Echinococcus granulosus berada pada anjing atau karnivora lain sebagaii inang definitifnya dan vertebrata homoioterm lain sebagai inang intermediatenya, seperti kambing, domba, atau manusia. Cacing dewasa sangat kecil , yang biasanya hanya terdiri dari 3 proglotid. Dan hidup di usus halus anjing. Telur akan terlepas ke feses inang, dan ketika telur termakan oleh inang intermediate akan menempel pada usus halusnya. Dan telur menetas menjadi larva dan penetrasi ke dalam saluran pencernaan lalu berkembang menjadi sista hydatid. Sista Hydatid memiliki kemampuan untuk tumbuh besar, bisa nyampe sebesar bola basket lho!! Parah enggaknya infeksi tergantung dari ukuran sista dan lokasi infeksi. Misalnya kalo sista di hati ga terlalu parah, tapi kalo di otak, sista yang kecil aja bisa fatal akibatnya. Infeksi ditransmisikan ke inang definitif ketika sista hydatid termakan. Infeksi ini biasa terjadi di daerah yang menggunakan anjing untuk menggiring domba (kaya di film2 holiwut) . Bagian dalam dari sista hydatid berisi "protoscolices" (singular = protoscolex), masing2 protoscolex memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi cacing dewasa ketika termakan inang karnivora tadi. Satu sista kecil aja bisa berisi ratusan protoscolices, apalagi sista yang besar bisa berisi puluhan ribu protoscolices. Potensi reproduksi yang spektakuler ini bikin masalah tentunya, misalnya ketika oprasi bisa aja sista hydatid ini terbuka lalu protoscolicesnya bocor ke rongga perut. Padahal masing2 protocsolex bisa berkembang jadi sista hidatid yang baru,.. wiii seremB. TREMATODA

1. Fascioliasisa. Agen penyebab:Suatu trematoda yang bermama Fasciola hepatica and Fasciola gigantica, parasit herbivore yang dapat meninfeksi manusia. Siklus hidupnya sebagai berikut :

b. Distribusi Geografis:Fascioliasis terjadi di seluruh dunia. Infeksi pada manusia yang disebabkan F. hepatica ditemukan di daerah yang peternakannya berkembang atau dimana penduduknya mengkonsumsi keong air mentah. c. Gejala Klinis:Selama fase akut yang disebabkan karena migrasi cacing yang belum dewasa ke parenkim hati. Manifestasi yang ditimbulkan antara lain sakit perut, hepatomegali, demam, vomit, diare, urticaria, dan eosinofilia.Pada fase kronis yang disebabkan adanya cacing dewasa dalam duktus biliaris menyebabkan obstruksi dan inflamasi. d. Diagnosis Lab:Identifikasi telur secara mikroskopis sangat penting ketika fase kronis. Telur2 dapat diperoleh dala fese atau material dalam duodenal atau empedu. Secara morfologi sangat sulit membedakan telur fasciola hepatica dengan Fasciolopsis buski. e. Antibody DetectionManifestasi akut fasciolasis manusia dapat mendahului penampakan telur pada feses setelah minggu. Makanya tes imunodiagnosis sangat berguna untuk indikasi awal daripada ngecek telur. Tes imunodiagnosis ini juga berguna banget untuk fase kronik ketika produksi telur cacing rendah.

Tes imonodiagnosis yang biasa dilakukan untuk mendeteksi Fasciola hepatica pada manusia adalah EIA (enzyme immunoassays ) dengan antigen eksretori-sekretori (ES) yang dikombinasikan konfirmasi immunoblot yang positif. Antibodi spesifik untuk Fasciola dapat terdeteksi dalam 2 sampai 4minggu setelah infeksi, yang mana waktu ini merupakan 5-7 minggu sebelum telur nampak di feses. Jadi lebih cepet pake tes imunodiagnosis kan...Nah setelah beberapa bulan setelah pengobatan, dicek lagi antibodinya udah turun apa belum, kalo udah turun brarti terapi sukses deh, karena tubuh ga ngadain perlawanan gencar terhadap cacing, kan cacingnya udah tinggal dikit atau malah uda mati semuaf. Treatment:Fasciola hepatica tidak merespon praziquantel.Obatnya menggunakan kombinasi triclabendazole dengan bithionol.

2. Fasciolopsiasisa. Agen penyebab:Adalah suatu trematoda bernama lengkap Fasciolopsis buski, suatu cacing trematoda terbesar dalam usus manusia.

Siklus Hidupnya kaya gini,..

b. Distribusi Geografis

Banyak di Asia dan India yang masyarakatnya mengonsumsi babi dan tanaman air.

c. Gejala KlinisInfeksinya ringan dan asimptomatik . Tapi pada infeksi yang lebih berat, bisa menyebabkan gejala2 seperti diare, sakit perut, demam, ascites, anasarca, dan obstruksi intestinal.

d. Diagnosis LabIdentifikasi telur secara mikroskopis bisa dilakukan tapi kaya yang dijelasin di atas tadi kalo telur spesies ini ga bisa dibedain ama telur Fasciola hepatica. Kalo mau identifikasi cacing dewasanya di feses atau muntahan juga bisa dilakukan sebagai diagnosis spesifike. Treatment:Praziquantel lagi, hehe3. Schistosomiasisa. Agen penyebab

Schistosomiasis disebabkan oleh trematoda darah digenetic. Ada 3 spesies yang penting kita tahu Schistosoma haematobium, S. japonicum, and S. mansoni.Ada 2 lagi spesies yang lebuh terlokalisasi adalah S. mekongi dan S. intercalatum. IAda juga spesies lain yang bias mnyebabkan cercarial dermatitis pada manusia.

Siklus Hidupnya, sebagai berikut

b. Geographic DistributionSchistosoma mansoni ditemukan di amerika selatan,Caribbean, Africa, dan timur tengah.; S. haematobium di Africa timur tengah; dan S. japonicum di Far East. Schistosoma mekongi Di Asia tenggara dan S. intercalatum di central West Africa

c. Gejala Klinis:Banyak infeksi asimptomatik.Schistosomiasis akut (demam Katayama ) dapat terjadi beberapa minggu setelah infeksi awal., terutama disebabkan oleh S. Mansoni dan S. japonicum. Manifestasinya berupa demam, batuk, sakit perut, diare, hepatosplenomegali, dan eosinofilia. Kadang2 juga bisa terjadi lesi sistem saraf pusat (CNS), penyakit cerebral granulomatous karena adanya telur S. Japonicum di otak.

d. Diagnosis Lab:Identifikasi telur secara mikroskopis pada feses atau urin dapat dilakukan. Untuk survey lapangan dan investigasi bias digunakan metode KatoKatz atau teknik Ritchie. Biopsi jaringan pada rectal bisa dilakukan kalau hasil tes urin atau feses negative

e. Treatment: Praziquantel dapat digunakan untuk semua infeksi karena Schistosoma. Oxamniquine lebih efektif untuk S. mansoni di beberapa daerah daripada praziquantel .

4. Paragonimiasisa. Agen Penyebab:Spesies umum yang menjadi penyebabnya adalah Paragonimus westermani , trematoda di paru2.

Siklus Hidupnya sebagai berikut :

b. Distribusi Geografis:Paragonimus spp. Terdistribusi di seluruhAmerika, Afrika dan Asia Tenggara. Paragonimus westermani terdistribusi di Asia tenggara dan Jepang. Paragonimus kellicotti endemik di Amerika Utara.

c. Gejala Klinis:Fase akut (invasi dan migrasi) ditandai dengan diare, sakit perut, demam, batuk, urticaria, hepatosplenomegali, abnormalitas pulmoner, dan eosinophilia.

Selam fase kronik, manifestasi pulmoner meliputi batuk, adanta dahak pada sputum jernih, hemoptysis, dan abnormalitas radiografi dada. Lokasi ekstrapulmoner dari cacing dewasa dapat menyebabkan manifestasi yang lebih parah, seperti jika terjadi di otakd. Diagnosis Lab:Diagnosis dilakukan dengan mendeteksi adanya telur secara mikroskopis dalam telur maupun sputum. Telur tidak akan nampak sampai 2-3 bulan setelah infeksi. Biopsi dapat dilakukan untuk memastikan spesies yang meninfeksi ketika cacing dewasa sudah berkembang. Teknik diagnosis

Secara mikroskopis

Deteksi antibody untuk infeksi ringan dan diagnosis paragonimiasis ekstrapulmoner Membandingkan morfologinya dengan parasit intestinal yang laine. Treatment:Praziquantel merupakan obat untuk paragonimiasis. Bithionol juga bisa digunakan sebagai alternatifnya.