Upload
che-mohamad-che-omar
View
95
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
CERITA RAKYAT PELBAGAI KAUMDIMALAYSIA
NAMA: SAZHALYANA BINTI LANTONGKELAS:1/FGURU: CIKGU CHENSUBJEK:PENDIDIKAN SIVIK
KEWRGANEGARAANTAJUK: PERAWAN TUJUH BERADIKCERITA KAUM KADAZANDUSUN
Pada zaman dahulu , kononnya ada sebiji buah yang sangat luar biasa .Pokoknya tumbuh di tengah-tengah lautan yang sangat luas . Sesiapa sahaja yangmemperolehi buah itu dipercayai akan menjadi amat bertuah . Maka tersebutlahkisah seorang pemuda bernama Lenggai . Dia berasal dari Kalimantan Barat .Walaupun Lenggai seorang pengembara yang gagah berani ,
namun dia selaluditimpa malang . Pada suatu hari Lenggai membuat keputusan hendak mencaribuah ajaib itu . Dia kemudiannya membina sebuah kapal layar dan belayar menyeberangi
lautan . Pelayaran itu sangat sukar tetapi Lengai tetap tidak berputusasa .Walaupun telah beberapa lama belayar , namun pokok yang berbuah ajaib itubelum juga kelihatan . Akhirnya , pada suatu hari , setelah hampir tiga bulan belayar , tiba-tiba kapal Lenggai termasuk ke dalam pusaran air yang sangat kuat . Kapalnya berpusing-pusing dengan ligat sekali . Lenggai sedaya upaya cuba hendakmenyelamatkan kapalnya daripada bencana itu . Lenggai hampir-hampir
lemas .Tiba-tiba dari percikan yang disebabkan oleh pusara air itu dia ternampak sebatangpokok yang sangat tinggi . Matanya terpaku ke arah pokok itu . Pokok itu seolah-olah muncul dari pusat pusaran air itu . Dia pasti itulah pokok ajaib yang dicari-carinya selama ini . Kapal Lenggai hampir
ditelan pusaran air itu .Pada detik yang mencemaskan itu Lenggai melompat ke dalam air danberenang sekuat-kuatnya ke arah pokok itu .
Setelah selamat sampai , dia pun memanjat ke sebatang dahan yang selamat daripada pusaran
air itu dan dia berehatdi situ seketika . Setelah bertenaga semula , Lenggai memandang sekelilingnya dandia ternampak seekor burung yang sangat besar di salah sebatang dahan yangtertinggi di pokok itu . Cengkaman kuku burung itu sama besarnya dengangenggaman
seorang manusia . " Jika aku dapat memegang kaki burung itu , tentuaku dapat kembali semula ke daratan , " bisik hati Lenggai . Dia pun mula memanjatpokok itu dari satu dahan ke satu dahan sehingga dia berada kira-kira sehasta daritempat burung itu hinggap . Dengan secepat kilat dia menyambar pergelangan kakiburung itu dan bergayut di situ sekuat-kuatnya . Burung besar itu
sama sekali tidakmenyedari akan apa yang berlaku kepada dirinya . Setelah beberapa lamakemudian burung itu pun terbang membawa Lenggai yang bergayut pada kakinya .Burung
itu terbang dan terus terbang menyeberangi lautan dan merentasi daratan ,sehingga Lenggai menjadi sangat letih dan tidak berdaya lagi . Akhirnya burung ituternampak beberapa ekor lembu . Burung itu melayang turun dan secepat kilatmenyambar seekor lembu .Pada ketika itulah Lenggai
melepaskan pegangannya dan jatuh ke tanahdengan selamatnya . Lenggai memerhatikan kawasan di sekelilingnya . Dia sangathairan melihat kawasan di situ . Lenggai belum pernah
melihat tempat yang sebegitucantik , pokok-pokok menghijau dan berbuah lebat dengan bunga-bunga kembangberseri . Lenggai terus berjalan dan akhirnya dia tiba di suatu lorong yang
ditumbuhibermacam jenis bunga yang berwarna-warni . Dia mengikuti lorong itu lalu terjumpasebuah rumah yang indah . Lenggai terus masuk ke dalam rumah itu dan
dilihatnyaseorang perawan sedang menyediakan makanan ."Oh!"Gadis itu sangat terperanjat meliha t Lenggai berada di dalam rumahnya ."Jangan takut , saya tidak akan mengapa-apakan kamu . Saya tidak tahu di manasaya sekarang . Saya memerlukan makanan dan tempat tidur
untuk malam ini , "terang Lenggai .Perawan itu mempersilakan Lenggai duduk dan dia memberikan Lenggai sedikitmakanan . Ketika Lenggai sedang makan , perawan itu menceritakan
bahawa diaadik bongsu kepada tujuh orang adik-beradik yang tinggal dalam rumah itu .
Enamorang kakaknya telah keluar bekerja di sawah . Lenggai pula kemudiannyamenceritakan apa yang telah dialaminya . Lewat petang itu keenam orang kakak
perawan itu pun pulang . Mereka semuanya sangat senang hati menerimakedatangan Lenggai dan melayaninya dengan baik .Semenjak hari itu Lenggai pun tinggal bersama-sama perawan tujuh beradik itu.Setiap hari apabila keenam-enam perawan itu pergi ke sawah, Lenggai tinggal dirumah menjaga adik mereka yang bongsu itu. Setelah beberapa lama perawanbongsu jatuh cinta kepada Lenggai.Pada suatu hari dia memberitahu akanperasaannya itu kepada kakak-kakaknya. Mereka semuanya bersetuju perawanbongsu berkahwin dengan Lenggai. Lenggai
juga bersetuju dengan cadangan itu."Kamu nanti akan menjadi sebahagian daripada keluarga ini," jelas kakak yangsulung. "Sekarang masanya telah tiba untuk kamu mengetahui bahawa sebenarnyakami tujuh beradik daripada Bintang Tujuh. Adik bongsu kami ini dinamakan
BintangBanyak. Saya tidak boleh memberitahu kamu lebih daripada ini. Sayangilah adikbongsu kami ini kerana dia sangat kami sayangi. " Maka seminggu kemudiannya,majlis perkahwinan
Lenggai dengan Bungsu Bintang Banyak pun diadakan. Ramaiorang kampung di rumah-rumah panjang yang berdekatan dijemput untuk meraikanmajlis itu.Beberapa tahun berlalu. Lenggai dan Bungsu Bintang Banyak mendapatseorang anak laki-laki yang diberi nama Selamuda. Lenggai
menjaga anaknya itudengan penuh kasih sayang sementara isterinya dan kakak-kakaknya bekerja disawah.Sememangnya sejak awal lagi, Lenggai telah diberi amaran supaya
tidakmembuka penutup tajau yang terletak di sudut rumah itu."Wahai suamiku, berjanjilah bahawa abang sama sekali tidak akan membukapenutup tajau ini," pesan Bungsu Bintang Banyak."Jika
abang membukanya juga, akibatnya amatlah buruk sekali."Lenggai mematuhi kata-kata isterinya. Walau bagaimanapun, oleh kerana selaludiingatkan berulang kali, Lenggai berasa ada sesuatu yang ganjil dalam tajau itu.Perasaan ingin tahunya datang dengan mendadak.Pada suatu hari
hanya Lenggai dan anaknya sahaja yang tinggal di rumah.Lenggai merenung tajau itu beberapa kali. Perasaan ingin tahunya memuncak danLenggai tidak boleh bersabar lagi. Dengan cermat dia
membuka penutup tajau itu. Alangkah dahsyatnya! Melalui mulut tajau itu dia dapat melihat beribu-ribu orangmanusia sedang sibuk menanam padi. Apa yang anehnya mereka kelihatan
jauhsekali di bawah. Lenggai menyedari kini dia berada di suatu tempat yang tinggi,seolah-olah di sebuah negeri di awang-awangan.Lenggai runsing sekali dengan apa
Monyet dan Buaya (Cerita Rakyat India)
Dahulu kala hiduplah seekor monyet di sebatang pohon jamblang di tepi sungai. Ia bahagia walaupun tinggal sendiri . Pohon itu mempunyai banyak buah yang manis dan memberinya tempat berteduh pada saat hari panas atau hujan.
Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan beristirahat di bawah pohon. Sang monyet yang ramah menyapanya, “Halo.” “Halo,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku dapat menemukan makanan? Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di sungai ini.”“Aku tidak tahu dimana ada ikan Namun aku mempunyai banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang dan melemparkannya kepada buaya.Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet.Ia suka rasanya yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya. Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat. Mereka mengobrol sambil makan buah jamblang.
Pada suatu hari buaya bercerita tentang isteri dan keluarganya.”Mengapa baru sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang ini untuk isterimu.”Isteri buaya menyukai buah jamblang. Ia belum pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya daging monyet yang sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes. “Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam. Lalu kita makan dia. Pasti dagungnya lezat dan manis.”Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya, “Monyet satu-satunya temanku, “ katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya. Sementara isterinya pun tetap membujuknya.
Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkanku. Kalau kau mencintaiku, kau ajak monyet temanmu
kemari. Setelah makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”Buaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati Namun di sisi lain, bila isterinya tidak memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal.Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa monyet kepada isterinya untuk dijadikan obat.
“Teman,” kata buaya kepada monyet. “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah jamblang yang kaukirimkan tiap hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam.Ikutlah denganku ke rumah kami.” Monyet sangat gembira dengan undangan itu namun ia berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya. Monyet pun melompat ke punggung buaya dan berangkatlah mereka.Ketika mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit parah, hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkannya.”
Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia dapat menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku senang bisa menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan jantungku di atas dahan pohon jamblang. Ayo kita kembali dan mengambilnya.” Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang. Monyet segera melompat turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon.
“Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita selalu membawa-bawa jantung kita? Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi.” Monyet pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya.Buaya sangat menyesal. Ia kehilangan satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang manis itu lagi.
Monyet lolos dari bahaya karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya lebih suka makan monyet daripada berteman dengannya
Tongkat Ajaib (Cerita Rakyat Cina)
Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan. Beberapa orang petani memelihara sapi di dekat danau itu. Tiap pagi mereka mambawa sembilan puluh sembilan ekor sapi untuk minum di danau, namun pada siang hari, sapi-sapi itu berubah menjadi seratus ekor. Seorang gadis cantik selalu muncul pada saat yang sama. Tak seorang pun tahu dari mana asal gadis itu, namun mereka menyukainya. Ia tahu tentang banyak hal dan suka bercerita. Ceritanya sangat menarik.
“Ada seekor sapi ajaib di antara ternak kalian,” katanya. “Ia dapat berjalan di atas air. Sehelai bulunya dapat mengangkat beban yang sangat berat.”
Para petani menanyakan sapi yang mana yang ia maksudkan, namun ia hanya tersenyum. “Hanya orang yang jujur yang dapat mengetahuinya, “ katanya.
Pada suatu hari, sapi-sapi itu sedang mencari makanan. Gembala tua yang biasa menjaga mereka mengumpulkan mereka. Tak disadarinya tongkat tua yang dipakainya menyentuh seekor sapi. Beberapa helai bulu sapi itu terselip pada retakan pada ujung tongkat.
Sore pun tiba, gembala itu mengikat dua keranjang kayu bakar pada ujung-ujung tongkat dan memikulnya. “Heran,” katanya dalam hati, “Kayu ini ringan sekali. Mungkin aku baru mengumpulkan sedikit kayu. Hari masih terang, lebih baik aku mengumpulkan kayu lagi.”
Ia pun mengumpulkan kayu lagi banyak-banyak. Diikatnya pada kedua ujung tongkat. Namun ia tetap dapat mengangkatnya dengan mudah. Ia pun pulang.
Demikianlah, tiap hari gembala tua mengumpulkan banyak kayu bakar dan membawanya ke pasar untuk dijual. Karena kayu yang dijualnya jauh lebih banyak dari sebelumnya, ia pun mendapat lebih banyak uang dan dapat menabung.
Pada suatu hari, ketika kakek itu membawa kayu itu ke pasar, seorang kaya melihatnya. Ia heran karena gembala yang sudah tua itu dapat membawa begitu banyak kayu. Tiap hari ia menunggu kakek itu lewat membawa kayu. Ia pun menemui kakek itu dan bertanya, “Kek, bagaimana kau dapat membawa kayu yang berat itu?”
“Tongkat ini ajaib,” jawab sang kakek.
“Kalau kau mau menjual tongkat itu kepadaku, aku akan memberimu lima ratus keping emas.”
Lima ratus keping emas adalah jumlah yang sangat besar. Uang itu dapat digunakannya hingga akhir hidupnya. Kakek pun menerimanya dan memberikan tongkatnya kepada orang kaya itu.
Orang kaya itu sangat gembira karena berhasil mendapatkan tongkat ajaib. Namun ia lihat tongkat tua itu sudah usang dan retak-retak pada ujung. Dibawanya tongkat itu ke tukang kayu untuk diperbaiki. Tukang kayu memotong ujung tongkat yang retak dan membuangnya. Bulu sapi ajaib pun ikut terbuang.
Pada suatu hari orang kaya itu menunjukkan tongkat itu kepada isterinya. Ia mengikat banyak kayu di ujung-ujung tongkat dan menyuruh isterinya mengangkatnya. Wanita itu tentu saja tidak dapat mengangkatnya. “Kau ini, mana mungkin ini tongkat ajaib?” katanya, “ini cuma tongkat biasa.”
Orang kaya itu mengomel, “Dasar kamu tidak tahu apa-apa.” Ia pun mengangkat tongkat dan kayu itu. Ia juga tidak dapat melakukannya karena tongkat itu sekarang sudah kembali menjadi tongkat biasa.
SI BUTA DAN SI BUNGKUK(cerita rakyat Melayu)
Di suatu kampung tinggallah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab
sekali. Kemana pun mereka pergi selalu bersama. Boleh dikata tidak pernah terjadi
pertengkaran di antara mereka. Jika yang seorang sedang marah, yang seorang lagi
berdiam diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada
kesulitan, selalu mereka atasi bersama.
Pada dasarnya, mereka memang saling membutuhkan karena keadaan tubuh
mereka mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta
matanya; pemuda yang lain dapat melihat, tetapi bungkuk tubuhnya. Oleh karena
itu, orang menyebut mereka si Buta dan si Bungkuk.
Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikit pun is curiga kepada temannya, si
Bungkuk. Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering
menipu dirinya. Kejadian itu selalu berulang setiap mereka menghadiri selamatan. Si
Buta selalu duduk berdampingan dengan si Bungkuk. Pada saat makan, si Buta selalu
mengeluh.“Pemilik rumah ini kikir sekali!” bisiknya kepada si Bungkuk agar jangan
didengar orang lain. “Tak ada secuil pun ikan, kecuali sayur labu.”Si Bungkuk hanya
tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara diam-diam ia
memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta dan ditukar dengan sayur
labu. Akibatnya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu.Si Bungkuk merasa
bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan, ia dapat memanfaatkan
kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang tidak mengetahui
kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya itu. Setiap
saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.
Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari
kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam-macam margasatwa hidup di sana
seperti burung, siamang, binatang melata, dan rusa.Konon, pada waktu itu belum
ada pemburu menggunakan senapan untuk membunuh hewan buruan. Penduduk
yang ingin mendapatkan rusa atau binatang lain biasanya menggunakan jerat yang
diseebut jipah (faring). Kadang mereka berburu menggunakan anjing pelacak dan
tombak. Cara ini akan dipakai si Bungkuk dan si Buta untuk berburu.“Kalau kita
dapat membunuh seekor rusa, hasilnya kita bagi dua sama rata,” ujar si Bungkuk.
Tentu saja si Buta sangat gembira mendengar hal itu. itua segera menuntun anjing
pelacak yang tajam India penciumannya, sedangkan si Bungkuk siap dengan tombak
di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan anjing pelacak
itu.Rupanya hari itu mereka bernasib balk. Seekor rusa jantan yang cukup besar
berhasil mereka tombak. Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan
hiasan dinding.
Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi,
dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tulang. Daging dan
lemak rusa diambil si Bungkuk.“Karena daging rusa sudah dibagi, kita masak sendiri
sesuai selera kita,” kata si Bungkuk.Si Buta menurut saja karena pikirnya memang
demikian seharusnya. Padahal dengan cara itu, si Bungkuk bermaksud agar daging
yang dimilikinya jangan secuil pun dimakan si Buta.
Walaupun si Buta tidak dapat melihat, kemampuannya memasak gulai tidak
diragukan sedikit pun. Terbit air liur si Bungkuk mencium bau masakan si Buta. Si
Bungkuk tidak pandai memasak.
Akhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan
rusa yang telah mereka masak dan siap menyantapnya. “Sedaap!” kata si Bungkuk
sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam mulutnya.“Nikmat!” kata
si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari piring dan menggigitnya.
Si Buta bersungut-sungut karena yang digigit, ternyata tulang semua.“Sayang,”
katanya, “rusa begitu besar, tetapi tak punya daging! Besok kita berburu lagi, tetapi
rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya.”
Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika
tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh
karena itu, is mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras
sehingga tetap tidak tergigit.
Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. la mengerahkan segenap tenaga dan
menggigit tulang itu sekuat-kuatnya hingga bola matanya hendak keluar dari lubang
mata.Tuhan sudah menakdirkan rupanya. Keajaiban pun terjadi. Mata si Buta tidak
buta lagi.“Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya.
Ketika is melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan di piring si Bungkuk daging yang
empuk, bukan main marahnya.“Sekarang, terbukalah topeng kebusukanmu selama
ini!” katanya.Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk dipukul
dengan tulang itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama
sekali. Seluruh tubuh si Bungkuk babak belur. Seperti si Buta, keanehan pun terjadi
pada si Bungkuk. Ketika la bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti
orang sehat. “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si
Bungkuk.Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan.
Persahabatan mereka pun semakin akrab.
Malin kundangMalin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia
tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi
berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk
membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi
kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah
kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia
rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang
saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak
laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh
bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal
tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat
bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh
oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin
Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin
terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia
memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100
orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga
kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira
anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga,
menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai
anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat
kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas
geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka
dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati
adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama
tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat
wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi
marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu
bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia
tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang
memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku
sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah
perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu
tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk
menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat
di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat