Upload
riyafebrina
View
63
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Laporan KasusFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman
Morbili pada Gravida 23-24 Minggu +
Hipokalemia
oleh:
Dora Anjarwati
NIM. 04.45409.00199.09
Pembimbing:
dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Morbili pada Gravida 23-24 Minggu +
Hipokalemia
Dipresentasikan pada tanggal 23 April 2011
Disusun oleh:
Dora Anjarwati
NIM. 04.45409.00199.09
Pembimbing:
dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala,
selanjutnya stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis,
pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak
Koplik), dan stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular
yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.1
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar
biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate
telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Penyakit ini umumnya menyerang
anak umur di bawah lima tahun (Balita) akan tetapi campak bisa menyerang semua
umur.
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang minimal bahkan pada yang tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.2 Bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili.3
BAB II
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SJ
Umur : 24 tahun
Alamat : Desa Muara badak Ulu Rt 12 kecamatan Muara Badak
kabupaten Kukar
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta (Guru Kursus)
Pendidikan terakhir : SMK
Suku : Banjar
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit : 18 April 2011
Anamnesis dilakukan tanggal 19 April 2011
Keluhan utama
Demam
Riwayat penyakit sekarang
Demam dialami pasien sejak ± 2 minggu sebelum Masuk Rumah Sakit, demam
dialami pasien mendadak tinggi dan semakin lama semakin meninggi, menggigil
terkadang dialami pasien pada malam hari, demam hanya turun dengan obat penurun
panas. Demam tidak disertai mimisan dan gusi berdarah.
Selama demam pasien mengeluhkan muncul bintik-bintik merah yang muncul
bertahap 5 hari sebelum MRS. mulanya di wajah pasien kemudian bertambah banyak
dan dalam waktu semalam muncul di leher lalu punggung dan tangan pasien serta
perut dan terakhir muncul di daerah kaki. Bersamaan dengan demam tinggi tersebut
pasien merasakan dengan nyeri menelan dan batuk kering, sehingga pasien sulit
menelan dan tidak mau makan. pasien juga mengeluhkan mata berair dan merah 3
namun tidak gatal, kadang disertai kotoran. Pasien juga merasakan bibir bengkak dan
luka pada lidah dan langit-langit mulut.
Pasien mengaku sebelum muncul bintik merah tersebut pasien merasakan nyeri dan
terasa panas. Gatal juga dirasakan pada bintik di wajah yang berubah menjadi
kehitaman.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 1 hari sebelum MRS muntah isi
lendir, muntah sebanyak 2-3 kali setiap muntah.
Pasien mengalami BAB cair sejak 3 hari sebelum MRS, BAB cair sebanyak 5-6 kali
perhari, sedikit-sedikit, air > ampas, warna feses kuning, lendir (-) darah (-). BAK
dalam batas normal, warna kuning, nyeri saat BAK tidak ada, BAK sering tidak
dirasakan pasien, riwayat BAK berpasir tidak ada.
Pasien saat ini sedang hamil yang menurut pengakuan pasien rutin diperiksakan ke
puskesmas, HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) tgl 29-11-2010 (usia kehamilan 23-
24 minggu). Pasien mengaku selama kontrol dipuskesmas tidak ada keluhan
mengenai kehamilannya.
Untuk keluhan saat ini pasien sempat dirawat selama 3 hari di puskesmas namun
tidak ada perubahan. Pasien didiagnosis Obs. Morbili + ISPA + Gastritis akut +
Gravid 20-22 mgg diberikan terapi IVFD RL : D5 2:1, PCT,GG,CTM , amoxicillin
500 mg, xanvit syrup.
Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat dengan keluhan yang sama tidak ada
- Riwayat alergi makanan adan obat tidak ada
- Riwayat asthma tidak ada
- Riwayat kontak pasien dengan keluhan serupa (-)
- Riwayat vaksinasi atau imunisasi tidak jelas
Riwayat penyakit keluarga
4
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serupa pada keluarganya.
- Riwayat asthma (+) ayah pasien, riwayat alergi tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK (pada tanggal 19 April 2011)
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Keadaan sakit : sakit sedang
Tanda Vital :
Frekuensi Nadi : 102 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Pernafasan : 24 x/menit,.
Suhu : 38,90C, aksiler
Status Gizi
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 150 cm
2. Kepala dan Leher
a. Umum
Ekspresi : Tenang
Wajah : ruam makulopapular (+) yang hilang dengan
penekanan dan sebagian mengalami hiperpigmentasi,
petechiae (-)
b. Mata
Kelopak : edema (-)
Konjunktiva : anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (+/+)
Sclera : ikterik (-/-)
5
Pupil : bulat, isokor Ø 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+)
c. Telinga
Bentuk : normal
Lubang telinga : normal
Processus Mastoideus : nyeri (-/-)
Pendengaran : normal
d. Hidung
Penyumbatan : (-/-)
Perdarahan : (-/-)
Daya penciuman : normal
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
e. Mulut
Bibir : pucat (-), sianosis (-), edema (+)
Gusi : berdarah (-)
Mukosa : pigmentasi (-), hiperemia (+), pucat (-)
Lidah : makroglosia (-), mikroglosia (-)
Faring : hiperemia (+)
Palatum : luka multiple dengan diameter ±1mm
f. Leher
Umum : simetris
Kelenjar limfe : membesar (+) submandibula, nyeri tekan (+)
Trachea : di tengah
Tiroid : membesar (-)
V. jugularis : JVP normal
3. Thorax
Bentuk : simetris
6
Kulit : ruam makulopapular (+) eritema, hiperpigmentasi (-) ,
petechiae (-)
Axilla : pembesaran kelenjar limfe (-/-)
Sternum : nyeri tekan (-)
a. Paru
I Bentuk : simetris
Pergerakan : simetris, retraksi ICS (-/-)
Pa ICS melebar : (+/+)
Fremitus raba : Simetris (D = S)
Nyeri : (-/-)
Pe Suara ketok : (sonor/ hipersonor)
Nyeri ketok : (-/+)
A Suara nafas : vesikuler
Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
I Ictus cordis tidak tampak
Pa Ictus cordis tidak teraba
Pe Batas kanan : parasternal line ICS III Dextra
Batas kiri : ICS V Mid Clavicula Line Sinistra
A S1 S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-).
4. Abdomen
I Bentuk : cembung
Kulit : ruam makulopapular (+), hiperpigmentasi (-),petechiae (-)
Hernia : umbilicus (-), inguinal (-)
Pa Turgor : normal
Tonus : normal
Nyeri tekan : tidak ada
Pembesaran : hepar (-), ginjal (-), spleen (-)7
TFU = 2 jari dibawah pusat
Pe Timpani, Shifting dullness (-)
A Peristaltik usus : BU (+) normal
5. Inguinal
Pembesaran kel. Limfe : (-/-)
6. Ekstremitas
Atas : Kulit ruam makulopapular (+), hiperpigmentasi (-), petechiae (-)
Sendi bengkak (-/-)
Tremor (-/-)
Akral hangat, edema (-/-)
Refleks biceps normal, refleks triceps normal
Bawah : Kulit ruam makulopapular yang belum merata, petechiae (-)
Sendi bengkak (-/-)
Tremor (-/-)
Akral hangat, edema (-/-)
Refleks patella normal
Refleks achilles normal
7. Tulang belakang : Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap 18 April 2011
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
8.700/mm3
10,9 gr/dl
31,7 %
8
Trombosit 250.000/mm3
Kimia Darah
Glukosa Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
110 mg/dl
24 mg/dl
0,7 mg/dl
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
132 Mmol/L
2,9 Mmol/L
104 Mmo/L
2. Ultrasonografi Abdomen
Hasil :
Gravid (+), cor rhytm (+)
Plasenta di fundus uteri, BPD 53 (23 w 5 d)
Ren Dextra Normal, Ren Sinistra Normal
Kesan : Gravid (+), fetus hidup
DIAGNOSIS
Morbili + Hipokalemi + G1P0A0 gravid 23-24 minggu
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
Imboost Force 2x1 tab
Ranitidin inj. 2x1 ampul
Ceftriaxone inj. 2x1 (skin test)
KSR 3x1
9
Monitoring elektrolit, co. dr. Sp.OG
PROGNOSIS
– Functionam : bonam
– Vitam : bonam
FOLLOW UP
Perawata
nS O A P
Hari I
Tgl
19/4/11
Demam (+),
ruam merah
pada seluruh
tubuh (+),
nyeri
menelan (+),
mual (+),
muntah (-),
BAB cair (+)
1 kali.
CM
TD: 90/60 mmHg
N: 104x/’
RR: 26x/’
T: 37,90C
Anemis -/-, ikterik
(-/-), rash
makulopapular (+)
dengan
hiperpigemntasi pd
wajah, faring
hiperemis (+), bibir
edema, pembesaran
KGB sub mandibula
(+)
Tho : vesikuler Rh
-/-, wh -/-, S1S2
tunggal regular,
murmur (-), gallop
Morbili +
hipokalemi +
G1P0A0 gravid
23-24 Minggu
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
Imboost Force 2x1 tab
Ranitidin inj. 2x1 ampul
Ceftriaxone inj. 2x1 (skin
test)
KSR 3x1
Konsul Sp. OG
10
(-)
Abd : cembung,
soefl, TFU 2 jari
bwh pusat, BU (+) N
Ekst : akral hangat
edema (-), rush
makulopapular (+)
Hari I I
Tgl
20/4/11
Demam (-),
ruam merah
pada seluruh
tubuh (+),
gatal (+),
nyeri
menelan (+),
mual (+),
muntah (-),
BAB (+)
Normal,
Batuk (+),
sesak (-),
pergerakan
bayi (+)
CM
TD: 90/60 mmHg
N: 98x/’
RR: 22x/’
T: 36,50C
Anemis -/-, ikterik
(-/-), rash
makulopapular (+)
dengan
hiperpigemntasi pd
wajah, faring
hiperemis (+), bibir
edema, pembesaran
KGB sub mandibula
(+)
Tho : vesikuler Rh
-/-, wh -/-, S1S2
tunggal regular,
murmur (-), gallop
(-)
Morbili +
hipokalemi +
G1P0A0 gravid
23-24 Minggu
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
Imboost Force 2x1 tab
Ranitidin inj. 2x1 ampul
Ceftriaxone inj. 2x1 (skin
test)
KSR 3x1
DMP syr 3xCI
11
Abd : cembung,
soefl, TFU 2 jari
bwh pusat, BU (+) N
Ekst : akral hangat
edema (-), rush
makulopapular (+)
Hari III
Tgl
21/4/11
Demam (-),
ruam merah
pada seluruh
tubuh (+),
nyeri
menelan
(+)<, mual
(+), muntah
(-), Batuk
(+), sesak (-)
CM
TD: 100/60 mmHg
N: 92x/’
RR: 22x/’
T: 36,80C
Anemis -/-, ikterik
(-/-), rash
makulopapular (+)
dengan
hiperpigemntasi pd
wajah , leher, dada
dan punggung,
tangan, faring
hiperemis (+), bibir
edema <<,
pembesaran KGB
sub mandibula (-)
Tho : vesikuler Rh
-/-, wh -/-, S1S2
tunggal regular,
murmur (-), gallop
Morbili +
hipokalemi +
G1P0A0 gravid
23-24 Minggu
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
Imboost Force 2x1 tab
Ranitidin inj. 2x1 ampul
Ceftriaxone inj. 2x1 (skin
test)
KSR 3x1
DMP syr 3xCI
Jawaban dr. Sp.OG :
Pasien dengan HpHt : 29-
10-2010, TFU : 2 jari
bawah pusat
DJJ : 153 x/menit dengan
gravid 23-24 minggu +
Morbili keadaan bayi baik.
Advise : Biosanbe 1x1
12
(-)
Abd : cembung,
soefl, TFU 2 jari
bwh pusat, BU (+) N
Ekst : akral hangat
edema (-), rush
makulopapular (+)
Hari IV
Tgl
22/4/11
Demam (-),
ruam merah
pada seluruh
tubuh (+)
menghitam,
nyeri
menelan (-),
mual (-),
muntah (-),
batuk (+)
CM
TD: 100/60 mmHg
N: 98x/’
RR: 22x/’
T: 36,70C
Anemis -/-, ikterik
(-/-), rash
makulopapular (+)
dengan
hiperpigemntasi
seluruh tubuh, faring
hiperemis (-),Tho :
vesikuler Rh -/-, wh
-/-, S1S2 tunggal
regular, murmur (-),
gallop (-)
Abd : cembung,
soefl, TFU 2 jari
bwh pusat, BU (+) N
Ekst : akral hangat
Morbili +
hipokalemi +
G1P0A0 gravid
23-24 Minggu
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
Imboost Force 2x1 tab
Ranitidin inj. 2x1 ampul
Ceftriaxone inj. 2x1 (skin
test)
KSR 3x1
DMP syr 3xCI
Biosanbe 1x1
Cek elektrolit
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, lemas, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan
bintik merah di kulit (ruam kulit). Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan)
nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal
(prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput
lendir.3
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan
ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak.
Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di
tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa
inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.4
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan
kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,
infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).4
ETIOLOGI
Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular
atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak
munculnya ruam. Penyebab campak adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-
bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip
14
dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring,
darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah
ruam muncul.5
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila
berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus
kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam
temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah. 5
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan
penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum
gejala muncul. Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur
lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa
muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, sinar ultraviolet dan ether.4
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia 5-9 tahun. Dinegara berkembang
menyerang pada usia lebih muda daripada negara maju. Biasanya penyakit ini timbul
pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan
secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu
belum pernah menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester
pertama, maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun.3
PATOGENESIS
15
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi
virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada
saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran
pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya
viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus
campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang
lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif
dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan
saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat
terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah,
saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun
secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan
bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.6
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media,
dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat
terjadi pada kasus campak.5
16
MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari. Walaupun
pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak
17
menampakkan gejala sakit. dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium:
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan
hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah,
tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski
jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-
langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang
dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Pada akhir masa prodromal, dinding
posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan
nyeri tenggorokkan. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum
durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan
didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang
disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black
Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan
traktus digestivus.
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala
gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali 18
muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada
bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke
punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari
ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah
akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya.1
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan
tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring
dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada
area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam
yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga
menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah
penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.1
Gambar rash Makulopapular (Ki) dan Koplik spot (ka)
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
19
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: -
Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak
Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik
putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang
terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa
berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam
kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan
di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai
memudar.3
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta
suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,
penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam,
kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.7
DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa
berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat
dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation
(CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi
IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan
menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder
20
pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila
terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih.6
Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum
IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan
menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih
cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan
didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar
glukosa normal.1
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.
Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa.8
PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti
konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit
untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan
jumlah limfosit total.6 Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C),
21
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit
disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
Imunitas
Struktur antigenik
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG
tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena
infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA
sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi
campak hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksinasi campak dari virus yang
dimatikan tidak akan menghasilkan IgA sekretori.5
Imunitas transplasental
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.
Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 – 6 bulan dan kadarnya akan
menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat
terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin
dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan
maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran.1
Imunisasi
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal
dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus
yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif
meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena
infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut
sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4˚C, sehingga
harus digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin.
22
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak
digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak
dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang
sedang menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil,
memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-
bahan berasal dari darah.9
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis
serum dewasa 0,25 ml/kgBB pada pasien sehat, 0,5 mL/kgBB pada pasien dengan
immunocompromise dengan dosis maksimum 15 mL/kgBB. yang diberikan
maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik.10 Bila
diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam
dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.
Komplikasi
Komplikasi morbili dapat dibagi menjadi beberapa bagian organ yang terlibat akibat
penyakit ini. Adapun penyulit campak dibagi dalam tiga kelompok menurut dareah
yang terkena infeksi yaitu system respirasi (pneumoni, bronkhopenumonia, otitis
media, system saraf pusat (encephalitis, subacute scleroting panencephalitis), system
pencernaan (gastroenteritis akut),10
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan
penyulit maka prognosisnya baik.2
BAB IV23
PEMBAHASAN
Pasien dengan nama Ny.SJ usia 24 tahun datang dengan keluhan demam dan
sedang hamil. Pasien didiagnosa Morbili dengan usia kehamilan 23-24 Minggu dan
Hipokalemia. Berikut adalah pembahasan mengenai perbandingan antara teori dan
fakta yang terjadi pada perjalanan penyakit pasien tersebut.
Anamnesa
Fakta Teori
• Demam perlahan meninggi
• Batuk
• Nyeri menelan
• Mata berair, merah dan
mengeluarkan kotoran
• Muncul ruam kemerahan bertahap
pada wajah – leher – punggung –
tangan – dada – kaki
• Ruam pada wajah yang mulai
menghitam
• Diare
• Mual dan muntah
Riwayat kontak (-)
Riwayat vaksinasi tidak jelas
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari
setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan -
nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) -
batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot -
mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian
muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam
(bintik Koplik).4
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal
muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam
kemerahan yang menonjol).4
Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di
depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah
samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar
ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan
ruam di wajah mulai memudar.
Resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita
morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum
24
pernah vaksinasi campak.
Virus yang berada ke aliran darah akan masuk ke
pusat muntah di medula oblongata sehingga
menyebabkan anorexia dan malaise.
Pada pathogenesis saluran cerna terjadi Hiperplasi
jaringan limfoid terutama pada usus buntu
mukosa usus teriritasi kecepatan sekresi
bertambah pergerakan usus meningkat Diare
Analisis
Pada kasus ini didapatkan hasil anamnesa yang sesuai dengan manifestasi
klinis morbili berdasarkan stadium penyakit tersebut. Pasien mengalami demam sejak
2 minggu dimana demam bertahap menjadi tinggi setelah 1 minggu disertai batuk,
nyeri menelan dan mata merah, berair dan mengeluarkan kotoran, fotofobia. Dua hari
setelah itu pasien mengalami munculnya ruam kemerahan pada wajahnya disertai
begkak pada wajahnya. Setelah 24 jam ruam kemerahan tersebut menyebar ke
punggung dan tangan pasien, dan semakin bertambahnya hari ruam semakin rata ke
seluruh tubuh. Dan setelah ruam di kaki muncul, ruam di wajah mulai mengalami
perubahan warna menjadi cokelat kehitaman.
Menurut teori, gejala Morbili dibagi dalam 3 stadium dimana pada Stadium
inkubasi yang berlangsung 10-12 hari, tanpa gejala. Manifestasi klini bisanya terjadi
pada stadium prodormal. Dimana Stadium prodromal berlangsung 2-4 hari, ditandai
dengan gejala-gejala demam, diikuti coryza (batuk, bersin, diikuti hidung tersumbat
dan ingus/pilek), faring merah, nyeri saat menelan, stomatitis (radang mulut),
konjungtivitis. Tanda khas (pathognomonic): enantema mukosa bukalis di depan gigi
seri (molar) ketiga yang disebut bercak Koplik (Koplik's spots). Selanjutnya stadium
erupsi yang ditandai dengan panas tinggi dan timbulnya rash makulopapuler (ruam
kemerahan) yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, lalu menyebar ke
25
wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas (anggota gerak tubuh, seperti tangan dan
kaki). Kemudian stadium penyembuhan (konvalesens) pada saat ruam berangsur-
angsur menghilang. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas, akan
menghilang setelah 1-2 minggu. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan. Saat ruam muncul di kaki,
ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan
urutan munculnya.1,2
Pemeriksaan fisik
Fakta Teori
• KU : lemah
• t0 : 38,90C, aksiler
Mata : konjungtiva hiperemis (+)
Wajah : ruam makulopapular (+),
hiperpigmentasi (+), petechiae (-)
Bibir edema (+), Mukosa buccal dan
palatum hiperemia (+), koplik spot (-)
Faring hiperemis (+)
Leher
Kelenjar limfe : membesar (+)
submandibula, nyeri tekan (+)
Thorax
Kulit : ruam makulopapular (+)
eritema, memutih dengan penekanan,
hiperpigmentasi (-),petechiae (-)
Abdomen
Kulit : ruam makulopapular
(+),memutih dengan penekanan,
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak
mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Pada umunya penderita tampak lemah.
Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir
stadium kataral).
Pada akhir masa prodromal, dinding posterior
faring biasanya menjadi hiperemis dan
penderita akan mengeluhkan nyeri
tenggorokkan.
Ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular
yang munculnya mulai dari belakang telinga,
mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka,
dan kemudian seluruh tubuh.
Kadang-kadang terdapat perdarahan primer
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening disudut
mandibula dan didaerah leher belakang.
26
hiperpigmentasi (-),petechiae (-)
Ekstremitas
Kulit ruam makulopapular (+),
hiperpigmentasi (-),memutih dengan
penekanan , petechiae (-)
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna
kemerahan yang akan tampak memutih dengan
penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan
tampak berwarna kecokelatan yang tidak
memudar bila ditekan.
Pemeriksaan Penunjang
Fakta Teori
Laboratorium :
Darah Lengkap :
Leukosit : N
Hb : 10,9 gr/dl
Elektrolit : 2,9 Mmol/L
Kimia darah : N
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau
meningkat jika ada komplikasi infeksi bakteri.
Dapat disertai leukopenia, limfopenia.1
Menurut teori pemeriksaan jarang dilakukan
karena diagnosis Morbili dapat ditegakan
melalui anamnesis dan fisik diagnostik.6
Analisis
Pada kasus pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal kecuali
Hemoglobin yang menurun. Hal ini dapat dikarenakan penyakitnya atau kondisi
fisiologis kehamilan. Dimana ditemukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga
terjadi hemodilusi pada darah ibu hamil sehingga menyebabkan pemeriksaan menjadi
anemia. Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan hasil kalium yang menurun sehingga
pasien hipokalemi. Hal ini disebabkan karena diare yang dialami pasien serta muntah
selama sakit ditambah susah makan karena sulit menelan sehingga menyebabkan
intake berkurang. Namun pada pasien kasus gejala hipokalemi tidak terlalu tampak.
27
Menurut teori pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis morbili
adalah serum antibodi dari virus campak yang dapat dilihat dengan pemeriksaan
Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune
precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent
antibody (FA). Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam.
Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan
menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih
cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis.6
Karena pasien ini sedang dalam masa kehamilan maka dilakukan pencitraan
ultrasound untuk menilai kondisi fetus yang dikandungnya. Pada pemeriksaan USG
didapatkan hasil kondisi fetus hidup dengan aktifitas jantung yang positif.
Penatalaksanaan
Fakta Teori
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3x500 mg
(antipiretik)
Imboost Force 2x1 tab
(imunostimulan)
Ranitidin inj. 2x1 ampul (H2
antagonis)
Ceftriaxone inj. 2x1 (antibiotik)
KSR 3x1
Co. dr. Sp. OG
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis,
terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan
bila terjadi infeksi sekunder.
Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan
penyulit yang timbul.
Analisis
Terapi yang diberikan pada pasien kasus bersifat suportif dan simtomatis yang sesuai
dengan penatalaksanaan pada literature. Dimana pengobatan bersifat suportif dan
simtomatis.6 Pada pasien kasus terdapat komplikasi berupa hipokalemi dan kondisi
28
sedang hamil sehingga penatalaksanaan berupa pemberian intake kalium dengan obat
KSR untuk terapi hipokalemia ataupun intake makanan tinggi kalium dan
dikonsulkan ke bagian kandungan dan kebidanan untuk evaluasi keadaan fetus dalam
rahim.
Prognosis
Prognosa pasien ini adalah bonam, karena penatalaksanaan pada pasien sudah
adekuat dan tidak ditemukan adanya penyulit selama sakit. Menurut literature,
campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit
maka prognosisnya baik. Hanya saja prognosa bayi yang dikandung pasien masih
dubia karena berdasarkan literatur bila ibu belum pernah menderita menderita morbili
ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila
ibu menderita morbili pada trimester pertama, maka mungkin melahirkan seorang
anak dengan kelainan bawaan.1
Pada pasien kasus menyebutkan tidak pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya dan status imunisasi pasien tidak lengkap sehingga perlu dilakukan
pemantauan yang intens terhadap janin sehingga mengurangi mortilitas dan
morbiditas. Menurut literatur pada kasus campak dengan kehamilan trimester 2 atau 3
akan meningkatkan resiko abortus, bayi lahir premature dan bayi dengan berat badan
lahir rendah.3 Oleh karena itu perlu diberikan edukasi kepada pasien agar k
melakukan kontrol rutin kehamilannya ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
DAFTAR PUSTAKA29
1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
2. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
3. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan diagnosis
Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.
4. Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi
Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008;109-121.
5. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk.
(ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
6. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds)
Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders.
p.2283 – 2298
7. Anonym. 2008. Online (http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&jd=Tips+Praktis+Mengatasi+Campak&dn=20080921170024), diakses
tanggal 15 April 2011.
8. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi
& Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
9. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku
Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal.
105
10. Gerson, Anne. Measles (rubeola) in Harrison’s Principle of Internal Medicine 16th
edition vol I. Mc-Graw Hill companies inc., 2005, p.1148-51.
30