39
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SH Umur : 36 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jekulo 03/01 Kudus Nomor CM : 583.910 Tanggal pemeriksaan : 27 November 2014 II. ANAMNESIS Autoanamnesis pada tanggal 27 November 2014 pukul 9.00 WIB di Poli Mata. A. Keluhan Utama Nyeri dan nerocos pada mata kiri B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri dan nerocos pada mata kiri sejak 2 minggu ini. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dalam 5 tahun. Disertai kelopak mata kiri tidak dapat menutup dengan sempurna, mata merah dan pandangan kabur. Pasien juga merasa mata kiri bergulir ke luar sejak kecil. 1

Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus mata

Citation preview

Page 1: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SH

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jekulo 03/01 Kudus

Nomor CM : 583.910

Tanggal pemeriksaan : 27 November 2014

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 27 November 2014 pukul 9.00 WIB di Poli Mata.

A. Keluhan Utama

Nyeri dan nerocos pada mata kiri

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan nerocos pada mata kiri sejak 2 minggu ini.

Keluhan ini dirasakan hilang timbul dalam 5 tahun. Disertai kelopak mata kiri tidak dapat

menutup dengan sempurna, mata merah dan pandangan kabur.

Pasien juga merasa mata kiri bergulir ke luar sejak kecil.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Operasi (-)

Riwayat Trauma mata (-)

Riwayat Hipertensi (+)

Riwayat Diabetes Mellitus (-)

Riwayat Hipertiroid (-)

1

Page 2: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes melitus (-)

E. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

Biaya pengobatan ditanggung BPJS kelas III

Kesan ekonomi kurang

III. PEMERIKSAAN

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 72x/menit

Suhu : 37OC

Pernafasan : 20x/menit

Status Gizi : Cukup

B. Status Ophtalmologi

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

6/6 Visus 6/9

- Koreksi -

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Keterlambatan gerak ke nasal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (+),

exotropia (+)

Normal Tes Hirschberg 150 Exotropia

2

Page 3: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Tidak bergerak Uji tutup mata Bergulir ke nasal

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

tekan (-), blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-), lagoftalmus

(+), ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi silier (+),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi cilier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Putih Sklera Putih

Bulat, jernih,

edema (-),

arkus senilis (-)

keratik presipitat (-), infiltrat (-),

sikatriks (-)

Kornea

Bulat, jernih

edema (-),

arkus senilis (-)

keratik presipitat (-), infiltrat

(-), sikatriks (-)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-),

Kripta (+), atrofi (-) coklat,

edema(-),

synekia (-)

Iris

Kripta (+), atrofi (-)

coklat, edema(-),

synekia (-)

Bulat,

Diameter ± 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

Pupil

Bulat,

Diameter ± 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Papil N. II bulat, batas tegas,

pucat, CDR 0,3; ablatio (-),

eksudat (-), excavation

Retina Papil N.II bulat, batas tegas,

pucat, CDR 0,3 ; ablatio (-),

eksudat (-), excavation

3

Page 4: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

glaumatosa (-) glaumatosa (-)

(+) cemerlang Fundus Refleks (+) cemerlang

Lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Lakrimasi (-)

IV. RESUME

A. Subyektif

Nyeri dan nerocos pada mata kiri 2 minggu, hilang timbul dalam 5 tahun.

Kelopak mata kiri tidak dapat menutup dengan sempurna, mata merah (+) dan

pandangan kabur (+)

Mata kiri bergulir ke luar sejak kecil.

Riwayat Operasi (-), trauma mata (-), Diabetes Mellitus (-), Hipertiroid (-)

Riwayat Hipertensi (+)

B. Objektif

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

6/6 Visus 6/9

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Keterlambatan gerak ke nasal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (+),

exotropia (+)

Normal Tes Hirschberg 150 Exotropia

Tidak bergerak Uji tutup mata Bergulir ke nasal

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

tekan (-), blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-), lagoftalmus

(+), ektropion (+),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi silier (+),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi cilier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

4

Page 5: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

V. DIAGNOSIS BANDING

OS Lagophtalmos et causa Parese N. VII

OS Lagophtalmos et causa Trauma mata

OS Exotropia Kongenital

OS Exotropia Paretik

OS Exotropia et causa parese N.III

VI. DIAGNOSA KERJA

1. OS Lagophtalmos et causa Parese N. VII

2. OS Exotropia Kongenital

VII. DASAR DIAGNOSA

1. OS Lagophtalmos et causa Parese N. VII

a. Subjektif

Nyeri dan nerocos pada mata kiri 2 minggu, hilang timbul dalam 5 tahun.

Kelopak mata kiri tidak dapat menutup dengan sempurna, mata merah (+) dan

pandangan kabur (+)

Riwayat Operasi (-), trauma mata (-)

b. Objektif

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Keterlambatan gerak ke nasal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (+),

exotropia (+)

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

tekan (-), blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-), lagoftalmus

(+), ektropion (+),

entropion (-)

5

Page 6: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Edema (-),

injeksi silier (+),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi cilier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

2. OS Exotropia Kongenital

a. Subjektif

Mata kiri bergulir ke luar sejak kecil.

Riwayat Operasi (-), trauma mata (-)

b. Objektif

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Keterlambatan gerak ke

temporal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (+),

exotropia (-)

Normal Tes Hirschberg 150 Exotropia

Tidak bergerak Uji tutup mata Bergulir ke temporal

VIII. TERAPI

Cendo Lyteers 5 ml 3 gtt 1 ODS

Terapi oklusi

Bedah

IX. PROGNOSIS

OCULI DEXTRA (OD) OCULI SINISTRA (OS)

Quo ad vitam ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad sanam ad bonam Dubia ad malam

Quo ad kosmetikam ad bonam Dubia ad malam

Quo ad functionam ad bonam Dubia ad malam

6

Page 7: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

X. USUL DAN SARAN

USUL

Evaluasi visus tiap 6 bulan sekali

Uji krimsky

SARAN

Menggunakan obat tetes mata dengan teratur

Mengunakan obat hipertensi secara teratur dan diet rendah garam

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Kelopak Mata

7

Page 8: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang

ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.Gangguan penutupan kelopak akan

mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.1

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis

pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas

dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat

ototorbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup

bolamata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus

foramenorbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis

okulimenuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra

terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi

untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar

didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan

jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20

pada kelopak  bawah).

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang

kelopak  bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan

musin.1

8

Page 9: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air

mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan

kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.2

Fisiologi Mengedip

Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks kedip seperti

adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus atau adanya hubungan dengan

sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada penelitian Taylor telah dibuktikan adanya hubungan

langsung antara jumlah dopamin di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis

dopamin D1 menunjukkan peningkatan aktivitas mengedip sedangkan penghambatannya

menyebabkan penurunan refleks kedip mata.3

9

Page 10: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer, namun dua

refleks fungsional yang signifikan adalah:4

1. Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang disebut

refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung cepat yaitu 0,1 detik.

2. Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip optikus.

Refleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.

Berkedip adalah penting untuk distribusi yang efektif dari air mata ke seluruh permukaan

mata dan akibat dari tindakan dari dua otot antagonis yaitu orbicularis dan levator kelopak mata.5

Air mata dibentuk oleh tiga lapisan: lipid, air, dan musin. Ini bertanggung jawab sebagai

pelumas kornea, nutrisi dan transportasi oksigen ke epitel kornea, penghapusan kotoran,

berfungsi sebagai antibakteri karena adanya IgA, lysozyme dan laktoferin, dan menghasilkan

permukaan optik mulus.5

LAGOPHTHALMOS

Definisi

Lagophthalmos adalah defek atau penutupan yang tidak lengkap dari kelopak mata. Kata

ini berasal dari bahasa Yunani "Lagos," kelinci, dan "ophthalmos," mata, karena hewan ini

diyakini tidur dengan mata terbuka. Kelaianan ini akan mengakibatkan trauma konjungtiva dan

kornea, sehingga konjungtiva dan selaput bening menjadi kering dan terjadi infeksi.5

Ketidakmampuan untuk berkedip dan menutup mata secara efektif terjadi paparan pada

kornea dan penguapan yang berlebihan dari air mata. Pasien akan merasa matanya terasa kering,

terbakar, terasa seperti ada benda asing, penglihatan yang kabur. Hal ini dapat mengakibatkan

terjadinya keratitis, abrasi kornea, infeksi, vaskularisasi, dan dalam kasus yang ekstrim perforasi

okular, endophthalmitis, dan hilangnya mata.5

Klasifikasi

Paralytic Lagophthalmos

Kelumpuhan saraf wajah mempengaruhi 30 sampai 40 orang per 100.000 per tahun di

Amerika serikat. Kelumpuhan ini memiliki beberapa penyebab tetapi yang paling umum adalah

Bell palsy dan bertanggung jawab atas 80% kasus.5

10

Page 11: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Bell Palsy adalah kelumpuhan saraf wajah akut, idiopatik, unilateral yang secara spontan

sembuh perlahan- lahan. Penyebabnya tidak diketahui tetapi mungkin dikaitkan dengan infeksi

virus. Gejala Bell palsy pada pasien dapat juga disertai dengan nyeri telinga, tuli atau

hyperacusis, perubahan rasa, kesemutan atau mati rasa dari pipi dan mulut, dan nyeri pada mata.

Prognosis menguntungkan dan fungsi saraf wajah pulih secara lengkap pada 84% pasien .6

Kelumpuhan akibat traumatik terjadi setelah fraktur tulang temporal atau setelah operasi.

Cedera iatrogenik yang paling umum setelah operasi kelenjar parotis, akustik neuroma reseksi,

dan rhytidectomies cervicofacial. Operasi pengangkatan alis dapat menyebabkan kelumpuhan

wajah sementara.5

Penyebab infeksi termasuk virus herpes zoster (Ramsay Hunt syndrome), HIV, penyakit

Hansen (lepra), Penyakit Lyme, campak, difteri, polio, sarkoidosis, TBC, dan penyakit kucing

awal. Ramsay Hunt Sindrom menyebabkan wajah nyeri perifer akut kelumpuhan terkait dengan

ruam erythematous vesicular dari kulit saluran telinga, aurikel (herpes zoster oticus) dan

orofaring. HIV menyebabkan kelumpuhan terbatas akut yang sembuh dalam 2 sampai 10

minggu. Penyakit Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan merupakan

peradangan granulomatosa kronis pada kulit, membran mukosa, saraf, kelenjar getah bening,

mata, dan organ internal. Hal ini menyebabkan kelumpuhan beberapa saraf perifer secara

permanen dan dapat melibatkan saraf trigeminal. Otitis media bakteri atau eksternal dan

mastoiditis juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf wajah.5

Tumor dari nervus facialis, akustik neuroma, adenoid kistik karsinoma saluran

pendengaran eksternal dan metastasis dari orbit, payudara, paru-paru atau ginjal juga telah

dikaitkan dengan Paralytic lagophthalmos.5

11

Page 12: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

12

Page 13: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Cicatricial Lagophthalmos

Lagophthalmos cicatricial terjadi setelah trauma atau pembedahan yang mengakibatkan

jaringan parut berlebihan dari kelopak mata. Kecelakaan kimia, luka bakar, lecet, kondisi kulit

kronis seperti xeroderma pigmentosum dan bedah pengangkatan kulit pada blepharoplasty

merupakan penyebab umum.5

Nocturnal Lagophthalmos

Lagophthalmos Nocturnal terjadi selama tidur dan dapat menyebabkan paparan yang

sama dan gejala mata kering. Gejala terdiri dari nyeri, sensasi kekeringan, benda asing atau nyeri

pada satu atau kedua mata, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Banyak faktor yang dapat

menimbulkan lagophthalmos. Secara konseptual, Latkany et al. membagi-bagi mereka menjadi

tiga kelompok utama: (1) proptosis atau paparan permukaan okular berlebihan, (2) insufisiensi

palpebral yang timbul dari bawaan, atau (3) idiopatik.5,7

13

Page 14: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Diagnosis dapat menantang karena tidak ada perubahan pada kelopak mata selama siang

hari dan gambaran klinis tumpang tindih dengan blepharitis. Pasien melaporkan tidak dapat tidur

malam dan ketidaknyamanan ekstrim ketika bangun tidur.5

Tanda dan Gejala

Kelumpuhan saraf akut wajah diikuti dengan hilangnya fungsi motorik unilateral

menyebabkan asimetri wajah yang khas. Kelumpuhan perifer mempengaruhi hemiface komplit

dan kelumpuhan sentral mempertahankan otot frontalis.5

Pada pasien tampak hilangnya lipatan dahi dan nasolabial, ptosis alis, ectropion pada

kelopak mata bawah, epiphora, retraksi kelopak mata atas, ketidakmampuan untuk menutup mata

(lagophthalmos), dan deviasi sudut mulut yang berlawanan dengan sebelahnya.

Ketidakmampuan untuk bersiul atau meniup dan berbicara yang tidak dapat dimengerti. Ada

ketidaknyamanan signifikan baik fisik dan emosional sebagai akibat perubahan kosmetik yang

patut diperhatikan.5

Pada kelopak mata atas, kelumpuhan orbicularis menyebabkan kontraksi dari levator

tanpa ada yang menghambat dan retraksi kelopak mata. Pada kelopak mata bawah itu

menyebabkan hilangnya tonus dan terjadi ectropion progresif. Terjadi malfungsi sekunder pada

14

Page 15: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

pompa air mata dan meningkatkan reflek sekresi air mata karena kornea terbuka. Kemungkinan

komplikasi termasuk keratitis, kornea ulkus, perforasi, endophthalmitis, dan phthisis bulbi.5

Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan lagophthalmos adalah untuk mencegah terjadinya keratitis

eksposur dan membangun kembali fungsi kelopak mata. Hal ini sama pentingnya bagi pasien

untuk memperbaiki kembali penampilan kosmetik wajah.

Pengobatan klinis diindikasikan pada semua pasien dan harus dimulai segera. Pengobatan

konservatif tetes mata sebagai pelumas selama siang hari dan salep pada malam hari biasanya

cukup untuk melindungi kornea dari paparan. Pada kasus sedang dan berat penggunaan ruang

lembab mungkin diperlukan.5,8

Beberapa penulis menggunakan toksin botulinum pada paralytic lagophthalmos. Injeksi

toksin botulinum pada kelopak levator mengurangi retraksi nya, memungkinkan untuk

penutupan yang lebih baik dari mata. Karena efek obat tersebut sementara, sehingga memiliki

nilai kurang pada paralytic lagophthalmos.9

Intervensi bedah mungkin diperlukan pada pasien yang telah gagal terapi medis atau

kelumpuhan wajah yang tidak dapat di perbaiki dengan pengobatan klinis.5,8

Penatalaksanaan Bedah

Teknik bedah yang digunakan untuk mengobati kelumpuhan saraf wajah dibagi menjadi

prosedur dinamis dan statis. Keputusan mengenai metode yang paling tepat untuk rekonstruksi

tergantung pada sejauh mana, lokasi, derajat dan durasi kelumpuhan, etiologi, pasien usia,

kesehatan, dan harapan.5

Prosedur dinamis lebih berhasil dalam memulihkan fungsi otot dan simetri wajah. Teknik

yang paling umum adalah perbaikan langsung saraf wajah, transfer saraf, mencangkok saraf

wajah, dan transfer otot.5

Prosedur statis dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan pada pasien dengan

lagophthalmos dan kelemahan kelopak mata yang lebih rendah setelah teknik yang dinamis.

Sebagai pengobatan tunggal, prosedur statis diindikasikan untuk pasien yang lebih tua dan lemah

yang tidak dapat dilakukan prosedur dinamis, atau ketika ada penundaan yang lama sampai

operasi.5

Tarsorrhaphy

15

Page 16: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Tarsorrhaphy diindikasikan pada kelumpuhan wajah sementara di mana langkah-langkah

klinis gagal melindungi kornea dan meningkatkan kenyamanan pasien. Teknik ini sederhana,

aman, dan cepat dan dapat di lepaskan pada saat fungsi orbicularis pulih. Ia tidak memiliki hasil

estetika yang sangat baik dan tidak harus menjadi pilihan pertama. Prosedur memperpendek

fisura palpebral dengan menggabungkan margin kelopak mata atas dan bawah. Garis abu-abu

pada kelopak mata atas dan bawah pada bagian yang tidak berambut 4 sampai 6 mm dari cantus

lateral dilakukan jahitan matras. Jahitan harus tegas diikat dan tabung silicon digunakan untuk

menghindari tenggelam ke dalam kulit. Jahitan dapat di lepas setelah 15 hari. Dalam kasus yang

parah tarsorrhaphy medial mungkin diperlukan. Celah kelopak mata sentral harus tetap terbuka

untuk memungkinkan penglihatan dan pemeriksaan kornea.5

Lid Loading

Teknik ini melibatkan penempatan benda yang kaku dan berat di bagian atas kelopak

mata, menyebabkan lebih besar gaya tarik gravitasi dan menyebabkan mata menutup secara

pasif. Emas telah menjadi yang paling banyak digunakan sebagai bahan implantasi karena

sifatnya kepadatannya tinggi dan sangat baik profil efek samping. Baru-baru ini, di gunakan

16

Page 17: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

bahan yang fleksibel yaitu rantai platinum sebagai alternatifnya. Implan harus ditempatkan pada

titik dimana aperture fissure yang terluas, biasanya antara pupil dan limbus medial.5

Lower Lid Procedures

Prosedur untuk memperbaiki malposisi dari kelopak mata bawah yang berkontribusi

terhadap lagophthalmos termasuk canthoplasty, prosedur pengetatan kelopak mata dan suspensi

kelopak mata.5

Tessier Canthoplasty

Teknik Tessier digunakan ketika lagophthalmos terkait dengan kelemahan kelopak mata

bawah. Teknik tersebut menghasilkan elevasi dan traksi lateral kelopak mata bawah dan

pengurangan fisura palpebra memungkinkan untuk oklusi yang lebih baik.5

17

Page 18: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Medial canthoplasty insisi dibuat pada mukokutan yang persimpangan dari kelopak mata,

mulai 1 sampai 2 mm ke medial puncta kemudian di jahit untuk menggambungkan bagian atas

dan bawah.10

18

Page 19: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

19

Page 20: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

STRABISMUS

Definisi

Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan abnormal

dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan tidak paralel dan

pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama.1

Etiologi

Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata. Hal ini dapat terjadi

berkaitan dengan:1

• Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak mata

• Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi

• Kelainan saraf

Klasifikasi Deviasi Mata

2. Menurut manifestasi

Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi mata bermanifestasi

(heterotropia) dan laten (heteroforia). Heterotropia adalah suatu keadaan penyimpangan

sumbu bola mata yang nyata di mana kedua penglihatan tidak berpotong pada titik

fiksasi. Sedangkan heteroforia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang

tersembunyi yang masih dapat diatasi dengan reflek fusi.2,3 Berikut ini akan dibahas satu

persatu.

a. Heterotropia

1). Esotropia

Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi

pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah yang lain, yaitu hidung.4

Strabismus jenis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu paretik (akibat paresis satu

atau lebih otot ekstraokular) dan non paretik.5

20

Page 21: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Gambar 1. Esotropia

(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6

Nonparetik

1. Nonakomodatif

Infantilis

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak jelas. Deviasi konvergen

telah bermanifestasi pada usia 6 bulan. Deviasinya bersifat comitant yaitu

sudut deviasi kira-kira sama dalam semua arah pandangan dan biasanya

tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Dengan demikian, penyebab tidak

berkaitan dengan kesalahan refraksi atau bergantung pada parese otot

ekstraokular. 5

Didapat

Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah usia 2 tahun.5

b) Akomodatif

Esotropia ekomodatif terjadi apabila terjadi mekanisme akomodasi fisiologis

normal disertai respon konvergensi berlebihan tetapi divergensi fusional yang

relatif insufisien untuk menahan mata tetap lurus.5

c) Akomodatif parsial

Dapat terjadi mekanisme campuran yakni sebagian ketidakseimbangan otot

dan sebagian ketidakseimbangan akomodasi. 5

Paretik ( incomitant )

Pada strabismus incomitant selalu terdapat satu atau lebih otot ekstraokular yang

paretik. Paresis biasanya mengenai satu atau kedua otot rektus lateralis, biasanya

akibat kelumpuhan saraf abdusen.5

Gejala dan tanda esotropia

• Juling ke dalam

• Kelainan refraksi biasanya sphere positif, namun

dapat sphere negatif bahkan emetropia.4

21

Page 22: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

2). Eksotropia

Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi

pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke arah lain yaitu ke arah luar

(eksodeviasi). Anak-anak tertentu mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk

terjadinya eksotropia. Adapun yang mempunyai resiko tersebut diantaranya anak

yang mengalami gangguan perkembangan saraf, prematur atau berat lahir rendah

dan anak dengan riwayat keluarga juling serta adanya anomaly ocular atau

sistemik.4

Gejala dan tanda

• Pada kebanyakan kasus awalnya bersifat

intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3 tahun

• Deviasi menjadi manifest, terutama saat lelah,

melamun, atau sakit

• Pasien dapat menutup satu mata bila terpapar

cahaya terang sekali

• Bila bersifat intermiten jarang ditemukan

ambliopia

• Kelainan refraksi biasanya sphere negatif

• Penglihatan ganda kadang-kadang dikeluhkan

penderita yang juling intermiten.4

3). Hipertropia

Deviasi vertikal lazimnya diberi nama sesuai mata yang tinggi, tanpa memandang

mata mana yang memiliki penglihatan lebih baik dan yang diugunakan untuk

22

Gambar 2. eksotropia (emedicine)

(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6

Page 23: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

fiksasi. Hipertropia lebih jarang dijumpai daripada deviasi horizontal dan

biasanya didapat setelah lewat masa anak-anak.5

b. Heteroforia

Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai kecenderungan

untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh usaha otot untuk

mempertahankan penglihatan binokular. Contoh: eksoforia dan esoforia.2,5 Penyebab

heteroforia dibagi menjadi penyebab refraktif dan nonrefraktif. Penyebab refraktif,

misalnya pada hipermetropia dan miopia. Sedangkan penyebab non refraktif, foria

tampak pada keadaan neurastenia, anemia, penderita debil, infeksi lokal.2

Temuan klinis

Gejala klinis dapat berupa diplopia atau astenopia (kelelahan mata). Gejala yang

timbul pada astenopia memiliki bermacam bentuk. Dapat timbul rasa berat, lelah atau

tidak enak pada mata. Mudah lelah, penglihatan kabur, dan diplopia, terutama setelah

pemakaian mata berkepanjangan, dapat juga terjadi.

Pemeriksaan:2,5

Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia.

Kekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot.

Pemeriksaan refraksi.

3. Menurut sudut deviasi

a. Inkomitan (Paralitik)

Sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan oleh kelumpuhan otot

penggerak bola mata. Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot atau beberapa otot.2

Tanda-tanda:2

23

Gambar 3. Hipertropia

(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6

Page 24: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Gerak mata terbatas pada daerah di mana otot yang lumpuh

bekerja.

Deviasi.

Jika mata digerakkan ke arah otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan

menjurus ke arah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal.

Diplopia terjadi pada otot yang lumpuh.

Vertigo, mual-mual.

Diagnosa berdasarkan:2

- Keterbatasan gerak

- Deviasi

- Diplopia

1). Abdusen palcy

Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala, tumor, atau

peradangan dari susunan saraf serebral.

Tanda-tanda:

- Gangguan pergerakkan bola mata ke arah luar

- Diplopia homonim, yang menjadi lebih hebat bila mata digerakkan ke arah

luar.2

2). Kelumpuhan N. III

Tanda-tanda

- Ptosis

- Bola mata hampir tidak dapat bergerak atau terdapat keterbatasan bergerak ke

atas, nasal, dan sedikit ke arah bawah.

- Mata berdeviasi ke temporal, sedikit ke bawah

- Sedikit eksoftalmus

- Crossed diplopia.

Penyebab:

Kelainan dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot. Kelainan

dapat berupa eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan pembuluh

darah. Pada umunya disebabkan oleh lues yang dapat menyebabkan tabes,

24

Page 25: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

ensafelitis, infeksi akut, diabetes melitus, penyakit sinus. Terjadinya dapat secara

tiba-tiba, tetapi perjalanan penyakitnya selalu menahun.2

b. Nonkomitan (Non paralitik)

Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata yang

sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang sama.

Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder (deviasi

pada mata yang sehat).2

Pemeriksaan

1. Anamnesa

Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu ditanyakan

usia pasien saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis onsetnya, jenis deviasi,

fiksasi dan yang tidak kalah penting yakni adanya riwayat strabismus dalam keluarga.2,5

2. Ketajaman penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen.5

3. Penentuan kelainan refraksi

Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan retinoslopi. Obat

standar untuk menghasilkan sikloplegia total pada anak berusia kurang dari dua tahun

adalah atropin yang dapat diberikan sebagai tetes atau salep mata 0,5% atau 1% dua kali

sehari selama 3 hari.2,5

4. Inspeksi

Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermitan, bervariasi

atau konstan. Adanya ptosis dan posisi kepala yang abnormal juga dapat diketahui.2,5

5. Uji strabismus

Uji Hirschberg

Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya dengan jarak sekitar 33 cm, maka

akan terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Pada mata yang normal, refleks

sinar terletak pada kedua mata sama-sama di tengah pupil. Bila refleks cahaya

terletak di pinggir pupil, maka deviasinya 15°. Bila di antara pinggir pupil dan

limbus, deviasinya 30°. Bila letaknya di limbus, deviasinya 45°.2,3

25

Page 26: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Gambar 4. Uji Hirschberg

(Diunduh dari http://www.vision-training.com)7

Uji Krimsky

Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma yang ditempatkan

didepan mata yang berdeviasi dan kekuatan prisma yang diperlukan untuk membuat

refleks cahaya terletak di tengah merupakan ukuran sudut deviasi.3,5

Uji tutup mata

Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan menyuruh

mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi, mata kiri ditutup dengan

lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi:

i. Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai juling yang manifest. Bila

mata kanan bergulir ke nasal berarti terjadi eksotropia. Dan sebaliknya, bila

bergulir ke temporal berarti terjadi esotropia.

ii. Mata kanan bergoyang, mungkin terjadi ambliopia.

iii. Mata kanan tidak bergerak, mata dalam kondisi terfiksasi.3

Uji tutup mata berganti

26

Page 27: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata berfiksai

normal maka matayang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi pergerakan pada mata

yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.3

Uji tutup buka mata

Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang ditutup.

Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang berbakat juling akan

menggulir.3

Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan (misal:

ambliopia), memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan penglihatan binokuler yang

dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah.2,5

1. Terapi medis2,5

i. Terapi oklusi

Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk merangsang

mata yang mengalami ambliopia.

ii. Alat optik

Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optil terpenting dalam

pengobatan strabismus. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh kacamata

memungkinkan mata menggunakan fusi alamiah sebesar-besarnya.

iii. Ortoptik

2. Terapi bedah

Prinsip operasi adalah melakukan reseksi pada otot yang terlalu lemah atau melakukan resesi

otot yang terlalu kuat.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 4. Jakarta: FKUI, 2012

2. Radjiman T. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: Penerbit Airlangga,1984. h:1-8

27

Page 28: Case Lagoftalmus Dan Exotropia

3. Taylor JR, Elsworth JD, Lawrence MS, Sladek JR, Roth RH et al (1999) Spontaneous blink rates correlate with dopamine levels in the caudate nucleus of MPTP-treated monkeys. Exp Neurol 158:214–220.

4. Encyclopædia Britannica. 2007. Encyclopædia Britannica, Inc. On-line at: http://www.britannica.com/eb/article-9039122 (retrieved on september 16, 2012)

5. Pereira MVC, Gloria ALF. Lagophthalmos. Seminars in Ophthalmology 2010;25(3), 72–78

6. Bosniak, S. Principles and Practice of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery. NY: W.B. Saunders; 1996,1(43):473.

7. Tsai SH, Yeh S, Chen LJ, Wu CH, Liao SL. Nocturnal Lagophthalmos. International Journal of Gerontology, 2009;3(2): 89-95

8. Tuna SH, Gumus HO,Hersek N. Custom-made Gold Implant for Management of Lagophthalmos: A Case Report. Eur J Dent 2008;2:294-298

9. Yucel EO, Arturk N, Botulinum toxin-A-induced protective ptosis in the treatment of lagophthalmos associated with facial paralysis. Ophthal Plast Reconstr Surg 2012;28(4):258-260

10. Philip L. Custer, M.D. Ophthalmic Management of the Facial Palsy Patient. SEMINARS IN PLASTIC SURGERY 2004;18:31-38

28