Upload
himmah-mesir
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
1/28
Labe
lisasi
Himmah Mesir @himmahmesir Himmahmesir.blogspot.com EDISI UJIAN TERM 2 2016
Istsha
b
Halalpada
mplem
enta
si
Haram
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
2/28
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
3/28
Diterbitkan Oleh:
Pelindung:
Penanggung Jawab:
Pemimpin Umum:
Pemimpin Redaksi:
Redaksi Ahli:
Sekretaris Redaksi:
Tata Usaha:
Reportase:
Editor:
Layout/Desain Sampul:
Distributor:
Web-Master:
Alamat Redaksi:
.
Amanatul Ummah
Adversing
Muhammad Al-Barra
Syaifullah Admadja
M. Fajar Ali Qadha
M. Maulal Karim
M. Samsul Hadi,
Mas Faiqul Khuluq,
Mughni Rahmatullah.
Badrus Sholeh
Ibnu Chamdun,
Muhammad
Khoiruddin.
Muhammad Nabil
Muwaaq, Si
Shoyah.
Zia Hulhak, Ak
Mahirotul Mahfudzoh.
Faiz Hosainie Rafsanjanie.
Muhidurrohman,
Muhammad Nasrullah,
Ahmad Fauzi.
Faiz Hosainie Rafsanjnie.
Tub Romly, el Naqabat-
Build 27 Flat 04, Hayy
Asyir, Madinat Nasr, Cairo.
#
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
DAFTAR ISI
1
4
7
10
14
GALLERY
SASTRA
LENTERA
17
16
18 ENGLISH STATION
20DAPUR HIMMAH
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
4/28
##
BULETINAL-UMMAHEDISIUJIANTERM2
2016
Assalamualaikum
Haloooo.. lama gak jumpa niih.
Berpelukaaan. Apa kabar teman
-teman? Pada sehat semua kan?
Hehe. Oh ya, sebelumnya Him-
mah ingin mengucapkan
selamat menunaikan ibadah
puasa. Semangat terus iba-
dahnya. Banyakin nyari pahalan-
ya :D
Eng ing eng.. Kabar gembiraaa.. bullen al-Ummah udah terbit nih!
Dengan temanya, Implementasi Isshab pada Labelisasi Halam dan
Haram. Apa sihisshab? Ialah adalah keberlangsungan hukum suatu
problemaka pada masa sekarang-dan masa yang akan datang-
sebagai bentuk ketetapan hukum pada masa lampau, hingga datang
sebuah argumen atau petanda-petanda (dalil) yang mengubah ke-
tetapan hukum tersebut. Tapi bagaimana labelasinya pada halal dan
haram? Geeh monggo diam sejenak dan.. kita baca sama-sama. in-
syaAllah bermanfaat dah.
Tidak hanya tentang isshab, disini masih banyak rubrik lain loh.
Misal Azharian, Resensi, Sastra, Arab, Inggris dan masih banyak lagi.
Banyak hidangan. Gak bakalan bosenin lahpokoknya.
Oh ya, di rubrik dapur Himmah kita mengangkat seorang tokoh fe-
nomenal. Hidupnya melegenda. Seseorang yang bahkan di curigai
sebagai wali. Wallahu Alam. Siapakah dia? Penasaran?
Merapat gaaaan :P
EDITORIAL
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
5/28
SOROT
JJ
ika peradaban Yunani adalah peradaban fil-
safat, dan peradaban Eropa kontemporer adalahperadaban ilmu dan teknologi, maka peradaban Islam
dengan salah satu capaian terbesarnya-jika boleh
dikatakan-adalah peradaban fikih. Inilah ungkapan
menarik Muhammad Abid al-Jabiri dalam bukunya
Takwn al-Aql al-`Araby. Dengan berani ia mengatakan
bahwa fikih merupakan produk murni yang lahir dari
rahim atau hasil dialektika Arab-Islam. Maka sepatut-
nya kita berbangga memiliki peradaban luar biasa, yang
sejatinya akan sulit kita temui padanannya dalam yuris-
prudensi hukum positif manapun. Fikih berusaha men-
ciptakan formulasi hukum yang konsen terhadap realitas
-realitas masyarakat, sedangkan usul fikih bergumul
pada tataran formulasi nalar hukum. Fikih dan usul
fikih merupakan dua entitas yang tidak dapat
dipisahkan. Melalui usul fikih, hukum-hukum Islam
lahir menjadi hukum yang berada di garda depan dan
meninggalkan hukum-hukum lain.
Namun, pergerakan yurisprudensi Islam tidak
ujug-ujugdan mak gedabrukterbentuk menjadi sebuah
hukum yang matang dan siap kita konsumsi. Hukum
dihasilkan melalui proses istinbthyang berpijak padadalil-dalil otoritatif dengan berbagai perangkatnya. Dan
salah satu perangkat yang perlu kita telaah dan kaji
secara kritis adalah istishab. Namun sebelum melangkah
lebih jauh, penulis akan melakukan penjernihan makna
secara definitif sebagai basis awal pemetaan dalam ter-ma istishab. Secara etimologi kata istishab merupakan
derivasi dari kata al-mushhabah yaitu al-
mulzamah yang berarti persahabatan. Secara termi-
nologi ulama ushliyynsepakat mendefinisikan istishab
sebagai keberlangsungan hukum suatu problematika
pada masa sekarang-dan masa yang akan datang-
sebagai bentuk ketetapan hukum pada masa lampau,
hingga datang sebuah argumen atau petanda-petanda
(dalil) yang mengubah ketetapan hukum tersebut.
Dengan kata lain, hukum-hukum yang sudah ada pada
masa lampau tetap memiliki eksistensi atau tetap berla-
ku untuk zaman sekarang dan yang akan datang, selama
tidak ada dalil-dalil otoritatif lain yang mengubah status
hukum tersebut.
Sebagai contoh, dalam masalah pernikahan.
Seorang perjaka dan seorang perawan melangsungkan
suatu akad pernikahan. Setelah berlangsungnya hub-
ungan suami istri, suami menggugat bahwa istrinya su-
dah tidak perawan lagi. Pernyataan atau tuduhan suami
ini tidak dapat dibenarkan, kecuali ia mampu
mengemukakan bukti yang kuat dan alasan logis yangdapat diterima. Karena pada dasarnya, seseorang
dikatakan perawan berarti ia belum pernah melakukan
hubungan suami-istri. Contoh lain, Penetapan hak milik
Siti Shofiyah
BingkaiBingkaiBingkaiOtoritatifOtoritatifOtoritatif
IstishabIstishabIstishab;( (Penyematan Label Halal-
Haram)
1
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
6/28
seseorang atas suatu barang yang ia
peroleh melalui pembelian, warisan,
hibah, dan wasiat. Hak milik ini
akan terus berlangsung untuk
selamanya, sampai ada bukti yang
menyatakan bahwa hak milik terse-
but sudah berpindah ke tangan orang
lain. Dari dua contoh kasus di atas
dapat disimpulkan bahwa metode
yang diterapkan untuk menetapkan
hukum tersebut didasarkan pada ka-
camata istishab.
Secara nalar kolektif, akan
timbul kesadaran bahwa posisi kru-sial yang diemban oleh istishab ada-
lah menguatkan status hukum asal.
Istishab memiliki kuasa-otoritatif
untuk menyematkan sebuah label
halal-haram atau boleh-tidak boleh
dalam suatu perkara melalui hukum
asal. Oleh karena itu, menurut Zak-
ky al-Din Syabandalam bukunya
Ushul al-Fiqhistishhab tidak
bisa menetapkan suatu hukum baru,
ia hanya melanjutkan hukum asal
atau mempertahankan hukum yang
sudah ada. Inilah yang disebut oleh
beliau dengan Istishhb hujjah li
ibq`i m kna `al m kna l li
itsbti m lam yakun. Maka tidak
heran, jika pada tataran ini para ula-
ma usul fikih masih berbeda pen-
dapat mengenai kehujjahan istishab
ketika tidak ada dalil yang menjelas-
kan suatu kasus yang sedang dihada-pi.
Terdapat tiga kubu ulama
yang mengetengahkan pendapat
mereka tentang kehujjahan istishab:
Pertama, mayoritas ahli kalam yang
menyatakan bahwa istishab tidak
bisa dijadikan pijakan. Karena
hukum yang ditetapkan pada masa
lalu menghendaki adanya sebuah
dalil, demikian juga untuk menetap-
kan hukum yang sama pada masa
sekarang dan yang akan datang, ha-
rus berdasarkan dalil. Bagi mayori-
tas ulama mutakallimin, istishab
bukan lah dalil. Oleh karena itu,
menetapkan hukum melalui istishab
merupakan penetapan hukum tanpa
dalil. Meskipun hukum yang telah
lalu ditetapkan menggunakan dalil,
namun untuk memberlakukan
hukum tersebut di masa yang akan
datang tentu memerlukan dalil lain.
Kedua, mayoritas Hanafiyyah yang
menjadikan istishab sebagai hujjah
untuk menetapkan hukum yang su-
dah ada, dan menganggap hukum
tersebut tetap berlaku di masa yangakan datang, tetapi tidak bisa
menetapkan hukum yang belum ada
dan tidak bisa menjadi pijakan
sesuatu yang akan ada. Inilah yang
dimaksudkan oleh mayoritas
Hanafiyyah sebagai Istishhb hu-
jjah li daf`i wa nafyi l li istbt wa
al-istihqq.
Ketiga, ulama Malikiyyah,
Syafi`iyyah, Hanabilah, Zha-
hiriyyah, dan Syi`ah yang menya-
takan bahwa istishab bisa menjadi
hujjah secara mutlak untuk menetap-
kan hukum yang sudah ada, selama
belum ada dalil yang mengubahnya.
Mereka berapologi bahwasannya
sesuatu yang ditetapkan pada masa
lalu tetap memiliki fungsinya sampai
kapanpun, kecuali ada dalil yang
merubah ketetapan hukum tersebut.
Apabila tidak demikian, hukum Tu-han akan terkesan rigid dan kaku
serta kehilangan fungsi dan eksis-
tensinya karena tergerus oleh peru-
bahan zaman. Dapat dipastikan bah-
wa hukum-hukum Tuhan tidak akan
berlaku untuk generasi-generasi se-
lanjutnya. Dan Islam yang katanya
shlih f kulli zamn wa mkanhan-
ya akan menjadi slogan basi yang
kehilangan gaungnya dan tidak perlu
digembor-gemborkan lagi.
Tak heran jika dalam be-
berapa kasus, para ulama berbeda
pendapat. Hal ini dapat dilihat dalam
kasus mafqd (orang hilang yang
tidak diketahui keadaannya, apakah
masih hidup ataukah sudah mening-
gal). Menurut ulama Malikiyyah,
Syafi`iyah, Hanabilah, Zhahiriyah
dan Syiah, orang hilang berhak
menerima bagian warisannya. Bagi-
an tersebut disimpan sampai
keadaan orang tersebut diketahui,
apakah masih hidup sehingga harta
warisan itu diserahkan kepadanya,
ataukah ia sudah meninggal sehing-
ga harta warisnya diberikan kepadaahli waris lain. Demikian juga apabi-
la ada seseorang yang berwasiat,
mewakafkan atau menghibahkan
sesuatu kepada orang hilang terse-
but. Akan tetapi ulama Hanifiyah
membatasi hal tersebut sampai em-
pat tahun setelah kepergiannya. Jika
belum habis masa empat tahun terse-
but, maka harta warisnya tidak boleh
dibagikan kepada ahli waris lainnya.
Menurut ulama Hanafiyyah, orangyang hilang tidak bisa menerima
warisan, wasiat, hibah dan wakaf,
karena belum bisa dipastikan ia
masih hidup. Harta tersebut juga
belum bisa dibagikan kepada ahli
warisnya, sampai terbukti bahwa ia
benar-benar sudah meninggal. Kare-
na penyebab adanya waris adalah
meninggalnya seseorang. Istishab
bagi ulama Hanafiyyah hanya berla-
ku untuk mempertahankan hak
(harta orang hilang itu tidak bisa
dibagi), bukan untuk menerima hak
atau menetapkan hak baginya,
(menerima waris, wasiat, hibah dan
wakaf).
Menurut Dukturah Tsariya
Mahmud Abdul Fattah, posisi
istishab sendiri masuk pada klasifi-
kasi dalil-dalil yang dapat diterima
bagi mayoritas ulama, selainmashlih al-mursalah. Jika diband-
ing dengan istihsn atau qaul
shahbi, yang keberadaannya masih
SOROT
2
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
7/28
diperdebatkan secara sengit oleh kebanyakan ulama.
Maka dapat disimpulkan bahwa istishab dapat dijadikan
pijakan selama tidak bertolak belakang dengan teks-
teks original-otoritatif al-Qur`an dan Sunnah, dan jika
membawa kemaslahatan secara nyata bagi umat manu-
sia di bumi. Dengan ini, tujuan-tujuan syariat akan
terrealisasikan, yaitu membawa kemaslahatan bagi
manusia di dunia dan di akhirat.
Dari sini, perlu kiranya untuk melacak bebera-
pa kaidah yang menjadi pondasi istishab atau kaidah-
kaidah umum yang didasarkan pada istishab. Pertama,
al-ash baq` m kna `al m kna, hatta yutsbita m
yughaiyyiruh. Maksud dari kaidah ini adalah pada da-
sarnya seluruh hukum yang sudah ada dianggap berlaku
terus sampai ditemukan dalil yang mampu menunjuk-
kan bahwasannya hukum tersebut tidak berlaku lagi.
Kedua, al-ashl f al-asyy` al-ibhah. Pada hakikatnya,
setiap hal-hal yang sifatnya bermanfaat bagi manusia
hukumnya adalah boleh. Melalui kaidah ini, dapat
dipastikan hukum setiap transaksi adalah sah, selama
tidak ada dalil yang menunjukkan kebalikannya. Se-
bagaimana sesuatu yang tidak ada dalil yang mengha-
ramkannya, maka hukumnya adalah boleh.
Ketiga, al-yaqn l yuzlu bi al
-syak. Suatu
keyakinan kedudukannya tidak bisa digantikan dengan
sesuatu yang masih diragukan. Melalui kaidah ini, jika
seseorang yang telah berwudhu dan merasa ragu apakah
wudhunya batal atau belum, maka ia berpijak pada
keyakinannya bahwa ia telah berwudhu dan wudhunya
tetap sah. Akan tetapi, hal ini mendapat pengecualian
dari ulama Malikiyyah dalam perihal salat. Menurut
mereka apabila keraguan tersebut berada pada ruang
lingkup salat, maka kaidah ini tidak berlaku. Oleh kare-
na itu, apabila seseorang ragu dalam perihal wudhunya,
maka ia wajib berwudhu kembali. Keempat, al-ashl f
al-dzimmah al-bar`ah min al-taklf wa al-huqq. Se-
jatinya, seseorang tidak dibebani tanggungjawab sebe-
lum ada dalil yang menetapkan tanggungjawab
seseorang. Oleh sebab itu, seorang tergugat tidak bisa
dinyatakan bersalah dalam kasus apapun sebelum ada
bukti yang kuat dan mampu meyakinkan bahwasannya
ia bersalah.
Pada dasarnya, urgensitas kedudukan istishab
terlihat ketika para ulama tidak menemukan pijakan
dasar dalam al-Qur`an, Sunnah, ijmak dan qiyas.
Dengan kata lain, istishab dapat digunakan sebagai da-
sar hukum setelah empat pilar di atas dengan memper-
timbangkan beberapa unsur yang melingkupinya. Se-
baliknya, menetapkan hukum melalui istishab tanpa
memeriksa pada empat pilar tersebut adalah haram
hukumnya, apalagi masalah tersebut telah dibahas
secara rinci oleh al-Qur`an, Sunnah, ijmak, dan qiyas.
Namun, meskipun beberapa perkara tidak memiliki
landasan dalil yang kuat, tapi ia memperoleh legalisasi
melalui salah satu perangkat hukum Islam yaitu istish-
hab. Jika menilik beberapa kaidah di atas; hukum asal
sesuatu itu adalah boleh. Maka dapat diasumsikan bah-
wa istishab adalah pelabuhan terakhir beredarnya be-
berapa hukum Islam. Ia juga mengukuhkan status
hukum asal suatu perkara, serta memiliki kuasa untuk
menyematkan label halal-haram melalui hukum asal.
Inilah pentingnya istishab, dengannya hukum Tuhan
serta Sunnah Rasul akan berlaku untuk zaman-zaman
dan generasi yang akan datang. Dan Islam yang katanyashlih f kulli zamn wa mkan akan menjadi adagium
yang mampu berdialektika dengan ruang dan waktu
yang berbeda. [.]
SOROT
3
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
8/28
OPINI
Pada masalah yang masih
mengandung khilaf, kita
boleh memperketat diri, na-
mun tidak bisa di pasangkan
kepada orang lain.
KetidakKetidakKetidakSesuaian YangSesuaian YangSesuaian Yang
MenjamurMenjamurMenjamur
Faiz Hosainie Rafsanjanie
4
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
9/28
Dewasa ini kita sering di
suguhkan oleh hal-hal aneh yang
mungkin belum pernah kita temui
sebelumnya. Dengan maraknya
teknologi di zaman serba modernini, akhirnya gejolak perubahan dan
hasrat pembangunan itu muncul dari
masing-masing pihak, bahwasanya
perubahan demi pembaharuan me-
mang harus di lakukan. Namun di
lain sisi ternyata kita juga diharus-
kan untuk menjaga dan melestarikan
budaya yang sudah ada dengan ban-
yaknya kearifan budaya lokal yang
sampai saat ini masih berkembang
bahkan masih mengupayakan tingkatkeaslian dari awal kali munculnya
budaya tersebut. Ke dua hal ini me-
mang seharusnya ada dan seha-
rusnya memang harus selalu di jaga.
Keseimbangan adalah modal
bagi setiap bangsa agar bisa lebih
mengupayakan gaya modern yang
mengikuti perkembangan zaman,
namun juga masih mejaga serta me-
lestarikan keanekaragaman budayayang sudah melekat sejak ter-
bentuknya budaya tersebut. Sebab,
itulah akar di mana emosional dan
watak terbentuk melalui kearifan
lokal lingkungan yang men-
dukungnya.
Perlu kita ketahui sebe-
lumnya, ketika seseorang atau suatu
lembaga bahkan istansi negara mem-
berikan suatu gagasan, bahwasannyasemua hal pasti mempunyai maksud
dan tujuan tertentu dalam men-
gutarakan suatu gagasan tersebut.
Namun satu hal yang harus lebih
kita fahami adalah, semua gagasan
pasti mempunyai tempat dalam
konteksnya masing-masing. Di da-
lam ilmuBalaghahkita menemukan
dua objek terpenting dalam muncul-
nya ilmu tersebut, selain menguak
rahasia keindahan kata agar lebihenak untuk di fahami, ilmu tersebut
juga menuntun kita agar berbicara
sesuai dengan tempat dan kondisi
yang ada, terkait maqamdan maqal.
Mengenai hal tersebut, akhir
-akhir ini kita telah mendengar bah-
wasanya MUI mengeluarkan suatu
hal yang aneh atau yang menurut
saya itu adalah suatu hal yang
janggal, terkait labelisasi halal yang
ada pada hijab akhwatdi Indonesia.
Sebenarnya tidak ada masalah, na-
mun konteks yang semestinya di
gunakan untuk melabeli makanan
agar tidak terkontaminasi hal-hal
yang semestinya tidak terkandung
dalam makanan tersebut, malah digunakan untuk melebeli hijab yang
saya pun masih belum mengetahui
dengan pasti maksud dan tujuan atas
diselenggarakannya hal tersebut?.
Selanjutnya mari kita kupas.
Mungkin ada beberapa sebab dari
banyaknya sebab yang membuat
adanya labelisasi tersebut muncul ke
permukaan Indonesia:
Sejak awal kalimunculnya hijab syari yang di-
lontarkan oleh pihak-pihak yang me-
nyerukan untuk kembali kepada al-
Quran dan Hadist tersebut,
sebenarnya saya sudah agak rancu.
Bukan masalah ketika hijab yang
ada di sekitar kita tambah melebar,
atau bahkan sampai menutupi lutut
atau kaki dan semacamnya, namun
yang paling menakjubkan dalam hal
ini adalah akan munculnya gelom-bang deskriminasi untuk hijab-hijab
yang lainnya. Nah ini kan virus?
Tentunya hal-hal semacam ini akan
banyak memunculakan dugahan-
dugahaan yang bersifat rasis. Misal-
nya memunculkan sifat arogansi
oleh pemakainya karena mengklaim
dirinya lah yang paling syari dari
pada yang lain. Namun sekali lagi
hal ini sebenarnya tidak masalah jika
memang niatnya untuk lebih bisa
menjaga aurat dan semacamnya ka-
rena di dalam usul fikih kita akan
menemukan kaedah di dalam pem-
bahasan lima kaedah besar yang
mencakup semua furu yang ada di
dalam pembahasan fikih yang salah
satunya adalah al-Umuru Bima-
qoshidiha, yang menunjukan bahwa
sah atau tidaknya suatu perbuatan itu
bergantung pada niatnya.
MUI adalah sebuah majelis
yg berfungsi sebagai wadah gabun-
gan ormas-ormas Islam yang ada di
Indonesia, dan majelis tersebut
bukan merupakan bagian dari
pemerintahan sehingga ia berdiri
independen di atas masyarakat. Tu-gas MUI salah satunya adalah mem-
berikan fatwa dengan tidak mengikat
warga Indonesia untuk mengikuti-
nya. Berbeda dengan hakim yang
sifatnya wajib untuk di ikuti.
Dengan adanya hal ini tentu seha-
rusnya ada kebebasan berpikir bagi
kita agar tidak terlalu memikirkan
hal-hal kecil semacam label tersebut.
Namun dengan adanya hal ini seha-
rusnya Majelis tersebut juga lebihberpikir kedepan agar tidak membu-
at rancu pemikiran masyarakat mod-
el awam seperti kita. Dikhawatirkan
jika dengan adanya label tersebut
akan memunculkan gelombang miss
communicationyang akhirnya malah
membuat warga muslim di Indonesia
akan merasa di persulit bahkan akan
merasa susah untuk berhijab.
Laa wong cuman hijab kokmesti golek seng halal, emange onok
hijab seng haram? Dan mereka
yang sudah berniat untuk memakai
hijab pun lambat laun nantinya ma-
lah membuat mereka lebih memilih
untuk tidak berhijab, karena dirasa
kebaikan semakin hari semakin sulit
untuk di lakukan.
Inisiatif label halal
tersebut mungkin juga muncul kare-
na adanya jilbob atau hijab boob
yang belum lama ini tengah marak
dan menjadi tren di kalangan
OPINI
5
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
10/28
masyarakat. Pasalnya hijab yang
seharusnya menjadi penutup agar
terlihat lebih tertutup dari pan-
dangan khalayak umum, malah
digunakannya untuk ajang pamerkemolekan tubuh sang pemakainya.
Namun jika benar adanya labelisasi
halal pada hijab itu muncul karena
adanya jibob ini, maka akan sedikit
aneh juga untuk di kaitkan, karena
sebenarnya hal ini lebih ke pakaian
yang mereka pakai, dan sama sekali
tidak ada hubungannya dengan hi-
jab. Namun jika memang benar
seandainya jilbab itu terkena lebel
karena adanya hal tersebut, lantas
apa gunanya label halal itu? Kalau
memang seandainya hijab yang
mereka pakai telah berlabel halal,
sama sekali tidak mempengaruhi
gaya pakaian mereka. Jika niat yang
mereka gunakan sama dengan sebe-
lumnya, toh ini lebih cenderung ke
pakaian yang mereka pakai. Dan
akhirnya malah membuat rugi, kare-
na sudah ada banyak waktu yangterbuang sia-sia karena telah melad-
eni hal tersebut, yoweslah embu
mbah.
Dari semua macam sebab
yang ada, seharusnya pihak MUI
juga harus mempertimbangkan ban-
yak hal terkait hal tersebut. Ketika
mereka mengeluarkan fatwa, terka-
dang mereka jarang sekali memper-
timbangkan keadaan masyarakat
yang sedang di alaminya. Seperti
halnya kasus rokok yang sempat
membuat ricuh kaum mayoritas.
yang mana MUI mengharamkan
rokok untuk kalangan remaja yang
masih di bawah umur. Ini memang
bagus, dan bahkan sangat bagus,
namun hal semacam ini terkadang
malah membuat warga gaduh, inilah
akibat adanya perbedaan yang tidak
tersentuh. Akhirnya malah membuatsesuatu yang tujuan awalnya baik
namun malah berakibat fatal, dan
bahkan membuat pemeluk kedua
ormas terbesar di Indonesia terasa
regang untuk beberapa saat.
Apakah hal semacam ini
sengaja di lakukan? Kalau misalkan
bener seperti itu, lantas apa dasar
dan tujuan dengan adanya hal terse-
but? Apa hanya untuk menambah
kekeruhan yang sedang terjadi akhir
-akhir ini? Atau sekedar ingin men-
gusik kedamaian yang ada di Indo-
nesia? Entah sengaja atau tidak,
yang pasti saya yakin ada faktor
politik yang membuat terdorongnya
hal-hal semacam ini. Padahal mere-
ka tahu sendiri bahwasanya orangyang menyuruh kebaikan tapi tidak
dengan melihat kondisi yang sedang
di alaminya, berarti mereka terma-
suk kedalam orang-orang yang
munafik.
Dengan masalah yang
masih mengandung khilaf, kita
boleh memperketat diri, namun tid-
ak bisa di pasangkan kepada orang
lain, karena ini adalah masalah khil-
af yang bahkan hampir setiap orang
mempunyai pendapatnya masing-
masing, dan begitupun para pakar
ulama yang telah memberikan kita
banyak khilaf hingga saat ini.
Bukankan hujjah mereka sama-
sama kuat?
Namun bisa jadi juga hal ini
muncul di karenakan kurangnya
wawasan mereka mengenai hal kon-
temporer, sedangkan watak pikiranmereka masih plek dengan turats
yang ada, atau bahkan karena ku-
rangnya pemahaman terhadap turats
itu sendiri?. Sedangkan sebenarnya
al-Quran dan Hadist atau bahkan
kitab turats pun kompatibel ter-
hadap semua kondisi dan zaman.
Atau mungkin karena terlalunya
mengerucut ke akar furu yang
sebenarnya tidak terlalu dipermasa-
lahkan namun karena ada suatu hal
yang mendorong, akhirnya tetap di
lakukan.
Dari semua data yang
mungkin bisa menjadi dasar atas
terjadinya gagasan label pada hijab
yang tengah di lakukan oleh pihak
MUI tersebut, tentunya hal ini akanmengundang produk hukum baru
yang mangaitkan hal yang asalnya
tidak mempunyai hukum dan pada
akhirnya mengundang hukum baru.
Dan dengan ini, tentunya
hal semacam itu tidak akan lepas
dari peran istishab dalam hukum
hijab tersebut. Misal, yang tadinya
seseorang bisa bebas memilih dan
memakai hijab apa saja, kemudiandi batasi dan hanya boleh memakai
hijab yang bertendensi halal
menurut MUI saja. sebenarnya sah-
sah saja dalam agama, namun sekali
lagi, apakah hal sepele seperti ini
harus mengalami istishab? Apakah
mereka tidak khawatir dengan masa
depan yang semakin hari semakin di
persulit dengan adanya hukum baru
yang sebenarnya tidak terlalu pent-
ing untuk di pikirkan, dan lagiantidak ada gunanya. Toh sama-sama
hijab gituloh? Ini asumsi pribadi
kok, malah berubah menjadi obrora-
lan publik yang bahkan berubah
drastis menjadi trending topic! Kan
lucu sekali. Dan satu lagi, di
takutkan hal ini nantinya cenderung
akan menyempitkan pemikiran
masyarakat. Tentu pengaruhnya
sangat besar dan seakan mereka
merasa terkekang dengan adanya
hal ini, dan mungkin akan mulai
bermunculan pemikiran-pemikiran
radikal yang seharusnya fikih
digunakan untuk memudahkan pen-
ganutnya, malah di gunakan seakan
menjadi sesuatu yang angker yang
bahkan membuat pelaksananya ka-
bur kalang kabut. Dan akhirnya ma-
sa peradaban Bani Israel terulang
kembali. [.]
OPINI
6
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
11/28
ZH RI N
inggu 21 Februari 2016,
pemimpin tertinggi
institusi al Azhar Kairo
Mesir, Grand Syaikh al Azhar, Prof.
Dr. Syaikh Ahmad Muhammad
Ahmad al Tayyeb beserta dua belas
delegasi lainnya, seperti Abdel
rahman al Hasan--mantan presiden
republik sudan, Mahmud Hamdi Ali
Zaqzuq--mantan mentri agama
Mesir, Prof. Abd al Fattah al Awari--
dekan fakultas Ushuluddin al Azhar,
Prof. dr. Ali al Nuami--sekjen
Majelis Hukama al-Muslimin, dan
juga pemuka agama Mesir lainnya,
telah mendarat di bandara Halim
Perdana Kusuma dan disambut apik
oleh mentri agama Lukman Hakim
Saifuddin dan sekjen Ikatan Alumni
al Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis
M. Hanafi, Prof. Quraisy Shihab dan
sejumlah duta besar negara sahabat.Ini merupakan sebuah kehormatan
tersendiri bagi Indonesia,
dikarenakan ini adalah kunjungan
awal kalinya bagi Syaikh Ahmad al
Tayyeb di negeri yang kita tercinta,
Indonesia.
Dalam pertemuannya,
mentri agama, Lukman Hakim,
menaruh harapan besar kepada
Grand Syaikh al Azhar supaya
menyaksikan langsung dengan
cermat sosialisasi dan interaksi
kehidupan beragama yang ada di
Indonesia ini--
khususnya umat
Islam, hingga pada akhirnya bisa
disampaikan kepada dunia
internasional bagaimana sih model,
gaya, dan metode Islam yang ada di
negara lemah lembut itu.
Mudah-mudahan beliau
bisa berbicara di dunia
internasional, bahwa Islam yang
berkembang di Indonesia bisa jadi
model dan metode bagi umat Islamdi dunia dalam ikut membangun
peradaban di dunia ini. Ujarnya.
Menteri agama juga
berharap dengan kedatangan Grand
Syaikh ini bisa memberikan efek-
efek positif kepada umat beragama
Indonesia--khususnya umat Islam--
dan memberikan nasihat-nasihat
keagamaannya akan bahaya faham
radikal yang mengatas namakan
Islam, serta mengaungkan dan
menyuarakan Islam yang wasatiyah,
tawazun, yakni Islam yang berada di
jalan tengah antara dua kutubmagnet yang saling berlawanan.
Misalnya jalan tengah antara
spritualisme (ruhaniyyah) dan
materialisme (maddiyyah). Menteri
agama mengaku sangat bersukur
lantaran Grand Syaikh tidak hanya
bertemu presiden dan masyarakat,
tetapi turut menemui Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Beliau
berpendapat bahwasanya kedatangan
pemimpin agung lembaga institut alAzhar ini sesuai pada momentum
atau sikon yang sangat tepat,
mengingat Indonesia akhir akhir ini
Kunjungan Grand Syaikh
al-Azhar
ke Indonesia
Mudah-mudahan beliau
bisa berbicara di duniainter-
nasional, bahwa Islam yang
berkembang di Indonesia
bisa jadi model dan metode
bagi umat Islam di dunia
dalam ikut membangun
peradaban di dunia ini.
Ujarnya.
M
Ahmad Fauzi
7
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
12/28
dibanjiri dengan permasalahan-permasalahan yang bersangkut-paut dengan isu agama.
Dalam kunjungannya, Grand Syaikh berada di Indonesia selama enam hari untuk menemui beberapa
petinggi Indonesia dan menemui beberapa instansi-instansi pendidikan yang telah dijadwalkannya. Lebih
runtutnya ada di tabel agenda di bawah ini.
Tabel Agenda Kunjungan Grand Syaikh al Azhar di Indonesia
Senin 22 Februari 2016, tepatnya pukul 10:00 WIB, Presiden Joko Widodo menyambut dengan hangat
atas kunjungan Grang Syaikh dan para rombongannya di Istana Merdeka, dan serta ikut dihadiri hari itu oleh
Mentri Agama--Lukman Hakim Saifuddin, Wamenlu--A.M. Fachir dan Prof. Quraish Shihab. Dalam
pertemuannya, presiden bertererimakasih atas kunjungan hangat ini dan berharap kepada Grand Syaikh supaya
bisa memberikan pencerahan keagamaan kepada umat Islam Indonesia dan terus membina dengan baik
mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berada di Mesir akan bahaya faham radikal, faham yang jauh dari perikemanusian, dan faham yang jauh dari nilai moral agama Islam, supaya kelak dikemudian hari bisa diamalkan dan
di ajarkan, dan masyarakat tidak tersesat.
Secara khusus, bahwa presiden mengharapkan dari Syaikh Azhar untuk dapat memberikan pencerahan
kepada masyarakat
muslim Indonesia dalam
kunjungan ini dan
seterusnya dapat
membimbing mahasiswa-
mahasiswa Indonesia di
Mesir dibawah naunganal Azhar untuk kembali
menyebar-luaskan faham
Islam yang moderat, yang
jauh dari ekstrimisme,
yang rahmatan lil
alamin. Paparnya (Alwi
Shihab).
Presiden menambahkan
dalam perbicangannya,
beliau sangat
mengapresiasi atas
kunjungan kehormatan
ini sebagai undangan
pemerintah Indonesia
no tanggal Rentetan Kunjungan
1 21 Februari2016
Tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma
2 22 Februari2016
Pertemuan dengan Presiden Joko Widodo dan MUI Pertemuandengan Majelis Hukama al Muslimin
3 23 Februari2016
Kuliah mum dan temu alumni al Azhar meninjau pusat studi alQuran pimpinan Prof. Dr. Quraisy Shihab mengunjungi masjidal Azhar bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla
4 24 Februari
2016
Penganugrahan gelar doktor kehormatan dari UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang
5 25 Februari2016
Peresmian gedung pasca sarjana universitas Darussalam Gontor,Ponorogo, Jawa Timur
6 26 Februari2016
Kembali ke Mesir
ZH RI N
8
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
13/28
dengan tujuan mempererat hubungan
diantara dua belah negara di bidang
pendidikan, kebudayaan, dan
dakwah keagaamaan. Presiden juga
menjanjikan akan berkunjung keMesir sebagai lawatan balasan
Presiden Sisi yang tidak lama
kemarin sudah berkunjung ke
Indonesia.
Selepas dari istana presiden,
Grand Syaikh mengadakan audiensi
bersama pimpinan MUI, menteri
agama, duta besar Negara-negara
sahabat, dan sejumlah tokoh pusat di
kantor MUI. Grand Syaikhmenyampaikan risalah persatuan
yang sangat mendasar di internal
umat Islam. Perbedaan pendapat
yang muncul seharusnya tidak
menjadi benih pertikaian.
Jangan menganggap
pendapat orang lain salah dan
mengklaim pendapat kita paling
benar. Tuturnya di kantor MUI.
Disela pembicaraannya,Grand Syaikh memuji ulama
Indonesia karena telah sukses
mengelola perbedaan pandangan
agama dalam masyarakatnya, dan itu
tidak terlepas dari kiprah peranan
para ulama nya. beliau juga
berberharap kepada para ulama,
supaya bisa membawa ruh toleransi
terhadap perbedaan tadi ke
masyarakat. Karena ekstrimisme
akan melahirkan sikap yang mudah
mengkafirkan orang lain tatkala
berbeda pendapat dan akan
melahirkan generasi-generasi yang
jauh dari peri kemanusiaan.
Dalam kunjungan acaraselanjutnya, Grand Syaikh tetap
konsisten menyuarakan dan
menegaskan bahwasanya janganlah
sekali-kali mengangap diri kita itu
paling benar, dan dengan begitu kita
mudah mengkafirkan dan
menafikkan muslim lain. Tetapi
jadilah muslim yang toleran, pintar
dalam segala keadaan, selalu
mempererat tali ukhuwah terhadap
muslim maupun non muslim, dan
menyebarkan perdamaian dunia
yang merangkul semua golongan.
Lalu dalam sela sela
audiensinya, beliau juga sedikitmenyinggung tentang keberadaan
konflik Syiah dan Sunni di
Indonesia, beliau memaparkan
dengan sangat baik bahwasanya
Syiah dan Sunni itu adalah bagian
dari Islam sebagai konskuensi logis
atas lima asas keislaman (rukun
Islam), yaitu bersahadat bahwasanya
tiada Tuhan selain Allah, Nabi
Muhammad adalah utusan Allah,
melaksanakan salat, zakat, puasa,
dan haji bagi yang mampu.
Mereka yang
melaksanakan lima hal pokok ini
maka dia muslim. Kecuali mereka
yang mendustakan. tegas beliau.
Kurang lebihnya begitulah
Grand Syaikh berpesan dan
menyerukan perdamaian untuk umat
manusia di seluruh dunia. Sebagai
pilar penting dalam menyebarkan
pemahaman Islam moderat, peran al
Azhar tentu saja sangat diperlukan,
terutama bagi Indonesia. [.]
ZH RI N
9
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
14/28
10
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
GALLERY HIMMAH
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
15/28
11
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
GALLERY HIMMAH
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
16/28
S
STR
Suatu hari di sebuah desa,
ada seorang ibu dan dua anaknya
yang hidup dalam kemiskinan.
Mereka memang miskin harta, akan
tetapi kaya hatinya. Tak pernah
sedikitpun mereka menyerah untuk
mencukupi kebutuhannya. Tak kenal
lelah, tak kenal putus asa. Dua anak
tersebut bernama Dona dan Doni.
Keduanya senantiasa selalu
membantu ibunya. Kemanapun,
dimanapun, dan kapanpun, keduanya
selalu setia menemani sang ibu demikehidupan.
Tak peduli makian dan
celaan orang lain yang tidak
semestinya mereka terima. Sakit
sekali rasanya menjadi orang miskin
yang dihina dan tak ada satupun
tetangga ataupun orang lain yang
mau membantu dalam keadaan yang
sebagaimana mereka alami. Mereka
terus-menerus bersabar dan berusaha
untuk mencukupi kebutuhannya.
Semua saling bekerja, dan saling
membantu demi merubah nasib yang
selama ini mereka jalani.
Setiap hari mereka berjuang.
Dona dan ibunya mencari kayu
bakar untuk dijual dan sebagian
untuk masak. Begitu pula Doni,
mencari ikan di laut sebagaimana
nelayan, akan tetapi ia sendiri, tak
ada seorangpun yang mau
menemaninya. Menjual ikan di pasar
dan sisanya untuk makan mereka.
Hari demi hari tak putus mereka
berjuang dan berdoa. Memohon
kepada Allah SWT, Ya Allah..
berikanlah kepada kami kehidupan
yang layak, berikanlah kami
kemudahan, kesabaran untuk
mencapai ridho-MU. ya Allah.
Lima tahun kemudian,mereka menjadi orang terkaya di
desanya, sampai orang lain terkagum
-kagum melihat perubahan mereka
yang
semakin lama semakin kaya. Rumah
yang begitu indah dan semua harta
yang mereka miliki. Sampai pada
akhirnya, semua orang hormat
kepada mereka. Yang dulunya
menghina, memaki dan sebagainya,
kini tunduk semua. Seakan dunia
terbalik.
Pada saat itu Dona dan Doni
menginjak dewasa, Si Doni ingin
berhenti sekolah sampai tamat SMA
saja, karena ingin menemani sang
ibu yang telah merawatnya sampai
dewasa. Sedangkan Dona ingin
melanjutkan studinya ke Amerika,
ingin menimba ilmu lebih dalam
lagi, dan ingin membahagiakan sang
ibu dan kakaknya.
Sebelum Dona akan
berangkat ke Amerika, ia berpamitan
pada ibu dan adiknya, memeluk
keduanya. Pada saat akan memeluk
sang ibu, perlahan sang ibu mulaimenangis, merasa berat untuk ia
tinggalkan. Begitu juga Dona, sakit
rasanya untuk meninggalkan ibu.
Donipun ikut serta meneteskan air
mata, ia juga merasakan betapa
pedihnya ditinggalkan oleh sang
kakak yang selama ini selalu
bersama, dalam suka maupun duka,
sedari kecil hingga ia dewasa. Akan
tetapi demi cita-cita yang ingin ia
capai, ia rela tinggalkan ibu dan
Doni. Biarkan air mata menetes,
tetapi masih ada ikatan batin yang
selalu kuat. Biarlah waktu
memisahkan, asal cinta tetap di hati.
Pada saat itu Ibu dan Doni
merelakan kepergiannya.
Tibalah Dona di Amerika,
dan menjadi mahasiswa disana. Dia
terkenal sebagai mahasiswa yang
paling pintar, dikenal oleh semua
dosen dan teman-temannya. Akan
tetapi Doni tak pernah merasa besar
kepala, ia selalu ingat akan susahnya
dulu.
Setelah beberapa tahun di
Amerika, pada saat itu Dona merasa
tidak memiliki apa-apa. Harta,
benda. Apapun yang ia miliki hilang
sudah. Mungkin Tuhan memberi
cobaan padanya. Tetapi Dona tak
merasa kesulitan mengalami yang
sedemikian rupa, karena ingat betapa
susahnya dulu, menjadi pelajaranbagi Doni. Pada
akhirnya,
Muhammad Nasrullah
Rinduku,Rinduku,Rinduku,
SemangatkuSemangatkuSemangatku
12
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
17/28
disamping kuliah ia juga bekerja
untuk mencukupi kebutuhan
kuliahnya dan lainnya.
Disana, Dona tak pernah
sedikitpun mengeluh, atau
menyusahkan keluarga di rumah. Ia
memiliki prinsip bahwa ia harus
berusaha sendiri, dalam keadaan
apapu dan bagaimanapun. Kuliah
dan bekerja. Minim sekali rasanya
untuk beristirahat sejenak. Ia rela
bekerja keras, membanting tulang
demi kesuksesan yang nantinya akan
menjadi cita-cita yang mulia.
Tak lupa pula ibu dan Doni
yang ada dirumah. Ibu yang semakin
lama semakin tua, tak pernah lelah
Doni merawat sang ibu, dan
membantu sebagaimana pekerjaan
ibu menjadi ibu rumah tangga.
Apabila sang ibu sakit, Doni lah
yang merawat sampai sembuh dan
dapat beraktifitas kembali. Bahagia
canda dan tawa bersama lagi.
Di suatu malam, ibu
menangis terseduh-seduh di
kamarnya. Doni terkejut mendengar
tangisan beliau dan bergegas menuju
kamar sang ibu. Masuklah Dona
kemudian bertanya, Ibu.. mengapa
ibu tiba-tiba menangis?. Ibu
menjawab ,Aku teringat kakakmu,
aku rindu padanya. Yang dulunya
kita senantiasa bersama, berjuang
demi mencukupi hidup yang serba
kekurangan, sampai pada akhirnya
ia pergi. Secara tak langsung
Donipun ikut menangis, ia juga
merasakan, mendengar apa yang
telah dikatakan oleh sang ibu.
Keduanya berharap semogaDona cepat kembali dalam keadaan
baik-baik saja dan telah ia gapai cita-
cita yang ia harapkan . Doni berkata,
Ya sudahlah bu, kita hanya bisa
berdoa, semoga kakak cepat pulang,
kembali ke rumah yang penuh
sejarah ini, dengan bahagia dan
selamat. Saat itu mereka berdua
berdoa dan berharap semoga Dona
cepat kembali dengan secepatnya.
Di suatu malam Doni
bermimpi bahwa ia telah selesai
studinya dan kembali pulang ke
tanah air. Ia bertemu dan berkumpul
dengan keluarga, ia
merasa bahagia sekalikarena lama sekali tak
jumpa dengan keluarga.
Pada saat itu Dona
menangis seakan terharu.
Sang ibu meneteskan air
mata Dona pun
memeluknya, dan pada
saat itu dengan spontan
bangunlah Dona dari
tidurnya.
Ketika itu ia sadar,
merasakan bahwa ibu
dan adiknya
merindukannya. Setelah
itu ia mulai bangkit
kembali untuk segera
menyelesaikan kuliahnya
dan kembali ke tanah air, karena
mimpi tersebut membuat Doni jadi
semakin tekun, giat, semangat
mencapai harapannya, sesuai dengancita-cita yang ia inginkan. Setahun
kemudian menjelang kelulusan,
Donipun dengan percaya diri berkata
dalam hati, Aku pasti berhasil.
Saat itu ujian sedang
berjalan, sedikit demi sedikit ia
menyelesaikan semua mata kuliah
dengan baik. Tiga hari setelah ujian,
tibalah saat pengumuman kelulusan,
lalu dengan yakin ia melihat hasil
tersebut, dengan gemetar ia melihat..
ternyata ia lulus dengan nilai yang
begitu memuaskan. Spontan ia
meneteskan air mata, terharu dan
gembira dengan hasil yang ia capai.
Saat wisuda pun tiba. Bangga sekali
ia dapat mewujudkan dan mencapai
cita-citanya.
Lalu, seminggu kemudian ia
bergegas untuk kembali ke tanah air
untuk membawa berita gembirabahwa ia telah lulus. Dona pun
kembali pulang ke tanah air dan
kembali berkumpul dengan keluarga
S STR
13
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
18/28
RESENSI
Dia adalah Zainuddin bin
Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad abu Hamid al-
Ghozali,Atau yang mashurnya di panggil se-
bagai Imam Ghozali. Adalah salah
satu imam yang karangannya telah
banyak dijadikan kajian bagi para
pencari ilmu. Beberapa karangan
beliau yang sering kita dengar yaitu
Minhaj al-Abidin, Ihya Ulumudin,
dan masih banyak lagi karangan be-
liau yang lainnya.
Salah satu karangan beliau
yang sudah dak asing di kalangan
penuntut ilmu adalah kitab Minhaj
al-Abidin Ila Janna robb al-Alamin,
salah satu kitab karangan Imam
Ghozali dalam bidang ilmu tasawuf.
Kitab ini adalah tulisan terakhir yang
di karang oleh sang imam. Kitab
yang menjadi ringkasan pikiran,
insari dari pengetahuan dan akhir
dari mujahadahImam Ghozali kepa-
da Allah sebelum wafatnya. Sebuah
kitab yang di peruntukkan bagi
seorang yang ingin mengenal lebih
jauh tantang Sang Maha Pencipta
dan meninggaklan kehidupan dunia
yang fana dan bersifat sementara
untuk menuju kehidupan akhirat
yang kekal dan abadi di surga.
Kitab yang tercipta dari doa
Imam Ghozali kepada Allah agar
memudahkannya dalam menulis
sebuah kitab yang bermanfaat dan
mudah untuk di fahami. Karena jikadibandingkan dengan karangan
kitab kitab tasawwuf yang sebe-
lumnya, sper Ihya Ulumudin dan al
-Qurbah Ilallah, memang kitab ini
jauh labih ringkas dan mudah
difahami karena runtutan-runtutan
pemaparan yang ada dalam kitab
ini sangat sistemas, sehingga
memudahkan pembaca dalam me-
maham isi yang terkandung dalam
kitab ini.
Para ulama menaruh per-
haan lebih kepadanya, terlihat dari
antusias mereka dalam membaca
dan mempelajari isi yang terkan-
dung dalam kitab, dan diantara
mereka telah banyak yang membu-
at syarah dan ringkasan-ringkasan
dari kitab karangan imam nghozali
ini. Salah satu syarah dan ring-
kasannya adalah al-Darutsamin
Syarh Maqasid Minhaj al-Abidin
milik Imam Kutubuddin Musthofa
bin Kamaluddin, dan minhaj al-
Tolibin Fi Mukhtashar Minhaj al-
Abidin milik Imam Muhmmad bin
Abdul karim al-kholodi.
sesuatu yang luar biasa d-
ak mungkin didapatkan dengan
usaha yang biasa-biasa saja, dibu-
tuhkan usaha yang lebih agar bisa
mendapatkannya. Begitu juga hal-
nya dalam hal, menggapai surgaAllah. untuk menggapainya, banyak
cobaan dan rintangan yang harus
dilewa oleh seorang hamba.
Di dalam kitab ini penulis
membaginya ke dalam tujuh
rintangan. rintangan pertama yana
harus di lalui adalah aqbatul ilmi wal
marifah. Cobaan ini adalah cobaan
bagi orang awam yang mulaimenyadari akan adanya pencipta
alam semesta ini, dengan melihat
betapa menakjubkannya ciptaan-
Nya, seper perganan siang dan
malam. Melihat matahari yang ke-
ka siang menyinari bumi dengan
sinarnya dan bintang dan bulan
yang keka malam menghiasi langit
yang gelap dengan cahayanya yang
terang. Bagaimana semua itu terjadi
tanpa adanya Sang Pencipta, yang
menunjukan betapa agungnya Dia.
Mulai menyadari bahwa tujuan
hidup di dunia ini adalah untuk
mengabdi dan beribadah kepada-
Nya. Ibadah tentunya mempunyai
tatacara tersendiri yang harus di-
jalani, dan karena itu seorang ham-
ba di tuntut untuk mempelari ilmu
syariah untuk mempelajari tata cara
ibadah di dalamnya.
Judul Buku : Minhaj al-Abidin Ila Janna robb al-Alamin
Pengarang
: Imam Ghozali
Penerbit : Dar al-Mokaam
TahunTerbit : 2010
Tebal buku : 224
Putra Jasa Rohmatullah
14
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
19/28
Di saat itu pula seorang
hamba akan sadar bahwa betapa
banyak dosa yang di perbuat. Tapi
dalam keadan yang penuh dosa,dak memungkinkan baginya untuk
beribadah sehingga akan muncul
rintangan yang selanjutnya yaitu
aqbatuaubah yang mengharus-
kannya meninggalkan perbuatan
dosa yang telah dilakukan dan dak
akan kembali terjerumus ke dalam
perbuatan dosanya agar ibadah
yang dilaksanakan dapat di terima.
Tentunya cobaan akan se-
makin berat karena seorang hamba
harus bisa melewa rintangan yang
berupa dunia, manusia, bisikan
setan laknatullah alaih dan nafsu
yang ada dalam dirinya. Rintangan-
rintangan inilah yang disebut se-
bagai aqbatul awaiq. Semua itu
harus dliewa dengan menjauhi
sesuatu yang bersifat dunia yang
berlebihan, mengasingkan diri dari
manusia, berperang melawan bisi-
kan setan yang seap saat selelu
menggoda bani adam dan memaksa
melawan nafsu karena nafsu yang
ada dalam dirinya.
Setelah semua rintangan
tersebut berhasil di lalui, maka akan
muncul aqbatul awarid. Pertama,
dalam rintangan ini sang hamba
akan menemukan cobaan berupa
rizki. Seorang hamba akan berkir
dari manakah rizkinya, sedangkan
selama ini dia meninggalkan dunia,
dan menyendiri dari manusia.
Kedua adalah memikirkan tentang
segala sesuatu yang di harapkan
atau yang di inginkan atau yang di
benci, sesuatu yang dak di ketahui
kebaikan atau keburukan di da-
lamnya. Kega adalah musihbah
yang selalu menimpa seorang ham-
ba dari segala sisi, berapa banyak
musibah yang di temui, dan harusberapa kegelisahan dan kesedihan
yang dirasakan. Keempat adalah
macam macam qodho dari Allah
berupa pahit manisanya kehidupan
yang akan membuat seorang hamba
lalai dalam melaksanakan ibadah
kepada-Nya. Untuk terlepas dari
rintangan itu, dibutuhkan empat hal
untuk melawannya, yaitu tawakkal
kepada Allah dalam rizki, dan me-
masrahkan segala hal kepada Sang
Maha Pencipta, sabar keka
dihadapkan dengan kesusahan dan
cobaan, dan ridho dengan qodho
yang di turunkan Allah.
Dengan berhasilnya seorang
hamba melewa semua rintangan
itu, maka akan kembali muncul
rintangan dari dalam dirinya sendiri
berupa kemalasan yang mengaki-
batkan dak semangatnya seorang
hamba dalam melakukan suatu ke-
baikan, maka dibutuhukan sebuah
movasi agar ia kembali berseman-
gat dalam beribadah. Movasi itu
adalah roja dah khouf. Kedua hal
ini sangat dibutuhkan untuk
membimbing seorang hamba keluar
dari aqbatul bawaits, agar kembali
beribadah dan melaksanakannya
dengan sungguh sungguh.
Seorang hamba yang mera-
sa telah melakukan ibadah dengan
baik maka akan muncul dalam
dirinya riya dan ujub yang akan
merusak ibadah yang telah dia
lakukan, maka seorang hamba se-
dang menemui rintangan yang ber-
nama aqbatul qowadih. Untuk
menghilangkannya dibutuhkan
keikhlasan serta mengingat anugrah
yang telah Allah berikan kepadanya.
Setelah terbebas dan ber-
hasil melewa semua rintangn ini,
maka seorang hamba kembali
mendapatkan ibadah yang
sesungguhnya dan telah
terselamatkan dari semua penyakit.
Keka itu dia merasa betapa banyak
kenikmatan yang diberikan Allah
kepadanya, dan dia takut akan ke-
hilangan rasa syukur atas apa yangtelah diberikan dan takut menjadi
orang yang kufur nikmat. Disini
seorang hamba akan mulai hilang
ke ikhlasannya dalam beribadah,
karena ia menjalankannya bukan
semata-mata ikhlas mengharap
ridho Allah melainkan karena takut
kehilangan kenikmatan ibadah yang
Allah berikan, dan menyebabkan
turunnya derajat seorang hamba di
hadapan Tuhannya. Inilah aqbatul
hamdi wa syukriatas nikmat yang di
berikan Allah kepdanya.
Maka keka seorang hamba
berhasil keluar dari rintangan ini
dan kembali beribadah dengan
ikhlas mengharap ridhoAllah, maka
ialah hamba yang jasadnya berada
di dunia tapi hanya berda di
akhirat. Hamba yang selalu meng-
ingat Allah dalam segala amal per-
buatannya, semua amal perbuatan
yang dilakukan selalu dikaitkan
dengan Allah yang membuatnya
semakin rindu dengan-Nya, sehing-
ga ma bukan lagi hal yang
menakutkan. Dia lah hamba
sesungguhnya yang mengisi waktuhidupnya dengan mengabdi dan
beribadah kepada Allah. *.+
RESENSI
15
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
20/28
:
. ,
"
"
.
.
: . .
.
. . .
. : .
.
.
.
."
"
.
.
: . " " . ) ( (
.)
(
.
)
.
.
.
16
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
21/28
LENTERA
Melihat fenomena yang terjadi saat ini sangatkomplek, baik yang berhubungan dengan keagamaan,
politik dan sosial, apalagi dengan keberadaan media
massa yang selalu mengekspos peristiwa itu secara
massif meskipun terkadang hanya mencari sensasi yang
tidak ada nilai pendidikan sehingga mengakibatkan
respon pro dan kontra pada level wacana atau praktis,
tapi terkadang yang sangat memprihatinkan sampai
terjadi konflik pada masyarakat.
Dan polemik ini sering menimpah pada masalah
keagamaan karena terkadang munculnya fatwa dari
tokoh agama yang terlalu memonopoli kebenaran
kemudian memprovokasi masyarakat untuk berbuat
anarkis atau melakukan tindakan melanggar hukum
yang tidak disertai pemikiran jangka panjang dalam
menjaga keharmonisan berbangsa, maka harus
bersinergi antara tokoh agama dan organisasi
keagamaan dalam merespon permasalahan dengan
melakukan sharing keilmuan seperti tradisi ulama
terdahulu baik itu yang bersifat keagamaan dan
kebangsaan.
Oleh karena itu, untuk menjaga atau
menghindari konflik dalam merespon permasalahan
umat Islam yang terus berkembang dengan kemajuan
zaman maka Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)
yang beranggotakan para ulama dari berbagai organisasi
kemasyarakatan pada tahun 26 juli 1975 membentuk
MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mempunyai
fungsi. Pertama, sebagai pewaris tugas-tugas para nabi
(warasatul anbiya). Kedua, sebagai pemberi fatwa(mufti). Ketiga, sebagai pembimbing dan pelayan umat
(Riayat wa khadim al ummah). Keempat, Sebagai
gerakan Islah wa al Tajdid. Kelima, Sebagai penegak
amar ma'ruf nahi munkar.
Pada tahun 2016 tepatnya bulan Februari, umat
Islam yang mempunyai akses untuk mendapatkan
informasi melalui media sosial dikejutkan dengan
pemberitaan tentang MUI yang telah memberikan label
halal pada brand ternama busana muslim yaitu Zoya,
yang mengungkapkan bahwa produk kerudung mereka
telah mendapatkan sertifikasi halal.
Maka respon yang terjadi kepada masyarakat
bermacam-macam, ada yang menanggapi menurut
perspektif ekonomi yang mengatakan bahwa mengapa
permasalahan kerudung ada sertifikasi halal-nya, pada
realitanya yang sering terjadi perdebatan yaitu hukum
memakai kerudung bagi muslimah, kemudian
mempertanyakan ada motif apa dibalik pemberian
sertifikat itu atau hanya mengikuti pemodal supaya
produk mereka semakin digemari yang tidak ada
hubungan-nya dengan tugas MUI, setelah itu ada respon
sebagian dari kalangan yang mendalami masalah fikih
mengatakan bahwa MUI telah melakukan tradisi fatwa
yang dilakukan para ulama terdahulu untuk menjadi
pewaris para nabi, dan hal ini bisa diterima karena
menggunakan sumber-sumber yang dipakai mayoritas
umat muslim untuk mengeluarkan produk hukum.
Dalam melihat permasalahan fatwa yang terjadi
di Indonesia, menurut hemat penulis harus ada cara
berfikir yang jelas diantara umat Islam dalam merespon
hal ini, seperti memahami keberadaan atau tugas para
ulama fikih dalam merespon permasalahan menurutkaca mata agama, dan ini termasuk salah satu bentuk
tanggung jawab moral untuk meneruskan tradisi para
ulama terdahulu dalam mendialektikakan antara nash
dan permasalahan seperti yang terangkum dalam lima
fungsi MUI.
Kemudian keberadaan para ulama sendiri dalam
memberikan fatwa harus memperhatikan sesuatu yang
memang penting dan harus memberikan fatwa untuk
kebaikan umat islam karena tujuan memberikan fatwa
untuk mewujudkan maksud-
maksud syariat yaitukebaikan bersama dan tidak ada motif untuk
memberikan kebaikan satu golongan apalagi hanya
untuk kepentingan ekonomi.Allah alam bissowab. [.]
Ahmad Mughni Rahmatullah, Lc.
Merespon atwa Majelis
Ulama
Indonesia
17
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma%27ruf_nahi_munkarhttps://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma%27ruf_nahi_munkar7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
22/28
Silent night, Im rise my hand, seeing the dimsheen of
the moon, withstand the burden of bitterness lived this
long. A longing that always handcruff this body.
Fortitude, patience and sincerity to do. There is no
longer my choice to deny, bonding fate has become the
will of the powerfull, will be another time to meet of
my dad.
Two years already, the late father left me alone.
I have a lost my father who was always in me. And its
all gone in my life, only the remaining empty dream,
father left me for a malignant cancer that attacks fa-
thers body. Now, the new sheet always I filled with
wonderful new things better for my life. My days
always gone through together with my mother and
brother. All my mother just for my mother, a small
family which is the part of my life.
In the view of society, my family was limited to
a simple family. However, my side is a family filled
with love and affection. My Mother is only transientvegetable merchant. Clearly pictured meager wages,
thats just enough to meet the daily food needs. In my
reason very meaningful education sector in future,
when I was just out of class families can not afford.
Working hard at that became my spirit to attain.
This morning, I saw my mother is cooking in
the kithcen. Without thingking long immediately, I help
my mother. Altough only briefly, it has been able to
alleviate the mothers activities in the morning. While
the food menu ready to be served, immediately I had ashower, and get ready to eat food. Minutes have elapsed
togrtherness always bacame tradition of this small in
my family. The food this is quite simple in my family .
Just enough a piece a fried tempe droplets of soy sauce
and a piece cracker. It had to be special in the simple of
family.
The sweet smile that just my Mom be
encouraging my life. the presence of my father is just
dream meaningless void. The the time when my father
leave me is so fast. His hard and made me feel uneasy.
But, in life there must be the name of the creator exam.
This is called Street Life man, this life was not fair
anymore to me. If only in times of trouble like this there
is a father
who led me.
And after
the
departure of
the father is
now the mother of the one became the backbone of my
life. Two years already I always withstand the burden
of this pain, this trip until felt me. The time it spins sofast.
Now, I have got in My School.
Kring....kring....kring the bell is ringing.
The bell has been rang class started by Mrs.
Bella. As well as Fardan and I like usually begin classes
start until the end. As the hours passed, the time show
13:00 bells mark the end of class, has been sound. Of
each door of a classroom of children out with school
bags in his soulder respectively. They walked without
haste. Beside the door had Visible Fardan. Apparently
he was waiting. Blistering sunshine greeted us.
Fortunately, right hand side of the road grow
mahogany trees that shade. Thoose giving enough
protection. Do not feel 30 minutes Fardan and I passing
trough the strong flow of the stream. So that made me
rush quickened my pace running toward the house.
Fardan let us run fast, because he want to rush
selling newspapers for the participation fund. Because it
is too late ya 3 months! I ordered.
Yeah..let ya Replied Fardan.
I ran on to the yard of my house. I saw the
corner of the room, a pile of newspaper. Immediately I
headed for our room to change her clothes. Time passed
turns, help my black hat help when vend newspapers
highway crossroads. Minutes went by more and more
time playing, to move my feet were in-roads..
Newspapers..Newpapers.... Thats what I said
when in crossroads.
If only this time the father is still alive in this
world, I dont have to work this hard. After all, how
else would twist of fate would name me. The road of life
ENGLISH STATION
TasbihSadnessTearsAtik Mahirotul Mahfudzoh
18
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
23/28
that become meaningful events in my
life, that Isaid in a low voice and
hopeful.
The newspaper of mymerchant one by one has been sold.
Only by selling newspapers is what
can I do to ease the burden on the
mother. Work hard and that is the
spirit of my initial steps to be
succesfull. In the sense that family
life is most important in my life.
When dusk arrived in this
villagevery often perched stock rest
after a day foraging paddy fields.
The time I was waiting for has
arrived, now Ive come to my house.
But now I face the mother, in my
conscience. I wondered.
Wheres mother? I said softly.
Soon came a village resident named
Mr.A.Yani.
Son, what this really Mom Ainun
house? Asked citizens in a panic
and rush.
In my little heart feel
something bad. And why should the
man asked wondering as
something that happens to the
mother.
Thats right, Sir. What happened to
the mother? I asked briefly.
Mom now in hospital sister, the
mothers sister is now a criticalcondition. And the mothers sister
had advised that there soon. Said
the aged mans lungs.
Turns in My reason is right,
mother mine during emergencies,
because the mother was hit by a
container truck to cart mother
shattered mother fortunatelystill
alive. Tempering the more I feel the
pain of what this is in family, why
should I Ya Rabbi, who must bear
the burden of this. Groaned my
heart. Sense of injustice from the
power, always on me, and I always
felt from the power, always on me,
and I always together with Fardan.
Tens of millions tears of pain is
always wet, this cheek.
I do not know what to do?
I said. Without thingking long, I
immediately invited Fardan to go to
hospital. Not far from my house,
after my run fast, now I have arrived
at hospital just climbing the prayers I
can to cure the mother. Arriving
there I went straight to the spatial
ER to see the condition of mother.
Suddenly, the doctor called me and
told me and Fardan to get info that
room.. When I entered the room, I
saw my mothers condition is very
critical. This is my las seconds of
seeing the mother. Suddenly, the
mother wake up and tell to me.
Son, keep Fardan brother,
maybe now is the last time mother
with you, always pray too father and
mother,that father and mother lived
happily there, Said the mother.
Fardan and I could only cry
and grieve for the mother heard the
speech. This time I could not bury
this pain.
Assy..hadu..Allailaha....ilall
ah.....wa..a..ashadu
anna...mu..hammad darrasulullah.
As the mother closed his
eyes and breathed his last with
Khusnul Khatimah. Cries pour
boilling water on with Fardan is notaccept departure of the mother. For
now how I can live without both
parents. But destiny separate this
family happines.
Finally, a new life began to
feel again with Fardan. And thats
also the only two people, because we
do not have relatives on the island of
Java. And now Im the one who
should be the backbone for Fardan
brother. I also do not know whether I
should do after left of my mother.
My side this time patience must have
in my soul. My desire now is to live
a more beautiful, even without the
presence of a father and mother. And
Im sure the other side Gods up to
something beautiful for me and
Fardan.
Whatever my problems are
complicated then I will not give up.Whatever the obstacles that continue
to run, the storm had passed. The sun
still shines, Im sure there God is
with me always work.
The Solution to Every Problem is inPatience and Seeking Forgiveness.
*.+
ENGLISH STATION
19
BULETINAL-UMMAHEDISIU
JIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
24/28
Jika latar belakang terbitnya buletin kali ini untuk me-
nyikapi labelisasi halal-haram MUI pada salah satu produk hijab
kenamaan, penulis lebih senang mengulas tentang labelisasi
"Almamater Seni dan Budaya" yang tersemat pada Himmah Cairo.
Label ini bukan muncul dari ruang hampa, ia nampak ke
permukaan karena realita. Ya walaupun sejatinya labelisasi ini
muncul dari obrolan biasa yang di dramatisir dengan analisa dan tesa oleh penulis sendiri agar bisa disajikan
disini, yang jelas fakta berbicara: Himmah Cairo adalah organisasi almamater yang beranggotakan para seniman
dan budayawan. Seandainya belum mendapatkan pengakuan banyak pihak, tulisan ini dibuat dengan tujuan
membuka mata siapa saja akan kebenaran labelisasi tersebut.
Buktinya, hampir setiap event-event kesenian di kancah masisir selalu dibintangi oleh seniman-seniman
himmah. Coba tengok pagelaran music masisir khatulistiwa, orkes dangdut "Pandawa" yang selalu menjadi pun-
cak acara ini personel-
personel nya berasal dari kami.Tentang alat musik, kita jangan ditanya. Dari gitar, piano, biola, drum, seruling sampai rebana, kita lah
ahlinya. Yang dibutuhkan hanya rasa percaya diri dan semangat yang tinggi untuk membentuk sebuah grup musik
himmah. Seandainya penulis turun gunung ikut andil jadi vokalis, tentu para akhwat masisir manis yang
menyaksikan akan riuh tepuk tangan-hormat berdiri, menyapa dengan senyum sambil bertanya : "Mas Faiq kapan
mati?". Duh, untung tau diri.
Belum lagi sepak bola, tiap tahun tim kebanggaan gamajatim "Airlangga FC" tak pernah absen merekrut anggota -
anggota kami. Amboi.. semuanya pemain inti. Kredibilitas mereka di lapangan sungguh tidak diragukan lagi. Be-
tapa tidak, seandainya tidak kuliah di kairo, mungkin arek-arek himmah dengan motonya "Bola adalah teman"
sudah berada di markas besar real Madrid Santiago Bernebeu, atau mungkin Camp Nou. Bukan.. bukan jadi
tukang sapu. Ngawur itu.. lebih tepat nya asisten tukang sapu.
Apalagi hadrah, jelas almamater ini lah sebagai pelopor dibaan dan sholawatan jauh jauh hari sebelum
maraknya ritual ini di kalangan masisir. Tim Hadrah NU tanpa penerbang dan vokalis dari kami akan terdengar
sumbang. Suara meliuk-liuk (kadang juga menukik-nukik, tapi gak sampe jungkir balik) samsul hadi yang
dipadukan genderang suara rebana yang harmoni dari Maulal, Khoirudin, Nasrul dan Hamdun memang tak ada
tandingan nya. Tim hadrah kami jauh berbeda kelas dari sekedar lingkup ecek-ecekmasisir. Yang kami anggap
sebagai saingan berat cuma dua: Scorpion dan Iwan Fals.
Itu tadi sisi label seni, bagaimana dengan budaya? Sebenarnya penulis tak punya banyak bukti atas rele-
vansi label budaya pada almamater himmah. Tapi pernahkah anda mendengar nama Mughni Rahmatullah? Jika
tak pernah, anda tak layak disebut masisir. Lebih baik pulang saja. Percuma menghabiskan waktu belajar di mesir
jika tak tau Cak Ni (Cak Mughni).
Benar, sosok yang lebih penting dari sekadar dubes RI di mesir ini bernama Mughni Rahmatullah. Senga-
ja nama depan tidak saya sebut. Keraguan beliau atas nama depan nya sendiri, antara "Ahmad" atau "Abdul" itu
saya kira sudah mengindikasikan betapa budayawan nya beliau. Tak lagi mempersoalkan nama, esensi nya
DAPUR HIMMAH
HIMMAH,Almamater
Seni&Budaya
Mas Faiqul Khuluq, Lc.
20
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
25/28
Mughni adalah Mughni.
Sapaan "Cak" yang melekat pada dirinya semakin menguatkan indikasi malakahkebudayaan beliau. To-
long Jangan berpikiran picik bahwa sapaan "Cak" selalu identik dengan budayawan Cak Nun. Cak Ni jauh ber-
beda diatas Cak Nun. Jika diberi kesempatan bertatap muka, bisa jadi Cak Nun lah yang berinisiatif menyalamin-ya, sungkem cium tangan dan mendoakan beliau semoga panjang umur dan senantiasa mendapat rahmat Allah.
Jika Cak Nun mendapat gelar sebagai nabinya rakyat kecil. Cak Ni mungkin pantas disebut sebagai nabinya
rakyat besar.Halah..
Mengenai label budayawan pada Cak Ni, penulis bukan orang pertama yang memberinya gelar demikian.
Lamanya berinteraksi langsung dengan Cak Ni sela- ma kurang lebih delapan tahun membuat penulis
jadi agak yakin kalau Cak Ni memang pan- tas disebut budayawan.
Setiap kita membahas apa pun, pasti akan keluar statemen menc-
erahkan. Suatu saat berupa analisa, suatu saat berupa kritik. Kadang ide
maupun komentar. Bisa berupa cerita, bisa juga berupa kalam
hikmah. Jika tak percaya dengan kalimat saya, silahkan verifi-kasi kepada teman-teman him- mah lain nya. Kebanyakan
tentu mengiyakan. Jika ada yang tidak, itu hanya
komentar picisan yang tak perlu digubris, tapi patut
dipertimbangkan. Apalagi ndombos nya cak ni
seringnya kelewatan.
Penulis juga percaya, semua yang
berinteraksi dengan Cak Ni akan merasa enjoy
dan santai. Ia mampu mengimbangi dan me-
nyesuaikan kondisi psikologi lawan
bicaranya. Sifat menga- yomi nya begitu jelasdirasakan beragam ele- men masisir. Dari pe-
jabat KBRI, aktifis organ- isasi, pecinta kajian,
penggemar talaqi, aktifis kampus hingga adik-
mbak-ibu-nenek penyumbang devisa
negara pun merasa cocok dengan beliau. Memang
demikianlah sifat budaya- wan. Dapat masuk,
diterima dan menentramkan semua kalangan. Saya pun
curiga, jangan-jangan beliau adalah wali yang diutus Al-
lah untuk mencerahkan siapa saja yang ditemuinya. Walla-
hu a'lam.
Jika sudah demikian, bukti apa lagi yang kau ingkari dari ke-
budayawan-an Cak Ni? Bukankah deskrpisi diatas sudah melegitimasi
label "Almamater Budaya" yang ter- representasikan pada sosok Cak Ni?
Tapi mohon jangan salah sangka. Labelisasi seni dan budaya pada himmah tidak menegasikan ketinggian
ilmu agama mereka. Anda tentu tahu filosof muslim al Farabi. Seorang filosof yang tak hanya hafal al-Qur'an dan
alim fikih. Beliau juga seorang filosof yang sufi. Ditambah dengan kemahiran beliau bersyair dan kepiawaian nya
memainkan banyak macam alat musik. Seandainya pada zaman beliau sepak bola adalah trending sport, tak me-
nutup kemungkinan beliau juga ahli menggiring dan mencetak gol.
Begitu juga dengan kami. Jangan dikira label almamater seni dan budaya berarti kita jarang belajar ilmu
agama lo ya. Ini mesir kawan. Negeri para nabi. Ada al-Azhar sebagai menara ilmu Islam seluruh dunia. Halaqah
talaqi tersebar dimana-mana. Diasuh langsung oleh para pakar pada masing-masing bidang keilmuan Islam. Kami
juga belajar bro. Cuma ya itu tadi. Kita belajar nya main gitar, biola, sepak bola dan rebana.. hanya sebatas hobi
saja. [.]
DAPUR HIMMAH
21
BULETINAL-UMMAHEDISIUJIANTERM
22016
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
26/28
22
BULETINAL-UMM
AHEDISIUJIANTERM2
2016
CATATAN
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
27/28
7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram
28/28
A l h l d l h l i
LENGKAPILAH
KOLEKSI ANDA