70
IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA, TBK. ARNET TANGERANG PROYEK AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Di Jurusan Teknik Telekomunikasi Akademi Telkom Jakarta Disusun Oleh : SITI KURNIATI 9100025 JURUSAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI AKADEMI TELKOM JAKARTA

Buku TA.doc

  • Upload
    fanti

  • View
    29

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku TA.doc

IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA, TBK. ARNET

TANGERANG

PROYEK AKHIR

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Di Jurusan Teknik Telekomunikasi

Akademi Telkom Jakarta

Disusun Oleh :

SITI KURNIATI

9100025

JURUSAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI

AKADEMI TELKOM JAKARTA

2013

Page 2: Buku TA.doc

IMPLEMENTATION TRUNK IDENTIFICATION FOR VPN IP SERVICE PT. TELKOM INDONESIA, TBK. ARNET

TANGERANG

FINAL PROJECT

Promoted to Fulfill the Qualification Archieve

The Benchelor of Electrical Diploma

By

SITI KURNIATI

9100025

TELECOMMUNICATION ACADEMY SCHOOL OF

ENGINEERING JAKARTA

2013

ii

Page 3: Buku TA.doc

HALAMAN PENGESAHAN

PROYEK AKHIR

JUDUL PROYEK AKHIR

Oleh

SITI KURNIATI910025

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada 31 Juli 2013

Susunan Tim Penguji

Pembimbing 1,

H. Rawan Hiba, ST,MTNIK. 650910

Penguji 1, Penguji 2,

H.M Soleh Hasipudin, ST,MT Ade Nurhayati, STNIK. 8760269 NIK. 8790261

Penguji 3,

Ir Nur Rachmad, MTNIK. 7600604

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada : 31 Juli 2013di Jakarta

iii

Page 4: Buku TA.doc

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang beranda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Kurniati

NIM : 9100025

Judul Proyek Akhir : Implementasi Trunk Identificaton Untuk Layanan

VPN IP PT. Telkom Indonesia, Tbk

ArnetTangerang

Menyatakan bahwa proyek akhir dengan judul tersebut di atas penulis susun

dengan sejujurnya berdasarkan norma akademik dan bukan merupakaan

hasil plagiat. Adapun semua kutipan di dalam proyek akhir ini telah penulis

sertakan nama pembuatnya/penulisnya dan telah penulis cantumkan ke

dalam Daftar pustaka.

Pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya dan apabila di kemudian hari

ternyata penulis terbukti melanggar pernyataan penulis tersebut di atas,

penulis bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Jakarta, 31 Juli 2013

Siti Kurniati

9100025

iv

Page 5: Buku TA.doc

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

PROYEK AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Akademi Telkom Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah

ini :

Nama : Siti Kurniati

NIM : 9100025

Program Studi : Teknik Telekomunikasi

Jenis Karya : Proyek Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Akademi

Telkom Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :

IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP

PT. TELKOM INDONESIA, TBK ARNET TANGERANG

Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Akademi Telkom Jakarta berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan proyek akhir

penulis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada : 31 Juli 2013

Yang Menyatakan,

(Siti Kurniati)

v

Page 6: Buku TA.doc

ABSTRAK

Setiap alat komunikasi memiliki protokol sendiri-sendiri dalam berkomunikasi dengan alat lain. Karena terlalu banyak protokol yang berbeda-beda, maka International Organization for Standardization melakukan standarisasi agar semua alat yang membutuhkan komunikasi memiliki protokol yang sama. Dengan tujuan semua alat di seluruh bumi bisa saling berkomunikasi.

Virtual Private Network Internet Protocol atau VPN IP merupakan solusi yang memungkinkan pelanggan dari sebuah perusahaan, supplier dan karyawan perusahaan yang berada jauh di lokasi kantor mobile maupun fixed dapat terhubung ke jaringan perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan tersebut dapat memiliki jaringannya sendiri dan dapat menyerahkan masalah implementasi, pemeliharaan dan pengaturan kepada penyelenggara telekomunikasi, menghemat masalah perangkat sebagaimana VPN IP yang melalui jaringan Internet dan transportasi jika terjadi gangguan dan support lainnya.

VPN IP untuk menyalurkan informasi dari source ke destination menggunakan perangkat IMUX atau Intelligent Multiplexer, perangkat imux menggunakan jalur pengiriman dan penerimaan informasi yang digunakan pelanggan corporate yang biasa disebut dengan Trunk Identification. Bandwidth vpn ip yang menggunakan imux tergantung dari permintaan pelanggan namun pada rang atau kelipatan 64 Kbps, Bit ratenya 2 Mbps. Media transmisi dari imux ke imux menggunakan sistim transmisi berbasis TDM. Implementasi Multiplexing atau MUX menggunakan teknik Time Division Multiplexing atau TDM, MUX TDM saat ini yaitu SDH STM 1 sampai dengan STM 64.

Kata kunci: OSI dan TCP/IP. Router. VPN IP. IMUX dan TID. MUX. SDH.

vi

Page 7: Buku TA.doc

ABSTRACT

Each communication tool has its own protocol to communicate with other devices. Because too many different protocols, the International Organization for Standardization standardize all the tools needed in order to have the same protocol communication. With the goal of all the tools in the whole world can communicate with each other.

Virtual Private Network Internet Protocol or VPN IP is a solution that allows customers of a company, suppliers and employees who are away at mobile and fixed office location to connect to the corporate network. Thus the company can have its own network and can submit problems of implementation, maintenance and regulation of the telecommunications operators, saving device problems as VPN IP network through the Internet and in the event of disruption of transportation and other support.

VPN IP to deliver information from source to destination using device IMUX or Intelligent Multiplexer, device IMUX paths using the sending and receiving of information that is used commonly referred to corporate customers with Trunk Identification. Bandwidth VPN IP using Imux depends on customer demand, but on rang or multiples of 64 Kbps, Bit rate is 2 Mbps. Transmission medium of IMUX to IMUX using TDM based transmission system. Implementation or MUX Multiplexing technique using Time Division Multiplexing or TDM, TDM MUX is currently SDH STM 1 to STM 64.

Keyword: OSI and TCP/IP. Router. VPN IP. IMUX and TID. MUX. SDH.

vii

Page 8: Buku TA.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini.

Maksud dan tujuan dari penulisan Proyek Akhir ini adalah guna memenuh salah

satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di Akademi Tekni

Telekomunikasi Jakarta.

Penulis menyadari bahwa Proyek Akhir ini belum mencapai kesempurnaan. Hal

ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimliki. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Proyek Akhir ini mencapai

kesempurnaan sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan, pengarahan, nasehat, dan motivasinya baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga Proyek Akhir ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun

materil dan masukan dalam pembuatan Proyek Akhir ini.

2. Bpk. Zaenal Arifin, selaku direktur Akademi Teknik Telekomunikasi Jakarta.

3. Bpk. H.M. Soleh Hasipudin, selaku Dosen Wali 09 Tel 1 Akademi Teknik

Telekomunukasi Jakarta.

4. Bpk. Rawan Hiba, selaku pembimbing I Akademis di Akademi Teknik

Telekomunkasi Jakarta yang tiada lelahnya bersedia memberikan waktunya dan

ilmunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini

saampai selesai.

5. Bpk. Yus Purwantiko, selaku pembimbing PKL di PT. Telkom Indonesia.Tbk

Divisi Arnet Tangerang, yang bersedia membantu dalam menyelesaikan Proyek

Akhir ini.

6. Seluruh staf dan karyawan PT. Telkom indonesia.Tbk Divisi Arnet Tangerang

yang selalu memberikan semangatnya dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini.

7. Semua dosen dan segenap karyawan di Akademi Teknik Telekomunikasi

Jakarta.

8. Semua sahabat – sahabat 09 Tel 1 dan 09 tel 2 atas segala dukungan dan

masukannya kepada penulis.

viii

Page 9: Buku TA.doc

Akhir kata penulis berharap Proyek Akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Dan semoga Proyek Akhir ini

dapat dikembangkan lagi.

Jakarta, Mei 2013

Penulis

ix

Page 10: Buku TA.doc

LEMBAR PERSEMBAHAN

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat

baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai

sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-

Baqarah, 2: 216)

x

Page 11: Buku TA.doc

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iii

ABSTARK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

LEMBAR PERSEMBAHAN viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR ISTILAH xiv

DAFTAR SINGKATAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1

2.1 Maksud dan Tujuan 1

3.1 Rumusan dan Pembatasan Masalah 2

4.1 Metodologi Penelitian 2

5.1 Sistematika Penulisan 2

BAB II DASAR TEORI2.1 OSI dan TCP/IP 4

2.2 Router 8

2.3 VPN IP 9

2.4 IMUX 10

4.4.1 Koneksi Antar Imux 11

4.4.2 Trunk Identification 12

4.4.3 Midi Node, Cluster Node, Basic Node, Mini Node, dan Slave 12

2.4.3.1 Midi Node 12

2.4.3.2 Cluster Node 12

2.4.3.3 Basic Node 13

2.4.3.4 Mini Node 13

2.4.3.5 Slave 14

xi

Page 12: Buku TA.doc

2.5 Multiplexing 14

2.6 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 15

2.6.1.Struktur Frame SDH 15

2.6.2.Struktur Multiplexing SDH 16

2.6.3.Elemen-elemen SDH 17

2.6.3.1 Regenerator 17

2.6.3.2 TM (Terminal Multiplexer) 18

2.6.3.3 ADM (Add/Drop Multiplexer) 18

2.6.3.4 DXC (Digital Cross Connect) 18

2.6.4.Topologi Jaringan SDH 19

2.6.4.1 Topologi Point to Point 19

2.6.4.2 Topologi Ring 20

2.6.4.3 Topologi Mesh 20

BAB III IMPLEMENTASI VPN IP3.1 Konfigurasi VPN IP 21

3.2 Konfigurasi Imux 23

3.3 Perangkat yang Digunakan Untuk Layanan VPN IP 23

3.4 Topologi Jaringan 25

3.5 Data Pelanggan 25

3.6 Media Transmisi 25

3.6.1 Media Transmisi yang digunakan Garuda Food 26

3.6.2 Media transmisi yang digunakan Tuntex 27

3.6.3 Media transmisi yang digunakan PT. ADIS 27

3.7 Interface 28

BAB IV ANALISA TRUNK IDENTIFICATION4.1 Analisis Topologi 30

4.2 Analisis Interface 31

4.2.1 Analisis Interface dari costumer ke IMUX 31

4.2.2 Analisis Interface dari IMUX ke IMUX 32

4.3 Analisis Bandwidth 32

4.3.1 Analisis Bandwidth dari customer ke IMUX 33

4.3.2 Analisis Bandwidth dari IMUX ke IMUX 33

4.4 Analisis Bit Rate 34

4.4.1 Analisis Bit Rate dari customer ke IMUX 34

4.4.2 Analisis Bit Rate dari IMUX ke IMUX 34

xii

Page 13: Buku TA.doc

BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 36

5.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37LAMPIRAN

xiii

Page 14: Buku TA.doc

DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Perbandingan OSI dan TCP/IP 4

Gambar 2.2 Perangkat Router 9

Gambar 2.3 Perangkat IMUX 10

Gambar 2.4 Midi Node 12

Gambar 2.5 Cluster Node 13

Gambar 2.6 Basic Node 13

Gambar 2.7 Mini Node 14

Gambar 2.8 Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa 15

Gambar 2.9 Struktur Multiplexing SDH 16

Gambar 2.10 Regenerator 17

Gambar 2.11 Terminal Multiplexer 18

Gambar 2.12 Add/Drop Multiplexer 18

Gambar 2.13 Digital Cross Connect 19

Gambar 2.14 Model Topologi Jaringan 19

Gambar 3.1 Konfigurasi VPN IP 21

Gambar 3.2 Konfigurasi IMUX 22

Gambar 3.3 Switch 23

Gambar 3.4 Router 23

Gambar 3.5 MDF 23

Gambar 3.6 IMUX 24

Gambar 3.7 DDF 24

Gambar 4.1 Point to point customer ke MDF dan IMUX ke backbone 30

Gambar 4.2 Ring antar backbone 31

xiv

Page 15: Buku TA.doc

DAFTAR TABELTebel 2.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH 16

Tabel 3.1 TID data pelanggan 25

Tabel 3.2 Spesifikasi SDH Fujitsu 26

Tanel 3.3 Spesifikasi SDH Lucent 26

Tabel 3.4 Stasiun A Garuda Food 26

Tabel 3.5 Stasiun B Garuda Food 26

Tabel 3.6 Stasiun A Tuntex 27

Tabel 3.7 Stasiun B Tuntex 27

Tabel 3.8 Stasiun A PT. ADIS 27

Tabel 3.9 Stasiun Transit PT. ADIS 27

Tabel 3.10 Stasiun B PT. ADIS 28

Tabel 3.11 Interface pelanggan 28

Tabel 3.12 Interface IMUX 28

Tabel 4.1 Interface dari costumer ke IMUX 31

Tabel 4.2 Interface dari IMUX ke IMUX 32

Tabel 4.3 Bandwidth dari costumer ke IMUX 33

Tabel 4.4 Bandwidth dari IMUX ke IMUX 33

Tabel 4.5 Bit Rate dari customer ke IMUX 34

Tabel 4.6 Bit Rate dari IMUX ke IMUX 34

xv

Page 16: Buku TA.doc

DAFTAR ISTILAHCustomer : Pelanggan

VPN IP : Layanan komunikasi data internal any-to-any connection (dari dan ke

satu atau lebih sumber ke dan dari satu atau lebih tujuan) yang berbasis

Internet Protocol Multi Protocol Label Switching (MPLS).

IMUX : Media transport layanan multimedia (voice, video, atau data), yang

memberikan layanan akses dengan kecepatan bervariasi, handal dan

aman.

QMH : Card Interface yang dipakai untuk hubungan antar IMUX dengan bit rate

sebesar 2 Mbps, dengan konektor DB-9.

TID : Jalur pengiriman data pelanggan yang berada antara IMUX ke IMUX.

Router : Perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa

network yang berbeda berdasarkan tabel routing.

ADM : Suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal PDH

atau VC.

Bandwidth : Luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam

medium transmisi.

K52 : Tempat terminasi Link DDF yang berfungsi sebagai interkoneksi antar

wire.

K71 : Tempat terminasi Link MDF yang berfungsi sebagai interkoneksi antar

wire.

xvi

Page 17: Buku TA.doc

DAFTAR SINGKATANVPN IP : Virtual Private Network Internet Protocol

IP : Internet Protocol

IMUX : Intelegent Multiplexer

SLG : Service Level Guarantee

TID : Trunk Identification

FDM : Frequency Division Multiplexing

TDM : Time Division Multiplexing

CDM : Code Division Multiplexing

SDH : Synchronous Digital Hierarchy

TM : Terminal Multiplexer

ADM : Add/Drop Multiplexer

DXC : Digital Cross Connect

FO : Fiber Optik

BW : Bandwidth

DDF : Digital Distribution Frame

MDF : Main Distrtribution Frame

Kbps : Kilo Bit Per Second

Mbps :Mega Bit Per Second

QOS : Quality Of Service

OTB : Optical Termination Box

STO : Sentral Telepon Otomat

TS : Time Slot

PE : Premise Equipment

IF : Interface

xvii

Page 18: Buku TA.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat semua

pengguna layanan semakin mudah dan murah, demikian juga berpengaruh besar

terhadap teknologi telekomunikasi dan informasi. Implementasi dari jaringan yang

berbasis IP (Internet Protocol) yang kini merupakan wujud nyata tatanan dunia baru

(new world). Jaringan IP kini memungkinkan para pelaku bisnis maupun instansi

menjalankan bisnis dan pekerjaannya dengan suatu cara yang jauh lebih efisien,

efektif, dan murah tetapi handal. Kemampuan teknologi IP membangun jaringan

internet dalam skala besar dan tingkat keandalan tinggi merupakan salah satu modal

utama untuk memberikan layanan komunikasi baru seperti layanan VPN IP ( Virtual

Private Network Internet Protocol).

Layanan VPN IP mengkombinasikan berbagai unsur dalam teknologi IP untuk

memberi fasilitas yang memenuhi berbagai komponen komunikasi baku yang

ditawarkan oleh teknologi sebelumnya. Jenis layanan dari teknologi sebelumnya

yang ditawarkan adalah saluran sewa (leased line), frame relay dan ATM

(Asynchronous Transport Mode).

Alasan penulis untuk menggunakan layanan VPN IP sebagai pembahasan

Proyek Akhir ini karena teknologi VPN IP jauh lebih efisien, efektif, murah dan

handal, Dengan VPN IP dimungkinkan networking data secara privat dan aman

melalui jaringan internet publik atau jaringan IP privat untuk komunikasi pengguna

akses remote, site-to-site,atau corporate-to-corporate. Karena banyaknya kelebihan-

kelebihan yang ada pada teknologi VPN IP untuk itu penulis berminat untuk

menjadikan bahan materi Proyek Akhir yang berjudul: “IMPELEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA,TBK ARNET TANGERANG”

1.2Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dalam penlisan Proyek Akhir ini adalah:

1. Menganalisa jaringan VPN IP pada Arnet Tangerang yang terdiri dari topologi,

interface, bandwidth dan bit rate.

2. Mengetahui perangkat apasaja yang digunakan pada Arnet Tangerang.

3. Mengimplementasi Trunk Identification.

xviii

Page 19: Buku TA.doc

1.3Perumusan Masalah dan Batasan Masalah

Rumusan MasalahRumusan Masalah dalam Penulisan ini adalah:

1. Sebutkan perangkat yang digunakan layanan VPN IP?

2. Topologi yang digunakan dalam implementasi trunk identification untuk layanan

VPN IP?

3. Media Transmisi apa yang digunakan?

4. Interface apa yag digunakan?

Batasan-Batasan Masalah

Batasan masalah yang mencakup dalam penulisan ini adalah:

1. Membahas dan menganalisa trunk identification untuk layanan VPN IP di Arnet

Tangerang.

2. Membahas dan menganalisa topologi yang digunakan dalam layanan VPN IP.

3. Membahas dan menganalisa interface yag digunakan dalam Trunk Identification.

4. Menganalisa bandwidth dan bit rate.

1.4Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam menyusun Proyek Akhir ini dengan mengadakan:

1. Studi Literatur

Yaitu penulisan dengan mencari data-data yang berhubungan dengan Proyek

Akhir.

2. Studi Pustaka

Yaitu dilakukan dengan mencari Literatur yang berhubungan dengan topik

penulisan seperti manal book dan buku pepustakaan.

3. Riset dan Aplikasi

Yaitu penelitian untuk data perangkat serta observasi dengan teknis yang

berkecimpung di bidang multimedia di area network Pasar Baru, Tangerang.

1.5 Sistematika Penulisan Sistematka penulisan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

xix

Page 20: Buku TA.doc

Bab ini membahas mengenai Latar Belakang, Maksud dan Tujuan,

Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika

Penelitian.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisikan tentang pengertian OSI DAN TCP/IP, ROUTER, VPN

IP, IMUX DAN TID, MUX, SDH.

BAB III IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION

Membahas tentang Konfigurasi VPN IP, Konfigurasi IMUX, Perangkat

yang digunakan untuk layanan VPN IP, Topologi Jaringan, Data

Pelanggan, Media Transmisi, Interface.

BAB IV ANALISA TRUNK IDENTIFICATION

Menganalisis Topologi, Interface, Bandwidth dan Bit Rate.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat menunjang

penulis agar lebih baik.

xx

Page 21: Buku TA.doc

BAB II

DASAR TEORI

2.1OSI & TCP/IPOpen Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International Organization

for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana

proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. ISO melakukan standarisasi

agar semua alat yang membutuhkan komunikasi memiliki protokol yang sama. OSI

adalah sebuah standar baku dan hanyalah sebuah model rujukan, misalkan suatu

model adalah sebuah pertanyaan, maka protokol adalah jawabannya. ISO menyusun

protokol tersebut ke dalam model OSI (Open System Interconnection). Tujuannya

agar semua alat di seluruh bumi bisa saling berkomunikasi. Protokol ini dibagi

menjadi ke dalam 7 layer. Sementara itu, ada lagi protokol yang dikenal sebagai

model TCP/IP dengan jumlah 4 layer. Karena model OSI sangat formal dan sangat

lamban perkembangannya, maka model yang paling sering dipakai dalam aplikasi

praktis adalah model TCP/IP. Sedangkan model OSI hanya dipakai untuk

menjelaskan dengan lebih baik mengenai perjalanan paket data dari satu alat ke alat

yang lainnya.

Gambar 2.1 Perbandingan OSI dan TCP/IP

Keterangan:

xxi

Page 22: Buku TA.doc

Perbandingan berbagai model jaringan dan kesetaraannya dengan model lainnya

diberikan dalam gambar di atas. OSI terdiri dari 7 macam jenis layer sedangkan TCP/IP terdiri

dari 4 macam jenis layer.

2.2.1 Model OSIModel Open Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International

Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur

bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Standard ini

dikembangkan untuk industri komputer agar komputer dapat berkomunikasi pada

jaringan yang berbeda secara efisien.

OSI Model adalah model atau acuan arsitektural utama untuk network yang

mendeskripsikan bagaimana data dan informasi network di komunikasikan dari

sebuah aplikasi komputer ke aplikasi komputer lain melalui sebuah media transmisi. Untuk mempermudah pengertian, penggunaan, desain, pengolahan data dan

keseragaman standar vendor.

Model dibagi menjadi 7 layer, tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer

di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protokol dan

standard.

1. Physical Layer

Layer ini menjelaskan bagaimana pengiriman dan penerimaan bit-bit data

sepanjang media transmisi seperti: kabel koaksial, twited-pair, serat optic, gelombang

radio atau media transmisi yang lainya.

2. Data Link Layer

Data Link Layer adalah layer data dipersiapkan untuk dikirimkan melalui jaringan,

pada layer ini paket data di kapsulasi dalam sebuah frame sebelum dikirimkan.

Protokol pada layer ini membantu dalam hal pengalamatan dan pendeteksian

kesalahan dari data yang dikirimkan. Data link layer terdiri dari dua sublayer yaitu;

sublayer Logical Link Control (LLC) dan sublayer Media Access Control (MAC).

Sublayer LLC adalah antarmuka antara protokol network layer dengan metode

pengaksesan media misalnya Ethernet atau Token Ring. Sublayer MAC menangani

koneksi ke media fisik seperti twisted-pair atau pengkabelan koaksial.

3. Network Layer

Bertanggung jawab dalam hal routing dari paket-paket data yang didasarkan

pada logical address dari paket-paket data tersebut. Network layer memotong-

xxii

Page 23: Buku TA.doc

motong data dan menyusunya kembali jika diperlukan, tugasnya adalah mengirim

paket-paket data dari sumber ke tujuan.

4. Transport LayerTransport Layer adalah layer yang berguna untuk pengecekan data dan validitas

data. Umumnya ada 2 protokol yang dikenal dalam layer ini:

a. TCP

Adalah protokol yang memastikan data yang dikirim dan diterima tidak

rusak dan semua paket data yang dipecah bisa disusun kembali. Jika ada

paket data yang rusak, maka TCP bertugas untuk meminta kembali paket

data yang rusak tersebut.

b. UDP

Adalah protokol yang tidak perlu mengecek apakah data yang diterima

memiliki kondisi baik atau rusak. UDP mirip dengan broadcast data yang

kontinu dan hanya 1 kali melakukan pengiriman data.

5. Session Layer

Layer ini menyediakan layanan ke dua layer diatasnya, Melakukan koordinasi

komunikasi antara entiti layer yang diwakilinya, serta menjaga agar data dari masing-

masing aplikasi tetap terpisah. layer ini bertugas untuk mengontrol dialog selama

komunikasi berlangsung, layer ini bertanggung jawab dalam hal bagaimana

membentuk sambungan, bagaimana menggunakan sambungan tersebut, dan

bagaimana memutuskan sambungan yang terbentuk setelah sebuah sesi komunikasi

selesai. Session layer juga menambahkan control header pada paket data selama

pertukaran data terjadi.

6. Presentation Layer

Presentation layer adalah layer yang berada dibawah application layer dan diatas

session layer, presentation layer menambahkan struktur pada paket data yang akan

dikirimkan. Tugas utama layer ini adalah untuk meyakinkan bahwa data atau

informasi terkirim dengan bahasa atau syntax yang dapat dipahami oleh host yang

dituju. Protokol pada presentation layer dapat menterjemahkan data kedalam bahasa

atau syntax yang dapat dimengerti dan kemudian mengkompres atau mengenkripsi

data sebelum menyampaikan data ke session layer.

xxiii

Page 24: Buku TA.doc

7. Application Layer

Layer paling tinggi dari model OSI adalah aplication layer, seluruh layer

dibawahnya bekerja untuk layer ini, tugas dari application layer adalah mengatur

komunikasi antar aplikasi.

b.1.2 Model TCP/IPTCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) adalah standar

komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-

menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet.

Protokol ini tidaklah dapat berdiri sendiri, karena memang protokol ini berupa

kumpulan protokol (protocol suite). Protokol ini juga merupakan protokol yang paling

banyak digunakan saat ini. Data tersebut diimplementasikan dalam bentuk perangkat

lunak (software) di sistem operasi. Istilah yang diberikan kepada perangkat lunak ini

adalah TCP/IP stack.

Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an hingga awal 1980-an

sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan komputer-komputer dan

jaringan untuk membentuk sebuah jaringan yang luas (WAN). TCP/IP merupakan

sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme

transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja.

Protokol ini menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut

sebagai alamat IP (IP Address) yang mengizinkan hingga beberapa ratus juta

komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lainnya di Internet.

Macam-macam Model TCP/IP terdiri dari 4 layer: Application Layer , Transport,

Internetwork, dan Network Interface Layer.

a. Application Layer

adalah layer yang bersentuhan langsung dengan aplikasi komputer yang

dipakai. Aplication layer adalah bagian dari TCP/IP dimana permintaan data

atau servis diproses, aplikasi pada layer ini menunggu di portnya masing-

masing dalam suatu antrian untuk diproses. Aplication layer bukanlah tempat

bagi word processor, spreadsheet, internet browser atau yang lainnya akan

tetapi aplikasi yang berjalan pada application layer berinteraksi dengan word

processor, spreadsheet, internet browser atau yang lainnya, contoh aplikasi

populer yang bekerja pada layer ini misalnya FTP dan HTTP.

xxiv

Page 25: Buku TA.doc

b. Transport Layer

menentukan bagaimana host pengirim dan host penerima dalam membentuk

sebuah sambungan sebelum kedua host tersebut berkomuikasi, Transport

layer hanya terdiri dari dua protokol, yang pertama adalah TCP(Transport

Control Protokol) dan yang kedua adalah UDP (User Datagram Protokol).

- Contoh penggunaan TCP adalah pada browser dan pada aplikasi

chatting.

- Contoh penggunaan UDP adalah pada video broadcasting (live

streaming) dan pada permainan game online.

c. Internet Layer

adalah layer yang bertugas sebagai tukang pos yang mengirimkan dan

menerima data dari sumber ke tujuan. Semua alat komunikasi memiliki

sebuah alamat berupa IP (Internet Protocol). IP ini fungsinya sama seperti

alamat rumah. Protokol IP bertugas untuk memasukkan data dan

mencantumkan alamat sumber dan alamat tujuan data yang diminta. Layer

ini biasanya dikerjakan oleh router yang biasanya lebih tau dalam hal

pengiriman data ke suatu alamat.

d. Network Interface Layer

adalah layer yang berkaitan dengan fisik alat komunikasi yang disambung.

Contohnya adalah kartu Ethernet, kabel UTP, termasuk RJ-45 dikategorikan

sebagai network interface layer.

2.2ROUTERRouter adalah perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa

network yang berbeda berdasarkan tabel routing. Router disebut juga sebagai

perangkat jaringan yang digunakan untuk membagi protocol kepada anggota jaringan

yang lainnya, dengan adanya router maka sebuah protocol dapat di-sharing kepada

perangkat jaringan lain.

xxv

Page 26: Buku TA.doc

Gambar 2.2 Perangkat Router

Keterangan:

Dari gambar diatas hirarki router pada network router yang menggunakan protokol MPLS :

Router CE : router customer edge, router milik pelanggan.

Router PE : router provider edge, router yang memiliki koneksi langsung dengan

router pelanggan (CE).

Router P : router provider, router yang memiliki koneksi ke beberapa router PE.

Router core: Router yang menghubungkan IP network suatu regional dengan

regional yang lain disebut Router .

2.3VPN IPVPN IP (Virtual Private Network Internet Protocol) adalah layanan komunikasi

data internal any-to-any connection (dari dan ke satu atau lebih sumber ke dan dari

satu atau lebih tujuan) yang berbasis Internet Protocol Multi Protocol Label Switching

(MPLS). Layanan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan layanan komunikasi

data melalui leased line maupun layanan VPN berbasis frame relay, yaitu dapat

melayani informasi berupa Data, Voice dan Video dan support banyak aplikasi bisnis.

Dengan VPN IP dimungkinkan networking data secara privat dan aman melalui

jaringan internet publik atau jaringan IP privat untuk komunikasi pengguna akses

remote, site-tosite,atau corporate-to-corporate. VPN IP berbasis jaringan publik yang

berjalan di platform IP sehingga pengiriman layanan lebih bersifat connectionless,

dalam artian data terkirim begitu saja tanpa ada proses pembentukan jalur terlebih

dahulu (connection setup). IP bertugas untuk menangani masalah-masalah

pengiriman, juga menjadi tanggung jawab IP untuk menangani masalah pengenalan

xxvi

Page 27: Buku TA.doc

datagram atau reassembly datagram sebagai akibat langsung proses fragmentasi.

Penggunaan jaringan publik internet dalam layanan VPN menuntut jaminan security

yang lebih baik dibandingkan dengan layanan internet yang biasa. Sharing

infrastruktur jaringan publik untuk suatu hal yang namanya privat menuntut

pengamanan-pengamanan tersendiri. Dengan adanya jaminan security tersebut,

pelanggan dapat mengirimkan dan mengakses informasi secara aman dan terlindung

dari kemungkinan disusupi oleh pengakses yang tidak diinginkan.

Ada beberapa QoS dalam layanan Telkom VPN IP, TELKOM mengelompokkan

jenis aplikasi dalam tiga jenis dengan tingkat layanan QoS yang berbeda yaitu :

Interaktif. Interaktif untuk aplikasi VoIP dan Vicon,

Gold untuk aplikasi Database Client Server (seperti SAP, BAAN),

Silver untuk non critical data (seperti email, web).

Layanan ini dapat digunakan oleh :

1. Perusahaan yang memiliki banyak cabang dan menyebar.

2. Perusahaan yang memiliki konfigurasi network multi hub/full mesh.

3. Perusahaan yang menjalankan multi aplikasi.

4. Perusahaan yang memilih outsourcing untuk pengaturan network nya.

2.4IMUX

xxvii

Page 28: Buku TA.doc

Gambar 2.3 Perangkat IMUX

Imux (Intelegent Multiplexer) adalah media transport layanan multimedia (voice,

video, atau data), yang memberikan layanan akses dengan kecepatan bervariasi,

handal dan aman dengan kemampuan:

End to end service

Konfigurasi backbone yang besar dan tersebar

Dikendalikan secara terpusat

Modular dan standar.

Antar imux satu dengan imux yang lainnya dihubungkan oleh trunk, yang

menggunakan bit rate sesuai dengan card interface yang ada. Trunk ini bersifat

dedicated. Setiap customer sudah mempunyai jalur tertentu untuk melakukan hubungan

komunikasinya ke arah lawan. Trunk ini tidak pernah akan berubah, kecuali dilakukan

setting ulang. Sehigga apabila ada suatu trunk yang mengalami gangguan, maka secara

otomatis customernya juga tidak akan bisa melakukan hubungan komunikasi meskipun

pada saat yang sama dan pada arah yang sama ada trunk lain yang tersedia dan dalam

kondisi normal.

Imux memiliki tipe card yang dipakai untuk hubungan antar imux (trunk), antara lain:

1. QMH

Dalam Card Interface QMH menggunakan bit rate sebesar 2 Mbps, dengan

konektor DB-9.

2. GMH

a. Tipe Card Interface GMH dengan tipe port G.703.120, menggunakan bit

rate sebesar 2 Mbps, dengan konektor B-9.

b. Tipe Card Interface GMH dengan tipe port G.703.8M, menggunakan bit

rate sebesar 8 Mbps, dengan konektor BNC.

Imux juga memiliki bandwith serta bit rate yang lebar, Network pada imux

harus memiliki kondisi yang prima dan harus memenuhi SLG (Service Level

Guarantee). Sistem imux harus berlangsung terus-menerus dan tidak boleh terputus,

jadi imux harus memiliki back up untuk kelangsungan imux jika terjadi suatu kendala.

2.4.1 Koneksi Anatar ImuxPada imux koneksi yang digunakan saat ini menggunakan link transmisi:

2 Mbps (2048 Kbps)

8 Mbps (8448 Kbps)

Media radio

Kabel tembaga dan fiber optik.

xxviii

Page 29: Buku TA.doc

2.4.2 TID (Trunk Identification)TID adalah jalur pengiriman dan penerimaan informasi untuk pelanggan

corporate yang disambungkan dengan cara node to node dan bisa juga menggunakan

cara dihubungkan ke internet.

2.4.3 Midi Node, Cluster Node, Basic Node, Mini Node, dan Slave.

2.4.3.1 Midi NodeMidi node adalah node flexible access yang kecil, biasa digunakan untuk

customer premi. Midi node memiliki kapasitas cross-connect 64 Mbps, dan racknya

memiliki kapasitas 8 modul.

Gambar 2.4 Midi Node

2.4.3.2 Cluster Node Cluster node merupakan node jaringan backbone yang menawarkan

berbagai kombinasi interface untuk data, voice, dan mobile. Interface berkecepatan

64 kbps sampai 155 Mbps dengan media bervariasi, baik itu tembaga, fiber,

maupun radio. Cluster Node terdiri dari 1 Master Rack dan 1 s/d 8 Slave. Kapasitas

cross-connect cluster node mencapai 512 Mbps (8 x 64 = 512Mbps).

xxix

Page 30: Buku TA.doc

Gambar 2.5 Cluster Node

2.4.3.3 Basic NodeBasic node merupakan node yang fleksibel untuk site pelanggan, yang

menawarkan berbagai macam kombinasi interface data, voice, dan mobile.

Kapasitas cross-connect dari basic node adalah 64 Mbps. Ada dua type basic node,

yaitu single subrack dengan kapasitas 16 modul, dan type double subrack dengan

kapasitas 2x16 modul.

Gambar 2.6 Basic Node

2.4.3.4 Mini Node

xxx

Page 31: Buku TA.doc

Kapasitas cross connect BUS adalah 64 kbps dengan Cross Connect Unit.

Control Unit dan Power Supply terintegrasi s/d interface module. Mini node

mempunyai fungsi yang hampir sama dengan basic node.

Gambar 2.7 Mini Node

2.4.3.5 Slave Slave dapat berupa single sucrack maupun double subrack. Spesifikasi

modulnya hampir sama dengan spesifikasi pada basic node single maupun double

subrack, hanya saja tidak ada modul IUM yang dipasang. Semuanya GMH karena

cluster berfungsi sebagai hubungan antar trunk.

2.5MULTIPLEXING

Multiplexing adalah teknik menggabungkan siyal untuk dikirimkan secara

bersama-sama pada suatu kanal transmisi. Perangkat untuk multiplexing dikenal

dengan nama Multiplexing / Transceiver / MUX. Pada sisi penerima,gabungan sinyal-

sinyal itu akan kembali dipisahkan sesuai dengan tujuan masing-masing, dan dikenal

sebagai Demultiplexing perangkatnya adalah Demultiplexing / Demux.

Teknik multiplexing:

1. Frequency – Division Multiplexing (FDM)

Pada FDM ini semua sinyal beroperasi pada waktu yang sama dengan frekuensi

yang berbeda. 2. Time Division Multiplexing (TDM)

Pada TDM ini kebalikan dari FDM yaitu semua sinyal beroperasi dengan

frekuensi yang sama pada waktu yang berbeda. Salah satu kelemahan dari

pendekatan TDM adalah banyak dari slot waktu dalam frame yang sia-sia. Hal Itu

terjadi karena jika terminal tertentu tidak memiliki data untuk mengirimkannya

xxxi

Page 32: Buku TA.doc

pada waktu tertentu, slot waktu yang kosong akan tetap ditrasnmisikan. TDM

dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Synchronous TDM dipakai untuk multiplexing suara digital. contoh dari

synchronous TDM adalah Video You Tube.

b. asynchronous TDM atau Intelligent TDM sebaliknya menggunakan sinyal

analog. Contoh dari asynchronous TDM adalah chating.

3. Code Division Multiplexing (CDM)

Pada CDM ini semua sinyal beroperasi pada pengkodekan.

2.6SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

SDH (Synchronous Digital Hierarchy) merupakan hirarki pemultiplekan yang

berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Dalam

dunia telekomunikasi, rentetan pemultiplekan sinyal-sinyal dalam transmisi

menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (drop and insert)

yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan

transmisinya.

Teknologi SDH juga dapat dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar,

pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan. SDH mempunyai kapasitas

port 63 bit dengan kapasitasnya yaitu N X STM-1 ( N X 155.52 Mbps ) dimana N

adalah jumlah bit ratenya (4, 16, dan 64). Sistem proteksi SDH adalah self protection

atau bisa memproteksi dirinya sendiri.

Gambar 2.8 Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa

Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada level atau tingkat yang paling tinggi,

jaringan transport SDH adalah jaringan n x STM-1 (n x 155 Mbps).

xxxii

Page 33: Buku TA.doc

2.6.1 Struktur Frame SDHStruktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1

(Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps).

Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125μ s. Bit rate atau

kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi

sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat

pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH

STANDAR FRAME STANDAR KECEPATAN

STM – 1 155,520 Mbps (155 Mbps)

STM – 4 622,08 Mbps (622 Mbps)

STM – 16 2.488,320 Mbps (2,5 Gbps)

STM – 64 9.953,280 Mbps (10 Gbps)

2.6.2 Struktur Multiplexing SDHKonsep bagaimana sinyal PDH dipetakan dalam frame STM direkomendasikan

oleh ITU-T. Dibawah ini gambar siyal PDH kedalam STM-N, yaitu proses

pembentukan sinyal PDH.

Gambar 2.9 Struktur Multiplexing SDH

Keterangan:

xxxiii

Page 34: Buku TA.doc

Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari sinyal

masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas :

MappingMapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui jaringan SDH.

Pertama sinyal–sinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu (C-n) sesuai dengan laju

bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path Overhead) untuk membentuk

Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut dengan mapping. POH berfungsi untuk

memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe dari Container. VC merupakan elemen dasar

yang akan dikontrol dan diatur dalam sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu VC-11,VC-12,

VC-2 disebut dengan VC orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC orde tinggi.

Multiplexing orde rendahMultiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan multiplexing

VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali dilakukan adalah dengan

menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary Unit) sesuai dengan VC-nya yang

disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan untuk membentuk TUG (Tributary Unit

Group). Kemudian menambahkan POH pada TUG sehingga terbentuk VC orde tinggi.

Multiplexing orde tinggiMultiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi untuk

membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde rendah atau

langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya multiplexing orde rendah,

VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk membentuk AU (Administrative Unit)

sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya AU tersebut digabungkan untuk membentuk

AUG (Administrative Unit Group). Frame STM-N dibentuk dengan melakukan multiplexing

AUG.

2.6.3 Elemen - elemen SDHSuatu elemen jaringan SDH dikontrol dengan menggunakan software,

sehingga dapat lebih fleksibel dalam penggunaan multiplexer dan demultiplexer.

Elemen-elemen SDH tersebut terdiri dari regenerator, Terminal Multiplexer (TM),

Add and Drop Multiplexer (ADM), dan Digital Cross Connect (DXC).

2.6.3.1 RegeneratorDalam jaringan SDH, fungsi regenerator adalah untuk membangkitkan dan

menguatkan sinyal SDH yang datang. Perangkat ini memperbaiki sistem clock

dan amplituda sinyal data yang telah teredam dan berubah oleh karena adanya

dispersi. Skema regenerator dapat dilihat pada Gambar 2.10.

xxxiv

Page 35: Buku TA.doc

Gambar 2.10 Regenerator

2.6.3.2 TM (Terminal Multiplexer)

Terminal Multiplexer berfungsi untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal

masukan (tributary) menjadi sinyal keluaran (aggregate). Dalam suatu jaringan,

perangkat ini digunakan untuk membentuk konfigurasi point-to-point. Selain itu,

perangkat ini juga digunakan untuk mengkombinasikan sinyal input synchronous

dan plesiochronous menjadi sinyal STM-N dengan bitrate yang lebih tinggi. Hal

ini ditunjukkan pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 Terminal Multiplexer

2.6.3.3 ADM (Add/Drop Multiplexer)ADM adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal

PDH atau VC. Selain itu ADM juga digunakan sebagai terminal drop/insert sinyal

sehingga sangat efisien dalam membentuk sistem jaringan telekomunikasi. ADM

memiliki dua buah aggregate dengan arah yang berlainan. Jika sejumlah ADM

saling dihubungkan maka akan membentuk sebuah topologi ring, sehingga akan

mempunyai sistem keamanan yang mempu memberikan proteksi terhadap

jaringan apabila terjadi gangguan. Sistem dari perangkat ini dapat dilihat pada

Gambar 2.12

xxxv

Page 36: Buku TA.doc

Gambar 2.12 Add/Drop Multiplexer

2.6.3.4 DXC (Digital Cross Connect)Elemen ini memiliki fungsi yang lebih luas. DXC memungkinkan terjadinya

pemetaan sinyal-sinyal tributary PDH ke dalam virtual container dan juga

merupakan switching dari berbagai macam level STM. Biasanya DXC ini

digunakan untuk membentuk konfigurasi mesh atau star. Gambar 2.13 memperlihatkan skema DXC.

Gambar 2.13 Digital Cross Connect

2.6.4 Topologi Jaringan SDHAda beberapa model topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh teknologi

SDH, diantaranya yaitu point-to-point, ring, dan mesh. Topologi ini dapat berdiri

sendiri atau campuran dari beberapa topologi. Pada Gambar 8. berikut adalah

beberapa gambaran topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh SDH.

xxxvi

Page 37: Buku TA.doc

Gambar 2.14 Model Topologi Jaringan

2.6.4.1 Topologi Point to pointTopologi point to point adalah jenis toplogi yang paling sederhana dan

tradisional, hanya terdiri dari 2 titik yang terhubung melalui link permanen.

2.6.4.2 Topologi RingTopologi ring adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik

sehingga terbentuk suatu pola lingkaran atau cincin.

2.6.4.3 Topologi MeshTopologi mesh adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik di

mana semua titik saling terhubung satu sama lain dan jaringan lengkap sehingga

membentuk pola seperti jala. Dalam Jaringan Mesh setiap titik terhubung ke

node lain di jaringan melalui hop.

xxxvii

Page 38: Buku TA.doc

BAB III

IMPLEMENTASI VPN IP

Implementasi VPN IP dari PT. Telkom Indonesia.Tbk. Divisi Arnet

Tangerang, yang menjadi pembahasan pada Proyek Akhir ini adalah konfigurasi VPN

IP, konfigurasi IMUX, data pelanggan, media, transmisi, interface. Dalam layanan

VPN IP ini penulis membahas pelanggan Garuda Food, Tuntex, PT. ADIS.

3.1Konfigurasi VPN IP

Gambar 3.1 Konfigurasi VPN IP

Keterangan:

Terdapat 3 pelanggan sebagai contoh yang akan dibahas

Perangkat pada Customer Edge (CE) terdiri dari atau pada pelanggan untuk layanan

VPN IP terdiri dari:

Cpu

Hub

Switch

MDF

Perangkat pada Provider Edge (PE) atau pada penyelenggara untuk layanan VPN IP

terdiri dari :

Router.

MDF

IMUX

DDF

Mux/Demux SDH.

xxxviii

Page 39: Buku TA.doc

Media transmisi yang digunakan Garuda Food dan PT. ADIS dalah SDH Lucent,

Sedangkan pada Tuntex adalah SDH Fujitsu.

Trunk imux ke imux menggunakan TID.

3.2Konfigurasi IMUX

Gambar 3.2 konfigurasi IMUX

Keterangan:

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa network menajemen dibagi menjadi tiga area,

yaitu area 1 yang berwarna kuning yang disebut basic node, area 2 yang berwarna hijau yang

disebut mini node, dan area yang berwarna merah yang disebut modems dan cluster node

sendiri ditandai dengan warna biru. Cluster node disini disebut sebagai backbone layer yang

fungsinya sebaai crossconnection antar ragion, sementara basic node disebut dengan

consolidation layer yang berfungsi sebagai flexiblemultiplexer dan mii node disebut sebagai

feeder layer yang berfungsi sebagai node input dari layer diatasnya. Sedangkan modem disini

adalah perangkat yang digunakan customer premises. Penyambungan dimulai dari modem

customer ke mini node dan basic node baru kemudian dihubung ke cluster node. Dan

kemudian dari cluster node inilah maka menajemen network dapat mengatur bandwidth serta

bit ratenya sesuai kebutuhan pelanggan itu sendiri.

xxxix

Page 40: Buku TA.doc

3.3Perangkat yang Digunakan Untuk Layanan VPN IP

Pada konfigurasi VPN IP yang terdapat pada gambar konfigurasi 3.1 yaitu

menggunakan kabel 2 Mbps dan terdiri dari beberapa perangkat yaitu:

1. Switch

Gambar 3.3 Switch

Switch memiliki banyak port yang akan menghubungkan ke jaringan

komputer dan port - port tersebut akan berhubungan dengan konektor RJ 45.

2. Router

Gambar 3.4 Router

Router berfungsi utama sebagai penghubung antar dua atau lebih

jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya.

3. MDF ( Main Distribution Frame)

Gambar 3.5 MDF

xl

Page 41: Buku TA.doc

Adalah sebuah tempat terminasi kabel yang menghubungkan kabel

saluran pelanggan dari sentral telepon dan jaringan kable yang menuju ke

terminal pelanggan, MDF ini terdapat K71 yang berfungsi sebagai interkoneksi

antar wire.

4. IMUX

Gambar 3.6 IMUX

Media transport layanan multimedia yang terdiri dari beberapa perangkat

di dalamnya seperti midi node, basic node, cluster node, mini node dan slave.

5. DDF ( Digital Distribution Frame)

Gambar 3.7 DDF

Sebagai alat untuk mengcrossconnect-kan koneksi antara TX dan RX

dari kabel E1 dalam bertukar informasi baik dalam bentuk data atau voice, pada

DDF ini terdapat K52 yang berfungsi sebagai interkoneksi antar wire.

xli

Page 42: Buku TA.doc

3.4Topologi Jaringan Topologi yang digunakan pada customer ke MDF dan Dari IMUX ke mux/demux

backbone SDH menggunakan point to point yaitu suatu konfigurasi jaringan yang

menghubungkan antara satu titik ke satu titik yang lain. Dan topologi yang digunakan

antar mux/demux backbone SDH menggunakan topologi ring yaitu suatu konfigurasi

jaringan yang menghubungkan semua lingkaran tertutup.

3.5 Data Pelanggan

Tabel 3.1 TID data pelanggan

No. Customer TID IMUX A IMUX B ST A ST B

1. Garuda Food 4655 20880/7/1 20914/10/4 TAN CKA

2. Tuntex 5014 24022/4/1 20914/10/2 LKG CKA

3. PT. ADIS 312 20928/13/1 24022/4/4 BLJ LKG

Dari data pelanggan terlihat bahwa:

1. Pelnggan Garuda food dengan nomor TIDnya 4655 Melalui IMUX TAN dan

Nomor Node 20880 slot 7 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 20914 slot

10 port 4.

2. Pelnggan Tuntex dengan nomor TIDnya 5014 Melalui IMUX LKG dan Nomor

Node 24022 slot 4 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 20914 slot 10 port

2.

3. Pelnggan PT. ADIS dengan nomor TIDnya 312 Melalui IMUX BLJ dan Nomor

Node 20928 slot 13 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 24022 slot 4 port

4.

3.6Media Transmisi Proses penyambungan menggunakan kabel 2 Mbps, connectornya adalah DB-9,

unit yang digunakan pelanggan adalah OMH dan OMH-A, unit yang digunakan IMUX

adalah QMH, serta bit ratenya adalah 2.048 Mbps. Media transmisinya menggunakan

SDH Fujitsu dan SDH Lucent. Lihat tabel spesifikasi SDH Fujitsu dan SDH Lucent:

xlii

Page 43: Buku TA.doc

Tabel 3.2 Spesifikasi SDH Fujitsu

No STM Type Bit Rate Kapasitas

1 STM-1 FLX 150 155 Mbps 63 E1

2 STM-4 FLX 600A 622 Mbps 252 E1

3 STM-16 FLX 2500 2,5 Gbps 1008 E1

Tabel 3.3 Spesifikasi SDH Lucent

No STM Type Bit Rate Kapasitas

1 STM-1 ADM 155 Mbps 63 E1

2 STM-16 Wavestar 2,5 Gbps 1008 E1

3 STM-64 Lamda Unit 10 Gbps 4032 E1

3.6.1 Media Transmisi yang Digunakan Gruda FoodPada media transmisi garuda food menggunakan SDH Lucent Sebagai

penjelasannya lihat tabel dibawah ini

Tabel 3.4 Stasiun A Garuda Food

TERSAMBUNG TIE LINE MM SYS 2 MB-s

  K 52 KE STA 1

TAN#(20880/7/1) MM.04/20 ADM:02-01-01-21

Tabel 3.5 Stasiun B Garuda Food

SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG

KE STA.2 K 52  

ADM:02-01-01-21 MM 1/3 CKA#1(20914/10/4)

3.6.2 Media Transmisi yang Digunakan Tuntex

xliii

Page 44: Buku TA.doc

Pada media transmisi Tuntex menggunakan SDH Fujitsu, sebagai

penjelasannya lihat tabel dibawah ini

Tabel 3.6 Stasiun A Tuntex

TERSAMBUNG TIE LINE MM SYS 2 MB-s

  K 52 KE STA 1

LKG#(24022/4/1) MM. 2/9 FLX:T-01-12-36

SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG

KE STA.2 K 52  

FLX:T-01-05-36 MM 1/6 CKA#(20914/14/2)

TERSAMBUNG SYS 2 MB-s

KE STA 1

BLJ#(20928/13/1) ADMU:01-01-06-16

SYS 2 MB-s DI SYS 2 MB-s

KE STA.A STA 1 KE STA.2

ADM:01-01-05-58 TAN ADM:02-01-08-51

Tabel 3.10 Stasiun B PT. ADIS

SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG

KE STA.2 K 52  

ADM:01-01-07-51 MM 2/10 LKG#24022/4/4

3.7 Interface

Tabel 3.11 Interface pelanggan

xliv

Page 45: Buku TA.doc

No Interface Customer Bandwidth Bit Rate

1. OMH-A Garuda food 576.00 Kbps 2.084 Mbps

2. OMH TUNTEX 576.00 Kbps 2.084 Mbps

3. OMH-A PT. ADIS 1.15 Mbps 2.084 Mbps

Dari tabel 3.11 dapat dijelaskan bahwa interface yang digunakan pada customer

menggunakan type card OMH dan OMH-A, type card OMH dan OMH-A adalah interface

yang digunakan untuk menghubungkan customer ke IMUX. Lebar bandwidth pada

Garuda Food sebesar 576.00 Kbps, pada Tuntek sebesar 576.00 Kbps dan pada PT.

ADIS 1.15 Mbps. Kecepatan bit rate pada Garuda Food sebesar 2.084 Mbps, pada

Tuntex sebesar 2.084 Mbps dan pada PT. ADIS sebesar 2.084 Mbps

Tabel 3.12 Interface IMUX

No Interface TID Bandwidth Bit Rate

1. QMH TAN-CKA 576.00 Kbps 2.084 Mbps

2. QMH LKG-CKA 576.00 Kbps 2.084 Mbps

3. QMH BLJ-TAN-LKG 1.15 Mbps 2.084 Mbps

Dari tabel 3.21 dapat dijelaskan bahwa interface yang digunakan pada TID

menggunakan type card QMH , type card QMH adalah interface yang digunakan untuk

menghubungkan antar IMUX (Trunk). Lebar bandwidth pada TID dari TAN ke CKA

sebesar 576.00 Kbps, pada TID dari LKG ke CKA sebesar 576.00 Kbps dan pada TID

BLJ ke jalur transit TAN lalu ke LKG sebesar 1.15 Mbps. Kecepatan bit rate TID dari

TAN ke CKA sebesar 2.084 Mbps, pada TID dari LKG ke CKA sebesar 2.084 Mbps dan

pada TID BLJ ke jalur transit TAN ke LKG sebesar 2.084 Mbps.

xlv

Page 46: Buku TA.doc

BAB IVANALISA TRUNK IDENTIFICATION

Berdasarkan gambar konfigurasi 3.1 dan yang terdapat pada halaman 21 dan

pada bab 3 dapat di analisis sebagai berikut:

4.1Analisis TopologiKonfigurasi VPN IP Mengikuti topologi jaringan exiting dimana dari cutomer ke

MDF menggunakan topologi point to point. Dari imux ke mux/demux backbone SDH

menggunakan topologi point to point, antar mux/demux backbone SDH

menggunakan topologi ring.

xlvi

Page 47: Buku TA.doc

Gambar 4.1 point to point customer ke MDF dan IMUX ke backbone

Keterangan:

Gambar diatas menjelaskan bahwa customer terhubung dengan MDF menggunakan

topologi poin to point tidak menggunakan topologi ring, begitupun dengan IMUX yang

terhubung ke MDF menggunakan topologi point to point, dikarenakan topologi point to

point adalah jenis toplogi yang paling sederhana dan tradisional, terhubung dari satu titik

dengan satu titik lainnya. Sedangkan pada topologi ring adalah jenis topologi yang

terhuhung membentuk lingkaran tertutup sehingga terbentuk suatu pola lingkaran atau

cincin. Oleh karena itu topologi yang digunakan dari customer ke imux , imux ke backbone

menggunakan topologi point to point karana hanya terhubung 2 titik saja.

Gamar 4.2 ring antar backbone

Keterangan:

Gambar diatas menjelaskan antar backbone SDH menggunakan topologi ring tidak

menggunakan topologi mesh dikarenakan topologi ring adalah topologi menghubungkan

xlvii

Page 48: Buku TA.doc

antar titik sehingga terhuhung membentuk lingkaran tertutup. Sedangkan topologi mesh

adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik di mana semua titik saling

terhubung satu sama lain dan jaringan lengkap sehingga membentuk pola seperti jala.

Oleh karena itu topologi yang digunakan backbone SDH menggunakan topologi ring karna

hanya membutuhkan penghubung dari titik satu ke titik selanjutnya sehingga semua

lingkaran backbone tertutup sedangkan pada mesh menghubungkan semua titik sahingga

semua backbone saling terhubung satu sama lain.

4.2Analisis InterfaceBerdasarkan tabel 3.1 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 28 dan 29 pada

bab 3 dapat di analisis sebagai berikut:

4.2.1 Analisis Interface dari Costumer ke IMUX

Tabel 4.1 Interface dari costumer ke IMUX

Dari tabel 4.1 customer Garuda Food terkoneksi pada modul OMH-A yang

terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi

sebagai flexible multiplexer. Customer Tuntex terkoneksi pada modul OMH yang

terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi

sebagai flexible multiplexer. Customer PT. ADIS terkoneksi pada modul OMH yang

terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi

sebagai flexible multiplexer.

4.2.2 Analisis Interface dari IMUX ke IMUX

xlviii

NO CUSTOMER INTERFACE TYPE NODE

1. Garuda food OMH-A Midi Node

2. TUNTEX OMH Midi Node

3. PT. ADIS OMH-A Midi Node

Page 49: Buku TA.doc

Tabel 4.2 Interface dari IMUX ke IMUX

NO TRUNK IDENTIFICATION INTERFACE TYPE NODE

1. 4655 QMH Cluster Node

2. 5014 QMH Cluster Node

3. 312 QMH Cluster Node

Dari tabel 4.2 trunk identification 4655 terkoneksi pada modul QMH yang

terdapat pada cluster node yang disebut sebagai backbone layer yang berfungsi

sebagai crossconnection antar region. trunk identification 5014 terkoneksi pada

modul QMH yang terdapat pada cluster node yang disebut sebagai backbone layer

yang berfungsi sebagai crossconnection antar region. trunk identification 312

terkoneksi pada modul QMH yang terdapat pada cluster node yang disebut sebagai

backbone layer yang berfungsi sebagai crossconnection antar region.

4.3Analisis BandwidthBerdasarkan tabel 3.11 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 29 pada bab 3

dapat di analisis sebagai berikut:

4.3.1 Analisis Bandwidth dari costumer ke IMUX

Tabel 4.3 Bandwidth dari costumer ke IMUX

NO INTERFACE COSTUMER BANDWIDTH

1. OMH-A Garuda food 576.00 Kbps

2. OMH Tuntex 576.00 Kbps

3. OMH-A PT. ADIS 1.15 Mbps

xlix

Page 50: Buku TA.doc

Dari tabel 4.3 terdapat modul OMH-A yang ada pada customer Garuda Food

dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps, modul OMH yang ada pada

customer Tuntex dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps dan modul OMH-A

yang ada pada customer PT. ADIS dengan sewa bandwidth sebesar 1.15 Mbps. hal

ini dapat disimpulkan bahwa besar bandwidth tergantung dari sewa permintaan

besar bandwidth dari customer.

4.3.2 Analisis Bandwidth dari IMUX ke IMUX

Tabel 4.4 Bandwidth dari IMUX ke IMUX

NO INTERFACE COSTUMER BANDWIDTH

1. QMH TID 4655 576.00 Kbps

2. QMH TID 5014 576.00 Kbps

3. QMH TID 312 1.15 Mbps

Dari tabel 4.4 terdapat modul QMH yang ada pada customer TID 4655 dengan

sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps, modul QMH yang ada pada customer TID

5014 dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps dan modul QMH yang ada pada

customer TID 312 dengan sewa bandwidth sebesar 1.15 Mbps, hal ini dapat

disimpulkan bahwa besar bandwidth tergantung dari sewa permintaan besar

bandwidth dari customer.

4.4Analisis Bit RateBerdasarkan tabel 3.11 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 28 pada bab 3

dapat di analisis sebagai berikut:

4.4.1 Analisis Bit Rate dari customer ke IMUX

Tabel 4.5 Bit Rate dari customer ke IMUX

NO INTERFACE COSTUMER BIT RATE

1. OMH-A Garuda food 2.084 Mbps

l

Page 51: Buku TA.doc

2. OMH Tuntex 2.084 Mbps

3. OMH-A PT. ADIS 2.084 Mbps

Dari tabel 4.5 terdapat modul OMH-A yang ada pada customer Garuda Food

dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps, modul OMH yang ada pada customer

Tuntex dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps dan modul OMH-A yang ada

pada customer PT. ADIS dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps. hal ini dapat

disimpulkan bahwa besar bit rate sama antara Garuda Food, Tuntex dan PT. ADIS

dikarnakan interface yang digunakan pada customer sama yaitu menggunakan

OMH dan OMH-A, bit ratenya sebesar 2.084 Mbps atau 2 Mbps.

4.4.2 Analisis Bit Rate dari IMUX ke IMUX

Tabel 4.6 Bit Rate dari IMUX ke IMUX

NO INTERFACE COSTUMER BIT RATE

1. QMH TID 4655 2.084 Mbps

2. QMH TID 5014 2.084 Mbps

3. QMH TID 312 2.084 Mbps

Dari tabel di atas terdapat modul QMH yang ada pada customer TID 4655

dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps, modul QMH yang ada pada customer

TID 5014 dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps dan modul QMH yang ada pada

customer TID 312 dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps hal ini dapat

disimpulkan bahwa besar bit rate sama antara TID 4655, TID 5014 dan TID 312

dikarnakan interface yang digunakan pada TID sama yaitu menggunakan QMH,

besar bit ratenya sebesar 2.084 Mbps atau 2 Mbps.

li

Page 52: Buku TA.doc

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan Dari Tugas Akhir ini pnulis mengambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah:

1. Layanan VPN IP digunakan oleh pelanggan dari sebuah perusahaan, supplier

dan karyawan perusahaan yang berada jauh di lokasi kantor mobile maupun

fixed dapat terhubung ke jaringan perusahaan tersebut.

2. Pada layanan VPN IP menggunakan beberapa perangkat salah satunya

perangkat IMUX yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dari source ke

destination.

lii

Page 53: Buku TA.doc

3. Antar imux satu dengan imux yang lainnya dihubungkan oleh trunk yang disebut

Trunk Identification atau biasa disebut dengan TID.

4. Interface yang digunakan dari customer ke IMUX yaitu OMH dan OMH-A dan

interface yang digunakan dari IMUX dan IMUX yaitu QMH.

5. Topologi yang digunakan dari costumer ke MDF dan dari IMUX ke back bone

yaitu topologi point to point, pada back bone SDH yaitu topologi ring.

6. Type Node yang digunakan yaitu Midi Node yang digunakan pada customer ke

Imux dan Cluster Node yang digunakan pada IMUX ke IMUX.

7. Media Transmisi yang di gunakan yaitu SDH Lucent dan SDH Fujitsu.

5.2Saran Dalam kondisi rill teknologi telekomunikasi setiap saat berubah, sedangkan

dalam kondisi dunia pendidikan masih ketinggalan. Oleh karena itu diperlukan

sharing dari penyelenggara telekomunikasi ke dunia pendidikan. Dengan cara

mempermudah mendapatkan penjelasan tentang penggunaan teknologi serta untuk

mempermudah mahasiswa dalam mengerjakan proyek akhir ini. Penulis memiliki

beberapa kritik dan saran, diantaranya :

Penulis berharap agar dalam proses pengintegrasian VPN IP ini haruslah

disediakan peralatan yang lebih baik yang dibutuhkan dalam proses ini.

Penulis berharap semoga pengintegrasian layanan VPN IP ini dapat berjalan

dengan baik dan berguna untuk banyak penguna telekomunikasi.

Penulis juga mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfat bagi pembaca

dan semoga pembaca mendapatkan hal-hal yang menjadi inspirasi.

DAFTAR PUSTAKA

1) PT. Telkom Indonesia, Tbk Divisi Multimedia Arnet Tangerang STO Pasar Baru.

2) J, Bellamy. 1991. Digital Telephony. New York: Wiley.

3) Stallings, william. 2008. Komunikasi Data dan Komputer. Jakarta: Salemba Teknika.

4) Sudrajat, Ajat. 2010. Analisis integrasi jaringan intelligent multiplexer (IMUX) midi

node cideng. Jakarta: Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Jakarta.

5) Djumhadi, Rijal Fadilah. 2009. Penggunaan Teknologi Komunikasi Data Berbasis

VPN-IP MPLS Untuk Pemilihan Umum. Yogyakarta: STMIK Balikpapan.

liii

Page 54: Buku TA.doc

6) Mubarakah, Naemah. 2007. Topologi Jaringan Transport Optik. Sumatera Utara:

Universitas Sumatera Utara.

7) Akhami, Furqon. 2007. Membangun VPN ( Virtual Private Network ) Pada Jaringan

MPLS ( Multi Protocol Label Switching ). Malang: Universitas Muhammadiyah

Semarang.

liv