Upload
fanti
View
29
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA, TBK. ARNET
TANGERANG
PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Di Jurusan Teknik Telekomunikasi
Akademi Telkom Jakarta
Disusun Oleh :
SITI KURNIATI
9100025
JURUSAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI
AKADEMI TELKOM JAKARTA
2013
IMPLEMENTATION TRUNK IDENTIFICATION FOR VPN IP SERVICE PT. TELKOM INDONESIA, TBK. ARNET
TANGERANG
FINAL PROJECT
Promoted to Fulfill the Qualification Archieve
The Benchelor of Electrical Diploma
By
SITI KURNIATI
9100025
TELECOMMUNICATION ACADEMY SCHOOL OF
ENGINEERING JAKARTA
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROYEK AKHIR
JUDUL PROYEK AKHIR
Oleh
SITI KURNIATI910025
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada 31 Juli 2013
Susunan Tim Penguji
Pembimbing 1,
H. Rawan Hiba, ST,MTNIK. 650910
Penguji 1, Penguji 2,
H.M Soleh Hasipudin, ST,MT Ade Nurhayati, STNIK. 8760269 NIK. 8790261
Penguji 3,
Ir Nur Rachmad, MTNIK. 7600604
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada : 31 Juli 2013di Jakarta
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang beranda tangan di bawah ini :
Nama : Siti Kurniati
NIM : 9100025
Judul Proyek Akhir : Implementasi Trunk Identificaton Untuk Layanan
VPN IP PT. Telkom Indonesia, Tbk
ArnetTangerang
Menyatakan bahwa proyek akhir dengan judul tersebut di atas penulis susun
dengan sejujurnya berdasarkan norma akademik dan bukan merupakaan
hasil plagiat. Adapun semua kutipan di dalam proyek akhir ini telah penulis
sertakan nama pembuatnya/penulisnya dan telah penulis cantumkan ke
dalam Daftar pustaka.
Pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya dan apabila di kemudian hari
ternyata penulis terbukti melanggar pernyataan penulis tersebut di atas,
penulis bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Jakarta, 31 Juli 2013
Siti Kurniati
9100025
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
PROYEK AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Akademi Telkom Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Siti Kurniati
NIM : 9100025
Program Studi : Teknik Telekomunikasi
Jenis Karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Akademi
Telkom Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :
IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP
PT. TELKOM INDONESIA, TBK ARNET TANGERANG
Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Akademi Telkom Jakarta berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan proyek akhir
penulis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada : 31 Juli 2013
Yang Menyatakan,
(Siti Kurniati)
v
ABSTRAK
Setiap alat komunikasi memiliki protokol sendiri-sendiri dalam berkomunikasi dengan alat lain. Karena terlalu banyak protokol yang berbeda-beda, maka International Organization for Standardization melakukan standarisasi agar semua alat yang membutuhkan komunikasi memiliki protokol yang sama. Dengan tujuan semua alat di seluruh bumi bisa saling berkomunikasi.
Virtual Private Network Internet Protocol atau VPN IP merupakan solusi yang memungkinkan pelanggan dari sebuah perusahaan, supplier dan karyawan perusahaan yang berada jauh di lokasi kantor mobile maupun fixed dapat terhubung ke jaringan perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan tersebut dapat memiliki jaringannya sendiri dan dapat menyerahkan masalah implementasi, pemeliharaan dan pengaturan kepada penyelenggara telekomunikasi, menghemat masalah perangkat sebagaimana VPN IP yang melalui jaringan Internet dan transportasi jika terjadi gangguan dan support lainnya.
VPN IP untuk menyalurkan informasi dari source ke destination menggunakan perangkat IMUX atau Intelligent Multiplexer, perangkat imux menggunakan jalur pengiriman dan penerimaan informasi yang digunakan pelanggan corporate yang biasa disebut dengan Trunk Identification. Bandwidth vpn ip yang menggunakan imux tergantung dari permintaan pelanggan namun pada rang atau kelipatan 64 Kbps, Bit ratenya 2 Mbps. Media transmisi dari imux ke imux menggunakan sistim transmisi berbasis TDM. Implementasi Multiplexing atau MUX menggunakan teknik Time Division Multiplexing atau TDM, MUX TDM saat ini yaitu SDH STM 1 sampai dengan STM 64.
Kata kunci: OSI dan TCP/IP. Router. VPN IP. IMUX dan TID. MUX. SDH.
vi
ABSTRACT
Each communication tool has its own protocol to communicate with other devices. Because too many different protocols, the International Organization for Standardization standardize all the tools needed in order to have the same protocol communication. With the goal of all the tools in the whole world can communicate with each other.
Virtual Private Network Internet Protocol or VPN IP is a solution that allows customers of a company, suppliers and employees who are away at mobile and fixed office location to connect to the corporate network. Thus the company can have its own network and can submit problems of implementation, maintenance and regulation of the telecommunications operators, saving device problems as VPN IP network through the Internet and in the event of disruption of transportation and other support.
VPN IP to deliver information from source to destination using device IMUX or Intelligent Multiplexer, device IMUX paths using the sending and receiving of information that is used commonly referred to corporate customers with Trunk Identification. Bandwidth VPN IP using Imux depends on customer demand, but on rang or multiples of 64 Kbps, Bit rate is 2 Mbps. Transmission medium of IMUX to IMUX using TDM based transmission system. Implementation or MUX Multiplexing technique using Time Division Multiplexing or TDM, TDM MUX is currently SDH STM 1 to STM 64.
Keyword: OSI and TCP/IP. Router. VPN IP. IMUX and TID. MUX. SDH.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan Proyek Akhir ini adalah guna memenuh salah
satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di Akademi Tekni
Telekomunikasi Jakarta.
Penulis menyadari bahwa Proyek Akhir ini belum mencapai kesempurnaan. Hal
ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Proyek Akhir ini mencapai
kesempurnaan sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, pengarahan, nasehat, dan motivasinya baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga Proyek Akhir ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun
materil dan masukan dalam pembuatan Proyek Akhir ini.
2. Bpk. Zaenal Arifin, selaku direktur Akademi Teknik Telekomunikasi Jakarta.
3. Bpk. H.M. Soleh Hasipudin, selaku Dosen Wali 09 Tel 1 Akademi Teknik
Telekomunukasi Jakarta.
4. Bpk. Rawan Hiba, selaku pembimbing I Akademis di Akademi Teknik
Telekomunkasi Jakarta yang tiada lelahnya bersedia memberikan waktunya dan
ilmunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini
saampai selesai.
5. Bpk. Yus Purwantiko, selaku pembimbing PKL di PT. Telkom Indonesia.Tbk
Divisi Arnet Tangerang, yang bersedia membantu dalam menyelesaikan Proyek
Akhir ini.
6. Seluruh staf dan karyawan PT. Telkom indonesia.Tbk Divisi Arnet Tangerang
yang selalu memberikan semangatnya dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini.
7. Semua dosen dan segenap karyawan di Akademi Teknik Telekomunikasi
Jakarta.
8. Semua sahabat – sahabat 09 Tel 1 dan 09 tel 2 atas segala dukungan dan
masukannya kepada penulis.
viii
Akhir kata penulis berharap Proyek Akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Dan semoga Proyek Akhir ini
dapat dikembangkan lagi.
Jakarta, Mei 2013
Penulis
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-
Baqarah, 2: 216)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iii
ABSTARK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
LEMBAR PERSEMBAHAN viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR ISTILAH xiv
DAFTAR SINGKATAN xv
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1
2.1 Maksud dan Tujuan 1
3.1 Rumusan dan Pembatasan Masalah 2
4.1 Metodologi Penelitian 2
5.1 Sistematika Penulisan 2
BAB II DASAR TEORI2.1 OSI dan TCP/IP 4
2.2 Router 8
2.3 VPN IP 9
2.4 IMUX 10
4.4.1 Koneksi Antar Imux 11
4.4.2 Trunk Identification 12
4.4.3 Midi Node, Cluster Node, Basic Node, Mini Node, dan Slave 12
2.4.3.1 Midi Node 12
2.4.3.2 Cluster Node 12
2.4.3.3 Basic Node 13
2.4.3.4 Mini Node 13
2.4.3.5 Slave 14
xi
2.5 Multiplexing 14
2.6 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 15
2.6.1.Struktur Frame SDH 15
2.6.2.Struktur Multiplexing SDH 16
2.6.3.Elemen-elemen SDH 17
2.6.3.1 Regenerator 17
2.6.3.2 TM (Terminal Multiplexer) 18
2.6.3.3 ADM (Add/Drop Multiplexer) 18
2.6.3.4 DXC (Digital Cross Connect) 18
2.6.4.Topologi Jaringan SDH 19
2.6.4.1 Topologi Point to Point 19
2.6.4.2 Topologi Ring 20
2.6.4.3 Topologi Mesh 20
BAB III IMPLEMENTASI VPN IP3.1 Konfigurasi VPN IP 21
3.2 Konfigurasi Imux 23
3.3 Perangkat yang Digunakan Untuk Layanan VPN IP 23
3.4 Topologi Jaringan 25
3.5 Data Pelanggan 25
3.6 Media Transmisi 25
3.6.1 Media Transmisi yang digunakan Garuda Food 26
3.6.2 Media transmisi yang digunakan Tuntex 27
3.6.3 Media transmisi yang digunakan PT. ADIS 27
3.7 Interface 28
BAB IV ANALISA TRUNK IDENTIFICATION4.1 Analisis Topologi 30
4.2 Analisis Interface 31
4.2.1 Analisis Interface dari costumer ke IMUX 31
4.2.2 Analisis Interface dari IMUX ke IMUX 32
4.3 Analisis Bandwidth 32
4.3.1 Analisis Bandwidth dari customer ke IMUX 33
4.3.2 Analisis Bandwidth dari IMUX ke IMUX 33
4.4 Analisis Bit Rate 34
4.4.1 Analisis Bit Rate dari customer ke IMUX 34
4.4.2 Analisis Bit Rate dari IMUX ke IMUX 34
xii
BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Perbandingan OSI dan TCP/IP 4
Gambar 2.2 Perangkat Router 9
Gambar 2.3 Perangkat IMUX 10
Gambar 2.4 Midi Node 12
Gambar 2.5 Cluster Node 13
Gambar 2.6 Basic Node 13
Gambar 2.7 Mini Node 14
Gambar 2.8 Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa 15
Gambar 2.9 Struktur Multiplexing SDH 16
Gambar 2.10 Regenerator 17
Gambar 2.11 Terminal Multiplexer 18
Gambar 2.12 Add/Drop Multiplexer 18
Gambar 2.13 Digital Cross Connect 19
Gambar 2.14 Model Topologi Jaringan 19
Gambar 3.1 Konfigurasi VPN IP 21
Gambar 3.2 Konfigurasi IMUX 22
Gambar 3.3 Switch 23
Gambar 3.4 Router 23
Gambar 3.5 MDF 23
Gambar 3.6 IMUX 24
Gambar 3.7 DDF 24
Gambar 4.1 Point to point customer ke MDF dan IMUX ke backbone 30
Gambar 4.2 Ring antar backbone 31
xiv
DAFTAR TABELTebel 2.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH 16
Tabel 3.1 TID data pelanggan 25
Tabel 3.2 Spesifikasi SDH Fujitsu 26
Tanel 3.3 Spesifikasi SDH Lucent 26
Tabel 3.4 Stasiun A Garuda Food 26
Tabel 3.5 Stasiun B Garuda Food 26
Tabel 3.6 Stasiun A Tuntex 27
Tabel 3.7 Stasiun B Tuntex 27
Tabel 3.8 Stasiun A PT. ADIS 27
Tabel 3.9 Stasiun Transit PT. ADIS 27
Tabel 3.10 Stasiun B PT. ADIS 28
Tabel 3.11 Interface pelanggan 28
Tabel 3.12 Interface IMUX 28
Tabel 4.1 Interface dari costumer ke IMUX 31
Tabel 4.2 Interface dari IMUX ke IMUX 32
Tabel 4.3 Bandwidth dari costumer ke IMUX 33
Tabel 4.4 Bandwidth dari IMUX ke IMUX 33
Tabel 4.5 Bit Rate dari customer ke IMUX 34
Tabel 4.6 Bit Rate dari IMUX ke IMUX 34
xv
DAFTAR ISTILAHCustomer : Pelanggan
VPN IP : Layanan komunikasi data internal any-to-any connection (dari dan ke
satu atau lebih sumber ke dan dari satu atau lebih tujuan) yang berbasis
Internet Protocol Multi Protocol Label Switching (MPLS).
IMUX : Media transport layanan multimedia (voice, video, atau data), yang
memberikan layanan akses dengan kecepatan bervariasi, handal dan
aman.
QMH : Card Interface yang dipakai untuk hubungan antar IMUX dengan bit rate
sebesar 2 Mbps, dengan konektor DB-9.
TID : Jalur pengiriman data pelanggan yang berada antara IMUX ke IMUX.
Router : Perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa
network yang berbeda berdasarkan tabel routing.
ADM : Suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal PDH
atau VC.
Bandwidth : Luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam
medium transmisi.
K52 : Tempat terminasi Link DDF yang berfungsi sebagai interkoneksi antar
wire.
K71 : Tempat terminasi Link MDF yang berfungsi sebagai interkoneksi antar
wire.
xvi
DAFTAR SINGKATANVPN IP : Virtual Private Network Internet Protocol
IP : Internet Protocol
IMUX : Intelegent Multiplexer
SLG : Service Level Guarantee
TID : Trunk Identification
FDM : Frequency Division Multiplexing
TDM : Time Division Multiplexing
CDM : Code Division Multiplexing
SDH : Synchronous Digital Hierarchy
TM : Terminal Multiplexer
ADM : Add/Drop Multiplexer
DXC : Digital Cross Connect
FO : Fiber Optik
BW : Bandwidth
DDF : Digital Distribution Frame
MDF : Main Distrtribution Frame
Kbps : Kilo Bit Per Second
Mbps :Mega Bit Per Second
QOS : Quality Of Service
OTB : Optical Termination Box
STO : Sentral Telepon Otomat
TS : Time Slot
PE : Premise Equipment
IF : Interface
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSeiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat semua
pengguna layanan semakin mudah dan murah, demikian juga berpengaruh besar
terhadap teknologi telekomunikasi dan informasi. Implementasi dari jaringan yang
berbasis IP (Internet Protocol) yang kini merupakan wujud nyata tatanan dunia baru
(new world). Jaringan IP kini memungkinkan para pelaku bisnis maupun instansi
menjalankan bisnis dan pekerjaannya dengan suatu cara yang jauh lebih efisien,
efektif, dan murah tetapi handal. Kemampuan teknologi IP membangun jaringan
internet dalam skala besar dan tingkat keandalan tinggi merupakan salah satu modal
utama untuk memberikan layanan komunikasi baru seperti layanan VPN IP ( Virtual
Private Network Internet Protocol).
Layanan VPN IP mengkombinasikan berbagai unsur dalam teknologi IP untuk
memberi fasilitas yang memenuhi berbagai komponen komunikasi baku yang
ditawarkan oleh teknologi sebelumnya. Jenis layanan dari teknologi sebelumnya
yang ditawarkan adalah saluran sewa (leased line), frame relay dan ATM
(Asynchronous Transport Mode).
Alasan penulis untuk menggunakan layanan VPN IP sebagai pembahasan
Proyek Akhir ini karena teknologi VPN IP jauh lebih efisien, efektif, murah dan
handal, Dengan VPN IP dimungkinkan networking data secara privat dan aman
melalui jaringan internet publik atau jaringan IP privat untuk komunikasi pengguna
akses remote, site-to-site,atau corporate-to-corporate. Karena banyaknya kelebihan-
kelebihan yang ada pada teknologi VPN IP untuk itu penulis berminat untuk
menjadikan bahan materi Proyek Akhir yang berjudul: “IMPELEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION UNTUK LAYANAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA,TBK ARNET TANGERANG”
1.2Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dalam penlisan Proyek Akhir ini adalah:
1. Menganalisa jaringan VPN IP pada Arnet Tangerang yang terdiri dari topologi,
interface, bandwidth dan bit rate.
2. Mengetahui perangkat apasaja yang digunakan pada Arnet Tangerang.
3. Mengimplementasi Trunk Identification.
xviii
1.3Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
Rumusan MasalahRumusan Masalah dalam Penulisan ini adalah:
1. Sebutkan perangkat yang digunakan layanan VPN IP?
2. Topologi yang digunakan dalam implementasi trunk identification untuk layanan
VPN IP?
3. Media Transmisi apa yang digunakan?
4. Interface apa yag digunakan?
Batasan-Batasan Masalah
Batasan masalah yang mencakup dalam penulisan ini adalah:
1. Membahas dan menganalisa trunk identification untuk layanan VPN IP di Arnet
Tangerang.
2. Membahas dan menganalisa topologi yang digunakan dalam layanan VPN IP.
3. Membahas dan menganalisa interface yag digunakan dalam Trunk Identification.
4. Menganalisa bandwidth dan bit rate.
1.4Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam menyusun Proyek Akhir ini dengan mengadakan:
1. Studi Literatur
Yaitu penulisan dengan mencari data-data yang berhubungan dengan Proyek
Akhir.
2. Studi Pustaka
Yaitu dilakukan dengan mencari Literatur yang berhubungan dengan topik
penulisan seperti manal book dan buku pepustakaan.
3. Riset dan Aplikasi
Yaitu penelitian untuk data perangkat serta observasi dengan teknis yang
berkecimpung di bidang multimedia di area network Pasar Baru, Tangerang.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematka penulisan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
xix
Bab ini membahas mengenai Latar Belakang, Maksud dan Tujuan,
Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika
Penelitian.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisikan tentang pengertian OSI DAN TCP/IP, ROUTER, VPN
IP, IMUX DAN TID, MUX, SDH.
BAB III IMPLEMENTASI TRUNK IDENTIFICATION
Membahas tentang Konfigurasi VPN IP, Konfigurasi IMUX, Perangkat
yang digunakan untuk layanan VPN IP, Topologi Jaringan, Data
Pelanggan, Media Transmisi, Interface.
BAB IV ANALISA TRUNK IDENTIFICATION
Menganalisis Topologi, Interface, Bandwidth dan Bit Rate.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat menunjang
penulis agar lebih baik.
xx
BAB II
DASAR TEORI
2.1OSI & TCP/IPOpen Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International Organization
for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana
proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. ISO melakukan standarisasi
agar semua alat yang membutuhkan komunikasi memiliki protokol yang sama. OSI
adalah sebuah standar baku dan hanyalah sebuah model rujukan, misalkan suatu
model adalah sebuah pertanyaan, maka protokol adalah jawabannya. ISO menyusun
protokol tersebut ke dalam model OSI (Open System Interconnection). Tujuannya
agar semua alat di seluruh bumi bisa saling berkomunikasi. Protokol ini dibagi
menjadi ke dalam 7 layer. Sementara itu, ada lagi protokol yang dikenal sebagai
model TCP/IP dengan jumlah 4 layer. Karena model OSI sangat formal dan sangat
lamban perkembangannya, maka model yang paling sering dipakai dalam aplikasi
praktis adalah model TCP/IP. Sedangkan model OSI hanya dipakai untuk
menjelaskan dengan lebih baik mengenai perjalanan paket data dari satu alat ke alat
yang lainnya.
Gambar 2.1 Perbandingan OSI dan TCP/IP
Keterangan:
xxi
Perbandingan berbagai model jaringan dan kesetaraannya dengan model lainnya
diberikan dalam gambar di atas. OSI terdiri dari 7 macam jenis layer sedangkan TCP/IP terdiri
dari 4 macam jenis layer.
2.2.1 Model OSIModel Open Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International
Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur
bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Standard ini
dikembangkan untuk industri komputer agar komputer dapat berkomunikasi pada
jaringan yang berbeda secara efisien.
OSI Model adalah model atau acuan arsitektural utama untuk network yang
mendeskripsikan bagaimana data dan informasi network di komunikasikan dari
sebuah aplikasi komputer ke aplikasi komputer lain melalui sebuah media transmisi. Untuk mempermudah pengertian, penggunaan, desain, pengolahan data dan
keseragaman standar vendor.
Model dibagi menjadi 7 layer, tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer
di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protokol dan
standard.
1. Physical Layer
Layer ini menjelaskan bagaimana pengiriman dan penerimaan bit-bit data
sepanjang media transmisi seperti: kabel koaksial, twited-pair, serat optic, gelombang
radio atau media transmisi yang lainya.
2. Data Link Layer
Data Link Layer adalah layer data dipersiapkan untuk dikirimkan melalui jaringan,
pada layer ini paket data di kapsulasi dalam sebuah frame sebelum dikirimkan.
Protokol pada layer ini membantu dalam hal pengalamatan dan pendeteksian
kesalahan dari data yang dikirimkan. Data link layer terdiri dari dua sublayer yaitu;
sublayer Logical Link Control (LLC) dan sublayer Media Access Control (MAC).
Sublayer LLC adalah antarmuka antara protokol network layer dengan metode
pengaksesan media misalnya Ethernet atau Token Ring. Sublayer MAC menangani
koneksi ke media fisik seperti twisted-pair atau pengkabelan koaksial.
3. Network Layer
Bertanggung jawab dalam hal routing dari paket-paket data yang didasarkan
pada logical address dari paket-paket data tersebut. Network layer memotong-
xxii
motong data dan menyusunya kembali jika diperlukan, tugasnya adalah mengirim
paket-paket data dari sumber ke tujuan.
4. Transport LayerTransport Layer adalah layer yang berguna untuk pengecekan data dan validitas
data. Umumnya ada 2 protokol yang dikenal dalam layer ini:
a. TCP
Adalah protokol yang memastikan data yang dikirim dan diterima tidak
rusak dan semua paket data yang dipecah bisa disusun kembali. Jika ada
paket data yang rusak, maka TCP bertugas untuk meminta kembali paket
data yang rusak tersebut.
b. UDP
Adalah protokol yang tidak perlu mengecek apakah data yang diterima
memiliki kondisi baik atau rusak. UDP mirip dengan broadcast data yang
kontinu dan hanya 1 kali melakukan pengiriman data.
5. Session Layer
Layer ini menyediakan layanan ke dua layer diatasnya, Melakukan koordinasi
komunikasi antara entiti layer yang diwakilinya, serta menjaga agar data dari masing-
masing aplikasi tetap terpisah. layer ini bertugas untuk mengontrol dialog selama
komunikasi berlangsung, layer ini bertanggung jawab dalam hal bagaimana
membentuk sambungan, bagaimana menggunakan sambungan tersebut, dan
bagaimana memutuskan sambungan yang terbentuk setelah sebuah sesi komunikasi
selesai. Session layer juga menambahkan control header pada paket data selama
pertukaran data terjadi.
6. Presentation Layer
Presentation layer adalah layer yang berada dibawah application layer dan diatas
session layer, presentation layer menambahkan struktur pada paket data yang akan
dikirimkan. Tugas utama layer ini adalah untuk meyakinkan bahwa data atau
informasi terkirim dengan bahasa atau syntax yang dapat dipahami oleh host yang
dituju. Protokol pada presentation layer dapat menterjemahkan data kedalam bahasa
atau syntax yang dapat dimengerti dan kemudian mengkompres atau mengenkripsi
data sebelum menyampaikan data ke session layer.
xxiii
7. Application Layer
Layer paling tinggi dari model OSI adalah aplication layer, seluruh layer
dibawahnya bekerja untuk layer ini, tugas dari application layer adalah mengatur
komunikasi antar aplikasi.
b.1.2 Model TCP/IPTCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) adalah standar
komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-
menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet.
Protokol ini tidaklah dapat berdiri sendiri, karena memang protokol ini berupa
kumpulan protokol (protocol suite). Protokol ini juga merupakan protokol yang paling
banyak digunakan saat ini. Data tersebut diimplementasikan dalam bentuk perangkat
lunak (software) di sistem operasi. Istilah yang diberikan kepada perangkat lunak ini
adalah TCP/IP stack.
Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an hingga awal 1980-an
sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan komputer-komputer dan
jaringan untuk membentuk sebuah jaringan yang luas (WAN). TCP/IP merupakan
sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme
transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja.
Protokol ini menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut
sebagai alamat IP (IP Address) yang mengizinkan hingga beberapa ratus juta
komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lainnya di Internet.
Macam-macam Model TCP/IP terdiri dari 4 layer: Application Layer , Transport,
Internetwork, dan Network Interface Layer.
a. Application Layer
adalah layer yang bersentuhan langsung dengan aplikasi komputer yang
dipakai. Aplication layer adalah bagian dari TCP/IP dimana permintaan data
atau servis diproses, aplikasi pada layer ini menunggu di portnya masing-
masing dalam suatu antrian untuk diproses. Aplication layer bukanlah tempat
bagi word processor, spreadsheet, internet browser atau yang lainnya akan
tetapi aplikasi yang berjalan pada application layer berinteraksi dengan word
processor, spreadsheet, internet browser atau yang lainnya, contoh aplikasi
populer yang bekerja pada layer ini misalnya FTP dan HTTP.
xxiv
b. Transport Layer
menentukan bagaimana host pengirim dan host penerima dalam membentuk
sebuah sambungan sebelum kedua host tersebut berkomuikasi, Transport
layer hanya terdiri dari dua protokol, yang pertama adalah TCP(Transport
Control Protokol) dan yang kedua adalah UDP (User Datagram Protokol).
- Contoh penggunaan TCP adalah pada browser dan pada aplikasi
chatting.
- Contoh penggunaan UDP adalah pada video broadcasting (live
streaming) dan pada permainan game online.
c. Internet Layer
adalah layer yang bertugas sebagai tukang pos yang mengirimkan dan
menerima data dari sumber ke tujuan. Semua alat komunikasi memiliki
sebuah alamat berupa IP (Internet Protocol). IP ini fungsinya sama seperti
alamat rumah. Protokol IP bertugas untuk memasukkan data dan
mencantumkan alamat sumber dan alamat tujuan data yang diminta. Layer
ini biasanya dikerjakan oleh router yang biasanya lebih tau dalam hal
pengiriman data ke suatu alamat.
d. Network Interface Layer
adalah layer yang berkaitan dengan fisik alat komunikasi yang disambung.
Contohnya adalah kartu Ethernet, kabel UTP, termasuk RJ-45 dikategorikan
sebagai network interface layer.
2.2ROUTERRouter adalah perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa
network yang berbeda berdasarkan tabel routing. Router disebut juga sebagai
perangkat jaringan yang digunakan untuk membagi protocol kepada anggota jaringan
yang lainnya, dengan adanya router maka sebuah protocol dapat di-sharing kepada
perangkat jaringan lain.
xxv
Gambar 2.2 Perangkat Router
Keterangan:
Dari gambar diatas hirarki router pada network router yang menggunakan protokol MPLS :
Router CE : router customer edge, router milik pelanggan.
Router PE : router provider edge, router yang memiliki koneksi langsung dengan
router pelanggan (CE).
Router P : router provider, router yang memiliki koneksi ke beberapa router PE.
Router core: Router yang menghubungkan IP network suatu regional dengan
regional yang lain disebut Router .
2.3VPN IPVPN IP (Virtual Private Network Internet Protocol) adalah layanan komunikasi
data internal any-to-any connection (dari dan ke satu atau lebih sumber ke dan dari
satu atau lebih tujuan) yang berbasis Internet Protocol Multi Protocol Label Switching
(MPLS). Layanan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan layanan komunikasi
data melalui leased line maupun layanan VPN berbasis frame relay, yaitu dapat
melayani informasi berupa Data, Voice dan Video dan support banyak aplikasi bisnis.
Dengan VPN IP dimungkinkan networking data secara privat dan aman melalui
jaringan internet publik atau jaringan IP privat untuk komunikasi pengguna akses
remote, site-tosite,atau corporate-to-corporate. VPN IP berbasis jaringan publik yang
berjalan di platform IP sehingga pengiriman layanan lebih bersifat connectionless,
dalam artian data terkirim begitu saja tanpa ada proses pembentukan jalur terlebih
dahulu (connection setup). IP bertugas untuk menangani masalah-masalah
pengiriman, juga menjadi tanggung jawab IP untuk menangani masalah pengenalan
xxvi
datagram atau reassembly datagram sebagai akibat langsung proses fragmentasi.
Penggunaan jaringan publik internet dalam layanan VPN menuntut jaminan security
yang lebih baik dibandingkan dengan layanan internet yang biasa. Sharing
infrastruktur jaringan publik untuk suatu hal yang namanya privat menuntut
pengamanan-pengamanan tersendiri. Dengan adanya jaminan security tersebut,
pelanggan dapat mengirimkan dan mengakses informasi secara aman dan terlindung
dari kemungkinan disusupi oleh pengakses yang tidak diinginkan.
Ada beberapa QoS dalam layanan Telkom VPN IP, TELKOM mengelompokkan
jenis aplikasi dalam tiga jenis dengan tingkat layanan QoS yang berbeda yaitu :
Interaktif. Interaktif untuk aplikasi VoIP dan Vicon,
Gold untuk aplikasi Database Client Server (seperti SAP, BAAN),
Silver untuk non critical data (seperti email, web).
Layanan ini dapat digunakan oleh :
1. Perusahaan yang memiliki banyak cabang dan menyebar.
2. Perusahaan yang memiliki konfigurasi network multi hub/full mesh.
3. Perusahaan yang menjalankan multi aplikasi.
4. Perusahaan yang memilih outsourcing untuk pengaturan network nya.
2.4IMUX
xxvii
Gambar 2.3 Perangkat IMUX
Imux (Intelegent Multiplexer) adalah media transport layanan multimedia (voice,
video, atau data), yang memberikan layanan akses dengan kecepatan bervariasi,
handal dan aman dengan kemampuan:
End to end service
Konfigurasi backbone yang besar dan tersebar
Dikendalikan secara terpusat
Modular dan standar.
Antar imux satu dengan imux yang lainnya dihubungkan oleh trunk, yang
menggunakan bit rate sesuai dengan card interface yang ada. Trunk ini bersifat
dedicated. Setiap customer sudah mempunyai jalur tertentu untuk melakukan hubungan
komunikasinya ke arah lawan. Trunk ini tidak pernah akan berubah, kecuali dilakukan
setting ulang. Sehigga apabila ada suatu trunk yang mengalami gangguan, maka secara
otomatis customernya juga tidak akan bisa melakukan hubungan komunikasi meskipun
pada saat yang sama dan pada arah yang sama ada trunk lain yang tersedia dan dalam
kondisi normal.
Imux memiliki tipe card yang dipakai untuk hubungan antar imux (trunk), antara lain:
1. QMH
Dalam Card Interface QMH menggunakan bit rate sebesar 2 Mbps, dengan
konektor DB-9.
2. GMH
a. Tipe Card Interface GMH dengan tipe port G.703.120, menggunakan bit
rate sebesar 2 Mbps, dengan konektor B-9.
b. Tipe Card Interface GMH dengan tipe port G.703.8M, menggunakan bit
rate sebesar 8 Mbps, dengan konektor BNC.
Imux juga memiliki bandwith serta bit rate yang lebar, Network pada imux
harus memiliki kondisi yang prima dan harus memenuhi SLG (Service Level
Guarantee). Sistem imux harus berlangsung terus-menerus dan tidak boleh terputus,
jadi imux harus memiliki back up untuk kelangsungan imux jika terjadi suatu kendala.
2.4.1 Koneksi Anatar ImuxPada imux koneksi yang digunakan saat ini menggunakan link transmisi:
2 Mbps (2048 Kbps)
8 Mbps (8448 Kbps)
Media radio
Kabel tembaga dan fiber optik.
xxviii
2.4.2 TID (Trunk Identification)TID adalah jalur pengiriman dan penerimaan informasi untuk pelanggan
corporate yang disambungkan dengan cara node to node dan bisa juga menggunakan
cara dihubungkan ke internet.
2.4.3 Midi Node, Cluster Node, Basic Node, Mini Node, dan Slave.
2.4.3.1 Midi NodeMidi node adalah node flexible access yang kecil, biasa digunakan untuk
customer premi. Midi node memiliki kapasitas cross-connect 64 Mbps, dan racknya
memiliki kapasitas 8 modul.
Gambar 2.4 Midi Node
2.4.3.2 Cluster Node Cluster node merupakan node jaringan backbone yang menawarkan
berbagai kombinasi interface untuk data, voice, dan mobile. Interface berkecepatan
64 kbps sampai 155 Mbps dengan media bervariasi, baik itu tembaga, fiber,
maupun radio. Cluster Node terdiri dari 1 Master Rack dan 1 s/d 8 Slave. Kapasitas
cross-connect cluster node mencapai 512 Mbps (8 x 64 = 512Mbps).
xxix
Gambar 2.5 Cluster Node
2.4.3.3 Basic NodeBasic node merupakan node yang fleksibel untuk site pelanggan, yang
menawarkan berbagai macam kombinasi interface data, voice, dan mobile.
Kapasitas cross-connect dari basic node adalah 64 Mbps. Ada dua type basic node,
yaitu single subrack dengan kapasitas 16 modul, dan type double subrack dengan
kapasitas 2x16 modul.
Gambar 2.6 Basic Node
2.4.3.4 Mini Node
xxx
Kapasitas cross connect BUS adalah 64 kbps dengan Cross Connect Unit.
Control Unit dan Power Supply terintegrasi s/d interface module. Mini node
mempunyai fungsi yang hampir sama dengan basic node.
Gambar 2.7 Mini Node
2.4.3.5 Slave Slave dapat berupa single sucrack maupun double subrack. Spesifikasi
modulnya hampir sama dengan spesifikasi pada basic node single maupun double
subrack, hanya saja tidak ada modul IUM yang dipasang. Semuanya GMH karena
cluster berfungsi sebagai hubungan antar trunk.
2.5MULTIPLEXING
Multiplexing adalah teknik menggabungkan siyal untuk dikirimkan secara
bersama-sama pada suatu kanal transmisi. Perangkat untuk multiplexing dikenal
dengan nama Multiplexing / Transceiver / MUX. Pada sisi penerima,gabungan sinyal-
sinyal itu akan kembali dipisahkan sesuai dengan tujuan masing-masing, dan dikenal
sebagai Demultiplexing perangkatnya adalah Demultiplexing / Demux.
Teknik multiplexing:
1. Frequency – Division Multiplexing (FDM)
Pada FDM ini semua sinyal beroperasi pada waktu yang sama dengan frekuensi
yang berbeda. 2. Time Division Multiplexing (TDM)
Pada TDM ini kebalikan dari FDM yaitu semua sinyal beroperasi dengan
frekuensi yang sama pada waktu yang berbeda. Salah satu kelemahan dari
pendekatan TDM adalah banyak dari slot waktu dalam frame yang sia-sia. Hal Itu
terjadi karena jika terminal tertentu tidak memiliki data untuk mengirimkannya
xxxi
pada waktu tertentu, slot waktu yang kosong akan tetap ditrasnmisikan. TDM
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Synchronous TDM dipakai untuk multiplexing suara digital. contoh dari
synchronous TDM adalah Video You Tube.
b. asynchronous TDM atau Intelligent TDM sebaliknya menggunakan sinyal
analog. Contoh dari asynchronous TDM adalah chating.
3. Code Division Multiplexing (CDM)
Pada CDM ini semua sinyal beroperasi pada pengkodekan.
2.6SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
SDH (Synchronous Digital Hierarchy) merupakan hirarki pemultiplekan yang
berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Dalam
dunia telekomunikasi, rentetan pemultiplekan sinyal-sinyal dalam transmisi
menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (drop and insert)
yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan
transmisinya.
Teknologi SDH juga dapat dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar,
pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan. SDH mempunyai kapasitas
port 63 bit dengan kapasitasnya yaitu N X STM-1 ( N X 155.52 Mbps ) dimana N
adalah jumlah bit ratenya (4, 16, dan 64). Sistem proteksi SDH adalah self protection
atau bisa memproteksi dirinya sendiri.
Gambar 2.8 Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa
Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada level atau tingkat yang paling tinggi,
jaringan transport SDH adalah jaringan n x STM-1 (n x 155 Mbps).
xxxii
2.6.1 Struktur Frame SDHStruktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1
(Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps).
Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125μ s. Bit rate atau
kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi
sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat
pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH
STANDAR FRAME STANDAR KECEPATAN
STM – 1 155,520 Mbps (155 Mbps)
STM – 4 622,08 Mbps (622 Mbps)
STM – 16 2.488,320 Mbps (2,5 Gbps)
STM – 64 9.953,280 Mbps (10 Gbps)
2.6.2 Struktur Multiplexing SDHKonsep bagaimana sinyal PDH dipetakan dalam frame STM direkomendasikan
oleh ITU-T. Dibawah ini gambar siyal PDH kedalam STM-N, yaitu proses
pembentukan sinyal PDH.
Gambar 2.9 Struktur Multiplexing SDH
Keterangan:
xxxiii
Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari sinyal
masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas :
MappingMapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui jaringan SDH.
Pertama sinyal–sinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu (C-n) sesuai dengan laju
bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path Overhead) untuk membentuk
Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut dengan mapping. POH berfungsi untuk
memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe dari Container. VC merupakan elemen dasar
yang akan dikontrol dan diatur dalam sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu VC-11,VC-12,
VC-2 disebut dengan VC orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC orde tinggi.
Multiplexing orde rendahMultiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan multiplexing
VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali dilakukan adalah dengan
menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary Unit) sesuai dengan VC-nya yang
disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan untuk membentuk TUG (Tributary Unit
Group). Kemudian menambahkan POH pada TUG sehingga terbentuk VC orde tinggi.
Multiplexing orde tinggiMultiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi untuk
membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde rendah atau
langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya multiplexing orde rendah,
VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk membentuk AU (Administrative Unit)
sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya AU tersebut digabungkan untuk membentuk
AUG (Administrative Unit Group). Frame STM-N dibentuk dengan melakukan multiplexing
AUG.
2.6.3 Elemen - elemen SDHSuatu elemen jaringan SDH dikontrol dengan menggunakan software,
sehingga dapat lebih fleksibel dalam penggunaan multiplexer dan demultiplexer.
Elemen-elemen SDH tersebut terdiri dari regenerator, Terminal Multiplexer (TM),
Add and Drop Multiplexer (ADM), dan Digital Cross Connect (DXC).
2.6.3.1 RegeneratorDalam jaringan SDH, fungsi regenerator adalah untuk membangkitkan dan
menguatkan sinyal SDH yang datang. Perangkat ini memperbaiki sistem clock
dan amplituda sinyal data yang telah teredam dan berubah oleh karena adanya
dispersi. Skema regenerator dapat dilihat pada Gambar 2.10.
xxxiv
Gambar 2.10 Regenerator
2.6.3.2 TM (Terminal Multiplexer)
Terminal Multiplexer berfungsi untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal
masukan (tributary) menjadi sinyal keluaran (aggregate). Dalam suatu jaringan,
perangkat ini digunakan untuk membentuk konfigurasi point-to-point. Selain itu,
perangkat ini juga digunakan untuk mengkombinasikan sinyal input synchronous
dan plesiochronous menjadi sinyal STM-N dengan bitrate yang lebih tinggi. Hal
ini ditunjukkan pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Terminal Multiplexer
2.6.3.3 ADM (Add/Drop Multiplexer)ADM adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal
PDH atau VC. Selain itu ADM juga digunakan sebagai terminal drop/insert sinyal
sehingga sangat efisien dalam membentuk sistem jaringan telekomunikasi. ADM
memiliki dua buah aggregate dengan arah yang berlainan. Jika sejumlah ADM
saling dihubungkan maka akan membentuk sebuah topologi ring, sehingga akan
mempunyai sistem keamanan yang mempu memberikan proteksi terhadap
jaringan apabila terjadi gangguan. Sistem dari perangkat ini dapat dilihat pada
Gambar 2.12
xxxv
Gambar 2.12 Add/Drop Multiplexer
2.6.3.4 DXC (Digital Cross Connect)Elemen ini memiliki fungsi yang lebih luas. DXC memungkinkan terjadinya
pemetaan sinyal-sinyal tributary PDH ke dalam virtual container dan juga
merupakan switching dari berbagai macam level STM. Biasanya DXC ini
digunakan untuk membentuk konfigurasi mesh atau star. Gambar 2.13 memperlihatkan skema DXC.
Gambar 2.13 Digital Cross Connect
2.6.4 Topologi Jaringan SDHAda beberapa model topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh teknologi
SDH, diantaranya yaitu point-to-point, ring, dan mesh. Topologi ini dapat berdiri
sendiri atau campuran dari beberapa topologi. Pada Gambar 8. berikut adalah
beberapa gambaran topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh SDH.
xxxvi
Gambar 2.14 Model Topologi Jaringan
2.6.4.1 Topologi Point to pointTopologi point to point adalah jenis toplogi yang paling sederhana dan
tradisional, hanya terdiri dari 2 titik yang terhubung melalui link permanen.
2.6.4.2 Topologi RingTopologi ring adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik
sehingga terbentuk suatu pola lingkaran atau cincin.
2.6.4.3 Topologi MeshTopologi mesh adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik di
mana semua titik saling terhubung satu sama lain dan jaringan lengkap sehingga
membentuk pola seperti jala. Dalam Jaringan Mesh setiap titik terhubung ke
node lain di jaringan melalui hop.
xxxvii
BAB III
IMPLEMENTASI VPN IP
Implementasi VPN IP dari PT. Telkom Indonesia.Tbk. Divisi Arnet
Tangerang, yang menjadi pembahasan pada Proyek Akhir ini adalah konfigurasi VPN
IP, konfigurasi IMUX, data pelanggan, media, transmisi, interface. Dalam layanan
VPN IP ini penulis membahas pelanggan Garuda Food, Tuntex, PT. ADIS.
3.1Konfigurasi VPN IP
Gambar 3.1 Konfigurasi VPN IP
Keterangan:
Terdapat 3 pelanggan sebagai contoh yang akan dibahas
Perangkat pada Customer Edge (CE) terdiri dari atau pada pelanggan untuk layanan
VPN IP terdiri dari:
Cpu
Hub
Switch
MDF
Perangkat pada Provider Edge (PE) atau pada penyelenggara untuk layanan VPN IP
terdiri dari :
Router.
MDF
IMUX
DDF
Mux/Demux SDH.
xxxviii
Media transmisi yang digunakan Garuda Food dan PT. ADIS dalah SDH Lucent,
Sedangkan pada Tuntex adalah SDH Fujitsu.
Trunk imux ke imux menggunakan TID.
3.2Konfigurasi IMUX
Gambar 3.2 konfigurasi IMUX
Keterangan:
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa network menajemen dibagi menjadi tiga area,
yaitu area 1 yang berwarna kuning yang disebut basic node, area 2 yang berwarna hijau yang
disebut mini node, dan area yang berwarna merah yang disebut modems dan cluster node
sendiri ditandai dengan warna biru. Cluster node disini disebut sebagai backbone layer yang
fungsinya sebaai crossconnection antar ragion, sementara basic node disebut dengan
consolidation layer yang berfungsi sebagai flexiblemultiplexer dan mii node disebut sebagai
feeder layer yang berfungsi sebagai node input dari layer diatasnya. Sedangkan modem disini
adalah perangkat yang digunakan customer premises. Penyambungan dimulai dari modem
customer ke mini node dan basic node baru kemudian dihubung ke cluster node. Dan
kemudian dari cluster node inilah maka menajemen network dapat mengatur bandwidth serta
bit ratenya sesuai kebutuhan pelanggan itu sendiri.
xxxix
3.3Perangkat yang Digunakan Untuk Layanan VPN IP
Pada konfigurasi VPN IP yang terdapat pada gambar konfigurasi 3.1 yaitu
menggunakan kabel 2 Mbps dan terdiri dari beberapa perangkat yaitu:
1. Switch
Gambar 3.3 Switch
Switch memiliki banyak port yang akan menghubungkan ke jaringan
komputer dan port - port tersebut akan berhubungan dengan konektor RJ 45.
2. Router
Gambar 3.4 Router
Router berfungsi utama sebagai penghubung antar dua atau lebih
jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
3. MDF ( Main Distribution Frame)
Gambar 3.5 MDF
xl
Adalah sebuah tempat terminasi kabel yang menghubungkan kabel
saluran pelanggan dari sentral telepon dan jaringan kable yang menuju ke
terminal pelanggan, MDF ini terdapat K71 yang berfungsi sebagai interkoneksi
antar wire.
4. IMUX
Gambar 3.6 IMUX
Media transport layanan multimedia yang terdiri dari beberapa perangkat
di dalamnya seperti midi node, basic node, cluster node, mini node dan slave.
5. DDF ( Digital Distribution Frame)
Gambar 3.7 DDF
Sebagai alat untuk mengcrossconnect-kan koneksi antara TX dan RX
dari kabel E1 dalam bertukar informasi baik dalam bentuk data atau voice, pada
DDF ini terdapat K52 yang berfungsi sebagai interkoneksi antar wire.
xli
3.4Topologi Jaringan Topologi yang digunakan pada customer ke MDF dan Dari IMUX ke mux/demux
backbone SDH menggunakan point to point yaitu suatu konfigurasi jaringan yang
menghubungkan antara satu titik ke satu titik yang lain. Dan topologi yang digunakan
antar mux/demux backbone SDH menggunakan topologi ring yaitu suatu konfigurasi
jaringan yang menghubungkan semua lingkaran tertutup.
3.5 Data Pelanggan
Tabel 3.1 TID data pelanggan
No. Customer TID IMUX A IMUX B ST A ST B
1. Garuda Food 4655 20880/7/1 20914/10/4 TAN CKA
2. Tuntex 5014 24022/4/1 20914/10/2 LKG CKA
3. PT. ADIS 312 20928/13/1 24022/4/4 BLJ LKG
Dari data pelanggan terlihat bahwa:
1. Pelnggan Garuda food dengan nomor TIDnya 4655 Melalui IMUX TAN dan
Nomor Node 20880 slot 7 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 20914 slot
10 port 4.
2. Pelnggan Tuntex dengan nomor TIDnya 5014 Melalui IMUX LKG dan Nomor
Node 24022 slot 4 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 20914 slot 10 port
2.
3. Pelnggan PT. ADIS dengan nomor TIDnya 312 Melalui IMUX BLJ dan Nomor
Node 20928 slot 13 port 1 ke IMUX CKA dengan Nomor Node 24022 slot 4 port
4.
3.6Media Transmisi Proses penyambungan menggunakan kabel 2 Mbps, connectornya adalah DB-9,
unit yang digunakan pelanggan adalah OMH dan OMH-A, unit yang digunakan IMUX
adalah QMH, serta bit ratenya adalah 2.048 Mbps. Media transmisinya menggunakan
SDH Fujitsu dan SDH Lucent. Lihat tabel spesifikasi SDH Fujitsu dan SDH Lucent:
xlii
Tabel 3.2 Spesifikasi SDH Fujitsu
No STM Type Bit Rate Kapasitas
1 STM-1 FLX 150 155 Mbps 63 E1
2 STM-4 FLX 600A 622 Mbps 252 E1
3 STM-16 FLX 2500 2,5 Gbps 1008 E1
Tabel 3.3 Spesifikasi SDH Lucent
No STM Type Bit Rate Kapasitas
1 STM-1 ADM 155 Mbps 63 E1
2 STM-16 Wavestar 2,5 Gbps 1008 E1
3 STM-64 Lamda Unit 10 Gbps 4032 E1
3.6.1 Media Transmisi yang Digunakan Gruda FoodPada media transmisi garuda food menggunakan SDH Lucent Sebagai
penjelasannya lihat tabel dibawah ini
Tabel 3.4 Stasiun A Garuda Food
TERSAMBUNG TIE LINE MM SYS 2 MB-s
K 52 KE STA 1
TAN#(20880/7/1) MM.04/20 ADM:02-01-01-21
Tabel 3.5 Stasiun B Garuda Food
SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG
KE STA.2 K 52
ADM:02-01-01-21 MM 1/3 CKA#1(20914/10/4)
3.6.2 Media Transmisi yang Digunakan Tuntex
xliii
Pada media transmisi Tuntex menggunakan SDH Fujitsu, sebagai
penjelasannya lihat tabel dibawah ini
Tabel 3.6 Stasiun A Tuntex
TERSAMBUNG TIE LINE MM SYS 2 MB-s
K 52 KE STA 1
LKG#(24022/4/1) MM. 2/9 FLX:T-01-12-36
SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG
KE STA.2 K 52
FLX:T-01-05-36 MM 1/6 CKA#(20914/14/2)
TERSAMBUNG SYS 2 MB-s
KE STA 1
BLJ#(20928/13/1) ADMU:01-01-06-16
SYS 2 MB-s DI SYS 2 MB-s
KE STA.A STA 1 KE STA.2
ADM:01-01-05-58 TAN ADM:02-01-08-51
Tabel 3.10 Stasiun B PT. ADIS
SYS 2 MB-s TERMINAL TERSAMBUNG
KE STA.2 K 52
ADM:01-01-07-51 MM 2/10 LKG#24022/4/4
3.7 Interface
Tabel 3.11 Interface pelanggan
xliv
No Interface Customer Bandwidth Bit Rate
1. OMH-A Garuda food 576.00 Kbps 2.084 Mbps
2. OMH TUNTEX 576.00 Kbps 2.084 Mbps
3. OMH-A PT. ADIS 1.15 Mbps 2.084 Mbps
Dari tabel 3.11 dapat dijelaskan bahwa interface yang digunakan pada customer
menggunakan type card OMH dan OMH-A, type card OMH dan OMH-A adalah interface
yang digunakan untuk menghubungkan customer ke IMUX. Lebar bandwidth pada
Garuda Food sebesar 576.00 Kbps, pada Tuntek sebesar 576.00 Kbps dan pada PT.
ADIS 1.15 Mbps. Kecepatan bit rate pada Garuda Food sebesar 2.084 Mbps, pada
Tuntex sebesar 2.084 Mbps dan pada PT. ADIS sebesar 2.084 Mbps
Tabel 3.12 Interface IMUX
No Interface TID Bandwidth Bit Rate
1. QMH TAN-CKA 576.00 Kbps 2.084 Mbps
2. QMH LKG-CKA 576.00 Kbps 2.084 Mbps
3. QMH BLJ-TAN-LKG 1.15 Mbps 2.084 Mbps
Dari tabel 3.21 dapat dijelaskan bahwa interface yang digunakan pada TID
menggunakan type card QMH , type card QMH adalah interface yang digunakan untuk
menghubungkan antar IMUX (Trunk). Lebar bandwidth pada TID dari TAN ke CKA
sebesar 576.00 Kbps, pada TID dari LKG ke CKA sebesar 576.00 Kbps dan pada TID
BLJ ke jalur transit TAN lalu ke LKG sebesar 1.15 Mbps. Kecepatan bit rate TID dari
TAN ke CKA sebesar 2.084 Mbps, pada TID dari LKG ke CKA sebesar 2.084 Mbps dan
pada TID BLJ ke jalur transit TAN ke LKG sebesar 2.084 Mbps.
xlv
BAB IVANALISA TRUNK IDENTIFICATION
Berdasarkan gambar konfigurasi 3.1 dan yang terdapat pada halaman 21 dan
pada bab 3 dapat di analisis sebagai berikut:
4.1Analisis TopologiKonfigurasi VPN IP Mengikuti topologi jaringan exiting dimana dari cutomer ke
MDF menggunakan topologi point to point. Dari imux ke mux/demux backbone SDH
menggunakan topologi point to point, antar mux/demux backbone SDH
menggunakan topologi ring.
xlvi
Gambar 4.1 point to point customer ke MDF dan IMUX ke backbone
Keterangan:
Gambar diatas menjelaskan bahwa customer terhubung dengan MDF menggunakan
topologi poin to point tidak menggunakan topologi ring, begitupun dengan IMUX yang
terhubung ke MDF menggunakan topologi point to point, dikarenakan topologi point to
point adalah jenis toplogi yang paling sederhana dan tradisional, terhubung dari satu titik
dengan satu titik lainnya. Sedangkan pada topologi ring adalah jenis topologi yang
terhuhung membentuk lingkaran tertutup sehingga terbentuk suatu pola lingkaran atau
cincin. Oleh karena itu topologi yang digunakan dari customer ke imux , imux ke backbone
menggunakan topologi point to point karana hanya terhubung 2 titik saja.
Gamar 4.2 ring antar backbone
Keterangan:
Gambar diatas menjelaskan antar backbone SDH menggunakan topologi ring tidak
menggunakan topologi mesh dikarenakan topologi ring adalah topologi menghubungkan
xlvii
antar titik sehingga terhuhung membentuk lingkaran tertutup. Sedangkan topologi mesh
adalah jenis topologi yang menghubungkan semua titik di mana semua titik saling
terhubung satu sama lain dan jaringan lengkap sehingga membentuk pola seperti jala.
Oleh karena itu topologi yang digunakan backbone SDH menggunakan topologi ring karna
hanya membutuhkan penghubung dari titik satu ke titik selanjutnya sehingga semua
lingkaran backbone tertutup sedangkan pada mesh menghubungkan semua titik sahingga
semua backbone saling terhubung satu sama lain.
4.2Analisis InterfaceBerdasarkan tabel 3.1 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 28 dan 29 pada
bab 3 dapat di analisis sebagai berikut:
4.2.1 Analisis Interface dari Costumer ke IMUX
Tabel 4.1 Interface dari costumer ke IMUX
Dari tabel 4.1 customer Garuda Food terkoneksi pada modul OMH-A yang
terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi
sebagai flexible multiplexer. Customer Tuntex terkoneksi pada modul OMH yang
terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi
sebagai flexible multiplexer. Customer PT. ADIS terkoneksi pada modul OMH yang
terdapat pada midi node yang disebut dengan consolidation layer yang berfungsi
sebagai flexible multiplexer.
4.2.2 Analisis Interface dari IMUX ke IMUX
xlviii
NO CUSTOMER INTERFACE TYPE NODE
1. Garuda food OMH-A Midi Node
2. TUNTEX OMH Midi Node
3. PT. ADIS OMH-A Midi Node
Tabel 4.2 Interface dari IMUX ke IMUX
NO TRUNK IDENTIFICATION INTERFACE TYPE NODE
1. 4655 QMH Cluster Node
2. 5014 QMH Cluster Node
3. 312 QMH Cluster Node
Dari tabel 4.2 trunk identification 4655 terkoneksi pada modul QMH yang
terdapat pada cluster node yang disebut sebagai backbone layer yang berfungsi
sebagai crossconnection antar region. trunk identification 5014 terkoneksi pada
modul QMH yang terdapat pada cluster node yang disebut sebagai backbone layer
yang berfungsi sebagai crossconnection antar region. trunk identification 312
terkoneksi pada modul QMH yang terdapat pada cluster node yang disebut sebagai
backbone layer yang berfungsi sebagai crossconnection antar region.
4.3Analisis BandwidthBerdasarkan tabel 3.11 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 29 pada bab 3
dapat di analisis sebagai berikut:
4.3.1 Analisis Bandwidth dari costumer ke IMUX
Tabel 4.3 Bandwidth dari costumer ke IMUX
NO INTERFACE COSTUMER BANDWIDTH
1. OMH-A Garuda food 576.00 Kbps
2. OMH Tuntex 576.00 Kbps
3. OMH-A PT. ADIS 1.15 Mbps
xlix
Dari tabel 4.3 terdapat modul OMH-A yang ada pada customer Garuda Food
dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps, modul OMH yang ada pada
customer Tuntex dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps dan modul OMH-A
yang ada pada customer PT. ADIS dengan sewa bandwidth sebesar 1.15 Mbps. hal
ini dapat disimpulkan bahwa besar bandwidth tergantung dari sewa permintaan
besar bandwidth dari customer.
4.3.2 Analisis Bandwidth dari IMUX ke IMUX
Tabel 4.4 Bandwidth dari IMUX ke IMUX
NO INTERFACE COSTUMER BANDWIDTH
1. QMH TID 4655 576.00 Kbps
2. QMH TID 5014 576.00 Kbps
3. QMH TID 312 1.15 Mbps
Dari tabel 4.4 terdapat modul QMH yang ada pada customer TID 4655 dengan
sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps, modul QMH yang ada pada customer TID
5014 dengan sewa bandwidth sebesar 576.00 Kbps dan modul QMH yang ada pada
customer TID 312 dengan sewa bandwidth sebesar 1.15 Mbps, hal ini dapat
disimpulkan bahwa besar bandwidth tergantung dari sewa permintaan besar
bandwidth dari customer.
4.4Analisis Bit RateBerdasarkan tabel 3.11 dan tabel 3.12 yang ada pada halaman 28 pada bab 3
dapat di analisis sebagai berikut:
4.4.1 Analisis Bit Rate dari customer ke IMUX
Tabel 4.5 Bit Rate dari customer ke IMUX
NO INTERFACE COSTUMER BIT RATE
1. OMH-A Garuda food 2.084 Mbps
l
2. OMH Tuntex 2.084 Mbps
3. OMH-A PT. ADIS 2.084 Mbps
Dari tabel 4.5 terdapat modul OMH-A yang ada pada customer Garuda Food
dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps, modul OMH yang ada pada customer
Tuntex dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps dan modul OMH-A yang ada
pada customer PT. ADIS dengan besar bit rate sebesar 2.084 Mbps. hal ini dapat
disimpulkan bahwa besar bit rate sama antara Garuda Food, Tuntex dan PT. ADIS
dikarnakan interface yang digunakan pada customer sama yaitu menggunakan
OMH dan OMH-A, bit ratenya sebesar 2.084 Mbps atau 2 Mbps.
4.4.2 Analisis Bit Rate dari IMUX ke IMUX
Tabel 4.6 Bit Rate dari IMUX ke IMUX
NO INTERFACE COSTUMER BIT RATE
1. QMH TID 4655 2.084 Mbps
2. QMH TID 5014 2.084 Mbps
3. QMH TID 312 2.084 Mbps
Dari tabel di atas terdapat modul QMH yang ada pada customer TID 4655
dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps, modul QMH yang ada pada customer
TID 5014 dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps dan modul QMH yang ada pada
customer TID 312 dengan sewa bit rate sebesar 2.084 Mbps hal ini dapat
disimpulkan bahwa besar bit rate sama antara TID 4655, TID 5014 dan TID 312
dikarnakan interface yang digunakan pada TID sama yaitu menggunakan QMH,
besar bit ratenya sebesar 2.084 Mbps atau 2 Mbps.
li
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan Dari Tugas Akhir ini pnulis mengambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah:
1. Layanan VPN IP digunakan oleh pelanggan dari sebuah perusahaan, supplier
dan karyawan perusahaan yang berada jauh di lokasi kantor mobile maupun
fixed dapat terhubung ke jaringan perusahaan tersebut.
2. Pada layanan VPN IP menggunakan beberapa perangkat salah satunya
perangkat IMUX yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dari source ke
destination.
lii
3. Antar imux satu dengan imux yang lainnya dihubungkan oleh trunk yang disebut
Trunk Identification atau biasa disebut dengan TID.
4. Interface yang digunakan dari customer ke IMUX yaitu OMH dan OMH-A dan
interface yang digunakan dari IMUX dan IMUX yaitu QMH.
5. Topologi yang digunakan dari costumer ke MDF dan dari IMUX ke back bone
yaitu topologi point to point, pada back bone SDH yaitu topologi ring.
6. Type Node yang digunakan yaitu Midi Node yang digunakan pada customer ke
Imux dan Cluster Node yang digunakan pada IMUX ke IMUX.
7. Media Transmisi yang di gunakan yaitu SDH Lucent dan SDH Fujitsu.
5.2Saran Dalam kondisi rill teknologi telekomunikasi setiap saat berubah, sedangkan
dalam kondisi dunia pendidikan masih ketinggalan. Oleh karena itu diperlukan
sharing dari penyelenggara telekomunikasi ke dunia pendidikan. Dengan cara
mempermudah mendapatkan penjelasan tentang penggunaan teknologi serta untuk
mempermudah mahasiswa dalam mengerjakan proyek akhir ini. Penulis memiliki
beberapa kritik dan saran, diantaranya :
Penulis berharap agar dalam proses pengintegrasian VPN IP ini haruslah
disediakan peralatan yang lebih baik yang dibutuhkan dalam proses ini.
Penulis berharap semoga pengintegrasian layanan VPN IP ini dapat berjalan
dengan baik dan berguna untuk banyak penguna telekomunikasi.
Penulis juga mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfat bagi pembaca
dan semoga pembaca mendapatkan hal-hal yang menjadi inspirasi.
DAFTAR PUSTAKA
1) PT. Telkom Indonesia, Tbk Divisi Multimedia Arnet Tangerang STO Pasar Baru.
2) J, Bellamy. 1991. Digital Telephony. New York: Wiley.
3) Stallings, william. 2008. Komunikasi Data dan Komputer. Jakarta: Salemba Teknika.
4) Sudrajat, Ajat. 2010. Analisis integrasi jaringan intelligent multiplexer (IMUX) midi
node cideng. Jakarta: Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Jakarta.
5) Djumhadi, Rijal Fadilah. 2009. Penggunaan Teknologi Komunikasi Data Berbasis
VPN-IP MPLS Untuk Pemilihan Umum. Yogyakarta: STMIK Balikpapan.
liii
6) Mubarakah, Naemah. 2007. Topologi Jaringan Transport Optik. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.
7) Akhami, Furqon. 2007. Membangun VPN ( Virtual Private Network ) Pada Jaringan
MPLS ( Multi Protocol Label Switching ). Malang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
liv