79
PEDOMAN PESERTA INTERNSIP DOKTER INDONESIA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PPSDM KESEHATAN

Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

PEDOMAN PESERTA

INTERNSIP DOKTERINDONES

IA

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PPSDM KESEHATAN

Page 2: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

2009

EDISI 1 2009

Page 3: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

CETAKAN PERTAMA

BUKU 2Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

610.69 Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

Page 4: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

IndP Indonesia. Departemen Kesehatan. BadanPengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya

Manusia KesehatanPedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia: Buku 2Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2009

1. Judul I. HEALTH MANPOWER2. PHYSICIANS

SAMBUTAN MENTERI

KESEHATAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia‐Nya, Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah berhasil menyelesaikan 5 (lima) pedoman yang akan digunakan dalam pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia.

Program Internsip Dokter Indonesia merupakan program baru dalam alur profesi kedokteran di Indonesia dan sudah merupakan ketentuan dan diterapkan di Negara lain sejak berpuluh tahun yang lalu. Program ini berlaku bagi setiap dokter baru yang pada masa pendidikannya menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sebagai prasyarat untuk registrasi keahliannya di Konsil Kedokteran Indonesia.

Program Internsip Dokter Indonesia pertama akan dilaksanakan di Sumatera Barat pada bulan Februari

tahun 2010,dan untuk pelaksanaannya tersebut dibutuhkan perangkat berupa pedoman untuk pelaksanaan umum, peserta dan pendamping. Pedoman ini telah disusun oleh Tim, yang terdiri dari perwakilan Konsil Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia, dan Tim dari Departemen Kesehatan. Tentunya pedoman ini masih jauh dari sempurna, karenanya pelaksanaan yang pertama ini akan menjadi bahan evaluasi untuk penyempurnaan dan penyesuaian kembali pedoman ini.

Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi‐tingginya kepada seluruh Tim Penyusun yang telah berdedikasi dalam

Page 5: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

penyiapan pedoman dan pelaksanaan internsip ini. Harapan saya program ini akan dapat meningkatkan kualitas dokter di Indonesia.

Kepada para peserta dan pendamping internsip dokter yang akan menjalani proses dan menggunakan pedoman‐pedoman ini, saya yakin para dokter muda mampu meningkatkan keterampilan dan kompetensi sebagai dokter sehingga akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Terima Kasih dan Selamat Bekerja

Jakarta, Nopember 2009Menteri Kesehatan Republik Indonesia

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH

Page 6: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

SAMBUTAN

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Untuk mengikuti perkembangan dalam bidang pendidikan kedokteran di dunia, maka sejak tahun 2005 secara menyeluruh dan bertahap, semua Fakultas

Kedokterandi Indonesia telah menggunakanmetode pembelajaran kurikulum berbasis

kompetensi (KBK).

Berbagai perubahan mendasar terjadi dibandingkan dengan kurikulum inti pendidikan dokter Indonesia (KIPDI) yang sebelumnya menjadi pegangan seperti pendekatan SPICES (Student‐centered, Problem‐ based,

Integrated, Community‐based, Early clinicalexposure, Systematic) menuju the 5 Stars

Doctor (Communicator, Care giver, Decision maker, Manager, Community leader) serta masuknya internsip (pemagangan) sebagai bagian utuh dari seluruh proses pendidikan. Prinsip dari semua itu adalah bahwa seorang dokter lulus karena telah menjalani tahapan pendidikan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian, Indonesia telah menerapkan standar pendidikan dokter sebagaimana yang disyaratkan oleh WFME (World Federation of

Medical Education) serta WHO (WorldHealth Organization) dan berarti pendidikan

dokter di Indonesia telah memenuhi kesamaan dengan metoda yang berjalan di Negara maju.

Hal yang baru adalah dimulainya program internsip. Kurikulum berbasis kompetensi berisikan tahapan kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang mahasiswa kedokteran. Bila tamat, ia akan memperoleh ijazah dokter namun untuk berpraktik mandiri, ia harus melalui tahapan internsip terlebih dahulu. Internsip adalah proses pemagangan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pelatihan seorang dokter baru. Pada tahap internsip inilah seorang dokter baru akan bekerja

Page 7: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

dengan pendampingan untuk menerapkan keseluruhan kompetensi yang telah dicapainya. Oleh karena itu, program internsip membutuhkan sarana yang memadai dan merupakan sarana layanan kesehatan bermutu dan memang ditunjuk menjadi tempat penyelenggaraan program serta dokter yang mendapat penugasan menjadi pendamping. Semua kegiatan dokter peserta program internsip akan dicatat, kepadanya akan dilakukan pembimbingan serta pembinaan dan akan mendapatkan tanda selesai melaksanakan program bila telah memenuhi semua syarat dan tahapan yang ditentukan.

Maka, untuk program internsip perlu disiapkan sarana layanan kesehatan (rumah sakit, khususnya) yang memang disiapkan untuk itu, merupakan bagian dari rantai jenjang rujukan layanan kesehatan (vertikal dan horizontal) dengan sarana dan prasarana yang memenuhi syarat serta mutakhir dan memiliki dokter pendamping yang terlatih dalam bidang pendidikan kedoteran serta ditunjuk khusus untuk itu. Dengan kata lain, program internsip perlu didukung dengan kebijakan yang bersifat nasional karena juga merupakan upaya perlindungan masyarakat dengan menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan.

Jakarta, Desember 2009Ketua Konsil Kedokteran

Prof. Menaldi Rasmin, dr, SpP(K)

Page 8: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan ilmu dan kekuatan

kepada kita sehingga penyusunan Pedoman Peserta

Internsip Dokter Indonesia ini dapat terlaksana.

Sejak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi

(KBK), maka pendidikan dokter minimal lima tahun

dilanjutkan dengan Internsip selama satu tahun di sarana

pelayanan kesehatan. Program Internsip ini sangat penting

agar dokter yang baru lulus menjadi lebih mantap dalam

berpraktik mandiri. Pengalaman yang diperoleh dalam

Internsip ini akan sangat berharga dalam kehidupan

profesional selanjutnya. Karena itu hendaknya peserta

Internsip Dokter Indonesia maanfatkan pelaksanaan

Internsip ini sebaik‐baiknya.

Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia ini

merupakan satu kesatuan dengan Pedoman

Pelaksanaan, Pedoman Pendamping dan Pedoman

Wahana Internsip Dokter Idonesia. Pedoman Peserta

Internsip Dokter Indonesia memuat secara garis besar

acuan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh peserta

internsip dokter indonesia, sedang kegiatan rincinya ada

pada masing masing buku pedoman.

Page 9: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Kami sangat berterima kasih pada semua kontributor

penyusunan buku buku pedoman internsip dokter

Indonesia ini, juga kepada

semua Kelompok Kerja Internsip Dokter Indonesia dan

Tim Ad Hoq Internsip Dokter Indonesia yang telah

bekerja keras merancang persiapan Internsip Dokter

Indonesia.

Semoga pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia berhasil

dan berdaya guna dalam melindungi dan meningkatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat / pasien, juga

dalam rangka meningkatkan kualitas profesi dokter di

Indonesia.

Jakarta. Oktober 2009

Kepala Badan PPSDM Kesehatan

dr. Bambang Giatno Rahardjo,MPH

Page 10: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

DAFTAR ISI

Sambutan Menteri KesehatanSambutan Ketua Konsil Kedokteran IndonesiaKata PengantarDaftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup C. Tujuan

BAB II PEDOMAN PEMILIHAN, PENEMPATAN DAN KEGIATAN PESERTA DI WAHANA INTERNSIP A.

Penunjukan WahanaB. Surat Ijin Praktik (SIP) IntrensipC. Pembekalan untuk PesertaD. Penjadwalan Kegiatan E. Alur Kegiatan Peserta F.

Bukti Kehadiran

Hal.

BAB III KIAT KLINIK UNTUK DOKTER LAYANAN PRIMERA. Prinsip DasarB. Daftar Tilik Dalam PraktikC. Daftar Tilik Kegiatan Kesehatan Masyarakat

BAB IV PENILAIAN PESERTA INTERNSIP

A. Tabel Format Buku Log Untuk Usaha KesehatanPerorangan

(UKP)B. Tabel Format Buku Log Untuk Usaha Kesehatan

MasyarakatC. Tabel Penilaian Kinerja

Page 11: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

BAB V PENUTUP

DAFTAR SINGKATAN GLOSSARYUCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I

PENDAHULU

AN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan amanah Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter yang akan berpraktik di Indonesia harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Keharusan registrasi itu berlaku bagi dokter dan dokter gigi. Surat Tanda Registrasi tersebut merupakan bukti tertulis bahwa yang bersangkutan telah dinilai kompeten untuk melaksanakan tugas profesinya sebagai dokter, untuk memperoleh STR, berbagai persyaratan yang perlu dipenuhi antara lain adalah: 1) memiliki ijazah dokter, 2) mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter, 3) memiliki Sertifikat Kompetensi.

Dalam Undang‐Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga dinyatakan bahwa sertifikat kompetensi (dokter) adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia. Sertifikat Kompetensi dikeluarkan oleh kolegium yang bersangkutan. Sertifikat Kompetensi Dokter Layanan Primer dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia. Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia adalah badan otonom yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia yang merupakan kolegium bagi dokter.

Page 12: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Merujuk kepada Undang‐Undang No 29 th 2004 pasal 27, untuk memberikan kompetensi

kepada dokter dilaksanakan pendidikan dan pelatihan kedokteran sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran, untuk itu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia merancang Internsip Dokter Indonesia. Penyelenggaraan program internsip dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan bersama dengan pemangku kepentingan (stake holders) terkait. Selama Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) belum terbentuk maka persiapan pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia dilaksanakan oleh Tim Ad Hoc pelaksana penyiapan Program Internsip Dokter Indonesia yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan) Nomor. HK.02. 04/2/1767.2/09.

Program Internsip Dokter Indonesia merupakan tahap pelatihan keprofesian pra‐registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar. Program

Internsip Dokter Indonesia dilaksanakan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Saryankes) yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan disyahkan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia Pusat (KIDI Pusat) sebagai wahana Internsip.

Selama menempuhInternsip Dokter Indonesia,Peserta didampingi oleh Dokter

Pendamping. Peserta Internsip hanya diijinkan melakukan praktik dokter di Wahana Internsip. Setelah menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia, para peserta Internsip Dokter Indonesia akan memperoleh Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat.

Untuk memudahkan terlaksananya Program Internsip DokterIndonesia ini, terdapat 4 pedoman, yaitu:1. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia2. Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia3. Pedoman Pendamping Peserta Internsip Dokter

Page 13: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Indonesia.4. Pedoman Wahana Internsip Dokter Indonesia

Page 14: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

B. RUANG LINGKUP

Pedoman Peserta meliputi acuan yang harus dilaksanakan dalam penyelenggaraan Internsip Dokter Indonesia. Dalam pedoman ini dijelaskan rincian tugas yang secara teknis ada pada Buku Log, Laporan kasus, Portofolio, penilaian kinerja bidang UKP dan UKM. Oleh karena itu untuk memahami secara keseluruhan kegiatan internsip maka Peserta Internsip dianjurkan membaca pedoman yang ada.

C. TUJUAN

Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia memberi arahan selama menjalankan internsip dan memuat pedoman dan pemilihan peserta, jadwal dan alur kegiatan, kiat klinis untuk dokter pelayanan primer, buku log dan portofolio. Buku log dipergunakan untuk mencatat segala kegiatan selama Internsip, resume selama kegiatan Internsip yang harus diisi datanya setiap hari. Portofolio merupakan kumpulan laporan kasus dengan data yang lengkap dan rinci; yang nantinya merupakan rekaman informasi kegiatan selama program internsip. Buku log dan minimal 5 laporan kasus dalam bentuk portofolio akan menjadi dasar Surat laporan Pelaksanaan Internsip dan Surat Tanda Selesai Internsip (STSI).

Page 15: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

BAB II

PEDOMAN PEMILIHAN, PENEMPATAN DAN KEGIATAN

PESERTA DI WAHANA

Pada bagian ini dimuat tentang pedoman pemilihan wahana peserta. Hal ini penting bagi pengelola dan peserta

A. Penunjukan wahana untuk kepentingan pengurusan

Surat Ijin Praktik (SIP) di Wahana Internsip :

1) Wahana ditentukan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia

(KIDI) Pusat2) Setiap peserta mendapat 2 wahana (Rumah Sakit dan

Puskesmas atau tempat lain)

B. Surat Ijin Praktik (SIP) Internsip

1) Sebelum memperoleh SIP Internsip, peserta mengajukan permohonan secara kolektif kepada KIDI Pusat melalui KIDI Propinsi untuk

pengurusan STR Internsip diKonsil Kedokteran Indonesia.

2) SIP Internsip disesuaikan dengan wahana yang akan ditempati peserta

3) SIP Internsip diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dikoordinasi oleh KIDI Propinsi

4) SIP Internsip sudah harus diterima peserta sekurang‐

kurangnya 1 minggu sebelum program internsip dimulai

C. Pembekalan untuk Peserta

1. Sebelum program dimulai, diadakan pembekalan oleh KIDI Propinsi selama 3 hari.

Page 16: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

2. Materi pembekalan meliputi:

a. Penjelasan tentang Program Internsipb. Penjelasan peraturan pelaksanaan program

berupa tata tertib dan sanksi3). Penjelasan dan penandatanganan kontrak Internsip

D. Penjadwalan kegiatan

Kegiatan dilakukan selama 12 bulan di wahana Internsip yang telah ditentukan berupa kegiatan di ruang rawat inap, poliklinik, UGD Rumah Sakit, dan di Puskesmas.

Jadwal kegiatanNo Tempat Kegiatan dan bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

121. RS Rawat Jalan & Rawat

Inap1. Medik2. Bedah3. Kejiwaan

X x x x

2. RS UGD x x x x3. Puskesmas Rawat Jalan/ Inap

1. Poli umum

2.

Kunjungan rumah3.

Paliatif4.

Ceramahkesehata

n5. Dinas

luar

x x x x

Keterangan :Lingkup kegiatan Peserta Internsip, terdiri dari :1. Melakukan layanan primer dengan pendekatan Dokter

Keluarga pada pasien secara pofesional yang meliputi kasus medik dan bedah, kedaruratan dan kejiwaan baik pada anak, dewasa dan lanjut usia.

2. Melakukan konsultasi dan rujukan3. Melakukan kegiatan ilmiah medik4. Melakukan kegiatan kesehatan masyarakat

Bentuk kegiatan berupa :1. Praktik2. Presentasi3. Pengisian buku log4. Laporan kasus

Bentuk penilaian melalui :1. Observasi oleh pendamping dan pemangku kepentingan terkait

pada kinerja peserta

Page 17: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

2. Penilaian buku log, laporan kasus dan portofolio oleh pendamping

E. Alur kegiatan Peserta

KIDI WILAYAH/PROPINSI

• Penetapan peserta• Pembekalan peserta (3 hari)

WAHANA • Hari I :o Lapor ke Koordinator Wahanao Orientasi lapangan (RS,

Puskesmas, Masyarakat)

• Hari II, dst :o Rotasi sesuai dengan

jadwal dari wahanao Pengisian log book dan

penyusunan portofolio sesuai kasus yang didapat

o Konsultasi dengan pendamping sesuai jadwal

o Presentasi kasus• Hari terakhir rotasi di 1

wahana: Memberikan laporan kepada koordinator berupa :o Buku log yang sudah

ditanda tangani pendamping

o Portofolioo Borang‐borang laporano Daftar hadir

KIDI WILAYAH/ PROPINSI• Verifikasi hasil pelaksanaan• Surat Keterangan telah

menyelesaikan Program Internsip

Page 18: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

F. Bukti kehadiran

Bukti kehadiran berupa daftar hadir peserta dan pendamping yang ditandatangani oleh Koordinator Wahana.Daftar hadir terlampir (lampiran 1)

Contoh‐contoh borang dan laporan:1. Laporan kasus

Laporan kasus dituliskan dalam bentuk portofolio. Kasus yang dilakukan dalam bentuk portofolio adalah kasus untuk setiap penyakit, jadi untuk kasus yang sama tidak perlu dibuat portofolio lagi. Blanko portofolio ada di lampiran 2

2. Presentasi kasusPresentasi kasus dibuat seperti laporan. Contoh laporan kasus ada di lampiran 3

3. Laporan pelayananLaporan pelayanan dibuat setiap hari berdasarkan kasusyang didapatkan. Semua kasus yang dikerjakan harus dituliskan didalam laporan pelayanan. Laporan pelayanan ada di lampiran 4

4. Laporan penyuluhanLaporan penyuluhan dibuat untuk kegiatan klinis kepadaindividu dan kesehatan masyarakat kepada kelompok masyarakat. Laporan penyuluhan ada di lampiran.

Page 19: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

BAB III

KIAT KLINIK UNTUK DOKTER LAYANAN PRIMER

A. Prinsip dasar

1. Pasien datang dengan keluhan bukan diagnosis

2. Picu Sambut dengan salam dan tanyakan masalah utamanya lalu biarkan bercerita,à jangan diarahkan,à Jangan didesak,à Jangan disudutkanà Jangan ditakutià Pancing bicara jika buntu

3. Identifikasi butir inti, gali secara cermatmengarahkepada dugaan diagnosis

4. Biasakan menggunakan Kiat Klinik ini sampai menjadi kebiasaan dan tidak perlu berpikir banyak untuk mengingatnya.

5. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh salah satu

keluarganya terutama untuk penyakit kronik agar keluarga pasien ikut

berpartisipasi dalamproses pengobatan.

6. Sedapat mungkin catat nama dan hubungan keluarga yang mendampingi pasien saat di ruang periksa kecuali pasien tidak menghendaki.

7. Ingat: Catatan dalam rekam medis secara random/acak akan diperiksa oleh sejawat

Page 20: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

lain disaksikan oleh dokter pendamping dalam sebuah rapat pleno periodik.

Page 21: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

B. Daftar tilik dalam praktik

a) Anamnesis terarah menuju diagnosis yang dituju dan menyingkirkan diagnosa banding1) Pasien datang dengan keluhan2) Biarkan pasien bercerita secara lengkap3) Dengarkan baik‐baik penuh empati4) Jangan arahkan ceritanya5) Tangkap butir‐butir pokoknya6) Kembangkan pertanyaan untuk merinci

butir pokok itu7) Lanjutkan pertanyaan untuk menegakkan diagnosis8) Prakirakan penyebab keluhan dan pikirkan (Diagnosa

Banding, DB?)9) Singkirkan diagnosa banding dengan

sejumlah pertanyaan10) Catat seluruhnya secara singkat dalam rekam medis

b) Pemeriksaan jasmani secara umum dan khusus dan memprakirakan apa yang akan ditemukan1) Prakirakan tanda yang hendak dicari2) Pasien tidak harus berbaring atau buka

baju jika tidak perlu3) Dapatkan tanda vital dan catat dalam rekam medis4) Cari tanda pendukung diagnosis catat

dalam rekam medis5) Cari tanda penyingkir diagnosa banding

(pastikan tidak ada), catat dalam rekam medis

c) Pemeriksaan penunjang yang rasional dan prakirakan hasilnya1) Pilih yang esensial bukan yang ideal

dan bukan normatif2) Jelaskan mengapa harus diperiksa3) Tawarkan kepada pasien, jelaskan

manfaatnya jika dilakukan dan risikonya jika tidak dilakukan

4) Biarkan pasien dan atau keluarganya menentukan pilihan

5) Jelaskan langkah yang harus atau akan dijalani pasien dalam pemeriksaan penunjang

Page 22: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

6) Prakirakan hasil yang akan didapat dan manfaatnya untuk tindak lanjut yang harus dilakukan

d) Susun strategi penyelesaian masalah yang dihadapi

1) Ajak pasien dan atau keluarganya memahami masalah yang dihadapi

2) Sampaikan sejumlah pilihan yang dapat dilakukan

untuk menyelesaikan masalah itu3) Biarkan pasien dan atau keluarganya

memilih yang sesuai setelah dijelaskan4) Jelaskan manfaatnya jika dijalani dan risikonya jika

tidak dijalani5) Jika disyaratkan, buatlah “informed consent”6) Jelaskan peran pasien dan atau

keluarganya dalam upaya yang hendak dilakukan

e) Identifikasisaat terbaik untuk konsultasikepada pendamping dan konsultan/

spesialis dan perujukan1) Kadang‐kadang diperlulkan konsultasi dan perujukan

karena penyakitnya tidak dapat diatasi di tempat anda internsip.

2) Catat dalam rekam medis indikasi konsultasi dan perujukan atau cukup tandai gejala dan tanda yang mengharuskan anda merujuk atau memerlukan konsultasi dengan spesialis

3) Jika ragu‐ragu, tanyakan dokter pendamping anda.4) Perlu diingat bahwa keperluan akan rujukan

mungkin dapat terjadi setelah pasien di rumah

5) Jelaskan kepada pasien dan atau keluarganya untukmengenali gejala dan tanda yang memerlukan perhatian itu

6) Berikan “hot‐line” agar pasien segera menghubungi dokter jika gejala kegawatan muncul

7) Siapkan surat rujukan agar pasien tidak perlu

kembali ke klinik, kecuali untukdiperlukan pemastian

8) Pastikan tempat dan dokter spesialis yang hendak dituju

Page 23: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

f) Jelaskan kepada pasien dan atau keluarganya perihal diagnosis, rasionalitas tindak medis, termasuk keperluan akan konsultasi, rujukan, dan jangan lupa jelaskan pula prognosisnya sedapat mungkin.1) Pasien berhak mendapatkan informasi

yang lengkap tentang masalah yang dihadapi dan dokter wajib menjelaskannya

sampai pasien danatau keluarganya paham

2) Kejelasan dan kejujuran ilmiah merupakan landasanutamanya

3) Sedapat mungkin bantulah pasien danatau keluarganya mencari jalan

keluar dari masalahnya

g) Jelaskan peran pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit1) DK menyembuhkan pasiennya di habitat pasien

sendiri2) Sebagian tugas dokter didelegasikan

kepada pasien dan atau keluarganya3) Jelaskan secara rinci peran pasien dan

atau keluarganya4) Dalam proses penyembuhan5) Tanggung jawab tetap pada dokter

h) Identifikasi risiko dan lakukan tindak pencegahan penyakit dan komplikasinya1) Sejumlah penyakit mungkin menular atau menurun2) Jelaskan menggunakan bahasa awam

masalah yang dihadapi dan risiko kejadian itu pada anggota keluarga yang lain

3) Jelaskan langkah yang harus dilakukan oleh pasien dan atau keluarganya jika penyakit itu menular agar tidak terjadi penularan

4) Jelaskan upaya pencegahan penularan dan atau

munculnya penyakit menurun5) Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi

dan cara pencegahannya

Page 24: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

C. Daftar Tilik kegiatan kesehatan masyarakat

1. Micro Planninga. Analisa situasi wilayah kerja dan

puskesmassetempat (data umum, upaya

kesehatan, manajemen kerja puskesmas)

b. Identifikasi masalahc. Penyusunan prioritas masalahd. Penyusunan rencana pemecahan masalah2. Pelaksanaan /

Implementasia. Upaya peningkatan status kesehatan masyarakat b. Upaya pencegahanc. Upaya pengobatand. Upaya rehabilitatif

3. EvaluasiPenyusunan laporan kegiatan kesehatan masyarakat

Page 25: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

BAB IV

PENILAIAN

PESERTA

Penilaian peserta dilakukan oleh pendamping. Secara informal pendamping memperoleh

masukan dari pemangku kepentingan terkait, antara lain sejawat lain, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan pasien.

Penilaian kinerja didapat dari observasi terhadap perilaku, kompetensi medik,

komunikasi, kepribadiandan pofesionalisme. Selain itu

penilaian diperoleh dari buku log, laporan kasus dan portofolio.

Kegiatan dikelompokkan dengan kode kegiatan sebagai berikut:A. Kasus MedikB. Kasus BedahC. Kasus Kegawat daruratanD. Kasus KejiwaanE. Kesehatan Masyarakat

E.1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/ Tidak MenularE.2. Pencegahan dan Penanggulangan Gizi BurukE.3. Sanitasi Lingkungan (tempat tinggal,

makanan dan minuman, pelayanan umum)

E.4. Promosi KesehatanE.5. Manajemen PuskesmasE.6. Manajemen BencanaE.7. Manajemen Kasus

Page 26: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

A. Tabel Format Buku Log untuk Usaha Kesehatan Perorangan

(UKP)Tanggal Kode

Kegiatan

Kegiatan

Catatan dan

usulan pendampi

ng terhadap

Tanda tanganPendamping

KeteranganDiagnosis Penatalaksanaa

n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)8/10/09 A DM, jenis

kelamin......... Umur

‐ OR

‐ Diet

‐ Obat

‐ perbaikikinerja pemeriksaan fisik diagnostik

£

Dr. Widjaya

Umpan balikpositif untuk peserta

Keterangan format:(1) Tanggal pelaksanaan kegiatan(2) Kode kegiatan sebagai

berikut : A. Kasus MedikB. Kasus BedahC. Kasus Kegawat daruratanD. Kasus Kejiwaan

(3) Diagnosis untuk kegiatan A s/d D

(4) Penatalaksanaan untuk kegiatan A s/d D (5) Catatan dan usulan pendamping

a. Evaluasi kinerja pesertab. Usulan perbaikan

kinerja (6) Tanda tangan pendamping (7) Keterangan

Hal‐hal lain yang dianggap perlu

Page 27: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

B. Tabel Format Buku Log untuk Usaha Kesehatan Masyarakat

(UKM)Tanggal Kode

Kegiatan

Kegiatan

Catatan dan

usulan pendampi

ng terhadap

Tanda tanganPendamping

KeteranganAssessmen Penatalaksanaa

n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)12/4/10 E.1 √ √ Teknik

penyuluhanbelum tepat

£

Dr. Widjaya

Laporansudahditerima Minimal tiap kegiatan 1 laporanKeterangan format:

(1) Tanggal pelaksanaan kegiatan (2) Kode kegiatan

sebagai berikut : E. Kesehatan Masyarakat

E.1 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular / Tidak MenularE.2 Pencegahan dan Penanggulangan Gizi BurukE.3 Sanitasi Lingkungan (tempat tinggal, makanan dan minuman, pelayanan umum)E.4 Promosi KesehatanE.5 Manajemen Puskesmas E.6 Manajemen Bencana E.7 Manajemen Kasus

(3) Assessment masalah untuk kegiatan E.1 s/d E.7Pengisian dengan diberi tanda (√) jika sudah dilakukan

(4) Penatalaksanaan untuk kegiatan E.1 s/d E.7Pengisian dengan diberi tanda (√) jika sudah dilakukan

(5) Catatan dan usulan pendamping a. Evaluasi

kinerja pesertab. Usulan perbaikan

kinerja (6) Tanda tangan pendamping (7) Keterangan

Hal‐hal lain yang dianggap perlu

Page 28: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

No Caturwulan I Kinerja

Perilaku A B C D EDisiplin (kehadiran tepat waktu) Partisipasi (ikut serta memberi masukan) Argumentasi (rasionalitas)Tanggung jawab (misalnya, mengisi rekam medis) Kerjasama (tenggang rasa, tolong‐Klinis (dapat dinilai melalui wawancara dan atau presentasi kasus)Ilmu pengetahuan (mempunyai ilmu yang memadai danmampu menerapkannya, dinilai melalui presentasi kasus dan atau protofolio)Keterampilan medis klinis (Keterampilan klinis yangmemadai termasuk anamnesis dan pemeriksaan jasmani,Kemampuan membuat keputusan klinis (“Clinicalreasoning” dinilai melalui presentasi kasus)Kemampuan mengatasi kegawatan medis (kemampuanbertindak cepat dan tepat mengatasi kedaruratan sekalgus menyadari Keterampilan prosedural (kemampuan menyelesaikantindak medis secara ”lege artis”, sesuai dengan SOP, dinilaiKomunikasiKemampuan berkomunikasi secara efektif (denganpasien, keluarganya, sejawat, dan staf klinik)Kemampuan bekeja dalam tim (kerjasama dengan semuaunsur di dalam maupun di luar klinik)Kepribadian dan profesionalismeTanggung jawab profesional (kejujuran, keandalan)Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi pada saatyang tepat)Menghargai kepentingan dan pendapat pasien(Menjelaskan semua pilihan tindak media yang dapatdilakukan dan membiarkan pasien/ Partisipasi dalam pembelajaran (aktif mengutarakanpendapat dan rasionalisasi tindak medis dalam setiap kegiatan pembelajaran)

C. Tabel Penilaian Kinerja

Page 29: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Kemampuan membagi waktu (menyelesaikan semuatugas pada waktunya dan tetap mempunyai waktu untuk membantu orang lain)Pengelolaan rekam medis (selalu menulis data medissecara benar dan baik dalam rekam medis)Komentar Pendamping : No. ID Pendamping :

Nama

Pendamping :

Tanda tangan :

Keterangan:1. Isilah lembar evaluasi kinerja internsip di bawah ini

menggunakan data 2 mingguan yang telah dikerjakan peserta.

2. Simpulkan kinerja peserta dalam huruf E sampai A sesuai dengan baku mutu berikut ini:

a. Melebihi standar; sudah patut bekerja mandiri dan bahkan kreatif b. Sesuai dengan standar; sudah mampu bekerja mandiri tanpa

pengarahan lanjutc. Perlu perbaikan; masih perlu arahan di sejumlah kegiatan d. Perlu dibentuk; masih perlu mendapat arahan menyeluruh e. Belum tampak adanya perubahan menuju yang lebih baik

Page 30: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

BAB V

PENUTU

PPedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia, ini disusun gunamemenuhi filosofi Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun2004 tentang Praktik Kedokteran sehingga harus digunakan sebagaiacuan dalam melaksanakan Internsip Dokter di seluruh Indonesia.

Diharapkan setelah menyelesaikan Internsip Dokter Indonesia, dokter menerapkan profesionalisme dan standar profesi.

Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia ini perlu ditinjau ulang dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan dan kemajuan IPTEKDOKKES.

Page 31: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

DAFTAR SINGKATAN

No Singkatan Pengertian

1 AIPKI Asosiasi Institusi Pendidikan KedokteranIndonesia2 BALKESMAS Balai Kesehatan Masyarakat

3 EKG Elektro Kardio Gram

4 IDI Ikatan Dokter Indonesia

5 IPTEKDOKKES Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kesehatan

6 KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi

7 KDDKI Kolegium Dokter dan Dokter KeluargaIndonesia8 KIDI Komite Internsip Dokter Indonesia

9 KKI Konsil Kedokteran Indonesia

10 MKDKI Majelis Kehormatan Dokter KeluargaIndonesia

11 PUSKESMAS Pusat Kesehatan Masyarakat

12 RS Rumah Sakit

13 SARYANKES Sarana Pelayanan Kesehatan

14 SDM Sumber Daya Manusia

15 SKP Satuan Kredit Poin

Page 32: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

16 STR Surat Tanda Registrasi

17 STSI Surat Tanda Selesai Internsip

18 SLPI Surat Laporan Pelaksanaan Internsip

19 UKP Upaya Kesehatan Perorangan

20 UKM Upaya Kesehatan Masyarakat

GLOSSARY

NoIstilah Pengertian

1 AIPKI Suatu lembaga yang dibentuk oleh para dekan fakultas kedokteran yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin kualitas pendidikan kedokteran yang diselenggarakan oleh

2 Dokter Dokter lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan 3 IDI Organisasi profesi untuk dokter

4 KBK Kurikulum yang menitik ‐beratkan kepada kompetensi dokter sesuai dengan standar kompetensi dokter yang di tetapkan oleh KKI.

5 KDDKI Badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing‐masing disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut

Page 33: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

6 KIDI Pusat institusi/ lembaga yang di tetapkan dengan kep menkes dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program internsip7 KIDI Provinsi Institusi/ lembaga yang diangkat dan bertanggung jawab terhadap KIDI Pusat dengan tugas menyelenggarakan program internsip8 KKI suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.9 Kolegium badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing‐masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.10 Kompetensi

doktermenjalankan praktik kedokteran sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.11 Layanan primer Pelayanan medik dasar yang merupakan kompetensi dokter umum12 MKDKI Lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dan menetapkan sanksi13 Pasien Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau 14 Pendamping

InternsipDokter yang telah memiliki kriteria sebagai pendamping internsip

15 Peserta Internsip

Dokter peserta program internsip yang telah lulus dari Fakultas Kedokteran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Page 34: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

16 Praktik Layanan medik yang diberikan seorang dokter kepada pasien sesuai dengan kompetensinya

17 PraktikKedokteran

Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.18 Program

InternsipDokter Indonesia

Program pelatihan keprofesian pra‐ registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan

19 Registrasi Pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hokum untuk melakukan tindakan 20 SARYANKES Tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang digunakan untuk praktik kedokteran adtau kedokteran gigi21 Sertifikat

Kompetensi Dokter

Surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi22 SK Pendamping

InternsipSurat keputusan yang diterbitkan oleh KIDI Pusat yang diberikan kepada seorang dokter yang telah memenuhi syaratsebagai pendamping internsip 23 SLPI Surat yang ditandatangani oleh Pendamping dan Pimpinan Wahana Internsip sebagai bukti bahwa peserta telah menyelesaikan Program Internsip24 STR Internsip Bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter yang telah diregistrasi untuk mengikuti kegiatan internsip

Page 35: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

25 STSI Surat yang dikeluarkan oleh pimpinan saryankes yang menyatakan bahwa sudah menyelesaikan program internsip26 Sumpah/ Janji

DokterSumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi27 Surat Ijin

PraktikBukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan28 UKP Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

29 UKM Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di

30 Wahana Sarana pelayanan kesehatan yang menjadi tempat pelaksanaan program internsip yang telah memenuhi kriteria sebagai wahana internsip31 Stakeholders Semua pihak, organisasi maupun perorangan yang peduli dan atau terlibat terhadap suatu usaha.

Page 36: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

UCAPAN TERIMAKASIH

DepartemenKesehatan RI menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi‐

tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, dimulai dari usulan darf pertama hingga diterbitkannya Pedoman Internsip Dokter Indonesia ini.

A. Kelompok Kerja Program Internsip Dokter Indonesia

Sesuai dengan Kepmenkes Nomor 993/MENKES/SK/X/2008

1. Sekretaris Jenderal Depkes RI2. Dirjend. Bina Pelayanan Medik Depkes RI3. Dirjend. Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI4. Ketua Konsil Kedokteran Indonesia5. Ketua Umum PB IDI6. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Depkes RI7. Kabid Pemberdayaan Puspronakes LN, Badan

PPSDMK8. Kabid Perencanaan dan Sumberdaya Pusdiknakes

BadanPPSDMK

9. Sekretaris Badan PPSDMK10. Kepala Pusdiknakes, Badan PPSDMK11. Kepala Puspronakes LN, Badan PPSDMK12. Ketua Elect PB IDI13. Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia14. Kepala Biro Kepegawaian, Depkes RI15. Kepala Pusdiknakes, Badan PPSDMK16. Kepala Bidang Bin‐Bang Pradokyan Primer dan Doga

Page 37: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

17. drg. Ninin Setianingsih, MM (Kepala Bagian Program dan

Informasi, Ditjen Bina Yanmedik)18. drg. Marliana Purba, MM (Biro Kepegawaian, Depkes RI)19. Syamsul Bahri SKM, M.Kes (Kepala Bagian Program dan

Informasi, Set. Badan PPSDMK)20. Minarto, SKM, M.Kes (Sekretariat KKI)21. Netty T. Pakpahan (Biro Hukum dan Organisasi, Depkes RI)22. Ketua Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia23. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depkes RI24. Wakil Ketua MKDKI25. Kabag Hukormas Badan PPSDMK26. Kabag Penyusunan Peraturan Biro Hukor Depkes RI27. Kabag Hukormas Ditjen Yanmedik Depkes RI28. Kabag Hukormas Ditjen Binkesmas, Depkes RI29. Kabag Pelayanan Hukum Sekretariat KKI30. Sek. Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga31. Biro Hukum PB IDI32. Ketua Kolgeium DDKI PB IDI33. Kepala Pusdiklat SDMK, Badan PPSDMK34. Ketua PDKI PB IDI35. Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia36. Ketua Divisi Registrasi Kosil Kedokteran Indonesia37. Kabag Kepegawaian dan TU Set. Badan PPSDMK38. Kabid Perencanaan dan Informasi Pusrengun SDM Kesehatan,

Badan PPSDMK39. Kabag Umum dan Kepegawaian Set. Ditjen Bina Yanmedik40. Kabag Program dan Informasi, Ditjen Binkesmas Depkes RI41. Ketua BP2KB PB IDI42. Kabid Perencanaan dan Program Puspronakes LN Badan

PPSDMK43. Kasubag Perencanaan Pegawai Biro Kepegawaian, Depkes RI44. Kepala Pusrengun SDM Kesehatan, Badan PPSDMK45. Ses Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI46. Kabid Distribusi dan Kemandirian Pusrengun SDM

Kesehatan, Badan PPSDMK47. Kabag Tata Laksana Keuangan, Biro Keuangan dan

Perlengkapan, Depkes RI48. Kabag Keuangan dan Perlengkapan Set. Badan PPSDMK

Page 38: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

49. Kasubdit Bina Yanmed RSU Pendidikan, Ditjen Bina Yanmed

Depkes RI50. Kabag Program dan Informasi, Ditjen Binkesmas Depkes RI51. Ketua Komisi Internsip Kolegium DDKI PB IDI52. Kabag Administrasi Umum dan Sekretariat KKI53. Kabag Pengembangan Pegawai Biro Kepegawaian, Depkes RI54. Kabid Kendali Mutu Pusdiklat SDMK, Badan PPSDM Kesehatan

B. TIM AD HOC

Sesuai dengan SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan NomorHK.02.04/2/1767.2/09

1. dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH (Kepala Badan PPSDM Kesehatan)

2. Zulkarnain Kasim, SKM, MBA (Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan)

3. Drs. Abdurrahman, MPH (Kepala Pusrengun SDM Kesehatan

Badan PPSDMK)4. dr. Setiawan Soeparan, MPH (Kepala Pusdiknakes Badan

PPSDMK)5. dr. Ida Bagus Indra Gautama (Kepala Pusdiklat

SDM Kesehatan, Badan PPSDMK)6. dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA (Kepala

Puspronakes LN, Badan PPSDMK)7. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F(K) (Kepala Biro Hukum dan

Organisasi Depkes RI)8. Prof. DR. Mulyohadi Ali, dr (Konsil Kedokteran Indonesia)9. dr. Djauhari Widjajakusumah, PFK (Kolegium Dokter dan Dokter

Keluarga Indonesia)10. drg. Judianto, MPH (Kepala Bidang Pemberdayaan, Puspronakes

LN, Badan PPSDMK)11. dr. Rini Rachmawati, MARS (Kepala Bidang Evaluasi dan

Pemantauan Puspronakes LN, Badan PPSDMK)

Page 39: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

12. Ir. Herwanti Bahar, MSc (Kepala Bidang Evaluasi danPemantauan Puspronakes LN, Badan PPSDMK)

13. Jenny Songkilawang, SKM (Kasubbid Profesi, Puspronakes LN)14. drg. Helmawaty Hamid, MPd (Kasubbid TKKI dan TKKA,

Puspronakes LN)

15. Prof. Dr. Hj. Qomariyah, MS, PKK, AIFM16. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes17. dr. Bernard SM. Hutabarat, PAK18. Prof. DR. Soeharto, dr, MSc, MPdK, SpPD KPTI19. dr. Titi Savitri20. Ira Heriawati, SKp21. dr. Yulherina22. dr. Tom Surjadi, MPH23. dr. Siti Pariani24. Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp.An.KIC, KNA25. Dr. Ova Amelia, dr. SpOG, M.Med26. A. Syahroni, S.Sos, MPd27. Hani Annadoroh, Amd. Keb28. dr. Sugito Wonodirekso, MS, PKK, PHK29. dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc30. DR. Respati S. Drajat, dr. SpOT31. DR. Basuki B. Purnomo, dr. SpU32. drg. Widyawati, MQIH33. Muflihati, S.Kep, Ners34. Dorce Tandung, S.Sos, Msi35. Asril Rusli, SH, MH36. Burlian SH, M.Kes37. drg. Astuty, MARS38. Netty T. Pakpahan, SH, MH39. Uud Cahyono, SH40. Dra. Farida Uli Siahaan, Apt41. Dewi Suci Mahayati M, SSt42. JB. Soekirno43. Wasiyati Djuremi, SKM44. Rr. Kristanti Endah WW, SKM45. Yenni

Sulistyowati, SP C. LAIN‐

LAIN

Page 40: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

1) dr. H. Nur Abadi, MM, Msi (Ketua Asosiasi Rumah Sakit Daerah)2) Lenny Agustaria Banjarnahor, SSt3) drg. Ni Ketut Widyaningsih4) Hadi Suprayogi, SH5) Untung Hermino6) Agus Purnomo Kartiko

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004). Sistem KesehatanNasional, Jakarta: Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Undang‐Undang RepublikIndonesia Nomor 29 tahun 2004: Praktik Kedokteran: Jakarta 2004

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2002). SK. Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi, Jakarta; Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia; Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003: Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003

Konsil Kedokteran Indonesia (2006); Peraturan Konsil KedokteranIndonesia Nomor 1 tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi

Konsil Kedokteran Indonesia (2006); SK. Konsil Kedokteran IndonesiaNomor 20/KKI/KEP/IX/2006 tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter

Page 41: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Konsil Kedokteran Indonesia (2006); SK. Konsil Kedokteran IndonesiaNomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Standar Kompetensi Dokter

A Premier on Family Medicine Pratice, Goh Lee Gan, Azrul Azwar, SugitoWonodirekso, Singapore International Foundation, 2004

Education and Professional Development dalam : Improvving Health System: The Contribution of Family Medicine, Boelen C, Hag C, Hunt VRivo M, Shahady E.Eds, Best Printing Company, Singapore2002

Teaching Family Medicine dalam A Premier on Family Medicine PraticeEd.1, Onion Design Pte Ltd, Singapore 2004

LAMPIRAN

Berita acara presentasi portofolio

Catatan:

Halaman protofolio ini sebaiknya disalin‐sinar (fotokopi)

karena anda akan membuat sejumlah laporan yang sekaligus

merupakan catatan untuk bekal and

berpraktik nantinya.

Pada hari ini tanggal:

........................................................................ telah

dipresentasikan portofilio oleh:

Nama :

........................................................................................

.................. No ID Peserta :

...........................................................................................................

Judul/topik:

.........................................................................................................................

....

.........................................................................................................................

Page 42: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

....

Page 43: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

.........................................................................................................................

....

.........................................................................................

No. ID dan Nama Pendamping :

................................................

(Dr. Pendamping atau staf ahli

lainnya)

No. ID dan Nama Wahana : ............................................................

Nama Peserta No. ID Peserta Tanda tangan

1. ..................................... .....................................

.................................

2. ..................................... .....................................

.................................

3. ..................................... .....................................

.................................

4. ..................................... .....................................

.................................

5. ..................................... .....................................

.................................

6. ..................................... .....................................

.................................

7. ..................................... .....................................

.................................

8. ..................................... .....................................

.................................

9. ..................................... .....................................

.................................

10. ..................................... .....................................

.................................

Page 44: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang

sesunguhnya. Pendamping

( )

N0. ID: ............................................

Page 45: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta :

no. ID dan Nama Wahana :

Topik:

Tanggal (kasus):

Nama Pasien : No. RM

Tangal presentasi: Pendamping:

Tempat presentasi:

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan □ Keteramp □ Penyegaran □

Tinjauan ilan

pustaka□ Diagnostik □ Manajem □ Masalah □ Istimewa

en

□ Neonatus □ Bayi □ An

ak

□ Remaja □ Dewasa □ La

ns

i a

□ Deskripsi:

□ Tujuan:

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas:

□ Diskusi □ Presentasi dan

diskusi

□ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: No registrasi:

Nama klinik: Telp: Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis :

2. Riwayat Pengobatan :

3. Riwayat kesehatan/Penyakit :

4. Riwayat keluarga :

5. Riwayat pekerjaan :

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN )

Page 46: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus):

8. Lain‐lain: ( DIBERI CONTOH : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN

LABORATORIUM DAN TAMBAHAN YANG ADA , SESUAI DENGAN FASILITAS

WAHANA )9. Daftar Pustaka: (DIBERI CONTOH, MEMAKAI SISTEM HARVARD,/VANCOUVER, ATAU MEDIA

ELEKTRONIK)1.

2.

3.

Hasil pembelajaran:

1. Aspek kompetensi 1

2. Aspek kompetensi 2

3. Aspek kompetensi 3

4. Aspek kompetensi 4

5. Aspek kompetensi 5

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Uraikan secara singkat dan jelas semua butir yang sudah

dipelajari sesuai dengan yang tercantum dalam bagian

akhir borang portofolio. Hasil pembelajaran diurai secara

singkat. Supaya menjadi lebih runut dan terpadu,

rangkuman disusun berdasarkan pedoman rekam

medis, SOAP.

• ”Subjektive” (keluhan pasien, diperoleh dari anamnesis dan alo‐

anamnesis),

• ”Objektive” (yang ditemukan oleh dokter dari

pemeriksaan jasmani maupun penunjang)

• ”Assessmen”(Penalaran

klinis/kasus/masalah,

membahas hubungan antara

S dan O, di antara komponen S dan O)

Page 47: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

• ”Plan” = rencana tindakan dan tindak lanjut

terhadap diagnosis, terapi, konsultasi, rujukan,

kontrol, dan terapi berdasarkan A

Contoh Pengisian Portofolio

Ini adalah contoh laporan yang cukup ideal. Upayakan

anda dapat membahas kasus anda sedalam dan seluas

mungkin seperti pada kasus ini. Pembahasan itulah

yang akan menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan anda. Banyak jenis kasus yang

dapat dibahas menggunakan format ini,

termasuk kasus:

1. “General check‐up” atau

2. “KB dan KIA”

3. “Kegawatdaruratan medik” di layanan primer

4. “Ceramah kesehatan” untuk awam

5. “Kunjungan rumah”

6. “Pembinaan keluarga”

7. “Tumbuh kembang anak normal”.

8. “Masalah menajemen klinik misalnya asuransi kesehatan”

9. Dsb. yang mungkin anda akan hadapi dalam

praktik mandiri nantinya.

Dalam buku ini dicontohnya kasus yang cukup menarik

dan membawa banyak masalah sehingga bermanfaat

untuk pembelajaran yaitu “spondilitis TBC”.

Page 48: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Kasus‐1

Topik: Spondilitis TBC

Tanggal (kasus): 13 Mei 2004 Persenter: Dr. Dani Pattiradjawane

Tangal presentasi: 14 Juni 2004 Pendamping: Dr. Sugito Wonodirekso

Tempat presentasi: RR

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka□ Diagnostik √ □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa √ □ Lansia Bumil

□ Deskripsi: Gadis, 29 thn, nyeri pungung kronik, spondilitis TBC, destruksi ringan Th 7‐8 gibus (‐), hendak menikah

5 bulan yad.□ Tujuan: mengobati TBC non‐pulmonar, menyikapi kemungkinan hamil

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi √ □ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: Y No registrasi: 1980.07.143

Nama klinik: Dr. Sugito W Telp: 6221 7987263 Terdaftar sejak: 07‐1980

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Spondilitis TBC, deformitas minimal, Keadaan umum baik, ingin menunda kehamilan

sampai benar‐benar sembuh, nyeri punggung kambuh jika tidak memakai korset khusus.2. Riwayat Pengobatan: Rifampisin, Streptomisin, INH, Pirazinamid, roboransia, korset khusus setelah konsultasi

dengan URM (Unit Rehabiltasi Medis RSCM, Jakarta.3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien belum pernah TBC paru, nyeri punggung sejak

awal tahun 2004, diobati sendiri dan pijat refleksi, tidak ada kemajuan.

4. Riwayat keluarga: Anak perempuan terbesar, ayah sdh. pensiun hipertensi, pernah strok ringan dan sembuh total5. Riwayat pekerjaan: Sekretaris perusahaan swasta, komputer.

6. Lain‐lain : kondisi lingkungan fisik dan sosial untuk mencari fokus infeksi dan memutus rantai penularanDaftar Pustaka:

(3) Harrison text‐book of medicine, Edisi 16

(4)

(5)

Hasil pembelajaran:

Page 49: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

1. Diagnosis TBC non‐pulmonar

2. Waspadai nyeri punggung kronik

3. Regimen terapi TBC non‐pulmonar pada wanita hamil

4. Manfaat kerjasama dengan URM

5. Mekanisme nyeri pungung pada sponsilitis TBC

6. Edukasi untuk pencegahan penularan

7. Motivasi untuk kepatuhan berobat

8. Edukasi tentang hubungan gibus dengan resiko kehamilan

Catatan:

Page 50: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Kasus‐2

Topik: Influensa

Tanggal (kasus): 3 Mei 2008 Persenter: Dr. Dani Pattiradjawane

Tangal presentasi: 14 Juni 2008 Pendamping: Dr. Sugito Wonodirekso

Tempat presentasi: RR

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka

□ Diagnostik √ □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak

□ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Anak laki‐laki, 2 thn, demam, pilek encer, hidung mampet, rewel, tidak mau makan, sulit minum obat. Suhu

38,5oC. Faring tidak hiperemik. Riwayat kejang demam.□ Tujuan:

o mengobati influensa secara komprehensif

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi

□ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: M No registrasi: 2006.01.110

Nama klinik: Dr. Sugito W Telp: 6221 7987263 Terdaftar sejak: 01‐2006

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Influensa, ISNA (Infeksi Saluran Napas Akut), belum tampak infeksi sekunder, kemungkinan

kejang demam, kemungkinan infeksi sekunder, rewel, sulit makan, sulit makan obat. Berat badan 28 2. Riwayat Pengobatan: antipiretik, dekongestan, antibiotik, antikejang

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Vaksinasi lengkap, setahun yl.,(setelah usianya lebin dari 1 tahun) hanya 3x influensa, tanpa

kejang. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan dan 10 bulan.4. Riwayat keluarga: Anak satu‐satunya dari keluarga yang tidak lagi mempunyai ayah karena bercerai. Ibunya bekerja

sebagai pegawai bank dengan posisi cukup tinggi sehingga sangat sibuk. Anak lebih banyak diasuh oleh ”baby sitter”

5. Riwayat pekerjaan: Sekretaris eksekutif kepala cabang

6. Lain‐lain: ‐

Daftar Pustaka:

1. Rakel RE. The Family Physician. In: Essential of Family Practice. Rakel RE. Ed. WB Saunders Company. Philadelphia.

Third Ed. 2006.

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis influensa

Page 51: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

2. Prediksi infeksi sekunder dan kejang

3. Rasionalisasi penggunaan antibiotika

4. Aspek biomedis influensa

5.

Page 52: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Uraikan secara singkat dan jelas semua butir yang sudah

dipelajari sesuai dengan yang tercantum dalam bagian akhir

borang portofolio. Hasil pembelajaran diurai dan dikemas secara

singkat. Supaya menjadi lebih runut dan terpadu,

rangkuman disusun berdasarkan pedoman rekam

medis, SOAP.

• ”Subjective” (keluhan pasien, diperoleh dari anamnesis dan alo‐

anamnesis),

• ”Objective” (yang ditemukan oleh dokter dari

pemeriksaan jasmani maupun penunjang)

• ”Assessment”(Penalaran klinis, membahas hubungan

antara S dan O, di antara komponen S dan O)

• ”Plan” = rencana tindakan dan tindak lanjut terhadap

diagnosis, terapi, konsultasi, rujukan, kontrol, dan terapi

berdasarkan A

Contoh dalam hal kasus no 1

1. S u byek t if : Pasien mengeluh nyeri punggung kronis di tempat yang sama

harus diwaspadai adanya kelainan tulang belakang oleh berbagai sebab

termasuk spondilitis, osteoartrosis, hiperskoliosis, kiposis, lordosis, masalah

ergonomis,dsb.

2.

Objek t if:

Hasil pemeriksaan jasmani, foto ronsen toraks AP dan lateral,

pemeriksaan darah tepi, dan tijauan ergonomis

berdasarkan pekerjaanya sehari‐hari sangat mendukung

diagnosis TBC tulang belakang (spondilitis TB). Pada kasus

ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:

• Gejala klinis (nyeri punggung di tempat yang sama

yang tidak kunjung mereda)

• Gambaran ronsen yang khas

• Endemisitas TB di Idnonesia

Kelainan sesibilitas minimal(neuropati)setinggi L1–L3

Tidak ditemukan hiperskoliosis, spondiloartrosis, ataupun

gangguan ergonomis yang berarti.

Page 53: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

3. ” A s s e s s m ent ”( penalaran klinis): Nyeri pungung berawal dari destruksi

ruas tulang belakang yang menyebabkan deformitas ringan. Secara

biomekanik kejadian ini mengubah garis berat yang melalui sumbu tulang

belakang, yang semula lurus menjadi tergeser dan bersudut di daerah

pungung sehinga beban yang dipikul oleh ”m. errector trunci” kiri dan

kanan tidak seimbang dan muncullah nyeri punggung yang merupakan

manifestasi kelelahan otot di satu sisi. Itulah sebabnya, ketika dalam

posisi tiduran pasien merasa nyerinya hilang dan ketika bangun muncul

lagi.

Keadaan ini membawa konsekuensi pemberian penghilang nyeri dan

pelemas otot untuk sementara. Selanjutnya harus dicari cara untuk

mengurangi beban yang berat sebelah dengan pengunaan korset khusus

hasil konsultasi dengan Unit Rehabilitasi Medis RS. Penggunaan korset

khusus ini ternyata sangat membantu sehingga pasien terbebas dari

kebutuhan akan analgetik sehingga upaya pengobatan terfokus untuk

mengatasi spondilitisnya.

Kepada pasien perlu ditekankan bahwa kehamilan tidak terpengaruh oleh pemakaian OAT

(Obat Anti TB)kecuali streptomisin yang dapat bersifat ototoksik dan

nefrotoksik terutama pada janin. Oleh karena itu selama penggunaan

streptomisin pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan berbagai

cara, misalnya menggunakan kondom jika bersanggama di saat masa

subur. Selain itu, agar tidak terlalu membebani tulang belakang, jika

bersanggama pasien dianjurkan dalam posisi tertelentang.

Keluarganya, terutama suaminya diminta ikut mengawasi pengobatan di rumah,

mengingatkan pasien minum obat dan suntik streptomisin pada waktunya

sampai selesai. Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa

deformitas tulang belakang tidak dapat pulih seperti sediakala dan

karenanya harus menggunakan korset seumur hidup dan olah raga

terbaiknya adalah berenang.

4. ”Pl a n” :

Diagnosis: kecil kemungkinannya keluhan ini bukan disebabkan oleh

TB.Upaya diagnosis sudah optimal.

Pengobatan: penggunaan analgetik sudah selayaknya distop dan

pasien dianjurnya sepenuhnya menggunakan korset. Pengunaan sejumlah

obat secara sinkron dilakukan untuk menghindari MDR (Multiple Drug

Resistance) dan memperpendek masa pengobatan serta membatasi

disabilitas akibat deformitas.

Pendidikan: dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses

penyembuhan dan pemulihan.Untuk itu pada tahap awal pasien dan

keluarganya diminta datang untuk pengarahan secara bertahap.

Anjurkan pasien dan atau keluarganya segera menelepon jika ada hal‐hal

yang meragukan.

Konsultasi: Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Rehabilitasi Medis.

Page 54: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Konsultasi ini merupakan upaya, agar keterbatasan akibat deformitas dapat teratasi tanpa

harus makan analgetik sepanjang hayat untuk nyeri pingangnya.

Rujukan: direncananakan jika proses penyakit berlanjut dan atau terjadi

tekanan saraf spinal neuropati berubah menjadi neuritis perifer pada

dematom yang ybs.

Kegiatan PeriodeHasil yang

diharapkan

• Kepatuhan makan obat

dan pemantauan efek

samping obat

• 10 hari sekali untuk bulan I

• Sebulan sekali

untuk

selanjutnya

• Segera

diketahui

efek samping

obat dan

atau

kesalahan • Laboratorium • Setiap 3 bulan kecuali jika

gejala semakin parah

• Parameter

laboratoriu

m

semuanya

membaik• Ronsen • Setelah 6 bulan

kecuali jika gejala

semakin parah

• Terjadi

proses

perbaikan,

deformitas

tidak makin

parah.• Kehamilan • Segera lapor jika ada

tanda kehamilan

• Jika

hamil

streptomisin

harus

• Nasihat • Setiap kali kunjungan • Kepatuhan

minum

obat dan

pemahaman

akan

penyakitnya

meningkat

Page 55: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia
Page 56: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Dalam contoh kasus no 2

1. ”Subjective”: Keluhan subyektif influensa sudah sangat dikenal oleh

masyarakat oleh karena itu dokter harus mencermati dan berusaha

mengidentifikasi penyakit lain yang mirip atau muncul bersama, misalnya

DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)dan infeksi EBV (Eptein‐Barr

Virus)termasuk CMV (Cytomegalo Virus).2. ”Objektive”: Pasien dengan riwayat kesehatan yang baik dan tercatat semuanya dalam

rekam medis sangat membantu penegakan diagnosis dan penyingkiran DD.3. ”Assessment”: diagnosis pada kasus ini semata‐mata berdasarkan temuan klinis dan catatan

riwayat kesehatan dalam rekam medis. Pemberian antibiotika sebenarnya

tidak diperlukan akan tetapi mengingat pasien ini anak tunggal dengan

orang tua tunggal yang sibuk, dokter terpaksa memberikan antibiotika.

Namun demikian antibiotika itu tidak segera diberikan mealinkan ditunggu

sampai hari ke‐3, jika saat itu demamnya belum mereda. Pasien dianjurkan

untuk tidak membeli antibiotika itu terlebih dahulu dengan menuliskannya

di lembar resep yang berbeda. Dengan demikian pasien mendapat

dua lembar resep yang satu berisi obat anti‐flu yang lainnya berisi

antibiotika.Pada pasien ini perlu dilakukan pengawasan pola suhu

badan agar dapat terdeteksi kemungkinan DHF.4. ”Plan”: Diagnosis dapat berubah sewaktu‐waktu jika terjadi perubahan

mengingat ISNA pada anak‐anak sering berkomplikasi dengan OMA atau

idapan DHF yang tersamar.

Terapi sudah sesuai dan selanjutnya adalah pemantauan kepatuhan

minum obat yang perlu dicermati.

Pemeriksaan laboratorium terutama darah dan urin rutin akan dilakukan jika

sampai hari ke‐3 masih demam dan atau anak tampak ”loyo” atau ada

keluhan sakit perut, mual, dan atau sesak napas.

Pendidikan untuk pasien dan dan keluarganya berupa wewanti bahwa influensa sangat cepat

menular melalui udara pernapasan dan masa inkubasinya sangat cepat,

dalam 24 jam sudah dapat muncul gejalanya jika tertular. Untuk

pencegahan cukup dengan asupan gizi yang baik, istirahat yang cukup,

dan olah raga. Dengan demikian jika tertular dapat sembuh sendiri

tanpa pengobatan yang berarti.

Kontrol dilakukan jika sampai hari ke‐3 masih demam. Kegiatannya

meliputi pemeriksaan jasmani ulang dan jika dipandang perlu dilakukan

pemeriksan laboratorium sesuai dengan dugaan diagnosis tambahan atau

perubahannya saat itu. Pasien diminta segera kontak jika terjadi hal‐hal Lampiran 3 : Pedoman Presentasi Kasus

Page 57: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Pedoman presentasi Kasus

Slaid no: Isi slaid

1. Judul (kasus yang

dipresentasikan) Nama

presentan

Nama anggota kelompok (jika ada)2. Pendahuluan

• Kasus anda rekaan atau asli

• Alasan mengapa kasus ini diajukan:

o Alas an klinis, epidemiologis, atau apa pun presentasi kasus ini

• Yang menarik dari kasus ini

• Fokus pembicaraan

• Masalah pada kasus ini

• Tujuan presentasi ini (terutama yang berkaitan dengan

dampak yang merugikan atau membahayakan pasien)

• Buku acuan a cuan yang dipaka i

3. Data administrative pasien

• Nama,

• No register,

• Status kepegawaian,

• Status sosial, dsb…..

4. Data Demografis

• Alamat

• Agama

• Suku

• Pekerjaan

• Bahasa ibu

• Jenis kelamin

• Dsb.

• Usia

5. Data biologik

• Tinggi badan

Page 58: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

• Berat badan

• Habitus

• Dsb,……..

6. Data Klinis

• Anamnesis terfokus diagnosis

o A

o B

o B

o Dst (tambahkan slide baru jika diperlukan)

• Anamnesis penyingkir DD (Diagnosis banding,DB)

o Berkaitan dengan DD‐1

o

…….

o

…….

o ……. Dst.

7. Pemeriksaan jasmani

• Tanda

vital o

Tensi o

Nadi

o

Dst…..

• Untuk dugaan diagnosis

o Status lokalis sesuai dengan dugaan diagnosis

(tanda klinis yang ditemukan yang mendukung

dugaan diagnosis)

• Dugaan DD (sebaiknya selalu dibuat DD)8. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan (tuliskan “tidak perlu” jika memang

tidak diperlukan dan cantumkan lasannya mengapa tidak diperlukan)

• Laboratorium untuk mencari tanda‐tanda sbb.:

Page 59: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

• 2

• 3

• Dst…….

• Pemeriksaan lain …………………………..

9. Hasil yang diperoleh atau prakirakan data yang akan diperoleh

• 1

• 2

• 3

• Dst…….

• Komentar/simpulan atas hasil tersebut

10. Pemeriksaan penunjang lain

• Alasan pemeriksaan

• Hasil yang dicari

• Hasil yang diperoleh

• Komentar/simpulan atas hasil

• Tuliskan ti d ak p e rl u jika memang tidak memerlukannya

11. Diagnosis

• Tuliskan diagnosis di sini

• Alasannya adalah:

• Dari Anamnesis

• Dari Pemeriksaan jasmani

• Dari Pemeriksan penunjang

• Dari data lainnya ……

12. Diagnosis holistik

• Diagnosis klinis

• Diagnosis biologis

• Diagnosis psikologis

• Diagnosis sosial

13. Strategi Penanganan Masalah

Page 60: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

• Untuk diagnosis klinis

• Untuk diagnosis biologis

• Untuk diagnosis psikologis

• Untuk diagnosis sosial

14. Alasan Konsultasi dan Rujukan jika diperlukan

• Tanda obyektif

o 1

o 2

o 4 dst. …..

• Tanda subyektif

o 1

o 2

o 3 dst…….

• Alasan lainnya?

15. Penjelasan untuk pasien dan keluarganya

• Diagnosis dan konsekuensinya

• Masalah dan risiko yang dihadapi

• Berbagai jalan keluar

• Apa yang sebaiknya dilakukan

• (Biarkan pasien dan keluarganya memilih sendiri)

• Khasiat dan efek samping obat

16. Peran pasien dan kelouarganya dalam penanganan masalah

• Berkaitan dengan obat

• Berkaitan dengan diet

• Berkaitan dengan kegiatan lain,

• Berkaitan dengan masalah agama

• Berkaitan dengan masalah budaya

• ….dsb ……

17. Identifikasi Risiko dan Pencegahannya

• Adakah risiko kambuh, menular atau menurun

• Bagaimana mencegahnya (mungkin juga tidak bisa dicegah)

Page 61: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

18. Ilmu yang dipunyai untuk menanganani kasus ini

• Ilmu Dasar Kedokteran:

o A

o B

o Dsb.

• Ilmu Klinik

o A

o B

o Dsb

• Ilmu Kedokteran Komunitas

Keterampilan

o A

o B

o Dsb.19. Ilmu yang diperoleh dari presentasi ini (inilah yang

dirangkum dalam laporan portofolio, berupa uraian rasionalitas

tindak medis yang dilakukan)

• Ilmu dasar kedokteran:

o A

o B

o Dsb.

• Ilmu klinik

o A

o B

o Dsb

• Ilmu Kedokteran Komunitas

Keterampilan

o A

o B

Page 62: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia
Page 63: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Lampiran 4 : Laporan Pelayanan

Kodekegiatan(1)

Tanggaldan tempatkegiatan(2)

Topik/kegiatan

(3)

Catatanpembimbing(4)

Tanda tanganpembimbing(5)

Keterangantambahan(6)

Page 64: Buku 2 Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

Lampiran 5 : Laporan Penyuluhan

No. ID dan Nama Peserta :

No. ID dan Nama Pendamping :

No. ID dan Nama Wahana :

Tema Penyuluhan :

Tujuan Penyuluhan :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :