20
Pendahuluan Budaya dan Adat Istiadat Jambi Sejarah Pada Zaman Melayu kuno, Kota Jambi mendapatkan keuntungan dari aktivitas perdagangan antara Asia Barat dan Cina, oleh karena itu Negara Cina menjadi sumber informasi mengenai latar belakang sejarah Jambi. Pada Tahun 1460  1907, Jambi yang dikenal akan Kerajaan Islam dikenal sebagai Melayu II. Ratu pertama dalam kerajaan ini adalah Selaro Putri Pinang Masak didampingi oleh suaminya bernama Datuk Paduko Berhalo. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, colonial Belanda mendirikan perusahaan perdagangan mereka di Muara Kampeh.Namun tidak bisa bertahan lamanya pesaing asing dan penolakan dari orang-orang sekitar memaksa VOC menutup perusahaan pada tahun 1625. Ketegangan kembali berlanjut pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil, beliau harus menghadapi banyak kendala seperti persaingan dengan Sultan Johor dan tekanan dari VOC sejak ia memberikan izin perdagangan ke Portugis di Sungai Batanghari. Akhirnya, karena berada di dalam tekanan beliau harus menyetujui persetujuan perjanjian kerjasama dengan VOC ditandatangani oleh anaknya, Pangeran Ratu Raden Penulis yang kemudian menjadi pengganti beliau dan mendapat gelar Sultan Abdul Mahyu Sri Ingolongo. Suatu ketika dalam periode 1665  1690, Sulatan Ingolongo ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Banda. Penangkapan itu memicu aksi masyarakat dan puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha (1856  1904). Pada tahun 1907, Jambi sepenuhnya menyerah kepada kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, gerakan masyarakat dan komunitas pemuda yang didirikan masyarakat Jambi untuk mendukung gerakan pemerintahan Indonesia. Namun, administrasi pemerintahan tidak berjalan mulus karena pemberontakan bergolak di seluruh daerah. Tahun 1948, provinsi Sumatera dibagi menjadi tiga dan Jambi menjadi Provinsi Sumatera Tengah. Administrasi pemerintahan mulai membaik setelah konferensi „Meja Bundar. Tahun 1958, Sumatera Tengah dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah Jambi. Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi merupakan tempat berasalnya Bangsa Melayu yaitu dari Kerajaan

Budaya dan Adat Istiadat Jambi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang budaya jambi dan adat istiadat

Citation preview

Pendahuluan Budaya dan Adat Istiadat JambiSejarahPada Zaman Melayu kuno, Kota Jambi mendapatkan keuntungan dari aktivitas perdagangan antara Asia Barat dan Cina, oleh karena itu Negara Cina menjadi sumber informasi mengenai latar belakang sejarah Jambi.Pada Tahun 1460 1907, Jambi yang dikenal akan Kerajaan Islam dikenal sebagai Melayu II. Ratu pertama dalam kerajaan ini adalah Selaro Putri Pinang Masak didampingi oleh suaminya bernama Datuk Paduko Berhalo.Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, colonial Belanda mendirikan perusahaan perdagangan mereka di Muara Kampeh.Namun tidak bisa bertahan lamanya pesaing asing dan penolakan dari orang-orang sekitar memaksa VOC menutup perusahaan pada tahun 1625. Ketegangan kembali berlanjut pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil, beliau harus menghadapi banyak kendala seperti persaingan dengan Sultan Johor dan tekanan dari VOC sejak ia memberikan izin perdagangan ke Portugis di Sungai Batanghari. Akhirnya, karena berada di dalam tekanan beliau harus menyetujui persetujuan perjanjian kerjasama dengan VOC ditandatangani oleh anaknya, Pangeran Ratu Raden Penulis yang kemudian menjadi pengganti beliau dan mendapat gelar Sultan Abdul Mahyu Sri Ingolongo. Suatu ketika dalam periode 1665 1690, Sulatan Ingolongo ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Banda. Penangkapan itu memicu aksi masyarakat dan puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha (1856 1904). Pada tahun 1907, Jambi sepenuhnya menyerah kepada kolonial Belanda.Setelah Indonesia merdeka, gerakan masyarakat dan komunitas pemuda yang didirikan masyarakat Jambi untuk mendukung gerakan pemerintahan Indonesia. Namun, administrasi pemerintahan tidak berjalan mulus karena pemberontakan bergolak di seluruh daerah. Tahun 1948, provinsi Sumatera dibagi menjadi tiga dan Jambi menjadi Provinsi Sumatera Tengah. Administrasi pemerintahan mulai membaik setelah konferensi Meja Bundar. Tahun 1958, Sumatera Tengah dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah Jambi.Jambiadalah sebuahprovinsiIndonesiayang terletak di pesisir timur di bagian tengah PulauSumatera. Jambi merupakan tempat berasalnya BangsaMelayuyaitu dariKerajaan Malayudi Batang Hari Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama sepertiMelayu Palembangdan Melayu Bengkulu, yaitu berdialek "o".Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45 Lintang Utara, 2,45 Lintang Selatan dan antara 101,10-104,55 Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan denganProvinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan denganProvinsi Sumatera Selatandan sebelah Barat denganProvinsi Sumatera BaratdanProvinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini.Luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus 2010).

1. Suku Bangsa di JambiMasyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci, suku batin, Suku Penghulu, Suku Anak Dalam (Kubu), Suku Bajau, dan Suku Pindah. Selain itu juga ada pendatang yang berasal dariMinangkabau,Batak,Jawa, Sunda, Cina, Indiadan lain-lain.

Sukua. Suku (Melayu) JAMBIWilayah: Seluruh kabupaten di provinsi JambiPopulasi: 1.100.000Bahasa : (Melayu) Jambi

b. Suku Kubu atau Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas dan salah satu yang tertua yang hidup di pulau Sumatera, Kehidupan mereka sekarang sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang berada di Jambi.Wilayah: di ProvinsiJambidanSumatera Selatan

Populasi: 20.000

Bahasa: Kubu

c. Suku Batin sebagian besar tinggal di wilayah sepanjang sungai tambesi, sampai saat ini Suku Batin masih mempertahankan adat istiadat berupa bangunan-bangunan tua yang disebut Kajang Lako karena bentuk dari bubungan rumah mirip dengan perahu.Wilayah: Provinsi Jambi di bagian pedalaman pulauSumateraPopulasi: 72.000Bahasa: (Melayu) Jambi

d. Suku KerinciWilayah:Kabupaten Kerinci, JambiPopulasi: 320.000Bahasa: Kerinci

e. Suku PenghuluWilayah: Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Bungo Tebo, Jambi.Populasi: 25.000Bahasa: (Melayu) Jambi, Minang.

f. Suku Bajau (JAMBI)Wilayah: Pesisir pantai provinsi Jambi.Populasi: -Bahasa: Bajau

g. Suku PindahWilayah: Kabupaten Batang Hari, kabupaten Sarolangun Bangko, JambiPopulasi: 20.000Bahasa: (Melayu) Pindah.

2. Bahasa Jambia. Suku (Melayu) JAMBIBahasa : (Melayu) Jambib. Provinsi Jambi di bagian pedalaman pulauSumatera

Bahasa: (Melayu) Jambic. Suku KerinciWilayah:Kabupaten Kerinci, Jambi

Bahasa: KerinciNama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India TamilSuku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur bahasa Austronesia.Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu, dan paling dekat dengan Minangkabau Deutro Melayu dan Jambi Deutro Melayu. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh - setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu.d. Suku PenghuluWilayah: Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Bungo Tebo, JambiBahasa: (Melayu) Jambi, Minang.

e. Suku Bajau (JAMBI)Wilayah: Pesisir pantai provinsi Jambi.

Bahasa: Bajau

f. SUKU PINDAHWilayah: Kabupaten Batang Hari, kabupaten Sarolangun Bangko, Jambi

Bahasa: (Melayu) Pindah.

3 Kesenian di Jambi

1. Provinsi Jambi berbagai budaya tetapi pada dasarnya berdasarkan budaya Melayu salah satunya sepanjang Sungai Batanghari, masih bisa dilihat orang yang tinggal di Rumah Panggung yang terbuat dari kayu lokal.

A. Kajang Lako Rumah Orang Batin (Jambi)

Identitas Rmah Adat

Orang Batin adalah salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Jambi. Sampai sekarang orang Batin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan peninggalan bangunan tua pun masih bisa dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini.

Konon kabarnya orang Batin berasal dari 60 tumbi (keluarga) yang pindah dari Koto Rayo. Ke 60 keluarga inilah yang merupakan asal mula Marga Batin V, dengan 5 dusun asal. Jadi daerah Marga Batin V itu berarti kumpulan 5 dusun yang asalnya dari satu dusun yang sama. Kelima dusun tersebut adalah Tanjung Muara Semayo, Dusun Seling, Dusun Kapuk, Dusun Pulau Aro, dan Dusun Muara Jernih. Daerah Margo Batin V kini masuk wilayah Kecamatan Tabir, dengan ibukotanya di Rantau Panjang, Kabupaten Sorolangun Bangko.

Pada awalnya orang Batin tinggal berkelompok, terdiri dari 5 kelompok asal yang membentuk 5 dusun. Salah satu perkampungan Batin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang. Rumah-rumah di sana dibangun memanjang secara terpisah, berjarak sekitar 2 m, menghadap ke jalan. Di belakang rumah dibangun lumbung tempat menyimpan padi.

Pada umumnya mata pencaharian orang Batin adalah bertani, baik di ladang maupun di sawah. Selain itu, mereka juga berkebun, mencari hasil hutan, mendulang emas, dan mencari ikan di sungai.2. Batik dan Songket Jambi memiliki karakteristik yang berbeda dari provinsi-provinsi lain di Indonesia dengan karakteristik bunga-bunga.3. Pakaian Adat

A. Busana Tradisional Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi. Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju tanpa lengan. Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala. Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.

B. Pakaian Adat Pria

Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya. Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan. Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas.Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge (celana). Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning. Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning. Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat berjaalan.

B. Pakaian Adat WanitaBusana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket clan selendang songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung. Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras. Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah. Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung. Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan. Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada), pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.4. Tari-Tariana. Tari Rantak Kudo disebut begitu karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda, tarian ini dilakukan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.b. Tari Serengkuh Dayung menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan dan ditarikan oleh penari putri.c. Tari Baselang menceritakan tentang semangat gotongroyong masyarakat desa dan ditarikan putra putridd. Tari Inai untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai di malam hari, sebelum duduk di pelaminan ditarikan Putra dan Putri.e. Tari Japin Rantau menggambarkan prikehidupan masyarakat di pesisir pantai.f. Tari Tauh JambiTari Tauh Jambi merupakan tarian khas Daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur, Kecamatan Gunung Raya. Pergaulan atau hubungan muda-mudi (bujang gadis) digambarkan dalam tarian ini. Tarian ini telah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang dan diwariskan secara turun temurun. Hingga akhirnya masyarakat tidak mengetahui siapa sebenarnya pencipta tarian yang telah mengakar ditengah-tengah masyarakat. Hari ini, tari Tauh Jambi sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tari tradisional yang sangat digemari masyarakat.

Perayaan-perayaan, kenduri Sko, dan penyambutan tamu menjadi helatan saat tarian ini ditampilkan didepan publik. Tarian Tauh Jambi biasanya ditarikan ketika menyambut Rajo dan Berelek Gedang. Helatan yang paling sering dihiasi oleh tarian ini ialah Beselang Gedang atau gotong royong menuai padi ketika panen berlangsung. Oleh sebab itu, tarian ini juga menggambarkan perasaan suka cita dan syukur dari masyarakat adatnya.

Seperti tarian Jambi pada umumnya, tarian ini dibawakan laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Posisi tubuh dari tarian ini adalah kombinasi dari gerakan dalam posisi berdiri. Musik rebab, gong, dan nyanyian klasik yang disebut mantun mengiringi tarian ini. Empat laki-laki dan empat perempuan melenggok dalam alunan music melayu bersyair pantun. Uniknya, durasi tarian ini bergantung pada panjang pendeknya pantun yang disenandungkan dan kesanggupan penarinya sendiri. Tak jarang tarian ini berlangsung dari senja hari sampai pagi.

Selain menggambarkan rasa syukur dan suka cita masyarakat adatnya, tarian dan nyanyian ini juga mengisahkan kehidupan masyarakat desa, percintaan, dan adat istiadat. Busana khas Lumpur berwarna coklat membalut tubuh para penari. Tak lupa tutup hiasan perak digunakan untuk mempercantik penampilan para penari. Seperti juga tarian khas Jambi pada umumnya, tari Tauh Jambi ini acap dilakukan di lapangan terbuka namun ada juga di dalam ruangan hal itu sesuai dengan waktu dan acara.

Adapun musik pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, dan Gendang. Selain ketiga alat musik tersebut, biola digunakan sebagai alat musik melodik yang berlagam melayu. Pada saat sekarang Tari Tauh sering ditampilkan pada acara resmi yang diadakan Pemerintah kecamatan/kabupaten dan juga pada acara pernikahan. Sedangkan lagu yang mengiringi Tari Tauh adalah Krinok dan pantun-pantun anak Muda.

g.Tari Selaras Pinang Masak adalah sejenis tari Melayu dari Jambi dengan gerakan-gerakan yang sangat dinamis. Gerakan-gerakan tersebut lebih mirip kombinasi antara silat, aerobic, dan kungfu. Nama Selaras Pinang Masak ini diambil nama Puteri Selaras Pinang Masak yang konon memerintah Jambi pada zaman dahulu kala.

Konon, Putri Selaras Pinang Masak dulunya adalah istri dari Datuk Paduka Berhala. Datuk Padukan Berhala merupakan penguasa negeri Melayu Jambi yang berasal dari Turki. Namun hingga saat ini belum ada bukti nyata berdasarkan penelitian atau catatan sejarah yang relevan. Pasalnya, tidak ada satu silsilah yang mengurutkan dengan tepat dan dapat dipercaya secara keilmuan (nasab) tentang hirarki Sang Datuk, baik dari garis keturunan ayahnya maupun ibunya dengan raja-raja Islam penguasa daratan Eropa itu.

h.Salah satu tarian tradisional khas Provinsi Jambi yang terkenal ialah Selampit Delapan. Pergaulan muda-mudi di Jambi digambarkan dalam tarian ini. Tari ini mempunyai nilai yang sangat penting dalam merekatkan pergaulan.

i. Tari Sekapur Sirih dilakukan untuk menyambut tamu yang dihormati dan ditarikan oleh remaja putri.

Orang penting yang melancong ke tanah Jambi pastilah beruntung karena akan disuguhkan gerak tari yang lembut dan halus berkolaborasi dengan iringan musik dan syair yang agung. Tari tersebut ialah Tari Sekapur Sirih. Tari ini merupakan tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi.

Tarian ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962. Pada tahun 1967 tarian ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Tari ini mendeskripsikan perasaan lapang dan terbuka yang dimiliki orang-orang Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke daerah mereka. Jumlah penari dalam tarian ini ialah 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki-laki. Di antara dua belas penari tersebut satu orang bertugas memegang payung, dua orang pengawal, dan sisanya menari4. Agama di Jambi

Sejarah Kementerian AgamaBangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat-terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan.Dalam pelaksanaan pembangunan nasional semangat keagamaan tersebut menj adi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan.Secara historis benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri sejak abad V Masehi, dengan berdirinya kerajaan Kutai yang bercorak Hindu di Kalimantan melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah.Pada abad VIII corak agama Budha menjadi salah satu ciri kerajaan Sriwijaya yang pengaruhnya cukup luas sampai ke Sri Lanka, Thailand dan India. Pada masa Kerajaan Sriwijaya, candi Borobudur dibangun sebagai lambang kejayaan agama Budha. Pemerintah kerajaan Sriwijaya juga membangun sekolah tinggi agama Budha di Palembang yang menjadi pusat studi agama Budha se-Asia Tenggara pada masa itu. Bahkan beberapa siswa dari Tiongkok yang ingin memperdalam agama Budha lebih dahulu beberapa tahun membekali pengetahuan awal di Palembang sebelum melanjutkannya ke India.Menurut salah satu sumber Islam mulai memasuki Indonesia sejak abad VII melalui para pedagang Arab yang telah lama berhubungan dagang dengan kepulauan Indonesia tidak lama setelah Islam berkembang di jazirah Arab. Agama Islam tersiar secara hampir merata di seluruh kepulauan nusantara seiring dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam seperti Perlak dan Samudera Pasai di Aceh, kerajaan Demak, Pajang dan Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Cirebon dan Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, keraj aan Tidore dan Ternate di Maluku, keraj aan Banjar di Kalimantan, dan lain-lain.Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan Belanda banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah. Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Sultan Agung Mataram, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Agung Tirtayasa, Sultan Hasanuddin, Sultan Goa, Sultan Ternate, Pangeran Antasari, dan lain-lain.Pola pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut diatas pada umumnya selalu memiliki dan melaksanakan fungsi sebagai berikut:Fungsi pemerintahan umum, hal ini tercermin pada gelar Sampean Dalem Hingkang Sinuhun sebagai pelaksana fungsi pemerintahan umum.Fungsi pemimpin keagamaan tercermin pada gelar Sayidin Panatagama Kalifatulah.Fungsi keamanan dan pertahanan, tercermin dalam gelar raja Senopati Hing Ngalogo. Pada masa penjajahan Belanda sejak abad XVI sampai pertengahan abad XX pemerintahan Hindia Belanda juga mengatur pelayanan kehidupan beragama. Tentu saja pelayanan keagamaan tersebut tak terlepas dari kepentingan strategi kolonialisme Belanda. Dr.C. Snuck Hurgronye, seorang penasehat pemerintah Hindia Belanda dalam bukunya Nederland en de Islam (Brill, Leiden 1911) menyarankan sebagai berikut:Sesungguhnya menurut prinsip yang tepat, campur tangan pemerintah dalam bidang agama adalah salah, namun jangan dilupakan bahwa dalam sistem (tata negara) Islam terdapat sejumlah permasalahan yang tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan agama yang bagi suatu pemerintahan yang baik, sama sekali tidak boleh lalai untuk mengaturnya. Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda di bidang agama adalah sebagai berikut:Bagi golongan Nasrani dijamin hak hidup dan kedaulatan organisasi agama dan gereja, tetapi harus ada izin bagi guru agama, pendeta dan petugas misi/zending dalam melakukan pekerjaan di suatu daerah tertentu.Bagi penduduk pribumi yang tidak memeluk agama Nasrani, semua urusan agama diserahkan pelaksanaan dan perigawasannya kepada para raja, bupati dan kepala bumiputera lainnya.Berdasarkan kebijaksanaan tersebut, pelaksanaannya secara teknis dikoordinasikan oleh beberapa instansi di pusat yaitu:Soal peribadatan umum, terutama bagi golongan Nasrani menjadi wewenang Departement van Onderwijs en Eeredienst (Departemen Pengajaran dan Ibadah).Soal pengangkatan pejabat agama penduduk pribumi, soal perkawinan, kemasjidan, haji, dan lainlain, menjadi urusan Departement van Binnenlandsch Bestuur (Departemen Dalam Negeri).Soal Mahkamah Islam Tinggi atau Hofd voor Islamietische Zaken menjadi wewenang Departement van Justitie (Departemen Kehakiman). Pada masa penjajahan Jepang kondisi tersebut pada dasarnya tidak berubah. Pemerintah Jepang membentuk Shumubu, yaitu kantor agama pusat yang berfungsi sama dengan Kantoor voor Islamietische Zaken dan mendirikan Shumuka, kantor agama karesidenan, dengan menempatkan tokoh pergerakan Islam sebagai pemimpin kantor. Penempatan tokoh pergerakan Islam tersebut merupakan strategi Jepang untuk menarik simpati umat Islam agar mendukung cita-cita persemakmuran Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon.Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak jaman kolonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke II. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna rohaniah terhadap kemajuankemajuan yang akan dicapai. Berdirinya Departemen Agama pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang Agama ayat 1, dan 2:Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.Dengan demikian agama telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam_praktek kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.AGAMA/KEPERCAYAAN Suku Melayu Jambi hampir 100% merupakan kaum Muslim. Di setiap kelurahan bahkan hampir di seluruh RT (Rukun Tetangga) berdiri mesjid atau langgar, madrasah atau tempat pengajian (tempat untuk latihan dan pengajaran agama), lengkap paling tidak dengan satu orang ulamanya (guru agama Islam dan ahli hukum Islam).Bagi suku Melayu Jambi, semua prinsip dan bimbingan dalam pengaturan kehidupan manusia berasal dari nenek moyang mereka, yang sebaliknya bersumber dari penulisan yang menyatakan kebenaran, Al Qur'an dan kitab Hadis.5. Flora dan Fauna Khas Jambi

Palem Merah

Palem merah (Cyrtostachys lakka Becc.) adalah tanaman hias populer yang biasa dijumpai di pekarangan rumah. Nama merah diambil dari warna pelepah daunnya yang merah pekat menyala. Palem merah sekarang menjadi salah satu tumbuhan langka karena eksploitasi besar-besaran di hutan Sumatra dan Malaya, tempat asalnya Terdapat varian yang sekarang dianggap sebagai varietas, yang dikenal sebagai palem jingga (C. renda Blume).

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.6. Upacara AdatUpacara Lingkaran Hidup Manusia: Upacara-upacara ini dilakukan sejak seseorang dilahirkan sampai meninggal, dengan artian untuk memperingati saat-saat seseorang individu memasuki suatu tingkatan sepanjang hidupnya. Penyelenggaran upacara ini terutama pada masa kehamilan, kelahiran, dewasa, perkawinan, dan kematian.Upacara Kelahiran: Saat umur kandungan seorang wanita menginjak 7 bulan, keluarganya secara resmi memberitahukan hal ini paling tidak pada 2 orang dukun yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Upacara pemberitahuan ini disebut dengan istilah Menuak/Nuak, yang maksudnya agar dukun siap memberi pertolongan jika tiba saatnya melahirkan. Dalam upacara ini masing-masing dukun diberi hantaran berupa nasi kunyit beserta laukpauknya.Ketika wanita hamilan tersebut menghadapi saat kelahiran, para dukun yang sudah dipesan segera datang memberi pertolongan. Dukun wanita bertugas menyambut kelahiran anak, sedangkan dukun laki-laki yang berada di balik pembatas ruangan tempat melahirkan membacakan mantra agar anak dapat lahir dengan lancar dan lengkap serta ibunya dalam keadaan selamat. Untuk menghindari pengaruh jahat saat melahirkan, disediakan benda-benda yang dianggap mengandung unsur-unsur magis seperti buah kundur, jimat yang terbuat dari untaian jeringo bangle, pisau kecil dan lain-lain.Saat bayi berumur 7 hari, diadakan upacara mandi ke sungai (mandi kayik) dipimpin oleh dukun yang menolong melahirkan. Dalam upacara tersebut sekaligus diadakan prosesi pemberian nama kepada anak. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari dilakukan upacara memoton rambut untuk pertama kalinya yang dilakukan oleh para alim ulama dan Tua-tua tengganai. Selain itu diadakan pula upacara Basuh Tangan, acara tersebut diselenggarakan bersamaan saat sang ibu telah dalam keadaan bersih dan pulih kesehatannya pasca melahirkan. Tujuan dari upacara tersebut adalah sebagai permohonanan supaya sang anak dikaruniai sifat rajin, kuat, gemar bekerja, suka menolong, jujur, patuh, dan sifat-sifat baik lainnya.Masa Dewasa: Setelah anak mencapai umur 6-10 tahun, khusus bagi anak laki-laki diadakan upacara khitanan (sunat), sedangkan bagi anak perempuan dilkukan upacara Batindik (melubangi telinga). Upacara pendewasaan tersebut biasanya dilakukan bersamaan dengan tradisi Khatam Quran sebagai bekal hidup dalam masa dewasa.Upacara Perkawinan: Rangkaian upacara ini diawali dengan adat pergaulan anatara pemuda dan perempuan yang dikenal dengan itilah Berserambahan. Dalam acara ini mereka memperlihatkan keahlian berpantun yang disebut Seloka Muda, Setelah keduanya sepakat untuk menikah, maka berlaku tahap berikutnya:1. Berusik sirih bergurau pinang: Merupakan tahap menjajaki perasaan masing-masing pihak untuk mengetahui apakah hubungan dapat dilanjutkan dengan perkawinan.2. Duduk bertuik, tegak bertanyo: merupakan tahap untuk mengetahui keadaan gadis yang menyangkut silslah, budi pekerti, sopan santun pergaulan, serta kemungkinan persetujuan orangtuanya.3. Ikat buatan janji semayo: adalah musyawarah resmi keluarga kedua belah pihak untuk membicrakan waktu pertunangan dan perkawinan.4. Ulur antarserah terimo pusako: yaitu pihak laki-laki menepati janji dengan mengantarkan barang-barang ke rumah si gadis sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.5. Sebagai inti dari suatu upacara pernikahan terjadi pada saat Sedekah Labuh, yang mana pada aat itu perkawinan diresmikan dengan akad nikah dan akad Kabul di hadapan seorang pemuka agama.

Upacara Kematian: Saat menghadapi masa kritis, manusia perlu melakukan suatu perbuatan untuk memperteguh iman dan menguatkan dirinya. Dalam hal ini, menurut kepercayaan setempat perlu diadakan upacara pengucapan mantra-mantra secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang dukun. Atau menurut agama Islam diwujudkan dalam bentuk pembacaan Bardah dan Surat Yasin oleh seorang pemuka agama. Begitu orang yang bersangkutan wafat, kembali dibacakan ayat-ayat suci oleh salah seorang keluarganya.

Keluarga yang terkena musibah wajib memberitahukan berita dukacita itu kepada kepala kaum kerabatnya (tua tengganai) dan Imam Masjid. Setelah itu jenazah dimandikan, dibalut kain kafan, dan disholatkan. Setelah itu jenazah bisa disemayamkan dan dipasang batu nian serta ditutup dengan pembacaan doa. Pada malam harinya diselenggarakan pengajian dan tahlil selama 3-7 malam oleh kerabat dan tetangga dekat orang yang meninggal. Pada hari ke-7 setelah kematian diadakan upacara Naik Tanah yaitu memperbaiki tanah perkuburan. Rangkaian upacara tersebut diakhiri dengan makan bersama (sedekah selamatan) untuk memperingati orang yang meninggal.

Disamping upacara upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia, masyarakat Jambi juga mengenal beberapa upacara tradisional lainnya. Jenis upacara ini diselenggarakan berkenaan dengan aktivitas hidup mereka sehari-hari antara lain: Mintak ahi ujan: adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk meminta hujan segera turun. Upacara ini mengandung unsur sinkretis antara kepercayaan nenek moyang dan agama Islam yang mana upacara ini ditujukan kepada dewa (mambang) yang mengatur hujan. Sedangkan dari segi agama ditandai dengan sembahyang secara agama Islam untuk meminta hujan. Nugal Bejolo: yaitu upacara sehubungan dengan pekerjaan menanam padi, yang sangat penting artinya sebagai pengukuhan nilai-nilai budaya yang berlaku turun-temurun. Upacara ini juga menonjolkan aspek social lainnya, yakni memberi kesempatan bagi muda-mudi untuk bergaul lebih akrab. Kumau: juga merupakan suatu upacara yang berkaitan dengan bidang pertanian. Upacara ini diselenggarakan saat penduduk hendak memulai kegiatan bersawah dan biasanya diselenggarakan setahun sekali pada musim hujan. Adapun tahap-tahap dalam upacara ini adalah: Ngapak Jambe (membuka lahan), nyiram, beneih padei, (menyiram benih padi yang akan ditanam dengan air bermantra), ngambau beneih (menabur benih padi di sawah) dan mamasang pupuh (memasang daun-daunan di tengah lading persemaian). Ngayun luci: merupakan upacara yang juga berkaitan dengan pertanian. Tujuannya adalah untuk memohon keberhasilan panen.

Tugas Akhir GeografisTugss Akhir Geografis Tentang Adat Istiadat Provinsi Jambi

Dibuat Oleh : Bathrix LennaKelas : VII SMPSekolah : SMP Advent II Setiabudi Bandung