12
K8-X.78-14 Selengkapnya Baca Halaman 7 balitravel_97_indonesia.indd 1 balitravel_97_indonesia.indd 1 1/7/2015 3:28:51 PM 1/7/2015 3:28:51 PM

Btnp 97 indo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

http://balitravelnewspaper.com

Citation preview

Page 1: Btnp 97 indo

K8-X.78-14

Selengkapnya Baca Halaman 7

balitravel_97_indonesia.indd 1balitravel_97_indonesia.indd 1 1/7/2015 3:28:51 PM1/7/2015 3:28:51 PM

Page 2: Btnp 97 indo

2 No. 97 11 - 24 Januari 2015SEPUTAR BALI

BALI DISTRIBUTOR: PT. DELTA SATRIA DEWATAJl. Imam Bonjol 226 A - Denpasar

Email : marke [email protected].

BALI DISTRIBUTOR: PT. DELTA SATRIA DEWATAJl. Imam Bonjol 226 A - Denpasar

Email : marke [email protected].

K12-III.45-13

K12-III.46-13

K12-II-68-14

PERTUMBUHAN ekonomi Bali selama lima tahun terakhir masih cukup stabil. Meski berbagai rintangan yang harus dihadapi, pertumbuhan eko-nomi Bali pada Triwulan ke ga tahun 2014, tumbuh pada kisaran 6,02 – 6,40 % diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Namun disisi lain, perekonomian Bali mendapat tekanan dari peningkatan harga ba-rang, yang tercermin dari meningkatnya angka inflasi pada Bulan Januari sebesar 5,8 %. Oleh karenanya, tantangan pembangunan perekonomian ke depan, menuntut peningkatan profesionalisme semua unsur penyelenggara pembangunan, baik pemerintah, perbankan, swasta maupun masyarakat sehingga inflasi di Bali tetap stabil.

Demikian disampaikan Gubernur Bali Mangku Pas ka dalam sambutannya pada acara Serah Terima Jabatan Pimpinan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Senin (22/12) di Graha Tirta Gangga Bank Indonesia, Renon, Denpasar. “Pimpinan Per-wakilan yang baru diharapkan bisa mengop mal-isasikan tugas dan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mempunyai tugas dalam kebijakan moneter dengan memberikan perha an yang lebih besar dalam mengendalikan inflasi daerah, terutama dengan mengefek an tugas-tugas Tim Pengendal-

ian Inflasi Daerah (TPID)”, harapnya. Selain itu Pas ka juga berharap TPID dapat diben-

tuk di seluruh Kabupaten/Kota di Bali, karena dengan terbentuknya TPID tekanan inflasi di Provinsi Bali dapat diarahkan untuk dapat rendah dan stabil, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan angka kemiskinan dapat ditekan. Oleh sebabnya, kerjasama yang sudah terjalin dengan baik antara Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia, serta pemangku kepent-ingan lainnya agar terus di ngkatkan, termasuk dalam op malisasi sumber daya ekonomi daerah.

Sementara Depu Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menyampaikan saat ini perekonomian

secara nasional mengalami penurunan yang disebabkan oleh turunnya harga komodi sumber daya alam (SDA) seper batu bara, karet dan lain-lain. Saat ini pertum-buhan ekonomi secara nasional sebesar 5,1 % yang terutama melipu daerah-daerah penghasil SDA sep-er Kalimantan, Sumatera, Papua dan lain-lain. Namun keadaan tersebut justru terbalik dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali yang cenderung mengalami kenaikan yakni sebesar 6,4 %, menurut Mirza hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi Bali ditopang oleh sektor pariwisata bukan SDA.

Oleh sebabnya, Mirza menyampaikan banyak yang harus dicontoh oleh Provinsi lain dari Provinsi Bali, bagaimana bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya dengan memanfaatkan sek-tor pariwisata karena banyak pariwisata Provinsi lain yang bisa diberdayakan dan dikembangkan dan jangan hanya mengandalkan SDA karena tentunya lambat laun SDA bisa menipis bahkan habis.

Benny Siswanto yang hampir dua tahun ber-tugas di Provinsi Bali menyerahkan jabatannya kepada Kacab baru Dewi Setyowa . Benny dipindah tugaskan ke Jawa Timur, sementara Dewi Setyowa sebelumnya bertugas sebagai Depu BI Wilayah IX Sumatera Utara. BTNewspaper/RD

Bank Indonesia, Kendalikan Inflasi Bali

PIONIR pariwisata Bali, Ida Bagus Kompyang (Ida Pedanda Gde Ngurah Karang) dari Geriya Tampak Gangsul Denpasar meninggal dunia Jumat siang (19/12). Ida Bagus Kompiang, ayah dari Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya mangkat di Denpasar, setelah lama berbaring sakit. Pak Kompiang—begitu dia biasa disapa—dikenal sebagai salah satu perin s atau pionir pariwisata Bali.

“Pria yang dilahirkan di Kota Sin-garaja 11 April 1927 itu meninggal dalam usia 87 tahun banyak berkiprah dalam kemajuan pariwisata Bali,” kata Pengamat Pariwisata Bali yang juga guru besar Universitas Udayana Prof Dr Nyoman Darma Putra, penulis buku biografi almarhum di Denpasar.

Ida Bagus Kompiang semasa hidup bersama istrinya AA Mirah Astu Kom-piang adalah putra daerah yang per-tama kali membangun hotel di Pantai Sanur. Darma Putra, penulis biografi almarhum tahun 2012 berjudul “Ida Bagus Kompiang-Anak Agung Mirah Astu : Pasangan Pionir Pariwisata Bali” yang mengisahkan perjalanan hidup Ida Bagus Kompiang dan keluarganya dalam merin s usaha pariwisata.

Selain itu juga mengulas pengab-diannya dalam organisasi sosial sep-er Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) dan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).

Menurut Darma Putra, sosok Ida Bagus Kompiang mendirikan Hotel Segara Village tahun 1956, sepuluh tahun lebih dulu dari pada berdirinya Hotel Bali Beach (GBB) Sanur.

Pionir Pariwisata Bali Ida Bagus Kompyang

Telah Berpulang

balitravel_97_indonesia.indd 2balitravel_97_indonesia.indd 2 1/7/2015 3:28:54 PM1/7/2015 3:28:54 PM

Page 3: Btnp 97 indo

3No. 97 11 - 24 Januari 2015SEPUTAR BALI

K12-V.30-12

SETELAH sukses menyelenggarakan Penganugrahan Tri Hita Karana (THK) Awards, Yayasan THK Bali menggelar acara syukuran sekaligus pembubaran pani a THK Awards 2014.

Ketua Yayasan THK Bali, Wisnu Wardana mengatakan tak hanya pembubaran Pani a THK Awards, namun juga ada penganugrahan THK Awards bagi beberapa hotel dan instansi yang belum sempat menerima penghargaan di Art Center beberapa waktu yang lalu.

Adapun hotel dan instansi yang menerima penghar-gaan antara lain Indonesian Tourism Development Centre (ITDC) Bali, Undiknas Denpasar, Danoya Private Luxury Resi-dences, Hotel Shorea Beach Resort. Disertai pula dengan penyematan Pin THK bagi pimpinan Hard Rock Hotel Bali.

“Mulai tahun 2015, penganugrahan THK Awards akan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub). Nan kita akan sosialisasikan kembali. Melalui Pergub,

seluruh hotel di Bali wajib mengiku THK Awards,” kata Wisnu Wardana.

Wisnu Wardana menambahkan nan setelah berlaku-nya Peraturan Daerah (Perda) pada tahun 2016, seluruh hotel dak hanya wajib ikut, namun juga ada punishmentbagi hotel yang dak ikut. Seper halnya ke ka hotel ber-bintang memperpanjang bintang mereka selama 2-3 tahun harus melampirkan ser fikat THK Awards, minimal harus Emerald atau Pla num.

Direktur HRD Hard Rock Hotel Bali, Wayan Sumawidana mengungkapkan Hard Rock Hotel Bali telah menerapkan konsep THK secara intensif dan berkelanjutan. “Kami yakin dengan menerapkan konsep Tri Hita Karana akan mem-bawakan dampak posi f terhadap perkembangan dunia pariwisata di Bali,” ungkap Sumawidana. BTNewspaper/Titah Pratyaksa

Hotel Segara Village masih terus hadir dan eksis dengan kat-egori bintang empat sampai sekarang. Sejak awal kehadirannya, Hotel Segara Village menciptakan program malam kesenian yang disebutkan dengan “Bali Night”. Hotel tersebut mementaskan kesenian Bali dan wisatawan mancanegara menikma hiburan sambil menikma suguhan makan malam.

Ida Bagus Kompiang yang telah “didwi ja ” menjadi pemimpin ritual umat Hindu (Pedanda) mendapat kepercayaan dari Pemer-intah Pusat tahun 1960 untuk memimpin rombongan kesenian Bali mengadakan promosi ke luar negeri. Tim kesenian Bali dari Sanur tampil di berbagai kota besar di mancanegara mempro-mosikanseni budaya dan pariwisata Bali. “Program `Indonesia Floa ng Fairs` (pameran dagang dan wisata di atas kapal laut), dengan tujuan Hawaii, Jepang, Hong Kong, Filipina, Thailand, dan Singapura,” ujar Darma Putra.

Sosok Ida Bagus Kompiang juga tokoh pertama yang merin s pendirian organisasi PHRI Bali dan menjadi pemimpinnya. Beliau juga pernah bertahun-tahun menjadi Ketua LVRI (Legiaun veteran Republik Indonesia) Cabang Bali. Ida Bagus Kompiang mendapat kepercayaan menjadi konsul kehormatan beberapa negara Skan-dinavia seper Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Denmark. Posisi sebagai konsul kehormatan itu diteruskan oleh anak dan cucunya atas jasanya,

Pemprov Bali melalui Dinas Pariwisata Bali memberikan an-ugerah “Karya Karana Pariwisata” sebagai pelopor, tahun 2003. Jasa Ida Bagus Kompiang dalam pembangunan awal pariwisata Bali sangat besar. Beliau memainkan peranan pen ng sebagai peletak dasar bentuk pariwisata yang bertolak dan melestarikan kebudayaan.

Selain itu adalah tokoh panutan, karena jasanya dan kes-uksesannya mecetak generasi penerus bisnis pariwisata dalam keluarganya. Putra sulungnya, Ida Bagus Ngurah Wijaya, dak saja sibuk menjalankan bisnisnya, tetapi se a mengabdi dalam organisasi profesi seper menjadi ketua BTB/GIPI.

Lebih dari itu, dalam jenjang terakhir hidupnya, Ida Bagus Kompiang mengabdikan diri sebagai pedanda dan mendharm-abhak kan waktu dan tenaganya membangun Bali lewat dunia spiritual keagamaan.

“Saya bersyukur bisa menulis biografi beliau sehingga bisa membagikan pengalaman dan perjuangan beliau kepada publik lewat buku. Sejarah pariwisata Bali dalam 50 tahun terakhir, seba-gian bisa dilihat dari kiprah Ida Bagus Kompiang,” ujar Darma Putra yang juga Ketua Program Studi S-2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana. BTNewspaper/RD

Syukuran dan Pembubaran Panitia THK Awards 2014

balitravel_97_indonesia.indd 3balitravel_97_indonesia.indd 3 1/7/2015 3:28:58 PM1/7/2015 3:28:58 PM

Page 4: Btnp 97 indo

4 No. 97 11 - 24 Januari 2015DESTINASI

K12-I.6-14 K12-II.1-13

MENYAMBUT akhir tahun 2014, wisatawan domes k maupun mancanegara berbondong-bondong datang dan mengun-jungi pulau Bali yang terkenal sebagai des-

nasi wisata dunia. Tak heran jika hampir semua daerah tujuan wisata yang ada di Pulau dewata ini dipada oleh wisatawan.

Jika para wisatawan biasa dimanjakan dengan keindahan pura maupun wisata air yang ada di Bali, maka DTW Sangeh meru-pakan salah satu tempat wisata dengan daya tarik is mewa dibandingkan dengan obyek wisata tersebut. Terletak di Desa Sangeh, Kecamata Abiansemal, kabupaten Badung ini merupakan sebuah desa yang terkenal dengan monyet-monyet berkeli-aran dengan bebas di hutan tersebut. Tidak hanya dapat melihat monyet-monyet yang berkeliaran bebas, para wisatawan juga dapat bejalan disepanjang hutan yang sejuk dan dapat melihat Pura di tengah hutan.

Pura yang bernama Pura Bukit Sari merupakan Pura yang sudah berdiri sejak Kerajaan Mengwi dan saat ini Pura tersebut tetap menjadi tempat persembahyangan oleh penduduk sekitar desa Sangeh.

Bertepatan pada tanggal 1 Januari 2015, obyek wisata Sangeh mampu menyedot ri-buan pengunjung, hal ini se-cara langsung diungkapkan oleh Bapak Sumohon selaku Manager Ope rasional dari obyek wisata Sangeh mengungkapkan sejak mulai dibuka pada pukul 08.00 hingga siang hari ke ka m Bali Travel Newspaper datang berkunjung, daerah wisata ini sudah dikunjungi oleh ga ribu pengunjung. Ini bisa dilihat dari jumlah ket yang terjual.

Ana, salah satu pengun-jung asal Yogyakarta men-gungkapkan dirinya merasa senang dapat berkunjung dan menikma daerah wisata yang ada di Bali khususnya Sangeh, karena selain dapat melihat ban-yak monyet yang lucu-lucu, dia juga senang berjalan di hutan hingga akhirnya melihat Pura yang klasik dimatanya. BTNews-paper/Opik

Ribuan Wisatawan Padati Ribuan Wisatawan Padati Obyek Wisata SangehObyek Wisata Sangeh

Awal Tahun Baru 2015

balitravel_97_indonesia.indd 4balitravel_97_indonesia.indd 4 1/7/2015 3:29:04 PM1/7/2015 3:29:04 PM

Page 5: Btnp 97 indo

5No. 97 11 - 24 Januari 2015DESTINASI

B-II.24-12K12-I.16-14

PIODALAN di Pura Luhur Pakendungan, Sabtu Kliwon Kuningan (27/12-2014), berte-patan dengan Hari Raya Kuningan berlangsung hidmat. Pukul 11.30 wita berlangsung upacara pengrebegan dari Puri Kediri, yang membawa keris Bendesa Sak yang disimpan di Puri Ke-diri. Setelah upacara pengrebegan, dilanjutkan dengan ngaturang piodalan pukul 14.00 wita. Penutupan upacara piodalan atau ngelebarberlangsung pukul 20.00 wita sampai 23.00 wita. Desa yang muput upacara adalah Desa Pekraman Pandak Bandung.

Panas yang menyengat dak mempenga-ruhi niat pemedek maupun pengunjung untuk datang ke Tanah Lot. Baik untuk bersembahy-ang maupun untuk berwisata. Ribuan umat Hindu yang nangkil ke Pura Luhur Pakendungan berasal dari berbagai daerah di Bali. Pemedek atau penangkilan sudah mulai berdatangan untuk melakukan persembahyangan pada pukul 04.00 dini hari waktu setempat. Kera-maian mulai terlihat pada pukul 10.00 wita, dan puncaknya terjadi pada pukul 14.00 wita

sampai malam hari. Untuk pengaturan peda-gang, sudah lebih diter bkan. Pedagang dak diperbolehkan berjualan di sekitar areal pura. Jadi mereka berjualan di lahan kosong di dekat Surya Mandala.

Mengan sipasi kemacetan,Pecalang Desa Pekraman Pandak Bandung bekerjasama dengan devisi terkait di DTW Tanah Lot sudah berkordinasi sebelumnya, sehingga parkir pe-medek diarahkan ke parkir umum di sebelah barat yang biasanya digunakan sebagai parkir bus, parkir pelaba Pura Luhur Pakendungan, dan lahan kosong tanah milik pribadi sebelah selatan parkir umum Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot.

Piodalan di Pura Luhur Pakendungan ber-langsung atau nyejer selama 3 hari berturut-tu-rut sampai Selasa (30/12-2014). Bersamaan dengan piodalan di Pura Luhur Pakendungan, juga merupakan piodalan di Pura Batu Mejan di areal Enjung Galuh yang berdekatan dengan Pura Batu Bolong dan juga piodalan di Pura Patok berdekatan dengan Pura Luhur Paken-dungan. BTNewspaper/PR

LUAR biasa. Sudah bisa diprediksi, 1 Januari 2015, pengunjung membludak di DTW Tanah Lot. Pengunjung Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, bertepatan masa libur tahun baru 2015, hingga siang menjelang sore me-nyongsong matahari terbenam, masih terus melimpah. Ribuan pengunjung bagai diko-mando, langsung bertepuk tangan serentak saat sang surya terbenam, yang seolah masuk ke perairan laut di ujung nan jauh tak terkira. “Pemandangan matahari terbenam sore ini begitu can k, sorot bulatnya terlihat jelas walaupun bagian tengahnya sedikit tertutup awan,” demikian di antaranya komentar yang

RIBUAN umat Hindu mengiku upacara “pio-dalan” Pura Luhur Tanah Lot, Pura Batu Bolong dan Pura Penataran yang berada di kawasan di Tanah Lot, Kediri Kabu-paten Tabanan, Bali, Rabu (31/12-2014). Hal ini me-nyebabkan suasana DTW Tanah Lot tumpah ruah. Pengunjung dan pemedek bercampur aduk sejak pagi hari hingga malam harinya.

Nampak suasana lalu lalang kendaraan tak hen -hen nya menuju dan dari DTW Tanah Lot, namun kesigapan segenap petugas di lapangan masih mampu mengatur arus lalu lin-tas. Dibantu oleh pecalang dari Desa Pakraman Beraban dan Polisi Pariwisata kemacetan dari arus pengunjung dapat diatasi. Pelemparan ke areal parkir cadangan sudah dilakukan sejak pagi hari, sehingga mampu mengatasi kesem-rawutan kendaraan yang lalu lalang.

“Mereka yang datang berasal dari seluruh wilayah di Bali untuk melaksanakan persem-bahyangan. Ditambah dengan wisatawanyang berasal dari luar daerah, Bali,” kata Manager Operasional DTW Tanah Lot, I Ketut Toya Ad-nyana, SP.

Dia menjelaskan, kebetulan pujawali kali ini bertepatan dengan pergan an tahun. Jadi membuat macet, namun petugas kami beru-saha mengkondisikan dan mengatur di bawah,

sehingga masih berjalan lancar. “Justru wisatawan yang berkunjung sangat tertarik melihat persem-bahyangan, bahkan tak sedikit dari mereka yang mengambil gambar den-gan kamera di Pura Tanah Lot maupun saat kera-

maian pemedek yang melakukan persemba-hyangan,” kata Toya Adnyana menambahkan.

Upacara “ngaturang pujawali” di Pura Luhur Tanah Lot dilaksanakan sejak pukul 05.00 wita sampai 23.00 wita dipimpin atau dipuput pemangku dari Desa Pakraman Be-raban. Puncak keramaian terjadi sejak pukul 13.00 wita sampai malam hari. Sementara sehari sebelumnya, (30/12-2014) dilaksanakan upacara “Ngebejian Ida Bethara” di Beji Kaler Pura Luhur Tanah Lot. Upacara itu dilaksanakan untuk menyucikan atau membersihkan semua “pra ma” (benda sakral).

“Saat upacara ngebejian dipentaskan Tari Rejang Dewa oleh kelompok tari dari Desa Beraban,” katanya menambahkan. Makna Tari Rejang Dewa adalah untuk menyambut Ida Bethara yang telah dibersihkan di Beji Kaler Pura Luhur Tanah Lot. Semua penarinya adalah anak-anak perempuan yang belum mengalami masa haid (datang bulan) atau is lahnya ma-sih suci, karena makna upacara Ngebejian ini adalah untuk menyucikan. BTNewspaper/*

Aktivitas Tanah Lot saat Pergantian Tahun

2013 2014 2013 20141 12/20/2013 12/20/2014 8,104 12,195 50.48%2 12/21/2013 12/21/2014 12,950 15,509 19.76%3 12/22/2013 12/22/2014 11,952 14,180 18.64%4 12/23/2013 12/23/2014 12,857 14,995 16.63%5 12/24/2013 12/24/2014 12,046 11,741 -2.53%6 12/25/2013 12/25/2014 18,000 18,216 1.20%7 12/26/2013 12/26/2014 16,985 17,443 2.70%8 12/27/2013 12/27/2014 17,063 19,027 11.51%9 12/28/2013 12/28/2014 17,669 21,019 18.96%

10 12/29/2013 12/29/2014 18,419 14,043 -23.76%11 12/30/2013 12/30/2014 17,739 18,743 5.66%

163,784 177,111 8.14%14,889 16,101 8.14%

TGL/THN KUNJUNGANNO PERBANDINGAN

JUMLAHRata-rata per hari

PERBANDINGAN KUNJUNGAN DESEMBER 2013 - 2014

Meski Panas Menyengat, Persembahyangan di Pura Pekendungan tetap Hidmat

Melimpah, Pengunjung Tanah Lot Songsong ‘Sunset’ di Penghujung Tahun 2015

terdengar dari rombongan wisatawan yang mengabadikan de k-de k sang surya kembali ke peraduannya itu.

Sejak H-11 sebelum Tahun Baru, arus ke-datangan wisatawan ke Tanah Lot mulai melon-jak, karena bertepatan dengan liburan sekolah. Ribuan wisatawan yang berkunjung ke tempat ini berasal dari berbagai kota di Indonesia seper Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bandung, Yogyakarta, hingga Makassar. Rata-rata kunjungan wisatawan sejak H-12 adalah 17.366 wisatawan/hari. Tingkat kunjungan ini mengalami peningkatan sekitar 6.76% diband-ing 2013 dimana rata-rata perharinya selama H-12 adalah 16.266 wisatawan.

Target kunjungan tahun 2014 adalah 2.153.375 wisatawan dan realisasi tahun 2014 sudah mencapai 3.125.205, meningkat 9.95% dari realisasi tahun 2013 (2.842.281).

Pihak Manajemen Operasional DTW Ta-nah Lot yang dipimpin I Ketut Toya Adnyana, mengakui jumlah pengunjungan yang terus melimpah. “Pengunjung yang se ap hari men-capai ribuan orang itu harus dimanage dengan baik,” katanya. BTNewspaper/*

PERBANDINGAN KUNJUNGAN WISATAWANKE DAYA TARIK WISATA TANAH LOT TAHUN 2014 DENGAN TAHUN 2013

TAHUN 2014 TAHUN 2013 % ** TAHUN 2014 TAHUN 20131 Januari 178,614 164,413 8.64% 95,499 65,297 2 Pebruari 117,830 98,718 19.36% 119,004 91,018 3 Maret 120,784 138,994 -13.10% 100,090 69,518 4 April 138,634 134,429 3.13% 98,411 76,518 5 Mei 214,992 185,494 15.90% 105,773 85,653 6 Juni 181,449 228,426 -20.57% 111,990 85,253 7 Juli 107,548 101,935 5.51% 130,093 102,306 8 Agustus 135,567 161,013 -15.80% 142,705 110,620 9 September 98,829 111,129 -11.07% 126,253 105,113 10 Oktober 125,398 122,009 2.78% 120,766 88,352 11 Nopember 117,020 129,834 -9.87% 97,170 78,712 12 Desember 239,406 228,799 4.64% 101,380 78,728

1,776,071 1,805,193 -1.61% 1,349,134 1,037,088 Keterangan : 1. % ** = % Perbandingan Kunjungan2. Tanda - (minus) = Penurunan

JUMLAH

NO BULAN DOMESTIK MANCANEGARA

balitravel_97_indonesia.indd 5balitravel_97_indonesia.indd 5 1/7/2015 3:29:06 PM1/7/2015 3:29:06 PM

Page 6: Btnp 97 indo

6 No. 97 11 - 24 Januari 2015COVER STORY

BALINESE temple dress, which is called adat dress, is not a ma er of choice, nor is it a fashion statement. It is a symbolic gesture with a func on. It is compulsory a re for everyone for the temple.

Divine originAs with nearly everything in Bali, dress

has a divine origin. According to manuscripts, Brahma created the world and then he created people. They were naked. Kala, the son of Siwa, the destroyer, ate them. This distressed Wisnu, the preserver. He, with Indra, sent some gods and goddesses to earth to civilize men. One of them was Ra h, goddess of the moon, and she taught men how to weave clothes from vegetable materials.

At first, humans would have used grass to cove the body. Then they would have used a loincloth made from tree bark. It was pounded into long strips and worn between the legs and around the hips. The Purana Bali texts say that thread from the leaves of the Bayu plant was spun and woven into fabric.

Chakras are energy centres in our bodies. It is believed that certain emo ons and desires are associated with each chakra. The purpose of adat dress is to control some of these desires and to focus a en on on a higher purpose. Adat dress therefore symbolically and func on-ally harnesses the lower ins ncts.

Formal dressThe Balinese wear their finest tradi onal

clothes for the temple. They consist of lengths of cloth draped, wrapped or ed around the body. On ritual occasions only flat woven pieces of fabric are worn, never sarongs, which are strictly tube skirts that have been sewn together. Sarongs are only used for casual wear. Westerners o en use the word “sarong” incorrectly.

Men and women wear a cloth, called a kamben, usually ba k, wrapped around the waist, wrapped differently by men and women. Men wrap the cloth around their waist with a fold in the front, whereas women wear it ghtly around their hips with no drapes. Women e the kamben at the waist on the le -hand side, whereas men e it in the centre.

On very important occasions, like a wed-ding or tooth-filing, women some mes wear an underskirt or tapih, wrapped so that the le -hand, lower part shows when walking. They also may wear a black corset around the body, which is hot, and over it a coloured sash, known as a sabuk, adorned very o en with gold leaf or bronze paint.

Women par cipants in a temple ceremony may wear an upper garment called an anteng, which is wrapped ghtly around the upper body leaving the shoulders free, or a larger selendang, like a shawl, which is thrown over

one shoulder. Un l the 1930s Balinese women went to the temple with their upper bodies naked, but the Dutch persuaded them to cover up.

Slightly less formal is the long-sleeved, lacy blouse called a kebaya, which is originally Javanese, but the Balinese kebaya is different from the Javanese one. The Balinese have looser sleeves to allow for movement while working in the fields or the market.

Men also wear a short flat piece of cloth over the kamben, called a saput, which is bright yellow or white, with a decora ve border, and both are ed on by the sabuk. If the ceremony is informal, an ordinary shirt is worn, but if the ceremony is an important one, a white shirt is worn with gold bu ons.

Men also wear a headdress called an udeng. It is symbolic of the Ulu Candra, which is a symbolic Balinese le er. The front wing-like ver cal appendage, called jambul, symbolises Siwa. It is also a symbol for the male lingga. The lingga is itself symbolic of Siwa. The part wrapped around the head is like a half-moon or sun, the symbol of Brahma. The whole thing may also be a symbolic yoni or female principle, since Brahma is the creator of life. All in all, complex and deeply symbolic, as well as hard to put on.

Rela onship between chakras and formal dress

There are six chakras of the body that are controlled by Balinese formal dress. They are:1). “The third eye” (ajna) located in the pineal plexus, connected to pure energy or spirit, is associated with enlightenment. The purpose of a man’s udeng is to e and focus his consciousness to this point of u er purity and dis nguish it from all other personal desires, which hold a person down. Many women wear a white headband for a similar purpose. 2). The throat (vishuddha) located in the cro d plexus, connected to the ether, is associated with knowledge, wisdom and understanding. This area remains open and flows freely. 3). The heart (anahata) located in the cardiac plexus, connected to the air, is associated with sharing, love, devo on, selfless service and compassion. It is above the boundary created by the selendang and although it is covered by a shirt or kebaya is open and flows freely. 4). The navel (manipura) located in the solar plexus, connected to fire, is associated with immortality, longevity, fame, power, authority and wealth. These desires are harnessed by the selendang.5). The genitals (svadhisthana) located in the hypogastric plexus, connected to water, is associated with family, procrea on, sexual urges and fantasy. These ins ncts are harnessed by the saput and sabuk. 6). The perineum (mulhadhara) located in the pelvis plexus, connected to earth, is associated with

Balinese Dress and Textiles

being grounded, security, physical comforts, basic biological needs and shelter. These in-s ncts are harnessed by the kamben.

Tex lesYou can’t miss tex les in Bali. People wear

them all the me. Even statues wear them, wrapped by tex les on special occasions. Even buildings have tex les a ached to them, be-cause buildings are symbolically dressed during certain ceremonies. Tex les are presented to the gods as offerings. The deceased are cov-ered in numerous tex les prior to crema on.

It is quite possible that originally people did not need clothes in Bali as the forest would have given enough shade. Probably merchants from abroad brought the first materials. Chi-nese records from 1,400 years ago men on a king in northern Sumatra wearing silk. Silk would have been imported and only the rich could have afforded it.

Tex les would probably also have been used as offerings to the gods. These sacred ori-gins s ll resonate in Indonesia. Arabs and other traders would have used tex les as a primary medium of exchange. There is a report that in 1603 the price of imported cloth was worth 40 pounds of nutmeg on the island of Banda.

Endek - The most common tradi onal tex le in Bali is endek. Endek is Balinese we ikat. The ikat process describes the way the pa ern is made. It is a very me consuming business. The undyed yarns are ed together in such a way that, when the frame containing all the yarns is put into the die, they remain uncoloured. It is called a resist-die technique. Repeated tyings and dyeings eventually pro-duce a tex le of dazzling mul -hued pa erns.

The designs could be applied to the warp threads alone - that is called warp ikat - or, as is the custom in Bali, the we threads alone, and that is called we ikat. If the designs are applied to both warp and we , it is called double ikat.

In Bali there is we ikat, known as endek, and double ikat, known as geringsing. Gerings-ing is very difficult and takes a very long me to make. It is only made in three places in the world: Bali, Japan and Gujarat in India.

Now, because Geringsing is so expensive, tex les with the geringsing pa ern are made.

The pa erns started off being mostly geometric shapes, but later other mo fs were employed, like animals, flowers, stars and wayang figures. Early endeks were red and then yellow and later green. Un l the beginning of the 20th century tradi onal vegetable dyes were employed.

In the 1930s weavers in the villages, out-side the courts, started making endeks. New designs, new materials, new colours and new customers appeared. Not only was co on used, as before, but also silk and rayon.

Early endeks always had a border. Borders disappeared as endek came to be sold by the metre. A er Independence, produc on soared and it is s ll rising. New uses are being discovered, like furnishings. New pa erns are s ll being created. And, of course, there have

been radical changes in respect of dying and weaving techniques. The Japanese introduced a new loom, the ATBM, during the War, which is much quicker and is s ll widely used today.

Endek cloths are s ll all handwoven. It is me-consuming work and so it is costly. A skilful weaver can produce up to two meters a day. If they are cheap, they will be imita on prints, from Java or Lombok.

Songket - Not only in Bali, but the whole of western Indonesia, uses the word songket to describe a technique in which addi onal pa erns are woven into a material with supple-mentary we threads. Gold and silver threads are used in these tex les, the earliest ones being made of silk. Originally they would have been brought by Indian traders.

Songkets were restricted un l the last 20 or 30 years to use by the princely castes. Now, anyone can wear them, but they are expensive.

They originated in the courts and Brahman households and were used in grand theatrical performances and ceremonial displays. The display indicated status and wealth. Dance costumes were made of songket. Later co on was used, and in the last 30 years, rayon. To-day, silk mixed with ar ficial silk or viscose is also used to keep the cost down. Virtually all the materials, however, have to be imported.

Sidemen in east Bali developed into a songket centre in the 17th century and has re-mained the leading place ever since. Backstrap looms are used in Bali, Sumatra and Java. To produce a simple selendang (shoulder shawl) takes at least five days and a kamben hip cloth with a complicated pa ern a month or more. The loom produces cloths of a limited size, so if a large cloth is required, two widths are sewn together.

As with endek, there are regional styles, but it is difficult to tell where a par cular piece actually comes from, as the courts forged vari-ous linkages. The oldest surviving pieces are unlikely to be more than 100 years.

Very fine songkets come from Buleleng. Those da ng from the beginning of the 20th century are deep brown, red and some mes violet. The centre is covered with dense pat-terns and a clear border frames the whole. The borders are pa erned by triangles of gold thread.

The court of Karangasem is noted for deep, warm reds and a background of checked pa erns, fine lines, and ny mo fs. Checked materials are s ll typical of east Bali. Early depic ons of gods, demons and mythological creatures are rare in songkets, except for those produced in Karangasem. Lombok, which was ruled by Karangasem in the 17th and 18th centuries, also produced songkets, in general, finely woven and a li le s ff.

Tabanan became famous for large figura-ve pa erns and flowering tendrils.

Nowadays what were once localized pat-terns are produced all over Bali and screen-printed tex les are appearing with imita on songket pa erns BTNewspaper/by Murni’s in Bali

balitravel_97_indonesia.indd 6balitravel_97_indonesia.indd 6 1/7/2015 3:29:09 PM1/7/2015 3:29:09 PM

Page 7: Btnp 97 indo

7No. 97 11 - 24 Januari 2015COVER STORY

MASALAH sampah plas k memang menjadi permasala-han di Kota Denpasar bahkan di seluruh Indonesia. Untuk men-gatasi masalah sampah plas k Pemerintah Kota Denpasar telah melakukan berbagai upaya salah satunya mensosialisasikan kepa-da masyarakat se-Kota Denpasar se ap saat dan waktu, hingga menukar sampah plas k dengan jaminan kesehatan BPJS.

Untuk membantu program Pemerintah Kota Denpasar Pe-milik Sanggar Jepun Pu h, Wayan Adnyana membuat inisia f untuk mengelola sampah plas k menjadi karya seni yang luar biasa dan memiliki harga jual nggi. “Sebelum sampah plas k diolah menjadi lukisan, saya juga telah mengelola sampah kertas men-jadi karya seni lukisan, bahkan 4 anak didik Sanggar Jepun Pu h meraih prestasi ngkat Propinsi hingga Nasional,” ungkap Adnyana.

Ia mengatakan, ide ini muncul usai menikma makan di warung makan. Peng-guna jasa warung membuang sampah plas knya sembarangan. Kondisi tersebut mendorongnya untuk melakukan aksi mem-bersihkan kota Denpasar dari sampah plas-

k. Semenjak itu ia meminta semua anak didik Sanggar Jepun Pu h untuk memungut semua sampah plas k disekitar rumahnya dan dibawa kesanggar dikelola menjadi lukisan yang sangat bagus bahkan memiliki nilai ekonomi. Untuk memperkenalkan hasil karya sampah plas k ini pihaknya akan menyelenggarakan pameran lukisan pengelolahan sampah plas k pada awal Febuari 2015 mendatang. Pameran ini juga

memperinga HUT ke-227 Kota Denpasar yang akan datang.

Pada kesempatan bertemu dengan Wa-likota Denpasar Adnyana memperkenalkan anak didik sanggar yang berprestasi dari

ngkat Propinsi hingga Nasional kepada Walikota Denpasar. Dianatranya Ni Putu Reidia AP berhasil meraih Gold ngkat Nasi-onal di Cina, AA Sagung Istri Wirasuwari OS berhasil meraih Juara I PSR ngkat Propinsi, Putu Aditya Rahmawan meraih Juara II FL2SN ngkat Propinsi dan Ni Komang Sri Mahyuni Ariasih meraih Juara IV Memba k

ngkat Nasional. Walikota Denpasar IB Rai Dharmawi-

jaya Mantra mengharapkan hasil karya seni tersebut disosialisasikan kepada semua ma-syarakat, melalui pameran terbuka dengan melibatkan Bunda Paud dan Disdikpora. Bahkan kegiatan pameran ini bisa digabung dalam acara Disdikpora yakni pada saat senam yoga. ‘Dengan cara itu maka karya seni dari sampah plas k ini bisa dikenal anak-anak sekolah,” ujarnya. BTNews-paper/Ayu/humas

Sampah Plastik Disulap Menjadi Karya Seni

SEBANYAK 31 pasang peserta dari 31 LPD (Lembaga Perkrediatan Desa) se-Kota Denpasar mengiku ajang lomba Fashion Endek di Pang-gung Utama, Denpasar Fes val ke-7, Senin (29/12-2014). Peserta dari kalangan remaja dan dewasa ini merupakan pegawai LPD se-Kota Denpasar. Lomba ini melibatkan Tim Juri Dayu Candra (Duta Endek Kota Denpasar), Designer Tude Togog dan Carry Veronica (Se-nior Model).

Kegiatan ini bertujuan untuk mening-katkan rasa cinta masyarakat Kota Denpasar terhadap produk lokal Bali seper teks l endek, dimana saat ini kain endek menjadi seragam

PNS (Pegawai Negeri Sipil) Kota Denpasar.

Kegiatan fashion endek ini diharapkan dapat berkembang menjadi disain dan mo f yang up to date sesuai perkemban-gan dan tuntutan zaman.

Puluhan peserta tampil dengan kain endek yang cukup elegan dan ekso s serta sangat gaul. Mereka berlengak leng-gok di atas catwalk dengan beragam gaya yang cukup mengeli k dan menyebar senyum sambil mempromosikan busana endek yang digunakannya. Akhirnya keluar sebagai Juara I Lomba Fashion Endek ini, peserta dari LPD Desa Pakraman Panjer, Juara II LPD Desa Pakraman Pedungan dan Juara III LPD Pohgading.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Denpasar, Ny. IA. Selly Dharmawijaya Mantra mengatakan, dalam ajang Denpasar Fes val ini pihaknya akan terus mensosialisa-sikan melalui lomba fashion show endek untuk pegawai LPD se-Kota Denpasar. Pada Denpasar Fes val tahun sebelumnya juga melombakan fashion endek untuk kalangan pegawai rumah sakit dan hotel. ‘Kami ingin menunjukkan bahwa endek itu bisa digunakan seluruh ka-langan baik karyawan hotel, restoran, rumah sakit, LPD, PNS, Perbankan dan sebagainya’.

Sementara pendiri APPMI, Poppy Dhar-

sono yang ikut menyaksikan fashion endek LPD mengatakan: “Ide cerdas Walikota merupakan upaya yang sangat bagus dalam mengangkat kearifan lokal. Dimana kegiatan ini dapat mengajak seluruh lapisan masyarakat baik dari kalangan anak mudah dan pencinta fashion.”

Menurutnya, endek telah dikenal seb-agai ikonnya Bali, untuk itu ia mengharapkan kegiatan ini harus dilaksanakan se ap tahun dan mengundang desainer-desainer ternama, sehingga endek bisa terkenal sampai ke man-canegara. “Saya yakin apa yang telah dilakukan Walikota Denpasar ini pas semua orang bisa mengapresiasi dan menghorma dan mencin-

tai budaya Bali,” ungkapnya. Ia juga mengatakan,

krea vitas di Kota Denpasar sangat bagus sekali, hal ini dilihat semua karyawan hotel, restoran, rumahsakit, LPD, Perbankan, PNS dan sekolah seragamnya meng-gunakan endek. Dengan demikian para pengerajin lokal akan tumbuh sehingga seni budaya bisa lestari.

Juara-juara fashionSetelah ga dewan juri berembug ketat,

akhirnya ditetapkan pemenang Lomba Fash-ion Show Endek antarkaryawan LPD se-Kota Denpasar: Juara I LPD Desa Pakraman Panjer (I Nyoman Pariadi, SE dan Ni Ketut Dewi Utarini, SE); Juara II LPD Desa Pakraman Pedungan (AA Satria Putra dan Ni Luh Sri Juliadi) dan Juara III LPD Desa Pakraman Poh Gading (I Ketut Suwitra, AMd dan Ni Wayan Seni Nuratni, SE).

Pada saat itu, juga diumumkan para pemenang Lomba Cipta Karya Krea f yang dilaksanakan Rabu (10/10-2014) bertempat di DDC. Untuk katagori Cipta Desain Mo f Endek Juara I Muhammad Ridho Firdaus, Juara II IB Cakra Manuaba dan Juara III I Made Adi Parbawa. Katagori Kemasan Produk Makanan Ayam Betutu Juara I Ni Luh Desi Indianasari, Juara II Ni Luh Ayu Suryan ni dan Juara III I Wayan Surya Aditya Putra. Sedangkan untuk

Lomba Fashion Endekkatagori Kemasan Pie Susu Juara I I Wayan Surya Aditya Putra, Juara II, Ni Luh Ayu Surya ni dan Juara III, I Putu Gde Suardana. Untuk katagori Cipta Aplikasi Konten Mobile Juara I, I Made Dwi Puja Astawa, Juara II, Adrianto dan Juara III, Made Arya Kusuma, dan Katagori Cipta Desain Produk inova f Juara I, I Gst Agung Wijaya Utama, Juara II, dr. Made Candra Wijanadi, S.Ked dan dr. I Kt Budhi Riyanta, sedangkan juara III, IB Adnyana. Se ap pemenang berhak mendapatkan piagam, piala dan sejumlah uang. Hadiah diserahkan langsung oleh Walikota Denpasar. BTNewspaper/*/Humaskota-Ayu

balitravel_97_indonesia.indd 7balitravel_97_indonesia.indd 7 1/7/2015 3:29:11 PM1/7/2015 3:29:11 PM

Page 8: Btnp 97 indo

8 No. 97 11 - 24 Januari 2015EVENT

PT. RUSDI MEDIKAPedagang Besar Alat-alat

Kesehatan dan Kedokteran

Jl. Pulau Buton No. 19Denpasar - Bali

Telp. (0361) 743815, 223803Fax. (0361) 226687

email : [email protected]

K12-IV.2-13K12-I.61-14

MENGAPRESIASI seabad gong kebyar, kegiatan Denpasar Fes val ke-7, secara khu-sus menampilkan garapan gamelan kebyar kebaruan yang revolusioner karya komposer handal Bali Wayan Gede Yudane dan Dewa Ketut Alit. Sajian kekebyaran ini mengangkat tema “Paradigma musik Bali abad ke-20 dan musik gamelan masa depan, hari ini” sebagai wujud penghargaan atas peran para tokoh kerawitan Bali di masa lalu.

Pementasan dua barungan gamelan dari Wrdhi Swaram dan Salukat di Lapangan Puputan Badung, pada malam pembukaan Denpasar Fes val (DenFest) ke-7 Minggu (28/12) tampil dengan karakter yang cukup kuat dan orisinil. Ditata dalam konsep ber-beda, mulai stage nan ar s c garapan arsitek Yoka Sara, didukung tata lampu, sound audio dibawah soundman Agung Sudarsana An da, dan video document Erick Est dan video map-ping. Berharap pementasan seni kerawitan ini menjadi tonggak lahirnya karya gong kebyar kebaruan di abad 21.

Rentak gamelan garapan kekebyaran ta-hun 1920-an dengan tokoh sentral kerawitan Bali I Made Regog dan I Gus Made Putu Geria, dipadankan dengan kekebyaran baru garapan komposer I Wayan Gde Yudane dan Dewa Ketut Alit, menampilkan kolaborasi karya unik dan asing bagi penikmat musik Bali khu-susnya gong kebyar, menjadi daya tarik untuk mendekat, mencoba menyimak karya- karya tersebut. Boleh disebut DenFest memperton-tonkan sebuah karya ‘pemberontakan’, gaya gamelan kebyar yang berbeda selama ini.

Kebyar ‘’Ding’’ dan Jaya WarsaMade Regog adalah seorang musisi ,

komponis gamelan kelahiran Bali selatan, era tahun 1920-an. Berkarya saat belum banyak orang mengenal is lah gong kebyar. Made Regog dengan karya Kebyar Ding ber-hasil memperkenalkan gong kebyar di Bali dan dijadikan ikon kekebyaran di banjar Belaluan sebagai karakteris k pengembangan gaya gong kebyar Bali Selatan. Gong kebyar sendiri asal muasalnya berkiprah di Bali Utara, se daknya euphoria gong kebyar bergaung tahun 1930, dimana kebaruan gong kebyar cikal bakalnya berkembang dari gong gede.

Menurut Dewa Alit, salah satu aspek pen ng dari Kebyar Ding terletak pada ino-

SUMBER daya manusia merupakan aset paling pen ng mengingat Kota Denpasar dak memiliki sumber daya alam. Oleh karenanya Pemkot Denpasar meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah yang memiliki visi sejalan. Seper Bandung sebagai ruang belajar dan peningkatan wawasan. “Kota Denpasar dan Kota Bandung memiliki konsep yang sama. Kita sama-sama dak memiliki sumber daya alam namun hanya mengandalkan ngkat in-telektual,” ujar Rai Mantra penandatanganan nota kesepahaman antara Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra dengan Walikota Bandung Mochamad Ridwan Kamil, Minggu (28/12) di Bendega Denpasar.

Pemkot Denpasar, dak hanya membuka kerjasama dengan Pemkot Bandung dalam hal visi krea f intelektual. Denpasar juga telah melakukan kerjasama dengan berbagai daerah seper Surabaya untuk informasi teknologi, Pemkot Surakarta dalam bidang Kota Pusaka. Tahun 2015, Pemkot Denpasar segera menan-

datangani kerjasama dengan Kota Soul, Korea Selatan. Hal ini sangat pen ng terutama dalam transfer pengetahuan dan perkembangan net-work kewirausahaan di Kota Denpasar. Dalam kesempatan tersebut Rai Mantra mengharap-kan kerjasama ini akan di ndak lanju oleh SKPD terkait.

Dalam penandatangan MoU yang juga disaksikan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Denpasar Ny. IA Selly D. Mantra dan Ketua TP

PKK Kota Bandung Ny. Ridwan Kamil, Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara dan SKPD kedua kota. Rai Mantra mengingatkan, masyarakat Denpasar perlu mengadopsi produk krea f karya masyarakat Bandung.

Demikian juga pegiat krea f Kota Band-ung bisa mengadopsi krea f rakyatnya dalam bidang seni sehingga kedua kota bisa saling mendorong untuk kemajuan bersama. “Bukan hanya krea f yang sifatnya mass, kalau mau berpikir lebih dalam kita memiliki akar budaya nusantara yang sama dan kuat untuk dilakukan kerjasama,” ujar Rai Mantra.

Pada kesempatan tersebut, Walikota Bandung Mochamad Ridwan Kamil men-gatakan sebagai walikota yang baru tentunya perlu banyak belajar dari daerah lain di Indone-sia termasuk Kota Denpasar. Dalam pembangu-nan kedepannya Kota Bandung akan fokus pada pembangunan ekonomi krea f terutama smart city yang memadukan teknologi dalam pelaya-nan publik. BTNewspaper/Gst_Humas

Tingkatkan Jaringan Kota Kreatif

Se-Abad Gong Kebyar, DenFest

Gelar Karya Revolusi Dua Komposer Bali

balitravel_97_indonesia.indd 8balitravel_97_indonesia.indd 8 1/7/2015 3:29:15 PM1/7/2015 3:29:15 PM

Page 9: Btnp 97 indo

9No. 97 11 - 24 Januari 2015EVENT

K12-IX.63-13

K12-V.35-13

email: info@wapadiume [email protected]

vasi dengan teknik ‘’ngucek’’ (gosok), berbagai figurasi melodi-ritmik yang cepat dimainkan bersama-sama dan digunakan untuk transisi tema k. Ngucek, yang menjadi karakteris k mengiden fikasi kebyar, melibatkan irama yang berbeda dengan jalinan triplets yang cepat dengan frase irama putus-putus. Ngucek -- serasa -- mengganggu ketukan ajeg pada tema-tema yang lazim sebelumnya dengan susunan frase ritmis bebas. Modernitas kolab-orasi kata Alit diselipkan pada aspek idioma k kecepatan dan kehalusan teknis. Sajian lainya adalah Gaya Kebyar 1960-an I Gus Made Putu Geria. (1906-1983), berjudul Jaya Warsa, karya pertama mengu p Sekar Gendot untuk komposisi kebyar.

Menurut pengamat budaya Prof. Dr I Made Bandem mengemukan gamelan gong Bali memiliki perjalanan yang cukup panjang dan spetakuler. Sejarah gong kebyar --- pemaknaan 100 tahun keberadaannya --- , telah diawali dengan kebeeranian dua komposer Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit. “ Saya sangat bangga, mereka telah menggarap gaya kebyar kebaruan yang mungkin bagi penikmat musik Bali masih terlalu asing, akan tetapi kita menan-

kan lahirnya ruang eksplorasi karya – karya baru berikutnya,” ucap Prof Bandem.

Bagi Gde Yudane, kebyar memindahkan gamelan ke konteks baru sehingga semakin -dak dibatasi oleh fungsi pura dan puri, berlawa-nan dengan este ka dan fungsi dalam pertun-jukan keraton, dan terbuka untuk menyambut abad baru. Yudane mengakui, dak pernah membayangkan efek radikal dan menyegar-kan yang mbul pada awal munculnya musik ini. Terutama menyangkut dorongan menuju teknik dan kelengkapannya yang khas dan revolusioner. “Kebyar telah membuka pintu dengan cara seper ini, kita sudah menuju ke suatu ruang yang tak berdinding,” ucap Yudane. BTNewspaper/humas

UPACARA ngrebong atau yang lebih dikenal Pangrebongan ru n dilak-sanakan oleh Desa Pakraman Kesiman Kecamatan Denpasar Timur, delapan hari setelah hari raya Kuningan. Tepatnya pada Redite Pon wuku Medangsia, Min-ggu (4/1) yang bertempat di Pura Dalem Pe lan Desa Pakraman Kesiman di Jalan Wr Supratman, Denpasar.

Menurut Wakil Bendesa Adat Desa Pakraman Kesiman, Wayan Radig, ritual yang berlangsung sehari ini diiku oleh 31 banjar di wilayah Desa Pakraman Kesiman serta pelawatan Ida Bhatara dari beberapa Pura di lura wilayah Kesiman yang memiliki keterkaitan dengan Kesiman antara lain Sanur, Bukit Jimbaran, Pamogan, Bekul, Tohpa . “Kedatangan pemedek dari luar Kesiman dak bisa diprediksi, karena sangat tergantung dari kemauan dari Sesu-hunan dari pura masing-masing,” jelasnya.

Pertemuan para Dewa-Dewi atau Bhata-ra-Bhatari di Pura Dalem Pe lan, menjadi makna dari upacara Ngrebong itu sendiri yang memiliki makna berkumpul. Ribuan umat penuh sesak memenuhi areal pura Dalem Pe lan. Wan lan yang digunakan untuk arena tajen juga penuh sesak yang meru-pakan bagian dari prosesi upacara. Rangkaian ritual Ngrebong berlangsung sejak pagi sekitar pukul 08.00 wita, yang diawali Bhatara lunga (datang) dari pura masing-masing menuju Pura Dalem Pe lan. Disela-sela kedatangan pemedek, kegiatan tajen terus berlangsung hingga sekitar pukul 14.00 wita.

“Mulainya upacara Ngrebong tergantung

dari kesiapan sarana prasana upakara dan pemangku,” ujar Radiga. Mengenai prosesi Ngrebong, jelasnya lebih lanjut dimulai dengan mengitari wan lan Pura Dalem Pe lan ke kiri sebanyak 3 kali. Saat mengitari wan lan inilah kerauhan massal terjadi. Hingga beberapa pemedek yang mengalami trans juga menusuk-nusukkan sebilah keris ke bagian tubuhnya yang dikenal dengan is lah ngurek atau nguying. Ajaibnya dak satupun dari yang terluka. Mer-eka meyakini adanya kekuatan magis sehingga tak mengalami luka sedikit pun.

Radig mengatakan, usai ngerebongsemua sesuhunan akan kembali ke jeroanpura. “Tidak ada nyejer, upacara ini hanya berlangsung sehari saja, usai ngerebong seluruh sesuhunan akan kembali ke tem-patnya stananya masing-masing,” katanya. Selain upacara ngerebong, akan diadakan juga beberapa pentas seni oleh Kesiman Pe lan, yakni kolaborasi penampilan anak, janger, lawak, dolanan dan masih banyak lagi

penampilan seni lainnya. Selain keunikan dengan adanya

kerauhan massal, ritual ngrebong juga dikenal dengan pemasangan penjor upakara yang megah mulai dari jeroan pura, jaba tengah, jaba sisi hingga di pinggir jalan Wr Supratman. Penjor yang didominasi berbahan bambu petung itu telah dipasang oleh masing-masing ban-jar sehari sebelum ritual pengrebongan, yaitu Sabtu (3/1). Se ap banjar pun telah ditentukan lokasi tempat menancapkan penjor. “Penjor ini secara ru n dilom-bakan, untuk membangkitkan jiwa seni

warga khususnya para generasi muda. Dibuat megah dan besar karena mengatasnamakan Banjar, jadi harus dibuat semaksimal mung-kin,” jelas salah seorang warga.

Salah satu warga yang terlibat langsung dalam ritual ngrebong, A.A Ariewangsa men-gatakan dak bisa menghindar ke ka dipilih untuk nyolahang (menarikan) pelawatan Ida Bhatara. Sudah hampir 3 tahun Ariewangsa ru n ngayah nyolahang pelawatan Ida Ratu Mas yang berstana di Pura Dalem Maspait Singgi Sanur. “Proses bisa terlibat langsung dalam ngrebong sangat panjang dan lama. Awal mulanya saya sempat menghindar untuk nyolahang, karena saya sama sekali

dak ada keturunan darah seni. Tapi akhirnya mengalami sakit yang dak jelas sebabnya selama 3 bulan, akhirnya saya nyerah dan

dak bisa menghindar. Hampir 3 tahun terkahir saya selalu ngayah,” jelas pemedek yang juga anggota DPRD Kota Denpasar ini. BTNewspaper/RD

Ngrebong di Kesiman

balitravel_97_indonesia.indd 9balitravel_97_indonesia.indd 9 1/7/2015 3:29:17 PM1/7/2015 3:29:17 PM

Page 10: Btnp 97 indo

10 No. 97 11 - 24 Januari 2015SEPUTAR BALI

K6-V.72-14

SENIN (5/1) bertepatan dengan Purnama Kepitu, Furama Villas & Spa Ubud Bali mengge-lar Piodalan di pelinggih setempat. Piodalan kali ini tentu saja melibatkan berbagai pihak baik dari seluruh karyawan maupun masyarakat sekitar khususnya masyarakat Banjar Bindu.

Furama Villas & Spa Ubud Bali menjali hubungan yang sangat harmonis dengan ma-syarakat sekitar dalam segala hal. Ini dibuk -kan pada saat Piodalan, masyarakat ikut serta dalam motong babi, ayam dan bebek (nampah) yang akan digunakan sebagai sarana upacara. Disinilah terjadi komunikasi antar karyawan dan masyarakat. Hubungan kekeluargaan pun terjalin. Tidak ada membedakan kasta, ras dan golongan. Semua berbaur menjadi satu.

Disamping kegiatan tersebut, Manage-ment Furama Villas mengadakan lomba mem-buat Gebogan antar department yang diiku 8 Departement yang terdiri dari HR & Security, Housekeeping, Spa, Engenering, FB Service, FB Produk, Accoun ng, Sales, Front Office. Lomba kali ini sama sekali dak menggunakan bahan plas k, kacip maupun bahan lainnya. Man-

agement menugaskan menggunakan bahan asli Bali seper semat, tusuk sate, gedebong (batang pohon pisang), janur, dulang, pisau, bunga, saur, kacang, telur, ayam dan yang pal-ing pen ng adalah menggunakan buah lokal.

Penggunaan buah lokal sendiri dimak-sudkan agar masyarakat Bali kembali meng-gunakan buah lokal untuk se ap kegiatan upacara dan sehari-hari sesuai dengan anjuran pemerintah. Perlombaan kali ini terdiri dari 3 orang baik laki-laki maupun perempuan di ap department.

Berdasarkan dari penilaian dewan juri yang pada kesempatan tersebut terdiri dari Ibu Lenny Pande dari Media Duta, Ariek P. Wijaya dari Bali Travel Newspaper/Yayasan THK Bali dan Budiarsana dari BTN, didapatlah para pemenang lomba gebogan. Juara per-tama jatuh kepada HR & Sceurity, Juara kedua jatuh kepada Housekeeping dan juara ke ga Engenering. Masing-masing pemenang lomba mendapatkan uang pembinaan yang sudah ditentukan oleh management. BTNewspa-per/AriekPW

SENIN (5/1), bertepatan dengan Purnama Kepitu, kelu-arga besar Gerakan Pramuka Kwar r Daerah Bali melak-sanakan Upacara Piodalan Alit di Pelinggih setempat. Pioda-lan kali ini merupakan pioda-lan ru n ap setahun sekali. Rangkaian kegiatan Piodalan Alit kali ini dirangkai dengan acara mareresik di areal sekitar pelinggih, membuat penjor, memasang wastra, membuat banten, membuat gebogan yang dilakukan oleh pengurus Kwar r Daerah Bali dan anggota Dewan Kerja Daerah Bali.

Piodalan Alit yang dilaksanakan di Gedung Pramuka Bali ini dihadiri oleh Drs. I Ketut Wija, MM selaku Ketua Kwar r Daerah Bali dan selu-ruh jajaran pengurus Kwarda Bali serta adik-adik Dewan Kerja Daerah dan Dewan Kerja Cabang se-Bali dengan jumlah undangan sekitar 100 orang. “Piodalan kali ini merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter yang membentuk watak dan spiritual, cerdas, tangkas, berdisiplin diluar pendidikan sekolah,” kata Wija.

Juara-juaraNama-nama gugus depan

tergiat siaga ngkat provinsi Bali TINGKAT SD: 1. SD Negeri 1 Semarapura kangin, Gudep 02-029 dan 02-030(Juara 1), 2. SD Negeri 1 Tulamben, Gudep 03-027 dan 03-028 (Juara 2), 3. SD Negeri 1 Banjar Bali, Gudep 05-067 dan 05-068 (Juara 3), 4. SD Negeri 1 Sempidi, Gudep 02-113 dan 02-114 (Harapan 1), 5. SD Negeri 2 Sebatu, Gudep 06-027 dan 06-028 (Harapan 2), 6.

SD Negeri 4 Delod Peken, Gudep 06-053 dan 06-054 (Harapan 3).

Nama-nama gugus depan tergiat peng-galang provinsi Bali TINGKAT SMP: 1. SMP Negeri 4 Singaraja, Gudep 05-019 dan 05-020 (Juara 1), 2. SMP Negeri 1 Manggis, Gudep 08-007 dan 08-008 (Juara 2), 3. SMP Negeri 9 denpasar, Gudep 02-291 dan 02-292 (Juara 3), 4. SMP Negeri 3 mengwi, Gudep 02-017 dan 02-018 (Harapan 1), 5. SMP Negeri 1 penebel, Gudep 07-017 dan 07-018 (Harapan 2), 6. SMP Negeri 3 bangli, Gudep 01-005 dan 01-006 (Harapan 3).

Nama-nama gugus depan tergiat penegak ngkat provinsi Bali TINGKAT SMA: 1. SMK

Negeri 1 kubu, Gudep 03-003 dan 03-004 (Juara 1), 2. SMA Negeri 2 semarapura, Gudep 02-075 dan 02-076 ( Juara 2), 3. SMA Negeri 4 singaraja, Gudep 05-019 dan 05-020 (Juara 3), 4. SMA Negeri 8 denpasar, Gudep 04-541 dan 04-542 (Harapan 1), 5. SMA Negeri 1 tabanan, Gudep 06-121 dan 06-122 (Harapan 2), 6. SMA Negeri 1 negara, Gudep 03-059 dan 03-060 (Harapan 3). BTNewspaper/AriekPW

Piodalan Nadi Furama Villas & Spa Ubud Bali“Lomba Membuat Gebogan Buah Lokal”

Piodalan di Kantor Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Bali

Drs. I Ketut Wija, MM

balitravel_97_indonesia.indd 10balitravel_97_indonesia.indd 10 1/7/2015 3:29:19 PM1/7/2015 3:29:19 PM

Page 11: Btnp 97 indo

11No. 97 11 - 24 Januari 2015SEPUTAR BALI

K12-I.12-14

Phone : +62 361 812933Fax : +62 361 813956

E-mail : [email protected] : www.dewisinta.com

Dewi Sinta hotel has 27 guest rooms of three different types: Standard, Deluxe and Suites.

Dewi Sinta Restaurant Tanah Lot, offers a wide rings of Balinese, Indonesian and Chinese food as well as seafood and European cuisine prepared by our experienced chef. Breakfast, Lunch and Dinner are available a la carte or buffet style.

Pura Tanah Lot

Pura Pakendungan

K12-I.43-14

K12-IV.50-14

* or you can always gowith our ala carte menu

T E R L E TA K di pinggir pantai Kuta, Best Western Kuta Beach merupakan salah satu hotel fa-vorit wisatawan un-tuk menghabiskan liburannya di Bali. M e n ge d e p a n ka n konsep minimalis, hotel ini mencoba m e n g ga b u n g ka n semangat kerama-han masyarakat Bali, serta standar nggi fasilitas dan pelay-anannya.

General Manager Best Western Kuta Beach, L Alit Mar ni mengatakan Best Western kini memiliki 144 kamar, di mana masing-masing dilengkapi dengan fasilitas kamar standar internasional, kolam renang di atas lantai gedung, dan bar untuk melihat pemandangan pantai sembari menikma sunset dan sunrise.

“Dengan konsep minimalis, kami lebih menyasar wisatawan muda yang hobi trav-eling,” kata Alit, Jumat (12/12). Adapun fasilitas yang ditawarkan antara lain deluxe room, junior suite room, superior room, restoran taste, dan MICE and banquet.

Best Western juga mengaplikasikan konsep Tri Hita Karana. Beberapa dian-taranya seper bidang Parahyangan,

ap satu bulan sekali Best Western Kuta

Beach mengadakan Tirta Yatra. Selain itu, pada Purnama dan Tilem, seluruh staff dan karyawan ru n melakukan persem-bahyangan bersama.

Begitu pula den-gan bidang Pawon-gan, Best Western ru-

n menggelar donor darah serta berbagai kegiatan sosial lain-nya. Dalam bidang Parahyangan, ho-tel yang terletak 20 menit dari bandara

Ngurah Rai ini rajin melakukan penghijauan, seper penanaman pohon mangrove.

Sosok Alit dalam mengembangkan Best Western juga sangat berpengaruh. Baginya, tugas seorang General Manager daklah mudah. Namun semua akan menjadi ringan jika menikma pekerjaan tersebut.

Masuk dalam dunia pariwisata pada tahun 1994, Alit mengawali karirnya sebagai Food and Beverage. Hingga kini, terhitung sejak tahun 2011 hingga 2014, Alit sukses menjadi General Manager Best Western.

Alit berharap, Best Western Kuta Beach bisa bersaing secara sehat. “Selain bersaing secara sehat, kepuasan dan kenyamanan wisatawan tetap menjadi yang utama bagi kami,” pungkas Alit. BTNewspaper/Titah Pratyaksa

PEMERINTAH Timor Leste, jajagi kerjasa-ma dengan Bali di bidang pariwisata dan tena-ga kerja. Demikian terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pas ka menerima Menteri Muda Tenaga Kerja Republik Demokrasi Timor leste Ilidio Ximenes da Costa di ruang kerjanya, belum lama ini.

Dipilihnya Bali sebagai tempat untuk belajar dan bekerjasama, mengingat Bali di anggap sudah sangat berpengalaman dalam mengembangkan bidang kepariwisataan dan ketenagakerjaan. Ilidio mengakui bahwa Timor Leste memiliki SDM yang memadai, namun masih kurang dalam pemanfaatannya. Oleh karenanya ia berharap pela han di Bali, untuk kemudian dapat menerapkan ilmu nya untuk kemajuan di negaranya.

Menurut Pas ka Timor Leste memiliki potensi yang nggi dalam bidang parwisata,

namun membutuhkan suatu sentuhan yang pa-ham akan pariwisata untuk melengkapi potensi tersebut. Paas ka juga menekankan pen ng-nya pembangunan jejaring yang kuat. Pas ka berjanji akan menurunkan kepala SKPD terkait seper Dinas Pariwisata dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali agar dapat berkoordinasi lebih lanjut dengan m dari Timor Leste.

“Saya menyambut baik penjajagan ini. Orang Bali banyak yang memiliki ikatan psikologis den-gan Timor Leste, oleh karenanya kita harus saling membantu”, ujar Pas ka. Pas ka juga menyam-paikan bahwa Bali memiliki organisasi Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Provinsi Bali untuk menindak lanju kerjasama tersebut. Bali juga memiliki balai la han kerja, hotel untuk magang dan fasilitas lainnya yang dapat disiapkan untuk mendukung pelaksanaan kerjasama antar dua negara. BTNewspaper/pr

Timor Leste Jajagi Kerjasama dengan Bali

L Alit MartiniEksiskan Best Western

balitravel_97_indonesia.indd 11balitravel_97_indonesia.indd 11 1/7/2015 3:29:26 PM1/7/2015 3:29:26 PM

Page 12: Btnp 97 indo

12 No. 97 11 - 24 Januari 2015PANTAI PANDAWA

K12-VI.79-14

NAIK daunnya pantai Pandawa, tak lepas dari komitmen desa adat Kutuh memberdayakan potensi desanya. Seper diketahui, kawasan ‘’bukit’’ era sebelum tahun 80-an iden k dengan kemiskinan. Era tahun 96-an, Kutuh dikenali dengan budidaya rumput lautnya. ‘’Rasa jengah mendorong krama adat bangkit dengan mem-berdayakan potensi yang ada. Terlebih dengan dicanangkannya konsep community base in tourism, kami (desa adat Kutuh) sudah memi-liki dan melaksanakannya,’’ ungkap seorang tokoh setempat saat mengiku workshop yang diselenggarakan Asosiasi Desa Wisata Ekologis Bali di Denpasar.

“Secara tradisi”, tegas Jro Bendesa Kutuh, DR. Drs. Md Wena, MSi “adat Kutuh telah memi-liki pedoman pembangunan berbasis masyarakat bernafaskan konsep keseimbangan hidup Tri Hita Karana. Visioner-nya tetua masyarakat Kutuh dapat dilihat pada visi, misi desa adat Kutuh yaitu

melangkah bersama membangun desa adat Kutuh yang mandiri dan sejahtera berlandaskan Tri Hita Karana”.

Kemudian dijabarkan dalam misi bidang parahyangan yaitu dengan meningkatkan srada dan bak krama desa terhadap ajaran agama Hindu; melestarikan eksistensi adat dan budaya desa adat dengan jiwa ajaran agama Hindu. Bidang palemahan dengan mewujudkan pembangunan yang selaras, seimbang, dan terkendali sesuai fungsi; melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup; mewujudkan pengelolaan palemahan padruwen desa untuk kesejahteraan masyarakat.

Di bidang pawongan dengan meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia; menata sistem pemasih krama pengarep dan krama tamiu untuk meningkatkan keharmoni-san, toleransi, dan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan perekonomian desa adat Kutuh

WISATA pantai di wilayah Badung dak hanya iden k dengan pantai Kuta dan Nusa Dua, pantai Seminak, Berawa, New Kuta, Kedonganan bagi penikmat seafood. Atau ke Padang- Padang, Uluwatu bagi penikmat wisata surfing. Dalam ga tahun terakhir, Badung juga mencatatkan pantainya yang unik di ujung Se-latan Bukit Unggasan, pantai Pandawa.

Pantai yang awalnya sentra pengembangan rumput laut, di penghujung tahun 2014, menjadi salah satu pusat pesta tutup dan buka tahun dengan ngkat kunjungan membludak me-nyaingi meriahnya pesta di pantai Kuta, Badung.

Pantai yang oleh masyarakatnya disebut pantai Penyekjekan, oleh komunitas surfing dikenal sebagai Secret Beach, sekarang ber-label pantai Pandawa. Objek wisata pesisir ini memang dirancang sebagai objek tema s pewayangan dilengkapi sejumlah ‘’goa gala-gala’’ dengan patung Panca Pandawa bersama Ibu Suri Kun Dewi.

“Meski baru seumur jagung, ternyata pesta akhir dan awal tahun yang kami kemas menjadi Pandawa Fes val membuat kemac-etan panjang di bukit,” ungkap Pani a peny-elenggara, Kodim Artatenaya, sehingga, tahun 2015 event Desember diper mbangkan untuk dipindah waktu penyelenggaraannya. ‘’Meng-hindari hujan,’’ jelasnya sambil menambahkan, pantai Pandawa belum memiliki fasilitas me-madai untuk menyelenggarakan acara dalam

ruangan atau dalam wan lan.“Untuk memberi kenyamanan yang lebih

baik, Pemkab Badung telah menganggarkan bantuan peningkatan insfrastruktur kawasan pantai Pandawa,” ungkap Ketua Badan Penge-lola Kawasan Pantai Pandawa, Wayan Kosin.

Desa Kutuh , diakui Jro Bendesa Kutuh, DR, Drs Md Wena, MSi dak sepopular desa- desa lain di Kecamatan Kuta Selatan. Namun, masyarakat desa Kutuh yang sebelumnya bagian dari Desa Unggasan yakin bahwa se ap jengkal tanah di Bali memiliki ‘’dharma’’nya. Era reformasi mendorong prajuru desa adat Kutuh memulai upaya pember-dayaan potensi desanya. ‘’ Ditahun 99- an, desa mengupayakan nilai tambah potensi rumput laut di pantai Penyekjekan dengan memperlancar moda transportasi,’’ jelasnya.

Jika sebelumnya akses ke pantai Pe-

nyekjekan – oleh komunitas surfers dikenal sebagai Secret Beach—sangat sulit. Akses jalan dibuka dengan membelah tebing kapur secara ar s k, tema s pewayangan Panca Pandawa. Jadilah objek wisata Pantai Pandawa, petani rumput laut dak hanya menanam rumput laut, sekarang ‘menanam’ kano dan ‘menang-kap’ wisatawan untuk menikma pantai Pandawa. Atau membuka warung kudapan di sepanjang pantai Pandawa. “Pasalnya wisa-tawan dak hanya bisa menikma laut den-gan berkano ria, tetapi juga bisa mengadopsi karang dan menikma indahnya taman laut di pantai Pandawa. Tentu mereka memerlukan konsumsi dari makanan dan minuman ringan sampai makan ‘’berat’’ makan siang atau makan malam,” jelas Wayan Kosin.

Joging, Meditasi dan TirtayatraKawasan pantai Pandawa sepanjang 3,5

kilometer, jelas Ketua Badan Pengelola Pantai Pandawa, Wayan Kosin berbatasan dengan pantai Nusa Dua di sisi Timur dan pantai Ung-gasan di bagian Barat. Selain memiliki pantai berpasir pu h dengan laut yang rela f tenang layak untuk berkano, atau menanam terumbu karang, juga menawarkan kegiatan meditasi dan Tirta Yatra ke kawasan Pura Gunung Pa-yung, Pura Gunung Jambul atau ke pura Batu Pageh, Batu Madinding, dan Batu Mejan. Bagi penghobi olahraga, perbukitan di pantai Pan-dawa menawarkan jalur jogging yang berbeda dengan sirkuit jogging lainnya.

Bagi peminat wisata relegi, Pura Gunung Payung di batas Tenggara desa dan Pura Gunung Jambul di batas Barat laut desa, menjadi ruang meditasi dan Tirta Yatra yang layak dicoba. Se-lain masyarakat desa adat Kutuh, pura Gunung Payung disungsung masyarakat desa-desa tetangga seper Kampial, Bualu, dan Peminge. Penyungsung memiliki beban tetegenan lang-sung terkait dengan ritual saat pujawali se ap Purnama Sasih Kaulu. Di pura ini terdapat mata air, mbul dari tancapan tangkai payung Dang Hyang Nirartha, yang mengalirkan kesuburan bagi pertanian di sekelilingnya. Sumber air yang berada di utama mandala pura oleh masyarakat lokal disebut Kubung Suci sebagai sumber rta utama. BTNewspaper/*/Dwi

Di Pantai Pandawa: Dari Berkano di Ladang Rumput Laut, Jogging sampai Tirta Yatra

Desa Adat Kutuh: CBT di Bawah Payung Adat

berbasis kerakyatan; mewujudkan kepas an hukum, keter ban, ketentraman, dan kedamaian masyarakat; meningkatkan sinergi desa adat dengan pemerintahan desa dinas Kutuh dalam rangka mewujudkan keharmonisan kehidupan masyarakat desa adat Kutuh.

“Mengacu pada misi bidang palemahan dan pawongan,” jelas Jro Bendesa Kutuh, prajuru telah dibekali alat bantu antara lain berupa perarem Nomor 01 Tahun 2014 tentang Bhaga Utsaha Manunggal Desa Adat (BUMDA/Badan Usaha Milik Desa Adat) Kutuh, dalam mewu-judkan lembaga terpadu pengelolaan padruwen desa (asset desa) dengan empat (4) unit usaha, yaitu unit usaha Lembaga Perkreditan Desa (LPD), unit usaha pemupon palemahan wisata pantai Pandawa (pengelolaan kawasan pantai Pandawa), unit usaha pamupon palemahan wisata Gunung Payung (pengelola kawasan wisata Gunung Payung), dan unit usaha penye-dia dan distribusi barang jasa.

Kutuh, lanjut Jro Bendesa Kutuh, memiliki awig-awig yang melindungi tebing di Kutuh den-gan memasukkannya sebagai karang pamupon desa. Desa Adat Kutuh memiliki tebing sepan-jang lima (5) kilometer dari Gunung Payung yang berbatasan dengan Kelurahan Benoa

hingga Batu Pageh yang berbatasan dengan Desa Ungasan. Dengan adanya BUMDA di bawah naungan Desa Adat, asset pantai, tebing dan sekitarnya dapat dikelola, diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan ini makin diperkuat secara hukum nasional melalui UU Pengelolaan Pesisir dan eksistensi UU Desa.

Tanpa mengurangi apresiasi terhadap inves-tor luar, desa adat Kutuh berupaya mengelola asset desa untuk masyarakat dan menjadikan masyarakat investor utama di desanya. Terbuk dalam ga tahun terakhir Kutuh mampu me-nyelenggarakan Fes val Pantai Pandawa dan sukses. Sukses Pandawa Fes val memperkuat ja diri desa Kutuh dengan sirup rumput lautnya.

Jika badan pengelola wisata pantai Pan-dawa maupun Gunung Payung sudah menunjuk-kan eksistensinya dengan baik. ‘’Kami sedang mendorong unit usaha barang dan jasa, mungkin dengan mengelola jasa akomodasi khas Kutuh, sehingga wisatawan dak hanya sekadar singgah menikma pantai Pandawa dan Gunung Payung, tetapi bisa menginap, berinteraksi dengan ma-syarakat mengapresiasi tradisi, budaya masyara-kat setempat. Dengan demikian roda ekonomi lainnya ikut bergerak,’’ ungkap Wena lebih jauh. BTNewspaper/*/disparda badung

balitravel_97_indonesia.indd 12balitravel_97_indonesia.indd 12 1/7/2015 3:29:31 PM1/7/2015 3:29:31 PM