BPPV Lora

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bppv

Citation preview

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb.Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul BPPV (Benign Paroxysmal Positioning Vertigo) ini dapat diselesaikan.Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF THT di RSUD Dr. Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Dr. Gunawan Kurnaedi, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing.2. Dr. Elananda Mahendrajaya, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing3. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF THT RSUD Dr. Slamet Garut.4. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr. Slamet Garut.Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.Akhir kata penuli smengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.WassalamualaikumWr. Wb

Garut, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar. ...................................................................................................1Daftar Isi..............................................................................................................2BAB 1 Pendahuluan. .........................................................................................3BAB 2 Anatomi Telinga. ..................................................................................4BAB 3 Fisiologi Keseimbangan. .....................................................................10BAB 4 BPPV (Benign Paroxysmal Positioning Vertigo). ..............................12BAB 5 Kesimpulan. .........................................................................................16Daftar Pustaka. ...................................................................................................17

BAB 1PENDAHULUAN

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.1Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizziness yang dilaporkan pada primary care.2Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain. 93% pasien pada Iprimary care mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau menire disease.2Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka, menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter unutk menegakkan diagnosis dan member terapi yang tepat untu pasien.3

BAB 2Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Anatomi Alat KeseimbanganTelinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan alat perasa pada tendon dalam. Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.1Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.1Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan (yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.1

Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan 1

Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 450 terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan kanalis semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal). Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yangmemanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit. Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan). 1

Gambar 2. Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. 1Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.1Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat. 1

Gambar 3. Makula Statika

Kompleks nuklear vestibularis terbentuk oleh :41. Nukleus vestibularis superior (Bekhterev)2. Nukleus vestibularis lateralis (Deiters)3. Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe)4. Nukleus vestibularis inferior (Roller)

Gambar 4. Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya. A. Komponen nulkeus vestibularis. B. Hubungan sentral masing-masing komponen nukleus vestibularis

Fisiologi Alat Keseimbangan Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.2Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat didalam vestibilum labirib tulang. Labirin kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Didalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.5Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa didalam labirin dan selanjutnya silia sel rambut menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk kedalam sel yang menyebabkan implus sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadilah hiperpolarisasi.5Organ vestibuler brefungsi sebagai transuder yang mengubah energy mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa didalam kanalis semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat member informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan sudut.5Sistem vestibuler berhubungan dengan system tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada tubuh yang bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mula dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat.5

BAB 3BPPV(Benign Paroxysmal Positioning Vertigo)

DefinisiBenign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang ditandai dengan episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. BPPV merupakan penyebab tersering dari vertigo berulang dan vertigo ini disebabkan oleh stimulasi abnormal dari cupula karena adanya free-floating otoliths (canalolithiasis) atau otolith yang telah beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis) dalam satu dari tiga kanal semisirkular.4,5

EtiologiBPPV timbul sebagai akibat stimulasi yang tidak sesuai pada SCC (Semi Circularis Canalis) sel rambut, sebagai respon dari perubahan posisi kepala terhadap gravitasi oleh otokonia yang terasing. Otokonia ialah kristal kalsium karbonat yang normalnya ditemukan terbenam di membran otolit gelatin dari sakulus dan utrikulus. Bila otokonia menemukan jalan mereka menuju duktus SCC (canalolithiasis) atau menempel pada kupula SCC (Kupulolithiasis), maka perubahan posisi kepala akan mengakibatkan perubahan posisi kupula, entah secara langsung melalui kupulolitiasis atau secara tidak langsung melalui perubahan tekanan cairan endolimfe pada kanalolitiasis.4 Kupulolithiasis lebih sering terjadi pada lateral(horizontal) SCC, sedangkan canalolithiasis lebih sering pada posterior SCC.dan terjarang pada anterior SCC 5

Sumber gambar: (scott browns otorhinolaryngology, head and neck surgery 1, volume 3. seventh edition. hlm 3760)Perubahan posisi Kupula akan menimbulkan vertigo dan nistagmus dalam CSS yang dirangsang. Bila otokonia pada anterior/posterior CSS maka nistagmus vertikal torsial. Sebaliknya bila terjadi pada otokonia lateral CSS maka nistagmus horizontal.4BPPV dapat timbul sebagai akibat dari trauma kepala atau vestibular neuritis. Biasanya gejala timbul beberapa hari setelah trauma kepala, sedangkan pada vestibular neuritis gejala tidak akan timbul dalam beberapa minggu / tahun. 4Pada beberapa pasien, BPPV dapat timbul pada perjalanan penyakit progresif telinga dalam, misalnya Menieres disease dan Corgans syndrome. namun pada kebanyakan kasus, penyebab nya tidak teridentifikasi. 4

EpidemiologiPaling banyak adalah pasien BPPV SCC Posterior BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang ditemukan pada anak. 4, 5

Manifestasi KlinikPenderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan posisi kepala pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala dalam posisi tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. Tanda klinis karakteristik nya ialah terjadi nistagmus saat diperiksa Dix hallpike manouvre.4

Diagnosis KlinisDiagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :1. Anamnesis Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.2. Pemeriksaan fisikPasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah: Dix-Hallpike dan Tes kalori.a. Dix-Hallpike Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut : Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o40o, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis posterior. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik. Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan ipsilateral. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya.

Gambar Uji Dix-Hallpike

Dix Hallpike testSumber gambar: http://www.stopdizziness.com/images/dix_hallpike.gif

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

b. Tes kaloriTes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk menghilangkan pusingnya).

Diferensial Diagnosis: 4 1. Vestibular NeuritisVestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.2. Labirintitis Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin.3. Penyakit Meniere Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.

PenatalaksanaanPenanganan efektif dengan cara merelokasi otokonia dari duktus SCC ke vestibulum, menggunakan Epley Manouvre. 4Kontraindikasi Epley manouvre pada pasien sakit leher dan stenosis carotid high grade. (sebaiknya dilakukan the Dix-Hallpike manouvre )4Surgical management ditujukan untuk gagal therapi reposisi canalis5. Sumber Gambar : http://www.wikem.org/w/images/a/a6/Epley.jpg

Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri (pada gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri) (1) Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putarkepala ke arah kanan (sebaliknya) perlahansampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo. Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudianke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

Latihan Semont Liberatory :

Gambar 2. Manuver Semont Liberatory

Keterangan Gambar : Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke kiri. Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik) Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur tulang panggul ataupun replacement panggul.

Latihan Brandt DaroffLatihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV, biasanya digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal. Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2 minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit).

Cara latihanBrand-Darroff :

Manuver Brand-Darroff

Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.

TERAPI BEDAHDengan CRP berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat mengalami vertigo persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan yanga merupakan refrakter dari manuver reposisi. Terapi bedah dapat dipertimbangkan dalam kesempatan yang jarang, yang disebut juga incratable BPPV. Transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior (singular neurectomy) atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran penutup) telah dilakukan untuk incratable BPPV.Neurektomi tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan prosedur yang efisien yang dibuat untuk mengontrol gejala incratable BPPV. Dengan risiko yang dapat diterima gangguan pendengaran pasca operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga merupakan teknik yang efektif dengan rendahnya resiko gangguan pendengaran.Namun, intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah dicoba dan gagal.

TERAPI MEDIKAMENTOSAObat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tidak dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat vestibulosuppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Dokter dapat memberikan obat untuk 1) mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2) mengurangi gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine), belladonna alkaloid scopolamine (Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium), diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan CRM.

Outcome & KomplikasiKebanyakan pasien serangan BPPV terjadi dalam periode yang berakhir dalam beberapa minggu. dan biasanya sself-limited. Dan remisi terjadi tidak dapat diperkirakann.Pasien dengan serangan vertigo berulang lebih dari beberapa dekade dan tidak dijumpai abnormalitas dalam pemeriksaan, biasanya memiliki BPPV.4

BAB 4Kesimpulan

BPPV, ialah suatu gangguan serangan tiba-tiba vertigo, berhubungan dengan nistagmus, dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gravitasi.BPPV lebih sering terjadi pada wanita dibanding Pria. Paling sering pada SCC Posterior. Gejala klinis yang sering dialami pasien ialah vertigo singkat ( 10-20 detik)yang berulang,yang mengikuti perubahan posisi kepala terhadap gravitasi. pada beberapa pasien, serangan terjadi sangat sering, sehingga mereka merasa tidak nyaman diantara serangan, sehingga dianggap pusing setiap saat. Pemicu paling sering adalah berguling di tempat tidur, naik turung tempat tidur, posisi kepala maju kedepan saat membungkuk, posisi kepala menengadah.Penanganan efektif dengan cara merelokasi otokonia dari duktus SCC ke vestibulum, menggunakan Epley Manouvre.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.2. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 3. Peterson-Brown, Simon. Telinga. In: Sinopsis Anatomi. London: Churchill Livingstone ; 1994: 222-227.4. Gleeson,Michael. The anatomy and embryology of the external and middle ear. In: Scott-Browns Otorhinolaryngolog,Head and Neck Surgery Volume 3. 7th edition. London: Hodder Arnold, an Hachette UK Company ; 2008: 3103-31475. Snow JR, James B. Anatomy of the Auditory and Vestibular Systems. In: Ballengers Otorhinolaryngology 17 Head and Neck Surgery. USA: BC Decker Inc; 2009 :6. Gleeson, Michael. Balance Disorders. In: Scott-Browns Otorhinolaryngolog,Head and Neck Surgery Volume 3. 7th edition. London: Hodder Arnold, an Hachette UK Company ; 2008: 3673, 3760 3763.7. Snow JR, James B. Menieres Disease, Vestibular Neuronitis,Paroxysmal Positional Vertigo, andCerebellopontine Angle Tumor. In: Ballengers Otorhinolaryngology 17 Head and Neck Surgery. USA: BC Decker Inc; 2009: 410 - 8. Ganong,William F. In: Fisiologi Kedokteran:191-192. 9. Guyton, Arthur C. Fungsi utrikulus dan sakulus dalam menjaga keseimbangan statik. In: Fisiologi Kedokteran. Philadelphia, Pennsylvania ;1996: 881 88310. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing. December:2006.

Page 1