2
Patofisiologi BPH Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan  menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesik al. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anat omik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya s elula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebu t fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada sal uran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dik enal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase  dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluru h bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter at au terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengak ibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal g injal. Hiperplasi prostat ? Penyempitan lumen uretra posterior ? Tekanan intravesikal ? Buli-buli Ginjal dan Ureter  Hipertrofi otot detrusor  Refluks vesiko-ureter  Trabekulasi  Hidroureter  Selula  Hidronefrosis  Divertikel buli-buli  Pionefrosis Pilonefritis  Gagal ginjal Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu ko mponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan ada nya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika seh ingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen  dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha a drenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan k ontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergant ung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi  oleh komponen mekanik. 6. Gambaran Klinis BPH Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun k eluhan di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif d

bph patof

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bph patof

8/16/2019 bph patof

http://slidepdf.com/reader/full/bph-patof 1/2

Patofisiologi BPH

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat gunamelawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya s

elula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.

Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada keduamuara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter at

au terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Hiperplasi prostat

?

Penyempitan lumen uretra posterior

?

Tekanan intravesikal ?

Buli-buli Ginjal dan Ureter

  Hipertrofi otot detrusor  Refluks vesiko-ureter  Trabekulasi  Hidroureter  Selula  Hidronefrosis  Divertikel buli-buli  Pionefrosis Pilonefritis

 Gagal ginjal

Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan ada

nya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.

6. Gambaran Klinis BPH

Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.

1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif d

Page 2: bph patof

8/16/2019 bph patof

http://slidepdf.com/reader/full/bph-patof 2/2

an gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.

Gejalanya ialah :

  Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)  Pancaran miksi yang lemah (weak stream)  Miksi terputus (Intermittency)  Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)  Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu :

  Volume kelenjar periuretral  Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat  Kekuatan kontraksi otot detrusor

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh.

Gejalanya ialah :

  Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)  Nokturia  Miksi sulit ditahan (Urgency)  Disuria (Nyeri pada waktu miksi)

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus