Upload
aginnginna
View
253
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah diare
Citation preview
Diare Akut et Causa Infeksi Enteroinvasif
Nama Kelompok F3 :
Micco Joshua Apriano 102009204
Lisa Lina Pakel 102012307
Brian Yeremia Liesmanto 102013024
Mutiara Sri Widyastuti 102013043
Ni Kadek Tinsha June Sw 102013167
Ivan Yoseph Saputra 102013272
Diravita Caroline 102013425
Junaedi 102013463
Nadiah binti Baharum Shah 102013526
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
1
Abstrak
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya ( > 3 kali / hari ) disertai perubahan konsistensi tinja ( menjadi cair ) dengan /
tanpa darah dan / atau lendir. Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada mereka
yang sebelumnya sehat dan diare kronik merupakan diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau
lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah ( failure to thrive )
selama masa diare tersebut. Diare lebih banyak disebabkan oleh karena adanya kelainan baik
organik maupun fungsional dari organ - organ di rongga abdomen. Penyakit diare adalah salah
satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia. Diare akut akibat
infeksi dapat disebabkan oleh bakteri dan ianya dapat dibagikan menjadi 2 tipe yaitu diare
enterovasif dan enterotoksigenik.
Kata kunci : Diare, enterovasif, enterotoksigenik.
Pendahuluan
Gastroenteritis merupakan infeksi pada traktus gastrointestinal oleh bakteri, virus, atau
parasit patogen. Kebanyakan dari infeksi tersebut adalah infeksi food - borne, dengan
manifestasi yang paling sering berupa diare dan vomitus yang dapat berhubungan dengan gejala
sistemik nyeri abdomen dan febris, namun dapat juga merupakan manifestasi awal dari
intoleransi susu atau protein kedelai.1,2
Diare merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara baik negara maju
maupun negara berkembang. Diare sendiri didefinisikan sebagai pengurangan konsistensi dan
penambahan frekuensi dari tinja, di mana frekuensi, volume, dan konsistensi tinja bervariasi
pada setiap orang. Sebagai contoh, bayi yang menyusui dapat buang air besar sampai lebih dari
tujuh kali sehari sehingga bayi dikatakan menderita diare apabila frekuensinya lebih dari
sepuluh kali dan volumenya bertambah.2 Diare akut merupakan diare yang terjadi dalam durasi
kurang dari 14 hari dan kebanyakan disebabkan oleh infeksi enterik.
Diare merupakan keluhan pasien yang cukup banyak ditemukan dalam praktek sehari –
hari di Indonesia. Diare ini lebih banyak mengenai anak – anak dibanding dewasa. World
2
Health Organization ( WHO ) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian pertahun disebabkan diare,
dimana 80% dari kematian ini mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun.
Diare pada anak adalah pengeluran tinja yang cair atau lunak yang tiga kali atau lebih
dalam satu hari, yaitu meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak
sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam atau buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang
air besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara akut, dan biasanya kurang dari 14 hari. Tinja
bersifat lunak atau cair, tanpa disertai darah. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi virus
seperti Rotavirus dan infeksi bakteria seperti E.coli dan kolera.3 Komplikasinya adalah
dehidrasi dan dapat memberikan keadaan bahaya pada anak sekiranya tidak ditangani. Terapi
utama adalah rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi sampai diare mereda serta menghindari
malnutrisi akibat kurangnya asupan nutrient
Isi Perbincangan
1.0 Anamnesis
Pada anamnesis, tanyakan sudah berapa lama dan apakah ada darah pada tinjanya,
asupan makanannya selama diare, frekuensi diare, dan kehilangan berat badan untuk melihat
adanya dehidrasi. Juga diusahakan memperoleh informasi mengenai riwayat pajanan terhadap
gejala yang serupa, konsumsi makanan yang terkontaminasi, baru bepergian ke daerah endemik
diare, adanya hewan peliharaan, dan penggunaan antimikroba. Dalam kasus ini, pasien lelaki 25
tahun mengeluh BAB cair 5x sehari disertai darah, mual, muntah – muntah dan nyeri perut.
Tabel 1. Pertanyaan penting yang dapat ditanyakan mengenai gangguan di seluruh cerna.2
Pertanyaan Uraian
Nafsu makan Baik/ buruk. Perubahan yang baru terjadi? Intoleransi makanan spesifik.
Berat badan Berkurang/ bertambah/ tetap? Berapa banyak dan berapa lama?
Disfalgia Adanya kesulitan menelan? Disebabkan oleh nyeri atau adanya tahanan?
3
Jenis makanannya apa? Keadaan yang menyebabkan hambatan? Kapan
terjadinya? Apakah adanya terjadi regurgitasi?
Diet Termasuk pertanyaan tentang obatan yang dikonsumsi, yang dapat
merangsang lambung.
Nyeri abdominal/
gangguan pencernaan/
dispepsia
Keadaan? Penjalaran? Kumpulan? Efek makanan? Efek antacid? Efek
gerakan usus?
Muntah Berapa banyak? Berapa sering? Isi? Ada darah atau materi yang
menyerupai kopi?
Distensi abdomen Nyeri? Muntah? Gerakan usus berkurang atau tidak ada? Flatus?
Diare Seberapa sering? Dalam jumlah besar atau sedikit? Darah? Mukus? Pus?
Gejala penyerta? Baru melakukan perjalanan?
Tinja Diare? Konstipasi? Melena?
2.0 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan baring dan
relaks, kedua lengan berada di samping dan pasien bernafas melalui mulut. Pasien diminta
untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya hingga otot abdomen menjadi relaks.
Dokter yang memeriksa harus merasa nyaman, relaks dan oleh sebab itu ranjang harus
dinaikkan atau pemeriksa berlutut di samping tempat tidur. Tangan pemeriksa harus hangat
untuk menghindari terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien. Pemeriksaan dimulai dari
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada pemeriksaan tanda vital umumnya didapatkan
suhu badan mengalami peningkatan ( subfebris ), nadi dalam keadaan normal, frekuensi nafas
meningkat, tekanan darah normal dan didapatkan bising usus meningkat.
3.0 Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar laboratorium klinik tersedia uji diagnostik untuk enteropatogen virus,
bakteri dan parasit. Contohnya seperti Enzyme – linked immunosorbent assay (ELISA) yang
4
dapat mengidentifikasi Rotavirus. Selain itu, pembiakan tinja paling sering dilakukan kerana
dapat mengidentifikasi enteropatogen bakteri yang sering dijumpai, misalnya Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, Plesiomonas dan Escherichia coli
enterohemoragik.3,4 pH dan kadar gula dalam tinja juga dapat diperiksa dengan kertas lakmus
dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Terdapat juga pemeriksaan mikroskopik tinja yang dapat menjumpai Giardia,
Cryptosporidium dan juga parasit enterik lainnya, yang diawetkan dalam formalin atau alkohol
polivinil.5 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menggunakan
pH atau cadangan alkali serta menggunakan pemeriksaan analisa gas darah.
Beberapa pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin ntuk
mengetahui faal ginjal juga boleh dilaksanakan. Tambahan lagi, dilakukan pemeriksaan
elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum ( terutama pada
penderita diare yang disertai kejang ). Pemeriksaan intubasi duodenum juga membantu untuk
mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
4.0 Working Diagnosis : Diare akut akibat infeksi bakteri enteroinvasif
Diare akut akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri. Ianya dapat dibagikan menjadi
2 tipe yaitu diare enterovasif dan enterotoksigenik.
4.1.1 Diare Enterovasif
Ada gejala demam dan tinja berdarah. Penyakit ini berlaku secara invasif, sering terjadi
di kolon, frekuensi BAB sering tapi sedikit – sedikit dan sering diawali dengan diare air. Sulit
dibedakan dengan Irritable Bowel Disease (IBD). Pemeriksaan lab menunjukkan banyak
leukosit di tinja dan kultur tinja akan menemukan bakteri seperti Enteroinvasive E. coli
( EIEC ), Salmonella, Shigella dan Campylobakter.
4.1.2 Diare Enterotoksigenik
Diare tipe ini adalah non invasif, terdapat mual dan sering berlaku pada diare turis
sebanyak 85%. Mempunyai gejala tanpa demam dan tanpa darah. Contohnya bakteri seperti V.
5
cholera Eltor dan Enterotoksigenic E. coli ( ETEC ). Apabila berlaku infeksi bakteri, bakteri
akan menempel pada mukosa usus, lalu menyebabkan kapasitas penyerapan berkurang dan
sekresi cairan akan meningkat. Bakteri akan mengeluarkan toksin menyebabkan absorpsi
natrium berkurang dan sekresi klorida akan meningkat. Tinjanya adalah kolera tinja yaitu
seperti cucian beras dan disertai muntah.3 Penyebab yang lain seperti bahan toksik pada
makanan ( logam berat misalnya preservatif kaleng, nitrit, pestisida, histamin pada ikan ).
Tabel 2. Penyebab infeksi dan non – infeksi pada diare akut.5
Apabila berlaku infeksi bakteri yang enterovasif, bakteri akan menempel pada mukosa
usus dan di sini diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.
Sifat diarenya berupa sekretorik eksudatif. Cairan diare ini dapat tercampur dengan lendir dan
darah.
4.2 Differensial Diagnosis
4.2.1 Diare akut akibat infeksi virus
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus misalnya, Rotavirus, Adenovirus, Norwalk
virus dan Cytomegalovirus (CMV).5 Biasanya untuk kasus ini, pasien menghasilkan feses cair
seperti air, tidak disertai lendir dan darah. Pasien juga mengalami dehidrasi sedang yang
ditandai dengan demam subfebril, turgor kulit menurun dan dalam keadaan lemas.
4.2.2 Amubiasis
6
Amubiasis merupakan suatu infeksi Entamoeba histolytica pada manusia dapat terjadi
secara akut dan kronik. Kebanyakan individu yang terinfeksi asimtomatik, dan kista ditemukan
pada tinjanya. Gejala yang biasa terjadi adalah diare, muntah, dan demam. Tinja lembek atau
cair disertai dengan lendir dan darah. Pada infeksi akut kadang - kadang ditemukan kolik
abdomen, kembung, tenesmus dan bising usus yang hiperaktif.5 Manifestasi klinis dari
amubiasis yang paling sering disebabkan oleh invasi lokal pada epitel usus dan penyebaran ke
hati. Selain itu amubiasis juga mencakup dari infeksi amubiasis dari kista yang asimptomatik
sampai kolitis amuba, disentri amuba, ameboma dan penyakit ekstraintestinal. Infeksi E.
histolytica tidak bergejala sama sekali pada 90 % penderita, namun memiliki potensi untuk
menjadi invasif sehingga hal tersebut memerlukan perawatan.
4.2.3 Trikuriasis
Trikuriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi berasal dari jenis cacing
Trichuris trichiura yang biasa berkembang biak dalam lingkungan yang kebersihannya tidak
terjaga seperti di dalam tanah dan lumpur. Proses masuknya ke dalam tubuh manusia adalah
melalui infeksi yang disebabkan oleh cacing ini setelah penderita menelan makanan yang sudah
terkontaminasi. Ada beberapa gejala yang akan dialami penderita yang diantaranya adalah nyeri
perut dan diare, selain juga akan mengalami gejala lain seperti perdarahan usus, dan penyakit
anemia, atau penurunan berat badan secara drastis.5
5.0 Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut :
5.1 Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
dapat meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit. Virus merupakan penyebab utama diare akut di
negara - negara maju dan negara - negara berkembang, di mana virus yang paling tinggi
prevalensinya ( hingga 60% ) dalam menyebabkan diare adalah rotavirus ( gambar 2 ), suatu
virus RNA double-stranded yang mempengaruhi usus halus dan menyebabkan diare cair tanpa
leukosit dan tanpa darah.5,6 Virus ini dapat bertahan beberapa jam pada tangan dan beberapa
hari pada permukaan lingkungan. Masa inkubasinya sekitar 24 - 72 jam. Terdapat juga virus
lain yang meyebabkan diare misalnya, Adenovirus dan Norwalk virus.7,8
7
Gambar 1. Gambaran mikroskop electron rotavirus5
Selain virus, bakteri seperti Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter
jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides,
Salmonella sp, Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica dan parasit
Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia
lamblia, Entamoeba hystolica, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,
Strongiloides stercorlis, dan trichuristrichiura juga mampu menyebabkan diare.
5.1.1 Faktor ekstraintestinal
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
5.2 Faktor Non – infeksi
5.2.1 Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Disamping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
5.2.2 Faktor obat - obatan.
Banyak obat yang boleh menyebabkan diare dan obat yang paling sering adalah
antibiotik. Antibiotik dapat menghancurkan kedua bakteri flora normal usus dan bakteri
pathogen sehingga dapat menganggu keseimbangan alami dari usus.
5.2.3 Faktor Makanan
8
Diare dapat terjadi karena suatu allergi makanan seperti Cow’s Milk Protein Allergy
( CMPA ), susu kedelai dan allergi makanan multiple, mengkonsumsi makanan basi, beracun
( tertelan logam berat seperti Co, Zn, cat ) dan defisiensi vitamin.
5.2.4 Riwayat operasi
Terkadang orang dapat mengalami diare setelah tindakan operasi pada abdomen seperti
operasi appendicitis dll.
5.2.5 Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis dan emosi ( rasa takut, gelisah dan cemas ).
6.0 Epidemiologi
Di Amerika Syarikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi ( gastroenteritis ) terdapat pada peringkat pertama s/d
keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah
yang disebut terakhir ini memberi kesan seolah – olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.6
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150 – 430 perseribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit
dapat ditekan menjadi kurang 3 %.6 Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2 – 3 kali berbanding negara maju.8
7.0 Patofisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
7.1 Gangguan osmotik:
9
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
7.2 Gangguan sekresi
Gangguan terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare
kerena peningkatan isi lumen usus.
7.3 Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
7.4 Malabsorbsi asam empedu, malabsorpsi lemak
Disebabkan oleh gangguan pembentukan / produksi micelle empedu dan penyakit
saluran bilier dan hati.
7.5 Diare infeksi
Disebabkan oleh infeksi dinding usus dan infeksi dapat disebabkan oleh faktor kausal
dan penjamu.
Tabel 3. Faktor – faktor penyebab diare infeksi.6
Faktor kausal (agent) Faktor pejamu (host)
Daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan menghasilkan toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta
daya lekat kuman.
Kemampuan tubuh untuk mempertahan diri terhadap
organism yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri
dari faktor pertahanan saluran cerna seperti
keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan
lingkungan flora normal usus.
10
Berdasarkan kasus, diduga pasien menghidap diare akut disebabkan oleh infeksi bakteri.
Infeksi bakteri dapat disebabkan oleh beberapa bakteri seperti dalam tabel di bawah.
Tabel 4. Contoh infeksi bakteri.5
Organisma patogenik Mekanisme virulensi
Campylobacter jejuni Invasi, enterotoksin
Clostridium difficile Sitotoksin, enterotoksin
Escherichia coli
Enteropatogenik (EPEC)
Enterotoksigenik (ETEC)
Enteroinvasif (EIEC)
Enterohaemoragik (EHEC)
Enteroaggregatif (EAEC)
Perlekatan, merusak sama sekali
Enterotoksin
Invasi pada mukosa
Perlekatan, merusak sama sekali, sitotoksin
Perlekatan, kerusakan mukosa
Salmonell spp. Invasi, enteroroksin
Shigella spp. Invasi, enterotoksin, sitotoksin
Vibrio cholera Enterotoksin
Vibrio parahaemolyticus Invasi, sitotoksin
Yersinia enterocolitica Invasi, enterotoksin
Gambar 2. Mekanisme timbulnya diare7
8.0 Patogenesis
Patogenesis diare akut dengan masuknya pathogen atau agen yang masih hidup ke
dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Jasad tersebut akan
11
berkembang biak ( multiplikasi ) di dalam usus halus oleh jasad pathogen atau agen yang
dikeluarkan toksin ( toksin diaregenik ). Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare yang disebabkan bakteri ialah bakteri akan menempel di mukosa usus
dan menurunkan kapasitas penyerapan. Hal ini akan meningkatkan sekresi cairan. Bakteri juga
mngeluarkan toksin yang membuatkan absorbsi natrium menurun manakala sekresi klorida
meningkat. Selain itu, invasi bakteri akan merusak mukosa dan menyebabkan ada darah di
tinja.
Selain bakteri, virus juga memberikan patogenesis di mana virus berkembang biak
dalam epitel vili usus dan menimbulkan kerusakan epitel, pemendekan vili ( meningkatkan
sekresi air dan elektrolit ) dan enzim disakaridase hilang ( intoleransi laktosa ).6,7 Protozoa pula
akan menempel di mukosa dan membuatkan villi memendek. Contoh Protozoa ialah Giardia
lamblia dan Cryptosporidium. Invasi mukosa ( mis E. Histolitika ) sehingga terjadi abses /
ulkus.
9.0 Gejala Klinis
Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum
tanda dan gejala yang sering terjadi adalah sering buang air besar lebih dari 3 kali dan dengan
jumlah 200 – 250 gr, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan menurun, anorexia,
vomiting, dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang
turut meradang atau akibat keseimbangan asam - basa dan elektrolit. Selain itu, terjadi feces
encer, dapat disertai darah dan atau lendir. Warna tinja makin lama bercampur dengan kehijau -
hijauan dalam beberapa hari karena bercampur dengan empedu.
Terjadi juga perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi,
flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar, respirasi cepat dan dalam, kehilangan
cairan / dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat
fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan tekanan darah.
12
9.1 Kehilangan berat badan7,8
Dehidrasi ringan terjadi apabila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5 %, dehidrasi
sedang terjadi apabila terjadi penurunan berat badan 5 - 10% dan dehidrasi berat apabila terjadi
penurunan berat badan > 10%.
9.2 Skor Maurice King7,8
Tabel 5. Derajat dehidrasi bedasarkan score Maurice King6
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah,cengeng,
apatis, ngantuk
Mengigau, koma atau
syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun - ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi Kuat > 120 Sedang ( 120-140 ) Lebih dari 140
10. Penatalaksanaan
10.1 Terapi medika mentosa
Prinsip pengobatan diare adalah untuk menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.
13
Gambar 3. Algoritme pentalaksaan diare akut.7
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi
terdiri dari dehidrasi ringan, berat dan sedang.
Tabel 6. Derajat dehidrasi.5
Antara metode yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebutuhan cairan untuk rehidrasi
adalah menggunakan Metode Daldiyono dengan berdasarkan skor klinis dan formula.
Kebutuhan cairan: (skor dehidrasi/ 15) x 10% x kgBB x 1 liter.
Skor dehidrasi untuk metoda ini adalah:
Tabel 7. Skor dehidrasi.6
Klinis Skor dehidrasi
Rasa haus/ muntah 1
TD sistolik 60 – 90 mmHg 1
TD sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120/ menit 1
Kesadaran apati 1
Somnolen, sopor, koma 2
Frekuensi napas > 30 /menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
14
JENIS KEHILANGAN CAIRAN
TANDA DEHIDRASI
Dehidrasi ringan 2 – 5% berat badan Turgor kurang, suara serak, belum presyokDehidrasi sedang 5 – 8% berat badan Tugor buruk, suara serak, presyok/syok,
nadi cepat, napas cepat dan dalamDehidrasi berat 8 – 10% berat badan Tanda dehidrasi sedang bertambah,
kesedaran menurun, otot kaku, sianosis
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 1
Usia 50 – 60 tahun -1
Usia > 60 tahun -2
Pemberian cairan terbagi kepada beberapa tahap yaitu tahap 1 terdiri daripada rehidrasi
inisial ( 2 jam ) sebanyak total kebutuhan cairan, tahap 2 merupakan rehidrasi inisial ( 1 jam )
tergantung kepada kehilangan cairan dalam tahap 1 dan tahap 3 berdasarkan kehilangan cairan
melalui tinja berikutnya dan insensible water loss (IWL).
Apabila pasien dalam keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat
dengan minuman dan sari buah. Namun, bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan
dehidrasi, penatalaksaan agresif diberikan seperti pemberian cairan rehidrasi oral yang
mengandung formula lengkap NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa.
Cairan parental akan diberikan seperti Larutan Darrow ditambah glukosa, Ringer laktat
dan ditambah glukosa dan Glukosa ditambah NaHCO3 atau NaCl.
Jalan pemberian cairan untuk rehidrasi terbagi kepada 3 cara yaitu dengan peroral untuk
dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum dan kesadarannya baik.
Pemberian secara intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa rehidrasi, tetapi anak
tidak mahu minum atau kesadaran menurun. Yang ketiga ialah pemberian secara intravena
untuk dehidrasi berat.
10.1.1 Pengobatan antidiare
Tabel 8. Jenis obat antidiare.7
JENIS OBAT CONTOH OBAT
Antimotilitas Loperamid
Pengeras tinja Atapulgite (4 x 2 tab/ hari)
Tidak bermanfaat: kaolin, pectin, charcoal, tabomalAnti spasmolitik Papaverine
15
(tidak diperlukan untuk diare akut) Opium
Loperamid
10.1.2 Pengobatan antimikroba
Penggunaan obat ini tidak dianjurkan kepada kasus ringan, virus atau bakteri non
invasive. Antibiotika dapat digunakan apabila penyebab infeksinya jelas.
Tabel 9. Jenis bakteri dan pengobatannya.5
PENYEBAB TERAPI
Shigelosis Siprofloksasin
Salmonella paratyphi Siprofloksasin
Amoksisilin
Campylobacter Eritromisin
Disentri ameba Tinidazol
V. cholerae Siprofloksasin
Tetrasiklin
Giardia lamblia Tinidazol
Strongiloides Albendazol
10.2 Terapi non – medika mentosa
Pasien juga digalakkan untuk menjaga diet sehariannya supaya jumlah cairan dan
elektrolit tetap dalam keadaan stabil. Pasien tidak digalakkan untuk berpuasa, tidak meminum
minuman bergas, menghindari kafein dan alkohol kerana akan meningkatkan motilitas
peristaltik. Seterusnya tidak mengambil makanan yang mudah dicerna seperti sayuran hijau,
dan menghindari susu sapi karena defisiensi laktase transien pada pasien.
11.0 Komplikasi
Akibat yang ditimbulkan diare cair ialah dehidrasi, asidosis metabolik, hipokalemia,
hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi dan kejang.
16
Asidosis metabolik terjadi apabila pengeluaran bikarbonat bersama tinja akan
menaikkan ion H+ sehingga pH menurun. Dehidrasi menimbulkan gejala syok sehingga filtrasi
glomeruli berkurang dan ini menyebabkan konsentrasi asam meningkat, akibatnya pH
menurun. Pada asidosis, HCO3- menurun sehingga perbandingan berubah, untuk menjadikan
perbandingan normal kembali, tubuh harus mengurangi H2CO3 dengan cara mengeluarkan
CO2. CO2 dikeluarkan melalui nafas.
Hipokalemia akan terjadi seperti gejala lemah otot, aritmia, ileus paralitik (kembung).
Hipoglikemia timbul terutama pada gizi buruk / kurang, karena cadangan glikogen kurang, dan
gangguan absorbsi glukosa. Gejala lain seperti lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, kejang
dan syok terjadi dan dapat diterapi dengan larutan glukosa 20% intra vena.
Gangguan gizi disebabkan berkurangnya masukan makanan ( anoreksia, muntah,
memuasakan, memberi makanan encer ). Berkurangnya penyerapan zat makanan, terutama
unsur lemak dan protein, disebabkan kerusakan vili usus, defisiensi disakaridase / laktase –
malabsrorbsi laktosa, berkurangnya konsentrasi asam empedu, transit makanan melalui usus
meningkat, sehingga tidak cukup waktu untuk mencerna dan mengabsorbsi dan meningkatnya
kebutuhan zat makanan dikarenakan meningkat pula metabolisme dan kebutuhan untuk
memperbaiki epitel usus.
Gangguan sirkulasi kerana terjadi syok hipovolemik dengan gejala akral dingin,
kesadaran menurun, nadi kecil / sulit teraba dan cepat, tekanan darah menurun, kulit lembab,
berkeringat dingin, pucat dan sianosis. Kejang disebabkan oleh hipoglikemi, hiperpireksia,
hiper atau hiponatremi, atau penyakit lain mis meningitis atau epilepsi.
12.0 Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal - oral, penularannya dapat dicegah
dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari
daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang
digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan, berfikir dahulu
beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air.
17
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih ( air
rebusan, saringan, atau olahan ) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah - buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
13.0 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal.
Kesimpulan
Secara kesimpulannya, hipotesisnya diterima bahwa lelaki tersebut menderita diare akut
et causa infeksi enterovasif. Diare akut adalah diare yang terjadi secara akut, kurang dari 14
hari dan biasanya kurang dari 14 hari. Tinja bersifat lunak atau cair, tanpa disertai darah. Diare
kerana infeksi enterovasif kerana terdapatnya gejala seperti demam dan tinja berdarah. Penyakit
ini berlaku secara invasif, sering terjadi di kolon, frekuensi BAB sering tapi sedikit – sedikit
dan sering diawali dengan diare air. Pemeriksaan lab menunjukkan banyak leukosit di tinja dan
kultur tinja akan menemukan bakteri seperti Enteroinvasive E. coli ( EIEC ), Salmonella,
Shigella dan Campylobakter. Diare ini dapat diberikan terapi seperti pemberian Loperamide
dan Atapulgite sebagai anti diare. Pemberian anti mikroba juga dapat membantu membunuh
bakteri di usus. Pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menjaga
pemakanan amat penting untuk mengelakkan terjadinya diare akut.
Daftar Pustaka
1. P. D Welsby. Abdomen symptoms. Clinical History Taking and Examination. 2nd
edition. Churchill Livingstone. London: 2010.
2. Gleadle J. Anamnesis and physical examination of abdomen. History and Examination
at a Glance. 10th Ed. Blackwell Science Ltd. 2007.
3. Chen Y. A., Christopher T. Acute diarrhea. The Toronto Notes. 27 th ed. Toronto Notes
for Medical Students, Inc. Toronto, Ontario, Canada. 2011.
18
4. Rudolph A. M. Hoffman J. I. E., Rudolph C. D. Evaluasi pada diare akut.
Gastroenterologi dan Nutrisi. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 th ed. Vol. 2. Buku
Kedokteran EGC: 2007.
5. Soedarto. Penyakit – penyakit infeksi di Indonesia. Widya Medika, University of
Michigan, 1990 diunduh dari
http://books.google.com.my/books/amebiasis/trikuriasis/amebiasis pada 17 mei 2014
6. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Marcellus S. K., Setiati S. Diare akut.
Gastroenterologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 1. Interna Publishing.
Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: 2009.
7. Ensiklopedia keperawatan, diunduh dari
http://books.google.com.my/books/diareakut/enterovasif pada 17 mei 2014.
8. Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.
Mietzner. Adenovirus, Herpesvirus, Rotavirus. Medical Microbiology. 25th ed. Lange.
Mc GrawHill; 2007.
19