36
13 BAB II BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA A. Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Bimbingan pada dasarnya proses bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu mencapai perkembangan diri yang optimal. Pengertian bimbingan banyak dikemukakan oleh para ahli seperti W. S. Winkel (1985 : 17) mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup. Selain definisi di atas, Shertzer & Stone (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengemukakan bahwa Guidance is the process of helping individual to understand themselves and their world’. Moh. Surya (1988 : 36) memberikan definisi yang lebih lengkap bahwa: Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Hampir senada dengan pendapat Moh. Surya di atas, Prayitno (1987 : 35) mengemukakan bahwa : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu : (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.

BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

13

BAB II BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA

A. Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan pada dasarnya proses bantuan yang diberikan kepada individu

agar mampu mencapai perkembangan diri yang optimal. Pengertian bimbingan

banyak dikemukakan oleh para ahli seperti W. S. Winkel (1985 : 17)

mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau

kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan

dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup. Selain definisi di

atas, Shertzer & Stone (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengemukakan bahwa

‘Guidance is the process of helping individual to understand themselves and their

world’.

Moh. Surya (1988 : 36) memberikan definisi yang lebih lengkap bahwa:

Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Hampir senada dengan pendapat Moh. Surya di atas, Prayitno (1987 : 35)

mengemukakan bahwa :

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu : (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.

Page 2: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

14

Selanjutnya Moegiadi (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengungkapkan bahwa :

Bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal : memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.

Definisi yang lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan di sekolah

ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh Miller (Moh. Surya, 1988 : 36) bahwa

‘bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk melakukan

penyesuaian diri sendiri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan

masyarakat’.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa : (a) bimbingan

merupakan bantuan yang diberikann kepada individu secara berkelanjutan dan

sistematis, (b) yang bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri

melalui pola-pola kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari baik di lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola kebiasaan yang dimaksudkan adalah

pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan

lingkungannya serta bagaimana individu tersebut memiliki kebiasaan-kebiasaaan

yang positif di lingkungan sekitarnya.

Page 3: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

15

2. Pengertian Bimbingan Belajar

Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan, karena belajar

merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran (Syaodih, 2004 :

240). Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan

hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau

hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam

beberapa gejala masalah besar, diantaranya mengenai masalah kebiasaan. Prayitno

dan Erman Amti (2004 : 280) mengemukakan masalah belajar bahwa “...bersikap

dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi yang kegiatan atau perbuatan

belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka

menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya

untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya”.

Menurut Burton (Abin Syamsudin, 2000 : 307) bahwa seorang siswa dapat

dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar apabila siswa yang

bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-

tujuan belajarnya. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat

mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat

kemampuannya), intelegensi, dan bakat. Siswa semacam ini dapat digolongkan ke

dalam siswa berprestasi kurang. Siswa yang berprestasi kurang ini diantaranya

dapat disebabkan oleh kebiasaan belajar siswa yang bersangkutan kurang baik.

Bimbingan belajar (Prayitno, 2004 : 279) merupakan salah satu bentuk

layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman

menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak

Page 4: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

16

selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali

kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan

bimbingan yang memadai.

Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para

individu dalam menghadapi dan memcahkan masalah-masalah akademik

(Nurihsan, 2003 : 20). Masalah-masalah akademik meliputi : pengenalan

kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas dan latihan,

pencarian dan penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan

lanjutan, dan lain-lain.

Bimbingan belajar (Winkel, 1997 : 140) merupakan bimbingan dalam hal

menemukan cara-cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di

suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar juga diartikan sebagai proses

pemberian bantuan terhadap siswa untuk dapat belajar secara optimal dan dapat

memenuhi tuntutan setiap mata pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang baik

setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan bakat,

minat yang dimiliki masing-masing siswa.

Menurut Munandar (1999) bimbingan belajar adalah suatu proses

pemberian bimbingan dari pembimbing kepada siswa dengan cara

mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan mengembangkan

keterampilan serta kebiasaan belajar agar mencapai hasil belajar yang optimal

sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Page 5: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

17

Tujuan umum layanan bimbingan belajar bagi siswa adalah tercapainya

penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan bakat dan potensi yang

dimilikinya. Secara khusus, program bimbingan belajar diarahkan untuk

membantu siswa memahami potensi maupun kelemahan diri, memiliki kebiasaan

belajar yang baik, mampu memecahkan masalah belajar dan menciptakan suasana

belajar yang kondusif.

Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Cece Rakhmat (1997 : 35)

yang mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan dari

guru pembimbing terhadap siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar

mengajar yang kondusif agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang

mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam

penelitian ini, bimbingan belajar yang diberikan bagi siswa adalah bimbingan

yang dilakukan dengan maksud mengembangkan kebiasaan belajar yang positif

sehingga siswa dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

3. Kedudukan Bimbingan Belajar dalam Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dan terpadu

dalam proses pembelajaran di sekolah, maka keberadaan bimbingan dan konseling

diperlukan. Ketercapaian pendidikan bukan hanya ditentukan oleh faktor

akademis saja, namun menyangkut semua aspek kepribadian siswa.

Bimbingan dan konseling menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja

(1993 : 46) :

Suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar dapat kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri

Page 6: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

18

dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan

oleh konselor kepada konseli agar konseli yang dibimbing dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki, sehingga individu

tersebut memiliki tanggung jawab, baik pada dirinya sendiri maupun

lingkungannya.

Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangn siswa, bimbingan dapat

diklasifikasikan menjadi 4 bidang, yaitu : (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan

sosial-pribadi, (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga (Syamsu Yusuf,

2006 : 37).

Bidang bimbingan belajar oleh penulis dianggap sangat penting

dikarenakan siswa lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya di sekolah

dibandingkan dengan di rumah. Di sekolah siswa dapat lebih terfokus untuk

memahami pelajaran karena siswa dapat bertanya langsung kepada guru apabila

mengalami kesulitan.

Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa

dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan

memecahkan masalah-masalah belajar (Syamsu Yusuf, 2006 : 37). Bimbingan

belajar membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, penyesuaian akademis

dan pencapaian standar kompetensi.

Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana

belajar-mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesultian belajar. Para

pembimbing membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara

Page 7: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

19

belajar efektif, mengembangkan kebiasaan belajar yang positif, membantu siswa

agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua

tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan belajar, pembimbing berupaya

memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

4. Tujuan Bimbingan Belajar

Abin Syamsudin (2000 : 277) mengungkapkan tujuan dari layanan

bimbingan adalah agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan

kebahagiaan yang optimal. Sedangkan layanan bimbingan belajar sendiri

bertujuan untuk membantu dan membekali individu (peserta didik) agar dapat

menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaan-kebiasaan

belajar yang positif agar mencapai prestasi yang optimal.

Secara umum, tujuan bimbingan belajar (Muhibin Syah, 2004 : 23) adalah

tercapainya penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimiliki siswa. Secara khusus, tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut:

a. Siswa dapat memahami dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan

dan kelemahan diri. Hal ini dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas

untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya. Menurut Munandar (1999 :

98) rasa aman dapat tercipta jika guru dapat menerima siswa sebagaimana

adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya dan tetap menghargainya.

Guru seyogianya memahami siswa dan memberikan pengertian dengan

mencoba menempatkan diri dalam situasi siswa dengan melihat dari sudut

pandang siswa.

Page 8: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

20

b. Siswa memiliki keterampilan belajar, misalnya keterampilan untuk membuat

pertimbangan dan mengambil keputusan. Siswa-siswa berharap harus

diperkenalkan dan dilatih pada situasi permasalahan atau persoalan yang

rumit yang harus siswa alami agar dapat memberi pertimbangan dan

menemukan penyelesaian yang paling tepat.

c. Siswa mampu memecahkan masalah belajar, misalnya bagaimana cara

menyelesaikan persoalan secara kreatif, tidak cukup untuk hanya

mengemukakan macam-macam gagasan atau menghasilkan sejumlah

kemungkinan penyelesaian masalah. Untuk dapat membuat pilihan, siswa

harus mempunyai alasan dan patokan yang relevan untuk menilai pilihan

yang terbaik.

d. Terciptanya suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Kondisi lingkungan

yang dapat memupuk kemampuan siswa yaitu terlebih dahulu guru

memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan

diri dalam situasi dan sudut pandang siswa.

e. Siswa memahami lingkungan pendidikan.

Adanya bimbingan belajar, diperoleh manfaat bagi siswa maupun pengajar

atau konselor sekolah. Bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman

dan efektif, dapat mereduksi dan mengatasi terjadinya kesulitan belajar dan dapat

meningkatkan keberhasilan belajar.

Bagi pengajar maupun konselor sekolah adalah dapat membantu untuk

lebih menyesuaikan materi pembelajaran atau materi bimbingan dengan keadaan

Page 9: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

21

siswa, dapat memahami dan memperhatikan siswa sebagai pribadi yang utuh serta

memudahkan pengajaran dalam memahami karakteristik siswa.

5. Program Bimbingan Belajar

a. Definisi Program Bimbingan

Program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional

dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya.

Faktor-faktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek-aspek tujuan, jenis

kegiatan, personel, waktu, teknik, atau strategi, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya

(Suherman, 1989 : 8).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan program

bimbingan, sebagai berikut.

1. Karakteristik peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling;

2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan;

3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan;

4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan;

5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan;

6. Ketersediaan tenaga professional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan

dan konseling.

b. Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Program

Program bimbingan berisikan mengenai sejumlah kegiatan bimbingan.

Suatu program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang

terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.

Program bimbingan yang dikembangkan merupakan pedoman bagi tenaga

Page 10: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

22

pembimbing sehingga pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat terlaksana dengan

lancar, efektif, efisien, serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program,

proses, maupun hasil. Program bimbingan yang disusun secara baik dan matang

memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapatkan layanan

maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang melaksanakannya.

Ciri-ciri program bimbingan yang baik adalah seperti yang dikemukakan

oleh Miller (Suherman dan Sudrajat, 1998 : 23), sebagai berikut.

1. Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa.

2. Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa.

3. Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur

petugas.

4. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis.

5. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf

pelaksana.

6. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di

sekolah yang bersangkutan.

8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa.

9. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan

masyarakat.

10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu

sendiri, kemajuan siswa yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan,

keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya.

Page 11: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

23

11. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam

hal:

a) Pelayanan kelompok dan individual.

b) Pelayanan yang diberikan oleh berbagai guru pembimbing.

c) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif.

d) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling.

e) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan.

f) Pemberian konseling umum dan khusus.

c. Fase-fase dalam Pengembangan Program

Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah,

menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995 : 55-61) ada empat

fase, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) perancangan (designing), (3)

penerapan (implementing), dan (4) evaluasi (evaluating).

1) Perencanaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah: (a)

identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), (b) isi pokok program

(tujuan dan ruang lingkup program), (c) organisasi program layanan

(pengorganisasian layanan bimbingan).

Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi

tentang kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini

adalah menyangkut: (a) penempatan dan pengembangan staf, serta (b) penyediaan

dan fasilitas.

Page 12: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

24

2) Perancangan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah

menyangkut aspek-aspek berikut.

a) Kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan?

b) Siapa saja yang harus diberi layanan: apakah semua siswa dengan pendekatan

pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan kuratif?

c) Keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing: mengajar,

membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan informasi

dengan mempertimbangkan prioritas tertentu?

d) Bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan

lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu mendukung program

pengajaran?

3) Penerapan

Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki

kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya,

sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan

pelaksanaan di lapangan dan program terlaksana dengan baik.

4) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi

pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di

masa yang akan datang.

Page 13: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

25

d. Jenis-Jenis Layanan dalam Program

Berdasarkan jenis layanan, dalam bimbingan dan konseling dibedakan

empat jenis layanan utama, yaitu:

1) Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan

membantu para siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-

keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya

pada aspek akademik atau belajar. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan

untuk seluruh siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar

kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa

mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

2) Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu

memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa saat ini.

Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan

responsif sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bidang akademik atau

belajar.

3) Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang memberikan

bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan

perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan

kelemahan dirinya. Layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa

agar (a) memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan, perencanaan, atau

pengelolaan terhadap pengembangan dirinya yang menyangkut akademik

atau belajar; (b) dapat belajar memantau dan memahami perkembangan

Page 14: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

26

dirinya, dan (c) dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan

pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara pro-aktif.

4) Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan

memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara

menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan

staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), masyarakat yang lebih luas,

manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

Ketiga komponen program di atas (layanan dasar bimbingan, layanan

responsif, dan layanan perencanaan individual), merupakan pemberian layanan

bimbingan dan konseling kepada para siswa secara langsung. Sedangkan

dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung

memberikan bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaraan perkembangan

siswa. Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka

memperlancar penyelenggaaraan ketiga program layanan di atas.

Program layanan bimbingan kebiasaan belajar ini lebih difokuskan pada

pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan oleh siswa SMP kelas

VII dalam aspek akademik atau belajar. Oleh karena itu program dibuat dengan

lebih mengutamakan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan pada siswa SMP kelas

VII sebagai upaya penanganan secara preventif melalui layanan responsif. Strategi

layanan responsif dilakukan melalui:

1) Konseling individual dan kelompok

Bimbingan dan konseling kelompok merupakan bantuan yang diberikan

pada konseli melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok memungkinkan

Page 15: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

27

setiap konseli (anggota kelompok) berbagi informasi yang berkenaan dengan

masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan

dalam bentuk pelajaran (Juntika Nurihsan, 2005 :17).

2) Referal (rujukan atau alih tangan)

Apabila konselor kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah

konseli, maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak

yang lebih berwenang.

3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas

Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam

rangka memperoleh informasi tentang peserta didik, memecahkan masalah peserta

didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan.

4) Kolaborasi dengan orang tua

Konselor perlu melakukan kerjasama dengan orang tua, karena proses

bimbingan tidak hanya terjadi di sekolah saja tetapi juga di rumah.

5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah

Konselor perlu menjalin kerja sama dengan unsur-unsur masyarakat yang

dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.

6) Konferensi kasus

Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan

peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat

memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah peserta didik.

Page 16: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

28

7) Kunjungan rumah

Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik

tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya.

B. Kebiasaan Belajar

Tujuan utama dari program pembelajaran di sekolah adalah untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

siswa. Tetapi dalam pencapaian hasil belajar tersebut, tidak semua siswa dapat

memaksimalkan potensi yang dimilikinya karena dalam pencapaian hasil belajar

dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi siswa. Faktor tersebut diantaranya

adalah faktor ekstern (luar) dan faktor intern (dalam). Faktor ekstern adalah faktor

yang berasal dari luar siswa atau dari lingkungan, baik lingkungan sosial maupun

lingkungan non sosial. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri termasuk di dalamnya kebiasaan belajar siswa.

Kebiasaan belajar merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi siswa

dalam pencapaian hasil belajarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan merupakan

cerminan perilaku seseorang dalam merespon sesuatu berdasarkan

pemahamannya, suasana hati untuk melakukan atau tidak melakukan, menolak

atau menerima sesuatu dalam belajar. Jika kebiasaan siswa itu positif yaitu

memiliki kecenderungan mau belajar dimungkinkan hasil belajarnya akan

maksimal, dan sebaliknya apabila siswa cenderung memiliki kebiasaan yang

negatif atau kurang baik maka dimungkinkan hasil belajar siswa tersebut akan

kurang maksimal.

Page 17: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

29

1. Pengertian Kebiasaan

Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan individu dalam

menghadapi situasi atau kondisi tertentu disebut kebiasaan. Dalam proses

pembentukan kebiasaan siswa tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan

pembiasaan. Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu

ditampilkan, seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan

Pusat Kurikulum (2005 : 3) menyebutkan pembiasaan adalah “proses

pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang

berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif

menetap artinya sudah menjadi kebiasaan.

Pengalaman yang berulang-ulang adalah pengalaman yang dibentuk

melalui proses pembelajaran, bukan merupakan hasil kematangan atau proses

pemaksaan, proses pembelajaran ini akhirnya sampai pada tahap otonomi

(kemandirian).

Tahap otonomi berarti sikap dan perilaku tersebut sudah menjadi bagian

dari diri individu itu sendiri (internalisasi) yang ditandai dengan munculnya rasa

bersalah (guilty feeling) apabila melakukan pelanggaran, berani menyatakan

pendapat secara tegas (asertif) apabila situasi atau kondisi tersebut tidak sesuai

dengan keyakinan dan perasannya maka individu dengan tegas bisa menolak atau

mengatakan “tidak” dan akan mengatakan setuju apabila sesuai dengan perasaan

dan keyakinannya, mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan yang

matang dari diri sendiri, tanpa adanya intervensi dari pihak lain.

Page 18: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

30

Kebiasaan merupakan perilaku individu yang selalu ditampilkan apabila

individu tersebut menghadapi suatu situasi atau kondisi tertentu, maka kebiasaan

ini perlu dibentuk melalui kegiatan pembiasaan. Pusat Kurikulum dalam buku

Pedoman Pembiasaan SMP/MTs (Sularti, 2008 : 22) menyatakan ada 4 bentuk

kegiatan pembiasaan :

a. Rutin : yaitu kegiatan yang dilakukan secara reguler baik di kelas maupun di

luar kelas, di rumah ataupun di masyarakat. Seperti kebiasaan shalat,

kebiasaan senam, pemeriksaan kesehatan, pergi ke perpustakaan, kebiasaan

sebelum belajar, dan lain sebagainya dengan tujuan agar siswa memiliki

kebiasaan yang baik.

b. Spontan : yaitu kegiatan melatih siswa terbiasa secara spontan bersikap baik

kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja seperti tidak tergantung waktu

dan tempat seperti memberi salam, membuang sampah pada tempatnya,

menolong teman yang sakit, bertanya secara baik, dan lain sebagainya.

c. Teladan : kegiatan yang mengutamakan pemberian contoh dan teladan kepada

siswa, seperti datang tidak terlambat, berpakaian rapih, menggunakan bahasa

yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik sesuai dengan norma yang

ada.

d. Terprogram : kegiatan yang direncanakan dan diprogramkan secara berkala

seperti seminar, kunjungan ke panti, aneka lomba, bazaar dan sebagainya.

Tujuan dari kegiatan Pembiasaan menurut Pusat Kurikulum (Sularti, 2008

: 22) secara umum bertujuan untuk “Mengembankan potensi peserta didik secara

Page 19: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

31

optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan menjawab berbagai

tantangan dari dalam diri dan juga lingkungan secara adaptif dan konstruktif”.

Selanjutnya menurut Prayitno (2004 : 19) kebiasaan adalah :

Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu, kebiasaan ini dapat terwujud dalam tingkah laku nyata seperti memberi salam, tersenyum, ataupun yang tidak nyata seperti berpikir, merasakan, dan bersikap. Sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan sosial, mengikuti aturan, belajar serta sikap dan kebiasaan dalam menghadapi kondisi tertentu seperti : jatuh sakit, menghadapi ujian, bertemu guru atau orang tua dan juga ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan dan lain sebagainya.

Contoh siswa yang selalu datang tepat waktu, kemudian pada suatu hari

terlambat, maka siswa tersebut merasa dirinya bersalah dan dengan tegas mampu

mengutarakan alasannya terlambat dengan penuh tanggung jawab dan meminta

maaf tanpa adanya intervensi dari pihak lain untuk membuat alasan yang

direkayasa.

Paparan mengenai kebiasaan yang dijelaskan di atas dapat membentuk

kebiasaan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya

dan menjadikan “aktivitas kehidupan” sehari-hari, kehidupan pribadi seperti :

makan, minum, tidur, shalat, berdoa, belajar, mengikuti aturan, tata tertib dan

norma-norma dan aktivitas lainnya.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan inti kegiatan individu sejak dalam kandungan hingga

menutup mata (life-long learning) belajar sepanjang hayat. Hal ini dipertegas oleh

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2002 : 46).

Life-long learning adalah proses dan aktivitas yang terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari karena dia selalu diperhadapkan

Page 20: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

32

kepada lingkungan yang selalu berubah yang menuntut dia harus menyesuaikan, memperbaiki dan mengubah perilaku untuk dapat merespon dan mengendalikan lingkungan secara efektif.

Paparan mengenai life-long learning diatas dapat menjadikan strategi

utama dalam pengembangan perilaku efektif individu, karena dengan melalui

belajar individu dapat memperoleh pengalaman yang dapat digunakan untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang terus berkembang

mengikuti perkembangan jaman, individu dituntut untuk terus memperbaharui

pengetahuannya melalui belajar.

Belajar menurut Ngalim Purwanto (1992 : 84) adalah “suatu perubahan

tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang relatif

menetap”. Sementara belajar menurut Suparno, S. A. (2001 : 2) “merupakan suatu

aktivitas yang menimbulkan perubahan dari hasil kegiatan meniru, ganjaran,

penguatan, dan pengalaman yang bersifat relatif menetap”.

Dari berbagai pendapat mengenai belajar maka dapat diartikan belajar

adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari kegiatan meniru,

latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan

yang sifatnya positif seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak

bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dan perubahan

yang dapat disebut sebagai hasil belajar adalah perubahan yang bergerak ke arah

positif atau ke arah yang lebih baik.

3. Pengertian Kebiasaan Belajar

Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang,

sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang

Page 21: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

33

yang terbiasa belajar setelah sholat maghrib sampai dengan larut malam, maka ia

akan melakukannya setiap hari, tanpa memerlukan pemikiran dan konsentrasi

yang penuh.

Kebiasaan belajar menurut Syamsu Yusuf, L. N (2006 : 116) adalah

“perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang

(rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan

dalam belajar”.

Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara

ajeg dari waktu-kewaktu dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di

sekolah, di rumah maupun bersama teman. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan

belajar tidaklah sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah

perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan

keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang telah dikuasai

untuk melakukan studi.

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor

bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan

sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku

itu menjadi terbiasa sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa

memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses

belajar.

Kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang positif

atau baik dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik. Kebiasaan belajar

yang positif akan membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran. Sedangkan

Page 22: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

34

kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik akan mempersulit peserta didik

untuk memahami materi pelajaran.

4. Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar

Menurut Chaniago (2007 : 72) kebiasaan adalah sesuatu yang dikerjakan

berulang-ulang. Sedangkan menurut Surya (1992 : 28) kebiasaan adalah suatu

cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk suatu masa tertentu. Tingkah

laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi

karena sifatnya sudah relatif menetap.

Menurut Sulaeman (1984 : 70) kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai

cara-cara atau teknik-teknik yang mantap yang dilakukan siswa pada waktu ia

menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas

sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut.

Konstruk kebiasaan belajar dalam penelitian ini menganut pada konstruk

Dadang Suleman (1984). Aspek-aspek kebiasaan belajarnya yaitu:

1) Kebiasaan siswa sebelum belajar.

a) Menyiapkan PR/Tugas.

b) Menyiapkan perlengkapan sekolah.

c) Menyiapkan mental.

d) Menyiapkan fisik.

2) Kebiasaan belajar siswa diwaktu senggang.

a) Pemanfaatan waktu istirahat.

b) Pemanfaatan waktu jam pelajaran kosong.

c) Menggunakan waktu luang saat di rumah atau saat libur.

Page 23: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

35

3) Kebiasaan belajar bersama teman.

a) Kemampuan mengendalikan diri.

b) Aktivitas dalam belajar bersama.

c) Menerima/menolak pendapat teman.

4) Kebiasaan belajar di kelas.

a) Sebelum pelajaran dimulai.

b) Saat pelajaran berlangsung.

5) Kebiasaan siswa dalam belajar kelompok.

a) Tanggapan terhadap pendapat teman.

b) Kehadiran dalam kelompok belajar.

c) Aktivitas dalam kelompok belajar.

6) Kebiasaan belajar di rumah.

a) Belajar di rumah.

b) Belajar dengan bantuan kakak/orang tua.

5. Karakteristik Kebiasaan Belajar

Sularti (2008 : 90-92) mengemukakan aspek-aspek perilaku yang termasuk

dalam kebiasaan belajar yang baik antara lain menyiapkan alat, mental, dan fisik

saat akan belajar, baik belajar di rumah atau di sekolah, memanfaatkan waktu

luang untuk menambah ilmu pengetahuan, belajar kelompok, memperhatikan saat

guru menerangkan mata pelajaran di kelas, berkontribusi dalam diskusi kelompok,

serta memiliki jadwal belajar di rumah.

Siswa yang telah menyiapkan alat, mental, dan fisiknya sebelum berangkat

ke sekolah, jika dibiasakan akan menyebabkan siswa terhindar dari kehilangan

Page 24: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

36

konsentrasi saat belajar. Akibatnya, siswa membiasakan diri untuk selalu

konsentrasi saat belajar, meskipun jam pelajaran yang terakhir. Akan tetapi, jika

siswa tidak menyiapkan alat, mental, dan fisik sebelum ke sekolah, kemungkinan

siswa tersebut akan sulit konsentrasi saat belajar atau bisa jadi tugas yang

seharusnya dikumpulkan tertinggal di rumah, karena tidak dipersiapkan terlebih

dahulu.

I Nengah Konten (2009 : http://www.balipost.com/mediadetail.php)

mengemukakan bahwa kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan oleh siswa,

dengan mempedomani asas-asas sebagai berikut:

a. Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri

kalau mungkin.

b. Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk

rekreasi.

c. Tidak bersaing dengan penganggu-penganggu perhatian.

d. Melakukan aktivitas belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran

pada waktu yang sama setiap hari.

e. Tidak belajar dalam posisi terlalu santai.

f. Tidak melakukan hal lain ketika belajar.

g. Menggunakan waktu yang cukup untuk belajar.

h. Segera memulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.

i. Tidak terlalu banyak beraktivitas di luar pelajaran.

j. Membuat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.

Page 25: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

37

k. Mencari kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih

pengetahuan yang baru.

l. Pada awal setiap mata pelajaran, mengusahakan memperoleh gambaran

menyeluruh mengenai isinya.

m. Mencurahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai

sesuatu, dan selalu ingin belajar.

n. Melatih kebiasaan untuk belajar tuntas.

o. Memperhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar dapat terwujud dan dilaksanakan siswa dalam kaitannya

dengan aktivitas kehidupan yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku

khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, kebiasaan belajar ini tidak

muncul dengan sendirinya melainkan dikondisikan dan dibentuk melalui berbagai

kegiatan baik melalui pengalaman, latihan dan belajar, yang dilakukan secara

terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran.

Pengalaman dan latihan itu disengaja dan disadari, atau merupakan proses

belajar sampai dengan tercapainya kematangan dan kemantapan dalam

mengambil keputusan dan rencana masa depan, perubahan itu terjadi karena

adanya proses pembelajaran, dalam pembentukan kebiasaan dengan melalui

pembelajaran ini individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

luar individu (ekstern) dan faktor dalam individu itu sendiri (intern).

Sejalan dengan yang diungkapkan Syamsu Yusuf (2004) bahwa kebiasaan

belajar dapat dipengangaruhi oleh faktor interen dan ekstern dan dapat

Page 26: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

38

dikembangkan melalui latihan, pemahaman, perasaan dan keyakinan tentang

manfaat belajar.

Sularti (2008 : 33-35) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam

individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang

sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut.

a. Sikap guru. Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi

siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususya pada anak-anak yang

kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau lainnya,

guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas.

b. Keadaan ekonomi orang tua. Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan

siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah

sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena

tidak memiliki buku lembar kegiatan siswa (LKS), dan kesulitan belajar di

rumah karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapan belajarnya.

c. Kasih sayang dan perhatian orang tua. Siswa malas pada umumnya berasal

dari keluarga yang broken home, orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak

tiri, sehingga orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian dan kasih

sayang pada anaknya, anak merasa diterlantarkan, disia-siakan, merasa bahwa

dirinya tidak berarti.

d. Layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing dianggap kurang dapat

memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Hal ini akibat dari

keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus menangani 875 siswa,

seharusnya satu guru pembimbing menangani 150-225 siswa sebagaimana

Page 27: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

39

telah dijelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (2002 :

17), keterbatasan sarana, dan dorongan dari para pemegang kebijakan

sekolah.

Faktor dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai

berikut.

a. Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan

malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita-cita

atau harapan.

b. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas atau membolos dapat disebabkan

siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau

tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung,

mudah marah, dan mudah putus asa.

c. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang memiliki

kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal dimungkinkan

memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik, siswa ingin

diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong sekedar menutupi

kekurangannya.

d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus.

7. Cara-Cara untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu

malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini

adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang dikemukakan oleh Novita

(2005 : 29) yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan.

Page 28: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

40

a. Menyusun Rencana Belajar

Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik,

untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada

agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi

keharusan bagi setiap siswa.

Manfaat rencana belajar yang baik menurut Hamalik (Subroto, 2004 : 24)

adalah (1) menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan

belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis; (2) menjadi pendorong dalam

belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh

sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada

waktunya; (3) menjadi alat bantu dalam belajar; (4) rencana belajar yang baik

akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai di mana

tujuan belajar siswa tercapai, sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk

memperbaiki cara belajarnya.

b. Menyusun Jadwal Belajar

Menyusun jadwal belajar pada umumnyya adalah belajar sedikit demi

sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada

umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu

mengikuti pelajaran dan praktik (kalau ada) di sekolah serta belajar di luar

pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada

ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh dari yang

diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang

bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit.

Page 29: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

41

c. Penggunaan Waktu Belajar

Penggunaan waktu siswa ada dua hal, yaitu: (1) penjatahan waktu untuk

masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata

pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya

tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan

dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masing-

masing pelajaran. Selain itu waktu belajar juga perlu diperhatikan karena setiap

siswa ada yang suka belajar pada siang, sore, atau malam hari. Untuk itu

hendaknya penggunaan waktu diatur seefisien mungkin sesuai dengan keadaan

masing-masing; (2) menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran

akan dapat dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih

baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan

diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah

dianjurkan. Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan

pelajaran sambil menyempurnakan dan melengkapi.

d. Teknik Belajar

Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal

ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut

terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.

Menurut Suryabrata (1989 : 56) hal-hal yang bersifat umum adalah cara

mengikuti pelajaran. Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang

peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus

mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran.

Page 30: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

42

Menurut Hamalik (1990 : 37-39) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti

oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut : (1)

sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut; (2)

mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan

esok harinya; (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang

sedang berlangsung; (4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya

berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal-

hal yang dianggap masih kurang jelas; (5) mencatat materi pelajaran secara garis

besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena

akan mengganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman; (6) mencatat

persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal-hal yang belum dipahami untuk

dipelajari di rumah dari buku bacaan; (7) bila pelajaran telah berakhir dan guru

memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah

memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila tugas tersebut belum

dipahami apa maksud dan isi tugas, maka tanyakan kepada guru yang

bersangkutan. Setelah sampai di rumah, kerjakanlah tugas-tugas tersebut dengan

sebaik-baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaannya itu tepat pada waktunya;

(8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada

masing-masing siswa. Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan

berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan

kegiatan belajar di luar jam sekolah. Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas

dua macam kegiatan yaitu : (1) mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau

bahan terdapat dimana-mana, namun tempat yang paling lengkap sumbernya

Page 31: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

43

adalah perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum.

Untuk menemukan bahan bacaan di perpustakaan diperlukan informasi tertentu

agar sumber bacaan yang diperlukan cepat ditemukan. Misalnya untuk buku perlu

diketahui nama pengarang dan judul buku. Belajar di perpustakaan dapat

dilakukan pada waktu luang, misalnya pada waktu istirahat; (2) membuat catatan

atau ringkasan, seorang siswa yang belajar dari sumber bacaan tertentu sebaiknya

membuat catatan atau ringkasan mengenai hal-hal yang telah dibacanya.

Keuntungan dengan dibuatnya ringkasan adalah siswa lebih meresap akan apa

yang dipelajarinya dan juga siswa dapat langsung membaca ringkasannya apabila

ia ingin mempelajari isi bahan bacaan kembali (Suryabarata, 1989 : 74); (9)

bertanya dan diskusi, untuk dapat lebih meresapkan apa yang dipelajari serta

mengetahui apakah penangkapan isi yang dipelajari betul, maka siswa perlu

mengkomunikasikan dengan orang lain, dalam hal ini adalah teman dan guru.

Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting sebagai bukti telah belajar

adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tanpa

memikirkan bahwa dapat mengajukan pertanyaan juga merupakan bukti bahwa

orang itu tahu apa yang dipersoalkan (Suryabrata, 1989 :76). Dengan bertanya

atau menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang sangat

penting supaya dapat berpatisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa dapat

mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.

e. Konsentrasi

Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam

belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran.

Page 32: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

44

Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan

bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang

tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan.

Kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar

dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan

perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya

mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang

kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperoleh

sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi

bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur.

Konsentrasi seseorang pun dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa

yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsenttasi dalam mempelajari

materi pelajaran. Oleh karena itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian

juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat.

f. Disiplin Belajar

Menurut Gie (1980 :15) disiplin belajar akan membuat siswa memiliki

kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah

pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan

latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah

menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru yang harus

selalu diperhatikan sewaktu belajar.

Page 33: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

45

Disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan

pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan

dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.

Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang

setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri, ada yang biasa belajar

pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari.

Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain

berbeda. Oleh karena itu, guru ataupun guru BK di sekolah hendaknya dapat

memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa-siswanya.

Penggunaan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka

menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan

waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu

kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap

usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan

sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil.

Menurut Sunarja (1989 : 13) kebiasaan belajar siswa merupakan perilaku

yang berulang kali dilakukan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar tidak muncul

seketika, akan tetapi berawal dari kebiasaan sebelumnya dan berkembang terus

dalam proses belajar yang dialami siswa.

Timbulnya kebiasaan belajar tertentu pada diri siswa menurut Crow and

Crow (Sunarja, 1989 : 14), dengan menyimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan belajar tersebut, yaitu:

Page 34: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

46

a. Sikap belajar

Sikap belajar ini merupakan sikap terhadap guru dan pendidikan yang

diberikan kepada siswa, dan muncul dari pengalaman belajar. Jika siswa

mengalami pengalaman belajar dengan gurunya di sekolah secara baik, maka hal

itu memunculkan sikap positif terhadap guru dan pendidikan di sekolah. Sikap

tersebut mendorong siswa untuk melakukan kebiasaan belajar yang efektif dan

positif, sehingga memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal.

Sebaliknya, bila terjadi pengalaman belajar yang kurang menyenangkan siswa,

maka sikap belajar yang negatif akan muncul. Keadaan demikian menyebabkan

siswa melakukan kebiasaan belajar yang kurang efektif sehingga prestasi

belajarpun akan menurun.

b. Kelelahan dalam belajar

Kelelahan itu dapat terjadi karena kondisi belajar yang tidak

menyenangkan antara lain lampu belajar yang suram, udara di ruang belajar

lembab, siswa mengalami gangguan emosi, dan adanya kebosanan karena bahan

dan situasi belajar-mengajar tidak menarik. Jika keadaan lelah itu terus-menerus

berlangsung, maka kemungkinan kebiasaan belajar negatif akan muncul.

c. Kurang kemampuan memusatkan perhatian

Keadaan ini mungkin menimbulkan kebiasaan belajar yang kurang baik.

Sebab, ketidakmampuan memusatkan perhatian menyulitkan siswa dalam

menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Akibatnya mungkin timbul

kebiasaan menunda tugas, metode belajar atau bekerja yang tidak efisien, malas

belajar, suka bolos dan sebagainya.

Page 35: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

47

d. Pengaruh-pengaruh yang mengganggu konsentrasi

Pengaruh-pengaruh tersebut cukup banyak, seperti lokasi sekolah dekat

pasar, keadaan gaduh karena suara-suara yang mengganggu konsentrasi belajar

siswa, dan bunyi kendaraan yang lalu lalang. Demikian juga guru tidak dapat

mengajar dengan tenang, sehingga menimbulkan ketegangan emosional seperti

lekas marah-marah.

C. Program Bimbingan Belajar untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar

Siswa

Miller (Dina, 2008 : 44) mengemukakan bimbingan adalah suatu proses

untuk membantu individu dalam memahami dirinya agar mampu membuat

pilihannya dan membentuk tingkah laku untuk dapat mengarahkan tujuannya atau

memperbaiki dirinya. Bimbingan ditujukan kepada individu normal yang

mengalami permasalahan atau kesulitan dalam hidupnya, kurang mampu

memahami dirinya, sehingga sulit untuk membuat keputusan.

Bimbingan belajar pada siswa ini merupakan salah satu upaya pemberian

bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa tersebut dapat

memahami dan mengarahkan dirinya dalam pengembangan kebiasaan belajar

yang positif yang sesuai dengan tuntutan akademik yang berlaku di sekolah.

Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek kebiasaan belajar sebagai

berikut.

Page 36: BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWAa-research.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0605728_chapter2(1).pdf · kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas

48

a. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik secara fisik dan

psikologis.

b. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

terhadap tugas atau kewajibannya.

c. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

d. Memliki kemampuan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dengan baik.