61
Bhavana/samadhi/meditasi PENGERTIAN, FAEDAH DAN CARA MELAKSANAKAN BHAVANA 1. PENGERTIAN BHAVANA Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhava na adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu obyek. Samadhi yang benar (samma samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapa t menghilangkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang baik, sedangkan samadhi yang salah (miccha samadhi) adalah pemusatan pikira n pada obyek yang dapat menimbulkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang tidak baik. Jika dipergunakan istilah samadhi, maka yan g dimaksud adalah "Samadhi yang benar". 2. FAEDAH BHAVANA Bhavana atau meditasi yang benar akan memberikan faedah bagi orang bagi orang ya ng melaksanakannya. Faedah-faedah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari prak tek meditasi itu adalah : 1. Bagi orang yang selalu sibuk, meditasi akan menolong dia untuk membebaskan di ri dari ketegangan dan mendapatkan relaksasi atau pelemasan. 2. Bagi orang yang sedang bingung, meditasi akan menolong dia untuk menenangkan diri dari kebingungan dan mendapatkan ketenangan yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen (tetap). 3. Bagi orang yang mempunyai banyak problem atau persoalan yang tidak putusputus nya, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan ketabahan dan keberanian serta mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. 4. Bagi orang yang kurang percaya diri sendiri, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan keparcayaan kepada diri sendiri yag sangat dibutuhkannya itu. 5. Bagi orang yang mempunyai rasa takut dalam hati atau kebimbangan, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan pengertian terhadap keadaan atau sifat yang sebenarnya dari hal-hal yang menyebabkannya takut dan selanjutnya dia akan dapat mengatasi rasa takut itu dalam pikirannya. 6. Bagi orang yang selalu merasa tidak puas terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya atau dalam kehidupan ini, meditasi akan memberikan dia perubahan dan perkembangan yang menuju pada kepuasan batin. 7. Bagi orang yang pikirannya sedang kacau dan berputus asa karena kurangnya pengertian akan sifat kehidupan dan keadaan dunia ini, meditasi akan menolong di a utnuk memberikan pengertian padanya bahwa pikirannya itu kacau untuk hal-hal yang tidak ada gunanya. 8. Bagi orang yang ragu-ragu dan tidak begitu tertarik kepada agama, meditasi ak an menolong dia untuk mengatasi keragu-raguannya itu dan untuk melihat segi-segi serta nilai-nilai yang praktis dalam bimbingan agama. 9. Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan dan menguatkan ingatannya serta untuk belajar lebih seksama dan lebih efisien. 10. Bagi orang yang kaya, meditasi akan menolong dia untuk dapat melihat sifat d an kegunaan dari kekayaannya itu, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain. 11. Bagi orang miskin, meditasi akan menolong dia untuk memiliki rasa puas dan ketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang lebih

Bhavana Samadhi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 1/61

Bhavana/samadhi/meditasiPENGERTIAN, FAEDAH DAN CARA MELAKSANAKAN BHAVANA1. PENGERTIAN BHAVANABhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakanpembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavanaadalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu obyek.Samadhi yang benar (samma samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapatmenghilangkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karmayang baik, sedangkan samadhi yang salah (miccha samadhi) adalah pemusatan pikiranpada obyek yang dapat menimbulkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu denganbentuk-bentuk karma yang tidak baik. Jika dipergunakan istilah samadhi, maka yangdimaksud adalah "Samadhi yang benar".2. FAEDAH BHAVANABhavana atau meditasi yang benar akan memberikan faedah bagi orang bagi orang yangmelaksanakannya. Faedah-faedah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari praktekmeditasi itu adalah :1. Bagi orang yang selalu sibuk, meditasi akan menolong dia untuk membebaskan diri

dari ketegangan dan mendapatkan relaksasi atau pelemasan.2. Bagi orang yang sedang bingung, meditasi akan menolong dia untuk menenangkandiri dari kebingungan dan mendapatkan ketenangan yang bersifat sementaramaupun yang bersifat permanen (tetap).3. Bagi orang yang mempunyai banyak problem atau persoalan yang tidak putusputusnya,meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan ketabahan dankeberanian serta mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan-persoalantersebut.4. Bagi orang yang kurang percaya diri sendiri, meditasi akan menolong dia untukmendapatkan keparcayaan kepada diri sendiri yag sangat dibutuhkannya itu.5. Bagi orang yang mempunyai rasa takut dalam hati atau kebimbangan, meditasiakan menolong dia untuk mendapatkan pengertian terhadap keadaan atau sifat yang

sebenarnya dari hal-hal yang menyebabkannya takut dan selanjutnya dia akan dapatmengatasi rasa takut itu dalam pikirannya.6. Bagi orang yang selalu merasa tidak puas terhadap segala sesuatu dalamlingkungannya atau dalam kehidupan ini, meditasi akan memberikan dia perubahandan perkembangan yang menuju pada kepuasan batin.7. Bagi orang yang pikirannya sedang kacau dan berputus asa karena kurangnyapengertian akan sifat kehidupan dan keadaan dunia ini, meditasi akan menolong diautnuk memberikan pengertian padanya bahwa pikirannya itu kacau untuk hal-halyang tidak ada gunanya.8. Bagi orang yang ragu-ragu dan tidak begitu tertarik kepada agama, meditasi akanmenolong dia untuk mengatasi keragu-raguannya itu dan untuk melihat segi-segi

serta nilai-nilai yang praktis dalam bimbingan agama.9. Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, meditasi akan menolong dia untukmenimbulkan dan menguatkan ingatannya serta untuk belajar lebih seksama danlebih efisien.10. Bagi orang yang kaya, meditasi akan menolong dia untuk dapat melihat sifat dankegunaan dari kekayaannya itu, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untukkebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain.11. Bagi orang miskin, meditasi akan menolong dia untuk memiliki rasa puas danketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang lebih

Page 2: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 2/61

mampu daripadanya.12. Bagi seorang pemuda yang sedang berada dalam persimpangan jalan darikehidupan ini dan dia tidak tahu jalan mana yang akan ditempuhnya, meditasi akanmenolong dia untuk mendapatkan pengertian dalam menempuh salah satu jalanyang akan membawa ke tujuannya.13. Bagi orang yang telah lanjut usia yang telah bosan dengan kehidupan ini, meditasiakan menolong dia ke dalam pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupanini, dan pengertian tersebut akan memberi dia kelegaan dan kebebasan daripenderitaan serta pahit getirnya kehidupan ini, dan akan menimbulkan kegairahanyang baru bagi dirinya.14. Bagi orang yang mudah marah, meditasi akan menolong dia mengembangkankekuatan kemauan untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya.15. Bagi orang yang bersifat iri hati, meditasi akan menolong dia untuk mengertitentang bahayanya sifat iri hati itu.16. Bagi orang yang diperbudak oleh panca inderanya, meditasi akan menolong diauntuk belajar menguasai nafsu-nafsu dan keinginannya itu.17. Bagi orang yang telah ketagihan minuman keras yang memabukkan, meditasi akanmenolong dia untuk menyadari dirinya dan melihat cara mengatasi kebiasaan yangberbahaya itu yang telah memperbudak dan mengikat dirinya.18. Bagi orang yang tidak terpelajar atau bodoh, meditasi akan memberikan diakesempatan untuk mengenal diri dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuanyang sangat berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan untuk keluarga sertahandai taulannya.

19. Bagi orang yang sungguh-sungguh melakukan latihan meditasi yang benar ini,maka nafsu-nafsu dan emosinya tak mempunyai kesempatan untuk memperbodohidirinya lagi.20. Bagi orang yang bijaksana, meditasi akan membawa dia kepada kesadaran yanglebih tinggi dan pencapaian penerangan sempurna; dia akan dapat melihat segalasesuatu dengan sewajarnya dan tidak akan terseret lagi ke dalam persoalanpersoalanyang remeh.21. Selanjutnya, dalam agama Buddha, meditasi yang benar itu dipergunakan untukmembebaskan diri dari segala penderitaan, untuk mencapai Nibbana.Demikianlah beberapa faedah praktis yang dapat dihasilkan dari latihan meditasi.Faedah-faedah ini merupakan milik yang akan ditemui dalam pikiran sendiri.3. CARA MELAKSANAKAN BHAVANA

Orang yang baru belajar meditasi sebaiknya mencari tempat yang cocok untukmelakukan meditasi. Tempat itu adalah tempat yang sunyi dan tenang, bebas darigangguan orang-orang di sekitarnya, bebas dari gangguan nyamuk. Untuk tahappermulaan, hendaknya orang berlatih di tempat yang sama, jangan pindah-pindahtempat. Jika meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan di mana saja di setiaptempat, baik di kantor, di pasar, di kebun, di hutan, di goa, dikuburan, maupundi tempatyang ramai.Waktu untu melaksanakannya dapat dipilih sendiri. Biasanya waktu yang baik untukbermeditasi adalah pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 07.00 dan malam hariantara pukul 17.00 sampai pukul 22.00. Jika waktu untuk bermeditasi telah ditentukan,

maka waktu tersebut hendaknya digunakan khusus untuk bermeditasi. Meditasisebaiknya dilakukan setiap hari dengan waktu yang sama secara teratur atau kontinyu.Bila meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan kapan saja, pada setiap waktu.Orang bebas memilih posisi meditasi. Biasanya posisi meditasi yang baik adalah dudukbersila di lantai yang beralas, dengan meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri,dantangan kanan menumpu tangan kiri di pangkuan. Atau boleh juga dalam posisi setengah

Page 3: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 3/61

sila, dengan kaki dilipat ke samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan, makadipersilahkan duduk di kursi. Yang penting adalah bahwa badan dan kepala harus tegak,tetapi tidak kaku atau tegang. Duduklah seenaknya, jangan bersandar. Mulut dan mataharus tertutup. Selama meditasi berlangsung hendaknya diusahakan untuk tidakmenggerakkan anggota badan, jika tidak perlu. Namun bila badan jasmani merasa tidakenak, maka diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh atau mengubah sikap meditasi.Tetapi, hal ini harus dilakukan perlahan-lahan, disertai dengan penuh perhatiandankesadaran. Jika meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan dalam berbagai posisi,baik berdiri, berjalan, maupun berbaring.Sebelum melaksanakan meditasi, sebaiknya diminta petunjuk atau nasehat dari gurumeditasi atau mereka yang telah berpengalaman mengenai meditasi, agar dapat dicapaisukses dalam bermeditasi.Pada saat hendak bermeditasi, sebaiknya dibacakan paritta terlebih dahulu. Selanjutnya,laksanakanlah meditasi dengan tekun. Pikiran dipusatkan pada obyek yang telah dipilih.Pada tingkat permulaan, tentunya pikiran akan lari dari obyek. Hal ini biasa, karena

pikiran itu lincah, binal, dan selalu bergerak. Namun, hendaknya orang yangbermeditasi selalu sadar dan waspada terhadap pikiran. Bila pikiran itu lari dari obyek,ia sadar bahwa pikiran itu lari, dan cepat mengembalikan pikiran itu pada obyeksemula.Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka kemajuan dalam meditasi pastiakandiperoleh.Pembagian BhavanaBhavana dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :1. Samatha Bhavana, berarti pengembangan ketenangan batin.2. Vipassana Bhavana, berarti pengembangan pandangan terang.Diantara kedua jenis bhavana ini terdapat perbedaan. Perbedaan itu mencakup:

1. TujuannyaSamatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapaiketenangan. Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat dan tertuju padasuatu obyek. Jadi pikiran tidak berhamburan ke segala penjuru, pikiran tidak berkeliarankesana kemari, pikiran tidak melamun dan mengembara tanpa tujuan.Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-rintangan batin tidak dapatdilenyapkan secara menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat diendapkan, sepertibatu besar yang menekan rumput hingga tertidur di tanah. Dengan demikian, SamathaBhavana hanya dapat mencapai tingkat-tingkat konsentrasi yang disebut jhana-jhan

a,dan mencapai berbagai kekuatan batin.Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari meditasi. Ketenanganpikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan untuk mengembangkan pandanganterang atau Vipassana Bhavana.Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapaipandangan terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-kekotoranbatin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai keakar-akarnya, sehingga orang

Page 4: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 4/61

yangmelakukan Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengansewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha(derita), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavanadapatmenuju ke arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.Sesungguhnya "dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan pandangan teranginilah kita dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan lain".2. ObyeknyaObyek yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-obyek itu adalahsepuluh kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat appamañña, satuaharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat arupa. Sebaliknya, obyek yangdipakai dalam Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau empatsatipatthana.3. PenghalangnyaDalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi seringmendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluhpalibodha. Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula rintangan-rintanganyang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluhvipassanupakilesa.Samatha Bhavana

1. EMPAT PULUH MACAM OBYEK MEDITASIDalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek-obyek meditasi inidapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau pribadi seseorang.Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangannya.Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah :a. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda), yaitu :1. Pathavi kasina = wujud tanah2. Apo kasina = wujud air3. Teja kasina = wujud api4. Vayo kasina = wujud udara atau angin5. Nila kasina = wujud warna biru6. Pita kasina = wujud warna kuning

7. Lohita kasina = wujud warna merah8. Odata kasina = wujud warna putih9. Aloka kasina = wujud cahaya10. Akasa kasina = wujud ruangan terbatasb. Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), yaitu :1. Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak2. Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan3. Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah4. Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya5. Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang6. Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur7. Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur8. Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah

9. Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung10. Atthika = wujud tengkorakc. Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :1. Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha2. Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma3. Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha4. Silanussati = perenungan terhadap sila5. Caganussati = perenungan terhadap kebajikan6. Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau paradewa

Page 5: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 5/61

7. Marananussati = perenungan terhadap kematian8. Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani9. Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan10. Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwanad. Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :1. Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih2. Karuna = belas kasihan3. Mudita = perasaan simpati4. Upekkha = keseimbangan batine. Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)f. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalambadan jasmani)g. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi), yaitu :1. Kasinugaghatimakasapaññatti = obyek ruangan yang sudah keluar dari kasina2. Akasanancayatana-citta = obyek kesadaran yang tanpa batas3. Natthibhavapaññati = obyek kekosongan4. Akincaññayatana-citta = obyek bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapanBerikut penjelasan lebih mendetil tentang masing-masing obyek meditasi diatas :a. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda)Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau segumpal tanahyang dibulatkan. Dalam kasina air, dapat dipakai sebuah telaga atau air yang adadidalam ember. Dalam kasina api, dapat dipakai api yang menyala yang di depannya

diletakkan seng yang berlobang. Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yangberhembus di pohon-pohon atau badan. Dalam kasina warna, dapat dipakai benda-bendaseperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang berwarna biru, kuning,merah,atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yangmemantul di dinding atau di lantai melalui jendela dan lain-lain. Dalam kasina ruanganterbatas, dapat dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas-batas disekelilingnyaseperti drum dan lain-lain.Disini, mula-mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yangberwarna biru misalnya. Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, or

angharus berjuang agar pikirannya tetap berjaga-jaga, waspada, dan sadar. Sementaraitu,benda-benda di sekeliling bulatan tersebut seolah-olah lenyap, dan bulatan tersebutkelihatan menjadi makin semu dan akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini,walaupun mata dibuka atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalampikirannya, yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.b. Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran)Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan sesosok tubuh yang telahmenjadi mayat diturunkan ke dalam lubang kuburan, membengkak, membiru, bernanah,terbelah di tengahnya, dikoyak-koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan

membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan akhirnyamerupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan terhadap badannya sendiri,"Badanku ini juga mempunyai sifat-sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari".Disinilah hendaknya orang memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yangberharga yang telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkakdan lain-lain.c. Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan)

Page 6: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 6/61

Dalam Buddhanussati, direnungkan sembilan sifat Buddha. Kesembilan sifat Buddhatersebut adalah maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurnapengetahuan dan tingkah lakunya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, pengenalsemua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia,yang sadar, yang patut dimuliakan.Dalam Dhammanussati, direnungkan enam sifat Dhamma. Keenam sifat Dhamma ituadalah telah sempurna dibabarkan, nyata di dalam kehidupan, tak lapuk oleh waktu,mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh parabijaksana dalam batin masing-masing.Dalam Sanghanussati, direnungkan sembilan sifat Ariya-Sangha. Kesembilan sifatAriya-Sangha itu adalah telah bertindak dengan baik, telah bertindak lurus, telahbertindak benar, telah bertindak patut, patut menerima persembahan, patut menerimatempat bernaung, patut menerima bingkisan, patut menerima penghormatan, lapanganuntuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.Dalam silanussati, direnungkan sila yang telah dilaksanakan, yang tidak patah, yangtidak ternoda, yang dipuji oleh para bijaksana, dan menuju pemusatan pikiran.Dalam caganussati, direnungkan kebajikan berdana yang telah dilaksanakan, yangmenyebabkan musnahnya kekikiran.Dalam devatanussati, direnungkan makhluk-makhluk agung atau para dewa yangberbahagia, yang sedang menikmati hasil dari perbuatan baik yang telah dilakukan

nya.Dalam marananussati, orang harus merenungkan bahwa pada suatu hari, kematian akandatang menyongsongku dan makhluk lainnya; bahwa badan ini harus dibagi-bagikanolehku kepada ulat-ulat, kutu, belatung, dan binatang lainnya yang hidup denganini;bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan, di mana, dan melalui apa orangakan meninggal, serta keadaan yang bagaimana menungguku setelah kematian.Dalam kayagatasati, orang merenungkan 32 bagian anggota tubuh, dari telapak kakikeatas dan dari puncak kepala ke bawah, yang diselubungi kulit dan penuh kekotoran;

bahwa di dalam badan ini terdapat rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit,daging,urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput dada, limpa, paru-paru, usus, saluranusus, perut, kotoran, empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyakkulit, ludah, ingus, cairan sendi, air kencing, dan otak.Dalam anapanasati, orang merenungkan keluar masuknya napas. Dengan sadar iamenarik napas, dengan sadar ia mengeluarkan napas.Dalam upasamanussati, orang merenungkan Nibbana atau Nirwana yang terbebas darikekotoran batin, hancurnya keinginan, putusnya lingkaran tumimbal lahir.d. Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas)Empat appamañña ini sering disebut juga sebagai Brahma-Vihara (kediaman yang

luhur). Dalam melaksanakan metta-bhavana, seseorang harus mulai dari dirinya sendiri,karena ia tidak mungkin dapat memancarkan cinta kasih sejati bila ia membenci danmeremehkan dirinya sendiri. Setelah itu, cinta kasih dipancarkan kepada orang tua,guru-guru, teman-teman laki-laki dan wanita sekaligus.Akhirnya, yang tersulit adalah memancarkan cinta kasih kepada musuh-musuhnya.Dalam hal ini mungkin timbul perasaan dendam atau sakit hati. Namun, hendaknyadiusahakan untuk mengatasi kebencian itu dengan merenungkan sifat-sifat yang bai

Page 7: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 7/61

kdari musuhnya dan jangan menghiraukan kejelekan-kejelekan yang ada padanya. Perludiingat bahwa kebencian hanya dapat ditaklukkan dengan cinta kasih.Dalam karuna-bhavana, orang memancarkan belas kasihan kepada orang yang sedangditimpa kemalangan, diliputi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan.Dalam mudita-bhavana, orang memancarkan perasaan simpati kepada orang yangsedang bersuka-cita; ia turut berbahagia melihat kebahagiaan orang lain.Dalam upekkha-bhavana, orang akan tetap tenang menghadapi suka dan duka, pujiandan celaan, untung dan rugi.e. Satu aharapatikulasañña (satu perenungan terhadap makanan yangmenjijikkan)Dalam satu aharapatikulasañña, direnungkan bahwa makanan adalah barang yangmenjijikkan bila telah berada di dalam perut; direnungkan bahwa apapun yang telahdimakan, diminum, dikunyah, dicicipi, semuanya akan berakhir sebagai kotoran (tinja)dan air seni (urine).f. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada didalam badan jasmani)Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapatempat unsur materi, yaitu :1. Pathavi-dhatu (unsur tanah atau unsur padat), ialah segala sesuatu yang bersi

fat kerasatau padat. Umpamanya : rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan lain-lain.2. Apo-dhatu (unsur air atau unsur cair), ialah segala sesuatu yang bersifat berhubunganyang satu dengan yang lain atau melekat. Umpamanya : empedu, lendir, nanah, darah,dan lain-lain.3. Tejo-dhatu (unsur api atau unsur panas), ialah segala sesuatu yang bersifat panasdingin. Umpamanya : setelah selesai makan dan minum, atau bila sedang sakit, badanakan terasa panas dingin.4. Vayo-dhatu (unsur angin atau unsur gerak), ialah segala sesuatu yang bersifat

bergerak. Umpamanya : angin yang ada di dalam perut dan usus, angin yang keluarmasuk waktu bernapas, dan lain-lain.g. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi)Dalam kasinugaghatimakasapaññati, batin yang telah memperoleh gambaran kasinadikembangkan ke dalam perenungan ruangan yang tanpa batas sambil membayangkan,"Ruangan! Ruangan! Tak terbatas ruangan ini!" dan kemudian gambaran kasinadihilangkan. Jadi, pikiran ditujukan kepada ruangan yang tanpa batas, dipusatkandidalamnya, dan menembus tanpa batas.Dalam akasanancayatana-citta, ruangan yang tanpa batas itu ditembus dengankesadarannya sambil merenungkan, "Tak terbataslah kesadaran itu". Ia harus berulangulangmemikirkan penembusan ruangan itu dengan sadar, mencurahkan perhatiannya

kepada hal tersebut.Dalam natthibhavapaññati, orang harus mengarahkan perhatiannya pada kekosonganatau kehampaan dan tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpabatas itu. Ia terus menerus merenungkan, "Tidak ada apa-apa di sana! Kosonglahadanya ini".Dalam akincaññayatana-citta, orang merenungkan keadaan kekosongan sebagaiketenangan atau kesejahteraan, dan setelah itu ia mengembangkan pencapaian darisisaunsur-unsur batin yang penghabisan, yaitu perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pi

Page 8: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 8/61

kiran,dan kesadaran sampai batas kelenyapannya. Jadi, setelah kekosongan itu dicapai,makakesadaran mengenai kekosongan itu dilepas, seolah-olah tidak ada pencerapan lagi2. LIMA MACAM NIVARANA DAN SEPULUH MACAM PALIBODHALima macam nivaranaNivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang selalu menghambatperkembangan pikiran. Nivarana ini ada lima macam, yaitu:1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)2. Byapada (kemauan jahat)3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)4. Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)5. Vicikiccha (keragu-raguan)Untuk menaklukkan kelima rintangan tersebut, orang harus mengetahui sebab-sebabtimbulnya nivarana dan berusaha menghindari sebab-sebab itu serta melakukan usahausahayang dapat melenyapkan nivarana itu.Nafsu-nafsu keinginan (kamachanda) akan timbul apabila orang berulang-ulangmemperhatikan obyek yang indah, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskandiri dari nafsu keinginan, hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi denganmemakai obyek yang kotor atau menjijikkan dan berusaha menghindari obyek-obyekyang bisa merangsang, berusaha untuk menguasai pikiran dan mengendalikan indriyaindriyanya,

senantiasa berbicara tentang kesempurnaan hidup, tentang kepuasan,kesunyian, kebajikan, kebebasan, bebas dari nafsu-nafsu.Kemauan jahat (byapada) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikanobyek yang menyebabkan timbulnya kebencian, tanpa disertai kebijaksanaan. Untukmenaklukkan kemauan jahat hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi cintakasih, senantiasa ingat bahwa setiap orang adalah pemilik dan pewaris dariperbuatannya sendiri.Kemalasan dan kelelahan (thina-middha) akan timbul apabila orang berulang-ulangmemperhatikan rasa segan, rasa malas, kelelahan, mengantuk sesudah makan, tanpadisertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari kemalasan dan kelelahan, oranghendaknya senantiasa merenungkan suatu cahaya sampai terserap ke dalam batin,senantiasa melihat penderitaan di dalam ketidak-kekalan, senantiasa merenungkan

ajaran-ajaran Sang Buddha dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.Kegelisahan dan kekhawatiran (uddhacca-kukkucca) akan timbul apabila orangberulang-ulang memperhatikan ketidak-tenteraman pikiran, tanpa disertaikebijaksanaan. Untuk mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran, orang hendaknyasenantiasa mempelajari dan memahami kitab suci Tripitaka, serta berusahamelaksanakan sila dengan sempurna.Keragu-raguan (vicikiccha) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikansesuatu yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan, tanpa disertai kebijaksanaan.Untuk membebaskan diri dari keragu-raguan, orang hendaknya senantiasa meneguhkankeyakinan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha.Sepuluh macam palibodhaPalibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tid

akmampu memusatkan pikiran pada obyek. Palibodha ini ada sepuluh macam, yaitu :1. Avasa (tempat tinggal)2. Kula (pembantu dan orang yang bertanggung jawab)3. Labha (keuntungan)4. Gana (murid dan teman)5. Kamma (pekerjaan)6. Addhana (perjalanan)7. Ñati (orangtua, keluarga, dan saudara)8. Abadha (penyakit)

Page 9: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 9/61

9. Gantha (pelajaran)10.Iddhi (kekuatan gaib)Dalam melaksanakan meditasi, pada umumnya orang yang bermeditasi sering jugamendapat gangguan yang disebut palibodha. Ia merasa khawatir akan tempattinggalnya, terikat dengan rumahnya. Ia merasa khawatir akan pembantunya dan orangyang bertanggung jawab atas harta bendanya. Ia merasa khawatir akan persoalannya,apakah meditasi ini akan membawa keuntungan baginya. Ia merasa khawatir akanmurid-murid dan teman-temannya. Ia merasa khawatir akan pekerjaannya yang belumselesai. Ia merasa khawatir akan perjalanan jauh yang harus ditempuhnya. Ia merasakhawatir akan orang tuanya, keluarganya, dan saudara-saudaranya. Ia merasa khawatirakan kemungkinan timbulnya penyakit. Ia merasa khawatir akan pelajaran yangditinggalkannya. Ia merasa khawatir akan bermacam-macam kekuatan magis yangdipertunjukkan, takut akan kemerosotan kekuatan magisnya.Palibodha ini harus dibasmi, agar orang dapat memusatkan pikiran dengan baik.3. ENAM MACAM CARITACarita berarti sifat, perangai, atau perilaku.Di dalam Abhidhamma, terdapat pembagian sifat-sifat secara umum yang berdasarkanatas keadaan batin manusia, yaitu manusia itu dapat dibagi menjadi enam golonganberdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya:1. Orang yang keras nafsu lobanya atau Ragacarita

2. Orang yang keras kebenciannya atau Dosacarita3. Orang yang bodoh (dungu) atau Mohacarita4. Orang yang tebal keyakinannya atau Saddhacarita5. Orang yang bijaksana (pandai) atau Buddhicarita6. Orang yang suka melamun atau VitakkacaritaOrang yang mempunyai ragacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan loba, cenderungke arah keindahan dan kecantikan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun itu kecilsekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar,mementingkan diri sendiri. Untuk mereka yang mempunyai ragacarita, maka obyekyang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah sepuluh asubha dan satukayagatasati.

Orang yang mempunyai dosacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian,cenderung ke arah panas hati, suka marah, suka jengkel, suka iri hati, tak senang melihatkesalahan walaupun kecil, tak mau tahu terhadap kebajikan orang lain walaupun besar,suka bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah dan mendikte oranglain.Untuk mereka yang mempunyai dosacarita, maka obyek yang baik diambil dalammelaksanakan Samatha Bhavana ialah empat appamañña dan empat kasina (nila kasina,pita kasina, lohita kasina, dan odata kasina).Orang yang mempunyai mohacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohanbatin, cenderung ke arah kelemahan batin, suka bingung, suka ragu-ragu, suka khawatir,

menggantungkan diri pada pendapat orang lain, pikiran ruwet, malas, pendiriannyatidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan. Untuk mereka yangmempunyai mohacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan SamathaBhavana ialah anapanasati.Orang yang mempunyai saddhacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan,cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, sukamendengarkan Dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik. Untuk mereka yangmempunyai saddhacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan SamathaBhavana ialah enam anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati,

Page 10: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 10/61

silanussati, caganussati, dan devatanussati).Orang yang mempunyai buddhicarita atau ñanacarita melaksanakan sesuatu berdasarkanberhati-hati, cenderung ke arah perenungan terhadap Tiga Corak Umum (Tilakkhana),sering bermeditasi, bersedia mendengarkan omongan orang lain, mempunyai kawankawanyang baik. Untuk mereka yang mempunyai buddhicarita atau ñanacarita, makaobyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah marananussati,upasamanussati, aharapatikulasañña, dan catudhatuvavatthana.Orang yang mempunyai vitakkavcarita melaksanakan sesuatu berdasarkan tergesa-gesa,cenderung ke arah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya seringberkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial. Untuk mereka yangmempunyai vitakkacarita, maka obyek yang cocok untuk melaksanakan SamathaBhavana ialah anapanasati.Penjelasan:Pathavi kasina, apo kasina, tejo kasina, vayo kasina, aloka kasina, akasa kasina, danempat arupa dapat dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikancaritanya.4. TIGA MACAM NIMITTANimitta berarti suatu pertanda atau gambaran yang ada hubungannya denganperkembangan obyek meditasi. Nimitta ini ada tiga macam, yaitu :

1. Parikamma-Nimitta (gambaran batin permulaan)2. Uggaha-Nimitta (gambaran batin mencapai)3. Patibhaga-Nimitta (gambaran batin berlawanan)Mengenai parikamma-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi,seperti patung Buddha, mula-mula dilihat dengan mata, kemudian dibayangkan dalampikiran. Jadi, parikamma-nimitta merupakan gambaran atau bentuk dari obyek dalamkeadaan yang sebenarnya. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapatmenghasilkan parikamma-nimitta.Mengenai uggaha-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi dilihatdengan batin, hingga obyek itu melekat dalam pikiran. Jadi, uggaha-nimitta merupakangambaran obyek di dalam batin yang sama dengan bentuk obyek yang dipakai,

walaupun mata telah dipejamkan. Untuk mencapai uggaha-nimitta, semua obyekmeditasi dapat dipakai dalam melaksanakan Samatha Bhavana, yaitu keempat puluhobyek meditasi yang tersebut terdahulu.Mengenai patibhaga-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi yangtelah melekat pada pikiran, terpeta dengan nyata, tetap, jernih, jelas, terbebasdarigangguan, dan gambaran obyek tersebut dapat dibesarkan serta dikecilkan menurutkemauan. Jadi, patibhaga-nimitta merupakan gambaran pantulan dari obyek yangdipakai, yang bentuk gambaran itu berubah menjadi sinar terang di dalam batinnya.Untuk mencapai patibhaga-nimitta, maka obyek yang harus diambil dalammelaksanakan Samatha Bhavana ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu

kayagatasati, dan satu anapanasati.5. TIGA MACAM BHAVANADalam meditasi, terdapat tiga macam tingkat perkembangan batin, yaitu :1. Parikamma-Bhavana (perkembangan batin tingkat pendahuluan)2. Upacara-Bhavana (perkembangan batin tingkat mendekati konsentrasi)3. Appana-Bhavana (perkembangan batin tingkat terkonsentrasi dengan kuat)Dalam parikamma-bhavana, pikiran baru akan dipusatkan pada obyek. Semua obyek(empat puluh macam obyek meditasi) dapat menghasilkan parikamma-bhavana.Dalam upacara-bhavana, pikiran telah siap untuk memasuki pemusatannya, dan mulaitimbulnya patibhaga-nimitta. Dalam keadaan ini, nivarana telah dapat diatasi. Na

Page 11: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 11/61

munkonsentrasi pikiran masih belum mantap. Hal ini dapat disamakan dengan anak kecilyang baru belajar berdiri, namun masih belum mantap, sering jatuh, tetapi ia terusberusaha.Untuk mencapai upacara-bhavana, obyek yang harus diambil dalam melaksanakanSamatha Bhavana ialah delapan anussati (Buddhanussati, Dhammanussati,Sanghanussati, silanussati, caganussati, devatanussati, marananussati, upasamanussati),satu aharapatikulasanna, dan satu catudhatuvavatthana.Dalam appana-bhavana, pikiran telah dapat tinggal diam dalam jangka waktu yanglama, menurut yang dikehendakinya, karena konsentrasi yang penuh dan mantap telahtercapai. Keadaan ini dapat diumpamakan sebagai orang yang telah dewasa yang telahdapat berdiri dengan kuat, tak jatuh-jatuh lagi. Di samping nivarana telah dapatdiatasi,maka faktor-faktor jhana juga mulai timbul berperanan (vitakka, vicara, piti, sukha, danekaggata). Obyek-obyek yang dapat dipakai untuk mencapai appana-bhavana ialahsepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, satu anapanasati, empat appamañña,dan empat arupa.

6. PENGERTIAN JHANAJhana berarti kesadaran/pikiran yang memusat dan melekat kuat pada obyekkammatthana/meditasi, yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada obyek dengankekuatan appana-samadhi (konsentrasi yang mantap, yaitu kesadaran/pikiranterkonsentrasi pada obyek yang kuat).Jhana merupakan keadaan batin yang sudah di luar aktivitas panca indera. Keadaaninihanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan tekun. Dalam keadaan ini, aktivitaspanca indera berhenti, tidak muncul kesan-kesan penglihatan maupun pendengaran,puntidak muncul perasaan badan jasmani. Walaupun kesan-kesan dari luar telah berhenti,

batin masih tetap aktif dan berjaga secara sempurna serta sadar sepenuhnya.Jhana hanya mampu menekan atau mengendapkan kekotoran batin untuk sementarawaktu. Ia tidak dapat melenyapkan kekotoran batin. Sewaktu-waktu jhana dapatmerosot, karena jhana tidak kekal.7. FAKTOR-FAKTOR JHANADi dalam memasuki jhana-jhana, timbullah faktor-faktor jhana yang memberi corakdansuasana bagi tiap-tiap jhana itu. Faktor-faktor jhana tersebut ada lima macam, yaitu :1. Vitakka, ialah penopang pikiran yang merupakan perenungan permulaan untukmemegang obyek.2. Vicara, ialah gema pikiran, keadaan pikiran dalam memegang obyek dengan kuat.3. Piti, ialah kegiuran atau kenikmatan.

4. Sukha, ialah kebahagiaan yang tak terhingga.5. Ekaggata, ialah pemusatan pikiran yang kuat.Vitakka dan vicara adalah dua keadaan dari suatu proses yang berkelanjutan. Keduakeadaan ini dapat diumpamakan seperti bunyi lonceng. Pada waktu lonceng dipukulsekali, maka akan terjadi bunyi yang bergema. Bunyi lonceng pada saat terkena pukulanmerupakan vitakka, sedangkan gema dari bunyi lonceng itu merupakan vicara.Demikian pula ketika bermeditasi. Suasana pikiran pada saat permulaan memegangobyek disebut vitakka, sedangkan suasana pikiran yang telah berhasil memegang ob

Page 12: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 12/61

yekdengan kuat disebut vicara.Mengenai piti, sebenarnya secara terperinci terdapat lima macam. Namun, kiranyadisini tidak begitu perlu diuraikan.Antara piti dan sukha terdapat pula perbedaan perasaan yang khas seperti berikut.Apabila seseorang yang sedang dalam suatu perjalanan merasa sangat haus, dankemudian ia menemukan sebuah sumber air, maka ia akan merasa gembira, senang, dantergiur melihatnya. Perasaan ini merupakan piti, karena di sini kegiuran timbulakibatketerbatasan dari tekanan perasaan. Selanjutnya, setelah ia meminum air itu, makaperasaan berobah menjadi nikmat dan segar. Perasaan ini merupakan sukha.Dalam ekaggata, pikiran telah terpusat pada obyek dengan kuat, sehingga kekotoranbatin tidak mampu mengganggu lagi.Vikkhambhana-Pahana adalah pembasmian nivarana dengan kekuatan jhana, yaitudengan mengendapkan kekotoran batin. Selama jhana masih ada, selama itu pulanivarana tidak timbul. Tetapi, bila jhana merosot, maka nivarana akan timbul lagi.Jhana merupakan alat pembasmi nivarana, yaitu vitakka membasmi thina-middha,vicara membasmi vicikiccha, piti membasmi byapada, sukha membasmi uddhaccakukkuc

ca,dan ekaggata membasmi kamachanda.8. TINGKAT-TINGKAT JHANAMenurut Sutta Pitaka, terdapat delapan tingkat jhana, yaitu empat rupa jhana danempatarupa jhana, sedangkan menurut Abhidhamma, terdapat sembilan tingkat jhana, yaitulima rupa jhana dan empat arupa jhana. Dalam Abhidhamma, tingkatan rupa jhana adalima, karena hal ini disesuaikan menurut keadaan, menurut bagian, dan jumlahkesadaran yang berada dalam rupavacara-citta, sebab kesadaran dari manda-puggala(orang yang tidak cerdas) tidak dapat melihat kekotoran dari vitakka dan vicarakeduaduanya

ini sekaligus dalam waktu yang sama, hanya dapat membuang 'keadaan batin'satu persatu, yaitu dutiya-jhana membuang vitakka, dan tatiya-jhana membuang vicara.Tetapi, tikkha-puggala (orang yang cerdas) mampu menyelidiki dan melihat kekotorandari vitakka dan vicara sekaligus dalam waktu yang sama, dan membuang vitakka danvicara sekaligus. Karena itu, dalam Sutta Pitaka, tingkatan rupa jhana ada empat.Tingkatan jhana, menurut Abhidhamma, terdiri atas :1. Pathama-Jhana, ialah jhana tingkat pertama.Keadaan batinnya terdiri dari lima corak, yaitu vitakka, vicara, piti, sukha, dan

ekaggata.2. Dutiya-Jhana, ialah jhana tingkat kedua.Keadaan batinnya terdiri dari empat corak, yaitu vicara, piti, sukha, dan ekaggata.3. Tatiya-Jhana, ialah jhana tingkat ketiga.4. Catuttha-Jhana, ialah jhana tingkat keempat.Keadaan batinnya terdiri dari dua corak, yaitu sukha dan ekaggata.5. Pancama-Jhana, ialah jhana tingkat kelima.Keadaan batinnya terdiri dari dua corak, yaitu upekkha dan ekaggata.6. Akasanancayatana-Jhana, ialah keadaan dari konsepsi ruangan yang tanpa batas.

Page 13: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 13/61

7. Viññanancayatana-Jhana, ialah keadaan dari konsepsi kesadaran yang tak terbatas.8. Akincaññayatana-Jhana, ialah keadaan dari konsepsi kekosongan.9. Nevasaññanasaññayatana-Jhana, ialah keadaan dari konsepsi bukan pencerapan puntidak bukan pencerapan.Tingkatan jhana, menurut Sutta Pitaka, terdiri atas :1. Pathama-Jhana, ialah jhana tingkat pertama, dimana nivarana telah dapat diatasidengan seksama. Faktor-faktor jhana yang timbul adalah vitakka, vicara, piti, sukha, danekaggata.2. Dutiya-Jhana, ialah jhana tingkat kedua, dimana vitakka dan vicara mulai lenyap,karena kedua faktor ini bersifat kasar untuk jhana kedua. Faktor-faktor jhana yangmasih ada adalah piti, sukha, dan ekaggata.3. Tatiya-Jhana, ialah jhana tingkat ketiga, dimana piti mulai lenyap, karena piti inimasih terasa kasar untuk jhana ketiga. Faktor-faktor jhana yang masih ada adalahsukhadan ekaggata.4. Catuttha-Jhana, ialah jhana tingkat keempat, dimana sukha mulai lenyap, karenafaktor ini masih terasa kasar untuk jhana keempat. Di dalam jhana keempat ini hanya

ada faktor ekaggata dan ditambah dengan upekkha (keseimbangan batin).5. Akasanancayatana-Jhana.6. Viññanancayatana-Jhana.7. Akincaññayatana-Jhana.8. Nevasaññanasaññayatana-Jhana.Untuk mencapai pathama-jhana, obyek yang harus diambil dalam melaksanakanSamatha Bhavana ialah sepuluh asubha dan satu kayagatasati.Untuk mencapai dutiya-jhana, tatiya-jhana, dan catuttha-jhana, obyek yang harusdiambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah tiga appamañña (metta, karuna,dan mudita).Untuk mencapai pancama-jhana, obyek yang harus diambil dalam melaksanakanSamatha Bhavana ialah satu upekkha.Untuk mencapai empat arupa jhana, obyek yang harus diambil dalam melaksanakan

Samatha Bhavana ialah empat arupa.Penjelasan :Sepuluh kasina dan satu anapanasati dapat dijasikan obyek meditasi oleh semua oranguntuk mencapai lima rupa jhana.9. LIMA MACAM VASIVasi berarti keahlian atau kemahiran atau kemampuan untuk mengolah jhana.Jika seseorang telah mencapai jhana tingkat pertama (pathama-jhana), kemudian iaingin mencapai jhana-jhana tingkat selanjutnya, maka ia harus mempunyai lima macamvasi.Kelima macam vasi tersebut ialah :1. Avajjana-vasi, yaitu keahlian dalam pemikiran untuk memasuki jhana menurut

kehendaknya.2. Samapajjana-vasi, yaitu keahlian dalam memasuki jhana.3. Adhitthana-vasi, yaitu keahlian dalam menentukan berapa lama hendak berada dalamjhana.4. Vutthana-vasi, yaitu keahlian dalam 'keluar' dari jhana.5. Paccavekkhana-vasi, yaitu keahlian dalam meninjauan terhadap jhana.10. ENAM MACAM ABHIÑÑAAbhiñña berarti kemampuan atau kekuatan batin yang luar biasa, atau tenaga batin.Abhiñña akan timbul dalam diri orang yang telah mencapai jhana-jhana, dimana jhana

Page 14: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 14/61

tingkat keempat (catuttha-jhana) merupakan dasar untuk timbulnya abhiñña ini. Namun,hal ini juga tergantung pada kusala-kamma (perbuatan baik) dari kehidupan yanglampau. Mengenai obyek meditasi yang dapat menimbulkan abhiñña ialah hanyasepuluh kasina.Abhiñña itu ada enam macam dan dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu abhiññayang duniawi atau lokiya dan abhiñña yang di atas duniawi atau lokuttara.Abhiñña yang duniawi (lokiya-abhiñña) terdiri atas lima macam, yaitu :1. Iddhividhañana, sering disebut sebagai kekuatan gaib atau kekuatan magis ataukesaktian. Ini terbagi lagi atas beberapa macam, yaitu :a. Adhitthana-iddhi, ialah kemampuan untuk mengubah diri dari satu menjadi banyakatau dari banyak menjadi satu.b. Vikubbana-iddhi, ialah kemampuan untuk berubah bentuk, seperti menjadi anakkecil, raksasa, ular, atau membuat diri menjadi tak tampak.c. Manomaya-iddhi, ialah kemampuan mencipta dengan menggunakan pikiran, sepertimenciptakan istana, taman, harimau, wanita cantik, dan lain-lain.d. Ñanavipphara-iddhi, ialah kemampuan untuk menembus ajaran melalui pengetahuan.e. Samadhivipphara-iddhi, ialah kemampuan memencarkan melalui konsentrasi, yaitu:Kemampuan menembus dinding, pagar, gunung.Kemampuan menyelam ke dalam bumi bagaikan menyelam ke dalam air.Kemampuan berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah yang padat.Kemampuan terbang di angkasa seperti burung.Kemampuan melawan api.

Kemampuan menyentuk bulan dan matahari dengan tangannya.Kemampuan memanjat puncak dunia sampai ke alam Brahma.2. Dibbasotañana (telinga dewa), ialah kemampuan untuk mendengar suara-suara darialam lain, yang jauh maupun yang dekat.3. Cetopariyañana atau paracittavijañana, ialah kemampuan untuk membaca pikiranmakhluk lain.4. Dibbacakkhuñana atau cutupapatañana (mata dewa), ialah kemampuan untuk melihatalam-alam halus dan muncul lenyapnya makhluk-makhluk yang bertumimbal lahirsesuai dengan karmanya masing-masing.5. Pubbenivasanussatiñana, ialah kemampuan untuk mengingat tumimbal lahir yanglampau dari diri sendiri dan orang lain.Abhiñña yang di atas duniawi (lokuttara-abhiñña) hanya ada satu macam, yaituasavakkhayañana, ialah kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin. Pemusnahan

kekotoran batin ini akan membimbing ke arah kesucian tertinggi atau arahat.Perlu diingat bahwa tujuan umat Buddha bukanlah untuk mendapatkan kegaiban danmujijat yang aneh-aneh dan luar biasa. Sang Buddha tidak membenarkan siswasiswaNyamelakukan sesuatu yang ajaib dan mujijat, karena perbuatan demikian itutidak akan mempertinggi martabat mereka di mata orang lain. Lagipula kegaiban itubukanlah merupakan hal yang penting dalam mencari kebebasan (Nibbana).Vipassana Bhavana1. EMPAT MACAM SATIPATTHANADalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan rupa (batin danmateri), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan). Ini dilakukan dengan

memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat melihatdengan nyata bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan),dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku).Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :rupa-khandha (kelompok jasmani), vedana-khandha (kelompok perasaan), saññakhandha(kelompok pencerapan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), danviññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang disebut pancakkhandhaitu adalah makhluk.Empat macam satipatthana (empat macam perenungan) terdiri atas :kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani), vedana-nupassana (perenungan

Page 15: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 15/61

terhadap perasaan), citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran), dan Dhammanupassana(perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).Empat macam satipatthana itu adalah pancakkhandha, atau nama dan rupa itu sendiri.Kaya nupassana adalah rupa-khandha. Vedana-nupassana adalah vedana-khandha.Citta-nupassana adalah Viññana-khandha. Dhamma-nupassana adalah pancakkhandha.Sesungguhnya, yang akan berkembang dalam latihan Vipassana itu ialah perhatian yangtajam dan kesadaran yang kuat.1. Kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani).Salah satu contoh yang paling populer dan praktis tentang meditasi dengan obyekbadanjasmani ialah anapanasati (menyadari keluar dan masuknya napas). Dalam anapanasatiini, tidak ada tekanan atau paksaan pada pernapasan. Panjang atau pendeknyapernapasan harus disadari, tetapi tidak dibuat-buat atau sengaja diatur. Jadi, bernapassecara biasa dan wajar.Walaupun menurut kebiasaan , kesadaran terhadap pernapasan itu pada tingkatpermulaan dianggap sebagai obyek untuk meditasi ketenangan (Samatha Bhavana),yaitu untuk mengembangkan jhana-jhana, ia juga sangat berguna untukmengembangkan Pandangan Terang (Vipassana Bhavana). Dalam pernapasan, yangdipakai sebagai suatu obyek perhatian murni, naik turunnya gelombang kehidupan y

angtidak kekal, yang timbul tenggelam ini, dapat disadari dengan mudah.Cara meditasi lain yang penting, praktis, dan berguna ialah sadar dan waspada terhadapsegala sesuatu yang dilakukan, ketika berjalan, berdiri, duduk, atau berbaring,sewaktumembungkukkan dan melencangkan badan, sewaktu melihat ke muka dan ke belakang,ketika berpakaian, makan, dan minum, ketika buang kotoran dan kencing, ketikaberbicara atau berdiam diri.Di sini tidak dijalankan penyiksaan badan jasmani dengan maksud untukmengendalikan badan. Tetapi dipergunakan jalan tengah yang sederhana, denganmenyadari timbul dan tenggelamnya bentuk kehidupan setiap saat.2. Vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan).

Di sini direnungkan perasaan yang sedang dialami secara obyektif, baik perasaansenang, perasaan tidak senang, maupun perasaan yang acuh tak acuh. Direnungkankeadaan perasaan yang sebenarnya, bagaimana ia timbul, berlangsung, dan kemudianlenyap kembali.Perasaan harus dikendalikan oleh akal dan kebijaksanaan, agar perasaan itu tidakmembangkitkan bermacam-macam bentuk emosi. Apabila perasaan telah dapat diatasidengan tepat, maka batin menjadi bebas, tidak terikat oleh apapun di dalam duniaini.3. Citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran).Di sini direnungkan segala gerak-gerik pikiran. Apabila pikiran sedang dihinggapi hawanafsu atau terbebas daripadanya, maka hal itu harus disadari.Pikiran harus diarahkan pada kenyataan hidup pada saat ini. Masalah-masalah yang

telah lewat atau hal-hal yang akan datang tidak boleh dipikirkan pada saat ini.Betapabanyak tenaga yang terbuang dengan percuma karena melamunkan keadaan-keadaanyang telah lalu dan mengkhayalkan keadaan yang akan datang. Jadi, keadaan pikiranyang sebenarnya harus diamat-amati, agar batin menjadi bebas dan tidak terikat.4. Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).Di sini direnungkan bentuk-bentuk pikiran dengan sewajarnya, direnungkan bentukbentukpikiran dari lima macam rintangan (nivarana), direnungkan bentuk-bentuk

Page 16: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 16/61

pikiran dari lima kelompok faktor kehidupan (pancakkhandha), direnungkan bentukbentukpikiran dari enam landasan indriya dalam dan luar (dua belas ayatana),direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (SattaBojjhanga), dan direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan Mulia(Cattari Ariya Saccani).Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam rintangan (nivarana) ialahbahwa apabila di dalam diri orang yang bermeditasi timbul nafsu keinginan, kemauanjahat, kemalasan dan kelelahan, kegelisahan dan kekhawatiran, atau keragu-raguan,maka hal itu harus disadari. Demikian pula apabila nivarana itu tidak ada di dalamdirinya, maka hal itu pun harus disadari. Ia tahu bagaimana bentuk-bentuk pikiran itudatang dan timbul. Ia tahu bagaimana sekali timbul, bentuk-bentuk pikiran ituditaklukkan. Ia tahu bahwa sekali ditaklukkan, bentuk-bentuk pikiran itu tidak akantimbul lagi kemudian.Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor kehidupan(pancakkhandha) ialah dengan menyadari bahwa inilah bentuk jasmani, inilah perasaan,inilah pencerapan, inilah bentuk pikiran, inilah kesadaran. Ia tahu bagaimana ca

ranyatimbul dan bagaimana caranya lenyap.Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan indriya dalam dan luar(dua bleas ayatana) ialah dengan menyadari bahwa inilah mata dan obyek bentuk, inilahtelinga dan obyek suara, inilah hidung dan obyek bau, inilah lidah dan obyek kecapan,inilah badan dan obyek sentuhan, inilah pikiran dan obyek pikiran. Ia tahu akanbelenggu-belenggu yang timbul dalam hubungan dengan semua itu. Ia tahu bagaimanacara menaklukkan belenggu-belenggu itu. Ia tahu bagaimana caranya supaya belengguyang telah dibuang itu tidak timbul lagi kemudian.Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (Satta

Bojjhanga) ialah apabila di dalam diri orang yang bermeditasi timbul kesadaran (sati),penyelidikan Dhamma yang mendalam (Dhamma-Vicaya), tenaga (viriya), kegiuran(piti), ketenangan (passadhi), pemusatan pikiran (samadhi), atau keseimbangan(upekkha), maka hal itu harus disadari. Ia tahu bilamana keadaan-keadaan ini tidak adadi dalam dirinya. Ia tahu bagaimana cara timbulnya, dan bagaimana caramengembangkannya dengan sempurna.Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan Mulia (Cattari AriyaSaccani) ialah dengan menyadari berdasarkan kesunyataan bahwa inilah penderitaan,inilah asal mula dari penderitaan, inilah pemadaman dari penderitaan, inilah jal

anmenuju pemadaman dari penderitaan. Ia merenungkan masalah-masalah yang timbuldan hancur dari bentuk-bentuk pikiran. Akhirnya, ia hidup bebas tanpa ikatan dalamdunia ini.2. SEPULUH MACAM VIPASSANUPAKILESAVipassanupakilesa berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambatperkembangan Pandangan Terang, di dalam melaksanakan Vipassana Bhavana.Vipassanupakilesa ini ada sepuluh macam, yaitu :1. Obhasa, ialah sinar-sinar yang gemerlapan, yang bentuk dan keadaannya bermaca

Page 17: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 17/61

mmacam,yang kadang-kadang merupakan pemandangan yang menyenangkan.2. Piti, ialah kegiuran, yang merupakan perasaan yang nyaman dan nikmat. Piti ini adalima macam menurut keadaannya, yaitu :a. Khudaka Piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti bulu badan yangterangkat atau merinding.b. Khanika Piti, ialah kegiuran yang sepintas lalu menggerakkan badan.c. Okkantika Piti, ialah kegiuran yang menyeluruh, yang suasananya meriang di seluruhbadan, seperti ombak laut memecah di pantai.d. Ubbonga Piti, ialah kegiuran yang mengangkat, yang suasananya seolah-olahmengangkat badan naik ke udara.e. Pharana Piti, ialah kegiuran yang menyerap seluruh badan, yang suasananya seluruhbadan seperti terserap oleh perasaan yang menakjubkan.3. Passadi, ialah ketenangan batin, yang seolah-olah orang telah mencapai penerangansejati.4. Sukha, ialah perasaan yang berbahagia, yang seolah-olah orang telah bebas daripenderitaan.5. Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga seperti

dirinya.6. Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.7. Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan menggangguperkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang ini.8. Ñana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya praktekmeditasi.9. Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak untukmenyadari proses-proses yang timbul10. Nikanti, ialah perasaan puas terhadap obyek-obyek.Sepuluh macam vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembanganSammasana-Ñana, yaitu ñana yang ketiga.3. EMPAT MACAM VIPALLASA-DHAMMAVipallasa-Dhamma berarti kekhayalan, atau kepalsuan, atau kekeliruan yang berken

aandengan paham yang menganggap suatu kebenaran sebagai suatu kesalahan dankesalahan sebagai suatu kebenaran. Vipallasa-Dhamma ini ada empat macam dan dapatdibasmi dengan melaksanakan empat macam Satipatthana.Keempat macam Vipallasa-Dhamma itu ialah :1. Subha-Vipallasa, yaitu kekeliruan dari pencerapan, pikiran, dan pandangan, yangmenganggap sesuatu yang tidak cantik sebagai cantik. Subha-Vipallasa ini dapatdibasmi dengan melaksanakan kaya-nupassana.2. Sukha-Vipallasa, yaitu kekeliruan dari pencerapan, pikiran, dan pandangan, yangmenganggap sesuatu yang derita sebagai bahagia. Sukha_Vipallasa ini dapat dibasm

idengan melaksanakan vedana-nupassana.3. Nicca-Vipallasa, yaitu kekeliruan dari pencerapan, pikiran, dan pandangan, yangmenganggap sesuatu yang tidak kekal sebagai kekal. Nicca-Vipallasa ini dapat dibasmidengan melaksanakan citta-nupassana.4. Atta-Vipallasa, yaitu kekeliruan dari pencerapan, pikiran, dan pandangan, yangmenganggap sesuatu yang tanpa aku sebagai aku. Atta-Vipallasa ini dapat dibasmi

Page 18: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 18/61

dengan melaksanakan Dhamma-nupassana.4. ENAM BELAS MACAM ÑANAÑana berarti pengetahuan. Apabila orang tekun melaksanakan Vipassana Bhavana,maka akan berkembanglah ñana di dalam dirinya. Ñana itu ada enam belas macam,yaitu :1. Nama-Rupa Pariccheda Ñana, ialah pengetahuan mengenai perbedaan nama (batin)dan rupa (materi).2. Paccaya Pariggaha Ñana, ialah pengetahuan mengenai hubungan sebab dan akibatdari nama dan rupa.3. Sammasana Ñana, ialah pengetahuan yang menunjukkan nama dan rupa sebagaiTilakkhana (Tiga Corak Umum), yaitu anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), anatta(tanpa aku).4. Udayabbaya Ñana, ialah pengetahuan mengenai timbul dan lenyapnya nama danrupa.5. Bhanga Ñana, ialah pengetahuan mengenai peleburan/pelenyapan nama dan rupa.6. Bhaya Ñana, ialah pengetahuan mengenai ketakutan yang berkenaan dengan sifatnama dan rupa.7. Adinava Ñana, ialah pengetahuan mengenai kesedihan yang berkenaan dengan sifatnama dan rupa.8. Nibbida Ñana, ialah pengetahuan mengenai keengganan yang berkenaan dengan sifatnama dan rupa.9. Muncitukamyata Ñana, ialah pengetahuan mengenai keinginan untuk mencapaikebebasan.

10.Patisankha Ñana, ialah pengetahuan mengenai penglihatan akan jalan yang menujukebebasan, yang menimbulkan keputusan untuk berlatih terus dengan bersemangat.11.Sankharupekkha Ñana, ialah pengetahuan mengenai keseimbangan tentang semuabentuk-bentuk kehidupan.12.Anuloma Ñana, ialah pengetahuan mengenai penyesuaian diri dengan Ariya-Sacca(Empat Kesunyataan Mulia), sebagai persiapan untuk memasuki magga (Jalan),mencapai phala (hasil) dari magga itu, dan mendekati Nirvana, dengan melalui anicca,dukkha, dan anatta.13.Gotrabhu Ñana, ialah pengetahuan mengenai pemotongan atau pemutusan keadaanduniawi, dan Nirvana sebagai obyek dari pikiran.14.Magga Ñana, ialah pengetahuan mengenai penembusan terhadap magga, dimanakilesa atau kekotoran batin telah dilenyapkan.

15.Phala Ñana, ialah pengetahuan mengenai pembabaran phala yang merupakan hasildari penembusan terhadap magga, dan Nirvana sebagai obyek batinnya.16.Paccavekkhana Ñana, ialah pengetahuan mengenai peninjauan terhadap sisa-sisakilesa atau kekotoran batin yang masih ada.Enam belas macam ñana tersebut di atas diuraikan agak terperinci seperti di bawahini.1. Nama-Rupa Pariccheda ÑanaDengan memiliki ñana ini, seseorang dapat membedakan nama dari rupa dan rupa darinama. Umpamanya, dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, naik dan turunnyarongga perut ketika bernapas adalah rupa, sedangkan pikiran yang mengetahui prosesitu adalah nama. Gerakan kaki ketika berjalan adalah rupa, sedangkan kesadaranterhadapa hal itu adalah nama.

Mengenai membedakan nama dan rupa yang berkenaan dengan panca-indera, dapatdijelaskan sebagai berikut :a. Dalam melihat bentuk atau warna, bentuk atau warna itu adalah rupa, dan kesadaranterhadap hal itu adalah nama.b. Dalam mendengar bunyi, bunyi itu adalah rupa, dan kesadaran terhadap hal ituadalahnama.c. Dalam mencium bau, bau itu adalah rupa, dan kesadaran terhadap hal itu adalahnama.

Page 19: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 19/61

d. Dalam mencicipi sesuatu, rasa itu adalah rupa, dan kesadaran terhadap hal ituadalahnama.e. Dalam menyentuh suatu benda yang dingin, panas, keras, atau lunak, benda ituadalahrupa, dan kesadaran terhadap hal itu adalah nama.Jadi, kesimpulannya ialah bahwa seluruh badan ini adalah rupa, dan pikiran adalahnama. Yang ada hanya rupa dan nama. Tak ada sesuatu yang disebut makhluk, tak adapribadi, aku, dia, dan lain-lainnya.2. Paccaya Pariggaha ÑanaDalam beberapa hal, rupa merupakan sebab, dan nama merupakan akibat. Jadi, kalaurongga perut naik, maka kesadaran akan mengikutinya. Namun, dalam hal lain, namamerupakan sebab, dan rupa merupakan akibat. Jadi, kalau pikiran bergerak, maka gerakjasmani akan mengikutinya. Keinginan duduk merupakan sebab, dan duduk adalahakibatnya.Rongga perut mungkin naik, tetapi tidak ada turun. Rongga perut mungkin turun dengankeras dan tinggal diam dalam keadaan itu. Naik turunnya rongga perut hilang, tetapikalau dirasakan dengan tangan, proses itu masih tetap ada.Sewaktu-waktu ada perasaan yang sangat tertekan dan kadang-kadang agak kurang,

atau merasa diri tidak berhasil. Sering diganggu oleh pemandangan atau khayalan,seperti binatang liar, gunung-gunung, dan lain-lain.Naik turunnya perut dan bekerjanya proses kesadaran itu berlangsung dengan teratur.Kadang-kadang orang dapat terkejut, bergoyang ke muka atau ke belakang. Akhirnya,orang dapat merasakan bahwa kehidupan yang lampau, yang sekarang, dan yang akandatang hanya terbentuk dari rangkaian sebab dan akibat, dan hanya terdiri atas nama danrupa.3. Sammasana ÑanaDengan memiliki ñana ini, seseorang dapat merasakan nama dan rupa melalui pancaindera

sebagai Tilakkhana (Tiga Corak Umum), yaitu, Anicca (ketidak-kekalan),Dukkha (derita), dan Anatta (tanpa aku).Gerak naiknya perut dan gerak turunnya perut ada tiga bagian, yaitu upada (terjadi),thiti (berlangsung), dan bhanga (lenyap). Naik turunnya perut dapat lenyap sebentaratau dalam waktu yang lama. Pernapasan dapat berlangsung cepat, pelan, halus, atautertahan.Timbul perasaan tertekan, yang hanya dapat lenyap setelah disadari beberapa kalidengan perlahan-lahan. Pikiran menjadi kacau, yang memperlihatkan adanya kesadaranterhadap Tilakkhana itu.

4. Udayabbaya ÑanaDengan memiliki ñana ini, seseorang dapat menyadari bahwa gerakan naik turunnyaperut itu terdiri atas dua, tiga, empat, lima, atau enam tingkat.Naik dan turunnya perut lenyap berselang-seling. Berbagai perasaan lenyap setelahdisadari beberapa kali. Terlihat cahaya yang terang, seperti lampu listrik.Permulaan dan pengakhiran dari gerakan naik turunnya perut lebih terasa. Akhirnya,orang akan merasakan bahwa ketika pernapasan berhenti pada waktu beristirahat yang

Page 20: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 20/61

berulang-ulang, badan seperti jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, atau terbangdengan pesawat terbang, atau naik dengan lift, tetapi sebenarnya badan masih tetapdiam dan tak bergerak.5. Bhanga ÑanaPengakhiran dari gerak naik turunnya perut lebih terasa. Naik turunnya perut terasasamar-samar, terasa lenyap, dan kadang-kadang terasa tidak ada apa-apa.Gerakan naik turun dan kesadaran/pikiran (citta) terasa seolah-olah lenyap. Pertamatama,rupa (materi/jasmani) yang mengendap, tetapi citta masih bergema. Kemudian,gerakan naik turun segera lenyap, demikian pula kesadarannya. Jadi, citta dan obyeknyalenyap bersama-sama.Terasa panas seluruh badan. Terasa diri seperti ditutupi dengan jaring. Segala sesuatukelihatannya seolah-olah dalam suasana yang penuh kesuraman, sangat kabur, danremang-remang. Kalau melihat pada langit, seolah-olah ada getaran-getaran di udara.Gerakan naik dan turun sekonyong-konyong berhenti dan sekonyong-konyong timbullagi.6. Bhaya ÑanaTimbul perasaan takut, tetapi tidak seperti takut ketika melihat hantu atau seta

n. Tidakmerasa bahagia, senang, gembira, atau nikmat. Terasa sakit pada urat-urat syaraf,terutama pada waktu berjalan atau berdiri.Terdapat bahaya dari perubahan-perubahan yang terus menerus di dalam semua bentukkehidupan. Semua bagian dari benda-benda ini menakutkan. Nama dan rupa yangdianggap sebagai sesuatu yang bagus atau indah, sebenarnya tidak mempunyai inti-sari,dan kosong sama sekali. Setelah nama dan rupa lenyap, tidak ada lagi yangmenimbulkan rasa takut.7. Adinava ÑanaGerakan naik turun menghilang sedikit demi sedikit, dan kelihatannya hanya samar

samardan suram. Nama dan rupa muncul dengan cepatnya, tetapi dapat juga disadari.Diri terasa buruk, jelek, dan membosankan. Semua bentuk batin dan fisik menyedihkan.8. Nibbida ÑanaSemua obyek kelihatan membosankan dan jelek. Terasa seperti malas, tetapikemampuan untuk mengenal atau menyadari sesuatu masih berjalan dengan baik. Takada keinginan untuk bertemu atau bercakap-cakap dengan orang lain, dan lebih senangtinggal di kamar sendiri saja.Orang merasa bahwa keinginan-keinginan atau cita-citanya yang dahulu, sepertikemasyhuran, kemewahan, kemegahan, dan lain-lainnya tidak lagi merupakankesenangan dan kegembiraan, bahkan berubah menjadi kebosanan setelah menyadari

sendiri bahwa manusia itu tercengkeram dan terseret ke dalam kelapukan. Semuamanusia dan makhluk lain, bahkan para dewa dan para brahma tidak ada yang terkecualisemasih diliputi oleh bentuk-bentuk ini, di mana masih ada kelahiran, usia tua,sakit,dan kematian, dan tidak terdapat perasaan kenikmatan yang sejati. Kebosanan timbulsebagai dorongan yang keras untuk mencari Nibbana.9. Muncitukamyata ÑanaSeluruh badan merasa gatal, seperti digigit-gigit semut, atau seperti ada binata

Page 21: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 21/61

ng kecilyang merayap pada muka dan badan. Terasa kurang senang, gelisah dan bosan. Adakeinginan pergi dan menghentikan latihan meditasinya. Ada pula yang ingin pulangkarena merasa bahwa paramitanya atau perbuatan-perbuatan baiknya belum cukup kuat.10.Patisankha ÑanaTerasa ditusuk-tusuk di bawah kulit dengan benda-benda tajam di seluruh badan.Timbul bermacam-macam perasaan yang mengganggu, tetapi setelah disadari dua atautiga kali, semua itu menjadi lenyap. Terasa mengantuk. Badan menjadi kaku, tetapipikiran masih aktif dan pendengaran masih bekerja. Badan terasa seperti ditindihbatuatau kayu. Seluruh badan terasa panas. Muncul perasaan tak senang.11.Sankharupekkha ÑanaTidak ada perasaan takut, tidak ada perasaan senang, tetapi agak seperti acuh tak acuh.Naik turunnya perut hanya disadari sebagai nama dan rupa saja. Tidak ada perasaangembira atau perasaan sedih, tetapi pikiran dan kesadaran pada saat itu tetap terang.Ingatan, pengenalan, atau kesadaran tidak mengalami kesukaran-kesukaran.Konsentrasipikiran berjalan baik, tetap tenang dan halus dalam jangka waktu yang lama, seperti

sebuah mobil yang berjalan di atas jalan yang datar dan rata. Ada perasaan puasdanmungkin lupa dengan waktu. Samadhi atau konsentrasi menjadi kuat dan lekat, sepertiadonan tepung yang diremas-remas oleh tukang roti yang pandai.Dapat dikatakan bahwa penyadaran dan pengenalan di dalam nama ini berlangsungdengan mudah dan memuaskan. Orang mungkin dapat lupa dengan waktu yang telahdilewatinya dalam latihan itu. Mungkin ia telah duduk selama satu jam atau lebih,padahal mulanya ia ingin bermeditasi hanya 30 menit saja.12.Anuloma ÑanaDi sini Anuloma Ñana diuraikan dalam bentuk Tilakkhana (anicca, dukkha, anatta)sebagai berikut :

a. Anicca : orang yang biasa melatih diri dalam kebersihan atau kesucian dan sila-silaakan mencapai magga melalui perenungan tentang anicca. Gerakan naik turun perutmenjadi cepat, tetapi sekonyong-konyong berhenti. Ia menyadari atau mengetahuidengan terang tentang gerakan naik turun itu yang berhenti, menyadari sikap duduk atausentuhan-sentuhan badannya dengan jelas. Keadaan pernapasan yang cepat itu adalahcorak anicca, dan pengenalan atau kesadaran terhadap proses berhentinya pernapasanini adalah anuloma-ñana, tetapi janganlah hendaknya ragu-ragu atau dipikir-pikirkan.Proses berhenti ini harus disadari dengan nyata.

b. Dukkha : Orang yang biasa melatih diri dalam Samatha (meditasi ketenangan) akanmencapai magga melalui perenungan tentang dukkha. Kalau ia berlatih menyadari naikturunnya perut, sikap duduk, atau sentuhan-sentuhan pada badan, maka hal itu akanterhalang. Kalau ia terus melanjutkan menyadari naik turunnya perut, sikap duduk, atausentuhan-sentuhan pada badan, maka terjadilah proses berhenti. Keadaan pernapasan

Page 22: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 22/61

yang terhalang itu adalah corak dari dukkha, dan pengenalan atau kesadaran terhadapproses berhentinya gerakan naik turun ini, atau terhadap sikap duduk, atau sentuhansentuhanpada badan itu adalah anuloma-ñana.c. Anatta : Orang yang biasa melatih diri dalam Vipassana (meditasi pandangan terang),atau senang dengan Vipassana dalam kehidupannya yang dulu-dulu, akan mencapaimagga melalui perenungan tentang anatta. Jadi, naik turunnya perut menjadi tenang danteratur, jangka waktu dari gerakan naik dan gerakan turun sama, dan kemudian berhenti.Gerak naik turunnya perut, atau sikap duduk, atau sentuhan-sentuhan pada badankelihatan dengan terang. Keadaan pernapasan yang halus dan teratur itu adalah corakdari anatta, dan pengenalan atau kesadaran yang terang terhadap proses berhentinyagerakan naik turun ini, atau terhadap sikap duduk, atau sentuhan-sentuhan pada badanitu adalah anuloma-ñana.13. Gotrabhu ÑanaNama-rupa bersama-sama dengan citta (pikiran) yang mengetahui proses berhenti itumenjadi diam, tenang, aman, dan damai. Ini berarti bahwa orang telah mendapat

penerangan dengan nibbana sebagai obyeknya. Jadi, kalau pencerapan mulai pecah danlenyap, maka gotrabhu-ñana tercapai.14.Magga ÑanaMagga timbul langsung pada saat perasaann pecah dan pencerapan kilesa hancur akibatdari putusnya belenggu-belenggu, seperti Sakayaditthi (kekhayalan dari aku),Vicikiccha (keragu-raguan), Silabbataparamasa (ketahyulan tentang upacara).15.Phala ÑanaPhala-ñana adalah hasil dari magga, yang muncul langsung setelah timbulnya maggañana.Dalam beberapa saat, dua atau tiga saat, yang menjadi obyek phala-citta adalahnibbana. Ñana ini bersifat lokuttara.

16.Paccavekkhana ÑanaPaccavekkhana-Ñana terdiri atas pertimbangan-pertimbangan mengenai masih adanyakilesa (kekotoran batin). Dalam hal ini terdapat lima macam pertimbangan sebagaiberikut :a. Pertimbangan mengenai magga, yang berarti bahwa kita telah tiba pada magga ini.b. Pertimbangan mengenai phala, yang berarti bahwa kita telah mencapai phala atauhasil ini.c. Pertimbangan mengenai kilesa yang telah dihancurkan, yang berarti kita telahmenghancurkan semua kilesa.d. Pertimbangan mengenai kilesa yang belum dihancurkan, yang berarti kita masihmemiliki kilesa.

e. Pertimbangan mengenai nibbana, yang berarti bahwa Dhamma tertentu telah kitacapai untuk menuju ke Nibbana sebagai obyek pikiran.Demikian proses tersebut dapat timbul di dalam diri seseorang dan dapat disadaridengan seksama, jika orang melaksanakan Vipassana Bhavana. __________________ PURPOSE OF PRACTISING KAMATTHANA MEDITATION(Perbedaan Antara Samatha & Vipassana)Penulis Asli : Mahasi Sayadaw Bhadanta Sobhana,Sasanadhaja-siri-pavara-dhammacariya, Agga-mahapandita,Chattha-sangiti-pucchaka;

Page 23: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 23/61

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma SambuddhassaPenuh hormat kepada Bhagava, Yang Suci Mulia, Yang telah merealisasipencerahan secara mandiriPURPOSE OF PRACTISING KAMATTHAANA MEDITATION(Perbedaan Antara Samattha & Vipassana)I. TUJUAN UTAMA MEDITASI AJARAN BUDDHAApakah tujuan melaksanakan latihan meditasi?Latihan meditasi dilaksanakan untuk tujuan terbebas dari penderitaan kehidupan usiatua, sakit, mati dan seterusnya, merealisasi Nibbana.Semua makhluk hidup ingin hidup berumur panjang tanpa kekerasan, hidup dengandamai, gembira, dan sejahtera tanpa penderitaan usia tua, sakit, mati, dan penderitaankehidupan lainnnya; namun mereka selalu sia-sia menemukan harapannya itu. Selamamasih di dalam roda kehidupan, masih selalu dijumpai usia tua, sakit, kesedihandanratapan dikarenakan banyak bahaya dan kejahatan, baik penderitaan fisik dan keluhanmental/batin. Kemudian, setelah menderita rasa yang amat sangat dan penderitaanyangamat berat, diikuti oleh kematian.Dan, itupun tidak berakhir di dalam kematian. Lagi-lagi, terdapat kelahiran dikarenakankemelekatan untuk menjadi (berwujud). Di dalam kehidupan baru ini mereka pun

menjadi korban usia tua, dan penderitaan lainnya. Di dalam cara seperti ini, merekaberkelana di dalam lingkaran tumimbal lahir dari kehidupan ke kehidupan lain,menderita semua jenis derita kehidupan dan tanpa henti. Di dalam mencari sebab utama(akar) dari peristiwa itu menjadi tampak nyata bahwa dikondisikan oleh kelahiran, disana mengikuti rangkaian : usia tua, sakit, mati, dan penderitaan kehidupan lainnya.Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mencegah tumimbal lahir yang berkelanjutanapabila ingin terbebas dari penderitaan kehidupan di dalam usia tua dan sebagainya.

Tumimbal lahir terjadi dikarenakan kemelekatan yang terkandung di dalam kehidupanini. Kelahiran yang baru hanyalah munculnya sebuah kesadaran yang merupakan hasildari kemelekatan terhadap objek dari kehidupan sebelumnya. Apabila tidak terdapatkemelekatan, maka tidak akan ada kelahiran baru; oleh karena itu setiap usaha harusditujukan untuk terbebas dari kemelekatan apabila tidak menginginkan kelahiran yangbaru.Kemelekatan terhadap kehidupan ini tidak berlangsung karena dua alasan : pertamakarena tidak mengerti ketidakpuasan/penderitaan batin dan jasmani, dan kedua kar

enatidak merealisasi bahwa Nibbana jauh lebih luhur bila dibandingkan dengan jeniskebahagiaan lainnya. Sebagai contoh, mirip kasus seseorang yang hidup di daerahyanggersang dan menyedihkan yang dikelilingi oleh banyak bahaya. Secara alamiah iaberpikir meluhurkan desanya itu dan memiliki kemelekatan yang kuat terhadapnyakarena ia tidak memiliki pengetahuan yang jelas akan kekurangan daerahnya dankondisi yang lebih baik dari tempat lainnya.Apabila ia mulai mengetahui kenyataan-kenyataan secara penuh, daerahnya tidak lagi

Page 24: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 24/61

menarik baginya dan ia akan serta merta pindah ke daerah yang baru. Demikian pula,sangatlah penting untuk mencoba mengerti kondisi tak memuaskan dari batin danjasmani yang menguasai kehidupan ini dan secara mandiri merealisasi superioritasNibbana dengan sebuah pandangan untuk menghancurkan secara total kemelekatanterhadap kehidupan. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui latihan meditasi yangtepat. Oleh karena itu, setiap orang yang menginginkan untuk terbebas dari penderitaanakibat usia tua, kematian dan sebagainya dan merealisasi Nibbana secara mandiriseyogyanya melaksanakan latihan meditasi.II. PEMBAGIAN MEDITASI AJARAN BUDDHAMeditasi dibagi menjadi dua bagian :1. Samatha kammatthana2. Vipassana kammatthana1. Latihan samattha-kammatthana akan mengembangkan faktor batin atas delapanpencapaian duniawi (lokiya-samapatti) yang terdiri dari 4 jenis rupa-jhana dan 4arupajhana.Latihan yang berulangkali atas kondisi di dalam jhana ini akan membawa limakemahiran batin duniawi luar biasa (abhinna 5) sebagai berikut :* Iddhi-vidha-abhinna .... kekuatan dari satu menjadi banyak dan dari banyak menjadisatu lagi. Kekuatan untuk menembus dinding atau gunung tanpa rintangan, seolah di

udara. Kekuatan untuk berjalan di atas air tanpa tenggelam, seolah seperti berjalan diatas tanah. Kekuatan untuk memasuki/ menyelam ke dalam tanah dan muncul lagi dipermukaan tanah, seolah seperti ke/ dari dalam air. Kekuatan untuk terbang dengan kakibersila ke angkasa, seolah seperti burung yang memiliki sayap. Kekuatan untukmenyentuh matahari dan bulan dengan menggunakan tangan.* Dibba-sota-abhinna .... Telinga dewa, kekuatan untuk mendengarkan suara baiksuara manusia maupun makhluk surgawi, jauh maupun dekat.* Ceto-pariya-abhinna .... Kekuatan untuk mengetahui pikiran orang lain.* Pubbe-nivassa-abhinna .... Kekuatan untuk mengetahui kejadian kehidupan lampauseseorang.* Dibba-cakkhu-abhinna .... Mata dewa, kekuatan untuk melihat semua bentuk bentu

kdan warna yang jauh maupun dekat, baik besar maupun kecil.Memiliki atribut-atribut ini tetap tidak akan menjamin/membawa ke kebebasan dariketidakpuasan kehidupan, usia tua, kematian dan seterusnya. Kematian seseorang yangmamiliki jhana secara utuh akan menyebabkan tumimbal lahir di alam para Brahmayang jangka waktu kehidupannya sangat panjang; bisa satu usia dunia atau dua kali atauempat kali atau delapan kali usia dunia dan seterusnya, sesuai kasus per kasus.2. Melalui latihan Vipassana-kammatthana seseorang dapat merealisasi Nibbana danmemenangkan kebebasan mutlak dari penderitaan kehidupan.Vipassana-kammatthana dibagi menjadi dua sub bagian, yaitu :Samattha-yanika, seseorang yang mengambil dasar permulaan latihan samatha

kammatthana untuk merealisasi Nibbana.Suddha-vipassana-yanika, seseorang yang secara langsung melatih vipassanakammatthana untuk merealisasi Nibbana, tanpa melalui awal samatha kammatthana. __________________ III. EMPAT PULUH POKOK/SUBJEK MEDITASIDi dalam naskah, terdapat empat puluh pokok/subjek meditasi, beberapa di antaranyadapat digunakan sebagai latihan dasar samatha untuk melaksanakan latihan vipassana.Empat puluh pokok/subjek meditasi itu adalah :

Page 25: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 25/61

1. 10 kasina (alat permenungan)2. 10 asubha (ketidakmurnian)3. 10 anussati (perenungan)4. 4 Brahma vihara (sikap batin luhur)5. 4 arupa (tahapan arupa jhana)6. 1 Ahare-patikula-sanna (perenungan atas makanan yang menjijikan)7. 1 Catu-dhatu-vavatthana (analisis empat unsur)Sepuluh kasina terdiri dari :1. Kasina tanah (Pathavi)2. Kasina air (Apo)3. Kasina api (Tejo)4. Kasina udara (Vayo)5. Kasina warna biru gelap (Nila)6. Kasina warna kuning (Pita)7. Kasina warna merah darah (Lohita)8. Kasina warna putih (Odata)9. Kasina cahaya (Aloka)10. Kasina ruang terbatas (Akasa)Sepuluh Asubha terdiri dari :1. Sebuah mayat membiru (Vinilaka)2. Sebuah Mayat membengkak (Uddhumataka)3. Sebuah Mayat terinfeksi/bernanah (Vipubbaka)4. Sebuah Mayat terbelah dua (Vicchiddaka)5. Sebuah mayat yang telah digigit binatang buas (Vikkhayittaka)

6. Sebuah mayat yang terserak hancur (Hatavikkhittaka)7. Sebuah mayat yang terpotong-potong dan berserakan (Vikkhittaka)8. Sebuah mayat yang berdarah (Lohitaka)9. Sebuah mayat yang terinfeksi cacing/belatung (Puluvaka)10. Sebuah tengkorak (Atthika)Sepuluh Anussati terdiri dari :1. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Buddha (Buddhanusati)2. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Dhamma (Dhammanussati)3. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Sangha (Sanghanussati)4. Perenungan terhadap kemoralan seseorang (Silanussati)5. Perenungan terhadap kemurah-hatian seseorang (Caganussati)6. Perenungan terhadap kualitas untuk tumimbal lahir sebagai dewa (Devatanussati),

yaitu keyakinan teguh (saddha), kemoralan (sila), kemauan belajar dan mendengarkanDhamma (suta), kemurah-hatian (cage) dan kebijaksanaan (panna)7. Perenungan terhadap Nibbana (Upasamanussati)8. Perenungan akan kepastian kematian (Marananussati)9. Perenungan atas 32 (tiga puluh dua) bagian tubuh (Kayagatasati), seperti : rambut,bulu tubuh, kuku, gigi, kulit, dan seterusnya.10. Perenungan terhadap kaluar dan masuknya nafas (Anapanasati)Empat Brahma Vihara terdiri dari :1. Cinta kasih yang universal terhadap semua makhluk (metta)2. Belas kasih terhadap makhluk menderita (karuna)3. Simpati atas keberhasilan / pencapaian makhluk lain (mudita)

4. Keseimbangan batin sempurna (upekkha) ..... Berdiam dengan batin yang dipenuhi oleh cinta kasih universal yang diarahkan kearah pertama, kemudian ke arah kedua. Kemudian ke arah ketiga. Kemudian ke arahkeempat, demikan pula, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling dan ke segala penjurukepada semua makhluk, seperti terhadap dirinya. Ia memancarkan ke segenap duniadengan batin dipenuhi oleh cinta kasih universal, batin yang lapang, berkembang,tanpabatas, terbebas dari kebencian dan niat jahat . dengan batin yang dipenuhi oleh

Page 26: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 26/61

belas kasihan, oleh sikap simpati terhadap pencapaian/keberhasilan mahluk lain,danoleh keseimbangan yang sempurna ...... (Jivaka Sutta, Majjhima Nikaya, SuttaPitaka).Empat Arupa, terdiri dari :1. Berdiam dalam permenungan atas kondisi ruangan yang tanpa batas(Akasanancayatana)2. Berdiam dalam permenungan atas alam kesadaran yang tak terbatas(Vinnanancayatana)3. Berdiam dalam permenungan atas alam kekosongan (Akincannayatana)4. Berdiam dalam permenungan atas kondisi alam bukan pencerapan juga bukanpencerapan (Nevasannanasannayaatana)1 aharapatikulasañña (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)Dalam satu aharapatikulasañña, direnungkan bahwa makanan adalah barang yangmenjijikkan bila telah berada di dalam perut; direnungkan bahwa apapun yang telahdimakan, diminum, dikunyah, dicicipi, semuanya akan berakhir sebagai kotoran (tinja)dan air seni (urine).1 catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalambadan jasmani)Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapatempat unsur materi, yaitu :

1. Pathavi-dhatu (unsur tanah atau unsur padat), ialah segala sesuatu yang bersifat kerasatau padat. Umpamanya : rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan lain-lain.2. Apo-dhatu (unsur air atau unsur cair), ialah segala sesuatu yang bersifat berhubunganyang satu dengan yang lain atau melekat. Umpamanya : empedu, lendir, nanah, darah,dan lain-lain.3. Tejo-dhatu (unsur api atau unsur panas), ialah segala sesuatu yang bersifat panasdingin. Umpamanya : setelah selesai makan dan minum, atau bila sedang sakit, badanakan terasa panas dingin.

4. Vayo-dhatu (unsur angin atau unsur gerak), ialah segala sesuatu yang bersifatbergerak. Umpamanya : angin yang ada di dalam perut dan usus, angin yang keluarmasuk waktu bernapas, dan lain-lainIV. DESKRIPSI SINGKAT LATIHAN SAMATHA-KAMMATTHANA1. Pathavi Kasina Kammattha dan pencapaian JhanaSeseorang yang mengambil subjek meditasi dengan memilih Kasina tanah (Pathavikasina)untuk permenungannya. Seyogyanya memperhatikan sebongkah tanah di atastanah atau alat berupa segumpal tanah yang merenungkannya dengan mengatakan didalam batin: pathavi, pathavi, pathavi atau tanah , tanah , tanah. Setelahmerenungkan berulang kali untuk sejumlah waktu tertentu, gambaran alat-tanah yangkuat dan jelas akan muncul di dalam batin seolah-olah dilihat langsung oleh inde

rapenglihatan (mata).Penampilan gambaran batin ini disebut Uggaha-nimitta (bayangan yang diperoleh).Segera setelah bayangan (nimitta) ini menjadi kuat dan stabil di dalam batin, iadapatpergi ke mana pun dan mengambil posisi apa saja, baik posisi duduk, berjalan, berdiriatau berbaring. Ia seyogyanya kemudian melanjutkan untuk merenungkan Uggahanimittaitu dengan mengatakan dalam batin pathavi, pathavi, pathavi atau tanah,

Page 27: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 27/61

tanah, tanah. Selama waktu permenungan ini dapat terjadi bahwa batin tidak tetapterfokus pada objeknya namun sering kali mengembara/ melayang-layang mengalamiobjek lainnya dalam hal-hal sebagai berikut :1. Batin sering berfikir akan objek-objek yang diinginkan nafsu indera. Ini adalahKamacchanda-nivarana (rintangan batin keinginan nafsu indera).2. Batin sering bercokol pada pikiran-pikiran sedih dan marah. Ini adalah Vyapadanivarana(rintangan batin keinginan jahat / niat buruk).3. Terdapat kekenduran di dalam permenungan dan batin sering bosan dan kabur. Iniadalah Thina-middha-nivarana (rintangan batin kemalasan dan kelambanan batin).4. Batin sering tidak stabil namun gelisah, dan batin sering khawatir dalammerenungkan dalam merenungkan perbuatan buruk melalui ucapan dan tindak-tandukjasmani yang telah lampau. Ini adalah Uddhaca-kukkucca-nivarana (rintangan batinkegelisahan dan kekhawatiran).5. Batin sering memikirkan apakah permenungan yang sedang dilakukan ini adalahsebuah metode yang benar. Apakah metode ini dapat membawa hasil yang bermanfaat.Apakah ada kesempatan untuk meraih hasil yang baik. Ini adalah Vicikiccha-nivarana(rintangan batin keraguan skeptis).Kelima rintangan (nivarana) ini seyogyanya dipotong segera setelah mereka munculdanbatin seyogyanya kembali mengambil objek ugghana-nimitta misalnya dengan

merenungkan sebagai: pathavi, pathavi, pathavi atau tanah, tanah, tanah. Apabilabatin kehilangan ugghana-nimitta sebagai objek, maka ia seyogyanya kembali ke tempatasal alat-tanah itu dan melakukan perenungan lagi: pathavi, pathavi, pathavi atautanah, tanah, tanah seperti yang dilakukan pada permulaan latihan. Kemudian iaseyogyanya kembali ke tempat yang sama dan melanjutkan dengan permenungan didalam berbagai posisi tubuh, baik duduk, berdiri, berbaring maupun berjalan.Dengan melakukan permenungan demikian terhadap objek uggaha-nimitta secaraberulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, objek tersebut akan 'terlihat' jelasdanmirip penampilan kristal tidak seperti penampakan awalnya. Ini disebut 'Patibhaganimitta'(bayangan keseimbangan). Kondisi batin seperti ini dikenal dengan 'Upacarasamadh

i'(konsentrasi berdekatan). Kini, dengan secara berkesinambungan batin beradadalam Upacara-samadhi dengan objeknya Patibhaga-nimitta, batin mencapai satukeadaan seolah tenggelam ke dalam objek dan berdiam secara menetap di dalamnya.Tahap ketetapan dan kestabilan batin ini dikenal sebagai 'Appana-samadhi' (konsentrasipencapaian). Terdapat empat jenis Appana-samadhi untuk rupa jhana, yaitu:(a) Jhana pertama, (b) Jhana kedua, (c) Jhana ketiga, (d) Jhana keempat .a) Di dalam jhana pertama lima faktor batin yang hadir secara nyata adalah:* Faktor batin yang berfungsi dalam penerapan/ perenungan awal/ pengarahan terhadapobjek (vitakka)* Faktor batin yang berfungsi dalam penerapan penambatan terhadap objek (vicara)

* Faktor batin yang berfungsi dalam menimbulkan suka cita/ kegiuran (piti)* Faktor batin yang berfungsi dalam menimbulkan kegembiraan (sukkha)* Faktor batin yang berfungsi dalam konsentrasi terfokus kuat terhadap objek(ekaggata)b) Seseorang yang telah mencapai tahap Jhana pertama dan ahli, melihat ketidakpuasandi dalam dua faktor batin pertama di atas, yaitu vitakka dan vicara, melanjutkanlagimelakukan perenungan untuk mengatasi kedua faktor batin tadi, dan berhasil mencapai

Page 28: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 28/61

tahap jhana kedua, yang kondisi faktor batin paling menonjolnya ada tiga, yaitupiti,sukha, dan ekaggata.c) Dengan melihat ketidakpuasan yang terdapat di dalam piti ia melanjutkan denganperenungannya untuk mengatasi piti dan berhasil mencapai tahap jhana ketiga yangkondisi faktor batin paling menonjolnya ada dua, yaitu sukha dan ekaggata.d) Dengan melihat ketidakpuasan yang terdapat di dalam sukha ia melanjutkan denganperenungan untuk mengatasi faktor batin sukha tersebut dan berhasil mencapai tahapjhana keempat yang kondisi faktor batin paling menonjolnya ada dua, yaitu upekkha(keseimbangan) dan ekaggata.Inilah diskripsi singkat cara untuk merenungkan Pathavi kasina dan pengembanganbertahap keempat tingkat jhana. Hal yang sama dapat dilakukan untuk kasina yanglain.Di dalam hal seseorang yang memilih salah satu pokok meditasinya Asubha sebagaisubjek konsentrasinya, ia seyogyanya melihat ke arah seonggok mayat membengkak,atau mayat membiru, dan seterusnya, dan merenungkan dengan mengatakan di dalambatin 'mayat membengkak, mayat membengkak,' 'mayat membiru, mayat membiru', danseterusnya. Ia seyogyanya kemudian melaksanakan perenungan di dalam cara yangsama seperti kasus pathavi-kasina. Perbedaan yang ada adalah bahwa perenugan subjekAsubha hanya akan mengantarkan untuk pencapaian tingkat Jhana pertama.Perenungan terhadap 32 bagian tubuh, (Kayagata-sati) juga hanya akan mengantarkan

untuk pencapaian tingkat Jhana pertama.Delapan perenungan yang terdiri dari Buddhanussati sampai dengan marananussati;makanan yang menjijikan (aharepatikkula-sanna); dan analisa empat unsur (catu-dhatuvavatthana)akan membawa hanya sampai tahap upacara-samadhi.Tiga dari empat Brahma vihara, yaitu metta, karuna dan mudita akan membawa sampaidengan tingkat Jhana ketiga, namun seseorang yang telah melakukan meditasi melaluiperenungan satu dari tiga brahma vihara ini yang telah mencapai tingkat jhana ketiga,juga akan mencapai tingkat jhana keempat dengan melaksanakan perenungan brahmavihara keempat, yaitu upekkha.

Mereka yang telah mencapai tingkat jhana keempat melalui permenungan kasina, akanmencapai tingkat-tingkat 4 Arupa Jhana dengan merenungkan empat Arupa secaraberurutan.2. Anapana-sati KammatthanaSeseorang yang memilih Anapanasati sebagai subjek perenungan seyogyanya tinggalditempat yang sunyi dan duduk dengan kaki bersila atau di dalam cara yang nyamansehingga dapat duduk di dalam jangka waktu yang cukup lama, dengan badan yangtegak, dan kemudian menetapkan perhatiannya pada celah/lubang hidung. Ia kemudianakan mengetahui secara jelas sensasi sentuhan di ujung hidung atau di sisi sebelah atas

bibir, yang disebabkan oleh kontak berkesinambungan dari aliran nafas masuk dankeluar. Aliran ini seyogyanya diamati pada titik sentuhannya dan direnungkan denganmengatakan dalam batin: keluar, masuk, keluar, masuk pada setiap aktivitas nafasmasuk dan nafas keluar. Batin seyogyanya tidak pergi bersama aliran itu, baikperjalanan nafas masuk maupun perjalanan nafas keluar, namun seyogyanya tetap padatitik sentuhan tadi.Selama di dalam perenungan, akan terdapat banyak rintangan di mana batin akanmengembara/ melayang-layang. Rintangan ini seyogyanya tidak diikuti lebih lanjut

Page 29: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 29/61

,namun perhatian seyogyanya dikembalikan ke titik sentuh dan merenungkan kembalisebagai masuk, keluar, masuk, keluar sesuai aktivitas nafas masuk dan nafas keluar.Dengan cara berkesinambungan mengamati titik sentuhan dan melaksanakanperenungan:1. Nafas masuk dan nafas keluar yang panjang menjadi jelas teramati ketika merekapanjang.2. Nafas masuk dan nafas keluar yang pendek menjadi jelas teramati ketika merekapendek.3. Setiap rangkaian nafas masuk dan nafas keluar yang lembut pada awal, pertengahandan akhirnya menjadi jelas teramati dari titik sentuhan ujung hidung hingga ke tempatnafas itu meninggalkan hidung, dan4. Perubahan bertahap dari nafas masuk dan keluar yang kuat ke nafas masuk dan keluaryang lebih halus menjadi jelas teramati.Sejalan dengan nafas masuk dan keluar menjadi lebih halus dan lebih halus lagi,makanafas tersebut akan tampak seolah nafas tersebut padam total. Di dalam kasusseperti ini, umumnya waktu terbuang untuk mencari objek nafas masuk dan nafas keluar

dengan mencoba meneliti penyebab padamnya nafas dan akhirnya tetap sia-sia tanpamelaksanakan perenungan. Namun demikian, janganlah membuang waktu dengan carademikian; apabila batin dengan penuh perhatian kembali tetap mengamati titik sentuhanpada ujung hidung atau sisi bibir sebelah atas maka aliran nafas masuk dan keluar yanghalus akan tampak lagi dan akan tercerap dengan sangat jelas.Dengan terus-menerus merenungkan nafas masuk dan nafas keluar, maka aliran nafasitu akan tergambar/terbayangkan dalam bentuk atau ukuran khusus. Berikut ini adalahyang dinyatakan di dalam kitab Visuddhi-magga (Jalan Kesucian/ Kemurnian batin).Untuk orang tertentu, nafas masuk dan nafas keluar 'tampak' seperti sebuah bintang atau

sebuah permata atau sebuah berlian, bagi yang lainnya dengan sebuah sentuhan kasarseperti dari kain sutera, atau sebuah tonggak terbuat dari hati kayu, bagi yanglainnyamirip benang panjang terurai atau sekuntum bunga atau segumpal asap rokok,sedangkan bagi yang lainnya mirip sebuah sarang laba-laba atau sebuah lapisan awanatau sekuntum bunga teratai atau sebuah roda kereta atau sebuah piringan bulan ataumatahari. Dinyatakan bahwa keragaman bentuk atau objek bayangan itu disebabkanoleh perbedaan (sanna) individu yang mengalaminya. Bentuk objek yang khusus iniadalah Patibhaga Nimitta. Konsentrasi (samadhi) yang kemudian dikembangkandengan 'Patibhaga-nimitta' sebagai objeknya, disebut Upacara-samadhi. Dengan secar

aberkesinambungan merenungkan dibantu oleh Upacara-samadhi maka tingkat appanasamadhidari tahapan 4 Rupa Jhana akan berkembang.Inilah deskripsi singkat LATIHAN PERMULAAN samatha yang dilakukan olehseorang 'samatha-yanika' yang memilih 'samatha-kammatthana', sebagai dasar untukmerealisasi Nibbana.Mereka yang berhasrat untuk melatih vipassana seyogyanya pertama-tama dibekalidengan seperangkat pengetahuan, baik secara singkat maupun mendalam, namun cukup,

Page 30: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 30/61

terhadap kenyataan bahwa makhluk hidup terdiri dari dua komponen, yaitu jasmani(rupa) dan batin (nama); bahwa jasmani dan batin terbentuk dikarenakan sebab danakibat; dan bahwa jasmani dan batin berada dalam proses perubahan yang terusmenerus;oleh karena itu jasmani dan batin tidak kekal, tidak memuaskan dan tidakmengandung kepemilikan/keakuan/ atta. __________________ V. DISKRIPSI SINGKAT LATIHAN VIPASSANA1. Samatha-yanikaSeseorang yang telah cukup pengetahuannya seperti disebutkan di atas seyogyanyapertama-tama berada di dalam jhana yang telah dicapainya dan kemudianmerenungkannya.Ia seyogyanya kemudian melanjutkan dengan merenungkan secara berkesinambungansensasi-sensasi, seperti melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa, mengetahuisentuhan, dan seterusnya sebagaimana mereka muncul dengan jelas pada salah satudarienam pintu indera. Apabila ia merasa lelah atau bosan dengan melaksanakan terusmenerusperenungan akan beragam objek (pakinnakasankhara) ia seyogyanyamemasuki jhana lagi dengan menetapkan tekad yang kuat bahwa jhana tersebut akanberlangsung selama 15 atau 30 menit.Apabila keadaan jhana telah berlalu ia seyogyanya kemudian segera merenungkankeadaan jhana tadi dan kemudian dilanjutkan dengan merenungkan secara

berkesinambungan sensasi-sensasi indera sebagaimana mereka muncul pada saat salahsatu dari enam pintu indera. Prosedur bergantian dari memasuki keadaan jhana dankemudian dilanjutkan dengan perenungan sensasi indera pada enam pintu inderaseyogyanya dilakukan dengan berulang kali. Apabila vipassana-samadhi telah cukupkuat, ia akan dapat melaksanakan perenungan berkesinambungan siang dan malamtanpa merasa terhambat.Pada tingkat ini dapat dicerap dengan sangat jelas sebagai satu keteraturan padasetiapsaat perenungan bahwa jasmani dan batin merupakan dua hal yang berbeda yangbekerja sama. Juga dapat dicerap bahwa objek dan batin yang secara langsungmengetahui objek tersebut, muncul dan padam pada setiap saat perenungan. Olehkarena itu, dimengerti bahwa jasmani dan batin terbukti dengan jelas tidak kekal

, bahwamereka tidak memuaskan, tanpa kualitas atau keberadaan yang menyenangkan, danbahwa mereka semata-mata merupakan proses muncul dan padam dari segala sesuatuyang tidak mengandung 'atta' (jiwa atau keberadaan kekal). Dengan perkembanganpenuh dari pengetahuan langsung ata annica, dukkha, anatta terealisasilahpengetahuan bijaksana akan Magga, Phala dan Nibbana.Inilah deskripsi singkat latihan dengan cara samatha-yanika untuk tujuan merealisasiNibbana.2. Suddhavipassana-yanikaDi bawah ini, adalah diskripsi singkat latihan dengan cara suddha-vipassana-yanika.Dengan pengetahuan cukup seperti yang disebutkan di atas, seseorang yang berhasr

atuntuk latihan vipassana seyogyanya menetap di tempat sunyi dan duduk dengan kakibersila atau dalam cara yang nyaman sehingga ia dapat duduk dalam waktu yang cukuplama, dengan badan tegak, dan kemudian merenungkan dengan memusatkanperhatiannya terhadap fenomena jasmani dan batin yang diketahui sebagaiupadanakkhandha, dan yang secara jelas muncul di dalam tubuhnya. Fenomenafenomenaini seyogyanya secara berkesinambungan direnungkan pada setiap saatkemunculannya.Upadanakkhandha adalah semua yang secara jelas dicerap pada saat melihat,

Page 31: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 31/61

mendengar, mencium bau, mengecap, mengalami kontak badan/sentuhan danmemikirkan ide/gagasan dan seterusnya.Pada saat melihat, objek penglihatan dan indera pengelihatan/'mata', keduanya dicerap.Keduanya itu merupakan kelompok meteri (rupa). Mereka bukanlah menyenangkan,bukan pula atta dan bukan orang. Mereka yang tidak merenungkan pada saatkemunculannya tidak akan mengerti bahwa 'mereka segera padam dan tidak kekal',bahwa mereka 'muncul dan padam tanpa henti dan oleh karenanya tidak memuaskan',bahwa mereka bukan atta bukan pula keberadaan hidup, namun anatta di mana merekamerupakan subjek bagi sebab dan akibat di dalam proses muncul dan padam.Dikarenakan materi menjadi objek kecenderungan kekeliruan dan kemelekatan, makamereka disebut upadanakkhandha atau kelompok yang menimbulkan kemelekatan.Kesadaran melihat (cakkhu-vinnana), perasaan (vedana), pencerapan (sanna) akan objekpengelihatan, dan keinginan untuk melihat objek, bentuk/faktor batin (sankhara)jugasecara jelas dicerap pada saat melihat. Mereka semata-mata kelompok batin. Merekabukan menyenangkan, bukan 'atta', bukan pula 'orang'. Mereka yang tidak merenungkanpada setiap saat kemunculan fenomena itu, tidak akan mengerti bahwa mereka tidakkekal, tidak memuaskan dan 'anatta'. Oleh karena itu, mereka menganggap bahwafenomena batin ini menyenangkan dan melekat kepadanya. Mereka secara egoismenganggap Saya melihat, Saya merasakan, Saya mencerap, Saya melihat

dengan penuh perhatian dan melekat kepadanya. Inilah alasan yang jelas mengapakelompok batin ini secara berurut disebut vinnana upadanakkhandha, vedanaupadanakkhandha, sanna upadanakkhandha, dan sankhara upadanakkhandha. Inilahalasan mengapa lima upadanakkhandha secara jelas dicerap dengan jelas pada saatmelihat objek penglihatan melalui pintu indera penglihatan ('mata').Dengan cara yang sama, kelima upadanakkhandha dicerap dengan jelas pada saatmendengar suara melalui indera pendengaran, mencium bau melalui indera penciuman,mencerap rasa kecapan melalui indera pengecapan, mengetahui sensasi sentuhanmelalui indera sensasi sentuhan, mengetahui objek batin melalui indera pikiran.Namundemikian di dalam kasus objek batin, mungkin dialami unsur batin maupun unsurfisik/materi.

Walaupun fenomena jasmani dan batin muncul dengan jelas pada saat melihat,mendengar dan seterusnya melalui pintu indera yang bersesuaian, tidaklah mungkinbagi seorang pemula untuk merenungkannya di dalam urutan kemunculannya pada saatmemulai latihan vipassana. Di dalam vipassana, latihan dimulai denganmerenungkan hal khusus, objek yang paling mudah hadir di dalam jasmani. Miripseperti di sekolah, sebagai ketentuan keharusan saat memulai pelajaran, maka pelajaranpelajaranmudah terlebih dulu yang dipelajari. Dari kedua jenis fenomena, batin danmateri, maka fenomena materi yang lebih mudah dicerap, seyogyanya dipilih sebagaiobjek perenungan awal atau utama di dalam vipassana-kammatthana. Lagi, dariberbagai kelas fenomena materi, dibandingkan objek-objek dari pintu indera (upadarupa)

ketika melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa kecapan maka kontakjasmaniah (bhuta-rupa) merupakan objek yang lebih mudah dicerap, seyogyanyadiambil sebagai objek utama/permulaan untuk perenungan saat memulai latihanvipassana.Oleh karena itu, dengan satu pandangan untuk mengamati kontak jasmani khusus yanglebih mudah dicerap, perhatian seyogyanya ditetapkan pada posisi duduk danmerenungkan secara berkesinambungan, dengan membuat catatan secara batiniahseperti : 'duduk, duduk'. Pada saat perenungan mencapai kematangan, maka denganjelas akan dapat diamati sensasi kontak jasmani pada paha atau kaki atau bagian

Page 32: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 32/61

tubuhlainnya. Sensasi kontak jasmani khusus ini seyogyanya diambil sebagai objek tambahanbersama 'duduk' dan secara berkesinambugan direnungkan sebagai 'kontak, duduk,kontak'. Namun demikian, apabila perenungan dengan cara demikian seperti 'kontak,duduk, kontak' sulit untuk dimulai, maka perhatian seyogyanya ditetapkan pada kontakjasmani saat aliran nafas masuk dan keluar dengan cara merenungkan 'kontak, kontak'.Apabila hal ini pun sulit dilakukan maka perenungan seyogyanya ditetapkan denganmemperhatikan gerakan perut yang mengembang dan mengempis, disebabkan olehaliran keluar dan masuknya nafas.Inilah ilustrasi untuk menunjukkan tata cara perenungan. Pertama-tama perhatianseyogyanya ditetapkan pada perut. Kemudian akan dirasakan bahwa perut mengembangdan mengempis dan gerakan perut selalu hadir. Apabila pada saat permulaan latihan,gerakan naik dan turunnya perut tidak jelas dengan hanya menetapkan perhatian kepadaperut, satu atau kedua tangan seyogyanya ditempatkan pada perut. Penekanan nafas,mempercepat atau membuat nafas dalam seyogyanya tidak dilakukan. Aliran nafasalamiah seyogyanya dipelihara. Saat perut mengembang seyogyanya direnungkandengan ditetapkan secara bertahap dengan tahap naiknya perut sejak mulai hingga

berakhir. Saat perut dirasakan mulai turun (mengempis) seyogyanya direnungkan didalam batin sebagai 'mengempis'. Perhatian seyogyanya ditetapkan secara bertahapdengan tahap turunnya perut sejak mulai hingga berakhir.Perhatian khususDisebutkan di sini bahwa kata-kata 'naik/mengembang' dan 'turun/mengempis'seyogyanya tidak diulangi dengan mulut, namun mereka seyogyanya diulangi didalam batin. Di dalam kenyataannya, kata-kata bukan kepentingan yang nyata. Justrumengetahui gerakan perut dan gerakan jasmani yang sebenarnya merupakankepentingan yang nyata. Namun demikian, dengan hanya merenungkan yangdilakukan melalui tindakan sederhana dari pengamatan batin tanpa aktivitaspengulangan di dalam batin, perenungan akan sia-sia dan tidak efektif dan banyakkemunduran seperti perhatian gagal untuk mencapai cukup dekat terhadap objek yan

gdituju, objek tidak jelas perbedaannya dan dicerap secara terpisah dan bahwa energiyang dibutuhkan menjadi bekurang. Jadi, agar mencapai sasaran perenunganseyogyanya dilaksanakan secara berulang-ulang dalam batin dengan kata-kata khususatas objek-objek yang bersesuaian.Ketika sedang dalam perenungan seperti 'naik, turun', mungkin akan terdapat banyakkesempatan ketika batin ditemukan mengembara ke objeknya masing-masing.Pengembaraan batin ini seyogyanya direnungkan sebagaimana mereka muncul.IlustrasiApabila dialami bahwa pikiran mengembara ke objek yang bukan sedang diamati,

seyogyanya direnungkan sebagai : 'mengembara', apabila pikiran bermaksud sesuatuseyogyanya direnungkan sebagai 'bermaksud'. Apabila pikiran sedang merenung,seyogyanya direnungkan sebagai 'merenung', bila menginginkan sesuatu seyogyanyadirenungkan 'ingin', dalam hal gembira, atau marah, atau kecewa, seyogyanyadirenungkan sebagai 'gembira', 'marah', 'kecewa'; apabila merasa malas atau senangseyogyanya direnungkan sebagai 'malas' atau 'senang'. Perenungan seyogyanyadilakukan secara berulang hingga faktor batin yang mengembara ini padam. Kemudian,perenungan seyogyanya kembali kepada objek semula 'naik', 'turun' dan dilakukan

Page 33: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 33/61

secara berkesinambungan.Apabila sensasi yang tidak menyenangkan (dukhavedana), seperti rasa lelah padaanggota tubuh atau perasaan panas atau nyeri, dan sebagainya muncul di dalam jasmani,perhatian seyogyanya difokuskan ke titik sensasi dan perenungan dilakukan seperi:'lelah, lelah', 'panas, panas', 'nyeri, nyeri', sesuai kasusnya. Apabila sensasitakmenyenangkan itu telah paham, maka perenungan dikembalikan ke 'naik, turun' perutsesuai objek semula.Namun apabila sensasi nyeri begitu kuat sehingga mereka tidak dapat ditoleransilagi,maka posisi tubuh dan posisi tangan serta kaki harus diubah maka meringankan situasi.Di dalam perubahan posisi ini pun perhatian seyogyanya ditetapkan kepada gerakanyang paling nyata (mayor) dari tubuh/jasmani dan anggota tubuh dan perenungandilaksanakan seperti 'menekuk', 'meregang', 'mengayun', 'bergerak', 'mengangkat','meletakkan ke bawah', dan seterusnya, sesuai urutan proses perubahan tersebut.Apabila perubahan itu telah selesai maka perenungan dikembalikan kepada 'naik','turun'-nya perut sesuai objek semula.Pada saat sesuatu sedang diperhatikan, seyogyanya direnungkan sebagai'memperhatikan', 'melihat'. Apabila sesuatu dilihat tanpa diperhatikan, seyogyan

yadirenungkan sebagai 'melihat, melihat'. Apabila seseorang akan mendengarkan sesuatu,seyogyanya direnungkan sebagai 'mendengar', 'mendengar'. Apabila sesuatu didengartanpa mendengarkan seyogyanya direnungkan sebagai 'mendengar', 'mendengar'.Apabila pikiran merenungkan mengikuti maka seyogyanya direnungkan sebagai'merenungkan', 'merenungkan'. Kemudian perenungan dikembalikan ke 'naik', 'turun'-nya perut sesuai objek semula.Dalam kasus perubahan posisi dari duduk menjadi berdiri dan perubahan ke posisiberbaring, perenungan seyogyanyan dilakukan dengan menetapkan perhatian terhadapsetiap pergerakan mayor yang nyata dari jasmani dan anggota tubuh sesuai urutan

proses pergerakan perubahan tersebut.Di dalam hal berjalan, perenungan seyogyanya dilakukan dengan menetapkan perhatianterhadap gerakan setiap langkah dari saat mengangkat kaki hingga kembali meletakkankaki dan dengan membuat catatan secara batiniah sebagai 'berjalan, berjalan' atau'bergerak maju, bergerak maju', atau 'mengangkat, bergerak maju, meletakkan kaki'.Secara singkat, dapat dikatakan bahwa perenungan seyogyanya dilaksanakan terhadapsemua aktivitas jasmani dan anggota tubuh seperti menekuk, meregang, mengangkat,bergerak, dan seterusnya, untuk mengetahui bentuk sebenarnya ketika mereka muncu

l.Perenungan seyogyanya dilaksanakan dilaksanakan terhadap setiap sensasi fisik danperasaan batin (vedana) untuk mengetahui sifat alamiahnya ketika mereka muncul.Perenungan juga seyogyanya dilaksanakan terhadap semua gagasan/ide/faktor batiniahdan seterusnya, untuk mengetahui sifat alamiah mereka sebagaimana mereka muncul.Apabila tidak terdapat objek yang outstanding yang dapat direnungkan ketika berdiamdengan tenang dalam posisi duduk atau berbaring, maka perenungan seyogyanya

Page 34: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 34/61

dilaksanakan dengan selalu menetapkan perhatian terhadap kontak jasmaniah. Olehkarena itu, petunjuk-petunjuk yang diberikan di sini untuk memperlakukan ataumenjaga perhatian kepada naik dan turunnya gerakan perut, yang lebih mudahdijelaskan dan mudah untuk direnungkan, sebagai objek utama dan pertama di dalamperenugan.Namun, terdapat dua jenis kasus perenungan lain yang sudah disebutkan di atas, yaitu(1) perenungan terhadap posisi tubuh duduk dan sentuhan, dan (2) perenungan terhadapimpresi kontak di dalam nafas masuk dan keluar, di mana apabila diinginkan, salah satudapat dipilih sebagai objek utama atau pertama di dalam perenungan.Di dalam merealisasi kondisi perenungan yang luhur yang memungkinkan untukmerenungkan setiap objek sebagaimana mereka muncul, maka tidak dibutuhkankembali semuanya untuk kembali ke objek utama dan pertama. Perenungan seyogyanyadilaksanakan pada setiap saat dari melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa,mengetahui sentuhan jasmani, berpikir, bergagasan dan seterusnya sesuai urutankemunculan mereka.Siswa yang telah berkembang, dengan cara perenungan kontinyu ini, konsentrasi(samadhi) dan pandangan bijaksana ke dalam (nana) yang cukup kuat akan secaramandiri merealisasi muncul dan padamnya batin sangat sering di dalam satu detik.Namun seorang siswa yang baru saja mulai melatih perenungan belum dapat merealisasi

perubahan yang demikian cepat. Mirip seseorang yang mulai belajar, tak dapatmembaca begitu cepat dan baik bila dibandingkan dengan orang yang telah belajardengan mahir. Namun demikian, seorang siswa seyogyanya berupaya untuk merealisasimuncul dan padamnya faktor batin tidak kurang daripada sekali setiap detik padatahappermulaan latihannya.Inilah latihan dasariah latihan Vipassana secara singkat. __________________ VI. PERKEMBANGAN KONSENTRASI VIPASSANA (VIPASSANASAMADHI) DAN PENGETAHUAN BIJAKSANA PANDANGAN TERANG(VIPASSANA NANA)Bila tidak berupaya kuat untuk melaksanakan perenungan seperti disebutkan di ata

s,para siswa akan gagal untuk mengamati banyak aktivitas jasmani dan batin pada saatpermulaan latihan. Seperti ditunjukkan di dalam bagian Samatha-Kammatthana,terdapat banyak rintanan batin (Nivarana) yang menyebabkan batin mengembara kearah objek lain.Di dalam hal Samatha-Kammatthana, tidak ada perlakuan khusus untuk merenungkanfaktor batin yang mengembara, namun mereka seyogyanya ditekan, dan perenungandikembalikan kepada objek semula secara berkesinambungan, sementara itu di dalamVipassana-Kammathana perenungan juga harus dilakukan terhadap faktor batin yangmengembara itu. Setelah perenungan dengan cara ini, maka perenungan seyogyanyadikembalikan kepada objek naik, turun seperti semula. Ini adalah satu dari butir-buir

perbedaan antara samatha-bhavana dengan vipassana-bhavana di dalam hal mengatasirintangan batin (nivarana).Di dalam kasus samatha-bhavana seseorang harus merenungkan secaraberkesinambungan terhadap objek semula dari samatha untuk membuat batinterkonsentrasi dengan kuat hanya kepada objek tersebut. Tidak dibutuhkan untukmengamati fenomena batin dan fisik yang lain. Oleh karena itu tidak diperlukan untukmerenungkan rintangan batin seperti faktor batin yang mengembara yang munculsewaktu-waktu. Hanya perlu menyingkirkannya sesegera mungkin saat mereka muncul.Namun demikian, di dalam vipassana-bhavana, semua fenomena batin dan jasmani yan

Page 35: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 35/61

gmuncul melalui enam pintu indera harus diamati. Oleh karena itu apabila dan ketikarintangan batin seperti misalnya batin merenungkan sesuatu selain objek perenungansemula atau batin menikmati nafsu atau keserakahan dan sebagainya mereka juga harusdirenungkan. Apabila mereka tidak direnungkan, maka kemelekatan dan pandangankeliru bahwa mereka kekal, menyenangkan dan atta (aku) akan muncul; oleh karenaitumenghindari mereka tidaklah cukup seperti dalam kasus samatha. Objek vipassana akanlengkap hanya apabila seseorang merenungkan terhadap semua fenomena itu sehinggamengetahui dengan jelas sifat alamiahnya dan tidak melekat terhadapnya.Apabila faktor batin yang mengembara ini direnungkan secara berkesinambungandengan cara ini dalam jangka waktu yang cukup lama, maka hampir tidak akan ada lagifaktor batin yang mengembara. Segera setelah faktor batin mengembara ke objek lain,batin segera memperhatikan dan merenungkannya dan kemudian pengembaraantersebut tidak berlangsung lebih jauh lagi. Di dalam beberapa kasus, ditemukan bahwaperenungan dilaksanakan tanpa interupsi karena faktor batin dicerap segara saatfaktor

batin itu mulai muncul.Pada tahapan perenungan ini, ditemukan bahwa batin yang merenungkan dan objeknyaselalu datang bersama dan terkonsentrasi. Terkonsentrasinya batin terhadap objeknya inidisebut Vipassana-khanika-samadhi (konsentrasi sementara dari pandangan terang).Sekarang batin terbebas dari kamacchanda (nafsu indera) dan rintangan batin (nivarana)lainnya dan oleh karena itu sama seperti pada tingkat seperti Upacara-samadhi(konsentrasi berdekatan) yang disebutkan di dalam bagian Samatha-kammatthana.Begitu batin tidak lagi bercampur dengan rintangan batin yang menyebabkanmengembaranya batin, maka hanya ada perenungan murni yang terpusat. Inilah yangdisebut Citta-visuddhi (kemurnian batin).Kemudian fenomena fisik seperti naik, turun, menekuk, meregang, dan seterusnya,

yangsedang direnungkan, dicerap pada setiap saat perenungan di dalam setiap bentuk yangterpisah tanpa bercampur dengan batin yang merenungkannya atau dengan fenomenamateri lain. Fenomena batin, seperti merenungan berpikir, melihat, mendengar, danseterusnya, juga dicerap pada setiap saat perenungan di dalam keadaan terpisah tanpadicampuri oleh fenomena materi lain atau fenomena batin lain. Pada setiap saatbernafas, jasmani dan batin yang mengetahui jasmani dicerap secara jelas dan terpisahsebagai dua hal yang berbeda. Pengetahuan bijaksana atas pembedaan fenomena fisik

dan batin sebagai dua proses yang terpisah disebut Nama-rupa-pariccheda-nana(pengetahuan bijaksana yang dapat membedakan dengan jelas fenomena batin danjasmani).Dengan terealisasinya perkembangan pengetahuan bijaksana (nana) selama satu periodewaktu yang baik di dalam latihan perenungan yang berkesinambungan, maka akanmuncul sebuah pengertian jelas bahwa fenomena 'hanya terdiri dari proses batin danfisik'. Jasmani tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui, menaikkan, menurunkan,

Page 36: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 36/61

menekuk, memindahkan, dan seterusnya. Namun batin memiliki kemampuanmerenungkan, memikirkan, melihat, mendengar, dan sebagainya. Terpisah dari duafaktor ini, tidak terdapat aku atau Atta. Pengertian jelas ini disebut Ditthi-visuddhi(Kemurnian Pandangan).Dengan meneruskan perenungan lebih lanjut, dicerap bahwa fenomena materi/fisik danbatin yang muncul di dalam jasmani merupakan efek atau hasil dari sebab-sebab yangbersesuaian dengannya.Sebagai ilustrasi : Seorang siswa mencerap kenyataan bahwa dikarenakan batinmenginginkan untuk membungkuk atau bergerak atau meregang atau mengubah posisitubuh, maka muncul aksi atau tindakan membungkuk, meregang, bergerak, ataumengubah posisi tubuh; dikarenakan fluktuasi di dalam temperatur/suhu, maka selaluterdapat perubahan di dalam kondisi fisik apakah menjadi dingin atau panas; dandikarenakan mengkonsumsi makanan maka akan selalu muncul energi fisik yang baru.Lagi, ia mencerap kenyataan bahwa dikarenakan kehadiran/adanya indera penglihatandan objek penglihatan, indera pendengaran, objek pendengaran, dan seterusnya, makamuncullah kesadaran melihat, mendengar, dan seterusnya, dan dikarenakan kehendakuntuk mengarahkan, maka batin mencapai objeknya.Lagi, ia mencerap kenyataan bahwa dikondisikan kehadiran Avijja

(kegelapan/kebodohan batin), yang memandang kehidupan sebagai indah danmenyenangkan dan kehadiran Tanha (keinginan rendah), semua jenis perbuatandipikirkan dan dilakukan, dan dikarenakan kemelekatan terhadap perbuatan-perbuatantersebut yang telah dilakukan, maka muncullah, di dalam urutan yang sangat cepatdanberkesinambungan, kesadaran-kesadaran (vinnana) baru. Lagi, ia mencerap kenyataanbahwa kematian bukanlah kematian bukanlah sesuatu hanya padamnya kesadaranterakhir di dalam urutan kelangsungan kesadaran; dan lahir adalah munculnya sebuahkesadaran baru di dalam urutan kelangsungan kesadaran ini, tergantung atasformasi/bentukan materi/jasad yang baru. Pengetahuan bijaksana membedakan sebab

musabab yang saling tergantung ini disebut Paccaya-pariggaha-nana (Pengetahuanbijaksana yang muncul dari pengertian pengalaman penuh akan sebab-musababfenomena).Dengan mengerti kenyataan sebab-musabab yang saling tergantung (paticcasamuppada)ia akan datang pada satu kesimpulan bahwa hidup di masa lampau adalahsebuah formasi materi dan batin, yang tergantung dari sebab musabab yang terkaitdandengan demikian akan ada proses yang mirip pada kehidupan di masa mendatang.Pandangan murni seperti ini disebut Kankha-vitarana visuddhi (Kemurnianpandangan yang muncul setelah mengatasi keraguan).Sebelum mengembangkan pengetahuan benar kenyataan bahwa "kehidupan terdiri daribatin dan jasmani yang tergantung atas 'sebab-musabab yang terkait' terdapat ban

yakkeraguan skeptis apakah terdapat SAYA di waktu lampau, apakah SAYA berada hanyadalam kehidupan ini atau apakah SAYA akan terus ada di waktu mendatang" denganmemegang pandangan bahwa formasi/perpaduan meteri/jasmani dan batin adalahATTA atau DIRI. Sekarang keraguan ini tidak dapat muncul karena mereka telahdiatasi.Dengan melanjutkan perenungan lebih jauh, dicerap bahwa materi/jasmani dan batinmuncul dan padam pada setiap saat perenungan. Pengertian bijaksana ini disebutAnicca-sammassana-Nana (Pengertian bijaksana akan ketidak-kekalan fenomenaalam).

Page 37: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 37/61

Dengan mencerap kenyataan bahwa fenomena materi/jasmani dan batin secara konstanmuncul dan padam, bahwa mereka secara konstan dicengkeram oleh muncul danpadam mereka dipandang sebagai bukan menyenangkan juga tidak patut digantungi,namun hanya merupakan dukkha, tidak memuaskan. Pengetahuan bijaksana ini disebutDukkha-sammassana-nana (Pengertian bijaksana terhadap kondisi yang tidakmemuaskan).Dengan mencerap kenyataan bahwa fenomena materi/jasmani dan batin secara alamiahtidak mengikuti perintah keinginannya, namun muncul dan padam sesuai dengan sifatalamiah dan kondisi relatifnya, maka direalisasi bahwa mereka bukan atta atau diriPengertian bijaksana ini disebut Anatta-sammassana-nana (Pengertian bijaksanaterhadap segala sesuatu yang bukan atta atau bukan diri).Setelah merefleksikan kenyataan-kenyataan ini selama ia inginkan, siswa itumelanjutkan dengan perenungan tanpa refleksi lebih lanjut. Ia kemudian mencerapdengan sangat jelas permulaan dari setiap objek perenungannya. Ia juga mencerapdengan sangat jelas padamnya setiap objek perenungannya seolah-olah diputus denganjelas. Pada tahap ini, seringkali muncul pengalaman-pengalaman aneh, yangmengkondisikan terhambatnya latihan vipassana sehingga menjadi kotor(vipassanupakkilesa), seperti :1. Cahaya yang gemilang (Obhasa)2. Kegiuran batin (Piti)3. Sikap batin tenang (Passaddhi)4. Keyakinan kuat tak terhingga terhadap Tiratana (Adhimokkho ti saddha)

5. Semangat yang sangat tinggi atas pelaksanaan perenungan/meditasi (Paggaha)6. Kegembiraan yang mencakup ke seluruh tubuh (Sukkha)7. Pandangan yang tajam terhadap sifat alamiah anicca, dukkha dan anatta tanpahalangan (Nana)8. Kemampuan di dalam melaksanakan perhatian murni tanpa kehilangan objek(Upatthana)9. Keseimbangan batin (Upekkha)10. Melekat terhadap fenomena dhamma butir 1 9 (Nikanti)Oleh karena itu, siswa tersebut dapat terbuai sehingga ia tidak dapat lagi menjagamulutnya, umumnya ia menceritakan pengalamannya. Ia sering kali menganggap bahwaia telah merealisasi pencerahan sempurna. Inilah indikasi awal atau tahap permulaan

dari 'Udayabbaya-nana' (pengetahuan bijaksana atas muncul dan padamnyafenomena) yang lemah. Namun demikian sepuluh fenomena ini adalah jalan yang salah(Amagga).Kemudian siswa itu memutuskan pengalaman melihat bayangan batin dan perasaanperasaanlainnya bukanlah perealisasian pencerahan sempurna yang sesungguhnya, danbahwa metode perenungan yang tepat untuk merealisasi pencerahan sempurna adalahhanya dengan mengobservasi secara konstan terhadap semua fenomena yang muncul. Iatiba pada keputusannya ini sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya dari pengalamanatau sesuai dengan petunjuk gurunya.

Keputusan murni ini adalah indikasi Maggamagga-nana-dassana-visuddhi (kemurnianpandangan benar terhadap jalan dan bukan jalan).Setelah tiba pada keputusan ini dan diteruskan dengan melanjutkan perenungannyapengalaman-pengalaman melihat bayangan batin dan perasaan-perasaan lainnya secarabertahap akan berkurang dan pencerapan objek menjadi lebih jelas dan lebih jelaslagi.Muncul dan padamnya fenomena materi pada setiap gerakan di dalam hal satu gerakanmembungkuk atau meregangkan tangan atau kaki atau di dalam hal satu langkah, set

Page 38: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 38/61

iapfregmen (bagian) dari satu gerakan akan dengan sangat jelas diamati. Inilah kematanganatau tahap akhir dari Udayabbaya-Nana. Perenungan itu mengalir tanpa hambatanseolah terbebas dari Upakkilesa (ketidakmurnian).Setelah pengertian bijaksana (Nana) ini diperoleh cukup kuat, pencerapan terhadapobjek-objek dijumpai lebih cepat. Akhir atau padamnya objek lebih jelas dicerapdaripada permulaan Upacara (pendekatan) dan Anuloma (adaptasi). Ini adalahnana atau pengertian bijaksana yang tepat bagi 8 vipassana nana yang mendahuluinyadan Magga-nana (Pengertian bijaksana atas Jalan) yang mengikutinya.Pandangan terang mulai dari Udayabbaya-Nana yang masak sampai denganAnuloma-nana secara kolektif dikenal sebagai Patipada-nana-dassana-visuddhi(Kemurnian dengan pengertian bijaksana dan pandangan terang yang muncul akibattelah mengikuti latihan yang benar).Setelah Anuloma Nana, muncullah Gotrabhu-Nana (Pengertian bijaksanamemenangkan kesucian) dimana Nibbana adalah objeknya, dimana duka cita danketidakpuasan yang berhubungan dengan fenomena fisik dan batin padam secara total.Ini adalah pengertian bijaksana yang memotong kekerabatan Puthujjana (makhlukawam duniawi) dan memasuki kekerabatan Ariya (makhluk suci).Kemudian muncul Sotapati Magga Nana dan Phala Nana (Pengetahuan bijaksanadari Jalan Suci pemenang arus dan buahnya) yang merealisasi Nibbana. Magga Nanadisebut Nana-dassana-visuddhi (Kemurnian pandangan).

Saat kemunculan Magga dan Phala Nana tidak berjeda waktu sedetik pun. Kemurniansegera disusul kemunculan refleksi atas pengalaman khusus Magga, Phala danNibbana. Ini adalah Paccavekkhana-nana (Pengertian bijaksana dariretropeksi/perenungan mendalam).Seseorang yang telah merealisasi Paccavekkhana-nana sesuai urutan itu disebut sebagaimakhluk Sotapanna (Pemenang arus).Khas Anicca, Dukkha, Anatta, dengan kejelasan khusus yaitu dukkha. Ini adalahPatisankha-nana (Pengertian bijaksana yang muncul dari perenungan yang lanjut).Ketika Patisankha-nana ini masak, perenungan berlanjut secara otomatis mirip sebuahjam tanpa upaya khusus bagi pencerapan dan pengertian bijaksana. Dilanjutkan dengan

perenungan atas objek-objek dengan keseimbangan batin hanya memperhatikan objektanpa terlarut di dalam kesenangan maupun ketidaksenangan. Perenungan ini begitudamai dan tanpa upaya khusus saat itu dan dilanjutkan dengan mengetahui objek-objekbegitu otomatis dan dapat berlangsung lebih dari satu jam, dua jam atau tiga jam; danbahkan dapat berakhir dalam jangka waktu yang begitu lama, tanpa lelah atau bosan.Pencerapan yang muncul dalam jangka waktu lama ini merealisasi sifat alamiah objekobjekperenungan secara otomatis dan tanpa terlibat di dalam kesenangan danketidaksenangan, disebut Sankharupekkha-nana (Pengetahuan bijaksana yangmuncul dari keseimbangan batin terhadap sankhara).

Keluar dari perenungan ini yang dilanjutkan secara otomatis dan dengan momentumnyamerealisasi objek, muncullah pengertian bijaksana yang khusus sangat cepat dan aktif.Pengertian bijaksana yang muncul langsung menuju sebuah jalan mulia ini yang jugadikenal sebagai Vuitthana (elevasi) adalah Vutthana-gamini-vipassana-nana(Pengetahuan bijaksana menuju elevasi yang lebih luhur).Pengertian bijaksana ini muncul merealisasi bahwa fenomena fisik dan batin yangmuncul melalui enam pintu indera pada saat itu tidak kekal, tidak memuaskan, dan

Page 39: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 39/61

bukan diri/aku. Pengertian bijaksana terakhir adalah Anuloma-nana (Pengertianbijaksana atas adaptasi) yang terdiri dari tiga javana (saat-saat dorongan) disebutParikamma (persiapan), seyogyanya melaksanakan latihan meditasi sesuai denganpetunjuk yang diberikan di atas.Semoga semua makhluk dapat melaksanakan latihan Meditasi dan merealisasi Nibbana. __________________ KETERANGAN BEBERAPA ISTILAH PENTINGAriya SaccaKebenaran Suci, terdapat 4 jenis :a. Dukkha sacca = Kebenaran suci tentang 'penderitaan'b. Samudaya sacca = Kebenaran suci tentang penyebab 'penderitaan'c. Nirodha sacca = kebenaran suci tentang padamnya 'penderitaan'd. Magga sacca = Kebenaran suci tentang jalan untuk terbebas dari 'penderitaan'.Bhavanaa. Samatha - bhavanaPengembangan ketenangan batin. Secara sementara kekotoran batin tertentu mengendap(lihat nivarana). Objek samatha-bhavana ini merupakan pannatti (konsepsi batin).b. Vipassana bhavanaPengembangan kebijaksanaan melalui pengamatan dan perhatian murni terhadapfenomena batin dan jasmani yang dicengkeram oleh sifat universal (lihat Tilakkhana).

Hasil akhirnya, kekotoran batin terbasmi hingga ke akarnya. Objek vipassana-bhavanaini merupakan paramattha (hakekatnya sesungguhnya segala sesuatu yang dialami).Dukkhaa. Di dalam sifat alamiah universal (Tilakkhana), mengandung pengertian = tidakmemuaskan. Dukkha jenis ini meliputi makhluk hidup suci atau tidak suci dan jugabukan makhluk hidup.b. Di dalam kebenaran suci tentang dukkha (Dukkha sacca), mengandung pengertian=penderitaan biasa (dukkha-dukkha), penderitaan yang inheren karena perubahan(viparinama dukkha), penderitaan yang inheren bagi mahluk yang merupakanperpaduan (sankhara dukkha). Dukkha jenis ini hanya berkenaan dengan makhluk hidup

yang belum suci.Ekaggataa. Sebagai faktor batin bersifat netral (bukan baik juga bukan tidak baik), mengandungpengertian faktor batin yang berfungsi memusatkan batin terhadap objek yang diamati.b. Di dalam faktor jhana, mengandung pengertian sebagai faktor batin yang berfungsimenekan kamachanda-nivarana (hasrat nafsu indera).JhanaKondisi batin yang melekat kuat terhadap objek (arammana) yang dialami. Objek yangdialami oleh batin selama di dalam kondisi jhana merupakan objek yang bukan

sesungguhnya atau bersifat konsepsi batin (pannatti).KhandaMengandung pengertian sebagai kelompok perpaduan; umum pula dijumpai dalamistilah upadanakkhandha yang berarti kelompok perpaduan yang berpotensimenimbulkan kemelekatan. Khandha terdiri dari 5 lima kelompok yaitu :a. Vedanakkhandha = kelompok perpaduan perasaan, yaitu perasaan yangmenyenangkan, perasaan tidak menyenangkan dan perasaan netral (bukanmenyenangkan juga bukan tidak menyenangkan).b. Sannakkhandha = kelompok perpaduan pencerapan. Fungsinya menandai objek,mencerap objek yang dialami, mengkondisikan pengenalan terhadap objek.

Page 40: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 40/61

Apabila makhluk Anagami melaksanakan latihan Vipassana dengan sebuah pandanganuntuk merealisasi Anagami Phala-sampatti, maka ia akan merealisasi tingkatantersebut. Apabila ia melaksanakan latihan bagi tingkatan yang lebih luhur, makaVipasanna-nana akan dikembangkan di dalam urutan yang sama seperti sebelumnya dandi dalam kematangan yang penuh ia akan merealisasi Nibbana dengan pandangan terangArahatta Magga dan Phala (jalan kesucian Arahat dan buahnya) dan menjadimakhluk suci Arahat. Makhluk Arahat telah terbebas dari lima belenggu (samyojana)yang masih tersisa, yaitu :1. Rupa-raga (hasrat untuk keberadaan bermateri halus)2. Arupa-raga (hasrat untuk keberadaan tanpa materi)3. Mana (kesombongan)4. Uddhacca (kegelisahan batin)5. Avijja (kegelapan atau kebodohan batin) secara bersama dengan semua kilesa(kekotoran batin)Pada akhir masa kehidupannya saat ini ia akan Parinibbana, dan tidak akan tumimballahir lagi, ia secara mutlak terbebas dari duka ketuaan, kesakitan, kematian, danseterusnya.Dengan tetap berpandangan terhadap kebebasan ini bahwa pertanyaan pada permulaanartikel ini :

Apakah tujuan utama melaksanakan latihan meditasi telah diberikan jawabannyasebagai berikut :Latihan meditasi dilaksanakan untuk tujuan utama merealisasi Nibbana dan terbebasdari duka cita kehidupan di dalam bentuk ketuaan, kesakitan, kematian, danseterusnya.Oleh karena itu mereka semua yang dengan tekun berharap untuk merealisasi Nibbanadan merealisasi kebebasan mutlak atau kemunculannya. Objek-objek perenungannampak padam. Bentuk dan ukuran tangan, kaki, kepala, jasmani dan seterusnya tidakdicerap lagi. Hanya kepadaman jasmani dan batin yang dicerap pada setiap saatperenungan. Bahkan, perenungan batin dicerap padam bersama objek perenungannyasetiap saat. Pengertian bijaksana atas proses kepadaman ini di dalam pasangan ba

tin danobjeknya adalah Bhanga-nana (pengetahuan bijaksana akan proses padamnyafenomena).Dengan terus-menerus mencerap proses yang selalu padam di dalam tiap pasang batindan objeknya maka akan tiba kemunculan perealisasian bahwa setiap fenomena dapatmenimbulkan ketakutan. Ini adalah Bhaya-nana (Pengetahuan bijaksana ataskondisi-kondisi yang menakutkan).Kemudian akan disusul dengan munculnya pengertian bijaksana merealisasiketidaksempurnaan fenomena batin dan materi. Ini adalah Adinava-nana(Pengetahuan bijaksana atas kondisi-kondisi yang tidak memuaskan).Kemudian akan disusul dengan pengertian bijaksana merealisasi sifat alamiah fenomena

yang tidak menarik dan membosankan. Ini adalah Nibbida-nana (Pengetahuanbijaksana atas kondisi-kondisi yang membosankan).Apabila direalisasi bahwa sungguh baik apabila tidak terdapat fenomena fisik maupunbatin yang secara konstan datang/muncul dan padam di dalam cara demikian, muncullahpengertian bijaksana, mencari kebebasan dari ketidakpuasan terhadap fenomenafenomenaini. Ini adalah Muccitu-kamyata-nana (Pengetahuan bijaksana dari niatuntuk terbebas).

Page 41: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 41/61

Dengan lebih lanjut merenungkan disertai keinginan kuat untuk terbebas, muncullahsebuah persepsi kuat atas sifat alamiahSotapanna terbebas dari tiga belenggu (samyojana) sebagai berikut :1. Pandangan keliru bahwa fenomena kelompok perpaduan fisik dan batin adalah ego,atau diri. (Sakkaya-ditthi kepercayaan bahwa fenomena fisik dan batin adalah diri).2. Keraguan atas Buddha, Dhamma dan Sangha serta disiplin (Vicikiccha).3. Kepercayaan bahwa metode di luar pengembangan jalan mulia berunsur delapan(Ariya Magga) dan di luar pengembangan pandangan terang di dalam empat kebenaranmulia (Ariya Sacca) dapat membawa kebahagiaan sejati (Silabbata-paramasa kepercayaan hanya terhadap ritual dan upacara membawa ke kesucian).Lebih lanjut, bahwa observasinya terhadap pelaksanaan lima kaidah kemoralan menjadimurni dan mutlak. Bagi alasan inilah, Sotapanna tidak mungkin tumimbal lahir kealamyang tidak menyenangkan, yang rendah (Apaya loka). Ia akan menjalani kehidupanbahagia di dunia manusia dan para dewa selama tujuh kali tumimbal lahir maksimum,dan selama periode ini ia akan merealisasi tingkat kesucian Arahat.Apabila Sotapanna melaksanakan latihan Vipassana dengan sebuah niat untukmerealisasi Phala-samapatti (perealisasian buah), ia kemudian akan mencapaikeadaan itu dan menetap dengan objek Nibbana untuk jangka waktu 5 atau 6 menit,

atausetengah jam, atau satu jam. Apabila ia cukup baik terlatih di dalam latihanperealisasian Phala-samapatti maka ia akan merealisasinya dengan sangat cepat danmenetap di dalam objeknya itu selama sehari penuh atau bahkan semalaman atau lebihlama lagi.Apabila ia melaksanakan perenungan terhadap Upadanakkhanda di dalam cara yangsama seperti yang telah disebutkan di atas dengan sebuah pandangan untuk merealisasitingkat Magga dan Phala yang lebih tinggi, maka vipassana-nana akandikembangkan dari tahapan Udayabbaya-nana dalam urutan yang sama sepertisebelumnya dan dalam kematangan penuh ia akan merealisasi Nibbana denganpandangan terang dari Sakadagami-Magga dan Phala (Jalan makhluk suci yang

paling banyak akan kembali lagi satu kali ke alam nafsu dan buahnya) dan menjadimakhluk Sakadagami (yang kembali satu kali lagi). Ia kemudian terbebas dari nafsuindera (kama-raga) yang kasar dan keinginan buruk (patigha) yang kasar. Ia akanmenuju kehidupan bahagia di dalam alam manusia dan dewa maksimum selama duakali tumimbal lahir dan akan merealisasi tingkat kesucian Arahat selama periodetersebut.Apabila makhluk Sakadagami melaksanakan latihan Vipassana dengan sebuahpandangan untuk merealisasi Sakadagami Phala-Samapatti maka ia akan merealisasitingkat tersebut.Apabila ia melaksanakan latihan dengan sebuah pandangan merealisasi tingkat Maggadan Phala yang lebih luhur, Vipassana-nana akan dikembangkan di dalam urutan yangsama seperti sebelumnya dan di dalam kematangan penuh ia akan merealisasi Nibban

adengan pandangan terang dari Anagami Magga dan Phala (Jalan makhluk yangtidak akan kembali lagi ke alam yang diliputi nafsu dan buahnya) dan menjadi makhlukAnagami (Makhluk yang tidak pernah kembali lagi, ke alam nafsu indera). Ia kemudiansecara total terbebas dari dua belenggu/samyojana lebih banyak, yaitu kama-raga(nafsu indera) dan Patigha (keinginan buruk). Ia tidak akan tumimbal lahir lagi diKama-loka (alam yang diliputi nafsu indera) namun akan tumimbal lahir di Rupaloka(alam dengan materi halus) atau Arupa-loka/alam tanpa materi (bila ia saat itu

Page 42: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 42/61

makhluk Arupa Brahma) dan ia nantinya akan menjadi Arahat.c. Sankharakkhandha = kelompok perpaduan faktor-faktor/penyerta batin yang baik,yang tidak baik dan yang netral (bukan baik juga bukan tidak baik).d. Vinnanakkkandha = kelompok perpaduan kesadaran, fungsinya menyadari objekyang dialami.e. Rupakkhandha = kelompok perpaduan materi/fisik/jasmani, yang secara umum terdiridari unsur materi padatan, unsur materi cairan, unsur materi panas, unsur materigerak.Lokiya dhammaDhamma yang bersifat duniawi. Dalam hal ini meliputi batin para makhluk rendah,makhluk manusia, makhluk dewa maupun brahma/makhluk awam (puthujjhanapuggala) yang belum hancur belenggu/kekotoran batinnya.Lokuttara DhammaDhamma yang mengatasi duniawi. Dalam hal ini meliputi batin para makhluk suci(Ariya puggala) pada saat hancurnya tiga atau lebih belenggu/ kekotoran batinnya(magga, phala) dan Nibbana.NivaranaRintangan batin, terdiri dari 5, yaitu :a. Kamachanda = hasrat di dalam nafsu indera.b. Byapada = niat jahat.c. Thina-middha = sikap malas dan lamband. Uddhacca-kukkucca = sikap batin gelisah/tak dapat memegang objek dengan baikdan khawatir atas perbuatan baik yang belum dilakukan atau perbuatan jahat yang

telahdilakukan.e. Vicikiccha = sikap batin ragu secara skeptis.Paticca-samuppadaSebab-musabab yang saling tergantung, formulasi umumnya terdiri dari empatpernyataan, yaitu :Adanya ini mengkondisikan adanya itu.Timbulnya ini mengkondisikan timbulnya itu.Tidak adanya ini mengkondisikan tidak adanya itu.Padamnya ini mengkondisikan padamnya itu.PitiSebagai faktor/penyerta batin berarti kegiuran batin terhadap objek yang dialami; dan

bersifat netral (bukan baik juga bukan tidak baik).Sebagai faktor jhana merupakan faktor batin yang fungsinya menekan byapada-nivarana(niat jahat).SamyojanaAdalah belenggu batin, ada 10 jenis, yaitu :1. Sakkaya-ditthi = kepercayaan atau pandangan keliru terhadap lima kelompokperpaduan (khandha 5) sebagai inti/aku/diri.2. Vicikiccha = keraguan skeptis.3. Silabbata-paramasa = kepercayaan bahwa hanya dengan ritual keagamaan dapatmerealisasi kesucian.4. Kamaraga = nafsu indera5. Patigha = niat jahat/dendam.

6. Ruparaga = hasrat untuk memiliki fisik/nafsu untuk tumimbal lahir di alam bermaterihalus.7. Aruparaga = nafsu untuk tidak memiliki fisik/nafsu untuk tumimbal lahir di alamtanpa materi.8. Mana = kesombongan9. Uddhacca = kegelisahan batin.10. Avijja = kegelapan batin, tak dapat membedakan kebaikan dari keburukan, takmengetahui kebenaran suci, tak mengetahui hakekat sesungguhnya segala sesuatu.

Page 43: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 43/61

Sankharaa. Di dalam sifat alamiah yang berlaku universal (Tilakkhana), mengandung pengertian= perpaduan.b. Di dalam lima kelompok perpaduan/yang berpadu (Khandha 5), mengandungpengertian = faktor/penyerta batin (cetasika) yang baik, netral dan buruk, di luarpencerapan (sanna) dan perasaan (vedana).c. Di dalam fenomena sebab-musabab yang saling tergantung (Paticca-samupada), baiksebagai sebab (paccaya) maupun sebagai akibat (pacayuppana) mengandung pengertian= kehendak (cetana) lampau dan melandasi perbuatan-perbuatan lampau, yang baik danyang tidak baik.Sukhaa. Di dalam khandha 5, dikategorikan sebagi faktor batin perasaan (sukkha vedana)yang berfungsi merasakan objek yang menyenangkan yang dialmi.b. Di dalam faktor jhana, merupakan faktor batin perasaan yang berfungsi menekanuddhacca-kukkucca-nivarana (kegelisahan kekhawatiran)TilakkhanaTiga sifat alamiah yang berlaku universal, yaitu :a. Sabbe sankhara anicca = semua fenomena perpaduan bersifat tidak kekal.

b. Sabbe sankhara dukkha = semua fenomena perpaduan bersifat tidak memuaskan.c. Sabbe dhamma anatta = semua dhamma dalam hakekat sesungguhnya adalah tanpakepemilikan, tanpa inti, tanpa diri.Upekkhaa. Di dalam hal perasaan (upekkha vedana), mengandung pengertian perasaan netral,bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan.b. Di dalam hal sikap batin luhur tanpa batas (brahma-vihara), mengandung pengertiansikap batin seimbang terhadap semua fenomena yang dicengkeram Tilakkhana.Vicaraa. Sebagai faktor/penyerta batin artinya perenungan penopang, fungsinya membuatbatin menambat terhadap objek yang dialami.

b. Sebagai faktor jhana (jhananga) merupakan faktor penyerta batin yang fungsinyamenekan Vicikiccha-nivarana (keraguan skeptis).Vitakkaa. Sebagai faktor/penyerta batin artinya perenungan permulaaan, fungsinya membuatbatin mengarah kepada objek yang dialami.b. Sebagai faktor jhana (jhananga) merupakan faktor/penyerta batin yang fungsinyamenekan Thina-middha-nivarana (sikap batin malas dan lamban).MEDITASIMenerima Diri Apa Adanya dengan Pengertian BenarDalam kehidupan ini, kita sering mendengar anjuran-anjuran di masyarakat yang

menyatakan untuk menerima diri apa adanya. Akan tetapi, hal ini seringkali ditafsirkanatau diterapkan secara keliru, dikarenakan tidak memiliki pemahaman yang benarsehingga menimbulkan pengaruh yang kurang baik.Sebagai manusia, pada dasarnya terbentuk dari dua unsur, yaitu batin (nama) danjasmani (rupa). Ditinjau dari cara pandang yang sebenarnya, "Menerima Diri ApaAdanya", berarti memahami proses batin dan jasmani yang bersifat tanpa inti (Anatta),sehingga merupakan bersifat ketidakkekalan (Annica), dan tidak memuaskan (Dukkha).

Page 44: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 44/61

Inilah sifat sesungguhnya dari segala sesuatu yang terbentuk, termasuk apa yangkitaanggap dan percaya sebagai "aku dan diriku". Jadi, menerima sifat sesungguhnya darisegala sesuatu, inilah yang sebenarnya dimaksud sebagai "Menerima Diri Apa Adanya"dalam meditasi.Pada jaman sekarang ini, lebih banyak orang yang belum sampai ke tahap pemahamanyang mendalam dan menyeluruh seperti yang didapat dari hasil berlatih VipassanâBhâvanâ. Karena itu, menerima diri apa adanya, jika dihubungkan dengan kondisikehidupan sehari-hari, tidak dapat mencakup arti yang sesungguhnya, melainkan hanyaarti pada tingkat permukaan saja. Untuk memahami inipun, sebagai orang awam, yangbelum memiliki batin yang telah berkembang, tetap membutuhkan dasar pemahamanyang benar.Dari semua aspek perbaikan diri, maka aspek batin seharusnya menjadi prioritas utamauntuk diperbaiki, karena tanpa batin yang berkembang menuju arah yang lebih baik,yaitu terkikisnya keserakahan (Lobha), kebencian (Dosa) dan ketidaktahuan (Moha),maka perbaikan kondisi jasmani, intelektual, dan kekayaan materi tidaklah banyakmembawa manfaat. Jadi "PENGERTIAN BENAR" yang berkenan dengan anjuran

menerima diri apa adanya dalam kehidupan sehari-hari adalah memahami danmenerima, juga merasa puas dengan setiap kondisi yang ada, baik atau buruk. Tidakmengeluh ataupun menyesalinya, apalagi menyalahkan orang lain. Merasa puas bukanberarti kita berhenti berusaha menjadi orang yang lebih baik dari segi batin danjasmani,materi, dan intelektual. Kalau kita memang masih bisa mencapai kondisi yang lebihbaik, kenapa tidak dilakukan.Kondisi batin kita memang jauh dari sempurna, Jadi sudah sewajarnya kita berusahauntuk menjadi lebih baik, terutama dari segi batin, supaya suatu saat, bisa mencapai

tujuan, yaitu kesempurnaan batin (bebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohanbatin)Tanpa batin yang terus menerus ditingkatkan, kualitasnya, maka kemajuan dalam segijasmani, intelektual, dan materi tidaklah banyak artinya. Selanjutnya, apapun hasil yangdiperoleh, setelah berusaha memperbaiki diri, maka itulah hasil terbaik yang dapat kitaperoleh, untuk saat ini. Kita menerimanya dengan pengertian benar dan merasa puassambil terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang dan begitulahseterusnya. Inilah yang dimaksud dengan "Menerima Diri Apa Adanya"

MEDITASI JALANOleh : Sayadaw U SilanandaAlih Inggris - Indonesia : Chandasili Nunuk Y.K.Dikegiatan penyunyian yang kami selenggarakan, para yogi mempraktekkan meditasikesadaran (vipassana) dengan menggunakan empat sikap tubuh yang berbeda-beda.Mereka mempraktekkan kesadaran saat berjalan, berdiri, duduk dan berbaring. Merekaharus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun.Sikap utama tubuh dalam meditasi kesadaran adalah duduk bersila dengan punggungtegak. Tapi umumnya para yogi sulit duduk berjam-jam tanpa merubah posisi. Sehin

Page 45: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 45/61

ggakami mengganti saat-saat duduk meditasi ini dengan meditasi jalan.Karena meditasi jalan sangat penting maka perlu didiskusikan lebih jauh.Diskusi tersebut berkenaan dengan manfaat, pentingnya dan kondisi alami yang bisadipahami saat mempraktekkan meditasi jalan.Praktek meditasi kesadaran bisa diumpamakan seperti merebus air. Pertama seseorangharus mengisi air ke dalam teko. Lalu teko itu diletakkan di atas kompor kemudiankompor itu dinyalakan.Sebelum air mendidih ia mematikan kompor. Meski sesaat kompor dimatikan untukkemudian dinyalakan lagi sebentar, air di dalam teko tidak langsung mendidih.Jika hal ini terus dilakukan, mematikan dan menyalakan kompor (sebelum air mendidih)maka air di dalam teko tidak akan pernah mendidih.Dengan cara yang sama, jika ada jeda atau celah diantara kesadaran maka kita tidakakan bisa membangun konsentrasi dengan baik.Itulah sebabnya para yogi yang berada dalam pengawasan kami diinstruksikan untukmembangun kesadaran sepanjang waktu. Mulai dari saat bangun dari tidur di pagi harihingga terlelap pada malam harinya. Dalam hal ini praktek meditasi jalan menyatudidalamnya untuk menumbuhkan kesadaran yang berkesinambungan.

Namun demikian kami pernah mendengar orang-orang yang mengkritik praktekmeditasi jalan. Para pengritik ini mengatakan mereka tidak memperoleh manfaat atauhasil yang baik dari praktek meditasi jalan tersebut.Sesungguhnya Sang Buddha merupakan orang pertama yang membabarkan praktekmeditasi jalan ini.Pembahasan meditasi jalan Beliau sampaikan dua kali. Dalam bagian yang disebutsikap tubuh Beliau mengatakan seorang yogi tahu, saya sedang berjalan saat iasedang berjalan, tahu, saya sedang berdiri ketika sedang berdiri, tahu saya sedangduduk saat sedang duduk dan tahu saat sedang berbaring sebagai saya sedangberbaring.Pada bagian lain yang disebut pemahaman jernih Sang Buddha mengatakan, Seorangbhikkhu menggunakan pemahaman yang jernih saat berjalan bolak-balik. Maksud dari

pemahaman yang jernih disini adalah pemahaman yang benar atas segala sesuatuyang diamati.Dengan memiliki pemahaman yang benar terhadap pengamatannya seorang yogi dapatmembangun konsentrasi.Untuk membangun konsentrasi ia harus menggunakan kesadarannya. Lebih jauh SangBuddha berkata, Para bhikkhu gunakan pemahaman jernihmu.Kita harus menyadari bukan saja pemahaman yang jernih tapi juga kesadaran dankonsentrasi saat sedang berjalan bolak-balik. Jadi, meditasi jalan merupakan suatubagian penting dari proses ini.Meski Sang Buddha tidak memberikan petunjuk secara khusus dan rinci tentangmeditasi jalan (hanya penjelasan singkat yang tercatat di dalam sutta) kami percaya

Beliau telah memberikan petunjuk pada suatu waktu.Petunjuk-petunjuk itu telah dipelajari oleh para murid Sang Buddha dan diturunkan darisatu generasi ke generasi berikutnya.Sebagai tambahan para guru terdahulu telah memiliki resep berdasarkan pengalamanpraktek meditasi mereka sendiri.Saat ini kami memiliki serangkaian petunjuk yang teliti tentang cara mempraktekkanmeditasi jalan.Izinkan kami secara khusus membahas praktek meditasi jalan. Jika kalian adalah p

Page 46: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 46/61

arapemula sang guru akan menasehati untuk sepenuhnya awas pada satu hal selamamempraktekkan meditasi jalan; Sepenuhnya awas pada langkah kaki sementara kalianmembuat pencatatan di dalam batin berjalan..berjalan..berjalan.atau kirikanankiri-kananYang perlu diingat kalian harus berjalan lebih lambat dari biasanya saat sedangberlatihmeditasi jalan.Setelah beberapa jam atau setelah satu-dua hari bermeditasi kalian akan diberi petunjukuntuk melakukan dua tahapan dalam melangkah, yaitu melangkah dan meletakkan kaki.Ini harus dicatat dalam batin sebagai, angkat-letakkanangkat-letakkan.angkatletakkan.Kalian harus mengamati sungguh-sungguh dua tahapan proses melangkah tersebut.Setelah itu kalian akan diberi petunjuk untuk sepenuhnya menyadari tiga prosesberjalan, yakni pertama proses mengangkat, kedua proses maju dan ketiga prosesmeletakkan kaki.Sesudahnya kalian akan diberi petunjuk lanjutan untuk sepenuhnya menyadari empattahapan dalam proses melangkah yakni, pertama mengangkat, kedua maju, ketiga turun,keempat sentuh atau meletakkan kaki ke lantai.Kalian akan diinstruksikan untuk mencatat dalam batin empat gerakan tersebut,angkat-maju-turun-tekan.

Sebagai pemula para yogi akan menemui kesulitan untuk berjalan perlahan. Tapi, ketikaia sepenuhnya memberi perhatian dengan baik, ia bisa menyadari semua gerakan itu.Dengan demikian semakin lama ia semakin penuh perhatian. Pada saat itulah secaraotomatis ia berjalan dengan perlahan. Tidak perlu secara sengaja melambatkan langkahkaki tersebut. Namun, dengan menaruh perhatian penuh secara otomatis langkah kakiakan melambat.Saya akan memberi perumpamaan untuk menjelaskan pernyataan di atas. Sewaktuberkendara di jalan bebas hambatan seseorang cenderung memacu kendaraannya padakecepatan 60-70 atau malah 80 mil/jam. Dengan kecepatan seperti itu akan sulit b

aginyamembaca rambu-rambu lalu lintas di pinggir jalan. Bila ia ingin membaca rambu-rambutersebut ia harus melambatkan laju kendaraannya. Tak perlu siapapun mengingatkan,pelan-pelanlah. Tapi si sopir secara otomatis akan memperlambat laju kendaraannyauntuk bisa melihat rambu-rambu tersebut.Dengan pemahaman yang sama, bila seorang yogi ingin memberikan perhatian yanglebih cermat atas gerakan mengangkat, maju, turun dan tekan, secara otomatis iaakanmelambatkan langkah kakinya. Hanya dengan berjalan lambat ia bisa sepenuhnya awasdan waspada terhadap gerakan kaki tersebut.

Meskipun para yogi memberikan perhatian yang cermat dan melambatkan langkahnyaada kemungkinan mereka tidak melihat semua pergerakan dan tahapan dari pergerakantersebut dengan jernih.Maklum tahapan pergerakan itu belum menempel di pikiran. Saat itu seolah-olahpergerakan tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang berkesinambungan. Saatkonsentrasi berkembang lebih kuat para yogi akan mampu mengamati tahapan-tahapangerakan yang berbeda dalam satu langkah dimana akhirnya empat tahap gerakan (dalamsatu langkah) lebih mudah diamati.

Page 47: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 47/61

Para yogi akan mengetahui secara jelas bahwa gerakan mengangkat berbeda dengangerakan maju maupun gerakan turun. Mereka mengetahui kaki yang terangkat itu terasaringan. Saat mendorong kaki ke depan mereka akan mencapai pergerakan dari satutempat ke tempat lain. Dan ketika menurunkan kaki mereka mencatat gerakan kaki yangturun menjadi berat dan semakin berat. Saat meletakkan kaki ke lantai/tanah merekamerasakan sentuhan.Lebih jauh, sepanjang pengamatan angkat, maju, turun dan tekan ke lantai, para yogiakan melihat rasa ringan saat kaki mengangkat, gerakan kaki, rasa berat saat kaki turundan sentuhan pada kaki terhadap lantai yang berupa rasa keras dan lunak. Saatmengamati proses-proses ini mereka sedang melihat empat unsur utama (Pali: Dhatu). Empat unsur utama itu adalah unsur tanah, unsur air, unsur api dan unsur udara.Dengan memberi perhatian yang cermat pada empat tahapan melangkah sewaktuberlatih meditasi jalan, empat unsur utama tersebut nampak. Jadi unsur-unsur itu tidakhanya sekedar konsep (teori belaka), tapi merupakan proses nyata, realitas mutlak.Ijinkan kami membahas lebih terperinci sifat dari unsur-unsur tersebut yang bekerja saat

mempraktekkan meditasi jalan.Pada gerakan pertama, yakni gerakan mengangkat kaki, yogi mengalami rasa ringan.Ketika mengalami rasa ringan mereka melihat unsur api.Salah satu aspek dari unsur api adalah membuat benda-benda menjadi lebih ringan.Saatbenda-benda menjadi lebih ringan itulah mereka bisa mengangkat kaki.Dengan kata lain saat itu yogi merasakan intisari dari unsur api. Tidak hanya itu. Saatkaki terangkat ada unsur lain yang juga bekerja di sana. Setelah itu terjadi pergerakankaki bergerak naik. Pergerakan terjadi karena ada unsur udara yang bekerja. Tapi, dalamhal naiknya kaki, unsur api lebih dominan dibanding unsur udara. Jadi bisa dikat

akansaat menangkat kaki unsur utamanya adalah unsur api dan unsur kedua yang mengikutiadalah unsur udara. Kedua unsur tersebut bisa dirasakan oleh para yogi saat merekamenaruh perhatian sungguh-sungguh ketika mengangkat kaki.Tahap berikutnya adalah mendorong kaki ke depan. Saat kaki terdorong ke depan unsurutama yang mempengaruhi gerakan tersebut adalah unsur udara. Karena pergerakan(dalam hal ini adalah gerakan mendorong) adalah satu sifat utama dari unsur udara.Jadi, saat bersungguh-sungguh melihat gerakan kaki maju ketika melakukan meditasi

jalan yogi-yogi itu sebetulnya tengah melihat intisari unsur udara.Tahap meditasi jalan berikutnya adalah gerakan menurunkan kaki. Sewaktu yogimeletakkan kaki ke bawah ada sejenis kekerasan pada kaki. Kekerasan adalahkarakteristik dari unsur air. Unsur air bersifat merembes dan mengental. Saat cairanmenjadi berat maka ia akan mengental. Jadi, saat yogi mengalami rasa berat padakakimereka sebenarnya mengalami peristiwa bekerjanya unsur air.Saat kaki menekan ke tanah/lantai yogi-yogi akan mengalami kekerasan dankelembutan dari kaki yang menyentuh tanah atau lantai. Persinggungan antara kaki

Page 48: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 48/61

danlandasan mengalami keadaaan alaminya yang khas. Kondisi ini dipengaruhi oleh unsurtanah. Jadi dengan menaruh perhatian sungguh-sungguh saat kaki menekan landasanyogi-yogi sebenarnya bisa memetik pengalaman berupa keadaan alami yangdipengaruhi oleh unsur tanah.Bisa dikatakan hanya dengan satu langkah para yogi bisa mengamati banyak proses.Mereka bisa mengamati empat unsur utama dan menyadari keempatnya secara alami.Keadaan ini hanya bisa dilihat dan dialami oleh para yogi yang berlatih dengansungguh-sungguh.Saat para yogi meneruskan latihan meditasi jalannya mereka akan menyadari padasetiap gerakan ada pikiran yang mencatat atau mengawasi setiap gerakan tersebut.Dengan kata lain ada gerakan mengangkat disertai munculnya pikiran yang mengawasi(mencatat) gerakan mengangkat tersebut. Selanjutnya, ada gerakan mendorong kakikedepan disertai dengan pikiran yang mengawasi gerakan tersebut. Setelah itu ada gerakanmenurunkan kaki ke landasan. Bersamaan dengan itu ada pikiran yang mengawasigerakan tersebut. Keduanya muncul dan lenyap sampai kaki betul-betul menyentuhlandasan.Proses yang sama muncul saat melakukan gerakan menekan kaki ke landasan. Saat ituada gerakan menekan dan munculnya pengawasan atas gerakan tersebut. Dengan cara

ini para yogi akan memahami bahwa bersamaan dengan melangkah ada gerakankesadaran atau pengawasan. Saat-saat menyadari tersebut termasuk ke dalambekerjanya kelompok batin (dalam bahasa Pali disebut nama).Sementara gerakan-gerakan kaki termasuk ke dalam kelompok materi atau rupa . Padasaat itu para yogi akan memahami batin dan jasmani muncul dan lenyap setiap saat.Inilah penjelasannya. Pada satu waktu ada kaki yang terangkat dan munculnyakesadaran mengangkat. Saat berikutnya ada gerakan kaki mendorong ke depan dankesadaran yang melihat pergerakan tersebut. Demikian seterusnya.Dari sinilah muncul pemahaman tentang bekerjanya pasangan batin dan jasmani yangmuncul dan lenyap setiap saat. Hanya saja pemahaman atau pengertian tentang muncul

dan lenyapnya batin dan jasmani setiap saat ini hanya akan terjadi bagi mereka yangberlatih dengan sungguh-sungguh.Ada hal lain yang akan ditemui para yogi. Yakni munculnya serangkaian kehendak ataumaksud yang mengakibatkan terjadinya setiap gerakan. Mereka akan menyadari bahwakaki bisa diangkat karena mereka menginginkannya. Juga, kaki terdorong ke depankarena mereka bermaksud demikian. Kaki bisa turun karena mereka menginginkannya.Begitu pula kaki bisa menekan landasan karena mereka bermaksud demikian. Jadi, halitu bisa terjadi karena munculnya serangkaian kehendak. Kehendaklah yang mengawalisetiap pergerakan. Setelah ada kehendak untuk mengangkat maka muncul proses

mengangkat kaki. Setelah ada kehendak untuk mendorong maka muncul proses kakiterdorong ke depan. Demikian seterusnya.Setelah mengamati proses ini dengan sungguh-sungguh para yogi kemudian memahamisemua kemunculan itu berkondisi. Pergerakan-pergerakan itu tak akan muncul dengansendirinya. Pergerakan-pergerakan itu tak akan terjadi tanpa adanya suatu sebab.Adasebuah sebab atau kondisi untuk setiap pergerakan. Kondisi yang dimaksud adalahmunculnya kehendak atau maksud yang mengawali setiap pergerakan. Inilah temuanberikutnya yang bisa ditemui para yogi saat mereka memberikan perhatian dengan

Page 49: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 49/61

sungguh-sungguh.Saat seorang yogi memahami kondisi munculnya setiap pergerakan maka akan munculpemahaman baru. Mereka memahami bahwa pergerakan itu tercipta oleh maksud ataukehendak. Mereka akan memahami bahwa maksud atau kehendak adalah kondisi yangmembuat munculnya pergerakan. Pada saat inilah seorang yogi bisa memahamihubungan sebab akibat. Mereka bisa memahami hubungan antara yang dikondisikandan yang mengkondisikan.Saat pemahaman itu muncul yogi ini bisa saja menyingkirkan keragu-raguannya tentangbatin dan jasmani. Hal ini terjadi melalui munculnya pengertian bahwa batin danjasmani tidak akan muncul tanpa adanya suatu kondisi.Dengan pemahaman yang jernih atas kondisi setiap benda dan dengan tersingkirnyakeragu-raguan atas batin dan jasmani bisa dikatakan ia meraih tingkat mendekatiseorang sotapanna ..Sotapanna artinya pemenang arus. Seorang sotapanna adalah seseorang yang telahmeraih pencerahan tingkat pertama. Seseorang yang meraih tingkat pemahamanmendekati seorang sotapanna belum benar-benar menjadi sotapanna. Tapi pihak terakhirini sudah dipastikan hanya akan terlahir kembali ke alam manusia atau alam dewadewa.Dengan demikian seseorang yang mendekati pemahaman sotapanna tak mungkinterlahir di alam-alam bawah (alam peta, binatang, atau alam-alam neraka). Pemahamanini bisa diraih melalui meditasi jalan. Tentu saja hal ini bisa terjadi sekali l

agi denganmemberikan perhatian secara teliti dan sungguh-sungguh dalam mengamati setiappergerakan kaki.Inilah keuntungan besar dari berlatih meditasi jalan. Tentu saja tingkat di atastidakmudah dicapai. Tapi, bila seorang yogi mampu meraihnya bisa dipastikan ia hanyaakanterlahir di alam-alam bahagia.Saat yogi memiliki pengertian tentang muncul-lenyapnya batin dan jasmani merekaakan memahami ketidakkekalan proses melangkah. Mereka juga akan memahamiketidakkekalan kesadaran melangkah. Hal ini terjadi seiring dengan timbulnyapengertian bahwa segala sesuatu itu akan muncul dan lenyap. Akhirnya pengertianselanjutnya yang muncul adalah segala sesuatu itu bersifat tidak kekal.

Kita harus berusaha memahami apakah sesuatu itu bersifat kekal atau tidak kekal.Kitaharus berusaha untuk melihat melalui kekuatan yang muncul dalam meditasi apakahbenda-benda itu subyek dari proses menjadi yang kemudian lenyap. Jika meditasi kitacukup baik keadaan ini memungkinkan untuk mengamati ketidakkekalan. Setelah itubarulah seorang yogi bisa memutuskan fenomena yang tengah diselidikinya itu bersifattidak kekal.Melalui penyelidikannya para yogi melihat (menyadari) saat bermeditasi jalan adagerakan mengangkat dan kesadaran yang muncul atas gerakan itu yang sesaat kemudianlenyap.

Hal ini memberi ruang atas munculnya gerakan mendorong kaki ke depan. Gerakan inipun secara sederhana muncul dan lenyap, muncul dan lenyap (timbul tenggelam).Melalui proses ini lewat pengalamannya sendiri, pengertian muncul dalam diri parayogi.Pemahaman ini tidak timbul dari membaca buku, diberitahu pihak lain atau adanyasuatu otoritas tertentu yang mendorong munculnya pengertian ini.Saat mengalami bahwa batin dan jasmani itu timbul dan tenggelam para yogi akanmemahami batin dan jasmani itu bersifat tidak kekal. Saat mereka memahami batin

Page 50: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 50/61

danjasmani itu bersifat tidak kekal mereka akan mengerti bahwa batin dan jasmani itubersifat tidak memuaskan. Hal ini muncul karena ternyata batin dan jasmani beradadalam keadaan terus-menerus timbul dan tenggelam.Setelah memahami ketidakkekalan dan tidak memuaskannya benda-benda akan munculsuatu penyelidikan yang memunculkan pengertian bahwa di sana tak ada tuan daribenda-benda tersebut. Atau dengan kata lain, mereka menyadari tak ada jiwa ataudiri didalam benda-benda yang memerintah mereka untuk menjadi kekal.Benda-benda hanya timbul dan tenggelam mengikuti hukum alam. Dengan memilikipemahaman semacam ini yogi-yogi memahami sifat ketiga dari fenomena yangberkondisi, yakni sifat dari anatta. Bahwa benda-benda tak memiliki diri di dalamnya.Salah satu arti dari anatta adalah tak ada tuan (majikan) tiada apapun, tak adakekuatanapapun, tak ada jiwa dibalik fenomena-fenomena tersebut.Pada kondisi ini yogi-yogi bisa memahami sifat ketiga dari semua fenomena yangberkondisi yakni bersifat tidak kekal, penuh penderitaan dan tak ada inti yang kekal didalamnya (dalam Pali disebut bersifat, anicca, dukkha dan anatta).Para yogi bisa memahami ketiga sifat tersebut dengan penyelidikan secara tekun saat

kaki naik dan kesadaran yang muncul saat menaikkan kaki dan seterusnya.Dengan memberikan perhatian penuh atas gerakan tersebut mereka melihat bendabendatimbul-tenggelam terus-menerus. Akibatnya mereka bisa melihat anicca, dukkhadan anatta dari semua fenomena secara alami.Sekarang izinkan kami untuk menjelaskan lebih terperinci tentang pergerakan dalammeditasi jalan. Umpamanya seseorang mengambil gambar bergerak dari prosesmengangkat kaki. Lebih jauh, umpamanya, naiknya kaki berkisar satu detik. Katakanlahada kamera yang bisa merekam gerakan tersebut. Sehingga kamera ini bisa mengambilgambar dari gerakan itu sebanyak 36 bingkai dalam satu detik.

Setelah gambar itu terekam kita bisa mengamati rangkaian pergerakan dalam bingkaibingkaiyang terpisah itu.Terlihat rangkaian pergerakan itu berbeda satu sama lainnya. Meski perbedaan itukecilsekali tapi seseorang bisa dengan mudah melihat perbedaan tersebut.Bagaimana jika ada kamera yang bisa mengambil gambar dari pergerakan mengangkatkaki sebanyak 1000 bingkai dalam satu detik? Bila ada kamera demikian maka akandihasilkan rekaman seribu pergerakan dalam satu detik. Meskipun, tentunya, rangkaiangambar pergerakan itu hampir-hampir sulit dibedakan. Sekarang akan semakin sulitmelihat perbedaan pergerakan dalam bingkai gambar dari hasil rekaman kamera yangbisa mengambil gambar satu juta bingkai dalam satu detik. Inilah kenyataannya,

ternyata ada satu juta proses pergerakan mengangkat kaki dimana kita menganggapnyasebagai satu gerakan belaka.Usaha yang dikerahkan saat bermeditasi jalan adalah melihat gerakan kita secaracermatsecermat kamera berkekuatan tinggi melihatnya bingkai demi bingkai. Kita pun perlumenyelidiki kekuatan kesadaran dan kekuatan kehendak yang muncul di awal setiappergerakan.Dengan cara semacam inilah akan muncul penghargaan dan penghormatan atas

Page 51: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 51/61

perjuangan, kebijaksanaan dan pandangan terang Sang Buddha atas apa yang beliaulihat dari pergerakan-pergerakan tersebut.Saat menggunakan kata melihat atau mengamati yang merujuk pada situasi dirisendiri, hal ini dimaksudkan secara langsung melihat dan juga menarik kesimpulan;bahwa kita tak akan mungkin melihat secara langsung seluruh satu juta gerakan sepertiyang bisa dilihat oleh Sang Buddha.Sebelum mulai berlatih meditasi jalan mungkin para yogi pernah berpikir satu langkahhanya terdiri dari satu gerakan.Setelah berlatih meditasi dan mengamati dengan penuh perhatian para yogi akan tahumeski hanya satu pergerakan (dari jumlah keseluruhan 4 tahapan gerak) sebenarnyapergerakan itu gabungan dari jutaan gerak.Dari proses ini mereka melihat batin dan jasmani, timbul tenggelam, sebagaiketidakkekalan.Dengan pandangan biasa seseorang tak akan mampu melihat ketidakkekalan dari bendabendakarena ketidakkekalan tersembunyi oleh khayalan.Kita berpikir, sebagai umat awam, yang melihat saat melangkah hanya berupa satugerakan tak terputus. Namun dengan mengamati lebih jernih kita bisa mengetahuibahwa gerakan itu terdiri dari banyak gerak yang berkesinambungan dalam membentuk

satu-kesatuan gerak.Demikian pula dengan yang terjadi pada khayalan atas ketidakterputusan bisadipatahkan.Khayalan ini bisa dipatahkan oleh pengamatan langsung atas fenomena jasmani sedikitdemi sedikit, setahap demi setahap sebagaimana adanya sehingga khayalan tersebutbisadihancurkan.Nilai dari meditasi ini bersandar pada kemampuan kita untuk menyingkirkan selubungketidakterputusan dengan menemui keadaan alami atas ketidakkekalan. Para yogi bisamenemukan ketidakkekalan sebagaimana adanya secara langsung melalui daya upaya

mereka sendiri.Setelah menyadari bahwa benda-benda merupakan gabungan dari bagian-bagian yangmuncul sedikit demi sedikit dan setelah mengamati bagian-bagian ini satu demi satu,para yogi akan menyadari sesungguhnya tak ada apapun di dunia ini yang cukupberharga untuk dilekati atau diidam-idamkan. Jika melihat sesuatu yang sekilas kitapikir cantik ternyata si cantik itu berlubang-lubang, mudah busuk dan hancur.Karenanya kita akan kehilangan keterikatan atasnya.Sebagai contoh kita mungkin melihat sebuah lukisan indah yang digoreskan pada suatukanvas. Saat itu kita berpikir cat dan kanvas secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan.

Jika lukisan tersebut ditaruh di bawah mikroskop kita akan melihat ternyata gambartersebut tidak padat dan merupakan satu kesatuan. Karena ternyata lukisan tersebutterdiri dari banyak lubang dan rongga-rongga.Setelah melihat lukisan tersebut merupakan gabungan dari ruang-ruang kita akankehilangan ketertarikan padanya. Dengan kata lain ketertarikan kita pada lukisantersebut akan padam. Ahli fisika modern tahu hal ini dengan baik. Mereka telahmengamatinya dengan peralatan sangat canggih bahwa materi hanyalah gabungangetaran partikel-partikel dan energi yang berubah terus-menerus. Tak ada suatu i

Page 52: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 52/61

nti sariyang kekal di dalamnya.Dengan menyadari ketidakkekalan yang tiada akhir ini para yogi tahu benar-benartidakada apapun yang cukup berharga untuk diidam-idamkan. Tak ada apapun yang cukupberharga untuk digenggam di dunia fenomena ini.Sekarang kita bisa memahami alasan mengapa perlu berlatih meditasi. Kita berlatihmeditasi karena ingin menyingkirkan kemelekatan dan kerinduan terhadap obyekobyek.Itu terjadi melalui pengertian atas merealisir ketiga keberadaan anicca, dukkhadan anatta dari benda-benda secara apa adanya. Dengan cara itulah kita bisamenyingkirkan kerinduan.Kita ingin menyingkirkan kerinduan karena tidak ingin menderita. Kita harusmengenyahkan kerinduan dan kemelekatan. Kita harus memahami bahwa segala sesuatumuncul dan lenyap. Tak ada substansi yang kekal di dalamnya.Sekali kita mampu menyadari hal ini maka kita akan mampu menyingkirkankemelekatan terhadap benda-benda. Sepanjang belum mampu menyadari kebenaran ini,sebanyak apapun buku yang dibaca atau bahan yang didiskusikan (mendiskusikantentang bagaimana menyingkirkan kemelekatan) kita tidak akan mampu mengenyahkankemelekatan tersebut. Maka sangat diperlukan memiliki pengalaman langsung bahwasemua benda yang berkondisi adalah tanda dari keberadaan ketiga sifat dasar tersebut.Lebih jauh kita harus memberikan perhatian penuh saat bermeditasi jalan sama sep

ertiyang kita lakukan saat duduk bermeditasi atau berbaring.Saya tidak sedang berusaha mengatakan bahwa dengan mempraktekkan meditasi jalanbisa memberikan kesadaran tertinggi dan kemampuan untuk sepenuhnya mengusirkemelekatan. Meski begitu meditasi jalan bisa seakurat seperti meditasi duduk atau jenisposisi meditasi vipassana yang manapun. Meditasi jalan bisa mengakibatkanberkembangnya kekuatan spiritual. Meditasi jalan juga sekuat kesadaran murni melihatkembung dan kempisnya perut. Meditasi jalan juga bisa menjadi alat yang tepat gunamenolong kita menyingkirkan kekotoran batin. Meditasi jalan bisa menolong kitameraih pandangan terang melalui melihat ke dalam benda-benda apa adanya.

Selebihnya kita harus berlatih meditasi jalan dengan sungguh-sungguh sama sepertiwaktu berlatih meditasi duduk atau posisi lainnya. Dengan mempraktekkan semua sikaptubuh dalam meditasi vipassana, termasuk sikap tubuh berdiri, semoga semua yogibisameraih pemurnian sepenuhnya dalam kehidupan ini. __________________ Latihan Meditasi Vipassana Praktisoleh: Ven. Mahâsî Sayâdaw Agga Mahâpandita U Sobhana khotbah YM MahâsiSayâdaw Agga Mahâ Pandita U Sobhana kepada murid beliau pada saatpelantikan Meditasi Vipassanâ di Sâsana Yeikhta, Meditation Centre, Rangoon,Burma

Praktek Vipassanâ atau meditasi pandangan terang merupakan upaya yang dilakukanoleh meditator untuk memahami dengan benar sifat sejati fenomena psiko-fisik yangterjadi pada tubuhnya. Fenomena fisik adalah segala sesuatu (obyek-obyek) di sekitaryang dirasakan dengan jelas oleh seseorang. Keseluruhan tubuh yang dirasakan denganjelas tersebut, tersusun atas sekelompok sifat materi (rûpa). Sedangkan fenomena fisikatau mental merupakan bentuk kesadaran (nâma). Terjadinya Nâma-rûpa ini dirasakan

Page 53: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 53/61

dengan jelas, yaitu saat nâma-rûpa dilihat, didengar, dicium, dirasakan, disentuh ataudipikirkan. Kita harus senantiasa membuat diri sendiri sadar akan nâma-rûpa tersebutdengan cara mengamati dan memperhatikannya sedemikian rupa, seperti: melihatsebagai melihat, mendengar sebagai mendengar, mencium sebagai mencium,merasakan sebagai merasakan, menyentuh sebagai menyentuh dan berpïkirsebagai berpikir.Setiap kali seseorang melihat, mendengar, mencium, merasakan, menyentuh atauberpikir, maka ia harus menyadari kenyataannya. Namun di awal latihan, orang tentusaja tidak dapat menyadari setiap hal tersebut di atas. Karena itu ia harus mulaimemperhatikan hal-hal yang berlaku, yang menarik perhatian dan mudah dirasakanolehnya. Dalam setiap tindakan bernafas, perut senantiasa naik dan turun dan gerakantersebut jelas sekali. Hal ini merupakan sifat materi yang dikenal sebagai vâyodhâtu(elemen pergerakan). Meditator harus mulai dengan memperhatikan gerakan ini, dandilakukan oleh pikiran yang dengan tekun mengamati perut. Anda akan mengetahuibahwa perut bergerak naik saat Anda menarik nafas, dan bergerak turun saat Andamenghembuskan nafas. Gerakan naik harus disadari sebagai gerakan naik, dan gerakanturun sebagai gerakan turun. Jika gerakan tersebut tidak cukup jelas bila hanyadiamatioleh pikiran, maka Anda dapat menyentuh perut Anda dengan menggunakan telapak

tangan.Jangan mengubah cara Anda bernafas, jangan memperlambat atau mempercepatnya.Jangan bernafas terlalu keras juga. Anda akan merasa lelah jika mengubah carabernafas. Bernafaslah dengan teratur seperti biasanya dan perhatikan perut yangbergerak naik dan turun setiap kali berlangsung. Lakukan pengamatan itu denganpikiran dan bukan dengan gerakan. Dalam meditasi vipassanâ, apa yang Anda sebutatau katakan tidak masalah. Yang menjadi persoalan utama adalah mengetahui ataumerasakan. Saat mengamati perut yang bergerak naik, lakukan hal itu dari awal hinggaakhir gerakan seperti layaknya Anda melihatnya dengan mata. Lakukan hal yang samauntuk gerakan turun. Perhatikan gerakan naik sedemikian rupa hingga kesadaran Anda

terhadapnya selaras dengan gerakan itu sendiri. Gerakan naiknya perut serta kesadaranmental terhadapnya harus bertepatan, seperti layaknya sebuah batu yang dilemparmengenai sasarannya. Demikian pula dengan gerakan turun.Pikiran Anda bisa saja mengembara ke mana-mana saat mengamati gerakan perut. Halini juga harus disadari dengan berkata dalam hati, mengembara, mengembara. Jika halini diamati sekali atau dua kali, maka pikiran akan berhenti mengembara, sehinggaAnda akan kembali mengamati perut yang bergerak naik dan turun. Jika kemudianpikiran sampai di suatu tempat, maka kita sadari, sampai, sampai. Kemudian kembalilagi kepada gerakan perut naik dan turun. Jika Anda membayangkan bertemu seseorang,

maka amatilah sebagai, bertemu, bertemu. Kemudian kembali lagi kepada gerakanperut yang naik dan turun. Jika Anda membayangkan bertemu dan berbicara denganseseorang maka amati hal itu demikian, bicara, bicara.Singkatnya, apapun bentuk pikiran atau bayangan yang timbul haruslah disadari. JikaAnda membayangkan, maka sadarilah itu sebagai membayangkan. Jika Anda berpikir,maka sadarilah itu sebagai berpikir. Merencanakan sebagai merencanakan. Jika Andamerasa bahagia, sadarilah itu sebagai bahagia. Bosan sebagai bosan. Senang sebagai

Page 54: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 54/61

senang. Kecil hati sebagai kecil hati. Dan mengamati semua bentuk kesadaran inidisebut sebagai cittânupassanâ.Jika kita gagal mengamati bentuk-bentuk kesadaran tersebut, kita cenderungmengidentifikasikannya dengan seseorang atau satu individu. Kita cenderung berpikirbahwa inilah aku yang sedang membayangkan, sedang berpikir, merencanakan,mengetahui atau merasakan. Kita jadi berpikir bahwa ada seseorang yang sejak kanakkanakhingga sekarang, sedang hidup dan berpikir. Sesungguhnya, orang tersebut tidakada. Yang ada hanyalah bentuk-bentuk kesadaran yang berlangsung terus menerus.Itulah mengapa kita harus mengamati bentuk-bentuk kesadaran dan memahaminyasebagaimana adanya. Itulah mengapa kita harus senantiasa mengamati setiap bentukkesadaran yang timbul. Karena dengan mengamati, bentuk kesadaran tersebutcenderung lenyap. Kemudian kita akan kembali mengamati gerakan naik dan turunnyaperut.Jika Anda telah duduk bermeditasi sekian lama, maka perasaan kaku dan panas akantimbul dalam tubuh. Hal ini juga harus diamati dengan hati-hati pula. Sama halnyadengan rasa pegal dan lelah. Seluruh bentuk perasaan itu disebut sebagai dukkhâvedanâ(perasaan tidak puas) dan tindakan mengamatinya disebut sebagai vedanânupassanâ.Kegagalan atau kelalaian dalam mengamati sensasisensasi tersebut membuat Andaberpikir, Aku merasa kaku, aku merasa panas, aku merasa pegal, padahal aku baik-baik

saja beberapa saat yang lalu. Aku sekarang merasa tidak nyaman dengan perasaanperasaanyang tidak enak ini.Penjelasan mengenai bentuk-bentuk perasaan dengan menyertakan ego adalah keliru.Sesungguhnya tidak ada aku yang terlibat di sini. Yang ada hanyalah timbulnya satubentuk perasaan tidak menyenangkan yang disusul oleh bentuk perasaan takmenyenangkan berikutnya.Hal ini sama seperti timbulnya aliran listrik baru yang berkesinambungan, yangmenyebabkan lampu menyala. Setiap kali kontak yang tidak menyenangkan menyentuhtubuh maka bentuk-bentuk perasaan tidak menyenangkan timbul saling bergantian.Bentuk-bentuk perasaan ini harus diamati dengan hati-hati dan terus menerus, takpeduliapakah itu perasaan kaku, pegal atau panas. Pada tahap awal latihan meditasi yan

gdilakukan oleh seorang yogi, perasaan tersebut cenderung meningkat dan menyebabkankeinginan untuk mengganti posisi tubuh. Keinginan ini pun harus diamati, di manasetelahnya sang yogi harus kembali lagi mengamati perasaan kaku, pegal, panas dansebagainya.Kesabaran menuntun ke Nibbâna demikian kata pepatah. Pepatah ini rupanyaberhubungan erat dengan upaya bermeditasi. Orang harus sabar dalam bermeditasi.Jikaia menukar atau mengganti posisi tubuh terlalu sering karena tidak sabar menghadapiperasaan kaku atau panas yang timbul, maka samâdhi (konsentrasi benar) tidak akan

berkembang. Jika samâdhi tidak berkembang maka batin tidak akan mencapai hasil, dantidak juga akan tercapai Magga (Jalan menuju Nibbana), Phala (Buah dari Sang Jalan)dan Nibbâna. Itulah mengapa kesabaran sangat dibutuhkan dalam meditasi. Memangkesabaran terhadap bentuk-bentuk perasaan tidak menyenangkan dalam tubuh sepertirasa kaku, panas dan pegal serta yang lainnya sangatlah sukar dipertahankan. Orangtidak seharusnya gampang menyerah terhadap latihan meditasi pada saat munculbentuk-bentuk perasaan tersebut sehingga ia langsung mengubah posisi tubuhnya. I

Page 55: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 55/61

aharus melanjutkan meditasinya dengan penuh kesabaran, menyadari rasa kaku sebagairasa kaku atau panas sebagai panas. Bentuk-bentuk perasaan yang halus seperti iniakan langsung hilang jika orang tersebut mengamatinya dengan penuh kesabaran. Saatkonsentrasi baik dan mantap, bahkan bentuk perasaan yang kuat sekalipun cenderungmenghilang. Sehingga ia lalu kembali mengamati gerakan naik dan turunnya perut.Tapi ia tentu saja harus segera mengubah posisi tubuhnya jika bentuk-bentuk perasaanyang tidak menyenangkan tetap ada meskipun telah diamati sekian lama, dan juga bilaperasaan-perasaan tersebut menjadi tak tertahankan lagi. Namun ia juga harus tetapmengamati demikian, ingin mengubah posisi, ingin mengubah posisi. Jika tanganterangkat, maka harus diamati, terangkat, terangkat. Jika tangan bergerak, amatidemikian, bergerak, bergerak. Mengubah posisi tubuh ini harus dilakukan denganhalus dan diamati demikian, terangkat, terangkat, bergerak, bergerak danmenyentuh, menyentuh.Jika tubuh bergerak, bergerak, bergerak. Jika kaki terangkat, terangkat, terangkatJika kaki bergerak, bergerak, bergerak. Jika kaki turun, turun, turun.Namun jika tidak mengubah posisi tubuh, hanya istirahat statis saja, maka kembalilahpada mengamati gerakan naik dan turunnya perut. Tak boleh ada waktu jeda saat it

u.Yang ada hanyalah kesinambungan antara usaha mengamati dan pengamatansesungguhnya, antara usaha samâdhi (tahap konsentrasi) dan samâdhi yangsesungguhnya. Dengan demikian tercapailah tahap-tahap kematangan yang terusmenerus dan meningkat dalam kecerdasan seorang yogi. Magga dan Phala Ñâna(pengetahuan akan Jalan dan Buahnya) didapatkan hanya jika terjadi momentumpertemuan seperti ini. Proses meditasi adalah seperti menciptakan api dengan caramenggesekkan dua batang kayu dengan sekuat tenaga dan tanpa henti hingga timbulintensitas panas yang dibutuhkan (agar api menyala).Dengan cara yang sama, pengamatan dalam meditasi vipassanâ harusberkesinambungan dan tanpa henti, tanpa adanya jeda di antara kegiatan mengamatitersebut apapun fenomena yang timbul. Sebagai contoh, jika rasa gatal timbul dan

meditator ingin menggaruknya karena rasa gatal tersebut sudah tidak tertahankanlagi,maka rasa gatal dan keinginan untuk menggaruk itu harus diamati, dan jangan langsungmenggaruk agar gatalnya hilang.Jika ia dengan tekun mengamati, maka rasa gatal akan berangsur-angsur hilang dankemudian ia bisa kembali mengamati gerakan naik dan turunnya perut. Jika rasa gataltersebut tidak juga hilang, maka ia memang harus menggaruknya agar rasa gatal ituhilang. Namun pertama-tama, keinginan untuk menggaruk tersebut juga harus diamati.Semua gerakan yang dilakukan untuk menghilangkan rasa gatal ini harus diamati,

khususnya gerakan menyentuh, menarik dan mendorong (gerakan-gerakan menggaruk)hingga akhirnya kembali pada mengamati gerakan naik dan turunnya perut.Setiap kali Anda mengubah posisi tubuh, Anda harus mulai dan mengamati keinginanuntuk mengubah posisi tubuh itu dan dilanjutkan dengan mengamati setiap gerakandengan cermat, seperti misalnya bangun dari posisi duduk, mengangkat tangan,menggerakkan dan merentangkannya. Perubahan posisi harus dilakukan bersamaandengan pengamatan yang Anda lakukan.Saat tubuh Anda condong ke depan, amatilah itu. Saat Anda bangun, tubuh menjadiringan dan terangkat. Konsentrasikan pikiran Anda pada gerakan ini, Anda harusmengamatinya pelan-pelan, bangun, bangun.

Page 56: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 56/61

Seorang meditator harus bertindak seperti orang cacat yang lemah. Orang normal dansehat akan berdiri dengan mudah, cepat dan tiba-tiba. Namun tidak demikian denganorang cacat, ia akan bergerak pelan dan hati-hati. Demikian pula dengan orang yangmenderita sakit punggung (encok), ia akan berdiri pelanpelan supaya punggungnyatidak semakin sakit.Begitu juga para yogi yang bermeditasi. Mereka harus bergerak mengubah posisi tubuhsecara bertahap, pelan dan hati-hati. Dengan demikian kewaspadaan, konsentrasi danpandangan akan mantap. Karena itu mulailah dengan gerakan yang bertahap danperlahan.Jika akan bangun, lakukanlah sepelan mungkin seperti layaknya orang cacat, padasaatyang sama amatilah, bangun. Tidak hanya ini. Meskipun mungkin mata melihat, tapibersikaplah seperti tidak melihat. Sama halnya jika mendengar. Saat bermeditasi,perhatian seorang yogi hanyalah mengamati. Melihat atau mendengar tidak menjadiperhatiannya. Jadi seaneh atau seheboh apapun yang barangkali dilihat ataudidengarnya, ia harus bersikap seakan tidak melihat atau mendengarnya, yang ialakukan hanyalah terus mengamati hal-hal tersebut dengan cermat.Saat membuat gerakan tubuh, seorang yogi harus melakukannya perlahan-lahan seperti

orang cacat yang lemah, pelan-pelan menggerakkan lengan dan kaki, menekuk ataumeluruskannya, menundukkan atau menegakkan kepala. Semua gerakan ini harusdilakukan pelan-pelan. Saat bangun dan posisi duduk, ia harus melakukannya secaraperlahan, mengamati demikian, bangun, bangun. Saat meluruskan badan dan berdiri,amati demikian, berdiri, berdiri. Saat melihat kesana kemari, amati demikian,melihat, memandang. Saat berjalan, amati langkah kaki, apakah kaki kiri atau kakikanan yang maju. Anda harus selalu menyadari semua gerakan yang ada, mulai darigerakan terangkatnya hingga turunnya kaki. Amati setiap langkah kaki, apakah dengankaki kiri atau kaki kanan. Inilah cara mengamati jika seseorang berjalan dengancepat.Cukuplah jika Anda melakukan pengamatan saat berjalan cepat atau berjalan dalam

jarak tertentu. Saat berjalan perlahan atau berjalan cankama (berjalan naik danturun), 3gerakan harus diamati dalam setiap langkah yaitu: saat kaki terangkat, saat kakiterdorong ke depan dan saat kaki jatuh. Mulai saja dengan gerakan terangkat dangerakan jatuh. Anda harus mengamati dengan cermat terangkatnya kaki. Demikian pulasaat kaki jatuh ke tanah, Anda juga harus mengamati beratnya gerakan kaki turun.Orang harus berjalan, mengamati setiap langkah demikian, angkat, turun. Pengamatanseperti ini akan semakin mudah setelah dilakukan selama dua hari. Kemudian lakukanpengamatan 3 gerakan seperti disebutkan di atas, angkat, maju, turun. Pada awalnya,cukup mengamati satu atau dua gerakan saja yaitu, kiri, kanan saat berjalan cepat

danangkat, turun pada saat berjalan pelan. Jika pada saat berjalan Anda lalu ingin dudukmaka amatilah demikian, ingin duduk, ingin duduk. Dan pada saat duduk, amatidengan konsentrasi penuh beratnya gerakan turun tubuh Anda.Saat Anda sudah duduk, amati gerakan-gerakan yang Anda lakukan saat mengaturposisi kaki dan tangan Anda. Jika tidak ada gerakan apa-apa, namun hanya posisitubuhyang statis, maka amati gerakan perut yang naik dan turun. Saat mengamati, jikatimbul

Page 57: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 57/61

rasa kaku pada pinggul dan rasa panas di sekujur tubuh, lanjutkan dengan mengamatibentuk-bentuk perasaan tersebut.Lalu kembali lagi pada, naik, turun. Saat mengamati, jika timbul keinginan untukberbaring, amati keinginan itu dan juga gerakan-gerakan tangan dan kaki saat Andaberbaring. Terangkatnya lengan, bergeraknya lengan, menempelnya sikut pada lantai,goyangan badan, kaki yang diluruskan, condongnya tubuh saat Anda telah siap untukberbaring, semua gerakan ini harus diamati.Melakukan pengamatan saat Anda berbaring dengan cara demikian adalah penting.Dalam kasus gerakan seperti ini (yaitu berbaring) Anda dapat memperoleh pengetahuan(yaitu magga ñâna dan phala ñâna pengetahuan akan Sang Jalan dan Buah). Saatsamâdhi (konsentrasi) dan ñâna (pandangan terang) cukup mantap, maka pengetahuanitu dapat timbul kapan saja.Pengetahuan itu bisa datang dalam sekali tekukan tangan atau dalam sekali rentangantangan. Karena ini jugalah maka YM Ananda menjadi seorang Arahat. YM Anandatelah bertekad untuk mencapai tingkat Arahat dalam semalam saat Sang Buddhamembabarkan ajaranNya untuk pertama kali. Ia berlatih semalaman satu bentukmeditasi vipassanâ yang dikenal sebagai kayagatasati, yaitu mengamati langkah kaki,

kiri dan kanan, angkat, maju ke depan dan menjejak. Ia mengamati setiap kejadian,keinginan mental untuk berjalan serta gerakan fisik yang terjadi saat berjalan.Meskipunini dilakukan hingga hampir subuh, ia belum juga berhasil mencapai tingkat Arahat.Dengan menyadari bahwa ia telah berlatih meditasi secara berlebihan, dan dengantujuan menyeimbangkan samâdhi (konsentrasi) dan viriya (usaha), ia harus bermeditasidalam posisi berbaring sejenak, maka ia masuk ke dalam kutinya. Ia duduk di atasbantal dan membaringkan tubuhnya. Saat melakukan ini dan mengamati, berbaring,berbaring maka ia langsung mencapai tingkat Arahat.YM Ananda hanyalah seorang sotâpanna (yaitu seorang pemenang arus, mencapai

tingkat kesucian pertama) sebelum ia membaringkan tubuhnya. Dari tingkat sotâpanna,ia melanjutkan meditasi dan mencapai tingkat sakadâgâmi (yaitu orang yang kembalisekali lagi atau orang yang telah mencapai tingkat kesucian ke dua), tingkat anâgâmi(yaitu yang tidak kembali lagi atau tingkat kesucian ke tiga) dan tingkat Arahat(yaitukondisi seseorang yang telah mencapai kesucian tertinggi). Tiga tingkat kesucianyanglebih tinggi ini dicapai hanya dalam waktu sekejap. Jadi renungkanlah pengalamanYMAnanda yang mencapai tingkat Arahat ini. Pencapaian seperti itu datang setiap saat danhanya butuh waktu sekejap.

Itulah mengapa seorang yogi harus tekun mengamati setiap saat. Ia tidak bolehbersantai-santai dalam mengamati dan berpikir bahwa, sedikit waktu terlewat tidaklahseberapa. Segala gerakan yang terjadi saat berbaring dan mengatur posisi lengan dankaki harus diamati secara cermat dan terus menerus. Jika tak ada gerakan, namunhanyatubuh yang statis, maka kembali pada mengamati gerakan naik dan turunnya perut.Bahkan jika hari sudah sangat larut dan waktunya tidur, maka seorang yogi tidakboleh

Page 58: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 58/61

tidur dulu dan mengendurkan pengamatannya. Seorang yogi yang serius danbersemangat harus melatih kewaspadaan seperti mendahului rasa kantuknya itu. Iaharus terus bermeditasi hingga akhirnya memang tertidur. Jika meditasinya matangdanmengalahkan rasa kantuknya maka ia tidak akan tertidur. Sebaliknya, jika rasa kantukyang menang maka ia akan langsung tertidur. Saat ia merasa ngantuk, maka ia harusmengamati, ngantuk, ngantuk. Jika matanya terpejam, terpejam, terpejam. Jikamatanya terasa makin berat, berat, berat. Jika mata terasa sakit, sakit, sakit.Mengamati dengan cara demikian maka rasa kantuk akan hilang dan mata menjadisegar lagi. Sang yogi lalu harus mengamati, segar, segar dan terus mengamatigerakan naik dan turunnya perut. Betapa pun giatnya seorang yogi melakukan meditasi,maka jika kantuk yang sebenarnya timbul maka ia akan langsung tertidur. Tidaklahsulituntuk tertidur, bahkan sangat gampang. Jika Anda bermeditasi dalam posisi berbaringmaka rasa kantuk cepat datang dan akhirnya Anda jatuh tertidur. Itulah mengapamereka yang baru mulai belajar bermeditasi tidak dianjurkan untuk sering-seringberlatih dalam posisi berbaring. Ia seharusnya lebih sering bermeditasi dalam posisiduduk atau berjalan. Tapi jika hari semakin larut malam dan sudah waktunya tidur,

maka ia bisa bermeditasi saat berbaring, mengamati gerakan perut naik dan turun.Kemudian ia secara alami (otomatis) akan tertidur.Saat tidur merupakan saat beristirahat bagi seorang yogi. Tapi bagi seorang yogiyangbenar-benar serius, ia harus membatasi waktu tidurnya hingga 4 jam. Inilah waktutengah malam yang disarankan Sang Buddha. 4 jam tidur adalah cukup. Jika seorangpemula dalam meditasi berpikir bahwa 4 jam tidur tidaklah cukup untuk menjagakesehatan, maka ia bisa memperpanjang waktu tersebut hingga 5 atau 6 jam. Enam jamtidur sangatlah cukup untuk menjaga kesehatan.Saat seorang yogi bangun, ia harus langsung mulai mengamati. Seorang yogi yangbertekad mencapai magga dan phalañâna harus beristirahat hanya pada saat tidur saja.Di saat yang lain, yaitu pada saat bangun, ia harus terus mengamati tanpa henti.

Itulahmengapa pada saat terbangun dan tidur maka ia harus langsung mengamati keadaanpikiran saat bangun seperti, bangun, bangun. Jika ia belum mampu membuat dirinyasadar akan hal ini, ia harus mulai dengan mengamati gerakan naik turunnya perut.Jika ia berniat bangun dari ranjang, ia harus mengamati demikian, ingin bangun, inginbangun. Lalu ia harus segera mengamati gerakan-gerakan saat mengatur posisi lengandan kaki. Saat menegakkan kepala ia mengamati demikian, tegak, tegak. Saat iaduduk ia akan mengamati, duduk duduk. Jika ia mengubah gerakan-gerakan saatmengatur posisi tangan dan kaki, semua gerakan ini juga harus diamati. Jika takadaperubahan apapun, namun hanya duduk diam, maka ia harus kembali pada mengamati

gerakan naik dan turunnya perut.Orang juga harus mengamati saat ia mencuci wajah atau mandi. Karena biasanyagerakan-gerakan yang terjadi berlangsung cepat, sehingga harus diamati sebanyakyangmemungkinkan. Kemudian ada pula gerakan berpakaian, merapikan ranjang, membukadan menutup pintu. Semua gerakan tersebut harus diamati secermat mungkin.Saat seorang yogi makan dan memandang meja makan, ia harus mengamati demikian,melihat, memandang, melihat, memandang. Saat menyodorkan tangan ke arahmakanan, menyentuhnya, mengambil dan mengaturnya di piring, menundukkan kepaladan memasukkan sesendok ke dalam mulut, menurunkan tangan kembali dan

Page 59: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 59/61

menegakkan kepala, semua gerakan ini harus diamati seperti adanya (pengamatanseperti ini sama seperti cara pengamatan orang Burma saat makan. Mereka yangmenggunakan garpu dan sendok atau sumpit harus mengamati gerakan-gerakannyadengan sikap yang sepatutnya).Saat ia mengunyah makanan, ia harus mengamati demikian, mengunyah, mengunyah.Saat ia sampai pada tahap merasakan makanan, ia harus mengamati, mengetahui,mengetahui. Saat ia menikmati dan menelan makanan tersebut, dan saat makanantersebut turun melalui kerongkongannya, ia harus mengamati gerakan ini. Inilah yangharus dilakukan seorang yogi saat ia makan sesendok demi sesendok. Begitu pula jika iasedang makan sup. Semua gerakan yang terjadi seperti menyodorkan tangan, memegangsendok dan menyendok sup tersebut, semua gerakan ini harus diamati. Mengamatigerakan-gerakan yang terjadi pada saat makan memang cukup sulit karena terdapatbegitu banyak hal untuk dilihat dan diamati. Pada awalnya seorang yogi akan melewatibeberapa hal yang seharusnya diamati, tapi ia harus bertekad untuk dapat mengamatisemuanya. Tentu saja ia tak dapat mencegah lewatnya beberapa hal yang seharusnyadiamati, tapi saat samâdhi (konsentrasi)nya telah mantap, ia akan mampu mengamatidengan cermat semua gerakan yang terjadi.Sampai di sini saya telah menyebutkan begitu banyak hal yang harus diamati olehseorang yogi. Tapi secara singkat, sebenarnya hanya ada beberapa hal mendasar ya

ngperlu diamati. Saat berjalan cepat, amati demikian, kanan, kiri. Saat berjalan pelan,angkat, turun. Saat duduk diam, amati hanya gerakan naik dan turunnya perut. Amatihal yang sama saat Anda yang perlu diamati. Saat mengamati demikian dan pikiranmelantur, amatilah bentuk-bentuk kesadaran. Lalu kembali pada gerakan naik danturunnya perut.Amati pula rasa kaku, pegal dan sakit serta rasa gatal manakala timbul. Lalu kembalipada mengamati gerakan naik dan turunnya perut. Amati juga, saat timbul, gerakancondong dan meluruskan pinggul, gerakan mencondongkan dan menegakkan kepala,gerakan memutar dan meluruskan tubuh. Lalu kembali pada mengamati gerakan naikdan turunnya perut.

Jika seorang yogi terus mengamati secara demikian, ia akan mampu mengamati lebihbanyak gerakan yang terjadi. Pada awalnya, saat pikirannya mengembara kesanakemari, ia akan kehilangan banyak hal untuk diamati. Tapi ia pantang putus asa karenasetiap pemula dalam meditasi akan menghadapi kesulitan yang sama.Tapi saat ia semakin terlatih, ia akan semakin menyadari saat pikirannya mulai melanturhingga akhirnya pikiran itu berhenti melantur. Pikirannya kemudian akan terpusatpadaobyek perhatian, kewaspadaan menjadi hampir simultan (tanpa henti) pada obyekperhatiannya, misalnya gerakan naik dan turunnya perut (atau dengan kata lain, gerakannaiknya perut akan selaras dengan mengamati, demikian pula dengan gerakan turunn

yaperut).Obyek fisik perhatian dan kegiatan mental mengamati akan berlangsung secaraberpasangan. Dan dalam keadaan ini, tak ada satu individu atau orang yang terlibat.Yang ada hanyalah obyek pengamatan dan kegiatan mengamati yang berpasangan. Sangyogi pada saatnya akan mengalami sendiri keadaan ini yang sesungguhnya. Saatmengamati gerakan naik dan turunnya perut ia akan dapat membedakan bahwa gerakannaiknya perut sebagai fenomena fisik dan kegiatan mental mengamatinya sebagaifenomena psikis. Begitu pula dengan gerakan turunnya perut. Dengan demikian sang

Page 60: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 60/61

yogi akan menyadari dengan sejelas-jelasnya keadaan tanpa henti dari pasanganfenomena fisik dan psikis tersebut.Karenanya, dalam setiap tindakan mengamati, sang yogi akan memahami sendiridengan jelas bahwa yang ada hanyalah bentuk materi yang menjadi obyek perhatianserta keadaan mental yang mengamatinya. Pemahaman membedakan ini disebut sebagainâmarûpa-pariccheda-ñâna, sebagai tahap awal vipassanâ-ñâna. Sangatlah pentinguntuk mendapatkan pemahaman ini secara benar. Hal ini akan dicapai, jika sang yogiterus berlatih, dengan pengetahuan membedakan antara sebab dan akibat. Danpengetahuan ini disebut sebagai paccaya-pariggaha-ñâna.Saat sang yogi terus mengamati, ia akan memahami bahwa segala sesuatu yang timbulakan cepat berlalu. Orang awam selalu berasumsi bahwa baik fenomena mental danmaterial akan berlangsung selamanya, yaitu dari kanak-kanak hingga dewasa. Padakenyataannya tidaklah demikian. Tak ada satu fenomena pun yang abadi. Semua bentukfenomena timbul dan berlalu begitu cepat, bahkan tidak lebih lama dari satu kedipanmata. Sang yogi akan memahaminya sendiri jika ia terus mengamati. Ia lalu menjadisangat yakin bahwa segala fenomena bersifat hanya sementara. Keyakinan seperti inidisebut sebagai aniccânupassana-ñâna.Pengetahuan tersebut lalu akan diikuti oleh dukkhânupassanâ-ñâna, yaitu menyadari

bahwa segala sesuatu yang bersifat sementara adalah derita. Sang yogi juga akanmenemui berbagai macam kesulitan dalam tubuh, yang merupakan satu bentuk daripenderitaan. Ini adalah juga dukkhanupassana-ñâna. Selanjutnya, sang yogi akanmenjadi yakin bahwa segala fenomena psiko-fisik terjadi dengan sendirinya, tanpamenuruti keinginan atau dibawah kendali siapa pun. Mereka bersifat tanpa jiwa atautanpa ego. Kesadaran akan hal ini disebut sebagai anattânupassanâñâna.Saat ia terus melakukan meditasi, sang yogi akan menyadari dengan jelas bahwa segalafenomena besifat aniccâ, dukkhâ dan anattâ, hingga akhirnya ia mencapai Nibbâna. ParaBuddha, Arahat dan Arya memahami Nibbâna dengan mengikuti hanya jalan ini.Para yogi meditasi harus mengenali bahwa mereka berada pada jalan satipatthana ini,

untuk memenuhi keinginan mereka mencapai magga-ñâna (pengetahuan akan SangJalan), phalañâna (pengetahuan buah dan Sang Jalan) dan Nibbâna-dhamma, serta yangmenyertai masaknya buah itu adalah pârâmi mereka (kebajikan sempurna). Merekaharus merasa bahagia akan hal ini serta pada kemungkinan mengalami keadaan samâdhiluhur ini (kedamaian pikiran yang timbul dari konsentrasi) dan ñâna (kebijaksanaan)yang dialami oleh para Buddha, Arahat dan Arya, yang tidak pernah mereka alamisebelumnya.Tidak lama setelah itu mereka akan mengalami sendiri magga-ñâna, phalañâna danNibbâna-Dhamma yang juga dialami oleh para Buddha, Arahat dan Arya. Dansesungguhnya, hal-hal tersebut akan dialami dalam rentang waktu satu bulan, 20 atau 15hari latihan meditasi. Bahkan bagi mereka yang memiliki pârâmi istimewa akanmengalami Dhamma-Dhamma ini hanya dalam 7 hari.

Sang yogi memang seharusnya merasa puas dalam keyakinan bahwa ia akan mencapaiDhamma-Dhamma ini dalam waktu seperti tersebut di atas, bahwa ia akan terbebas darisakâyaditthi (kepercayaan akan adanya aku) dan vicikicchâ (keragu-raguan), sertaterselamatkan dari bahaya kelahiran kembali di alam manapun juga. Ia harusmelanjutkan berlatih meditasi dalam keyakinan ini.Semoga Anda semua mampu berlatih meditasi dengan baik dan dengan segeramencapai Nibbâna yang telah dialami oleh para Buddha, Arahat dan Arya.Sadhu!Sadhu!Sadhu!***

Page 61: Bhavana Samadhi

7/14/2019 Bhavana Samadhi

http://slidepdf.com/reader/full/bhavana-samadhi 61/61

Sumber:LATIHAN MEDITASI VIPASSANA PRAKTIS; terjemahan dari bahasaBurma ke bahasa Inggris oleh: U Nyi Nyi, Mahâsi Yogi, beserta anggotaExecutive Committee, Buddhasâsanânuggaha Association, 1978