Upload
clarissal12
View
233
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psikologi
Citation preview
TUGAS LOGIKA, BERPIKIR KRITIS
KELOMPOK 3
UAJ 160 LOGIKA
SEKSI G
OLEH :
Rima Monita Simorangkir – 2015-012-358
Ganda Negara – 2015-012-361
Felicia Prasetiadi – 2015-021-013
Novenia – 2015-021-014
Maria Goretti Anindita Kris Hapsari – 2015-070-126
Lidwina – 2015-070-130
Bramantio Dhaneswara – 2015-070-278
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Berpikir kritis adalah suatu sikap yang cenderung untuk mempertimbangkan dan memikirkan
suatu masalah yang timbul dari pengalaman
Edward Glaser, mengembangkan gagasan Dewey
Glaser juga menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu pengetahuan dari metode
inkuiri/penemuan. Pendapat Glasser yang terakhir mengenai berpikir kritis adalah keterampilan
yang dapat diimplementasikan melalui metode inkuiri. Indikator berpikir kritis menurut Edward
Glasser adalah pengenalan terhadap masalah, menginterpretasikan data, menyaring data dan
informasi, menuliskan kesimpulan, serta mengenali asumsi dan nilai-nilai.
Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai:
1. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang
2. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis
3. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis menurut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang diakibatnya
Richard Paul dan “berpikir tentang pikiran anda sendiri”
Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenal hal, substansi atau masalah apa saja di mana si
pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-
struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
Menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah suatu gaya berpikir mengenai suatu masalah dimana
si pemikir dapat meningkatkan kemampuannya dalam berpikir. Richard Paul juga menyatakan
bahwa seseorang tidak hanya sekedar berpikir, tetapi dia juga mampu berpikir mengenai apa
yang dipikirkannya atau thinking about thinking.
Definisi pertama berpikir kritis adalah merefleksikan setiap pemikiran dalam memutuskan
mengenai apa yang dipercayai atau apa yang dilakukan. Jadi berpikir kritis merupakan suatu
aktifitas berefleksi. Berpikir kritis juga mengarah pada pemikiran terhadap sesuatu hal supaya
kita mempunyai pemahaman yang lebih dalam. Definisi yang ke dua dari berpikir kritis akan
meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan, menginterpretasikan, mengevaluasi, dan
memilih informasi dengan tujuan untuk membuat pilihan-pilihan yang jelas. Definisi ketiga dari
berpikir kritis adalah membedakan antara hasil dengan suatu proses. Berpikir kritis lebih dari
pengambilan keputusan dan meyakini bahwa suatu proses dari keputusan lebih dari keputusan
sendiri. Richard paul mengelompokkan berpikir kritis ke dalam 22 indikator berpikir kritis,
beberapa diantaranya adalah kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,
kemampuan memberi kesimpulan, kemampuan menganalisis, dll.
Pengertian Logika
Logika adalah cara berpikir tepat pada sasaran. Sedangkan berpikir logis adalah berpikir secara
tepat baik dalam kerangka maupun materi, baik secara formal maupun secara material. Logika
dimiliki oleh setiap manusia. Dengan adanya logika manusia mampu berpikir. Dan sudah
semestinya manusia mampu berpikir sebagaimana mestinya. Berpikir merupakan bawaan yang
ada pada manusia sejak dulu hingga sekarang. Dengan adanya kemampuan untuk berpikir,
manusia dapat membedakan mana yang salah maupun yang tidak.
Manusia dapat membedakan antara hal-hal yang dikiranya salah dan hal-hal yang dikiranya
salah. Kemampuan berpikir secara tepat pada manusia sangatlah luar biasa. Namun, tergantung
dari manusia itu sendiri. Ada manusia yang menggunakan pikirannya dalam menjalani hidupnya.
Serta, ada manusia yang tidak menggunakan pikirannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Manusia yang tidak mengunakan pikirannya inilah yang nantinya akan disamakan statusnya
dengan makhluk-makhluk lain seperti binatang yang tidak mempunyai “akal”. Binatang
hanyalah mengandalkan instingnya dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya setiap harinya.
Sehingga binatang dalam kehidupannya akan selalu statis dan cenderung tidak dapat memajukan
dirinya.
Inilah fakta pada manusia. Dia berpikir. Berpikir merupakan sebuah proses untuk mencari tahu
tentang apapun yang sebelumnya belum diidentifikasikan sebagai sesuatu yang telah ada maupun
yang tidak ada.
Hubungan berpikir tepat dan logis dengan filsafat ilmu
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berpikir. Sejak dulu hingga sekarang, manusia
tetaplah menjadi orang yang selalu berpkir. Yang membedakan antara dahulu dengan yang
sekarang adalah cara berpikir mereka yang dahulu lebih percaya terhadap takhayul, dongeng, dan
rasa ingin tahu terhadap mitologi-mitologi yang berkembang di lingkungan sekitar mereka.
Sedangkan yang sekarang, mereka berpikir secara modern. Mereka tidak percaya pada apapun
seperti takhayul atau sejenisnya karena mereka menginginkan adanya kaidah teori yang valid,
konkrit, logis, bersifat empiris, dan dapat dipercaya keberadaanya. Selain itu yang membedakan
antara cara berpikir dahulu dengan yang sekarang adalah orang terdahulu lebih cenderung
berpikiran skeptis (berpikir sesuai dari apa yang telahdipikirkan oleh orang lain. sedangkan bagi
orang-orang yang sekarang mereka cenderung ingin bersifat kritis (tidak ingin menerima apa
adanya).
Mereka yang telah melakukan pemikiran secara modern dimulai dari 3 orang. Yaitu, Socrates
(469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka berhasil menciptakan
pengetahuan-pengetahuan dasar yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia akan
ketergantungan dari pemikiran-pemikiran kaum sophia atau kaum pandai. Hasil dari
pengetahuan dasar atau biasa disebut dengan ideologi ini adalah dialektika oleh Socrates,
rasionalisme oleh Plato, dan Empirisme oleh Aristoteles.
Pada perkembanganya, ideologi inilah yang menciptakan hasil-hasil pemikiran lainnya. Seperti
pada ilmu pengetahuan alam yakni, fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi. Ilmu
pengetahuan eksata dan matematika. Dan ilmu tentang pengetahuan beragama dan methafisika.
Kebenaran dalam kegiatan imiah dan filsafat ilmu bersumber dari kebenaran e[istemologi. Teori
pengetahuan disebut sebagai teori kebenaran klasik yang sifatnya universal dan berlaku umum
untuk berbagai bidang keilmuan yang bertujuan mencari objektivitas dan kebenaran ilmiah.
Teori kebenaran yang ada pada filsafat ilmu digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan
kebenaran untuk berpikir tepat dan logis. Semua orang memiliki pemahaman yang sama akan
sesuatu hal yang dari dahulu hingga sekarang tetap sama. Sebagai contoh, meja dari dahulu
hingga sekarang tetaplah bernama meja tidak digantikan dengan yang lain.
Di sisi lain, teori kebenaran juga merupakan batas pengetahuan dalam landasan teori kebenaran.
Pembatasan pengetahuan itu dibatasi oleh panca indera kita. Kita dapat melihat, mendengar,
mengecap, meraba, dan mencium dari panca indera itu secara tepat. Apabila salah satu dari
panca indera tersebut tidak berfungsi dengan baik maka tidak dapat berpikir secara tepat. Selain
pengetahuan dari indera, juga ada pengetahuan non indera yang menjadi sumber pengetahuan
manusia. Tu berasal dai akal budi manusia atau rasio manusia. Melalui akal, manusia dapat
berpikir secara tepat dan logis, dapat memiliki gagasan atau ide dan hasil dai berpikir itu adalah
pengetahuan yang rasional.
Filsafat ilmu merupakan pemersatu ilmu. Dengan adanya filsafat ilmu yang merupakan dasar
dari pemikiran yang dikembangkan sekarang ini membuat semua manusia dapat berpikir secara
tepat dan logis, dapat membedakan mana yang benar dan yang salah, mana yang ada dan tiada,
dan dapat memiliki gagasan dan hasil berpikir yang rasional. Semua itu diawali dengan adanya
rekonstruksi teori dan mempunyai akal yang dapat menyebabkan kesepahaman akan suatu hal
yang mendasar.