Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BERBAGI DIGITAL RESOURCES:
SEBUAH UPAYA BERJEJARING UNTUK MENINGKATKAiN
DAYA SAING PERGURUAN TINGGI*
Nur Cahyati WahyuniUniversitas Gadjah Mada
ncahvati(d).ugm. ac. id
Intisari
Akreditasi merupakan salah satu aspek pengukuran yang menandai perbedaan kin»;rjaanlar perguruan tinggi. Perpustakaan sebagai salah satu unit keija pendukung perguruan tin ^2'.termasuk dalam penilaian kinerja tersebut. Satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yanglain, adalah mitra yang dapat bekerja sama guna meraih pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggisecara lebih baik. Di sisi lain, satu perguruan tinggi merupakan kompetitor bagi perguruan tinggiyang lain dalam beberapa aspek.
Peluang kerjasama antar perguruan tinggi untuk menyiasati kompetisi secara positifadalah berbagi sumber daya koleksi digital {sumber daya elektronik dan repositori institusi).Koleksi digital dikumpulkan dan digunakan secara bersama-sama, serta tercatat sebagai kekayaanbersama dalam borang akreditasi. Organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan, berperansebagai mediator dalam upaya tambal sulnm koleksi dan sumber daya manusia guna mencapaikinerja perpustakaan perguruan tinggi yang setara.
Kajian studi literatur ini diharapkan mampu menyajikan wacana untuk meningkatkankinerja dengan cara kerjasama antar perguruan tinggi dan upaya edukasi masyarakat menghadapiera open source fakses terbuka).
Kata kunci: Berbagi Sumber Daya Digital '(digital resource sharing). Perpustakaan Perguruan'Tinggi, Akreditasi, Keijasama Antarperpustakaan
1. Pendahuluan
Kebutuhan atas komunikasi ilmiah di antara para peneliti dan akademisi
bermula di akhir abad 19 (Budd, 1998, 62). Masa itu, asosiasi profesional dan
pembelajar mulai dibentuk dan mengkomunikasikan riset ilmiah dalam format
jumal, buku dan konferensi. Hal ini didorong oleh keinginan orang ketika
melakukan riset, mereka ingin juga menceritakannya kepada orang lain dan
belajar daii riset lain (1998, 63).
Memasuki abad 21, perubahan cara berkomunikasi secara ilmiah teijadi
dengan kehadiran internet. Para peneliti dan akademisi merasa perlu
mendiskusikan berbagai temuan terkini dalam bentuk karya ilmiah mereka secara
Disampaikan dalam Konferensi dan Musyawarah Daerah FPPTI Jawa Timur 21-23 September2016, di Sumenep, Madura, Jawa Timur
lebih luas dalam tbrmat elektronik dengan menggunakan media internet (ARL,
2009: 8). Saat itulah, sumber daya elektronik (electronic resources) menjadi
bagian dari kehidupan perguruan tinggi dan perpustakaan (Budd, 1998, 204). Pada
poin ini, perpustakaan menjadi bagian dari komunikasi ilmiah, yaitu sebagai
institusi yang menyediakan sumber informasi bagi civitas academica,
mendokumentasikan karya ilmiah basil penelitiannya, dan mendiseminasikan
informasi tersebut kepada khalayak yang lebih luas (1998, 66).
Keberadaan sumber daya elektronik ini berpengaruh pada tata kelola
perpustakaan perguruan tinggi yang melibatkan 3 (tiga) sumber daya yang lain,
yaitu sumber daya infrastruktur (perangkal kuras, perangkat lunak), sumber daya
manusia, dan sumber daya keuangan. Ketiga sumber daya tersebut dikelola oleh
manajemen perpustakaan untuk mencapai visi misi organisasi sebagai
keunggulan kompetitif untuk menjaga keberlangsungan organisasi jangka panjaiig
(Barney, 1991). Menurut teori Resource-Based View (RBV), organisasi dikatakan
memiliki keunggulan kompetitif jika memiliki sumber daya yang memiliki sifat
bemilai {value)^ kelangkaan {rareness), tidak dapat dipalsukan {inimitability), dan
tidak tergantikan {non-substitutability).
■ Pada konteks perpustakaan, sumber daya digital (e-resources dan
institutional repository), sumber daya manusia, dan keijasama dapat menjadi
andalan perguruan tinggi, bemilai, langka. tidak dapat dipalsukan, dan tidak
tergantikan. Masing-masing perpustakaan memiliki keunggulan dan kekhasannya
masing-masing dan tidak ada yang benar benar mirip, yang menjadi modal bagi
peningkatan kineija perpustakaan. Meski demikian, ada peluang untuk
meningkatkan kineija dengan kerjasama antar perpustakaan.
Sumber daya digital mengarahkan pada kerjasama yang berfokus pada
berbagi informasi, koodinasi dalam pengembilan keputusan manajemen koleksi,
dan berbagi akses database dan bibliografi (1998, 204). Konsorsium perpustakaan
merupakan salah satu cara untuk berbagi dan meningkatkan keunggulan
kompetitif perpustakaan, terutama di era digital ini. Studi berbasis literatur ini
berupaya untuk melihat praktek baik dari kerjasama antar perpustakaan perguruan
tinggi dalam konsorsium untuk menemukan peluang peningkatan keija sama ke
depamiya.
Dalam borang akreditasi, sumber daya tersebut menjadi aitem penilaian
sebagai modal dan basil kerja. Demikian pula dengan keijasama merupakan salah
satu faktor penilaian dalam borang akreditasi, termasuk di antaranya: Akreditasi
Perpustakaan (Perpustakaan Nasional), Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi
(AIPT), Akreditasi Program Studi Sarjana, Akreditasi Program Studi
Pascasarjana.
Tabel 1.1.
Perbandingan Sumber Daya
No Komponen BorangPerpustakaan Nasional
Komponen BorangAkreditasi BAN-PT
AIPT BAN-PT - ProgiuinStudi Diploma
Program StudiPascasariana
1 I. KomponenJumlah Ketja Samainternal dan ekstemal.
Standar 7.
KegiatanKerjasama denganInstansi Lain
Standar 7. KegiatanKeijasama denganInstansi Lain
2 11. KomponenKoleksi Cetak dan
Elektronik sesuai dengankurikulum (buku,majalah, surat kabar,jumal ilmiah perprodi,koleksi khusus penelitianskripsi/tesis/ disertasi dansumber daya elektronik),laman web perpustakaan
Standar 2. Tata
Pamong,Kepemimpinan,Sistem
Pengelolaan, danPenjaminan Mutu
Standar 2. Tata
Pamong,Kepemimpinan,Sistem Pengelolaan,dan PenjaminanMutu
Standar 2. Tata
Pamong,Kepemimpinan,Sistem Pengelolaan,dan PenjaminanMutu
3 V. KomponenSumber Daya Manusiadalam pcndidikun,
pelatihan, danpengembangan profesiberkelanjutan, organisasiprofesi (Kepalapcrpustakaa, tenagaperpustakaanTotal
Standar 4.
Tenagakependidikan
Standar 4.
Tenagakependidikan
Standar 4.
Tenagakependidikan
4 Kriteria 5.
Kurikulum,Pembelajaran danSuasana Akademik
5 VII. Komponen Jumlahanggaran dan alokasiAnggaran
Standar 6.
Pembiayaan,Sarana Dan
Prasarana Serta
Sistem
Informasi
Standar 6.
Pembiayaan, SaranaDan Prasarana Serta
Sistem
Informasi
Standar 6.
Pembiayaan, SaranaDan Prasarana Serta
Sistem
Informasi
Sumber: BAN-PT (2010, 2015) dan Perpustakaan Nasional (2015)
Dengan demikian, perlu strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan yang
berkelanjutan atas sumber daya manusia, sumber daya koleksi, dan sumber daya
keuangan agar perguruan tinggi dapat tumbuh bersama-sama dari sisi layanan
perpustakaannya. Terlebih dengan meningkatnya kebutuhan komunikasi ilmiah,
tingginya harga publikasi di jumal intemasional, dan anggaran perpustakaan yang
ketat untuk melanggan jumal intemasional yang berbayar (Farida, 2015). Strategi
meningkatkan keunggulan kompetitif melalui konsorsium perpustakaan menjadi
fokus pada pembahasan ini.
Berbagi Sumber Daya Digital nielaiui Konsorsium PerpustakaanKonsorsium perpustakaan adalah grup perpustakaan yang bekeija bersama
untuk mencapai tujuan bersama (EIFL, 2014). Grup ini memudahkan anggotanya
dalam menggunakan Koleksi, layanan, dan sumber daya manusia, serta pendanaan.
Manfaat bergabung dalam konsorsium ini adalah mengurangi biaya pengadaan
sumber daya elektronik melalui kemampuan dalam negosiasi aturan dan kondisi
penggunaannya, meluaskan pelayakan dan sumber daya, berbagi keahlian dan
ketrampilan staf untuk mengembangkan kepemimpinan perpustakaan,
meningkatkan efektifitas advokasi pada perubahan kebijakan, dan
mempromosikan efektif biaya dan dan layanan berbasis pengguna.
Nilai penggerak dari keijasama perpustakaan ini menurut Misuraca et al
(2011) dalam Pendit (2011) adalah kineija (efisiensi, efektifitas), keterbukaan
(akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi
(aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta
(1997), bahwa ikatan jaringan kekerabatan lemah dan kerjasama yang setara akan
menguatkan kepercayaan dan mengarahkan pada pencapaian pendidikan yang
lebih tinggi. Kepercayaan (Trust) menjadi modal penting untuk berbagi sumber
daya digital ini.
Asosiasi Perpustakaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan
pendidikan melalui perpustakaan, dapat mulai membangun kepercayaan ini. Jika
langsung mendapatkan kepercayaan dari seluruh anggota dirasakan membutuhkan
waktu sangat lama, maka perlu untuk menciptakan pioner {in house champion).
Pioner program ini dipilih sesuai dengan kriteria di atas, yaitu perpustakaan
perguruan tinggi yang setara kedudukannya, tidak ada yang lebih dominan dari
yang lain.
Langkah yang harus dilakukan adalah membangun kepercayaan internal
anggota asosiasi dan ekstemal organisasi. Semangat dari berjejaring adalah
bekeija bersama untuk mendongrak kinerja perguruan tinggi masing-masing
dengan semangat keterbukaan dan inklusi. Artinya, ada upaya dan jaminan untuk
bersama-sama meiakukan efisiensi dari perspektif ekonomi dalam waktu tertentu
dan sesuai dengan prosedur. Selanjutnya adalah upaya dan jaminan untuk
menggunakan teknologi, penggunaan data secara bersama, partisipasi yang
merata, bantuan jasa untuk pihak yang kekurangan sumber daya, ketersediaan
teknologi, kemudahan bagi pihak yang tidak mampu dan kemudahan bagi
kelompok pinggiran.
Konsorsium perpustakaan dapat mempersiapkan kebijakan akses, akuisisi,
administrasi, kerjasama, diseminasi, manajemen infrastruktur dan jaringan,
sumber daya manusia dan perlindungan hak kekayaan intelektuktua), serta
mengedukasi civitas academica mengenai fenomena akses terbuka repositori
(open access) dan berbagi sumber daya (resource sharing).
Peluang Kerjasama dalam Berbagi Sumber Daya DigitalPrasetiawan (2015) memberikan masukan FPPTI untuk bergabung dalam
EIFL guna mcmperluas kerjasama dan mengayakan koleksi perpustakaan dalam
konsorsium perpustakaan intemasional. Konsorsium perpustakaan intemasional
ini dibangun dengan tujuan utama berbagi sumber daya secara efektif dan efisien
(EIFL, 2014). Kegiatan yang dilakukan secara bersama yaitu pengadaan sumber-
sumber elektronik, pendidikan dan pelatihan pengguna, penggalangan dana,
menciptakan dan menjadikan konten lokal elektronik mudah diakses,
implementasi otomasi perpustakaan.
Yang menarik adalah berbagi konten lokal atau repositori institusi dalam
format open access (akses terbuka). Sebagai contoh, Lesotho Library Consortium
(LELICO), telah menginisiasi hal tersebut. Peluangnya adalah hanya ada satu
perpustakaan universitas di negara tersebut, selebihnya adalah perpustakaan
umum dan kliusus. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kebijakan dan
hukum nasional yang memungkinkan akses publik atas informasi dan kurangnya
kapasitas dan miskinnya infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi, serta
pendanaan untuk digitalisasi sumber daya koleksi yang tercetak (UNESCO,
2014).
Pada tahun 2011, portal Garuda yang dipelopori oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, mengajak dan menggerakkan civitas
academica untuk mengunggah karya ilmiah di portal tersebut, agar dapat diakses
secara terbuka (Farida, 2015; Surachman, 2011). Sampai dengan hari ini, hanya
beberapa institusi yang masih bertahan untuk itu, selebihnya menghentikan
kehendak untuk berbagi secara terbuka. Sebagian yang lain, membuka repositori
institusi secara langsung dari portal perpustakaan masing-masing.
Pada tahun 2014, ada 42 institusi di Indonesia dari 1.746 repositori di
seluruh dunia yang repositori institusinya masuk dalam daftar peringkat
Webometric (Farida, 2015). Hanya 35 di antaranya yang sudah terdaftar di
Directory Open Access Repositories (OpenDOAR). Jumlah yang sangat sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi di Indoonesia yang mencapai
ribuan. Menurut penelitian Abrizah (2015), buda^a penggunaan dan
pengembangan dari repositori ini, menjadi tantangan bagi pengembangan
repositori institusi. Masyarakat akademis belum terbiasa dengan budaya open
access terscbut. Menjadi tugas bersama, perpustakaan perguruan tinggi, asosiasi,
dan konsorsium perpustakaan, untuk menyiapkan masyarakat menghadapi
keterbukaan akses repositori institusi.
Selain berbagi sumber daya repositori institusi, praktek berbagi sumber daya
digital dalam bentuk jumal/buku elekironik yang dilanggan dari penyedia
database intemasional telali dilakukan oleh pemerintah melalui DIKTI (bagi
warga perguruan tinggi) dan Perpustakaan Nasional (bagi Waiga Negara
Indonesia yang mendaftarkan diri menjadi anggota). Sedangkan praktek baik dari
asosiasi dilakukan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI)
Jawa Timur melalui konsorsium pengadaan sumber daya elektronik berupa jumal
dan buku elektronik. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing
perpustakaan-perpustakaan yang memiliki sumber daya keuangan yang pas-pasan.
Pengadaan bersama ini meringankan beban anggaran, namun sekaligus
meningkatkan jumlah koleksi yang dimiliki oleh masing-masing peipustakaan.
Pekeijaan rumah selanjutnya menanti bagi FPPTI Jawa Timur, yaitu
melakukan dokumentasi dan preservasi digital. Salah satu tujuan preservasi
koleksi elektronik tersebut adalah agar mudah diakses dan saat audit tetap dapat
diakses dan ditandai sebagai koleksi dari perpustakaan perguruan tinggi anggota
konsorsium. Salah satu cara adalah menyimpannya dalam pangkalan data dengan
layanan berbasis jaringan intranet, artikel/buku elektronik yang sering
dipergunakan oleh civitas academica disimpan sebagai rujukan bahan penulisan
karya tulis guna meningkatkan kualitas karya ilmiah dan komunikasi ilmiah
perguruan tinggi.
Praktek baik ini telah dilakukan di beberapa perpustakaan perguruan tinggi
lain secara mandiri. Namun akan lebih ringan beban kerjanya, jika konsorsium
dapat melakukannya secara bersama-sama dan hasilnya disimpan sebagai koleksi
konsorsium. Dokumentasi ini juga akan membantu perpustakaan anggota dalam
penghitungan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan untuk kepentingan
akreditasi.
Peluang lain untuk uicningkatkan komunikasi ilmiah antar anggo.a asosiasi,
sekaligus untuk meningkatkan jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan
dengan cara yang murah adalah berbagi sumber daya repositori institusi.
Repositori institusi berisi berbagai macam luaran dari institusi tersebut, termasuk
di dalamnya karya akhir mahasiswa, materi pembelajaran, dan buku yang
dihasiikan oleh civitas academica univei-sitas (Lynch, 2003; Jain, 2010;
Armbruster, 2010).
Repositori institusi yang terdiri atas lesis/disenasi/karya akhir, diproduksi
oleh civitas academica secara rutin dan tidak berbiaya. Meskipun demikian,
repositori institusi merupakan nilai strategik bagi sebuah institusi karena memiliki
ciri sebagai sumber daya yang memiliki nilai untuk keberlanjutan organisasi yaitu
bernilai tinggi, unik, tidak mudah dipalsukan, dan hanya dimiliki oleh satu
institusi saja (ARL, 2009; Barney, 1991). Sumber daya ini hanya dimiliki oleh
masing-masing perguruan tinggi, tidak ada duplikasi satu sama lain. Keunikan ini
seringkaii menjadi tantangan dalam proses berbagi repositori institusi, karena bisa
jadi ada informasi rahasia, penelitian berkelanjutan yang masih bisa
dikembangkan, dan karya yang berpotensi pada hak paten, serta sesuai dengan
kebijakan institusi masing-masing.
Untuk menjaga keberlanjutan dan meningkatkan visibilitas repositori
institusi tersebut, perlu koordinasi dan kolaborasi dengan dalam institusi dan luar
institusi. Keberlanjutan layanan ini tidak selalu mengenai dana, tapi lebih pada
komitmen organisasi dan kemampuan untuk membangun kolaborasi (ARL, 2009,
8, 33). Peran konsorsium adalah meyakinkan keberlangsungan komitmen
organisasi anggota untuk tetap bekeija sama dalam berbagi sumber daya repositori
digital. Dengan bergabung dalam konsorsium ini, sumber daya yang terbatas jika
dikumpulkan dan menjadi milik bersama, dan memberikan nilai guna bagi
perguruan tinggi, selain untuk memenuhi kebutuhan borang akreditasi, namun
juga untuk mendukung Tri Dharma perguruan tinggi (Ulum et al., 2015)
Beberapa isu dan tantangan dalam pengembangan repositori institusi yaitu
terkait dengan cakupan repositori, manajemen hak kekayaan intelektual, kebijakan
hak akses, keberlanjutan pendanaan dan pengelolanya (ARL, 2009, 33; Rao, 2007,
689). Konsorsium perlu mempersiapkan beberapa hal, di antaranya yaitu:
a. Pemetaan anggota potensial
Sebagai awalan, perlu dilakukan pemetaan anggota potensial, tidak perlu
langsung merengkuh seluruh anggota dalam kerjasama ini. Lembaga yang
kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup, seringkali memiliki
tingkat respon yang tinggi dan cepat dalam adopsi inovasi (Guo-Rui, 2007).
Penelitian Wahyuni (2016) menunjukkan bahwa menyiapkan pemimpin opini
dalam sebuah program inovasi, akan membantu meyakinkan pimpinan dan
anggota untuk mengadopsi inovasi tersebut secara lebih luas.
b. Pemetaan kebutuhan pendanaan
Koleksi tesis disertasi di berbagai perpustakaan masih memiliki 2 dua format
yaitu cetak dan elektronik. Untuk yang masih dalam format cetak, maka perlu
didigitasikan, tetapi membutuhkan pendanaan yang besar (Pioum, 2008).
Pilihannya adalah mengabaikan koleksi yang masih dalam bentuk cetak dan
langsung fokus pada koleksi dalam bentuk elektronik.
c. Pemetaan koleksi digital di perpustakaan-perpustakaan anggota
Pemetaan ini mempermudah konsorsium untuk mengambil keputusan koleksi
repositori yang akan dibagi bersama sebagai awalan.
d. Penyiapan Memorandum of Understanding (MOU)
MOU ini mencakup hal-hal berikut ini, yakni pilihan repositori institusi yang
akan dibagi, hak dan kewajiban anggota konsorsium sumber daya digital, hak
akses bagi anggota dan non-anggota, penentuan pengelola, kebijakan akses,
manajemen hak kekayaan intelektual, pendananaan, dan aturan perubahan
yang mungkin teijadi seiring perubahan jaman.
e. Mendorong kebijakan penggunaan perangkat lunak program antiplagiarisme
Penyediaan program antiplagiarisme merupakan bagian dari menjaga hak
karya intelektual dari para penulis dan peneliti yang masuk dalam repositori
digital konsorsium. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dari para
akademisi untuk tidak mendukung akses terbuka repositori institusi (Abrizah,
2015). Oleh karena itu, konsorsium perlu untuk mendorong penggunaan
program antiplagiarisme yang mampu membandingkan karya tulis mahasiswa
yang belum disahkan dalam ujian akhir/tertutup, dengan pangkalan data
repositori konsorsium untuk melihat tingkat duplikasi.
f. r cnyiapan naskah pedoman hak kekayaan intelektual
Praktek baik dari beberapa universitas yaitu dengan mencantumkan pedoman
hak kekayaan intelektual dalam naskah pedoman akademiknya (SPS UGM,
2011; MU, 2013).
g. Mengedukasi anggota konsorsium menuju masyarakat ilmiah yang siap
berbagi akses repositori dan sumber daya elekironik. Bagaimanapun juga,
sumber daya digital akan terns berkembang dengan sendirinya sehingga tiba
waktunya akses lebih terbuka dan diterima oleh masyarakat ilmiah (ARL,
2009).
Penutup
Keijasama antara Perguruan Tinggi dalam bentuk berbagi sumber daya
digital (sumber daya elektronik dan repositori institusi) merupakan salah satu
langkah strategik untuk mendorong kineija perguruan tinggi melalui unit keija
perpustakaan. Keijasama dalam bentuk konsorsium perpustakaan yang dimotori
oleh asosiasi perpustakaan dapat nieningkatkan keterbukaan akses, sekaligus
melengkapi borang akreditasi dari sisi sumber daya koleksi, sumber daya
manusia, dan keijasama.
Keijasama pengadaan melalui konsorsium telah dilakukan oleh FPPTl
Jatim. Selanjutnya, kesempatan bekeijasama dalam bentuk dokumentasi dan
preservasi digital sumber daya informasi yang telah dibagi tadi agar tetap
tersimpan dan menjadi kekayaan konsorsium.
Sementara itu, keijasama berbagi repositori institusi digital melalui
konsorsium dapat menjadi langkah awal menuju open access yang sesungguhnya
dalam ruang Hngkup yang lebih luas. Konsorsium perpustakan dalam ha] ini
berperan sebagai motor penggerak untuk mempersiapkan perpustakaan dan civitas
academica sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang mendukung gerakan open
access. Beberapa langkah perlu dilakukan, yang utama adalah membangun
kepercayaan antar anggota perpustakaan konsorsium, meyakinan manajemen
perguruan tinggi dan civitas academica untuk berbagi sumber daya digital.
Kesetaraan posisi antar anggota menjadi pendorong terciptanya program berbagi
sumber daya digital untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi anggota
konsorsium dalam akreditasi dan visibilitas karya ilmiah civitas academicany^,
serta memperlancar komunikasi ilmiah antar anggota konsorsium pada khususnya,
seita masyarakat ilmiah dunia.
Daftar Pustaka
Abrizah, A., Hilmi, M., & Kassim, N. A., 2015, Resource-sharing through aninter-institutional repository. The Electronic Library. 33(4), 730-748.Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1697397908?accountid=l 3771.
ARL, 2009, The research Library's Role in Digital Repositoj'y Services, FinalReport of ARL Digital repository Issue Task Force, Januaiy 2009.
Armburster, C. and Romary, L., 2010, Comparing repository tvpes: Challengesand barriers for subject-based repositories, research repositories, nationalrepository systems and institutional repositories in serving scholarlycommunication, https://arxiv.org/'ftp/arxiv/papers/l003/1003.4187.pdf.
BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Perguruan Tinggi Program Studi. Jakarta:BAN-PT.
BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Program Studi Diploma Baru. Jakarta: BAN-PT.
BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Perguruan Tinggi Program Studi Magister.Jakarta: BAN-PT.
Barney, J., 1991, Firm Resources and Sustained Competitive Advantage, Journalof Management Vol. 17 (1), p. 99-120.
Budd, J. M., 1998, Changing Academic Library. ACRL Publication Series.Engelwood, Colo: Libraries unlimited.
EIFL, 2014, 10 reason to become EIFL Partners Country.http://www.eifl.net/svstem/files/resources/201408/benefits of ioining_eifl_cm.pdf.
Farida, I., Tjakraatmadja, J. H., Firman, A., & Basuki, S., 2015, A conceptualmodel of open access institutional repository in Indonesia academiclibraries, Management. 36{\), 168. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1648548112?accountid=13771Jain, P., 201, New trends and future applications/directions of institutional
repositories in academic institutions. Z.Xruo' Review. 60{2), 125-141.doi:http://dx.doi.org/l 0.1108/00242531111113078.
Monash University, 2013, Statute 11.2 - intellectual property: made by theMonash University Council version incorporating amendments as at 10July 2013.
Perpustakaan Nasional RI., 2015, Instrumen akreditasi perpustakaan. Jakarta:Perpustakaan Nasional RI.
Porta, R. L., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R. W., 1997, Trust inlarge organizations. The Ameriran Economic Review, 57(2), 333-338.Retrieved from
httt)://search.proquest.com/docview/233036449?accountid-13771.Prasetiawan, I. B., 2015, Membangun konsorsium e-reources di perguruan tinggi.
Materi presentasi dalam Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia2015. Bandung. 19-21 Agustus 2015.
Surachman, A, 2011, Jaringan Perpustakaan Digital di Indonesia: Pembelajarandari Indonesia DLN, inherent DL, Portal Garuda, Jogja Library for All(JLA), dan Jogjalib.Net (DLN), dalam Prosiding Konferensi perpustakaanDigital Indonesia ke-4, Banjarmasin, 11-13 September 2011. Jakarta:Perpustakaan Nasional.
Pendit, P.L., 2011, Interoperabilitas dalam Pengembangan Perpustakaan Digital:Sisi Pandang Kebijakan Teknologi, dalam Prosiding Konferensiperpustakaan Digital Indonesia ke-4. B" anjarmasin. 11-13 September 2011,Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Piorun, M. «& Palmer, L. A., 2008. Digitizing Dissertations for an InstitutionalRepository: A Process and Cost Analysis. Journal of Medical LibraryAssociation, 96(3), 223-229. Doi: 10.3163/1536-5050.96.3.008.
Rao, P. V. , 2007, Institutional Repositories: A Key Role for Libraries, theInternational CALIBER 2007, Panjab University Chamdigarh, 08-09February 2007.
Ulum, A., Munawaroh, Iswara, V. W., dan Mamahit, S. K., 2015, Tantangan DanPeluang Konsorsium Jumal Elektronik : Studi Kasus Forum PerpustakaanPerguruan Tinggi Indonesia Provinsi Jawa Timur (FPPTI Jatim), MakalahDalam Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2015, Bandung, 19-21 Agustus 2015.
UNESCO, 2015, Global Access Portal: Leshoto http://www.unesc0.0rg/_new/en/communication-and-infomiation/portals-and-platforms/goap/access-bv-region/africa/lesotho/.
Wahyuni, N.C., 2016, Adopsi Inovasi Sistem Informasi Perpustakaan UniversitasGadjah Mada: Dari Perspektif Teori Difiisi Inovasi, Tesis UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.