30
BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Keperawatan Disusun Oleh: OKTAVIA MUNINGGAR WIJAYANTI J 210 134 003 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI EFEK … · Kemoterapi adalah terapi penggunaan obat untuk membunuh sel kanker. Efek samping kemoterapi bergantung tipe, dosis obat, serta

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI

    EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI

    RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

    Program Studi Strata I pada Program Studi Keperawatan

    Disusun Oleh:

    OKTAVIA MUNINGGAR WIJAYANTI

    J 210 134 003

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2017

  • i

  • ii

  • iii

  • 1

    BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI

    EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI

    RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

    ABSTRAK

    Pengobatan untuk leukemia digolongkan menjadi dua, yaitu kemoterapi dan terapi

    suportif. Kemoterapi adalah terapi penggunaan obat untuk membunuh sel kanker.

    Efek samping kemoterapi bergantung tipe, dosis obat, serta berapa lama obat yang

    didapatkan. Efek samping yang biasa muncul yaitu kerontokan rambut, sariawan,

    resiko tinggi terhadap infeksi, mudah memar, kelelahan, kurangnya nafsu makan,

    mual, muntah, dan diare. Hal ini membuat ketidaknyamanan pada anak, sehingga

    orang tua dari pasien anak leukemia melakukan berbagai tindakan untuk

    mengatasi ketidaknyamanan yang akibat efek samping kemoterapi pada anaknya.

    Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui berbagai tindakan orang tua terhadap

    efek samping kemoterapi pada anak dengan leukemia di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian

    sebanyak 20 responden. Teknik sampling menggunakan teknik purposive

    sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian: Efek

    samping dari kemopterapi pada anak leukemia adalah 1). 75% anak mengalami

    mual, tindakan orang tua yang dilakukan adalah memberikan minyak kayu putih,

    2). 75% muntah, tindakan yang dilakukan adalah memberikan obat anti mual

    muntah, diberikan air hangat, minyak kayu putih, dan diberikan jeruk, 3). 40%

    kerontokan rambut, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memotong rambut,

    4). 35% gangguan mulut, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan

    obat Sariawan dan diberi buah jeruk, 5). 20% memar, tindakan yang dilakukan

    orangtua adalah membatasi kegiatan bermain dan memberikan obat, 6). 10%

    diare, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan obat anti diare. 7).

    55% penurunan nafsu makan, tindakan orang tua adalah memberikan makanan

    sesuai kesukaan anak dan suplemen, 8). 70% kelelahan, tindakan yang dilakukan

    orangtua adalah menyuruh anak istirahat yang cukup, 9). 60% risiko infeksi

    meningkat, tindakan yang dilakukan adalah menjaga kebersihan anak. 10.) 25%

    anemia, tindakan yang dilakukan orang tua adalah memberikan makanan yang

    mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau, hati ayam, sapi, dan

    meningkatkan istirahat anak, 11). 15% kulit kering, tindakan yang dilakukan

    orangtua adalah memberikan body lotion dan penggunaan sabun mandi sesuai

    dengan pH kulit, 12). 15% konstipasi, tindakan yang dilakukan orangtua adalah

    memberikan anak makanan tinggi serat, memberikan obat laxative atau pencahar.

    Kata Kunci: Tindakan orangtua, anak, leukemia, efek samping, kemoterapi

    ABSTRACT

    Treatment for leukemia is classified into two, namely chemotherapy and supportive

    therapy. Chemotherapy is a drug use therapy to kill cancer cells. Side effects of

    chemotherapy depend on type, dose of drug, and how long the drug is obtained.

    Common side effects include hair loss, mouth ulcers, high risk of infection, easy

    bruising, fatigue, lack of appetite, nausea, vomiting, and diarrhea. This makes the

  • 2

    inconvenience to the child, so the parent of the leukemia child patient takes various

    actions to overcome the discomforts that result from the side effects of

    chemotherapy on her child. This study aims to know the various actions of parents

    to the side effects of chemotherapy in children with leukemia in Dr. Moewardi

    hospital Surakarta. The research used descriptive method. The sample of research

    were 20 respondents. Sampling technique using purposive sampling. The research

    instrument used questionnaire. Results: The side effect of chemopterapi in child

    leukemia is 1). 75% of children experience nausea, the parent's action is to give

    eucalyptus oil, 2). 75% vomiting, the action taken is to give anti-nausea and vomit

    medicine, given warm water, eucalyptus oil, and given oranges, 3). 40% hair loss,

    the action that parents do is cut hair, 4). 35% of mouth disorders, the action that

    parents do is to give medicine and canker syrup granted fruit, 5). 20% bruising,

    the action that parents do is to limit play activities and provide medicine, 6). 10%

    of diarrhea, the action that parents do is to give anti-diarrhea drugs. 7). 55%

    decrease appetite, parental action is to provide food according to child's favorite

    and supplement, 8). 70% fatigue, the action the parent does is tell the child to rest

    enough, 9). 60% increased risk of infection, the action taken is to keep the child

    clean. 10.) 25% anemia, the actions of parents are to provide foods containing

    iron such as green leafy vegetables, chicken liver, cows, and improve child rest,

    11). 15% dry skin, the action that parents do is to provide body lotion and the use

    of bath soap in accordance with skin pH, 12). 15% constipation, parental action is

    to provide children with high fiber foods, giving laxative or laxative drugs.

    Keywords: Parent, child, leukemia, side effects, chemotherapy

    1. PENDAHULUAN

    Kanker merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Kanker

    menyebabkan kematian sekitar 7,6 juta orang pada tahun 2008 (WHO,2012).

    Kasus leukemia sebagian besar terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan

    sekitar 25 % kanker ini terjadi pada anak yang berusia dibawah 15 tahun, dengan

    insiden yang paling tinggi terjadi pada usia antara 2-4 tahun. LLA lebih sering

    terjadi pada anak laki-laki dan orang kulit putih dibandingkan orang kulit hitam

    (Axton & Fugate, 2014). Sedangkan di Indonesia, menurut Riskesdas (2007)

    kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 di Indonesia, dengan presentasi

    sebesar 5,7%. Angka kejadian kanker adalah 4,3% per 1000 penduduk, ini berarti

    setiap 1000 orang ada sekitar 4 orang yang terkena kanker. Prevalensi leukemia

    adalah yang tertinggi yaitu 2,8 per 100.000. Gejala leukemia antara lain pucat,

    lemah, anak rewel, napsu makan menurun, demam tanpa sebab yang jelas,

    pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, kejang sampai penurunan

  • 3

    kesadaran, pendarahan kulit dan atau pendarahan spontan, nyeri tulang, seringkali

    ditandai dengan anak tidak mau berdiri dan berjalan, dan lebih nyaman

    digendong, pembesaran buah zakar dengan konsistensi keras.

    Delapan puluh persen dari seluruh kasus leukemia adalah Acute Lymphoid

    Leukemia (ALL), 15% adalah Acute Myelogenous Leukemia (AML) dan sisanya

    adalah Chronic Myelogenous Leukemia (CML). Acute Lymphoid Leukemia

    mempunyai angka insidensi tertinggi diantara penyakit leukemia karena gangguan

    genetik pada pasien yang akan meningkatkan resiko terkena ALL. Acute

    Lymphoid Leukemia menyerang anak rerata pada usia 2 – 6 tahun dan lebih sering

    terjadi pada anak laki-laki. Prognosis akan lebih baik bila terjadinya pada usia 2 –

    9 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009).

    Penanganan anak dengan leukemia menggunakan kemoterapi, dengan atau

    tanpa radiasi cranial atau menggunakan hematopoietic stem cell transplantation.

    Kemoterapi merupakan terapi yang paling sering digunakan untuk penanganan

    anak dengan leukemia karena cara kerjanya yang unik dimana program ini sangat

    efektif untuk kanker sistemik yang tidak dapat ditangani dengan pembedahan

    maupun radiasi. Pengobatan dengan kemoterapi merupakan terapi kuratif utama

    pada leukimia (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).

    Penggunaan kemoterapi multi agen memberikan keuntungan bagi pasien

    dengan leukemia yaitu kemoterapi banyak memberikan keberhasilan dalam

    penanganan pasien dengan leukemia, sehingga dapat menyelamatkan banyak

    pasien anak dengan kanker (Potts, & Mandleco, 2007). Namun, kemoterapi juga

    memiliki kelemahan yaitu tidak hanya mematikan sel malignan tetapi juga

    mematikan sel-sel normal lain yang tumbuh secara cepat, misalnya sel mukosa

    usus, sel darah maupun folikel rambut. Hal ini mengakibatkan adanya efek

    samping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal,

    hepatik, renal, integumen dan reproduksi (Potts, & Mandleco, 2007).

    Efek samping yang timbul sesuai dengan agen kemoterapi yang diberikan.

    Penelitian tentang pengelompokan gejala pada anak dan remaja yang

    mendapatkan terapi cisplatin, doxorubicin atau ifosfamide didapatkan bahwa agen

    kemoterapi tersebut menyebabkan kelemahan, gangguan tidur dan mual muntah

    paska kemoterapi. Kelemahan pada tubuh merupakan efek samping yang paling

  • 4

    sering dirasakan oleh anak dengan kemoterapi yang berdampak pada aktivitas

    keseharian anak (Wu, Chin, Haase, & Chen, 2009).

    Beberapa orang khawatir tentang harus kemoterapi, karena dapat

    menimbulkan efek samping yang membuat merasa sakit (Change, 2016). Anak

    dengan penyakit kanker membutuhkan perawatan jangka panjang dengan

    melibatkan orang tua. Peranan orangtua sangat penting tetapi hal ini tidak mudah

    bagi orang tua, karena orang tua juga mengalami dampak psikososial pada saat

    anak terdiagnosa kanker sampai dengan anak menjalani program pengobatan.

    Dampak tersebut antara lain terjadinya perubahan peran dan tanggung jawab,

    yaitu orang tua berusaha melindungi anaknya, mendukung anak untuk kooperatif

    terhadap pengobatan, merasa tidak mampu mengasuh anaknya yang lain, berusaha

    untuk mencari informasi sehubungan dengan penyakit yang diderita anaknya

    serta berusaha mencari dukungan emosional terkait situasi yang dihadapi. Ibu

    merasa harus lebih kuat dalam menghadapi hidup bagi anak dan keluarga;

    sedangkan ayah merasa pengobatan anak merupakan hal yang utama (Neil &

    Clark, 2010).

    Orang tua memiliki koping yang berbeda dalam memberikan perawatan

    pada anak dengan penyakit kronis (McKenzie, Pinger, & Kotecki, 2011).

    Keluarga juga akan mengalami beban berat psikologis maupun ekonomis serta

    meningkatnya peran dan tanggungjawab orang tua. Setiap orang tua akan

    berupaya untuk mempertahankan kualitas hidup anaknya, dengan

    mempertahankan dan meningkatkan upaya penyembuhan dan adaptasi anak

    (Wong, 2009). Orang tua merupakan orang terdekat anak yang akan mendampingi

    anak dalam menghadapi penyakit dan pengobatan. Orang tua harus menghadapi

    distress pada anak serta reaksi akibat pemberian kemoterapi. Efek samping

    kemoterapi perlu dikomunikasikan dengan baik kepada anak dan orang tua

    melalui pemberian pendidikan kesehatan karena pasien dan keluarga

    membutuhkan informasi dan dukungan emosional selama fase kemoterapi,

    sehingga terjadi peningkatan kemampuan orang tua dalam merawat anak dengan

    kemoterapi (Flury, Caflisch, Ullmann & Spichiger, 2011).

    RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit yang terletak di

    Surakarta, Jawa tengah. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa pasien

    anak dengan leukemia yang terdapat di RSUD Dr. Moewardi pada Januari 2016 –

  • 5

    Februari 2017 terdapat sebanyak 30 anak. Pasien anak dengan leukemia yang

    dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berada pada Bangsal Melati II. Setiap

    anak yang datang untuk kemoterapi tentu saja didampingi orang tua masing-

    masing. Penatalaksanaan kemoterapi memiliki berbagai macam efek samping

    seperti mual, muntah, kerontokan rambut, sariawan, memar, diare, penurunan

    nafsu makan, kelelahan, peningkatan resiko infeksi, anemia, kulit kering,

    mimisan, konstipasi, dan lain-lain. Hal ini membuat ketidaknyamanan pada anak,

    sehingga setiap orang tua dari pasien anak leukemia tersebut melakukan berbagai

    tindakan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang terjadi akibat efek samping

    kemoterapi pada anaknya.

    Orangtua dapat mencari informasi tentang cara merawat ke dokter atau

    perawat agar dapat melakukan perawatan sendiri. Informasi tentang efek samping

    kemoterapi tidak hanya bisa didapatkan dari penjelasan dokter maupun perawat

    secara lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan, yaitu diberikannya booklet tentang

    efek samping kemoterapi. Selain itu, orang tua juga mencari informasi dari

    sumber yang lain seperti: tiga ibu bertanya tentang efek samping kemoterapi

    kepada orang tua pasien yang lain, dua ibu mendapatkan informasi dari buku dan

    internet selain bertanya pada orang tua pasien yang lain.

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Berbagai Tindakan Orang tua dalam Mengatasi Efek Samping

    Kemoterapi Pada Anak Leukemia di RSUD dr. Moewardi surakarta”.

    2. METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan metode

    deskriptif analitik dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta dan waktu penelitian dilaksanakan pada 01 Oktober 2016

    – Juni 2017. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang

    memiliki anak mengalami efek samping kemoterapi pada leukemia di RSUD Dr.

    Moewardi Surakarta dengan sampel sebanyak 20 responden. Teknik sampling

    menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitiani menggunakan

    kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif.

  • 6

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil Penelitian

    a. Karakteristik Responden

    1) Orang tua

    Karakteristik orang tua pasien anak anak dengan leukemia di RSUD Dr.

    Moewardi Surakarta ditampilkan pada tabel berikut.

    Tabel 1. Karakteristik Responden Orang Tua

    No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

    1 Umur orang tua

    a. < 20 tahun

    b. 21 – 30 tahun

    c. 31 – 40 tahun

    d. > 40 tahun

    0

    5

    12

    3

    0

    25,0

    60,0

    15,0

    Jumlah 20 100

    2 Pendidikan terakhir

    a. Lulus SD/Sederajat

    b. Lulus SMP/Sederajat

    c. Lulus SMA/Sederajat

    d. Lulus Perguruan Tinggi

    5

    1

    13

    1

    25,0

    5,0

    65,0

    5,0

    Jumlah 20 100

    3 Pekerjaan

    a. Buruh/ Petani

    b. Tidak Bekerja/IRT

    c. Wiraswasta/pedagang

    d. Pegawai Swasta/Karyawan

    1

    12

    5

    2

    5,0

    60,0

    25,0

    10,0

    Jumlah 20 100

    Distribusi frekuensi karakteristik umur orang tua pasien anak anak dengan

    leukemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar

    berumur 31 - 40 tahun sebanyak 12 responden (60%). Tingkat pendidikan

    responden sebagian besar adalah lulus SMA/sederajat sebanyak 13 responden

    (65%), dan sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga

    sebanyak 12 responden (60%).

    2) Anak

    Karakteristik pasien anak anak dengan leukemia di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta ditampilkan pada tabel berikut.

  • 7

    Tabel 2. Karakteristik Responden Anak

    No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

    1 Umur Anak

    a. 1-3 tahun

    b. 3,1-6 tahun

    c. 6,1-12 tahun

    2

    6

    12

    10,0

    30,0

    60,0

    Jumlah 20 100

    3 Jenis Kelamin

    a. Laki-laki

    b. Perempuan

    16

    4

    80,0

    20,0

    Jumlah 20 100

    4. Fase Kemoterapi

    a. Induksi

    b. Konsolidasi

    c. Maintenance

    9

    2

    9

    45,0

    10,0

    45,0

    Jumlah 20 100

    Distribusi frekuensi karakteristik pasien anak dengan leukemia di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar berumur 6,1-12

    tahun sebanyak 12 responden (60%). Pasien anak dengan leukemia sebangian

    besar dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (80%). Pasien anak

    sebagian besar tahap atau fase kemoterapi yang dilakui adalah tahap induksi

    sebanyak 9 orang (45%) dan tahap maintenance sebabanyak 9 orang (45%).

    b. Tindakan Orang Tua terhadap Efek Samping Kemoterapi pada Anak dengan Leukemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

    1) Efek samping

    Beberapa efek samping kemoterapi yang dapat terjadi dalam jangka

    pendek, dapat dilihat pada hasil penelitian sebagai berikut:

    Tabel 3. Efek Samping Kemoterapi

    No Efek samping Frekuensi Presentase

    1 Mual 15 75%

    2 Muntah 15 75%

    3 Rambut rontok 8 40%

    4 Sariawan 7 35%

    5 Memar 4 20%

    6 Diare 2 10%

    7 Kehilangan selera makan 11 55%

    8 Kelelahan 14 70%

    9 Peningkatan risiko infeksi 12 60%

    10 Anemia 5 25%

    11 Kulit kering 3 15%

    12 Konstipasi 3 15%

  • 8

    Mual dan muntah telah lama diketahui menjadi yang paling ditakutkan

    dalam efek samping kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 75% anak

    mengalami mual dan 75 % anak mengalami muntah. Rambut rontok merupakan

    salah satu efek samping dari kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 40% anak

    mengalami kerontokan rambut. Hasil penelitian menunjukkan 35% anak

    mengalami gangguan mulut atau sariawan. Efek samping lain dari kemoterapi

    adalah jumlah trombosit tidak cukup, maka kemungkinan mudah terjadi

    perdarahan atau memar, bahkan dari cedera ringan. Hasil penelitian menunjukkan

    20% anak mengalami memar.

    Ketika kemoterapi mempengaruhi lapisan sel-sel usus, hal tersebut dapat

    menyebabkan diare. Hasil penelitian menunjukkan 10% anak mengalami diare.

    Perubahan nafsu makan terjadi berhari-hari, kehilangan nafsu makan tidak hanya

    karena mual dan muntah, perubahan rasa atau masalah mulut dan tenggorokan

    tetapi merasa tertekan atau lelah. Hasil penelitian menunjukkan 55% anak

    mengalami penurunan nafsu makan. Kelelahan merupakan salah satu efek

    samping yang paling umum dari pengobatan kanker. Hasil penelitian

    menunjukkan 70% anak mengalami kelelahan. Jumlah sel darah putih yang

    rendah menurunkan kemampuan untuk melawan infeksi. Hasil penelitian

    menunjukkan 60% berisiko infeksi meningkat. Hasil penelitian menunjukkan 25%

    anak mengalami anemia. Pasien yang mengalami kulit kering pada penelitian ini

    sebanyak 15%. Konstipasi yaitu ketidaknormalan atau kesulitan dalam buang air

    besar (BAB). Hasil penelitian menunjukkan 15% anak mengalami konstipasi.

    3.2 Pembahasan

    1. Mual

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping mual, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Mual

    (15 kasus)

    a. Memberikan obat anti mual dan muntah b. Memberikan minyak kayu putih

    1

    14

    6,7%

    93,3%

  • 9

    Tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar orang tua yaitu memberikan

    minyak kayu putih pada anaknya. Tindakan yang dilakukan orang tua sudah

    benar. Pemberian minyak kayu putih merupakan salah cara mengatasi mual

    dengan aroma terapi. Menurut Ali, Al-Wabel, Shams, Ahamad, Khan, & Anwar

    (2015) aromaterapi menggunakan minyak esensial sebagai agen terapeutik,

    substansi konsentrasi tinggi hasil dari ekstrak bunga-bungaan, daun-daunan,

    tangkai atau batang tanaman, buah-buahan, akar-akaran, dan juga hasil

    penyulingan dari damar. Terdapat beberapa metode penggunaan minyak esensial

    yaitu dengan inhalasi, pijatan, atau mengaplikasikan secara sederhana dengan

    memberikan pada permukaan kulit. Tanaman yang dapat memproduksi minyak

    esensial salah satunya adalah Eucalyptus globulus atau biasa disebut tanaman dari

    minyak kayu putih.

    Hasil penelitian Santi (2013) menjelaskan aromaterapi dapat digunakan

    sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah. Aromaterapi merupakan tindakan

    terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat untuk

    meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Setiap

    minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri,

    antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

    Tindakan lainnya yang dilakukan orang tua adalah memberikan obat anti

    mual dan muntah. Obat yang diberikan orang tua yaitu berdasarkan resep dokter

    (Ondansenton dan deksametason). Tindakan ini tepat seperti yang dijelaskan oleh

    Kely & Carman (2013) mencegah mual dan muntah dengan pemberian obat

    antiemetik sebelum pemberian kemoterapi dan pada jadwal rutin sekitar beberapa

    jam untuk pertama untuk 2 hari bukan pada saat dibutuhkan.

    2. Muntah

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping muntah, dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 10

    Tabel 5 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Muntah

    (15 kasus) a. Memberikan obat anti mual dan muntah

    (ondansenton dan deksametason)

    b. Diberi air hangat c. Diberi minyak kayu putih d. Diberi buah jeruk e. Menyediakan makananan sesuai keinginan

    anak dan memberikan obat anti mual dan

    muntah

    f. Menyediakan makananan sesuai keinginan anak dan diberi buah jeruk

    8

    1

    1

    1

    1

    3

    53,3%

    6,7%

    6,7%

    6,7%

    6,7%

    20%

    Efek samping lain yang dialami anak adalah muntah. Orang tua mengatasi

    efek samping muntah adalah dengan memberikan obat anti mual dan muntah.

    Obat yang diberikan orang tua yaitu berdasarkan resep dokter (Ondansenton dan

    deksametason). Tindakan yang dilakukan sudah tepat. Pada penanganan kasus

    mual muntah pada penelitian Rahmah (2009) menjelaskan pemakaian protokol

    antiemetik B yang terdiri dari Ondanseton dan Deksametason ternyata efektif

    untuk mengatasi peristiwa emesis pada anak yang sedang menjalani kemoterapi.

    Tindakan lainnya yang dilakukan orang tua ketika anaknya muntah yaitu

    dengan memberikan air hangat. Pemberian air hangat ke anak merupakan

    tindakan yang tepat. Pemberian air hangat akan menimbulkan efek relaksasi otot.

    Hal ini seperti dijelaskan oleh penelitian Amirsha (2012) air hangat memberikan

    rasa nyaman, menyembuhkan sembelit, memperlancar peredaran darah dan

    mengurangi nyeri. Minum segelas air hangat dapat meningkatkan gerakan usus,

    menyembuhkan sembelit, memecah partikel makanan dan melewatinya melalui

    usus. Bila anda minum air hangat maka timbunan lemak dalam tubuh dibakar dan

    timbunan dalam sistem syaraf juga diurai dan ini akan meningkatkan sirkulasi

    darah dalam tubuh. Penelitian oleh Faridah (2013) pasien yang diberikan air

    hangat terbukti tidak mengalami mual muntal. Hal ini menjelaskan air hangat

    dapat menurunkan risiko mual dan muntah.

    Orang tua juga mengatasi muntah pada anak setelah kemoterapi yaitu

    dengan memberikan minyak kayu putih. Tindakan yang dilakukan orang tua

    sudah benar. Hasil penelitian Santi (2013) menjelaskan aromaterapi dapat

    digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah. Aromaterapi merupakan

    tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat

  • 11

    untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik.

    Pemberian aroma terapi untuk mengatasi mual juga dijelaskan oleh penelitian

    yang dilakukan Widagdo dan Supriyadi (2014) dengan hasil aroma terapi terbukti

    secara efektif menurunkan intensitas mual dan muntah saat kemoterapi.

    Pemberian aroma terapi akan merangsang otak untuk memproduksi serotonin

    menimbulkan rasa nyaman dan tenang sehingga akan menurunkan intensitas mual

    dan muntah.

    Mengatasi mual dan muntah dengan menyediakan makanan sesuai dengan

    keinginan anak dan diberikan buah jeruk adalah tindakan yang kurang tepat.

    Hudayani (2014) menjelaskan tidak semua makanan yang disukai dapat mengatasi

    mual dan muntah. Makanan yang mengatasi mual dan muntah adalah makan

    makanan yang kering, porsi makanan kecil dengan frekuensi 6-8 kali/hari. Bahkan

    perlu menghindari makanan yang berbau merangsang, makanan dan minuman

    terlalu manis.

    3. Rambut rontok

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping rambut rontok, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 6 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Kerontokan

    rambut

    (8 kasus)

    a. Memotong rambut b. Menggunakan topi, syal atau turban c. Menyisir rambut dengan lembut

    6

    1

    1

    75%

    12,5%

    12,5%

    Tindakan orang tua yang dilakukan untuk mengatasi kerontokan rambut

    adalah sebagian besar orang tua memotong rambut anak menjadi lebih pendek.

    Tindakan lainnya adalah menggunakan topi, syal atau turban. Tindakan yang

    dilakukan orang tua sudah tepat. Penelitian Hidayati (2012) menjelaskan

    membiasakan dengan rambut pendek sehingga jika suatu saat rambut rontok, tidak

    akan begitu terlihat. Namun jika pasien tetap tidak percaya diri dengan rambut

    rontok, pilihan menggunakan wig mungkin dapat dilakukan. Khususnya pada

    anak memotong rambut menjadi lebih pendek adalah pilihan yang tepat, atau

    dikombinasikan dengan topi. Pada kasus anak sangat jarang diberikan wig atau

    rambut palsu karena biasanya anak tidak suka atau menjadi risih. Menurut

    National Health Service (2016) beberapa penanganan kanker dapat membuat

  • 12

    kerontokan pada rambut tetapi wig dan topi dapat mengatasi masalah tersebut.

    Beberapa orang lebih nyaman memotong rambutnya menjadi lebih pendek

    sebelum melakukan terapi. Hal ini dilakukan agar rambut yang rontok tidak

    terjadi secara signifikan. Menyisir rambut dengan perlahan juga dianjurkan, agar

    rambut tidak rontok terlalu banyak. Sedangkan penelitian Villasantel, Herskovitz,

    Mauro & Jimenez (2014) menjelaskan kerontokan rambut pada pasien yang

    menjalani kemoterapi harus ditangani dengan tepat, karena hal ini memberikan

    dampak sosial kepada pasien. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan

    pencegahan dengan pemeriksaan lebih lanjut, pendekatan psikologis agar pasien

    bisa menerima. Pada dasarnya belum ada terapi yang signifikan dapat mengurangi

    kerontokan rambut sebagai dampak dari kemoterapi.

    4. Sariawan

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping sariawan, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 7 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Sariawan

    ( 7 kasus)

    a. Memberikan obat sariawan b. Diberi jeruk

    4

    3

    57,1%

    42,9

    Hasil penelitian menunjukkan orang tua mengatasi sariawan dengan

    memberikan obat Sariawan atau memberikan buah jeruk. Tindakan ini kurang

    tepat. Menurut Harsal dan Rachman (2016) sariawan sebagai dampak kemoterapi

    tidak dapat diberikan obat sariawan dengan sembarangan. Sariawan akan hilang

    dengan sendiri berbarengan dengan pemberhentian pengobatan. Cara yang tepat

    mengatasi sariawan adalah dengan menjaga kebersihan mulut. Menurut Browne,

    Molloy, O’Sullivan, Richmond & Houston (2012) mengkonsumsi buah jeruk,

    lemon, anggur dan nanas perlu dihindari saat mengalami sariawan.

    Hal ini juga didukung oleh penelitian Kardiyudiani (2013) untuk

    mengatasi sariawan adalah dengan perawatan rongga mulut. Penggunaan alat

    pembersih mulut baik sikat gigi dan pasta gigi yang dapat digunakan untuk

    menurunkan resiko tersebut, hal ini dapat diminimalisir dengan peningkatan peran

    preventif perawat dalam pendidikan kesehatan pada pasien.

  • 13

    Pencegahan sariwaan atau stomatitis pada anak lebih tepat adalah menjaga

    kebersihan rongga mulut. Hal ini diungkapkan oleh Bensinger et, al (2008),

    keefektifan membersihkan mulut adalah pencegahan yang baik. Menyikat gigi

    dengan sikat gigi yang lembut 2 kali sehari, menggunakan benang gigi sehari

    sekali, sering berkumur-kumur dengan normal saline atau obat kumur

    berdesinfektan untuk mencegah infeksi terjadi. Melakukan kebersihan rongga

    mulut lebih diutamakan dari pada menggunakan obat sariawan.

    5. Memar (jumlah platelet rendah)

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping memar, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 8 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Memar

    (4 kasus)

    a. Membatasi kegiatan bermain anak b. Memberikan obat atau herbal

    2

    2

    50%

    50%

    Hasil pengamatan pada orang tua, penanganan yang dilakukan oleh orang

    tua mengatasinya dengan membatasi kegiatan bermain sudah benar, hal ini

    seperti didukung oleh American Cancer Society (2016) adalah membatasi

    aktivitas anak dengan menghindari aktivitas atau permainan yang berisiko pasien

    terluka. Tindakan yang dibenarkan jika sampai terjadi perdarahan adalah tekan

    dengan lembut daerah yang mengalami perdarahan sampai perdarahannya

    berhenti dengan menggunakan es dalam kantong, kantong yang berisi pasir atau

    botol infus. Selain itu orang tua menurut Selwood, (2008) dapat melakukan sikat

    gigi dengan sikat yang lembut dan sebelumnya sikat gigi tersebut dimasukkan

    pada air panas agar sikatnya menjadi lebih lembut, berhati-hati menggunakan

    benda tajam seperti gunting, maupun pisau, selalu gunakan sepatu atau alas kaki

    kemanapun pasien pergi, jangan menggunakan tusuk gigi untuk membersihkan

    gigi.

    Tindakan orang tua dengan memberikan obat adalah tindakan yang benar

    terapi membutuhkan pengawasan dokter yang ketat. Menurut Sianipar (2014)

    kejadian memar dalam istilah dampak kemoterapi diartikan jumlah platelet

    rendah atau jumlah trombosit tidak cukup bisa dilakukan pemberian transfusi

  • 14

    trombosit pada trombositopenia harus dipertimbangkan dengan matang.

    Anamnesis dan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan darah rutin/lengkap, dan

    penilaian ulang apusan darah tepi merupakan komponen penting dalam evaluasi

    awal pasien trombositopenia.

    6. Diare

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping diare, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 9 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Diare

    (2 kasus)

    Memberikan obat anti diare 2 100%

    Pada kasus ini tindakan yang dilakukan semua orang tua adalah

    memberikan obat anti diare. Tindakan ini tidak sepenuhnya benar, memberikan

    obat diare tanpa memperhatikan cara penganan yang lain dapat berakibat tidak

    baik. Menurut Newton, Hickey & Marrs (2009) penatalaksanaan pasien diare

    akibat kemoterapi antara lain penuhi kebutuhan cairan tubuh untuk mencegah

    dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, makan makanan 5 – 6 kali/hari

    dalam porsi kecil, makan makanan yang tinggi kalium dan natrium, misalnya

    pisang, jeruk, maupun kentang, makan makanan rendah serat, berikan makanan

    atau minuman bebas laktosa, misalnya susu dan produk susu, serta bersihkan

    daerah perianal dengan hati-hati setelah buang air besar.

    Stein, Voigt & Jordan (2010) menjelaskan penanganan non farmakologi

    diare adalah rehidrasi oral yaitu dengan membuat campuran larutan air, garam

    dan gula. Penanganan farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan

    memberikan loperamide, octreotide dan tincture yang termasuk ke dalam

    golongan opium yang direkomendasikan untuk mengatasi diare selama

    kemoterapi.

    7. Kehilangan selera makan

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kehilangan selera makan, dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 15

    Tabel 10 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Penurunan nafsu

    makan

    (11 kasus)

    a. Memberikan makanan kesukaan b. Memberikan makanan yang berbeda

    setiap hari

    c. Memberikan makanan kesukaan dan suplemen makanan

    d. Memberikan makanan kesukaan, suplemen dan madu

    5

    1

    4

    1

    45,5%

    9,1%

    36,4%

    9,1%

    Hasil penelitian dalam menangani penurunan nafsu makan tindakan orang

    tua adalah memberikan makanan sesuai kesukaan anak. Tindakan yang dilakukan

    orang tua sudah tepat. Hal ini sesuai dengan penelitian Browne, Molloy,

    O’Sullivan, Richmond, & Houston (2012) penanganan kehilangan nafsu makan

    adalah membuatkan makan-makananan yang diinginkan, makan-makanan dalam

    porsi kecil serta makan-makanan ringan sekitar 2-3 jam, memakan camilan tinggi

    kalori dan protein seperti keju, biskuit, sandwiches, kue muffins atau scones.

    Gunakan piring kecil saat makan, makan dengan perlahan dan kunyah makanan

    dengan baik. Perbanyak minum air seperti susu, jus dan sup. Mencoba

    mengkonsumsi suplemen makanan jika masih kesulitan untuk makan. Ajak

    keluarga untuk makan bersama agar terasa lebih menyenangkan. Lakukan

    beberapa latihan fisik yang ringan karena akan mendapatkan udara segar yang

    dapat meningkatkan nafsu makan.

    Tindakan orang tua lainnya yaitu memberikan menu berbeda setiap hari,

    ditambahkan suplemen dan madu merupakan tindakan yang tepat. Pemberian

    variasi makan, suplemen atau madu merupakan salah satu cara untuk mengatasi

    penurunan selera makan. Menurut National Cancer Institute (2011), membuat

    makanan yang disajikan bervariasi, makan 5 sampai 6 kali sedikit demi sedikit

    dari 3 porsi makan, makan camilan yang disukai seperti biskuit kacang, kacang-

    kacangan, gandum dan bauh-buahan, memakan-makanan tinggi kalori dan

    protein. Pilih minuman yang berkalori dan bernutrisi seperti jus, susu, sup dan sari

    kacang kedelai. Makan-makanan yang lembut dan dingin sepeerti yogurt, dan

    milkshake. Melakukan latihan fisik dapat meningkatkan perasaan lebih baik pada

    penderita kanker dan meningkatkan nafsu makan. Menurut Hammad (2009),

  • 16

    madu bisa memperbaiki nafsu makan, menambah berat badan, menstabilkan detak

    jantung dan mencegah beberapa penyakit. Madu mengandung unsur zink yang

    memiliki peranan penting dlaam melawan sel kanker. Madu termasuk makanan

    yang seimbang karena mengandung karbohidrat, protein, gliserid, mineral, dan

    beberapa unsur penting lainnya seperti: potasium, tembaga, besi, zink, mangan,

    kromium, kalsium, silinium, dan magnesium.

    8. Kelelahan

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kelelahan, dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 11 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Kelelahan

    (14 kasus) a. Membatasi waktu main pada anak b. Menyuruh anak agar istirahat yang

    cukup

    c. Membatasi waktu bermain dan menyuruh istirahat cukup

    1

    12

    1

    7,1%

    85,7%

    7,1%

    Tindakan yang dilakukan orang tua adalah membatasi waktu main pada

    anak sehingga anak mempunyai waktu istirahat yang cukup adalah tindakan yang

    tepat. Penanganan kasus ini oleh orang tua sudah tepat, hal ini juga sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Vitkauskaite, Juozaityte, Drukteniene, &

    Bunevicius (2011) manajemen fatigue harus interdisipliner yang melibatkan

    unsur klinik, psikologi dan faktor sosial. Beberapa cara yang dapat digunakan

    untuk mengatasi kelelahan (fatigue) adalah tidur siang singkat atau istirahat di

    kursi yang nyaman bukan ditempat tidur, berjalan-jalan atau melakukan beberapa

    latihan ringan jika memungkinkan.

    Cara mengatasi kelelahan menurut Loprinzi, Bensinger, Peterson, &

    Messner (2014) istirahat dengan berbaring, duduk atau tidur, makan atau

    minuman ringan. Istirahat di kursi yang nyaman bukan di tempat tidur, berjalan-

    jalan atau melakukan beberapa latihan ringan jika memungkinkan. Hasil

    penelitian Aisyah, Hermayanti & Agustina (2014) menjelaskan fatigue merupakan

    efek samping kemoterapi yang paling yang paling berdampak buruk terhadap

    kualitas hidup. Jenis aktivitas yang dilakukan pada dasarnya harus meningkatkan

  • 17

    kekuatan persendian, melancarkan sistem kardiovaskuler serta unsur-unsur

    relaksasi. Istirahat cukup dan relaksasi dengan olah raga ringan mengurangi

    keletihan secara fisik tetapi memperbaiki kondisi psikologis.

    9. Peningkatan risiko infeksi (karena jumlah sel darah putih rendah)

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kenaikan risiko infeksi, dapat dilihat pada tabel berikut

    Tabel 12 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Peningkatan resiko infeksi

    (demam, batuk, flu)

    (12 kasus)

    Menjaga kebersihan

    12 100%

    Tindakan orang tua untuk mengatasi kenaikan risiko infeksi adalah

    menjaga kebersihan anak. Penanganan yang dilakukan oleh orang tua secara non

    farmakologi sudah tepat. American Cancer Society (2016) penatalaksanaan anak

    dengan neutropenia secara nonfarmakologis adalah melakukan teknik mencuci

    tangan dengan sabun yang benar terutama setelah dari kamar mandi dan sebelum

    makan, jauhi orang yang sedang sakit agar tidak tertular, mencuci sayuran mentah

    atau buah-buahan sebelum dikonsumsi, hindari makan telur, ayam, ikan yang

    belum matang dimasak, makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya

    tahan tubuh terhadap infeksi. Sedangkan menurut Hawkins (2009) orang tua harus

    berhati-hati saat memotong kuku, mempertahankan perawatan mulut yang baik,

    mandi secara teratur dapat menurunkan bakteri yang menempel pada kulit,

    istirahat yang cukup, minum banyak, hindari merawat binatang, hindari terjadi

    luka pada kulit, gunakan selalu alas kaki, hindari vaksinasi. Anak dapat juga

    menjalani aktivitas keseharian dengan normal termasuk anak dapat masuk sekolah

    dengan kondisi neutropenia.

    10. Anemia

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kenaikan risiko infeksi, dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 18

    Tabel 13 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Anemia

    ( 5 kasus)

    Memberikan anak makanan

    yang mengandung zat besi

    seperti sayuran berdaun hijau,

    hati ayam dan sapi, dan lain-

    lain dan meningkatkan istirahat

    anak

    5 100%

    Pada kasus anemia semua orang tua melakukan tindakan memberikan anak

    makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau, hati ayam dan

    sapi, dan lain-lain. Tindakan yang dilakukan oleh orang tua secara teori telah

    benar, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hetty (2008) makanan tersebut akan

    meningkatkan peningkatan kadar hemoglobin dan sel-sel darah pasien kanker

    yang menjalani kemoterapi Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang

    hijau terutama dalam bentuk jus kacang hijau rata-rata peningkatan kadar

    hemoglobin, eritrosit, leukosit, dan trombosit secara berurutan adalah 1,12 gr/dl,

    0,5 juta/ul, 1,12 ribu/ul, dan 97,43 ribu/ul. Artinya pemberian makanan yang

    mengandung zat besi efektif mengurangi dampak anemia akibat kemoterapi.

    Tindakan orang tua dengan memberikan istirahat anak. Tindakan yang

    dilakukan oleh orang tua secara teori telah benar, hal ini seperti yang dijelaskan

    oleh American Cancer Society (2016) pasien dengan anemia adalah memberikan

    banyak istirahat, membatasi aktivitas terutama yang menguras tenaga, serta makan

    makanan yang bernutrisi untuk menyediakan kalori yang dibutuhkan tubuh dan

    mengganti jaringan yang rusak akibat kemoterapi. Selain itu, intervensi suportif

    yang dapat diberikan pada anak adalah pemberian transfusi darah jika kadar

    hemoglobin anak dibawah 7 mg/dl atau anak mengalami tanda anemia. Reaksi

    alergi harus terus dimonitor jika anak diberikan tranfusi.

    11. Kulit kering

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kenaikan kulit kering, dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 19

    Tabel 14 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Kulit kering

    (3 kasus) a. Memberikan body lotion dan

    penggunaan sabun mandi sesuai

    dengan pH kulit

    3 100%

    Pada kasus anak yang mengalami kulit kering tindakan yang dilakukan

    oleh semua orang tua yaitu diatasi dengan memberikan body lotion pada anak dan

    menyesuaikan penggunaan sabun mandi dan deterjen sesuai dengan pH kulit.

    Tindakan yang dilakukan oleh orang tua sudah sesuai dengan teori menurut

    American Cancer Society (2016) pasien yang mengalami gatal, kering, kemerahan

    atau kulit mengelupas adalah hindari mandi dengan air hangat, jangan

    mengeringkan badan dengan cara menggosok badan dengan handuk,

    menggunakan sabun mandi yang lembut dan mengandung pelembab, jangan

    menggunakan parfum, ataupun cologne karena mengandung alkohol dan jika

    wajah berjerawat, pasien tetap menjaga kulit wajah tetap bersih dan kering.

    Sedangkan Selwood (2008) menambahkan menggunakan krim atau losion yang

    mengandung calamine setelah mandi untuk melembabkan dan melembutkan kulit.

    Penatalaksanaan pasien dengan masalah sensitif terhadap sinar matahari adalah

    menghindari terkena sinar matahari langsung dari jam 10.00 –16.00, gunakan

    losion tabir surya dengan skin protection factor (SPF) 15 atau lebih, melindungi

    bibir dengan menggunakan pelembab bibir yang mengandung SPF 15 atau lebih,

    serta menggunakan celana panjang dan kaos panjang untuk melindungi tubuh dari

    sengatan sinar matahari.

    12. Konstipasi

    Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

    mengatasi efek samping kenaikan konstipasi, dapat dilihat pada tabel berikut

    Tabel 15 Tindakan Orang Tua

    Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

    Konstipasi atau susah

    BAB

    (3 kasus)

    a. Memberikan makanan tinggi serat

    b. Memberikan obat laxative atau pencahar

    c. Memberikan makanan tinggi serat dan obat pencahar

    1

    1

    1

    33,3%

    33,3%

    33,3%

  • 20

    Hasil penelitian menunjukkan orang tua mengatasi konstipasi dengan

    memberikan anak makan-makanan yang tinggi serat, memberikan obat laxative

    atau pencahar, dan kombinasi -makanan yang tinggi serat dan obat pencahar.

    Tindakan yang dilakukan orang tua sudah benar. Menurut National Cancer

    Institute (2011) penanganan konstipasi pada pasien kanker yaitu perbanyak

    minum air putih 8 gelas perhari, minum air hangat seperti teh, kopi dan makan

    sayur sop, makan-makanan tinggi serat seperti roti gandum, buah-buahan, dan

    kacang-kacangan, menjadi lebih aktif dalam melakukan aktivitas, dan tanyakan

    kepada dokter atau perawat apabila konstipasi masih berlanjut setelah 2 hari.

    Dokter akan menyarankan suplemen serat, obat laxative, atau pemberian enema.

    Penanganan konstipasi menurut Nurko dan Zimmerman (2014) tindakan

    pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pemberian edukasi dan memodifikasi

    perilaku hidup. Namun, apabila konstipasi sudah terjadi, yang dapat dilakukan

    yaitu mengubah diet dengan memperbanyak asupan cairan dalam tubuh, minum

    sari bauh plum, jus pir, dan jus apel agar feces menjadi lebih lunak. Konstipasi

    terjadi karena rendahnya konsumsi makanan berserat, sehingga perbanyaklah

    makan-makanan berserat. Pemberian obat laxative atau pencahar dapat diberikan

    melalui oral atapun rectal. Jika pemberian obat laxative atau pencahar tidak

    berpengaruh, maka dapat diberikan enema.

    Cara ini juga didukung oleh penelitian Poddar (2016) yaitu dengan

    memodifiksi diet, mengajarkan toilet training dan memberikan obat laxative

    kepada anak. Memodifikasi diet untuk konstipasi yaitu dengan ,memberikan anak

    buah-buahan, serta minuman absorsable dan non-absorbable karbohidrat (sorbitol)

    seperti jus apel, pir dan plum. Penuhi diet seimbang dengan memenuhi kebutuhan

    serat seperti gandum, buah-buahan dan sayur-sayuran. Direkomendasikan asupan

    serat harian yaitu usia (tahun) + 5 gr/hari. Dalam pemberian obat laxative perlu

    diperhatikan dosis dan efek samping yang terdapat. Dosis pemberian obat laxative

    yaitu 1 atau 2 kali perhari.

  • 21

    4. PENUTUP

    4.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka peneliti dapat

    menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.

    1. Efek samping dari kemopterapi pada anak leukemia adalah 75% anak

    mengalami mual, 75% anak mengalami muntah, 40% anak mengalami

    kerontokan rambut, 35% anak mengalami gangguan mulut atau sariawan,

    20% anak mengalami memar, 10% anak mengalami diare, 55% anak

    mengalami penurunan nafsu makan, 70% anak mengalami kelelahan, 60%

    risiko infeksi meningkat, 25% anak mengalami anemia, 15% anak mengalami

    kulit kering, dan 15% anak mengalami konstipasi.

    2. Tindakan orang tua dalam mengatasi efek samping akibat kemoterapi pada

    anak leukemia:

    a. Mual, tindakan orang tua yang dilakukan sebagian besar adalah

    memberikan minyak kayu putih.

    b. Muntah, tindakan yang dilakukan orang tua sebagian besar memberikan

    obat anti mual muntah, lainnya diberikan air hangat, minyak kayu putih,

    dan diberikan jeruk saja.

    c. Rambut rontok, tindakan yang dilakukan orangtua sebagian besar adalah

    memotong rambut menjadi lebih pendek.

    d. Sariawan, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan obat

    Sariawan dan diberi buah jeruk.

    e. Memar (jumlah platelet rendah), tindakan yang dilakukan orangtua adalah

    membatasi kegiatan bermain dan memberikan obat.

    f. Diare, tindakan yang dilakukan semua orangtua adalah memberikan obat

    anti diare.

    g. Kehilangan selera makan, tindakan orang tua sebagain besar adalah

    memberikan makanan sesuai kesukaan anak dan suplemen.

    h. Kelelahan (jumlah sel darah merah rendah), tindakan yang dilakukan

    orangtua sebagian besar adalah menyuruh anak istirahat yang cukup.

  • 22

    i. Peningkatan risiko infeksi (karena jumlah sel darah putih rendah),

    tindakan yang dilakukan semua adalah menjaga kebersihan anak.

    j. Anemia, tindakan yang dilakukan semua orang tua adalah memberikan

    anak makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau,

    hati ayam dan sapi, dan lain-lain dan meningkatkan istirahat anak.

    k. Kulit kering, tindakan yang dilakukan semua orangtua adalah memberikan

    body lotion pada anak dan menyesuaikan penggunaan sabun mandi dan

    deterjen sesuai dengan pH kulit.

    l. Konstipasi, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan anak

    makan-makanan yang tinggi serat, memberikan obat laxative atau

    pencahar, dan kombinasi makanan yang tinggi serat dan obat pencahar

    4.2 Saran

    Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka peneliti

    menyampaikan saran-saran penelitian bagi:

    1. Ibu atau orang tua

    Ibu hendaknya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan mereka

    tentang cara mengatasi efek samping kemoterapi, sehingga orang tua tidak

    melakukan tindakan yang salah dalam mengtasi efek kemoterapi.

    2. Bagi Perawat

    Perawat hendaknya selalu mengawasi tindakan orang tua dan

    memberikan nasihat pasca dilakukan kemoterapi. Perawat diharapkan selalu

    memberikan dukungan kepada orang tua untuk memberikan pelayanan yang

    terbaik kepada anaknya yang mendrita leukimia.

    3. Institusi Kesehatan

    Institusi kesehatam seperti rumah sakit hendaknya melakukan upaya-

    upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman orang tua mengenai dampak

    dari kemoterapi. Melalui pendidikan kesehatan yang dilakuakn oleh institusi

    kesehatan memungkinkan orang tuadapat melakuan tindakan secara mandiri

    dan benar.

    4. Peneliti Selanjutnya

  • 23

    Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih

    mendalam, misalya dengan menggunakan teknik wawancara atau observasi,

    sehingga hasil penelitian dapat lebih mendalam dan mampu menggambarkan

    fenomena-fenomena yang tidak dapat diungkapkan dalam kuesioner.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aisyah P.S., Hermayanti, Y., & Agustina H. R. (2014). Terapi Aktivitas Olahraga

    Untuk Mengatasi Fatigue Selama Menjalani Kemoterapi. Jurnal

    Keperawatan ‘Aisyiyah Volume 1. Nomor 2. Desember 2014

    Ali, B., Al-Wabel, N. A., Shams, S. A., Ahamad, A., Khan, S. A., & Anwar, F.

    (2015). Essential oils used in aromatherapy: A systemic review. Asian

    Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(8): 601–611.

    American Cancer Society. (2016). Childhood Leukemia. American Cancer

    Society.

    ______. (2016). Leukemia: Acute Lymphocytic Overview. American Cancer

    Society.

    Amirsha. (2012). Benefits of Drinking Hot Water. Dipetik Mei 30, 2017, dari

    Boldsky: https://www.boldsky.com/health/wellness/2012/health-benefits-of-

    hot-water-030832.html

    Axton, S. E., & Fugate, T. (2014). Pediatric Nursing Care Plans for the

    Hospitalized Child (3rd ed.). (F. Ariani, & A. O. Tampubolon, Trans.)

    Jakarta: EGC.

    Ball, J., Bindler, R., & Cowen, K. (2012). Priciples of Pediatric Nursing Caring

    for Children (5th ed). Pearson.

    Bensinger,W., Schubert, M., Ang, K., Brizel, D., Brown, E., Eilers, J. G., Elting,

    L., Mittal, B. B., Schattner, M. A.,Spielberger, R., Treister, N. S., Trotti, A.

    M. (2008). NCCN Task Force Report: Prevention and Management of

    Mucositis in Cancer Care. Journal of the National Comprehensive Cancer

    Network, Volume 6.

    Boccia, R. V. (2013). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Identifying

    and Addressing Unmet Needs. Jcom Journal, 20, No. 8, 377-384.

    Browne C., Molloy C., O’Sullivan N., Richmond J. P., & Houston M. (2012).

    Diet and Cancer. Irish Cancer Society: Ireland.

  • 24

    Change. (2016). Side Effect from Chemotherapy: Diagnosis and Treatment.

    United Kingdom: Change.

    Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3 Revisi). Jakarta: EGC.

    Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.

    M. (2008). A Pharmachotherapy: A Pathophysiologic Approach. Jakarta:

    Departemen Kesehatan RI.

    Faridah V. N. (2013). Pengaruh Pemberian Minum Air Hangat Terhadap

    Kejadian Post Operative Nausea Vomitting (Ponv) Pada Pasien Post

    Operasi Sectio Caesarea Dengan Anestesi Spinal Di Unit Perawatan Paska

    Anestesi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Surya 14 Vol.01,

    No.XIV, April 2013

    Harsal A., & Rachman A. (2016). Mengenal Lebih Dalam tentang Kanker.

    Medicinus Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016

    Hetty. (2008). Pengaruh Jus Kacang Hijau terhadap Kadar Haemoglobin dan

    Jumlah Sel Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker

    dengan Kemoterapi di RSUP Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia.

    Hidayati, S. (2012). Mobile Phone Nursing Pada Pasien dengan Kemoterapi.

    Naskah Publikasi Program Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan

    Medikal Bedah

    Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's Nursing Care of Infants and

    Children. China: Elsevier Mosby.

    Hong, H. J., Ozbek, O. P., Stanek, T. B., Dietrich, M. A., Duncan, E. S., Lee, W.

    Y., Lesser, G. (2009). Taste and Odor Abnormalities in Cancer Patients. The

    Journal of Supportive Oncology, 7:58-65.

    Hudayani F. (2014). Gangguan Makan Pasca Kemoterapi & Radiasi. Artikel.

    Tersedia di gizi.depkes.go.id/wp-content/.../Ganggn-mkn-pasca-kemotrp.pdf

    diakses 24 Mei 2017

    Kardiyudiani. N. K. (2013). Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Perawatan Oral Mukositis Pada Pasien yang Mendapat Kemoterapi. E

    Journal. Tersedia di akper-notokusumo.ac.id diakses tanggal 16 Mei 2017

    Kely, T., & Carman, S. (2013). Essential of Pediatric Nursing (2nd ed). Wolters

    Kluwers: Lippicort Williams & Wilkins.

    Loprinzi, C. L., Bensinger, W. I., Peterson, D. E., & Messner, C (Ed). (2014).

    Understanding and Managing Chemotherapy Side Effects. New York:

    Cancer Care Inc. www.cancercare.org

  • 25

    McKenzie, J., Pinger, R., & Kotecki, J. E. (2011). An Introduction to Community

    Health. United State of America: Jones & Barlett Publishers.

    Morgan, K., & Kim, S. (2015, April 30). How Can I Manage My Constipation

    Around Chemotherapy? Retrieved Februari 01, 2017, from Healthline:

    http://www.healthline.com

    National Cancer Institute. (2011). Eating Hints: Before, During, and After Cancer

    Treatment. U.S. Department of Health and Human Services, National

    Institutes of Health

    National Health Service. (2016). Cancer and Hair Loss. Tersedia di

    HYPERLINK

    "http://www.nhs.uk/Livewell/cancer/Pages/Cancerandhairloss.aspx"

    http://www.nhs.uk/Livewell/cancer/Pages/Cancerandhairloss.aspx . di akses

    16 Juni 2017

    Newton, S., Hickey, M., & Marrs, J. (2009). Mosby’s oncology nursing advisor: A

    comprehensive guide to clinical practice. Missouri: Mosby Elsevier

    Nurko S., & Zimmerman, L. A. (2014). Evaluation and Treatment of

    Constipation in Children and Adolescents. American Academy of Family

    Physicians, 90 (2): 82 – 90

    Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

    Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

    Pashankar, F.D., Season, J.H., McNamara, J., & Pashankar, D.S. (2011). Acute

    constipation in children receiving chemotherapy for cancer. J Pediatr

    Hematol Oncol, 33 (7), e300 – e303.

    Poddar, U. (2016). Approach to Constipation in Children. Indian Pediatrics, 53,

    319-327.

    Putri, A. F. (2015). Dukungan Orang Tua yang Memiliki Anak dengan Leukemia

    Usia 6-12 Tahun DI RSU Kabupaten Tangerang. Skripsi: Jakarta, Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

    Rahmah, D. S. (2009). Evaluasi Penggunaan Obat Antimuntah pada Pasien

    Retinoblastoma Anak yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker

    Dharmais. Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 1

    Ream, E., Richardson, A., Dann, A.C. (2007). Supportive intervention for fatigue

    in patients undergoing chemotherapy. Journal of Pain and Symptom

    Management, Vol. 31, No. 2

  • 26

    Santi, D. R. (2013). Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil

    terhadap Rasa Mual pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel

    Kabupaten Tuban. Jurnal Sain Med, Vol. 5. No. 2 Desember 2013: 52–55

    Selwood, K. (2008). Side effects of chemotherapy. Dalam F. Gibson, & L. Soanes

    (Eds.), Cancer in children and young people (hal. 35 – 71). West Sussex:

    John Wiley & Sons

    Sianipar, N. B. (2014). Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya. CDK-217/

    vol. 41 no. 6, th. 2014

    Stein, A., Voigt, W., & Jordan, K. (2010). Chemotherapy-induced diarrhea:

    pathophysiology, frequency and guideline-based management. Therapeutic

    Advances in Medical Oncology, 2(1): 51 – 63.

    Susanti, L., & Tarigan, M. (2012). Karakteristik Mual dan Muntah Serta Upaya

    Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi.

    Naskah Publikasi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

    Sutandyo, N. (2013). Ayah Bunda. Retrieved Februari 13, 2017, from Ayah

    Bunda: http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-tips/mengatasi-efek-samping-

    kemoterapi

    Syarif, H. (2008). Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Akut

    Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker: Randomized Clinical Trial Jurnal

    PSIK – FK . ISSN : 2087-2879 (2008)

    U.S Department of Health and Human Services. (2012, Februari). Managing

    Chemotherapy Side Effects: Constipation. Retrieved Februari 23, 2017,

    from National Cancer Institute: http://www.cancer.gov

    Villasante1, A. C., Herskovitz, I., Mauro L. M., & Jimenez, J. J. (2014).

    Chemotherapy-Induced Alopecia. J Clin Investigat Dermatol Avens

    Publishing Group June 2014 Volume 2, Issue 2

    Vitkauskaite, E., Juozaityte, E., Drukteniene, J., & Bunevicius, R. (2011). A

    Systematic Review of Cancer related Fatigue. Biological Psychiatry and

    Psychopharmalogical Journal, 13, No. 2, 74-77.

    Widagdo P. A., & Supriyadi (2014). Pengaruh Aroma Terapi Lemon dan

    Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah

    Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit

    Telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol II No 1 Desember

    2014: 24-33

    Wu, L.M., Chin, C.C., Haase, J.E., & Chen, C.H. (2009). Coping experiences

    ofadolescents with cancer: A qualitative study. Journal of Advanced

    Nursing, 65 (11), 2358 – 2366.