Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BIRO PERENCANAANOEPARTEMEN TRANSMIGRASI
(REPUBLIK INDONESIA)
INSTITUT FRANCAIS DE RECHERCHE SCIENTIFIQUEPOUR LE DEVELOPMENT EN COOPERATION
(REPUBLIQUE FRANCAISE)
BATUMARTASURVEY AGRO EKONOMI DI SALAH SATU PROYEK
TRANSMIGRASI SUMATERA SELATAN
INDONE51A-oRSTOM TRANSMIGRATION PROJECT PTA-44
JAKARTA 1984
BIRD PERENCANAANDEPARTEMEN TRANSMIGRASI
(REPUBLIK INDONESIA)
INSTITUT FRANCAIS DE RECHERCHE SCIENTIFIQUEPOUR LE DEVELOPMENT EN COOPERATION
(REPUBLIQUE FRANCAISE)
BATUMARTASURVEY AGRO EKONOMI DI SALAH SATU PROYEK
TRANSMIGRASI SUMATERA SELATAN
P. LEVANGIr. RISKAN MARTEN
JAMBI
•v
LAMPUNG
Diterjemahkan dari Sahasa Perancis oleh Dra. Indrati Surnardi
INDONESIA - ORSTOM TRANSMIGRATION PROJECT PTA-44JAKARTA 1984
~--'
Reproduced by : SUB PROJECT OF DEVELOPMENT PLANNING AND
COORDINATION OF FOREIGN AID TRANSMIGRATION PROJECT DEPARTMENT OF TRANSMIGRATION
1986
JI. H. Agus Salim 58 - Tel. 350054
-·~ ,,
1 JAKARTA
~~·-------~--~~--~----~~---~-~
DAFTAR 151
Pendahuluan
1 TRANSMIGRASI DI SUMATERA SELATAN
II DAERAH TRANSMIGRASI BATUMARTA
1. Lokasi2. Keadaan Ik1im3. Kondisi Tanah dan Topografi
III TRANSMIGRASI DI PROYEK BATUMARTA1. Taraf Hidup dan Faktor Sosial di Daerah Asa}
2. Usaha Tani Transmigran- Evolusi. luas lahan yang dibuka- Tanaman pangan- Tanaman dominan : padi gogo- Peternakan- Perkebunan
3. Usaha Non Tani4. Pendapatan Transmigran5. Anggaran Keluarga6. Makanan Transmigran
IV FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN DAN TIPOLOGI USAHA TRANSMIGRAN
1. Faktcr-Faktor Keberhasilan2. Tipologi dan Usaha Transmigran
V DAMPAK POLA TANAM YANG DIUSULKAN LP3
VI HASIL PERTAMA TANAMAN KARET
VII KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN1. Batumarta Menguntungkan dari Berbagai Faktor Positip2. Permasalahan yang Ada3. Saran-Saran
3.1. Kerjatani yang lebih efisien3.2. Peningkatan proteksi tanàman3.3. Pengembangan ternak3.4. Peningkatan kesempatan kerja3.5. Peningkatan pemasaran produksi pertanian
Halaman
5
8
11111112
16162223242737
3838404449
565658
61
69
707070717172737374
1
DAFTAR GRAFIK
1. Pemilikan Tanah di Daerah Asa!2. Kekayaan Keluarga di Daerah Asal3. Sumber Pendapatan di Daerah Asa!4. Pengalaman Tani di Daerah Asa!5. Tingkat Pendidikan KK6. Distribusi Umur Kepala Keluarga7. Evolusi Luas Garapan dari Tahun Pertama sampai Tahun Ketiga8. Luas Tanaman Musiman9. Hasil Padi Musim Rendengan 1982-1983
10. Pendapatan per Hari Kerja menurnt Hasil PadiIl. Jumlah Ayam per Kepala Keluarga12. Distribusi Hasil Tani: Hasil Jualan Pangan dan Ternak13. Distribusi Pendapatan Total14a Karbohidrat
b Sumber Proteinc Sayur-sayuran dan Buah-buahand Minuman
15. Faktor-Faktor Keberhasilan16. Prosentase Pendapatan Total Usaha Tani dan Tingkat Pendapatan Global17. Hasil per Hari Kerja Sekeluarga menurnt Luas Garapan yang ditanami
2
Halaman
16171819202123243436374142
515253545760
67
DAFTAR TABEL
1. Kepala Keluarga yang Dipindahkan ke Sumatera Selatan2. Frekuensi DefIsit Hidris (sepuluh tahun terakhir)3. Perjalanan Merantau Kepala Keluarga4. Komposisi Keluarga5. Luas Lahan yang Diolah Traktor6. Cara Pengolahan Lahan7. Tanaman Pangan (Musim Rendengan)8. Tanaman Pangan (Musim Gadu)9. Produksi Tanaman
10a Pengolahan Lahan Secara Manualb Pengolahan Laban dengan Tenaga Hewan dan Cangkulc Pengolahan Laban dengan Mesin (Traktor)
Il. Varietas Padi Gogo yang Digunakan12. Jumlah Varietas Padi Gogo per KK13. Penyiangan14. Dosis Rata-Rata Pupuk Buatan15. Dosis Pupuk yang Dipakai16. Pembagian Pupuk17. Frekuensi Penyemprotan18. Dosis Penyemprotan Pestisida19. Jadwal Penyemprotan Pertama20. Input-Output Analisis Tanaman Padi Gogo21. Keperluan Tenaga Kerja untuk Kegiatan Penyiangan22. Pendapatan per Hari Kerja23. Sumber Pendapatan Non Tani24. Swa-Konsurnsi (Sampel Umum)25. Pendapatan Pertanian Tahunan26. Pendapatan Global Rata-Rata27. Pengeluaran Khusus Selama di Proyek28. Swa·Konsumsi (Sampel Khusus)29. Pendapatan Pertanian30. Pendapatan Non Tani31. Pendapatan Tahunan Secara Global (Rata-Rata)32. Jenis·Jenis Pengeluaran Pokok dari Sepuluh KK Sampel33. Konsumsi dan kebutuhan Beras34. Pembelian Bahan Pangan (selain Beras)35. Pendapatan Total Usaha Tani dan Tingkat Pendapatan Global36. Hasil Perekonomian Pada Pola A dari Musim Tanam 1976-1977 dan
1981-1982.
Halaman
10112022
232425262728282829293031
31313232
333535363940414243444546464849
5059
62
3
DAFTAR TABEL
37. Kalkulasi Pendapatan Kotor38. Perincian Biaya Material39. Kebutuhan Tenaga Kerja Pria dan Wanita untuk Berbagai Kegiatan40. Perbandingan Analisa Ekonomi
4
Halaman
63646566
PENDAHLlLUAN
Dalam rangka persetujuan kerjasama antara Departemen Transmigrasi R.I. dengan BadanPenelitian Ilmiah dan Tehnik Seberang Lautan (ORSTOM) Republik Perancis, maka pada bulanSeptember 1982 telah dilaksanakan studi perbandingan dari berbagai proyek transmigrasi. Studiini akan berlangsung selama 3 sampai 4 tahun dan secara keseluruhan akan menyangkut puluhanproyek transmigrasi yang tersebar di berbagai Propinsi seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam tahap pertama, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data pokok ekonomipertanian setepat mungkin. Dengan mengetahui faktor penghambatan dan faktor yang menguntungkan bagi pengembangan produksi pertanian, baïk ditinjau dari segi fisik maupun kemanusiaan, sangat penting artinya bagi awal rekomendasi pengembangan sistim produksi pertanian.
Tujuan utama dari survey agronomi adalah menyerahkan konsep-konsep usulan atau saranyang sesuai dengan lokasi penelitian, kepada para pelaksana transmigrasi.
Laporan yang dituangkan pada buku ini hanya menyangkut 1 (satu) proyek transmigrasi diSumatera Selatan yang diteliti dari bulan September 1982 sampai dengan Juni 1983.
Untuk mendapatkan data yang tepat harus diperoleh langsung dari para transmigran. Hal initelah dilakukan dengan cara mewawancarai sampel umum sebanyak 60 KK transmigran, melalui4 tahap penelitian lapangan, yang masing-masing dengan jarak waktu 2 bulan. Cara demikianmemberikan banyak manfaat, sebab memungkinkan untuk :
- Mengikuti kebiasaan kegiatan keluarga transmigran, selama musim tanam.- Memberikan rasa kepercayaan kepada transmigran yang kaclang.kadang takut pada saat
dilakukan pendekatan.- Melaksanakan penelitian lebih lengkap, tidak bisa hanya dilakukan satu kali saja (selama
satu jam diberikan pertanyaan, transmigran menjadi bingung).- Memeriksa ketepatan jawaban pertanyaan yang diberikan pada waktu penelitian sebelum
nya, karena jawaban tentang pengeluaran dan pendapatannya sering disembunyikan ataudibesar-besarkan oleh transmigran.
- Lebih memahami perkembangan situasi yang dihadapi.- Memperoleh data kuantitatif yang tepat, dengan meminta transmigran untuk menghitung
dan mencatat jam kerja, dosis bibit, pupuk, pestisida dan hasil produksi tani.
Di Iain pihak untuk mendapatkan data yang teliti, telah dipilih sampel khusus sebanyak 10KK transmigran yang cukup berpendidikan dan berkemauan untuk bekerjasama dalam membuatsebuah catatan harian yang teliti dan lengkap selama 7 bulan, catatan harian tersebut mencakup:
- Menu makanan : jenis dan kualitasnya (yang meliputi hidangan pagi, sore dan malam).- Penggunaan waktu: jenis dan lamanya kegiatan anggota keluarga, peran-serta tenaga kerja
dari luar keluarga (kegotong royongan, upah kerja tani dan non tani).- Pendapatan : dalam bentuk natura atau bentuk uang yang berasal dari usaha tani dan non
tani.- Pengeluaran : pengeluaran harian dan pengeluaran khusus, pemberian dalam bentuk na
tura atau uang.
Keberhasilan metoda di atas disebabkan karena kesanggupan pribadi para Kepala Keluarga
5
transmigran dalam membuat catatan harian, terutama yang menyangkut anggaran keluarga. Banyak diantara mereka ingin mengetahui hasil penelitian tersebut di atas pada akhir studi ini.
Hanya sebagian dari informasi yang diperoleh dijadikan bahan pembuatan laporan, sebagian!agi digunakan untuk membuat publikasi secara terpisah.
Catatan: Laporan terdahulu :Sebamban l, Studi Agro-Ekonomi sebuah Proyek Transmigrasi di Kalimantan Selatan. ORSTOM Dep. Transmigrasi 1984.
6
'-l
PETA NO.2: PROYEK PROYEK TRANSMIGRASI DI SUMATERA SELATAN
D eDkrn! 1
o <::!ù
u
l'
1. TRANSMIGRASI DI SUMATERA SELATAN
Sumatera Selatan dengan lUas areal 103.700 Km2 merupakan propinsi yang paling luas diSumatera. Propinsi ini yang kurang penduduknya pada awal abad ke 20, telah mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat terutama melalui transmigrasi swakarsa dan transmigrasi umum.Pada sensus tahun 1980, jumlah penduduk di Propinsi Sumatera Selatan : 4.630.000 jiwa, dengankenaikan sebesar 67% dibandingkan tahun 1961. Dalam jangka waktu dimaksud di atas, kepadatan penduduk telah mengalami kenaikan dari 27 sampai dengan 45 jiwa/km2.
Perpindahan penduduk yang paling awal ke Sumatera Selatan terjadi pada masa penjajahan,yang mana disebabkan adanya kebutuhan mendesak akan tenaga kerja di perkebunan-perkebunanmilik. Belanda. Awal proses perpindahan mengalami kesulitan, sehingga terjadi kegagalan padaproyek kolonisasi yang pertama, yaitu di Mata Lintang tahun 1919. Di samping itu ada beberapaproyek yang lolos dari kegagalan, yaitu Tugu Mulyo dan Belitang, yang mana proyek ini dibukapada tahun 1937.
Setelah terhenti pada masa-masa pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan pembentukan Negara Indonesia, pelaksanaan transmigrasi dimulai lagi menjelang tahun 1960.
Pemindahan penduduk tahun enampuluhan telah mengalami kenaikan, sedangkan sasarantransmigrasi mencapai puncaknya dalam Pelita III dengan 100.000 KK dipindahkan ke SumateraSelatan, merupakan seperlima dari target Nasional.
Dalam tabel 1 dikemukakan jumlah Kepala Keluarga yang dipindahkan ke Sumatera Selatansejak Kemerdekaan sampai dengan akhir Desember 1982, berdasarkan Propinsi-propinsi DaerahAsa!.
Peta no. 2 menunjukkan lokasi 31 proyek Transmigrasi yang ada di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 1982.
PETA NO.2: PROYEK - PROYEK TRANSMIGRASI DI SUMATERA SELATAN
Keterangan :
Kolonisasi : 1940
1. Tugu Mulyo/Air Deras2. Belitang
PRA PEUTA 1950 - 1968
3. Batu Betumpang4. Belitang5. Rasunan/Mendayun
PEUTA 11969 - 1974
6. Tugu Mulyo7. Upang8. Cinta Manis
9. Belitang10. Rasuan/Mendayun
8
PEUTA Il: 1974 -1979
16. Upang17. Talang 1 - II18. Baturaja - Martapura19. Pematang Panggang
PEUTA III : 1979 - 1984
20. Se k a y u21. Talang22. Air Saleh 1 - II23. Air Sugihan24. Betung/Babat25. Pematang Panggang26. Baturaja -- Martapura27. Betung28. Lembah Liam
PETA NO.3: PROYEK TRANSMIGRASI BATUMARTA
u
l'
UnitTanaman karet
Desa
PasarJalan poros
Jalan proyek
Jalan setapak
Jalan Kereta api
Sungai
*
!IDo
r-~
,7 '_.'
,1"---------- ----- ------ .........................," ~
ri:· : ';,",,1 •.: <_~)
1 : ~,~
" l ,,), : @, : 1
1 ." ,1 • 11 ••• ,
1 •• _ ,
~ ..: "-,, , ,,'-----1\.: ,-",,- ---1-...--J:.--- ---J :
' ... r·l,..... \) /" /." 1 --.... 1: ,,1: / .... ,.... ,) J .:••••:••• -... (
(_... / ....---i' C" ®,'1 / , ': /
r,·f J. '4' [I1] \' ,".... ~ 1 1 ~ .~~ 1' .... ,./ J " 1 -----r-- ---~
l ,,' 1 1r~ 1l ,-'/ ,.', / 1
l " ,1 ,,' t=i'I \ / 1
r, \[1]] --'i------mr---;:'..,im 0 \: :' r ,/: l) 1 ".,... / \ 1 ® ,,",,') l ,..1 .... ~, ,-'
(_1 i @ ~._ '-, /) l~-----\
1 ..J [II] ""'1-'-----------.:-------"/ : 1~ PASAR LUIS J ...... 1", ".,... :
"'\ ,'....... J "," 1
\._ \,/ "-'/ Dn \./ -,---/' ....!l,_ ~ (' ® >.(......l~····.... @ ." ,-'
........ " "(',,- - "" \ ) (.... ,"\ D, '.... /" -..... r-' ...."
\ , \._ .... 1 1 \., .. ,,'\ ®} '\ ':. ::-- ,___ ~ 2 " 1 r. '. ,>
Inn l j." :(-',-,' . ,_/1__ " ~-----""".J .;~ : .:.~'
/'G PASAR , ......~ .. :. -- ../ ............ " ........ GOTONG ROYONG 1 lIIJ ... .. .. '---- " \ , ...""... 1 --... :-1-' --/ ....../w] 1 1: ........ "": \ .... ----,
~ "... 1 € .: ( :\ "~--'\ [IJ] .••.•; :" , '": r:;'\ ,'j ! ..... _JI "
1_,_ 0 "m]-T-- ----: ®\ \~ 1---.......) ,: ,/ ~.. ,~:_---------~---------
, ... _ ...-....... " , l
,/ "'--';iI.' .- J {_------------~, (,", / <-" / ....,,/ /'Ûll ')
".., 11,
/1
~ , """9''''9 .... J~..o ~ .... ,1
<::<'*'1'""1
o 5kmt==:j;'==:t'==j'-----'===!==::j~ 1
Sumber IPB 1983
9
Il. Way Hitam II12. Way Hitam13. Pulau Panggang14. Baturaja - Martapura15. Talang
29. Kayu Agung30. Pangkalan Kersik31. Lahat/Tebing Tinggi
Daerah transmigrasi Baturaja - Martapura, yang lazim disebut Batumarta, telah dipilih sebagai objek studi. Adapun motivasi pemilihan daerah ini adalah karena :
- Lokasi proyek terletak diantara Kota Baturaja dan Martapura, yang mana mudah dijangkau dengan kendaraan (± 1 jam perjalanan), sedangkan dari kota Palembang dan TanjungKarang dapat ditempuh dengan waktu 5 sampai 6 jam.
- Jenis dana bantuan proyek (IBRD - Bank Dunia) yang bertujuan menjadikan Batumartasebuah proyek percontohan.
- Besarnya proyek tersebut, 14 unit pemukiman dengan jumlah Kepala Keluarga 400-700KK/unit telah ditempatkan pada tahun 1983.
- Umur proyek, unit pemukiman pertama pada tahun 1976 dan yang terakhir sedang dalampelaksanaan.
- Jenis komoditi yang dikembangkan adalah tanaman pangan dan perkebunan karet.- Besarnya bantuan ilmiah dan tehnik yang sudah dimanfaatkan proyek.- Letak strategis lokasi, di tepi jalan Trans-Sumatera dan jalur kereta api Tanjung Karang -
Palembang.
TABELI
KEPALA KELUARGA YANG DIPINDAHKAN
KESUMATERASELATAN
PROPINSI PRAPELITA PELITA 1 PELITA II PELITA m*JUMLAH
DAERAHASAL 1950-1968 1969-1974 1974-1979 1979-1982
Jawa Barat 5.731 1.190 1.972 12.047 20.940Jawa Tengah 5.740 2.734 4.451 20.849 33.774D. I. Yogyakarta 5.786 1.042 1.188 4.592 12.608Jawa Timur 4.924 2.672 4.714 20.267 32.577Bal i 818 313 270 400 1.801DKI Jakarta 248 465 713APPDT 655 5.811 6.466
JUMLAHKK 22.999 8.199 13.250 64.431 108.879
JUMLAHJIWA 97.355 36.726 60.373 277.298 471.752
* Hanya sampai dengan akhir Desember 1982.
la
Il. DAERAH TRANSMIGRASI BATUMARTA
1. LOKASI
Proyek transmigrasi Batumarta terletak antara 3° 59' dan 4° 59' L.S. dan 104° 10' dan104° 35' B.T., berada di bawah 4 Kecamatan, Proyek ini termasuk Kabupaten Ogan Komeringmu (OKU).
Sejak tahun 1976 sebanyak 14 unit pemukiman (setiap unit 400-700 KK) telah didirikan diatas areal seluas 65.000 ha, dan berkembang terus hingga dewasa ini.
Lokasi proyek terletak diantara Baturaja dan Martapura, sehingga mudah dijangkau melaluijalan darat dari Baturaja dan Martapura Uarak tempuh 1 jam) atau antara 5-6 jam dari TanjungKarang.
Dari Palembang kondisi jalan buruk, sehingga untuk menuju lokasi proyek, lebih baïk lewatjalur kereta api, Baturaja terletak antara Palembang dan Tanjung Karang.
Keadaan prasarana tersebut di atas sangat baik dan memberikan kemudahan dalam mencapaiproyek Batumarta.
2. KEADAAN IKLIM
Satu-satunya data ïklim yang tersedia lengkap dan tepat tentang daerah Batumarta, adalahdata tahun 1980 dari Stasiun Meteorologi "Kebun bibit di Unit II''.Data yang ada paling lama untuk Baturaja dan Martapura hanya menyangkut curah hujan tetapikurang lengkap.
Curah hujan tahunan berkisar antara 1980 mm dan 3760 mm, dengan rata-rata 2800 mmuntuk rata-rata 200 hari hujan. Pada bulan Desember dan Januari sering hujan (bulan basah),sedangkan bulan Junî dan Juli sering terjadi kurang hujan (bulan kering/kemarau).
Musim kering dengan jangka waktu yang bervariasi antara 1 sampai dengan 5 bulan dalamsetahun, dapat terjadi antara bulan Mei dan Nopember. Tahun 1982 merupakan pengecualian,karena musim kering berlangsung selama 6 bulan berturut-turut, dari bulan Juni sampai denganakhir Nopember. Sebaliknya bulan Desember-April curah hujan teratur (dengan curah hujanbulanan di atas 200 mm).
Tabel di bawah ini menggambarkan frekuensi defisit hidris untuk 10 tahun terakhir di Batumarta.
TABEL:2
FREKUENS, DEFISIT HIDRIS (10 tahun terakhir)
BULAN
FREKUENSl/
10 tahun
APR
o
MEl
3
JUN
8
JUL
8
AGS
6
SEP
5
OKT NOP
4 2
DES
o
Temperatur* tetap stabil sepanjang tahun, rata-rata maksimal harian 33 oC, minimal harian
* Stasiun Meteorologi Unit II; pengamatan hanya dilakukan selama 2 tahun.
11
22 oC dan temperatur rata-rata 27,4 oC, dengan amplitude maksimal 2 Oc antara bulan yang paling "dingin" dan yang paling "panas".Penguapan harian* yang diamati dalam kelompok A berkisar antara 2,7 mm/hari dalam Januari(musim hujan) sampai 7 mm/hari dalam bulan September (musim kemarau).
Derajat higrometris* rata-rata 82,5% dengan maksimum 96% pada bulan Januari dan minimum70,2% pada bulan September.Kecepatan angin* berkisar antara 52,9 km/24jam dan 107,1 km/24jam dengan rata-rata tahunan74,7 km/24jam.Hari panas* berkisar antara 5-7 jam untuk rata-rata bulanan.
Keadaan iklim daerah Batumarta, cocok untuk pengembangan semua tanaman tropis. Tanaman tahunan yang sudah dewasa tahan terhadap masa-masa kemarau. Sebaliknya tanamanpangan dapat terkena defisit hidris antara bulan Juni-Oktober. Penyèbaran curah hujan cukupbaik pada dua musim tanam :
- Musim tanam pertama dari bulan Nopember-Maret, terutama cocok untuk tanaman padigogo secara monokultur atau tumpangsari dengan jagung dan singkong.
- Musim tanam kedua dari bulan Maret-Awal Juni, terutama cocok untuk tanaman umurlebih pendek daripada padi gogo, seperti kacang tanah, kedelai dan jagung.
- Bulan Juni-Oktober, karena resiko defisit hidris tinggi bagi tanaman tahunan, maka dimanfaatkan untuk kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan.
3. KONDISI T ANAH DAN TOPOGRAFI
Kondisi tanah dan topografi daerah Batumarta tidak sebaik keadaan iklimnya.Secara keseluruhan daerah Batumarta mempunyai topografi agak bergelombang dengan ke
miringan pada umumnya di bawah 8%. Namun demikian beberapa bagian daerah tertentu mempunyai kemiringan 12-16%, tetapi dalam luasan terbatas. Walaupun rata-rata kemiringan tanahkecil, namun pada kemiringan !ahan 12-16% sering terjadi erosi sejak lahan-lahan dibuka (setelahhujan lebat). Oleh karena itu, pembuatan teras-teras sangat diperlukan untuk konservasi tanahapabila kemiringan telah melebihi 8%.
Oleh karena kebiasaan penduduk setempat, melakukan pembukaan ladang dengan sistemberpindah-pindah maka sebagian besar areal bekas ladang telah ditumbuhi alang-alang (Imperata
cylindrica) dan bagian lainnya ditumbuhi kembali oleh hutan sekunder atau belukar dan ada jugayang ditanami dengan tanaman karet.
Di samping tanah endapan aluvial baru di sepanjang pinggir sungai besar maka sebagian besar tanah di proyek Batumarta termasuk tipe feralistik tropis dengan kejenuhan basa rendah sampai sedang (klasifikasi Perancis) atau Podzolik Merah Kuning dalam klasifikasi Indonesia.
Studi pedologi yang dilaksanakan Lembaga Penelitian Tanah (LPT)-Bogor memberikan hasilsebagai berikut :
- Horizon permukaan agak tipis (15 - 30 cm) dengan struktur dan drainase yang baik.Lapisan bawah lebih padat, materi organik sangat sedikit dan drainase lambat. Sehinggaterbentuk noda-noda hidromorfi dan konkresi zat besi dekat permukaan tanah. Meskipuntidak ada lapisan keras dalam tanah, akar tanaman keras umumnya hanya terbatas pada
12
kedalaman 50 cm.- Tekstur: pasir 2%; debu 76%; tanah Hat 22%.
(Nilai debu 76% adalah terlalu tinggi bagi tanah-tanah tropis. Hal ini disebabkan karenakurang baiknya penguraian tanah liat, pada waktu analisa tanah).
- Keasaman: pH (H2 0) =4,5 dan pH (KCl) =3,8 dalam lapisan permukaan.- Materi organik : C = 1,81% dan N = 0,13% atau perbandingan C/N = 13,9 pada lapisan
atas.- Basa yang dapat ditukar :
Ca 1,7 meq/l00 gram tanahMg 1,0K 0,3Na 0,1atau total basa yang dapat ditukar 3,1 meq untuk Kapasitas Tukar Kation sebesar 9,9meq, berarti prosentase kejenuhan basa hanya 31%. Nilai aluminium yang dapat ditukarselalu tinggi.
- Cadangan Fosfor dan Kalium (dalam HC125%).P2 0 S = 160 p.p.m.K2 0 = 180 p.p.m.Ciri-ciri fisik kimia tanah Batumarta kurang baik untuk pengembangan tanaman pangansecara intensif.
Kesuburan tanah terutama berkaitan dengan materi organik. yang tersedia karena sebagianpertukaran basa kecil maka kepadatan tanah tinggi dan drainase lambat pada lapisan bawah,mengakibatkan masalah hidromorfis dan meningkatkan bahaya erosi pada lereng-lereng walaupundengan tingkat kemiringan rendah.
Curah hujan besar yang dikaitkan dengan kemampuan pertukaran kation yang rendahmengurangi efisiensi pemupukan dan mengakibatkan pemborosan pupuk. Apabila pemberianpupuk dalam jumlah besar atau tidak dipecah dalam jumlah kecil.
Keasaman tanah yang tinggi tidak memungkinkan untuk perkembangan mikro-organismesehingga merupakan hambatan besar bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah dan kedele (Leguminosa). Besamya nilai Aluminium bersama Mangan mengakibatkan bahaya keracunan, terutama pada tanaman Leguminosa dan jagung.
Memperbaiki keasaman tanah dan kekurangan fosfor memerlukan pemupukan dan pengapuran yang berat sekali, yaitu :
- 4 s/d 10 ton kapur/ha- 5 s/d 10 kuintal TSP/ha
Sudah tentu pembiayaan usaha ini tidak terjangkau oleh para transmigran.
Meskipun tanah Batumarta tidak sesuai untuk tanaman pangan secara intensif, namun sebaliknya cocok untuk tanaman karet. Karena alasan inilah, Batumarta dipilih oleh Bank Dunia,tempat pelaksanaan sebuah proyek percontohan jenis NES/PIR karet.
4. BATU~IARTA : SEBUAH PROYEK PERCONTOHAN (PILOT PROJECT)
Jenis pengembangan yang dipilih untuk proyek Batumarta (demikian pula untuk proyek-
13
proyek Way Abung di Lampung dan Rimbo Bujang di Jambi) berpola dasar pada sistem PIRyang dilakukan FELDA di Malaysia.
Dalam sistem FELDA, para transmigran memperoleh 4 ha lahan perkebunan berikut lahanpekarangan, dan bukan lahan-Iahan yang diperuntukkan tanaman pangan. Tujuan Nasional swasembada pangan telah mendorong pelaksana transmigrasi untuk memilih sistem campuran antaratanaman pangan dan tanaman karet di proyek Batumarta.
Proyek Batumarta berbeda dengan proyek transmigrasi umum, karena ada 2 hal yang membedakan yaitu :
- penyediaan anggaran sebesar US $ 5000 . 6000 pel' KK, yang berarti hampir 2 kali lipatanggaran untuk proyek transmigrasi umum.
- Pembagian lahan pel' KK 5 ha, sedang untuk transmigran umum 2 ha saja.
Dengan adanya bantuan dana yang cukup besar dari Bank Dunia, maka dapat dilaksanakan berbagai studi awal penyelenggaraan transmigrasi, baik oleh berbagai perguruan tinggi negerimaupun konsultan-konsultan internasional.
Fasilitas karyawan proyek Batumarta jauh lebih memuaskan bila dibandingkan proyekproyek lainnya. Seperti (perkantoran, mobil, tempat tinggal dan lain-Iain). Hasil·hasil penelitiansetempat sudah dapat pula dimanfaatkan dan proyek Batumarta sudah mempunyai stasiun meteorologi yang lengkap. Di samping itu juga sudah ada usaha-usaha pengadaan bibit serta kebunpercobaan (LP3 dan IPB).
Setiap unit pemukiman dibagi dalam beberapa blok, setiap blok ditempatkan 30-40 KK.Blok-blok pemukiman didirikan dekat dam penampung air hujan yang berfungsi sebagai penyediaan air bersih.Setiap kepala keluarga memperoleh :
25 are lahan pekarangan.75 are lahan usaha 1 untuk tanaman pangan (di dekat rumah).
100 are lahan usaha II untuk tanaman pangan, jarak dari rumah 1·2 km.- 100 are lahan cadangan.- 100 are tanaman karet yang dikelola dengan kerjasama PTP X, dan selanjutnya akan di-
serahkan kepada transmigran setelah tahun ke 6 (pada permulaan penyadapan).- 100 are untuk tanaman karet yang akan dikelola transmigran sendiri.
Seperti halnya proyek-proyek transmigrasi-umum, para transmigran di proyek Batumartamemperoleh jatah rumah, peralatan pertanian, pupuk, pestisida, bibit tanaman, peralatan dapur,kelambu dan jaminan hidup untuk 1 tahun penempatan.
Tidak seperti halnya di proyek-proyek transmigrasi Iain, banyaknya jumlah ternak sapiproyek yang tersedia di Batumarta memungkinkan setiap KK memiliki 1 ekor ternak sapi padatahun ke 3 penempatan. Bantuan pupuk dan pestisida lebih besar sehingga cukup memenuhi kebutuhan para transmigran selama tiga tahun pertama.
Mengingat berbagai studi dan laporan tentang proyek Batumarta sudah ada, maka pembuatan monografi tambahan tidak begitu menarik. Studi Batumarta ini tidak àilakukan secara keseluruhan, akan tetapi yang dilaksanakan adalah :
- Mengikuti kegiatan ± 60 KK transmigran selama musim tanam (November 1982 - Juni1983).
14
- Meneliti kehidupan mereka, baik di daerah asal maupun di daerah penempatan.- Meneliti seluruh kegiatan-kegiatan mereka (faktor-faktor yang menguntungkan maupun
hambatan-hambatan yang ada).- Meneliti alasan-alasan penolakan atau penerimaan sistem teknik pertanian yang diterap
kan pada mereka.- Menetapkan usulan dan rekomendasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi trans
migran.
Untuk melaksanakan hal-hal tersebut di atas, sebanyak 60 KK transmigran dari Unit 1 (tahun penempatan 1976/1977) dan Unit VII (tahun penempatan 1979/1980) telah diundi dan diteliti selama musim tanam 1982 - 1983. Karena 1 KK transmigran telah meninggalkan proyek selama penelitian dilakukan, maka hasil yang ada hanya menyangkut 59 KK.
15
III. TRANSMIGRAN DI PROYEK BATUMARTA
1. TARAF HIDUP DAN FAKTOR SOSIAL DI DAERAH ASAL
Untuk. unit pemukiman 1 dan VII yang dipilih, maka hanya 5 daerah asal transmigran (dari8 daerah asal) yang akan diketengahkan sebagai sampel penelitian ini.
KOMPOSISI SAMPEL MENURUT DAERAH ASAL
Jawa Barat 27 %Jawa Tengah 37 %Jawa Timur 17 %Bali 17 %Transmigran Lokal (APPDT): 2 %
Perumahan
Dari 59 KK transmigran sampel hanya 39 KK (atau 66%) yang memiliki rumah sendiri didaerah asal. Sedangkan sampel lainnya menumpang dengan orang tua atau mertua. Khusus orangBali ada beberapa yang tinggal di pondok·pondok perkebunan dimana mereka dibebankan dalampemeliharaan/penyiangan kebun.
Dari 39 KK yang memiliki rumah di daerah asal, 19 KK telah menjualnya sebelumberangkatke proyek, dengan nilai rata-rata jual Rp 314.000,-. Sebanyak 20 KK menitipkan rumah merekakepada familinya, karena rumah berupa gubuk sehingga tidak laku dijual.
GRAFIK NO. 1
PEMILIKAN TANAH DI DAERAH ASAL~ !
/~I 1/~. rf----------------------ltID KY~
,/, \1 1
, , Il! / • Iif/ ~ ,1 1
i (î,J\ ;---------------------"1F1 [II 1 i
~ Il :1 '\'f-------------------~'i \: FTi ")11 1 ii_ 1:11'\ l, 1F \~ i f-:r)\ IiI D
'l'~ '.'\ ~I ;111 't~\,., 1
l.- Il, 1- \).. 11 Al '\""7" tl1 ;\ /7/77//P~
l ' " -' TFt~ KERING~"-'------------------_.'-
IJ f!.j !00 150 è'"JJ ~ 300i~ Field Irq..Jlarlee F'en1 l , 1kan tanah <:are)
16
Pemilikan tanah
Rata-rata pemilikan tanah untuk seluruh transmigran sampel terdiri 27,9 are !ahan keringdan 10,6 are lahan persawahan. Nilai rata-rata ini tidak begitu berarti sebagaimana terlihat padagrafik 1. Karena dari 59 KK temyata 35 KK tidak memiliki lahan kering dan 43 KK tidak mempunyai lahan persawahan.
Dari 24 pemilik tanah kering, Il orang diantaranya telah menjualnya sebelum berangkat keproyek dengan harga yang berbeda-beda, sesuai dengan daerah dan lokasi. tanah tersebut. Dari 16pemilik tanah persawahan, 6 orang memutuskan menjual tanahnya dan yang lainnya menitipkankepada famili.
Tingkat kekayaan
Nilai rata-rata kekayaan sebuah keluarga transmigran adalah Rp 138.000,- yang terdiri atasbarang-barang yang dapat dijual (temak, sepeda, radio, mebel, perhiasan dan lain-lain). Hal inidapat dilihat pada Grafik di bawah ini :
GRAFIK NO. 2
KEKAYAAN KELUARSA DI DAERRH A5AL
00') lQ)R i buan RI....ç' i oh
,....--,--------------------pID./ l '
~/ ~ i1 i 11 .1 .• 1 1
1 ('1 '1 li" " 00 ~1 ~ ,
... J :\ ~
! li ~ \\; !IIi ,!J!I~\ 1 S1 Il,·, ,);l--------------------....., ..,lili;r\ k:.u ..:::
H:lll\ \!1\ iiI:\ \)liiill~ . 1
Il ir!iliii1r't--\---------------!::)
l'111I:1III~l-. ....Il! i: i .1 1l't.. )\
1 !li Il 1'1 1~r' .~>._-,.- 1
! 1j1i 1 dl. r...~-'....-f'rT'TTI hll, llilill'llillliillWllillilllilllJUillJUIDlIlÎITlîJII]:rrtI":tr:Z:'L~-~'~// -"-v ~'"
G 200iQPSTOM F!Sld InqJlarles
Sebanyak 56% transmigran sampel (33 KK) memiliki kekayaan di bawah Rp 100.000,-.Dari nilai rata-rata kekayaan Rp 138.000,- per KK, maka :
- Senilai Rp 77.000,- hasi.l penjualan sebelum berangkat ke lokasi..- Sebesar Rp 28.000,- dibawa ke lokasi..- Sebesar Rp 33.000,- diserahkan kepada famili.
17
Persediaan uang ketika tiba di proyek
Sejak kedatangan di proyek, 2 KK transmigran memiliki persediaan uang Rp 3 juta, dan 2KK memiliki Rp 2 juta, 12 KK memiliki antara Rp 100.000,- - Rp 500.000,- serta 43 KK (atau73% dari sampel), persediaannya di bawah Rp 100.000,-.
Jenis usaha di daerah asal
Grafik di bawah ini menunjukkan kegiatan-kegiatan pokok para transmigran di daerah asal,serta jumlah kegiatan per KK.
GRAFIK NO. 3
SUMBER PENDAPRTAN DI DAERAH ASAL/-~--'----'-------I-:=-'''''--''l!---~' --1.----§--_-.,-,-.,__:;,-,-r.-....,----"'I.7C
wa:-.u LJ. _ ~_ _ ...... __-__ ~_4
.~---------------------te:.-tr, _.' ~ ~ \...oë:':J:-l:,
(J['-
.::LAi, Yu
L
f3D:;
..
....J
eo
, .-,==:::---===-----------------l!iD, '.c=?-.-~/~,. ,~:.. " .--
---::l'""':I::==-==:--;ool/'-------J-:..~.:L..---...,>. _ . . .( ..
?e~5;u.r:
Kegiatan-kegiatan pertanian tetap menonjol, karena 50 KK (dari 59 KK) melakukan usahapertanian. Dari sampel penelitian telah diketahui bahwa :
- 9 KK tidak menganggap dirinya sebagai petani- 20 KK hanya bekerja sebagai buruh petani
5 KK merupakan petani penyewa/pemaro dan buruh tani- 5 KK merupakan tuan tanah kecil dan buruh tani- 5 KK petani pemaro atau penyewa- 15 KK mengusahakan tanahnya sendiri
18
Tingkat teknik pertanian
Untuk mengevaluasi tingkat teknik pertanian para transmigran, maka telah digunakan metode "SCORE" dengan mengutamakan tema teknik seperti : pengalaman di lahan kering, persa·wahan, perkebunan, pembajakan, pemupukan, penyemprotan, kredit pertanian, keanggotaanKUDlKelompok Tani dan penggunaan traktor.
Dengan memberi 1 point pertama teknik yang dipakai, maka untuk sampel penelitian inidiperoleh klasifikasi sebagaimana terlihat pada grafik 4. Di atas score 4 point, tema teknik selalutersusun dalam urutan yang tepat. Misalnya pemupukan selalu di1akukan sebelum penyemprotan.
GRAFIK NO. 4
PENGALAMAN TANI
•...
'ô 15Jdmlar, KK
! Il
Il
".'
1 •
8Ir-ff,
6enprot
Kl.D
e5
.,1
4
B_m_n tml
Cl iœ tcnl
Secara keseluruhan, tingkat teknik pertanian para transmigran relatif rendah, karena itudalam sampel penelitian telah diketahui bahwa :
- 47 % transmigran menggunakan pupuk secara teratur.- 24 % melakukan penyemprotan saja- 5 % memanfaatkan Bimas Inmas secara teratur.
Tingkat pendidikan kepala keluarga
Grafik di bawah ini menunjukkan perbedaan-perbedaan tingkat pendidikan para kepala keluarga transmigran :
19 .
GRAFIK NO. 5
KK
- 25 % kepala keluarga transmigran buta huruf- 39 % pernah sekolah tanpa memperoleh ijasah- 36 % berijasah Sekolah Dasar atau diatasnya.
Dengan demikian nampak jelas bahwa tingkat pendidikan transmigran disini lebih tinggidaripada di daerah asal. "
Pengalaman merantau
Tabel di bawah ini menunjukkan kecilnya mobilitas para kepala keluarga asal Jawa atau Balisebelum mereka bertransmigrasi..
TABEL 3
PERJALANAN MERANTAU KEPALA KELUARGA
Tujuan Jumlah kasus %
Belum pernah merantau 41 69Merantau di propinsi asal 4 7
Merantau di pulau asal 2 3Merantau ke Iain pulau 3 5Merantau ke Sumatera 9 15
Total 59 99
20
1
.1
.,
Sebanyak 79% transmigran belum pemah meninggalkan pulau asal (Jawa atau Bali) sebelummereka ditempatkan di proyek Batumarta. Hal ini jelas menunjukkan kesulitan adaptasi di lingkungan yang sangat berbeda bagi sebagian besar transmigran. Namun demikian 15% kepala keluarga pernah merantau ke Sumatera, sebagian besar sebagai buruh tani di Lampung dan sebagiankecil pernah ikut transmigrasi ke Iain proyek di Sumatera.
Usia kepala keluarga
Batas usia 40 tahun yang ditetapkan bagi kepala keluarga untuk bertransmigrasi nampaknyasulit dilaksanakan di proyek Batumarta, karena usia rata-rata para kepala keluarga yang ditelitimencapai 40,7 tahun. Dalam hal ini jelas bahwa batasan usia dimaksud belum berlaku di proyekBatumarta. Karena warga transmigran di proyek terdiri dari para korban Bencana Alam (meletusnya Gunung Semeru) , para pensiunan ABRI, maupun para korban yang terkena proyek-proyek kepentingan umum (pembangunan Bendungan Wuryantoro), dimana jumlah mereka ini cukup banyak di Batumarta.
GRAFIK NO. 6
UMUR KEPAlA KELUARGADISTRIBUSI/11i1i
, :;; 20 J}
:~ Field Irqu!ar!es40 00 :0
Us/o Kk:.
Komposisi keluarga
Usia para kepala keluarga tidak terdapat perbedaan yang menyolok di Unit Pemukiman 1dan VII, tapi berlaku sebaliknya untuk komposisi keluarga.
21
TABEL 4
KOMPOSISI KELUARGA
UNIT 1
UNIT VII
Jumlahjiwa
6,74,8
Usia < 15 tahun
3,82,9
Usia >=15 tahun
2,91,9
Di Unit 1 komposisi keluarga menunjukkan rata-rata l anak dan l orang dewasa lebih ba
nyak, dibandingkan dengan Unit VII. Dimana potensi tenaga kerja jelas lebih tinggi di Unit 1.Angka-angka tersebut di atas hanya menyangkut anak-anak yang masih dalam tanggungan
orang tua. Sedangkan anak-anak yang sudah menikah diperhitungkan apabila mereka tinggal bersama orang tua dan ikut berperan seIta dalam usaha tani seIta membantu keuangan keluarga.
Meskipun keadaan para transmigran semuanya sama ketika tiba di proyek, namun karena
mempunyai latar belakang berbeda-beda pada waktu di daerah asal (tingkat teknik peItanian,tingkat pendidikan, pemilikan modal, jumlah tenaga kerja keluarga), maka hal ini akan mengaki·batkan pengembangan usaha di bidang pertanian yang berbeda-beda pula.
2. USAHA TANI TRANSMIGRAN
Pemilikan Lahan
Untuk menghindari penjualan lahan oleh para transmigran, pe~erintah pada saat ini telahmenetapkan hak pengelolaan lahan (untuk periode terbatas) untuk menggantikan hak pemilikanlahan. Dengan demikian, hanya transmigran Unit 1yang memiliki hak pemilikan lahan, sedangkantransmigran Unit VII hanya memiliki hak pengelolaan lahan saja. Apabila proyek telah diserahkankepada PEMDA (setelah 5 tahun pembinaan), transmigran dapat melakukan perubahan hak yaitudari hak pengelolaan lahan menjadi hak milik. Hal ini sangat mengkhawatirkan transmigran,
karena untuk itu diperlukan berbagai prosedur administratif dan tentunya biaya yang cukup tinggi.Di Iain hal efisiensi prosedur yang dimaksud di atas jelas meragukan karena transaksi lahan
tidak dapat dicegah sama sekali.
- Dari 59 KK transmigran sampel, sebanyak 57 KK masing-masing memperoleh 5 ha jatah
lahan. Seorang transmigran mengelompokkan bagian lahannya dengan kepunyaan ibunyasetelah ayahnya meninggal, sehingga luas seluruhnya menjadi 10 ha. Seorang transmigranswakarsa hanya memperoleh 50 are.
- Daripada mengusahakan lahan yang jauh dari rumah, 3 orang transmigran Unit 1 telah
membeli lahan di sekitar pemukiman dengan perincian masing-masing 1,5 ha, l ha, dan0,25 ha.
- Untuk alasan yang sama, 2 KK dari Unit VII telah menyewa 0,5 dan l ha tanah dekatrumah mereka.
- 16 KK (dari 59 KK sampel) telah mengusahakan lahan antara 0,25 ha sampai l ha yangmerupakan lahan cadangan atau umum secara liar.
- Kasus·kasus juallahan tidak diakui oleh para transmigran, yang ada hanyalah pemindahan
hak dengan istilah ganti rugi (dalam kasus ini menyangkut 6 KK untuk tanah seluas 0,250,75 ha).
22
Kebanyakan transmigran merasa ragu mengusahakan lahan usaha II mereka (diperuntukkantanaman pangan) yang pada umumnya terletak antara 1 - 2 km dari pemukiman. Di samping masalah jarak, lahan-Iahan tersebut sering terletak dekat hutan sehingga kemungkinan diganggu babihutan lebih tinggi.
Evolusi luas lahan yang dibuka
Pada prinsipnya setiap keluarga pada waktu kedatangannya di proyek memperoleh 1 halahan yang telah dibuka, diolah pakai traktor dan siap tanam. Sedangkan lahan-Iahan yang diolahpakai traktor, luasnya berbeda-beda sebagaimana terlihat pada tabel 5.
TABEL 5
LUAS LAHAN YANG DIOLAH TRAKTOR
Luas
JumlahKasus
oare
17 *
1-10 are
1
11-20 are
3
21-40 are 41-60 are
32 5
2 ha
1 **
* 16 kasus di Unit 1** Kekeliruan lokasi oleh pemborong
Perkembangan luas lahan yang dibuka dan yang ditanami selama tiga tahun pertama (setelahkedatangan di proyek) sangat tergantung pada Iuas lahan yang sebelumnya diolah pakai traktordan tenaga kerja dalam keluarga.
Grafik 7 menunjukkan perkembangan luas lahan yang diolah selama tiga tahun pertama.GRAFIK NO. 7
EVOLUSI LURS GARA PANDAR l TAH!JN PERTAtv1~ SAMPA! TAHUN i<~ET l GR
.,,1.oP' J
///
1,..·,.Ci j:)ù ~ ~,
'lJ'l'3m01 FI B 1d \rQ.J1 sr \ee ~ le .' ~:;.<
IX-1
S i""'...J.....,
Pada tahun pertama penempatan, luas lahan yang dibuka tidak begitu berbeda diantaratransmigran, sedangkan pada tahun ke 3, luas lahan yang dibuka per KK mengalami peningkatan
23
!yang pesat, demikian pula penyebarannya (0,5 - 3,25 ha/KK).1 Pada akhir tahun ke-4, rata-rata luas lahan yang dibuka mencapai 145 are di Unit VII, se·dangkan di Unit l hanya 114 are (pada tahun ke·6 rata-rata mencapai 163 are).
Perbedaan luas lahan yang telah dibuka di 2 Unit ini terutama tergantung dari cepatnya pe·makaian tenaga hewan serta traktor (dari fihak swasta) di Unit VII. Dalam tabel 6 dapat dilihatcara-cara pengeolahan lahan serta periode penggunaan baiak.
TABEL 6
CARA PENGOLAHAN LAHAN
Pemakaian tenaga hewanTahun ke·2 Tahun ke-3 Tahun ke-4
Cangkul Traktor
Unit 1Unit VII
12 %
12 %
35%
45%
22 %
10 %
31 %
24 %
0%9%
Pada akhir tahun ke-3 perkembangan tanaman keras di pekarangan sudah cukup besar, se·hingga pekarangan tidak bisa digunakan lagi untuk usaha tani tanaman pangan. Di Unit VII dari145 are rata-rata lahan usaha per KK, 15 are telah diperuntukkan tanaman pekarangan/panganpada tahun 1983. Di Unit l luas rata-rata tanaman pekarangan mencapai 20 are.Tanaman pangan
Keadaan iklim Batumarta selalu memungkinkan dua musim tanam dan kadang-kadang sam·pai tiga musim apabila musim kemarau terlambat. Namun demikian mengingat tingginya resikokemarau pada bulan Juni sampai dengan Agustus menyebabkan kebanyakan transmigran (50 KKdari 59 KK) tidak ingin mencoba-coba berspekulasi dalam musim ketiga.
Luas lahan yang ditanami tanaman pangan selama tiga musim tanam dapat dilihat pada gra·
fik 8. GRAFIK NO. 8
LURS TANAMAN MUS IMAN..""....,-----------------,
.,./-(;:-.----------------/"'. --- l'
./<>.-'" 11-,----------------i.~ •••~ 1.'.- /- 1
/'./ " ....., ----------------'.' '.......... 1,.- .•_,1. 1
.~ 0" .,- 1•••••,., •••• ..... ,/ l'
rl
----1
24
1'0... 1 31""1 63 Lunsi:~-_~ z5\.:
tfinCifllQn (ar8)
Dari 130 are yang ditanami pada musim tanam pertama (rendengan), maka hanya 80 areyang dimanfaatkan untuk musim tanam ke-2 (gadu). Hal ini disebabkan :
- Untuk pengolahan lahan membutuhkan waktu banyak, sedangkan lahan harus ditanamisecepatnya supaya waktu tanarn sebelum awal musim kemarau bisa tercapai. Oleh karenaitu para transmigran lebih cenderung mengurangi luas garapan.
- Kurangnya bibit palawija sering menyebabkan transmigran mengurangi luas lahan yang ditanami.
- Musim gadu terutama diperuntukkan tanaman palawija, yaitu jagung, kacang tanah dankedele. Oleh karena tanaman tersebut disukai babi hutan, sehingga semua lahan yang jauhdari tempat tinggal pada umumnya tidak ditanami.
Pada musim tanam rendengan, padi merupakan tanaman pokok yang paling disukai paratransmigran. Dari 130 are lahan yang ditanami pada musim rendengan pertama, 107 are rata-ratadiperuntukkan tanaman padi.
Secara tradisional, padi gogo ditanam secara tumpangsari dengan jagung dan singkong (41kasus dari 59 KK). Daerah·daerah yang besar bahaya serangan babi hutan, yaitu lahan yang jauhdari tempat tinggal, maka perlu ditanami padi saja. Selain itu 3 KK transmigran sampel telah men·cetak sawah.
Tabel 7 menyajikan jenis tanaman, jumlah KK, areal rata-rata untuk setiap jenis tanaman perKK dan areal rata-rata untuk seluruh sampel penelitian.
TABEL 7
TANAMAN PANGAN (MUSIM RENDENGAN)
TANAMAN
PadigogoPadi tumpangsariPadi sawah
Singkong
JagungKacang tanahKedeleKacang hijau
Ubi jalar
Buah-buahanSemangka
Sayur-sayuran
TOTAL
JUMLAH LUAS AREAL RATA-2KK PER KK (are)
20 * 10241 * 1003* 51
9 2813 28
6 31
3 257 142 25
17 193 21
59 1
59
* 5 KK memiliki dua lahan padi
LUAS AREAL RATA-2SAMPEL (are)
107
22
1
130
25
Pada musim tanam ke-2, diversifikasi tanaman lebih meningkat sebagaimana terlihat pada
tabel8.
TABEL. 8
TANAMAN PANGAN (MUSIM GAOU)
TANAMAN JUMLAH LUAS AREAL RATA-2 LUAS AREAL RATA-2KK PER KK (are) SAMPEL (are)
Padi gogo 1 25Padi tumpangsari 5 82 9Padi sawah 1 75
Singkong 6+(9rend) 30Jagung 27 38Kacang tanah 20 24 69Kedele 9 32Kacang hijau 17 35Ubi jalar 4 50
Buah-buahan 21 20Semangka 5 22Kacang tunggak 20 46
Sayur-sayuran 59 1-3 1-3
TOTAL 59 80
Dari 59 KK sampel hanya 7 KK menanam padi pada musim gadu. Kebanyakan mereka menanam jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak dan buah-buahan. Pilihan tanaman tergantung kepada kebutuhan pangan, tersedianya bibit dan pengalaman hasil panen pada tahuntahun sebelumnya. Di satu blok jarang sekali terdapat transmigran menonjolkan dengan memilihtanaman Iain dari tetangganya, karena apabila menemui kegagalan akan menjadi ejekan. Sebaliknya apabila berhasil tahun berikutnya para tetangga mengikuti.
Pada musim tanam ke-3, apabila lahan dapat diolah sebelum awal musim kemarau, beberapatransmigran mengusahakan tanaman kacang tanah, kacang hijau atau kacang tunggak pada arealseluas 50 - 75 are. Transmigran yang memiliki lahan dekat sumber air lebih menyukai mengusahakan tanaman sayur·sayuran, yang sangat menguntungkan pada musim kemarau.
Tetapi pada umumnya hanya 9 KK dari 59 KK sampel menanami lahan mereka pada musimtanam ke-3.
Sejak pembukaan proyek, tingkat produksi rata-rata yang dioeroleh dari berbagai tanaman
26
'(
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 9
PRODUKSI T ANAMAN
TANAMANPRODUKSI MINIMAL PRODUKSI RATA· PRODUKSI MAKSIMAL
RATA-2 (KGIHA) RATA (KG/HA) RATA-RATA (KG/HA)
Padigogo
Padi sawahJagung tumpangsariJagungKacang hijau
Kacang tanah (polong)
KedeleSingkongUbi jalar
500500200300120150170
1.300300
8001.600
300450200450290
3.500900
1.0903.000
700600340
850400
6.0001.100
•
Karena tanaman padi merupakan tanaman pokok bagi para transmigran, hal ini perlu dipeIajari Iebih terperinci. Apalagi padi mernpakan satu-satunya tanaman pangan yang diusahakan padaareal yang cukup Iuas. Oleh karena itu memungkinkan untuk mengevaluasikan tingkat teknikpara petani.
Tanaman dominan : padi gogo
Data di bawah ini diperoleh mela1ui penelitian Iapangan terhadap 59 KK transmigran yangditeliti selama musim tanam (1982-1983).
- PENYlIAPAN LAHAN ,
Sistem pengolahan/penyiapan Iahan diantara para transmigran sangat berbeda-beda, hal iniditentukan dari penggunaan alat pengolahan Iahan dan beberapa kali ulangan. Sedangkansistem pengolahan tetap (tidak berbeda) di dalam KK, kecuali pada Iahan yang barn dibukadimana masih banyak terdapat sisa akar dan tunggul sehingga tidak memungkinkan memakait'enaga hewan.
Pada tahun 1982-1983 dari 59 KK diketahui bahwa :
* 18 KK menyiapkan Iahan dengan cangkul* 3 KK menggunakan cangkul pada Iahan-Iahan yang baru dibuka dan pada Iahan Iainnya
memakai bajak.* 36 KK menggunakan bajak, kadang·kadang ditambah 1 atau 2 kali ulangan dengan cang
kul.* 2 KK mengupahkan membajak dengan pakai traktor dari pihak swasta.
Frekuensi cara pengolahan Iahan, jumlah ulangan dan urutan penyiapannya dapat dilihatpada tabel-tabel berikut :
27
TABELtOa
PENGOLAHAN LAHAN 5ECARA MANUAL
Jumlah ulangan
332
1
TOTAL
Cara pengolahan *
CCMCMP
CCC
Jumlah kasus/59 KK
62
112
21(3 KK pada sebagian lahan)
TABELtOb
PENGOLAHAN LAHAN DENGAN TENAGA HEWAN DAN CANGKUL
Jumlah ulangan
7
5
4
3
2
TOTAL
Cara pengolahan *
BBBBBBBBBBBBBBBPBBBMBBMPBBMBBPBBBBBBM
Jumlah kasus/59 KK
11861842
62
39(3 KK pada sebagian lahan)
TABELtOc
PENGOLAHAN LAHAN DENGAN ME51N (TRAKTOR)
Hanya 2 kasus : TTC C dan T C B C
* Singkatan-singkatan (tabellO a, 10 b, dan 10 c)
C = Cangkul balikM = Meratakan dengan cangkul
P = Parit dengan cangkul
B = BajakT = Traktor
Pengolahan lahan secara manual dan tenaga hewan dimana kualitas hasil pengolahan lebihbaïk. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian kedalaman pengolahan lahan dengan ketebalan la-
28
pisan atas yang kaya dengan bahan organik. Sedangkan pengolahan lahan memakai tenaga traktordimana hasil pembajakan terlalu cepat dan dalam, akibatnya perbedaan ketebalan lapisan tanahtidak diperhatikan, sehingga kualitas hasil pengolahan lahan kurang memuaskan/tidak memenuhisyarat.
- PENANAMAN/pENUGALAN BIBIT
Mengingat musim kemarau tahun 1982 sangat panjang, maka kegiatan penyiapan lahan barndapat diselesaikan sebelum awal musim hujan (akhir Nopember). Oleh karena itu jadwal penanaman (penugalan) bibit padi gogo tahun 1982 tidak begitu lama dibandingkan tahun-tahun lainnya. Penanaman dimulai pada awal Desember 1982 dan berakhir sekitar 15 Desember 1982.
Kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan penanaman, sangat tergantung terhadap luas arealyang ditanami. Kegiatan ini dilakukan biasanya secara kekeluargaan atau gotong royong (5 - 20orang atau lebih), dengan menggunakan tugal. Jumlah bibit yang digunakan rata-rata mencapai29,3 kg per hektar, dan jarak tanam berkisar 25-30 cm.
Adapun varietas padi gogo yang digunakan para transmigran akan diketengahkan pada tabel11:
TABEL Il
VARIETASPADI GOGO YANG DIGUNAKAN
Varietas
GandoSerendahSemesterMedanLampung kuning
Jumlah KK yang menggunakan/59 KK
29212016
5
Umur padi (bulan)
54
5,5 - 65
4,5
Selain varietas di atas, ada juga 15 varietas Iain padi gogo yang kurang penting, karena penggunaan hanya ditemui dalam 1 atau 2 kasus dan juga dalam areal yang terbatas. Di Iain pihak kebanyakan para transmigran menanam 1 atau 2 varietas ketan dengan luas areall0 are.
Jumlah varietas padi gogo yang digunakan per kepala keluarga pada umumnya tidak begitubanyak, sebagaimana dapat dilihat pada tabel12 :
TABEL 12 -
JUMLAH VARIETAS PADI GOGO PER KK
Jumlah varietas
Jumlah KK
1
22
2
23
3
13
4 5
1
Total
59
- PENYIANGAN
Tidak seperti yang diduga, maka alang-alang (Imperata cylindrica) tidak terlalu mengganggutanaman padi. Pada kenyataannya pembukaan lahan yang baik dengan cangkul dapat menghilangkan (mencabut) rhizome dari alang-alang. Tumbuhan rumput pengganggu (Gulma) yang paling
29
mengganggu adalah merupakan tanaman siklus pendek dan tergolong jenis Digitaria. Mengenaitanaman ini tidak begitu banyak di tanah yang ditumbuhi alang-alang tetapi cepat tumbuh subursetelah pembuk.aan lahan. Siklusnya antara 30-40 hari, kebanyakan diantaranya telah membenihpada waktu dilakukan penyiangan pertama. Dengan demikian dari tahun ke tahun benih gulam didalam tanah berangsur-angsur meningkat.
Berdasarkan hal di atas diperlukan jumlah penyiangan sebanyak 3 kali di Unit 1sedangkanuntuk Unit VII penyiangan masih cukup 2 kali.
Jumlah penyiangan yang dilakukan tahun 1982-1983 dapat dilihat pada tabel13 :
TABEL13
PENYIANGAN
Jumlah penyiangan 4 3 2 1
Type penyiangan * KKCC KKC KCC KK KC CC K
Unit l (%) 5 53 5 32 5
Unit VII (%) 9 30 6 42 6 6
* K = Koret (cangku l, cungkir)
C = Cabut (tangan, sabit, parang).
Alat yang digunakan untuk penyiangan adalah cangkul yang sudah tua (lama), dimana besinya sudah terkikis Vz dari aslinya, karena sering dipakai.
Penggunaan cangkul biasa pada umur padi di bawah 2 bulan, sedangkan untuk penyianganlebih lanjut, para transmigran menggunakan arit dan pisau atau lebih sering dicabut pakai tangan.
Penyiangan pertama dimulai pada umur tanaman 15-21 hari setelah penugalan, biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Penyiangan kedua pada umumnya antara umur 1 - 2,5 bulan setelahpenugalan dan ada kalanya diikuti penyiangan ketiga yang lebih cepat (cabut dengan tangan).Kegiatan penyiangan paling lambat berakhir 3 bulan setelah penugalan. Pada tahun 1982-1983tidak ada transmigran yang memakai herbisida.
- PEMUPUKAN
Dari transmigran yang diteliti, ternyata bahwa 47% telah biasa melakukan pemupukan didaerah asal, sedangkan di proyek Batumarta semua transmigran telah menggunakan TSP dan Ureapada penanaman padi gogo tahun 1982/1983. Di lain pihak hanya 20% KK transmigran meman·faatkan pupuk Phospat alam yang dibagikan dari Dinas Pertanian (500 kg/KK), tetapi dalam jumlah sedikit dan sebagian besar pupuk hanya ditimbun saja di kebun hingga rusak.
Penggunaan pupuk KCl dan pupuk kandang belum merata (masing-masing sebesar 5% dan8% kasus).
Untuk TSP dan Urea, dosis rata-rata yang dipakai per hektar adalah sebagai berikut :
TABEL14
OOSIS RATA-RATA PUPUK BUATAN
TSP (kg/ha) Urea (kg/ha)
Rata-rata Standar deviasi Rata-rata Standar deviasi
Unit 1 87.4 68,6 98,2 54,5
Unit VII 70,7 39,6 81,1 35,7
Perbedaan-perbedaan yang terlihat antara Uni 1 dan Unit VII disebabkan karena Unit 1 :12% transmigran memakai dosis pupuk berat.
Tabel 15 menunjukkan keragaman penggunaan pupuk diantara transmigran :
TABEL1S
OOSIS PUPUK YANG OIPAKAI
Dosis dalam kg/ha 30 30 60 90 120 150 180 Total
% Transmigran TSP 12 28 20 24 4 0 12 100%
Unit 1 Urea 4 24 24 20 8 4 16 100%
% Transmigran TSP 9 39 24 15 9 0 3 99%
Unit VII Urea 3 24 33 24 9 6 0 99%
Dengan membandingkan dosis yang dipakai dengan dosis yang dianjurkan BIMAS (TSP =140 kg dan Urea =105 kg), maka terlihat pemakaian dosis terlalu sedikit pada 86% kasus untukTSP dan 57% kasus untuk Urea. Dibandingkan dosis yang dianjurkan LP3 (TSP =150 kg, Urea :150 kg), maka dosis yang digunakan terlalu kecil :
- dalam 88% kasus untuk TSP dan 80% kasus untuk Urea (di Unit 1).
- dalam 97% kasus untuk TSP dan 94% kasus untuk Urea (di Unit VII).Dosis rata-rata yangdipakai mendekati separuhnya dosis yang dianjurkan LP3.
Distribusi pupuk dan pemakaiannya belum memuaskan terutama di Unit VII, seperti terlihatdi tabel16.
TABEL16
PEMBAGIAN PUPUK
Dalam % Transmigran
Pemupukan
(kali)
12
34
Unit 1
TSP Urea TSP
15 18 5360 59 3220 18 11
5 5 4
Unit VII
Urea
3555
7
3
31
Lebih dari separuh transmigran Unit VII memakai l kali TSP dicampur bibit, dan 2 kalipemakaian pupuk Urea pada waktu padi beranak dan bunting.
Pencampuran TSP dengan bibit bagi para petani dianggap menguntungkan karena: memungkinkan mengurangi pemakaian bibit, terutama apabila anak-anak ikut dalam kegiatan penanaman(mereka cenderung memasukkan bibit cukup banyak dalam lubang-lubang tugal agar pekerjaancepat selesai).
Pemakaian pupuk secara dicampur dengan bibit, maka dalam waktu relatif pendek cepat terlihat pertumbuhan tanaman dibandingkan kalau pemberian pupuk secara disebar (dalam jumlahbanyak). Pengaruh selanjutnya cara pemberian pupuk seperti di atas akan mengakibatkan perakaran tanaman tidak menyebar seperti yang terjadi bila pemberian pupuk secara disebar.
Di Unit l cara pemupukan ini telah ditinggalkan dan diganti dengan 2 kali pemakaian TSPdicampur Urea pada waktu beranak dan bunting.
Perlu diketahui bahwa masalah teknik pemupukan masih belum dikuasai oleh sebagian besartransmigran, demikian pula masalah proteksi tanaman.
- PENYEMPROTAN HAMA TANAMAN
Berbagai situasi terlihat antara unit-unit pemukiman dan antara transmigran dari unit yangsama. Penggunaan pestisida juga merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar transmigran,karena hanya 24% diantara mereka yang pernah menggunakannya di daerah asa!.
Frekuensi penyemprotan tanaman bervariasi, sebagaimana disajikan dalam tabel17 :
TABEL17FREKUENSIPENYEMPROTAN
Jumlah penyemprotan a 1 2 3 4 5 6
% Transmigran Unit 1 25 a 38 25 4 4 4
% Transmigran Unit VII 3 a 26 15 21 18 9
7
3
15
6
Total
100
101
Di Unit VII, hanya 3% transmigran yang tidak melakukan penyemprotan hama tanaman,sedangkan di Unit l sebanyak 25%. Hal ini disebabkan setelah tahun ke-3 mereka tidak lagi melakukan proteksi tanaman, karena tidak mendapat lagi bantuan pestisida, alat-alat semprot rusakdan tidak ada pengaruhnya pemakaian pestisida terhadap hasil yang diperoleh. Buruknya hasilmengakibatkan transmigran meragukan keampuhan pestisida, tetapi sebenarnya disebabkan kurangnya penguasaan teknik penyemprotan.
Ternyata jarang sekali transmigran yang memperhatikan dosis obat yang dianjurkan pabrik.
TABEL18OOSIS PENYEMPROTAN PESTISIDA
Dosis
% Transmigran Unit 1
% Transmigran Unit VII
32
Nol
253
Sangat kecil
4644
Kecil
832
Tepat
2121
Dari transmigran sampel, hanya 21% yang melakukan penyemprotan secara tepat. Demikianpula pengertian penyemprotan preventif masih belum dikenal bagi sebagian besar transmigran.
TABEL19
JADWAL PENYEMPROTAN PERTAMA
Umur padi (hari) 21 30 45 60 90 120 * 140** Total
% Transmigran Unit 1
% Trnasmigran Unit VII
* Padi mulai keluar
**Padi m ulai menguning
13 032 24
1316
616
19a
25
825
4101100
Pada tahun 1982-1983 hanya 13% transmigran Unit 1 melakukan penyemprotan preventif,sebulan setelah penanaman bibit, sedangkan di Unit VII sebanyak 56%. Dilain pibak 50% transmigran di Unit 1 baru mulai melakukan penyemprotan setelah pembungaan dan di Unit VII sebesar 12%. Pada waktu serangan hama lembing hijau telah mencapai puncaknya dan menunjukkanadanya 4lembing hijau per tangkai atau lebih dari 100 ekor per m2.
Walaupun kerusakan tanaman sudah menyeluruh/merata dan popu1asi hama telah berkurangkarena kekurangan makanan, banyak transmigran terus melakukan penyemprotan pada lahan mereka. Dengan demikian dari keseluruhan penyemprotan yang dilakukan di Unit l, 51% melakukannya terlambat sekali, dan di Unit VII 46%.
Teknik penyemprotan paling kurang dikuasai para transmigran, baik frekuensinya, jadwal·nya, dosis maupun jenis pestisida. Banyak transmigran salah dalam pemakaian jenis pestisida,seperti insektisida digunakan untuk membasmi penyakit virus atau jamur, sehingga mereka merasa heran akan ketidakefektifan pestisida tersebut. Kesalahan dalam dosis pemakaian insektisida,yakni penyemprotan 15 kali untuk lahan seluas 1 ha, dengan dosis 3,3 cl setiap penyemprotan(sedangkan minimal harus sebanyak 1 liter).
- PANEN
Padi gogo yang sudah masak dipanen dengan ani-ani. Apabila hasil padi sedikit, tenaga kerjayang dibutuhkan cukup tenaga kerja keluarga. Sebaliknya apabila produksi tinggi maka pengguna·an tenaga kerja dari luar diperlukan. Pengupahan tenaga kerja adalah berdasarkan sistem "BAWON", dengan pembagian bawon 1/7 sampai 1/4. Biaya panen tergantung dari tersedianya tenagakerja dan terutama dari tingkat hasil produ~i. Apabila produksi tinggi (banyaknya tangkai perrumpun diikuti prosentase bibit per tangkai tinggi). Maka petani bawon yang berpengalaman dapat memperoleh 80 . 100 kg tangkai padi per hari kerja dan menyetujui upah l/7nya. Namunapabila produksi agak rendah, si petani menghabiskan waktunya memilih rumpun-rumpunnyayang bisa dipanen dan hanya memperoleh 40-50 kg per hari kerja. Bagian panen yang diperolehnya umumnya dengan persetujuan bawon 1/5- 1/4 bagian.
Setelah dipanen ikatan padi dibawa ke rumah dijemur, diirik dan ditampi. Selanjutnya padidimasukkan karung dan disimpan di rumah. Jika produksi melebihi kebutuhan pangan keluarga,kelebihannya akan dijual di penggilingan padi yang terdekat.
33
- HASIL PADI PADA MUSIM RENDENGAN 1982·1983
Perbedaan hasil padi yang sangat tinggi terutama diakibatkan perbedaan tingkat teknik parapetani. Dimana daerah Batumarta pernah mengalami serangan hama lembing hijau yang luarbiasa, pada bulan April 1983. Bagi para transmigran yang menggunakan dosis penyemprotan hama secara tepat dapat mengatasi/mengurangi seranganhama tersebut.
GRAFIK NO. 9
HASIL PROI~USIM RENDEN5AN IG82-1983
..r,-------------------------;~
,f. •••••• '.
1""oC<.,.~
':".J
~:= rl J rl tr~ 1 ~lCcJ;
s-~
:::L,-
'1 "'"
-'-;
5
Hasil rata-rata mencapai :- 399 kg gabah/ha di Unit 1- 704 kg gabah/ha di Unit VIIdengan variasi hasil antara 50 kg/ha sampai dengan 2.900 kg/ha.
Hanya 15% transmigran memperoleh produksi padi yang melebihi kebutuhan pokok tahunan mereka : 61% transmigran mendapatkan hasil padi di bawah kebutuhan konsumsi untuk 6bulan.
- INPUT-OUTPUT ANALISIS UNTUK TANAMAN PADI GOGO
Pada tahun 1982-1983 sedikit sekali transmigran yang menggunakan tenaga kerja upah. Adapun pendapatan keluarga rata-rata dari 1 ha tanaman padi gogo dapat dilihat pada tabe120.
Nilai-nilai perekonomian dimaksud yang sudah rendah ini nampak ironis apalagi jika diperhitungkan kebutuhan tenaga kerja untuk 1 ha padi gogo.
34
TABEL 20
INPUT-OUTPUT ANALISIS TANAMAN PAOI GOGO
Unit 1 (Rp) Unit VII (Rp)
Bibit 2.800 3.000Pupuk 17.400 13.500
Pestisida 2.600 4.800
Jumlah saprodi 22.800 21.300
Nilai panen padi (Rp l00/kg) 39.900 70.400
Upah kerja keluarga 17.100 49.100
Biaya tenaga kerja
Kebutuhan terhadap tenaga kerja dalam pengolahan lahan tergantung pada cara pengolahan.Untuk 1 ha padi gogo diperlukan jumlah tenaga kerja sebagai berikut :
- Tenaga hewan 11,6 Hari Orang Kerja (HOK) atau 16,2 Hari Kerja Sapi dengan ketentuan1 par (pasang sapi) dengan kerja rata-rata 5 jam per hari.
- Campuran tenaga hewan dan manual 26,6 HOK atau 12 Hari Kerja Sapi.- Manual 118 HOK dengan ketentuan 2 (dua) kali ulangan dan 136 HOK untuk 3 (tiga)
kali ulangan.
Penugalan/tanam tidak bervariasi antara KK dan memerlukan waktu lebih kurang 20 HOK/ha.
Penyiangan membutuhkan tenaga kerja seperti tercantum dalam tabel 21. Kegiatan penyiangan disajik.an dalam 2 cara yaitu : keperluan secara teoritis dan faktor kerja di lapangan oleh paratransmigran pada musim tanam 1982/1983.
TABEL 21
KEPERLUAN TENAGA KERJA UNTUK KEGIATAN PENYIANGAN
Kegiatan
3 ulanagan (KKC)
2 ulangan (KK)2 ulangan (KC)
Teoritis (HOK/ha)
10587
66
Faktor lapangan (HOK/ha)
885540
Pemupukan dan penyemprotan membutuhkan tenaga kerja sangat rendah yaitu rata-rata2 sampai 4 HOK/ha.
Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan panen sudah dikemukakan terdahulu. Dimanakeperluan tenaga kerja sangat tergantung pada jumlah hasil dari suatu musim, terutama untuk kegiatan irik/iles dan tampi.
Di Iain pihak apabila hasil suatu musim rendah, maka kegiatan kerja panen tidak efisien,dimana kebutuhan tenaga kerja untuk panen 500 kg gabah/ha lebih besar dari pada kebutuhan
35
tenaga kerja untuk panen 1.500 kg gabah/ha. Untuk musim tanam 1982/1983 dari sampel kita,kegiatan panen membutuhkan hari kerja 30 HOK.
Berdasarkan hal·hal di atas, maka dapat dikemukakan jumlah tenaga kerja keseluruhan yangdibutuhkan sebagai berikut :
± 140 HOK untuk pengolahan tanah dengan tenaga hewan.± 155 HOK untuk pengolahan tanah dengan hewan dan manual.± 245 HOK untuk pengolahan secara manual.
Tabel 22 menjelaskan pendapatan keluarga untuk 1 hari kerja adalah tergantung pada carapengolahan tanah, dimana untuk hasil rata-rata 400 kg (Unit 1) dan 700 kg (Unit VII).
TABEL 22
PENDAPATAN PER t HARI KERJA
Cara pengolahan
Tenaga hewan
Tenaga hewan dan manualManual
Unit 1 (Rp/hari)
12211070
Unit VII (Rp/hari)
352317200
Grafik 10 menjelaskan pendapatan per hari kerja berdasarkan hasil padi dan cara pengolahantanah. Dalam perhitungan ini biaya produksi ditentukan sebesar Rp 22.000,-lha.
PENDAPATAN PER HARI KERJAMENURUT HA5IL PAoI
Sel:' "'cd i ; Pp 2'2. ~X(J
-..,.., -'-
...... lDC:G ~
:.g..,~
.-'.-',;." --
.-'.J
.-'.-'
! !
iS 7'"1 é;J. E Z6<'\'"' '~ ~ Cl ' CJGd j
Oleh karena biaya tenaga kerja tani per hari mencapai Rp 1. 500,-/hari di Batumarta, makadiperlukan hasil padi terendah 2.320 kg/ha untuk menutupi biaya tenaga kerja pada musim tanam 1982/1983.
36
Maka untuk 59 KK yang diteliti ternyata :
6 KK mencapai pendapatan Rp 1.000,- per hari kerja.8 KK mendapat pendapatan Rp 500,- sampai Rp 1.000,- per hari kerja.
- 41) KK mendapat re!1da~at2.n Pr SOC, per ~ari 1:~rja.
Peternakan •
. Bagi sebagian besar transmigran bahwa peternakan kecil tidak dianggap sebagai sumber tambahan protein tetapi sebagai modal yang mudah diuangkan apabila ada suatu kebutuhan yangmendesak. Sehubungan dengan itu jumlah populasi unggas sangat bervariasi sepanjang tahun. Halini tergantung pada masalah epidemi dan juga masalah keuangan para transmigran.
Pada bulan Mei 1983 jurruah ternak unggas per kepala keluarga tersebar sebagaimana terlihatpada grafik No. Il :
JUMLAH AYAM PER KEPALR KELUARGA.,r-----------------------,if
r"Li
~
::..:.r
:;5 Qc=;
.....,' ....l, '_'
r
_ ~ :)].1 urn :C-h :J:':i'=~rr.
Jurrùah ternak lainnya relatif sedikit :- Itik 2 KK memiliki masing-masing 4 dan 30 ekor itik.- Kambing 8 KK memiliki 23 ekor kambing.- Domba 1 KK memiliki 3 ekor domba.- Babi 5 KK transmigran asal Bali masing-masing memelihara 1 ekor babi.
Peternakan sapi termasuk terpenting dan paling baik penyebarannya. Pada bulan Mei 1983seluruh transmigran sampel (baik dari Unit 1 maupun Unit VII) mendapatkan seekor sapi betinadan beberapa transmigran mendapat 1 ekor sapi jantan (sepasang sapi). Hak pemilikan penuh atas
37
ternak yang diberikan berlaku setelah transmigran menyerahkan 2 ekor anak sapi kepada proyek.Di Unit 1 dari 26 ekor sapi yang ada pada transmigran tercatat 1 ekor sapi yang mati, dijual
kembali ke proyek 3 ekor, sedangkan sapi lahir 40 ekor (29 anak sapi masih disusui induknyadan sisanya diserahkan kè proyek). Hanya 2 KK menambah ternak sapi mereka melalui pembeli
an dari luar.Sebagian besar transmigran di Unit VII baru menerima bantuan sapi yang masih muda. Hal
ini menyebabkan tingkat kelahiran anak sapi masih rendah. Di samping itu dari 33 ekor sapi yangdibagikan, ternyata 5 ekor telah mati dan melahirkan 6 ekor (diantaranya 2 ekor telah mati).
Untuk memelihara sapi diperlukan waktu rata-rata 2-3 jam/hari. Hal ini merupakan bebanbagi para keluarga transmigran yang memilki sedikit tenaga kerja dan juga bagi keluarga dimanaanak belum cukup umur untuk memelihara sapi. Jenis pekerjaan tersebut pada umumnya dibebankan pada anak laki-Iaki usia di atas la tahun.
Cara Iain untuk memecahkan masalah di atas adalah menurut sistem tradisional/gaduhan,dengan pembagian 1 dari 2 ekor anak sapi diserahkan pada pemiliknya.
Selain masalah di atas banyak transmigran belum terbiasa dengan pemeliharaan sapi, sehingga angka kematian ternak relatif tinggi. Sayang sekali pihak Dinas Peternakan dalam rangka pembinaan proyek Batumarta kekurangan tenaga kerja yang kompeten untuk mengawasi ternak yangsudah dalam jumlah besar di proyek.
Perkebunan
Perkebunan karet paling luas penyebarannya di Batumarta. Sementara itu mengingat semuapekerjaan pengelolaan perkebunan berada di tangan PTP X, keterlibatan transmigran hanya terbatas pada tenaga buruh harian saja. Sedangkan setelah 6 tahun, pada waktu mulai dilakukan penyadapan, para transmigran akan memperoleh areal perkebunan karet itu.
Tanaman perkebunan lainnya pada umumnya terdapat di pekarangan seluas 25 are. Arealpekarangan ini segera dijadikan aneka perkebunan buah-buahan yang bervariasi sekali dari satukeluarga ke keluarga Iain yang terdiri dari tanaman kelapa, nangka, kopi, rambutan, jambu batu,sirsak, pisang, berbagai jenis jambu, jeruk, cengkeh, jahe dan lain-Iain.
Dari 59 KK hanya Il KK yang menanam tanaman keras di luar pekarangan. Pada umumnyapara transmigran memilih tanaman jeruk (9 dari Il kasus menanam antara 20 - 1.000 batang tanaman) sedang pohon kelapa (6 dari Il kasus menanam antara 15 - 120 pohon di sekeliling la
han), sedang t~aman jambu biji, jambu air, rambutan, kopi dan cengkeh sangat jarang (1-2 dariIl kasus untuk setiap jenis tanaman ini).
Kebanyakan tanaman keras belum berproduksi, pemeliharaan ternak masih sedang berkembang dan pendapatan dari tanaman pangan masih terlalu rendah, sehingga banyak transmigran terpaksa melakukan usaha non pertanian, guna memenuhi kebutuhan makan keluarga mereka.
3. USAHANüN-TANI
Dari 59 KK transmigran sampel hanya 9 KK yang tidak melakukan usaha non tani, sedangkan lainnya mempunyai satu, dua atau tiga sumber pendapatan tambahan. Hal ini disajikan dalamtabel berikut :
38
TABEL 23
SUMBER PENDAPATAN NON TANI
Sumber pendapatan/Jenis usaha
Jumlah kasusdari 59 KK
Pendapatan tahunan (Rp)Minimum Maksimum
PedagangKaryawan dan pensiunanBuruh taniBuruh PTPTukangPembuat tahuTunjangan keluarga
85
11211926
60.000,144.000,
10.000,72.000,
100.000,300.000,
80.000,-
400.000,500.000,-
80.000,180.000,845.000,800.000,150.000,-
Pada umumnya usaha dagang sangat bervariasi tetapi selalu berdasarkan bahan kebutuhanpokok. Adapun modal dagang juga bervariasi sekali :
- Rp 5.000,- - Rp 10.000,- untuk pedagang pengumpul/pedagang titipan hasil usaha tanidi proyek (sayur-sayuran, buah-buahan, ayam) yang kemudian dijual di pasar setempat.
- Rp 100.000 - Rp 300.000 untuk usaha "Kios Kecil" yang .didirikan di depan rumahtransmigran.
- Rp 300.000 - Rp 500.000 untuk usaha kios lebih besar dan warung di pasar-pasar setempat.
Dengan adanya usaha-usaha lebih besar dari orang Minangkabau, maka kios-kios milik transmigran ini hanya dapat bersaing melalui sistim kredit. Tetapi karena pembayaran kredit sering ditunggak maka pedagang transmigran sering terpaksa makan modal sendiri, akibatnya banyak kioshampir bangkrut.
Para pensiunan ABRI serta beberapa transmigran yang memiliki pekerjaan tetap (karyawan,mandor PTP, dan lain-Iain) mempunyai penghasilan tetap dan relatif tinggi pula.
Kesempatan kerja sebagai bu.ruh tani harian sangat terbatas di Batumarta karena dua hal pokok-pokok;
- Sedikitnya keluarga berpenghasilan cukup yang mampu mengupahkan pekerjaannya.- Transmigran mengutamakan usaha tani mereka sendiri dan hanya mencari jenis pekerjaan
ini sehabis pekerjaan di tempat sendiri.
Sebaliknya bekerja sebagai buruh harian di perkebunan-perkebunan PTP cukup mudah padatiga tahun pertama. Mayoritas keluarga transmigran Unit VII terutama para istrinya bekerja diPTP. Sayang sekali setelah tahun ketiga sumber pendapatan ini berkurang karena perkebunanperkebunan yang sudah mantap tidak memerlukan banyak tenaga kerja lagi.
Para tukang seperti tukang gergaji papan (gesek) dan tukang bangunan dapat memperolehupah lebih tinggi apabila mereka terorganisir lebih baik. Karena tidak memborong pekerjaan-
39
pekerjaan besar, mereka lebih sering dipekerjakan oleh para pengusaha/pemborong setempat dengan upah rendah.
Di Unit 1 beberapa keluarga transmigran telah mendirikan pabrik tahu kecil yang cukupmenguntungkan. Sayang sekali karena rendahnya produksi kedele di proyek, mereka terpaksamembelinya dari luar dengan harga relatif tinggi.
SeIain itu ada pula beberapa keluarga transmigran yang memperoleh tunjangan dari familidi daerah asal atau dari anak-anak mereka yang sudah dewasa yang bekerja di kota.
Selain beberapa usaha di atas, kemungkinan-kemungkinan usaha non tarù masih sangatterbatas di proyek. Oleh karena itu mulai dewasa ini perlu diciptakan bentuk usaha-usaha kecil diproyek Batumarta untuk mencegah generasi kedua transmigran meninggalkan lokasi guna mencarilapangan kerja.
4. PENDAPATAN TRANSMIGRAN
Meskipun keadaan pendapatan individual para transmigran berbeda-beda, maka dari pendapatan tahunan rata-rata kita dapat mengetahui tingkat keberhasilan ekonomi di proyek, terutamaperanan dari setiap jenis usaha.
Swa-konsumsi
Swa-konsumsi walaupun relatif besar dalam kuantitas namun tetap rendah dalam nilai uang,karena kurang tingginya harga-harga produksi pertanian. Swa-konsumsi ini terutama menyangkut
produk-produk dalam tabel 24.
TABEL 24
SWA-KONSUMSI (TAHUNAN)
KomoditiKuantitas Harga satuan Nilai total %
(kg) Rp/kg (Rp) dari total
Padi/gabah 550 100 55.000 43Jagung (pipilan) 200 100 20.000 16Singkong 200 15 3.000 2Sayur·sayuran 25.000 20Buah·buahan 15.000 12Unggas 6 1.500 9.000 7
Tot a 1 127.000 100
Pendapatan uang dari usaha pertanian tahunan
Pendapatan dari penjualan sebagian produksi pertanian sangat bervariasi dari satu keluargake keluarga Iain. Nilai rata-rata untuk seluruh sampel disajikan dalam tabel25. Grafik No. 12 menunjukkan aneka situasi individual transmigran.
40
TABEL 25
PENDAPATAN PERTANIAN TAHUNAN
KomoditiJumlah KK/dari 59 KK
Nilai rata-ratapenjualan/99 KK
(Rp)
%
dari total
Padi/gabah 8Jagung pipilan 11Kaeang tanah 22Kedelai 4Kacang tunggak 11Kacang panjang 13Singkong 20
Semangka 4Aneka buah-buahan 6Sayur·sayuran 31
Unggas 31Sapi/kambing/babi 15
Tot al
13.5004.8009.6001.0003.8003.800
11.500
2.9002.000
16.400
11.50015.400
96.200
145
101 50%44
12
32 22%
17
12 28%16
100
Petemakan, buah-buahan dan sayur-sayuran telah menjamin 50% dari pendapatan pertanian,tetapi sampai saat ini petani masih menganggap sebagai usaha sekunder.
GRAFIK NO. 12
OISTRI8USI HASIL TANIHA5IL JUALRN PAN6AN DAN TERNAK
...l'.<""1------------------------,15
'.'-~~~ï~~ =I~ ~ (r~~ 9ïleg :.;~
Âv;::.,~
: -'
~ 1
41
Pendapatan uang tahunan total
Karena pendapatan uang yang diperoleh dari usaha-usaha non tani lebih bervariasi daripada
pendapatan pertanian, maka pendapatan teotal berkisar antara Rp 30.000,- sampai Rp 120.000,
per KK. Grafik 13 menunjukkan distribusi keluarga menurut pendapatan total.
GRAFIK NO. 13
DISTRIBUSI PENDAPATAN TflTol1 U 1 iL
.•r'-----------------------.," ,
••-1"".------------------------'""
........::z:.::L
f.' ::l.~
!=..,~
-,.~
.j
, l-
i"
e:.~~ :CiJ] .::~;:::. Ct.,; Pp . t or,lfl
...._~",...-, f~
1 i
.T....._..,.
J t'
/1', l"',; (',; i . • ~ l.
";, "";"-~'--1. . 1, , . ,
~~. 1'", .
,.t' i' ,;
~ , - ,, '~r; ~ • 1 t
: '. l
:11'1!, '\
:./<~~l:.:::!;:>'l ~:::;j 1 1 ; ~ ; J III 'i ,1 J •
;. , : 'Ir"':;~~ i ;. rO"
I! !
.., .~-~-
.' :. ........
/1,r....·, 1; 1, ,
Pendapatan total uang rata-rata mencapai Rp 303.200,·/th/KK. Sedangkan 34% keluargamempunyai pendapatan uang di atas Rp 1.000/hari dan 34% kurang dari Rp 500,-/hari.
Pendapatan global (uang dan swa-konsumsi) rata-rata
Dengan memperhitungkan swa-konsumsi, pendapatan tahunan global rata-rata sebuah keluarga adalah Rp 430.200,-, seperti tercantum di tabe126.
TABEL 26
PENDAPATAN GLOBAL RATA-RATA
Nilai àalam Rp % dari total
Swa-konsumsi
Pendapatan pertanian
Pendapatan non-tani
127.000"
96.000,
207.000,-
30
22
48
Pendapatan global 430.000,- 100
42
Hampir separuh dari pendapatan global berasal dari usaha non tani, sedangkan usaha inihanya menunjukkan rata-rata 200/0-30% dari waktu kerja keluarga transmigran.
Dari Rp 430.000,- pendapatan tahunan global, para keluarga dapat menarik sejumlahRp 100.000,· untuk memenuhi pengeluaran khusus. Dalam tabel 27 disajikan jenis-jenis pengeluaran, jumlah KK dan jumlah rata-rata pengeluaran per KK selama periode 6 tahun untuk Unit 1dan 3 tahun untuk Unit VII.
TABEL 27
PENGELUARAN KHUSUS SELAMA DI PROYEK
Jenis pengeluaran
UnitI(6th)Jumlah KK Jumlah rata-rata
(%) (Rp)
Unit VII (3 th)Jumlah KK Jumlah rata-rata
(%) (Rp)
Produk barang jadi *(sepeda, radio .. ' )Perbaikan rumahPerjalanan (Jawa, Bali)Lain-Iain: kelahiran, pernikahan, upacara keagama-an .
Jumlah pengeluaran
81
508782
100
53.000
726.000137.000172.000
686.000
48
307682
'100
62.000
174.000130.000117.000
277.000
* Tidak termasuk pembelian-penjualan kembali.
Bagamanapun juga tingkat pendapatan keluarga, prioritas pertama pengeluaran khusus untuk upacara-upacara seperti keagamaan, kelahiran, pernikahan dan lain-Iain. Dalam kejadian-ke·jadian semacam ini, reputasi keluarga berperan yaitu harus melebihi prestasi dari para tetangga.
Prioritas kedua adalah untuk perjalanan-perjalanan ke daerah asal. Beberapa perjalanan dila·kukan karena adanya kematian atau famili/saudara yang sakit, tetapi pada umumnya dimanfaatkan juga untuk mengunjungi famili, mengambil tunjangan dan membawa bibit serta tanaman.Mengingat Sumatera Selatan relatif dekat dengan Jawa dan Bali, perjalanan dapat dilakukan dengan bis dengan biaya murah antara Rp 25.000,- sampai Rp 30.000,- pulang pergi pada tahun1983.
Pembelian barang-barang jadi seperti sepeda, radio, kaset, perhiasan dan lain-Iain lebih diang·gap sebagai simpanan/tabungan daripada pengeluaran. Karena apabila ada kebutuhan uang mendesak, jenis barang-barang ini mudah dijual kembali tanpa kerugian yang terlalu besar.
Perbaikan rumah merupakan prioritas terakhir meskipun untuk ini diperlukan pengeluaranbesar. Karena harga bahan-bahan bangunan relatif mahal, maka hanya para keluarga kaya yangmampu memperbaiki rumah. Pada umumnya warga transmigran mempunyai keinginan memilikirumah permanen dengan kaca reben, pakai ukiran dan cat kontras. Namun rendahnya pendapatanmemaksa banyak keluarga transmigran menunda impian mereka.
Keseluruhan hasil yang dikemukakan dalam bab ini diperoleh melalui penelitian ulang yangdilakukan terhadap 59 KK sampel umum. Pengecekan yang dilakukan pada penelitian kedua dan
43
ketiga memungkinkan mengoreksi kesalahan dan kekeliruan yang lupa disebut atau disembunyikan para transmigran. Ternyata banyak keluarga transmigran dengan harapan dapat memperolehlagi bantuan dari pemerintah atau cenderung merendahkan pendapatan mereka. Sebaliknya adakeluarga-keluarga transmigran membesarkan pendapatan mereka karena ingin menunjukkan perbedaan dari tetangganya.
Sehubungan dengan hal itu, maka telah dipilih la KK sampel khusus dari Unit VII yang bersedia membuat catatan harian selama 7-8 bulan penelitian. Bab berikut membahas sebagian hasilpenelitian yang diperoleh dari sampel khusus dimaksud.
5. ANGGARAN KELUARGA
Untuk memperoleh ketepatan data tentang pendapatan dan pengeluaran transmigran, la KKdari Unit VII bersedia membuat catatan harian selama berlangsungnya penelitian.
Tentu saja sampel khusus 10 KK ini tidak mewakili seluruh populasi karena perlu dipilihtransmigran yang tidak buta huruf, serius dan mau bekerjasama dengan tim sUIvey. Hasil sampelkhusus ini dapat dinilai melalui perbandingan penyimpangan dengan hasil sampel umum 59 KKyang diteliti sebelumnya. Misalnya tingkat pendapatan dalam sampel khusus lebih tinggi 62%daripada sampel umum. Namun demikian karena hasil sampel umum itu diperoleh melalui wawancara, maka tingkat pendapatan mungkin ditaksir terlalu rendah (under estimate). Ternyatapara petani transmigran jarang memperhitungkan pendapatan kecil-kecilan yang sifatnya kebetulan dan tak tentu namun cukup sering (misalnya penjualan buah-buahan dan sayur-sayuran)yang jumlahnya selama setahun tidak sepele. Karena itu dapat dikatakan bahwa penyimpanganyang diperoleh jarang melebihi 30%.
Untuk memudahkan penilaian/perhitungan anggaran keluarga maka dikemukakan anggaranper tahun dan per bulan, bukan selama periode penelitian. Sifat-sifat musim dari produksi-produksi pertanian diperhitungkan juga dalam penyajian ini.
Swa-konsumsi
Jumlah atau nilai uang dari komoditi yang diusahakan tercantum dalam tabe128 :
Komoditi
Padigabah
Jagung pipilan
Singkong
Buah-buahan
Sayur-sayuran
Unggas/telur
Hewan perburuan/
Ikan
TABEL 28
SWA-KON5UM5\
Kuantitas Harga satuan Nilai% dari tabel
(kg) (Rp/kg) (Rp)
846 100 84.600 50200 100 20.000 12
200-300 15 3.800 220.000 1225.000 15
9.000 56.000 4
Tot a 1
44
168.400 100
Nilai-nilai yang diperoleh di atas tidak banyak berbeda dengan nilai-nilai sampel umum, kecuali gabah mengingat tingginya produksi yang diperoleh para keluarga dalam sampel khusus.
Pendapatan pertanian
Pendapatan pertanian berkisar antara Rp 30.000,- s/d Rp 382.000,-/th. Jumlah rata-ratauntuk 10 KK sampel disajikan dalam tabel29.
TABEL 29
PENDAPATAN PERTANIAN
KomoditiJumlah keluarga Pendapatan rata-ratai
% dari totaldari 10 KK 10KK
Padi gabah 4 37.670 32Jagung pipilan 2 580 0,5Singkong 5 21.405 18Kacang-kacangan 7 9.620 8Sayur-sayuran 7 6.807 6Buah-buahan 6 19.158 16Unggas/telur 8 20.805 18Babi 2 2.200 2Lain-Iain 2 543 0,5
Tot al 10 118.788 101
Pendapatan pertanian sampel khusus sedikit lebih tinggi daripada pendapatan pertaniansampel umum.
Pendapatan non-tani
Jumlah rata-rata untuk 10 KK sampel disajikan dalam tabel30. Pendapatan dari usaha nontani berkisar antara Rp. 83.000 - Rp 1.400.000 per KK. Dua keluarga yang kepala keluarganyamerupakan pensiunan ABRI dan Polisi memperoleh pendapatan di atas rata-rata. Untuk dua keluarga sampel yang termiskin, premi yang diberikan untuk keperluan penelitian (Rp 40.000,-)menunjukkan hampir 40% dari pendapatan total (termasuk pendapatan pertanian).
45
TABEL 30
PENDAPATAN NON-TANI
Sumber pendapatan
Jumlah kel.
dari 10 KK
Pendapatan
Pokok untuk Rata-rata darinKK 10KK*
%
dari total
PensiunanPerdagangan
Buruh PTP
Buruh harian
Tukang
Premi untuk penelitian
Penjualan jasa
Pinjaman
Lain·lain (berburu, me·nangkap ikan)
Tot a 1
2
2
5
8
210
3
3
3
10
2
1
2
2
7 **
118.000
86.30032.300
20.900
2.300
40.000
6.90047.500
2.000
356.200
33,1
24,2
9,1
5,90,7
11,21,9
13,3
0,6
100,0
* Dalam rupiah
** 3 KK memperoleh pendapatan pokok dari usaha tani.
Pendapatan global setahun
Dengan memperhitungkan swa-konsumsi, berbagai tunjangan dan pendapatan kontan, makapendapatan tahunan secara global dari transmigran berkisar antara Rp 300.000 dan Rp 1.980.000,
TABEL 31
PENDAPATAN TAHUNAN 5ECARA GLOBAL (RATA-RATA)
Sumber pendapatan Jumlah/tahun rata-rata % dari total
Swa-konsumsi Rp 168.400,- 24,1
Pendapatan pertanian Rp 118.800,- 17,0
Sub-total usaha tani Rp 287.800,- 41,1
Usaha non-tani Rp 261.200,- 37,5
Jaminan hidup * Rp 54.900,· 7,9Penjualan jasa Rp 6.900,- 1,0Premi penelitian Rp 40.000,· 5,7Pinjaman, berbagai tunjangan Rp 47.500,- 6,8
Sub·total pendapatan insidentil Rp 149.000,- 21,4
Total keseluruhan Rp 698.300,- 100,0
* Karena musim kemarau luar biasa tahun 1982, transmigran menerima 3 kali distribusi beras sejumlah rata·rata169 kg per KK dengan harga Rp 325/kg.
46
Untuk pendapatan global rata-rata Rp 700.000,- per tahun, 41% berasal dari usaha tani dan21% pendapatan insidentil (tunjangan) yang belum tentu didapatkan untuk tahun-tahun berikut·nya.
Pengeluaran keluarga
Tabel halaman berikut menyajikan jenis-jenis pengeluaran pokok dari 10 KK sampel. Penge·luaran-pengeluaran itu dikemukakan dalam nilai mutlak, dan dalam prosentase dari keseluruhanpengeluaran. Dalam kolom "Mini" dan "Maxi" dapat dilihat jumlah pengeluaran minimal danmaximal untuk setiap pos pengeluaran oleh 1 KK dari 10 KK transmigran. Dengan demikian nilainilai yang ada dalam lajur "Sub-total" dan lajur "Total" tidak menunjukkan jumlah yang terdapat pada kolom-kolom tabel.
Dengan menerapkan pengeluaran-pengeluaran keluarga selama periode penelitian dibulatkansatu tahun penuh, seluruh pengeluaran mencapai sebesar Rp 567.800,-. Sedangkan pendapatanrata-rata keluarga selama waktu yang sama hanya mencapai Rp 475.000,- dengan memperhitungkan sifat musim, dari pendapatan pertanian. Maka jumlah pengeluaran tahunan kemungkinanover estimate sebesar Rp 92.800,-.
Ternyata untuk setiap KK selama waktu penelitian, pendapatan dan pengeluaran hampirseimbang. Pada umumnya pemasukkan uang hari ini dalam jangka waktu 2 - 3 hari sudah habis.Dengan demikian dapat diramalkan bahwa selama masa paceklik, pengeluaran transmigran lebihrendah. Hal ini merupakan musim pembelian dengan sistem kredit di kios-kios proyek.
Rata-rata pengeluaran-pengeluaran pokok menyangkut sebagai berikut :
===
= 40,1 %8,0%6,9 % (hanya bagi 2 KK sampel yang kaya)5,1 %5,0 % (kunjungan ke daerah asal)4,9 % (tingginya biaya opname di rumah sakit bagi salah satu ke
luarga transmigran).
- Pangan- Tembakau dan rokok =- Tenaga kerja berupah =- Minyak tanah- Perjalanan- Kesehatan
Pengeluaran sehari-hari yang meliputi pangan, minyak tanah, tembakau dan sabun rata-ratamencapai Rp 307.200/tahun atau Rp 840,-/hari sehingga menunjukkan rata-rata 54,1% dari seluruh pengeluaran, tetapi hanya 38,4% bagi keluarga terkaya dan 75,4% dari keluarga termiskin.
47
TABEL 32
PENGELUARAN PER KEPALA KELUARGA
Pos pengeluaranDalam persen Rp. per tahun Rp. per bulan
Mini Rata-2 Maxi Mini Rata-2 Maxi Mini Rata-2 Maxi
Pangan 24.9 40.1 62.0 78600 227700 559700 5800 18720 46000Minyak tanah 2.2 5.1 5.9 4380 28960 32000 360 2380 2630Tembakau 2.7 8.0 10.6 0 4530 65700 0 3730 5400Sabun 0.2 0.9 2.6 490 5110 6840 40 420 480
Harian 30.0 54.1 75.4 10440 307200 655800 8580 25250 53900
Sandang 0.0 3.3 8.0 0 18740 49900Alat dapur 0.3 1.1 3.7 600 6250 12700Pendidikan 0.0 1.6 6.4 0 9090 38700Kesehatan 0.1 4.9 25.8 0 27820 494000Perjalanan 0.0 5.0 24.9 0 28380 477000Rekreasi 0.0 0.6 2.7 0 3410 27400Sumbangan 0.0 2.3 9.4 0 13060 23700Tak terduga 0.0 0.9 3.3 0 5110 7650Wesel 0.0 0.5 2.9 0 2840 17500Perhiasan 0.0 2.0 12.5 0 11360 81000Bangunan 0.0 3.0 13.2 0 17030 79800Lain-Iain 0.0 3.6 15.3 0 20440 99600
Sub-total 10.0 28.8 63.9 18980 163530 692300 1560 13440 56900
Alat tani 0.0 1.1 3.9 0 6250 32500Bibit 0.0 2.4 12.2 0 13630 41900Pupuk 0.0 0.1 1.0 0 570 6500Pestisida 0.0 2.4 9.5 0 13630 19000Temak 0.0 3.8 33.0 0 21580 76400Upah 0.0 6.9 20.7 0 39180 134000Lain-Iain 0.0 0.4 3.9 0 2270 25300
Usaha tani 1.9 17.1 44.6 11920 97100 203200 980 7980 16700
TOTAL 100.0 152100 567820 1915800 12500 46670 157500
Ca ta tan : Kolom mini dan maxi dibaca secara horizontal.
Sub-total tidak menunjukan total kolom.
Investasi dalam pertanian relatif tinggi karena mencapai 17,1% dari pengeluaran rata-rata,dengan nilai ekstrim berkisar 1,9% - 44.6%.
Sementara itu bagi kebanyakan keluarga transmigran pangan menunjukkan pos pengeluaranpokok. Oleh karena itu hal ini perlu dipelajari lebih terperinci.
48
6. ~IAKANAN TRNAS~nGRAN
Beras
Konsumsi bulanan beras per KK sangat bervariasi selama berlangsung penelitian. Masa paceklik bulan September - Oktober (musim kemarau panjang tahun 1982) telah berubah menjadimasa yang lebih baik, hal ini disebabkan oleh distribusi khusus bantuan pangan dari DepartemenTrnasmigrasi.
Tabel 33 ini menyajikan rata-rata konsumsi nyata bulanan selama penelitian (kolom 1),konsumsi bulanan tertinggi dengan memperhitungkan seluruh kebutuhan khusus dalam rangkaupacara-upacara atau kegiatan tani yang bersifat gotong royong (kolom 2), kuantitas beras yangdibutuhkan keluarga menurut evaluasi transmigrasi : 13,3 kg/orang dewasalbulan dan 6,7 kg/anak(kolom 3), dan kolom 4 menunjukkan perbedaan antara kebutuhan bulanan dan jumlah konsum·si sebenarnya.
Catatan
makan tiwulsaja
1 orang mondok2 anak makan di luaranggota banyak,
singkong banyak
beras dilengkapijagung dansingkong
80% dari kebutuhanterpenuhi
TABEL 33
KONSUMSI DAN KEBUTUHAN BERAS
Konsumsi Konsumsi Kebutuhan Neraca
Keluarga nyata tertinggi bulanan bulanan(kg) (kg) (kg) (~g)
Sun 53 65 40 + 13Sat 67 89 60 + 7P 100 138 173 -73
W 66 93 73 - 7S 47 58 53 - 6K 57 75 67 -10A.R 64 108 67 - 3B 40 50 53 -13N.N 40 65 60 -20N.P 34 66 60 -26
Rata-rata 56.8 80.7 70.6 -13.8
Dari sebagian beras yang sebenarnya dikonsumsikan, 56,8 kg/bulan rata-rata per KK, atausekitar 680 kg beras per tàhun.
- 9,5 % berasal dari pembelian.- 44,5 % berasal dari jaminan hiudp.- 46 % berasal dari swa-konsumsi.
Bahan kebutuhan pokok Iain
Kecuali buah-buahan dan sayur-sayuran, untuk hasil pokok perseorangan, banyak bahanbahan pangan harus dibeli para transmigran. Tabel 34 menunjukkan kuantitas dan harga bahanbahan yang dibeli.
49
TABEL 34
PEMBELIAN BAHAN PANGAN (Selain beras)
KomoditiJumlah Harga satuan Kuantitas ta- Kuantitas bu-
tahunan (+) (Rp) hunan lanan
Gula 25.800 700lkg 36,9 kg 3,1 kg
Minyak goreng 20.400 600/1t 34,01t 2,8 It
Bumbu 23.400 Rp 23.400,- Rp 1.950,-Kelapa 12.700 175/buah 72,6 buah 6 buah
Garam 3.700 200lkg 18,5 kg 1,5 kg
Ikan basah 1.400 ? Rp 1.400,- Rp 117,-
Ikan asin 16.900 750/kg 22,5 kg 1,9 kgDaging 5.900 1500/kg 3,9 kg 0,33 kg
Tempe/tahu 9.100 25/buah 364 buah 30 buahTelur 900 100/butir 9 butir 0,75 btrSayur 3.700 Rp 3.700,- Rp 308,-Kopi 1.400 1000lkg 1,4 kg 0,12kg
Teh 3.000 650/kg 4,6 kg 0,38 kgSusu 1.600 500/kaelng 3,2 kaleng 0,27 kalengBuah·buahan 1.600 Rp. 1.600,- Rp 133,-Mie 2.600 150/bungkus 17,3 bungkus 1,4 bungkusBiskuit 3.300 Rp, 3.300,- Rp 275,-Lain-Iain 3.800 Rp 3.800,- Rp 317,'
Total 141.200 Rp 141.200,- Rp 11.800"
(+) Jumlah tahunan dalam rupiah.
Bahan kebutuhan pokok yang diutamakan meliputi :
- Gula 18,3% dari jumlah pengeluaran- Bumbu-bumbuan dapur 16,6% dari jumlah pengeluaran- Minyak goreng 14,4% dari jUITÙah pengeluaran- Ikan asin 12,0% dari jumlah pengeluaran
Kuantitas kebutuhan pokok yang dikonsumsi masih jauh dari kebutuhan para transmigran,tetapi dicukupkan menurut kemampuan masing-masing keluarga. Misalnya, konsumsi gula dapat
menggambarkan masalah ini :- Keluarga Sun : Pembelian gula Rp 4.200,-/tahun atau 6 kg/tahun.- Keluarga B : Pembelian gula Rp 35.000,-/tahun atau 51 kg/tahun.
Kedua keluarga tersebut di atas mempunyai jumlah dan urusan anggota keluarga yang sama, sedangkan keluarga Sun hanya mempunyai penghasilan berasal dari usaha pertanian saja. Sebaliknya keluarga B mempunyai penghasilan dari usaha pertanian dan pensiunan setiap bulan.
- KARBOHIDRAT
Hanya 43% kasus masukan terdiri atas beras dalam kuantitas cukup. Dalam 33% kasus ma-
50
sukan, beras dilengkapi singkong dan/jagung. Dalam 8% kasus masukan beras dicampur singkong(tiwul) dalam proporsi yang berbeda-beda.
- SUMBER PROTEIN
Rata-rata 48% kasus masukan disertai protein, umumnya ikan asin, ikan basah atau tahultempe dan selalu dalam kuantitas kurang mencukupi.
GRAFIK NO. 14 a
KARBOHIDRAT
SlANG
Nasi
Nasl-Jag-Sing
SORE
Nasi-Jag-Sing
SEMUANYA
Nasi
['-- -- - Tiwul
1 ".
ni ....'IL· l'4 ''"-''0_='=~', Jagung
C~rTI~W $;ogkocg
n1ll Nasl-Jag-Sing l
51
(fi~
PAGI
1kan asin
GRAFIK NO. 14 h
PROTEIN
SlANG
Lain-Iain~1,
Kosong
SORE
1kan asin
SEMUANYA
1kan ba~~ LA Mc Jkan aSIn
J~-~,-" :",;:. , : .~.: o:.o'-::::::-:""I·l
'rrr[Jt:~JW'ff n:iltKosong
GRAFIK NO. 14 c
SAYUR Be BUAH
PAGI SlANG
(1l
CN
Savur-savuran
~1-~~~~~_/\ Buah-b
~~~"ôS~8f~.:.:j "h,cm~iJt;"m
Kosong TIl1l1.---
SORE
~~~i~~-r"h'b"h'C~'KOWng
Savu r-savuran
Savur-savuran
-' ' '" .\
.t;~- -- ..~'o Buah-buah'ri"" ,n
'~iTiKOWng
SEMUANYA
. .... .. ~ .....,._/ . B~_ _ _ _ . _ \ uah-buaha
~-~J'Sî c
~'li~WJ Kooo~
54
.r=Q)
f-
Do~
.,..,...~~'ll'
• ,l'
• 1"
~-.!.-l. :!...."I..I Î1 •
~W,-,''CC·..... __
LlJa:oC/J
Do~--~-~,
DO~
- BUAH-BUAHAN DANSAYUR-SAYURAN
59% kasus hidangan disertai sayur-sayuran, umumnya sayur daun singkong. Konsumsi buah·buahan sangat rendah pada waktu makan (rata-rata 5%). Fada hal konsumsi nyata buah-buahanjauh lebih banyak, karena buah-buahan sering dihidangkan diantara waktu makan.
- MINUMAN
Konsumsi teh atau kopi relatif sedikit karena 56% kasus dari hidangan hanya dilengkapiair putih saja.
Walaupun makanan masih jauh dari syarat kesehatan dan keseimbangan, namun perlu dicatat bahwa komposisi makanan transmigran ini hampir tidak berbeda dengan waktu di daerahasal.
Segala upaya masih perlu dilaksanakan untuk meningkatkan gizi transmigran, akan tetapisaran-saran perbaikan gizi nampaknya berlebihan, karena kualitas dan kuantitas makanan bagitransmigran sangat tergantung dari kondisi keuangan bukan dari kebiasaan pangan.
Dalam bab-bab sebelumnya telah digambarkan sebaik mungkin situasi kehidupan rata-ratatransmigran di proyek Batumarta. Dari keadaan tersebut dapat diketahui adanya berbagai situasiyang dihadapi. Walaupun keadaan para transmigran sama pada waktu penempatan, namun perubahan kehidupan mereka berbeda-beda. Beberapa diantara mereka ada yang berhasil, sementarayang lainnya mengalami stagnasi atau kemunduran. Dalam bab berikutnya akan dibahas mengenaifaktor-faktor penyebab keadaan yang berbeda-beda itu.
55
IV. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN DAN
TIPOLOGI USAHA TRANSMIGRAN
Dengan koefisien variasi. sebesar 90% dan nilai ekstrim berkisar antara Rp 200.000,- sampai
diatas Rp 1.000.000,·, maka pendapatan tahunan global merupakan variabel yang paling heterogen. Variabel untuk menilai tingkat keberhasilan transmigran tersebut adalah yang paling sesuai.
Untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan trans
migran, telah digunakan metode korelasi dengan menghubungkan lebih dari 30 variabel yang
terdapat pada sampel umum 59 KK transmigran.
Selanjutnya sampel disusun seeara Distratifikasi, sesuai dengan tingkat pendapatan global
dan prosentase produksi pertanian dalam pendapatan global. Variabel baru yang diperoleh dihubungkan lagi dengan 30 variabel berikutnya.
1. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN
Dengan memperhatikan korelasi-korelasi. yang signifiean diantara variabel-variabel itu, makaterbentuk diagram no. 15 dimana masing-masing dekat anak panah menunjukkan hubungan positif atau negatif antara variabel-variabel tersebut.
Ada 4 faktor yang menentukan tingkat pendapatan para keluarga transmigran yaitu :- Besar keluarga dan tenaga kerjanya.- Jenis dan jumlah kegiatan/usaha non-tani.- Tingkat teknik pertanian.
- Tingkat pendidikan kepala keluarga.
Faktor kelima adalah modal dari daerah asal yang sangat berkaitan dengan tingkat keka
yaan di proyek. Tetapi tidak menentukan tingkat pendapatan keluarga di proyek.Besarnya tenaga kerja keluarga mempunyai efek nyata pada luas lahan yang dibuka dan di
tanami. Tetapi korelasi luas garapan dengan hasil/produksi tanaman tidak terdapat hubungan
yang berarti. Pada kenyataannya telah diketahui bahwa volume produksi terutama tergantung
dari kualitas penyemprotan tanaman bukan dari luas lahan yang ditanami.
Hubungan erat yang terdapat antara besarnya anggota keluarga dengan jumlah kegiatan/usaha non-tani dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam keluarga besar dimana sesudah kegiatan kerjatani yang membutuhkan waktu banyak (penyiapan dan penanaman), maka lahan-Iahan dapat di·
biarkan di bawah pengawasan para istri dan anak-anak. Kepala keluarga dan anak-anak lelaki (dalam usia kerja) memanfaatkan waktu ini untuk meneari lapangan kerja upahan.
Jenis-jenis usaha non-tani yang paling menguntungkan pengupahannya ditentukan paratransmigran yang tingkat pendidikannya tinggi atau yang memiliki ketrampilan (tukang kayu,tukang bangunan dan lain-Iain). Pengaruh faktor ini sangat menentukan tingkat pendapatan.
Para petani yang mempunyai tingkat pengalaman pertanian tinggi hampir semua merupakanpetani pemilik di daerah asal. Mereka ini mempunyai pengalaman pengelolaan pertanian dan sudah lama melakukan pemupukan dan penyemprotan tanaman. Mereka memperoleh hasil produksi paling tinggi di proyek sehingga memiliki pendapatan yang besar pula.
Sementara itu dengan adanya hubungan negatif antara tingkat teknik pertanian dan pendapatan total, dimana membuktikan rendahnya tingkat keuntungan dari usaha tani dibandingkan
kegiatan lainnya. Semakin besar prosentase hasil pertanian dalam pendapatan total, maka penda·
patan total akan semakin keeil.
56
Keadaandi Daerah
Asa!
GRAFIK NO. 15
F AKTOR-F AKTOR KEBERHASILAN
,-------- ..-------..-.../ Ti k '~, /~ ""
~_-...I nq at .~' Pemilikan ']
\.'....• Kekayaan/' \', Tanah ./
~------ ~i
TinqkatPendidikan
(~)" Ke1uarqa ,/
..,,~ ---'"
r---l---...,
FaktorPenentu
Penqaruhdi Proyek
~~
1i
Modal Tibadi Proyek
% TanidalamPendapatan
i\{
,.....1
1
"PenqalamanTani
f----~1!
~U=lUsaha l
Non Tani 1!,
PendapatanPertanian
,11,
'V
Tenaqakerja
:,'X,
/ \\, ,, '\
/ Luas \l '
,/ qarapan \/ \
Il!I--------.Il
Penqe
luaranKhusus
PendapatanGlobal
1t1
!
1!
/~P'..." e"'alanan ' •.1 "' ,, J Bali '"~
1
..--J---......( Adatdan "\. Aqama )
'-- ----
-->~ Penqaruh Positif - - ~ Penqaruh Neqatif
57
Beberapa transmigran yang cukup kaya di daerah asal membawa modal yang agak besar keproyek. Faktor modal tidak ada efek pada pendapatan total sama sekali. Hal ini mudah dijelaskandengan melihat pemakaian modal tersebut. Pada kenyataannya modal cepat menipis untuk pembangunan rumah permanen dan pembelian barang-barang konsumtif, seperti; sepeda motor, sepeda, radio dan lain-Iain. Jarang sekali transmigran menginvestasikan sebagian modal mereka dalarnusaha tani maupun usaha non·tani.
2. TIPOLOGI USAHA TRANSMIGRAN
Melalui studi faktor·faktor keberhasilan dapat memberikan indikasi pertama tentang tipologiusaha transmigran. Dengan mengacu seluruh keluarga transmigran yang diteliti pada grafik No. 16,dimana prosentase pendapatan total dari usaha tani pada sumbu X dan tingkat pendapatan totalpada sumbu Y maka dapat terlihat nyata 6 type usaha transmigran. Adapun karakteristiknya disajikan dalam tabel35.
Tipe 1 dan Tipe II tidak dapat dijadikan model untuk seluruh transmigran karena keberhasil·an mereka tidak berkaitan dengan tujuan Transmigrasi. Para anggota dari dua tipe itu padaumumnya menginventarisasikan kembali modal dari daerah asal dan memanfaatkan kesempatankerja di tempat, guna mendapatkan pekerjaan yang tetap dan relatif baik pengupahannya.
Sebaliknya Tipe III terdiri atas para petani berpengalaman dengan tingkat teknik pertaniantinggi bahkan sering kali pengalaman taninya lebih tinggi dari para Petugas Penyuluh Lapanganyang ditugaskan di proyek. Diversifikasi produksi pertanian (tanaman pangan, tanaman yangmudah dijual, dan peternakan kecil) dan proteksi tanaman yang efisien memungkinkan merekamemperoleh hasillebih dari memuaskan.
Peralihan Tipe IV, V, VI ke Tipe III hanya dapat terjadi dengan peningkatan tingkat pengetahuan pertanian. Hal ini merupakan tugas para PPL, tetapi sayang sekali mereka kurang berpe·ngalaman (umumnya barn tamat sekolah dan masih muda), terbatasnya sarana kerja dan seringtidak hadir, akibatnya tidak memungkinkan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan pertanian.
Mengingat rendahnya pendapatan pertanian para transmigran dari Tipe IV, maka merekamemilih/mengutamakan usaha non-tani. Karena pekerjaan non usaha tani hampir tidak ada diproyek, mereka terpaksa meninggalkan keluarga selama seminggu bahkan sampai sebulan untukmencari pekerjaan ke luar lokasi.
Tipe V terdiri atas buruh tani, dalam tipe ini usaha non-tani masih diutamakan. Tetapi karena rendahnya pendapatan maka mendorong seorang atau lebih anggota keluarga (umumnyaistri) mencari pekerjaan sebagai buruh harian. Kemungkinan bentuk pekerjaan utama yang bisaditawarkan kepada mereka adalah type pekerjaan tidak trampil seperti pekerjaan buruh hariallpada PTP X yang menangani penanaman karet. Sayang sekali permintaan tenaga kerja yangsangat tinggi pada tiga tahun pertama cepat menurun. Kecuali untuk transmigran di Unit VII dimana baru 3-4 tahun bermukim di proyek sehingga masih mendapatkan kegiatan tersebut.
Pendapatan tambahan bulanan dari buruh kebun per KK di Unit VII pada tahun 1982 rata·rata Rp 15.000", menurun hingga Rp 6.000,- pada tahun 1983 dengan hari kerja 9·10 hari perbulan (Rp 640,-lhari).
Mengingat sumber pendapatan tambahan ini menipis, maka anggota transmigran dari tipe Vakan beralih :
58
- Ke Tipe IV bila mereka ingin mengutamakan usaha non-tani dan bila kesempatan kerja terbuka.- Ke Tipe V~ bila mereka ingin mengutamakan pertanian.
Tipe VI terutama terdiri atas transmigran Unit 1 yang hanya memiliki satu sumber pendapatan yaitu pertanian. Tingkat pendidikan dan pengetahuan pertanian mereka sangat rendah,produksi tidak mencukupi dan pendapatannya pada umumnya di bawah garis kemiskinan. Semua faktor tersebut di atas mengakibatkan para transmigran ini mengalami stagnasi atau kema
cetan.Keadaan ekonomi yang rendah dari Tipe V dan VI terdapat kira-kira 60% keluarga trans
migrasi. Pola tanam yang diusulkan oleh beberapa lembaga penelitian seperti LP3 tidak dicontoholeh para transmigran. Maka perlu analisa alasan penolakan atau kegagalan pola tersebut. Setelahitu barn dicari sistem pola tanam yang lebih cocok.
TABEL 35
TIPOLOGI USAHA-USAHA TRANSMIGRASI
Tipe PendapatanJumlah rata-rata/th. Faktor penentu Karakteristikkasus (ribu Rp)
1 1100 Keluarga besar, punya modal, Pengusaha kecil3 kasus usaha non tani banyak dan
pengalaman tani sedikit
II 770 Keluarga besar, Pedagang5 kasus banyak usaha non tani, Tukang kayu
tingkat pendidikan tinggi Kc"lryawandan pendapatan stabil Pensiunan
III 490 Usaha pokok tani dan tingkat Petani
5 kasus teknik pertanian tinggi berpengalaman
IV 480 Usaha tani kecil dan banyak Khusus buruhIl kasus usaha luar tani Pedagang kecil
V 300 Modal tidak ada, Setengah buruh/25 kasus tingkat pendidikan rendah setengah petani
teknik pertanian rendah
VI 220 100% usaha tani, tingkat Petani tradisional10 kasus teknik pertanian rendah dan
tingkat pendidikan rendah
59
GRAFIK 16: PROSENTASE PENDAPATAN TOTAL USAHA TANI
DAN TINGKAT PENDAPATAN GLOBALPendapatan
global tahunan -
dalam Ribuan Rp
1000
900
800
700
600
o
o000 0
o 00 0o 0o TYPE. V 0o
100
200
500
00
04001
000 0°TYPE.IV
300
0
OL....-------.------.-----........---_,......-__.....:::=;::::....-__%20 40 60 80 100
Prosentase pendapatan tani
60
V. DAMPAK POLA TANAM YANG DIUSULKAN LP3
Sejak tahun 1976 LP3 melakukan eksperimen 5 model pola penq.naman di beberapa proyek
transmigrasi.Setiap pola tanarn dicirikan oleh kombinasi tanaman herikut :
Pola A. Padigogo Kacang tanah
Singkong
Kacang hijau
Pola B.
Pola C.
Singkong 1
Singkong 2
Dalam pola D kegiatan dilakukan oleh transmigran sendiri sedangkan dalam pola E dilakukan di bawah pengawasan petugas LP3.
Setelah tiga tahun percobaan maka pola B yang kurang efektif ditinggalkan. Selanjutnyapola D dan E juga ditinggalkan dengan alasan bahwa semua transmigran telah memakai pola tersebut. Untuk pola A dan C hasil dari 6 tahun percobaan kini telah tersedia.
Dampak LP3 sayang sekali tidak terlihat seperti yang diharapkan. Kenyataannya dari 59 KKyang diteliti terlihat :- 47 KK belum pernah mendengar pola LP3.
- 10 KK mengetahui LP3 karena telah bekerja sebagai buruh pada lahan percobaan mereka.
- 2 KK telah mencoba pola LP3, 1 KK meninggalkannya setelah semusim dan 1 KK menerap-kan pola yang diusulkan secara tidak sempurna.
Akan tetapi ditinjau dari segi agronomis, pola-pola yang diusulkan memberikan banyak man·
faat:
- Penanaman bibit bertahap menghindarkan bentrok waktu penyiapan lahan dan masa panen.- Kombinasi tanaman memungkinkan penggunaan lahan lebih baik dan diversifikasi produksi
yang memungkinkan mengurangi resiko.
61
- Lahan hampir tertutup secara permanen sehingga terlindung dari bahaya erosi.- Pemeliharaan lahan secara tetap sepanjang tahun memungkinkan mengurangi jumlah populasi
bibit gulma.- Hasil relatif. tinggi yang dikemukakan LP3 memberikan pendapatan bersih per hektar yang
menggembirakan.
Namun dernikian ditinjau dari pandangan transmigrasi, pola-pola yang diusulkan mempunyai dua titik kelemahan pokok: pola-pola itu menuntut tingkat input tinggi (biaya saproditinggi) dan banyak memerlukan tenaga kerja. Menyadari akan kelemahan ini maka LP3 sejak tahun 1979-1982 mencoba mengurangi tingkat input dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
Hasil perekonomian yang diperoleh untuk pola A dari musim tanam tahun 1976-1977 sam
pai 1981-1982 dituangkan dalam tabel 36.
TABEL 36
HA51L PEREKONOMIAN POLA A: TAHUN 1976_1982
1976·1977 1977·1978 1978·1979 1979-1980 1979·1980 1980-1981 1980-1981 1981-1982
Tahun inputrendah
inputtinggi
input& kerjarendah
input& kerjatinggi
Pendapatankotor
610 435 664450 1 104250 982750 1 140950 1 041 675 1 140225 1 158950
Biayasaprodi
Biayat. kerja
Pendapatanbersih
Kebutuhantenaga (HOK)
152108 161 710
343 800 326 200
114 527 176 540
817 771
149800 110850
387 500 342 000
566 950 529 900
775 582
136100 124800 139050 144300
342000 251 100 295100 296700
662850 665775 706075 657950
582 451 525 599
Cara memperoleh data tersebut, terutama penyajian hasilnya tidak begitu memuaskan. Banyak kritik perlu dikemukakan :
- Dalam kalkulasi rata-rata hasil produksi, tidak pernah diperhitungkan terhadap lahan-Iahan yang dirusak oleh babi hutan (masalah pokok dalam kasus tanaman jagung dan singkong). Sedangkan lahan yang ditumpang-sarikan dengan jagung atau singkong, letaknyajauh dari pemukiman, sehingga dapat dipastikan dirusak babi hutan.
- Dalam penyajian hasil per hektar, para penulis lupa menegaskan bahwa para transmigranyang berperan serta dalam eksperimen ini pada umumnya pada lahan-Iahan seluas 25/50are yang letaknya dekat pemukiman. Dengan demikian, keuntungan per hektarnya hanyateoritis belaka. Lagi pula tenaga kerja rata-rata dari 1 keluarga transmigran (450 hari
62
orang kerja per tahun). Kondisi ini hanya memungkinkan menanami maksimal 50 are,dengan memperhitungkan kegiatan mereka lainnya.
- Mengingat lahan-lahan bagi eksperimen "Reallife" di bawah pengawasan LP3 mempunyaiprioritas pertama, maka lahan itu disiapkan dalam batas waktu yang tepat dan jadwal penanamannya selalu optimal. Untuk menyiapkan lahan 1 ha dalam batas waktu yang ditentukan, tenaga kerja upahan sangat dibutuhkan pula.
- Biaya tenaga kerja upahan dikalkulasikan pada basis yang sama dengan tenaga keluarga,yaitu Rp 400,-lhari untuk tahun pertama, lalu Rp 500,- dan Rp 600,- sampai Rp 700,pada tahun 1981-1982. Akan tetapi upah sebenarnya seorang buruh tani adalah Rp 1.500/hari pada tahun 1982. Seharusnya menghitung biaya tenaga kerja upahan dalam analisaekonorni diganti dengan gagasan keuntungan bersih dari penghasilan tenaga kerja keluarga.
- Harga-harga komoditi yang diperoleh untuk kalkulasi pendapatan kotor adalah berdasar-kan harga pasar setempat dan bukan nilai harga di tingkat rumah petani. Jadi hargaRp 150,- untuk 1 kg gabah tahun 1981-1982 ditafsirkan terlalu tinggi (over estimate)sebesar 50% dari harga sebenarnya di rumah petani (Rp. 100,-/kg).
Secara umum dari berbagai tingkatan, pendapatan-pendapatan yang dikemukakan tampakterlalu tinggi (over estimate) dan biaya-biayanya terlalu rendah (under estimate). Sebagai contohcukup menarik untuk meninjau kembali analisa ekonomi hasil-hasil tahun 1981-1982, denganmenjajarkan biaya dan harga yang dikemukakan LP3 dan oleh para transmigran. Hal itu dilakukan dengan menganggap benar hasil per hectar yang dikemukakan oleh LP3.1. Pendapatan kotor
Perhitungan pendapatan kotor disajikan dalam tabel37.TABEl37
KAlKUlASI PENDAPATAN KOTOR
TanamanHasi! Harga satuan (Rp!kg) Pendapatan kotor(kg) LP3 Tmasmigran LP3 Transmigran
Padi 2181 150 100 327.150 218.100Jagung (pipi!) 1457 150 100 218.550 145.700Singkong 14100 20 10 282.000 141.000K. tanah (polong) 705 350 250 246.750 176.250Kacang tunggak 350 250 200 87.500 70.000
Tot al 1.161.950 * 751.050
* Angka yang dikoreksi, sedangkan jumlah yang dilaporkan LP3 sebesar Rp 1.158.950,
2. Biaya material
Untuk biaya material, harga-harga yang dikemukakan LP3 berhubungan dengan harga BIMAS tahun 1982. Mengingat pupuk dan pestisida dibagikan para petani melalui BIMAS. Seharusnya perlu diperhitungkan nilai kredit (l% per bulan) dari pelaksanaannya sampai dengan pembayaran kembali (pada umumnya 6 bulan). Perincian biaya material dapat dilihat pada tabel 38 dihé>laman berikutnya.3. Biaya tenaga kerja
Untuk menerapkan pola pergiliran tiga jenis tanaman seperti dikemukakan dalam pola A,
63
= Rp 139.300,Rp 73.800,-
maka penyiapan lahan dan panen haros dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Hal initentu memerlukan tenaga kerja upahan, bila lahan yang ditanami melewati batas tersedianyatenaga kerja.
Dalam tabel No. 39 dapat dilihat kebutuhan tenaga kerja pria dan wanita untuk berbagai kegiatan, termasuk jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari luar.
Mengingat upah yang diterapkan LP3 Rp 700,-/hari untuk 1 orang pria dan Rp 600,-/hariuntuk 1 orang wanita dan memperhitungkan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, maka jumlahbiaya tenaga kerja mencapai Rp 396.700,-.
Sebetulnya pada tahun 1981-1982 di Batumarta biaya harian seorang tenaga kerja upahanadalah Rp 1.500,- per pria dan Rp 1.000,- per wanita. Hal ini memberikan biaya untuk tenagakerja upahan sebesar :
- 174 hari pria a Rp 700,-- 123 hari wanita a Rp 600,- =
Total
Input
BIBITPadi
Jagung
Singkong (stek)
Kacang tanahKacang tunggak
Sub-total bibit
= Rp 213.100,-
TABEL 38
BIAVA SAPRODI
Kuantitas Harga satuan Biaya
(kg) (Rp.) (Rp.)
40 250 1000012 150 1800
5000 2 10000120 400 4800040 200 8000
77800
PUPUK
UreaTSPKapur
200200200
707020
14000140004000
Sub·total pupuk 32000
PESTISIDAFuradan
Sevin
AgrothionDiazinon
Sub·total pestisida
TOTAL
7.5 1700 127501.5 1500 225061t 1500 90007lt 1500 10000
34500
144300
64
TABEL 39
KEBUTUHAN TENAGA KERJA PER HEKT AR
BERDA5ARKAN POLA A : 1981 - 1982
( dalam Hari Drang Kerja)
Kebutuhan Tenaga kerja Tenaga kerjaKegiatan tenaga kerja keluarga upahan
P W P W P W
TANAMAN PERTAMAPenyiapan lahan 146 60 86Penanaman 17 29 17 17 12Penyiangan 10 20 10 20Pemupukan 7 7 7 7Penyemprotan 12 12Panen (padi & jagung) 20 20 10 10 10 10
TOTAL 1 212 76 116 54 96 22
TANAMAN KEDUAPenyiapan lahan 40 12 20 10 20 2Penanaman & pupuk 10 22 10 10 12Penyiangan 4 12 4 12Pemeliharaan 12 12Panen(kacangtanah) 15 25 2 2 13 23
TOTAL 2 81 71 48 34 33 37
TANAMAN KETIGAPenyiapan lahan 36 12 10 10 26 2Penanaman & pupuk 10 22 2 2 8 20Penyiangan 4 12 4 12Pemeliharaan 8 8Panen (kacang tunggak) 15 25 7 7 8 18Panen (singkong) 7 8 4 4 3 4
TOTAL 3 80 79 35 35 45 44
TOTAL 1+2+3 373 226 199 123 174 103
Oleh karena itu biaya seluruh tenaga kerja (dalam keluarga dan luar keluarga) sebesarRp 577.100,·, bukan Rp 396.700,· seperti yang dikemukakan LP3.
Dengan meninjau kembali analisa ekonomi berikut angka-angka yang dikoreksikan sertamembandingkan dengan angka LP3, maka diperoleh tabel 40 :
65
TABEL 40
PERBANDINGAN ANALl5A EKONOMI
Pendapatan kotorBiaya materialBiaya tenaga kerja
Pendapatan bersih
Angka LP3(Rp)
1.161.950,144.300,396.700,-
620.950,-
Angka yang dikoreksi(Rp)
751.050,144.300,577.100,-
29.650,-
Pendapatan bersih yang dikemukakan LP3 21 kali lebih besar dari pendapatan bersih dariangka yang dikoreksi.
Karena sulitnya menentukan upah harian dari tenaga keluarga dalam kalkulasi pendapatanbersih, maka lebih menarik mengevaluasi pendapatan tenaga kerja keluarga.
Karena kontribusi maksimal tenaga kerja keluarga 322 hari (199 hari pria dan 123 hari wanita) maka maksimalluas lahan yang dapat ditanami untuk pola A seluas 54 are tanpa memakaitenaga kerja dari luar.
Di bawah luas 54 are dengan memperhitungkan produksi tahun 1981-1982, upah tenagakerja keluarga mencapai Rp 1.013" per pekerja per hari (pria atau wanita).
Di atas Iuas 54 are maka penggunaan mutlak tenaga kerja d,ari luar secara proporsionalakan menurunkan upah tenaga kerja keluarga. Upah harian tenaga kerja keluarga untuk lahandi atas 54 are dapat dikalkulasikan dengan rumus :
UHKK = (L (PK-BM-(373 x 1500) - (226 x 1000» + (199 x 1500) + (123 x 1000» / 322
UHKK = upah harian kerja keluarga (Rp)L = luas lahan yang ditanami (ha)PK = pendapatan kotor per hektarBM = Biaya material per hektar1500 dan 1000 = biaya upah harian tenaga kerja pria dan wanita
373 dan 226 = jumlah waktu kerja per ha (pria dan wanita)199 dan 123 =jurnlah tenaga kerja yang dilakukan keluarga (322 hari)
Pendapatan harian tenaga kerja keluarga menurut Iuas lahan yang ditanami dapat dilihatpada grafik 17.
Apabila luas lahan mencapai 2,4 ha, tenaga kerja keluarga tidak mendapat upah. Oleh karenabiaya upah harian lebih tinggi daripada pendapatan maximal keluarga per hari kerja (Rp 1.013,,),maka keluarga menggarap Iuas Iahan 54 are dengan pola A adalah merugikan petani.
Perlu diingat bahwa berlakunya angka-angka di atas menunjukkan hasil per hektar yang kirakira sama dengan yang dikemukakan LP3 yaitu 2.181 kg padi/ha. Mengingat cara yang digunakanuntuk menilai hasil tersebut di atas lebih menunjukkan tingkat potensial daripada tingkat rata·rata hasil. Perlu düngatkan lagi bahwa rata-rata perolehan hasil per hektar tahun 1982-1983 un·tuk sampel penelitian kita hanya mencapai 704 kglha untuk Unit VII dan 399 kglha untuk Unit 1.Hasil tersebut didapat berdasarkan metoda penanaman yang bersifat tradisional.
66
GRAFIK NO. 17
HASIL PER HARI KERJA SEKELUARGAHENURUT LURS 6ARAPAN
1
1(((j t:-~----.....~-••,•••,"_.,
, :l :: -:=-. 750 ~
: m l,..:i.
,.........
H.o1
IlD.5 , "
I.V 1.0 2.0 2.0LLCS go rapal (ho)
Bila yang dipertimbangkan hanya para petani dengan tingkat pengetahuan pertanian tinggiserta lahannya tidak dirusak babi hutan maka hasil per hektar yang diperoleh mirip sekali denganyang dikemukakan LP3, walaupun dengan tingkat input jauh lebih rendah. Akan tetapi para petani transmigran yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi nampaknya tidak juga tertarik denganpola tanam yang diusulkan itu, walaupun akan memperoleh hasillebih baik untuk tenaga kerjakeluarqa pada luas usaha yang dibatasi 50 are. Bagi para transmigran ini, penolakan atas pola yangdiusulkan terutama disebabkan karena mereka mempertimbangkan resiko-resiko dari tanamanitu.
Untuk luas lahan 1 ha dengan menggunakan pola LP3, transmigran haros menginvestasikansebanyak Rp 508.300,- (Rp 144.300,- sarana produksi dan Rp 364.000,- upah tenaga kerja) ,untuk memperoleh pendapatan kerja keluarga sebesar Rp 242.800,- dengan resiko kegagalan cukup besar. Sebaliknya dengan membatasi luas lahan 50 are maka investasi hanya sebesar Rp72.150,- untuk pendapatan dugaan sebesar Rp 303.375,-.
Dengan mempertimbangkan sulitnya keadaan keuangan keluarga transmigran maka investasisebesar Rp 72.150,- menunjukkan kira-kira 2 bulan pendapatan seluruh keluarga. Misalnya : rata·rata investasi untuk sampel penelitian tahun 1982-1983 hanya sebesar Rp 22.000,- ± Rp 8.000",
Selanjutnya dengan mempertimbangkan resiko iklim, serangan babi hutan, meningkatnyahama tikus dan berbagai hama lainnya, dapat dimengerti bahwa seorang transmigran merasa ragumeminjam uang guna investasi di bidang pertanian.
Dengan tingkat pengetahuan pertanian yang dimiliki si petani, maka pendapatan potensialtanaman pangan tidak mungkin mencapai di atas subsistance level. Mulai pada tahun ke-6 di 10'kasi maka masukan produksi karet cepat menyaingi tanaman pangan. Dimana pendapatan tinggi
67
dan sifatnya tetap (reguler) dari perkebunan tersebut, maka ha! ini akan mengakibatkan reduksiatau keterlantaran lahan·lahan yang diperuntukkan buat tanaman pangan.
Pada waktu akhir penelitian di Batumarta bulan Juni 1983 tanaman karet Unit l telah disa·dap sejak 3 bulan. Hasil pertama tampak menggembirakan.
68
VI. HA51L PERTAMA TANAMAN KARET
Data berikut ini diperoleh setelah tiga bulan penyadapan pertama dari 22 KK transmigran diUnit I.Untuk 1 hektar karet :- 408 pohon telah disadap.- 69 pohon belum berproduksi.Untuk penyadapan 2 kali per minggu hasil yang diperoleh :- 15,4 liter latex per hari selama penyadapan bulan pertama.- 26,6 liter latex per hari pada bulan ketiga.
Dengan lain perkataan mulai bulan ketiga hasil rata-rata 228 liter per bulan berarti pendapatan kotor Rp 33.000,-lbulan dengan harga rata-rata Rp 145,-/liter dan pendapatan bersihRp 30.000,- per bulan (10% diambil sistem koperasi yang didirikan oleh PTP X).
Dalam usaha karet ~ni berarti bahwa untuk kerja ringan 4 - 5 jam per hari penyadapan, makapendapatan yang diterima dari satu hektar pada tahun pertama akan seimbang dengan pendapatan total sebuah keluarga transmigran pada tahun 1982.
Karena hasil penyadapan karet terus meningkat secara konstan selama 6 tahun maka paratransmigran dapat segera membandingkan keuntungan perkebunan jauh lebih tinggi daripada keuntungan tanaman pangan. Apalagi pendapatan dari penjualan karet bersifat pasti, konstan dantidak hipotetis atau "musiman seperti tanaman pangan.
Dalam kondisi seperti ini besar kemungkinan bahwa dalam tahun-tahun mendatang luas lahan yang ditanami tanaman pangan akan berkurang dan yang ditanami karet meningkat.
Dengan demikian maka tujuan swa-sembada pangan kecil peluangnya untuk tercapai, karenapara transrnigran lebih suka membeli beras dari keuntungan usaha tanaman karet.
Selanjutnya tingkat kehidupan transrnigran akan cepat meningkat. Dalam waktu yang relatifsingkat akan timbul adanya sekelompok petani kebun kaya yang mampu mengupah para transmigran swakarsa guna melaksanakan pemeliharaan dan penyadapan karet.
69
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Keadaan sekarang sulit, tetapi masa depan cerah: Oleh karena proyek Batumarta memungkinkan menjadi pilot proyek menurut Bank Dunia, maka proyek ini berbeda sama sekali denganproyek transmigrasi umum.
1. Batumarta menguntungkan dari berba~ai faktor positif
- Sejumlah besar biaya telah dikeluarkan, karena biaya penempatan per KK transmigran diproyek Batumarta hampir dua kali lipat biaya yang biasa dialokasikan.
- Kerangka administratif di proyek Batumarta mantap dan berkualitas. Personil dari Trnasmigrasi yang ditugaskan di Batumarta tampak berkompeten dan sarana kerjanya sangat mendukung (kantor, kendaraan dan lain-Iain).
- Studi awal yang serius memungkinkan pendirian unit-unit pemukiman dekat tempat penampungan air guna penyediaan air bersih.
- Memanfaatkan bantuan PTP X untuk pendirian perkebunan karet, yang memungkinkan
memperoleh perkebunan berkualitas industri.- Banyaknya kegiatan ilmiah oleh beberapa lembaga penelitian, Perguruan Tinggi dan konsul
tan asing, namun belum seluruh masalah terpecahkan, tapi telah memungkinkan pengenalan
sifat-sifat lingkungan beserta potensinya. Banyak data dasar terdapat pada "Seed-farm";"Test-farm" dan stasiun meteorologi.
- Banyaknya distribusi ternak sapi memungkinkan untuk percepatan pengembangan pengolahan tanah dengan tenaga hewan.
- Sejumlah besar prasarana sudah terdapat di tempat : jalan proyek, sekolah, puskesmas, tempat beribadah, koperasi, pasar dan lain-Iain.
2. Permasalahan yang ada
- Secara keseluruhan administrasi di tingkat proyek cukup baik, sedangkan di tingkat unitmasih terdapat kekurangan. Dimana para transmigran swakarsa yang ingin menempati lahanlahan yang ditinggalkan oleh para transmigran yang pergi meninggalkan lokasi harus membayar sampai Rp 600.000,- kepada sebagian KUPT.
- Kerangka teknis di tingkat unit kemungkinan merupakan aspek yang kurang memuaskan.Dimana PPL yang ditempatkan di unit-unit pada umumnya terlalu muda, kurang berpengalaman serta kurang motivasi. Kehadiran rata-rata PPL Unit VII hanya sampai 6 bulan, apalagimereka sering tidak ada di lokasi. Beberapa PPL menyimpan benih/bibit tanaman selama beberapa minggu sebelum dibagikan kepada transmigran, sehingga mengakibatkan penurunandaya tumbuh benih dan kematian bibit.
- Kualitas alat-alat pertanian yang dibagikan sangat buruk sehingga para transmigran tidakmau memakainya.
- KUD belum banyak berfungsi dengan baik, terutama dalam hal pemasaran hasil produksipertanian.
- Dalam unit-unit yang jauh dari pusat administratif, biaya pendistribusian sering menjadipenghalang.
70
.,
- Organisasi inseminasi buatan dan bantuan teknis untuk para peternak memakan waktu lama,karena organisasinya masih dalam tahap permulaan.
Akan tetapi masalah pokok bagi semua transmigran adalah swa-sembada pangan atau palingtidak kelangsungan hidup keluarga selama 6 tahun sebelum dilakukan penyadapan karet. Setelahperiode sulit ini, pendapatan dari hasil tanaman karet akan segera menjamin masa depan paratransmigran.
3. Saran-saran
Sering sekali bahwa rekomendasi dari berbagai lembaga dan konsultan jarang mengemukakan faktor·faktor pembatas serta berbagai hambatan yang harus diatasi para transmigran. Faktorfaktor tersebut terdiri atas 3 (tiga) hal :
- Tingkat pengetahuan pertanian relatif rendah.- Tenaga kerja terbatas.- Persediaan keuangan praktis tidak ada.
Akibatnya semua rencana yang menyangkut biaya atau meliputi peningkatan kebutuhantenaga kerja tidak mungkin diterima atau dilaksanakan oleh para transmigran. Selanjutnya rencana proyek besar seperti pendirian pabrik tapioka atau pabrik gula cair, pengalengan sayursayuran atau buah-buahan dan lain-Iain hanya dapat diperhatikan apabila ada sumber dana yangcukup besar untuk investasi.
Sehubungan dengan hal di atas, maka telah disepakati untuk membuat saran-saran sederhana, realistis dan murah dengan mempertimbangkan kemampuan para transmigran serta menanggapi kebutuhan mereka.
Beberapa saran yang dapat dilaksanakan meliputi :
,- Peningkatan efisiensi kerja tani.- Proteksi tanaman.- Pengembangan temak.- Peningkatan kesempatan kerja non pertanian.- Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian.
3.1. KERJA TANI YANG LEBlH EFISIEN'
Pengurangan waktu kerja pembukaan lahan
Hal ini dapat dicapai apabila semua keluarga yang telah memperoleh 1 hektar lahan dibukadengan traktor (seperti dijanjikan). Kegiatan pembukaan lahandengan traktor yang ditujukanpembukaan hutan primer atau sekunder, sering menimbulkan kerusakan tanah, sedangkan padalahan yang tertutup alang-alang (Imperata cylinc1rica) tidak menjadi masalah. Sayang sekali kualitas pembukaan lahan dengan traktor jarang sekali memenuhi syarat.
Para pengemudi traktor cenderung membajak terlalu cepat dan dalam, tanpa memperhitungkan adanya perbedaan-perbedaan lapisan tanah pada lahan-Iahan itu. Dengan demikian, pada tempat yang lapisan atasnya tipis, maka lapisan bawah (padat, kaya akan konkresi besi, sedikit materiorganik dan hara) terangkat ke permukaan karena pembajakan yang terlalu dalam. Pada akhirnyapertumbuhan tanaman yang sedikit di daerah ini mengakibatkan lahan-Iahan tersebut kelihatanse perti "kulit leopard".
71
Untuk memperbaiki keadaan seperti itu diperlukan :
- Mengadakan Iatihan kerja pengemudi traktor dan memperkenalkan gagasan kualitas kerjadalam spesifikasi yang diperlukan para kontraktor.
- Lebih mengutamakan peralatan bergerigi daripada berpiring untuk jenis tanah denganIapisan atas tipis, sehingga dapat menggemburkan tanah tanpa membalikkan Iapisan tanah.
Penyiapan lahan
Banyaknya temak sapi yang dibagikan di Batumarta memungkinkan para transmigran segeramelakukan pembajakan. Tetapi di beberapa unit belum terdapat tukang besi, sehingga tidak memungkinkan atau menghambat pembukaan Iahan dengan tenaga sapi. Dalam hal ini diperlukanbantuan untuk tersedianya satu tukang besi per unit.Kebutuhan tenaga untuk penaburan bibit dapat dikurangi dengan menggunakan alat (seeder) sederhana dan efisiens, yang dipasang pada kerangka multicultivator Uenis alat yang biasa dipakaidi Senegal).
Alat ini dapat dibuat di Indonesia dan perlu dikembangkan, sebaiknya dekat proyek transmigrasi yang besar. Dengan menggunakan seeder penanaman bibit akan teratur, maka selanjutnya penyiangan pertama dapat dilakukan dengan tenaga hewan.
Dengan menggunakan satu set multicultivator, maka memungkinkan :
- Peningkatan efisiensi hasil kerja dan pengupahannya.- Peningkatan Iuas Iahan yang ditanami tanpa memerlukan tenaga kerja upahan.- Pengurangan waktu penaburan bibit, sehingga dapat menyerempakkan jadwal penyemaian
pada awal musim hujan.
Pengelompokan jadwal penyemaian merupakan keharusan untuk pembasmian wereng, stemborer dan hama Iainnya secara efektif.
3.2. PENINGKATAN PROTEKSI TANAMAN
Pada kondisi tanah di Batumarta tanpa memakai dosis pupuk yang tinggi, hasil produksi tidak memuaskan. Sayang sekali biaya pemupukan seperti ini masih merupakan hambatan bagi sebagian besar transmigran. Sebaliknya peningkatan proteksi tanaman hanya membutuhkan biayarendah, tetapi dapat meningkatkan produksi dua kali lipat. Ternyata dalam sampel penelitian,10% transmigran yang memiliki tingkat pengetahuan pertanian tinggi, serta menguasai teknik penyemprotan tanaman, dapat memperoleh hasil produksi 2-3 kali di atas rata-rata, meskipun dosispupuknya sama.
Mengingat rendahnya tingkat pengetahuan pada sebagian besar PPL, nampaknya kurangrealistis apabila mereka diserahi mengatur proteksi tanaman yang efisien.
Jalan keluar terbaik adalah melakukan peningkatan pada para kelompok tani yang ada danmenyerahkan proteksi tanaman pada mereka ini dan bukan Iagi diserahkan secara individu. Pemecahan ini banyak manfaatnya sebagai berikut :
- Distribusi pestisida pada kelompok tani dapat menghindari pemborosan dan penjualankembali pestisida tersebut.
- Transmigran yang tingkat pengetahuan pertanian cukup tinggi secara otomatis dapat mengurus kegiatan ini sehingga dapat menyamaratakan perawatan preventif dan penggunaan
72
dosis pestisida yang tepat. Hal ini dapat mencegah lahan yang terawat baik, supaya tidakterkena hama dari lahan sebelahnya.
- Kerja gotong royong menghindari pengupahan tenaga kerja tambahan dan dapat meningkaktkan tingkat pengetahuan pertanian transmigran.
- Adanya kelompok tani memudahkan memperoleh kredit pertanian dan pengenalan teknikpertanian baro.
Untuk tanaman selain padi gogo, serangan babi hutan masih merupakan masalah pokok, terutama bagi para transmigran yang beragama Islam. Ternyata ha! ini tidak menjadi masalah bagipara transmigran asal Bali yang amat menyukai dagingnya. Apalagi beberapa transmigran Balimengeluh karena jauhnya areal perburuan mereka. Sayang sekali jumlah transmigran Bali yangrelatif sedikit tidak memungkinkan untuk menjamin keamanan tanaman di seluruh unit pemukiman Batumarta.
Mengingat biaya pemagaran beberapa lahan ternyata mahal dan kurang efisien untuk mengendalikan babi hutan, maka perburuan yang teratur nampaknya merupakan jalan keluar terbaik. Untuk itu para petugas transmigrasi dapat meminta bantuan dari Angkatan Bersenjata danpemburu asal Bali. Hasil dari perburuan ini dapat menutupi biaya-biaya yang diperlukan sertatambahan menu hidangan keluarga transmigran Bali.
3.3. PENGEMBANGAN TERNAK
Ternak sapi
Ternak sapi cukup berkembang di Batumarta dan akan menjamin pendapatan yang berartidalam beberapa tahun. Sekarang hambatan pokok dari pengembangan ternak ini adalah karenaterbatasnya tenaga kerja, sarana keuangan dan formasi para petugas dari Dinas Pertanian. Perludiperhatikan bahwa Dinas Pertanian memulai dari nol kegiatannya di proyek. Hal ini terorganisirberkat banyaknya permintaan dari instansi Transmigrasi.
Unggas
Sampai sekarang kegiatan ini hanya sedikit mendapat perhatian dari Dinas Pertanian, keba:likan dari keinginan sebagian besar transmigran. Fasilitas kredit dari Bank Rakyat Indonesia dapatmemungkinkan beberapa transmigran melakukan spesialisasi dalam peternakan ayam petelor danpedaging. Kredit ini diberikan dengan syarat si penerima kredit itu mengikuti kursus-kursus latihan, yang diselenggarakan oleh Dinas Peternakan.
Ternak babi
Kegiatan ternak babi yang ingin dikembangkan sebagian besar transmigran Bali terbenturoleh masalah-masalah, yang biasanya terdapat di daerah-daerah yang dihuni orang Islam. Karenapara transportir swasta menolak muatan babi, maka para petugas Transmigrasi perlu mengorganisir untuk pendistribusian ternak babi yang unggul. Seperti sistem yang dipakai untuk bantuanternak sapi mudah sekali diterapkan pada ternak babi.
3.4. PENINGKATAN KESEMPATAN KERJANON-TANI
Banyaknya tukang/buruh gergaji, tukang mebel dan tukang kayu di semua unit dapat dimanfaatkan para petugas Transmigrasi. Seringnya mereka ini memanggil kontraktor setempat un-
73
tuk melakukan pekerjaan pembangunan dan perluasan proyek. Para kontraktor ini kemudianmempekerjakan para transmigran untuk sebagian besar pekerjaan, dengan upah yang rendah.
Biasanya para tukang kayu (transmigran) sanggup menerima kontrak kerja membuat bangunan rumah untuk 2 - 3 rumah. Sebaliknya tidak sanggup menerima tawaran untuk 500 rumah
dan puluhan bangunan proyek.Untuk mengatasi masalah ini para petugas Transrnigrasi harus mendirikan koperasi pertu
kangan, yang merupakan KUD. Adanya koperasi ini sekaligus memungkinkan : pengurangan biaya pembangunan rumah transmigrasi, peningkatan kesempatan kerja dan formasi serta peningkatan pendapatan para tukang.
Pertukangan Iain seperti tukang reparasi sepeda, pandai besi, pembuat tahu dan tempe danlain-Iainnya juga haros dapat memanfaatkan fasilitas kredit, agar dapat membeli peralatan yangdiperlukan.
3.5. PENINGKATAN PEMASARAN PRODUKSI PERTANIAN
Ditinjau secara geografis proyek Batumarta menguntungkan, mengingat letaknya yang dekatdengan :
- Dua kota Baturaja dan Martapura.- Jalan Trans-Sumatera.- Jalan kereta api menghubungkan Batumarta dengan dua ibukota propinsi, yakni Palem-
bang dan Tanjung Karang.
Sayang sekali para transmigran tidak banyak memanfaatkan kemungkinan pemasaran yangbaik ini. Hal ini cukup jelas dari perbandingan harga-harga produk di lahan usaha tani denganharga-harga di Baturaja atau Palembang.
Sebaliknya para pengusaha angkutan dan grosir secara mudah dapat menarik keuntungandari kebutuhan keuangan transmigran yang mendesak. Hal ini disebabkan para transmigran tidakdapat menyimpan produksi mereka dan menjualnya dalam jurnlah besar setelah panen. Sehinggaharga-harga hasil pertanian cepat merosot di proyek, tetapi anehnya tetap stabil di Baturaja.
Beberapa transmigran yang menyadari masalah ini mengorganisir pengumpulan dan pengangkutan hasil produksi. Tingginya biaya transportasi terutama dari umt-unit yang jauh dari pusatadministratif menghambat keuntungan operasi ini. Setibanya di Baturaja, harga beli yang ditawarkan para grosir kepada para transmigran hanya sedikit lebih tinggi dari harga yang ada di proyek(karena perundingan gelap antara para grosir). Selain itu telah disinyalir banyaknya kasus "kehilangan berat" (weight loss) selama pengangkutan. Sekarung kacang tanah dengan berat 100 kg(berat yang telah diperiksa di proyek) hanya tinggal 85 kg setibanya di Baturaja. Si transmigranyang terpaksa membayar dahulu biaya pengangkutannya, terpaksa juga menjualnya dengan hargaberapapun juga.
Untuk menghindari para transmigran tidak terperangkap dalam praktek seperti itu, makapara petugas Transmigrasi sebaiknya mengorganisir :
- Pengumpulan hasil panen.- Penyimpanan sementara produksi di tingkat proyek agar dapat dijual dalam masa-masa
yang baik.- Pengangkutan hasil panen ke Baturaja (atau Palembang, Tanjung Karang).
74
..
-,
- Penjualan hasil panen dengan membentuk agen khusus untuk transmigran pada pasarpasar Kabupaten terdekat.
Jenis organisasi ini sulit direncanakan untuk proyek Transmigrasi Umum, akan tetapi bisadidirikan di Batumarta, mengingat ukuran proyek tersebut (14 unit pada tahun 1983) dan kualitas pembinaan administrasinya cukup balle Dengan memperhitungkan harga-harga transportasidan organisasi, maka harga penjualan dapat naik mendekati 50% dari harga jual sekarang.
Meskipun terdapat beberapa masalah yang sifatnya sementara, masa depan proyek Batumarta nampak cukup cerah. Jika beberapa rekomendasi yang dikemukakan di atas diperhatikan (terutama mengenai usaha pembentukan dan pembinaan baik para transmigrannya maupun dinasdinas yang ada) akan menciptakan masa depan proyek ini menjadi cerah.
75
...
•
LAMPIRAN FOTO
Kerawanan pangan akibat musim kemarau panjangtahun 1982 dapat diatasi dengan ubi kayu dan gadung
Hasil padi gogo kurang memuaskan
Kesuburan tanah rendah
Serangan hama berat pada musim panen tahun 1982/83J _ 6'~
Masalah hama dapat diatasi dengan meningkatkanteknik penyemprotan
Dengan adanya orang Bali, babi hutan tidak menjadimasalah hama, tetapi sebagai sumber protein
Memiliki ketrampilan dapat menunjang keberhasilandi daerah transmigrasi
Perkebunan karet menjamin masa depan transmigran,tetapi sesudah menghasilkan Iuas garapan tanaman pangan
menurun drastis
Kondisi jalan dapat menghambat angkutan dan pemasaran