Upload
hoangkhue
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BANK INDONESIA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain
dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua
maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang
mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan
moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang
melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN II 2012
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Framework)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Kata Pengantar
Di tengah melemahnya perekonomian global, perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi. Kuatnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh keyakinan konsumen akan perekonomian yang tetap baik serta daya beli mereka yang tetap terjaga. Sementara iklim usaha yang kondusif telah mendorong investasi untuk tumbuh baik, diantaranya ditandai dengan maraknya pembangunan infrastruktur. Namun demikian, di sisi lain, ekspor pada triwulan laporan diperkirakan melambat akibat turunnya permintaan eksternal sebagai dampak dari perlambatan perekonomian dunia. Disamping ekspor yang melemah, impor juga diperkirakan akan melambat walaupun masih tumbuh tinggi sejalan dengan tetap kuatnya permintaan domestik. Sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.
Neraca pembayaran pada triwulan II 2012 diperkirakan ditandai dengan membesarnya defisit transaksi berjalan. Defisit yang lebih besar ini disebabkan oleh kondisi tadi, yaitu menurunnya ekspor sebagai akibat dari melambatnya permintaan eksternal di tengah impor yang masih tinggi. Namun di sisi lain, transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap mencatat kinerja positif yang ditopang oleh aliran investasi langsung. Dengan didasarkan oleh perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Juni 2012 adalah sebesar 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan kemampuan impor selama 5,7 bulan ditambah kemampuan membayar seluruh utang luar negeri pemerintah satu tahun ke depan.
Nilai tukar rupiah selama triwulan laporan mengalami depresiasi sebagai akibat berbagai faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian penyelesaian masalah krisis Eropa yang mendorong investor berperilaku aman, serta meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun, Bank Indonesia telah melaksanakan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.
Dinamika inflasi secara umum masih terkendali. Hal ini terlihat dari inflasi inti (core inflation) dan inflasi dari komponen dengan harga diatur (administered prices), yang masih relatif stabil selama triwulan laporan. Inflasi yang terjadi lebih didorong oleh inflasi kelompok makanan dengan harga bergejolak (volatile food) akibat kenaikan harga bahan pangan karena terbatasnya pasokan. Bank Indonesia akan senantiasa mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi
Gubernur Bank Indonesia
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
tersebut dan menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan, guna tetap mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar sama dengan target inflasi yang telah ditetapkan.
Di tengah pelemahan ekonomi global, stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang kian membaik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Ini tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan tetap rendahnya rasio kredit bermasalah. Sementara itu, kegiatan intermediasi berupa penyaluran kredit untuk pembiayaan perekonomian terus berlanjut.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juli 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 5,75%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja perekonomian saat ini dan prospeknya ke depan, serta mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan tantangan yang dihadapi. Tingkat suku bunga acuan tersebut dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang masih terkendali sesuai target inflasi tahun 2012 dan 2013 sebesar 4,5% + 1%. Bank Indonesia akan terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor, dan siap menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan guna tetap menjamin tercapainya inflasi sesuai target. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya yang didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas, dalam rangka menjaga agar keseimbangan eksternal tetap terjaga.
Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Juli 2012
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2012 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Bank Indonesia memandang bahwa
tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan
terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Di sisi
eksternal, Bank Indonesia terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang
berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor sejalan dengan
kuatnya permintaan domestik. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat
pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah
lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas dalam rangka menjaga agar
penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur. Dengan langkah-langkah
kebijakan tersebut, tekanan neraca pembayaran diperkirakan kembali berkurang dalam
paruh kedua tahun 2012.
Dewan Gubernur mewaspadai kecenderungan perekonomian global yang
mengalami pelemahan dan diliputi ketidakpastian yang cukup besar. Penyelesaian
krisis di Eropa diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang, meskipun terdapat
sejumlah kemajuan dengan hasil European Union Summit beberapa waktu yang lalu. Di
samping berlanjutnya persepsi negatif di pasar keuangan global, ekonomi Eropa akan
mengalami resesi pada tahun ini sebelum berangsur membaik pada tahun 2013. Di sisi
lain, kondisi perekonomian AS juga masih rentan di tengah risiko fiskal ke depan yang
masih dalam proses penyelesaian. Melemahnya perekonomian global telah berdampak
pada pertumbuhan negara-negara di Asia, seperti China dan India, yang merupakan mitra
dagang utama Indonesia. Sementara itu, harga komoditas global, termasuk harga minyak,
terus menurun seiring dengan permintaan dunia yang melemah. Hal itu juga diikuti dengan
tekanan inflasi global yang terus menurun.
Melemahnya perekonomian dunia mulai berdampak pada kinerja sisi eksternal
perekonomian Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih
rendah dari prakiraan sebelumnya. Dengan menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 6,3%
dan berada pada kisaran 6,1-6,5% pada tahun 2012 dan 6,3-6,7% tahun 2013. Tingkat
pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tetap kuatnya permintaan
domestik, baik konsumsi dan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Di sisi sektoral, seluruh
sektor ekonomi diprakirakan masih tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi
dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri.
Neraca Pembayaran Indonesia diprakirakan mengalami tekanan pada triwulan II
2012 dan cenderung membaik pada paruh kedua 2012. Defisit transaksi berjalan di
triwulan II 2012 diperkirakan lebih besar dibandingkan defisit di triwulan sebelumnya akibat
kinerja ekspor yang menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia di tengah masih
2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012
tingginya impor untuk mendukung kegiatan ekonomi domestik. Di sisi lain, surplus transaksi
modal dan finansial (TMF) di triwulan II 2012 diprakirakan masih cukup tinggi, terutama
ditopang oleh tingginya investasi langsung (FDI) dan membaiknya arus portofolio asing. Ke
depan, penyesuaian terhadap impor bahan baku sejalan dengan menurunnya ekspor akan
mengurangi tekanan defisit neraca transaksi berjalan. Sementara itu, cadangan devisa sampai
dengan akhir Juni 2012 mencapai 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan 5,7 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Nilai tukar Rupiah pada triwulan II 2012 masih mengalami tekanan depresiasi,
namun dengan volatilitas yang terjaga dibandingkan triwulan sebelumnya didukung
oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Rupiah secara point-to-
point melemah sebesar 2,65% (qtq) ke level Rp9.393 per dolar AS atau secara rata-rata
melemah 2,27% (qtq) menjadi Rp9.277 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah
dipengaruhi oleh dinamika krisis di Eropa yang mendorong meningkatnya permintaan valas
terkait portfolio rebalancing oleh pelaku nonresiden. Selain itu, permintaan valas domestik
juga meningkat seiring dengan impor yang tinggi. Bank Indonesia terus menempuh langkah-
langkah untuk menjaga keseimbangan di pasar valas maupun pengembangan instrumen
moneter valas untuk mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya dan
sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan Asia.
Tekanan Inflasi pada triwulan II 2012 masih relatif rendah. Inflasi IHK pada triwulan
II 2012 tercatat 0,90% (qtq) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,53% (yoy). Secara
fundamental, inflasi masih terkendali sebagaimana tercermin pada inflasi inti yang berada
level yang rendah (4,15%, yoy) seiring dengan penurunan harga komoditas global dan
ekspektasi yang membaik. Sementara itu, harga bahan pangan mengalami peningkatan
akibat terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi administered prices minimal seiring dengan
tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan moderat dan diperkirakan tetap berada dalam kisaran
sasarannya.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi
yang terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri
perbankan menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya
rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum
8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan
kredit yang hingga akhir Mei 2012 mencapai 26,3% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup
tinggi, sebesar 29,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian.
Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar
28,9% (yoy) dan 20,3% (yoy).
Ke depan, Dewan Gubernur tetap fokus pada upaya menjaga keseimbangan
eksternal, terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, dan pengendalian
inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial yang telah ditempuh selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate
3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012
tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan
makroekonomi ke depan. Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter
dan kebijakan makroprudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan
mendorong pendalaman pasar keuangan, untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menjaga
ekspektasi inflasi. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah juga
terus diperkuat.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Prospek perekonomian tahun 2012 dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian
global yang cenderung melemah. Perlambatan ekonomi di Amerika Serikat
(AS) dan kawasan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan negara-negara
emerging markets Asia menurun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2012 diprakirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5% ditopang oleh kuatnya
permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi net ekspor
diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia
dan menurunnya harga komoditas ekspor. Pada tahun 2013 perekonomian Indonesia
diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3%- 6,7% dengan dorongan dari sisi domestik
maupun eksternal. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri
pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.
Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% ± 1% sejalan dengan
kecenderungan harga global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya
melemahnya perekonomian global. Tekanan inflasi dari sisi domestik diperkirakan
tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat merespons
peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya kebijakan
penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah. Pada tahun 2013,
dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi
diperkirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%.
Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial yang telah ditempuh selama ini sesuai dengan perkembangan
perekonomian global dan domestik serta mengevaluasi dampak perkembangan
tersebut terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia
akan mengarahkan kebijakannya untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi
fundamental sesuai dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Selain itu koordinasi
dengan Pemerintah Pusat dan Daerah akan terus diperkuat, baik melalui forum TPI
maupun TPID.
ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI
Asumsi Perekonomian Internasional
Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 dan 2013 diperkirakan lebih
rendah dari perkiraan sebelumnya. Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi
dunia tahun 2012 tersebut terutama disebabkan perkiraan pertumbuhan negara-negara
emerging market Asia yang diperkirakan tumbuh lebih rendah akibat imbas perlambatan
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
ekonomi di Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi
dunia diperkirakan membaik, meskipun lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3,2%, lebih rendah
dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%. Pada tahun 2013, ekonomi dunia
diperkirakan meningkat secara gradual menjadi 3,5%, lebih rendah dari perkiraan
sebelumnya sebesar 4,1%.
Perekonomian AS yang diharapkan menjadi salah satu pendorong utama pemulihan
perekonomian dunia mengindikasikan perlambatan yang terlihat dari menurunnya laju
penyerapan tenaga kerja dan aktivitas industri. Di Eropa, secara umum perekonomian
diperkirakan masih mengalami kontraksi di tahun 2012, sehubungan masih belum
jelasnya resolusi dari penyelesaian krisis yang dialami oleh beberapa negara di Eropa.
Dari kawasan Asia, perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan
tahun sebelumnya, sementara China dan India diperkirakan mengalami perlambatan di
tahun 2012.
Perekonomian dunia yang tumbuh lebih rendah selanjutnya mendorong penurunan aktivitas
perdagangan dunia. Beberapa lembaga internasional memproyeksikan lebih rendahnya
pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. IMF memprakirakan volume perdagangan dunia di tahun 2012 tumbuh
sebesar 4%, lebih rendah dari 5,8% di tahun sebelumnya. Sementara World Bank
memprakirakan pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 sebesar 5,3%,
di bawah kinerja tahun 2011 sebesar 6,1%. Sejalan dengan lebih rendahnya pertumbuhan
volume perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami
penurunan. Di tahun 2012, IMF dan World Bank masing-masing memprakirakan terjadi
koreksi harga komoditas nonmigas sebesar -10,3% dan -8,5% setelah pada tahun
sebelumnya mencatat pertumbuhan yang positif.
Asumsi Kebijakan Fiskal
Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,3% dari PDB pada APBN-P 2012.
Defisit tersebut lebih tinggi dari APBN 2012, yakni -1,5% dari PDB. Dari sisi penyerapan
anggaran, penyerapan anggaran di tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi. Hal ini terlihat
dari realisasi APBN-P 2012 yang telah mencatat defisit sebesar 0,4% dari PDB, atau lebih
baik dibandingkan dengan surplus sebesar 0,6% di periode yang sama di tahun 2011. Di
tahun 2013, sejalan dengan rencana pemerintah untuk melakukan konsolidasi fiskal secara
bertahap, kontribusi APBN terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diprakirakan berada dalam
kisaran 6,1%-6,5%, dan pada tahun 2013 diprakirakan meningkat mencapai
kisaran 6,3%- 6,7%. Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 tersebut lebih rendah
dari prakiraan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,3% - 6,7%. Prospek pertumbuhan
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
ekonomi pada tahun 2012 ditopang oleh permintaan domestik baik dari sisi konsumsi
maupun investasi. Sementara dari sisi eksternal, kontribusi net ekspor diperkirakan
menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya
harga komoditas ekspor di tengah berlanjutnya pertumbuhan impor untuk mendukung
aktivitas perekonomian domestik. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti
industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia yang diikuti
oleh peningkatan permintaan eksternal, kinerja perekonomian diperkirakan akan lebih
baik dibandingkan tahun 2012 yang terutama disumbangkan oleh peningkatan kontribusi
net ekspor di tengah meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. Dari sisi lapangan
usaha, sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta
sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih menjadi penunjang utama
kinerja perekonomian nasional.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga di tahun 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran
4,7% - 5,1%. Perkembangan berbagai indikator mengindikasikan tren perkembangan
konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil. Hasil survei konsumen Bank Indonesia Juni
2012 menunjukkan tingkat keyakinan konsumen masih dalam level optimis (Grafik 2.1).
Optimisme konsumen terutama didukung oleh membaiknya indeks penghasilan dan
lapangan kerja baik untuk saat ini maupun di masa mendatang. Penjualan eceran pada
Mei 2012 masih kuat dan diperkirakan akan meningkat pada akhir triwulan II dan awal
triwulan III sehubungan dengan musim liburan dan bulan suci Ramadhan (Grafik 2.2).
Penjualan mobil mencatat pertumbuhan yang tinggi pada Mei 2012, melanjutkan tren
peningkatan yang dimulai sejak Desember 2011. Relatif terkendalinya tingkat inflasi sampai
dengan triwulan II serta ekspektasi inflasi yang membaik juga menjaga kestabilan daya beli
masyarakat. Selain itu, berlanjutnya tren penurunan suku bunga simpanan dan kredit juga
mendukung kinerja konsumsi rumah tangga di tahun 2012. Perlambatan ekspor yang terjadi
K o m p o n e n
Tabel 2.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 4,9 4,9 4,7 - 5,1 4,8 - 5,2
Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 6,9 7,6 6,9 - 7,3 6,0 - 6,4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 9,9 9,0 9,2 9,2 - 9,6 9,9 - 10,3
Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,8 5,3 7,1 6,9 - 7,3 9,2 - 9,6
Impor Barang dan Jasa 13,3 8,2 7,3 8,2 8,0 - 8,4 9,6 - 10,0
PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7
I II* III*2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
di paruh pertama tahun 2012 diperkirakan berdampak minimal pada
tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh
relatif kecilnya porsi pendapatan rumah tangga yang terkait dengan
kegiatan ekspor dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga
yang berasal dari sumber lain.
Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh
sebesar 6,9% - 7,3%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan
kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan
rasio defisit anggaran terhadap PDB menjadi sekitar -2,3%. Beberapa
hal yang menyebabkan meningkatnya defisit adalah perubahan
harga minyak, produksi minyak mentah domestik, pergerakan nilai
tukar dan kondisi makroekonomi lainnya. Berdasarkan hal tersebut,
kontribusi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan
meningkat dari tahun sebelumnya.
Investasi di tahun 2012 diprakirakan tumbuh 9,2% - 9,6%.
Dengan tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang
stabil serta ekspektasi membaiknya kinerja ekspor ke depan, investasi
diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Beberapa indikator yang mendukung stabilnya pertumbuhan
investasi adalah masih kuatnya penjualan semen dan impor bahan
bangunan, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang lebih
tinggi dibandingkan tahun lalu, berlanjutnya tren penurunan suku
bunga, serta membaiknya iklim usaha di Indonesia sebagaimana
yang ditunjukkan oleh kenaikan peringkat keyakinan FDI1 serta
membaiknya kinerja logistik.2 Selain indikator-indikator tersebut,
hasil survei SKDU Bank Indonesia triwulan I 2012 menunjukkan
adanya peningkatan realisasi dan rencana investasi (Grafik 2.3).
Pertumbuhan ekspor di tahun 2012 diprakirakan melambat.
Hal itu disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan perekonomian
global yang diikuti dengan penurunan harga komoditas. Walaupun
pangsa ekspor Indonesia ke kawasan Eropa relatif kecil, namun
kinerja ekspor Indonesia mulai terkena dampak tidak langsung
dari melambatnya perekonomian negara-negara Asia seperti China
dan India yang mulai terpapar oleh dampak krisis tersebut. Dengan
kondisi tersebut, ekspor di tahun 2012 diperkirakan berada dalam
kisaran 6,9% - 7,3%.
Pertumbuhan impor di tahun 2012 diperkirakan masih relatif
tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi domestik yang
masih kuat. Pertumbuhan impor diperkirakan menurun
sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor yang menurun. Namun,
dengan aktivitas perekonomian domestik yang masih kuat, impor 1 Hasil survei AT Kearney 2 Hasil survei Bank Dunia
Grafik 2.1
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.2
Pertumbuhan Penjualan Mobil, Motor dan Penjualan Eceran
Grafik 2.3
Nilai Investasi (SKDU)
�����
�������
��
��������������������
����������������
�������������������������
���
��������������������������������������
���
���
���
���
��
��
��
�� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �
���� ���� ���� ����
������������������������������ ������������������������������������ �������������������������������
���������������������
���������������������������� ����������������
������������
���������������
��
���������
��
��
��
�
����
���� ���� ����
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �
����������������������
�����
�����
����������
����� �����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����� ������ ����� ������ ����� ������ ������
���������������
���� ���� ���� ����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi. Dengan kondisi tersebut,
impor diprakirakan akan mencapai 8,0% - 8,4% di tahun 2012,
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Di tahun 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh
6,3% - 6,7%. Kinerja ekspor diprakirakan akan membaik sejalan
dengan mulai pulihnya perekonomian global dan harga komoditas
internasional. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tetap
berada dalam tren meningkat, diiringi dengan investasi yang lebih
tinggi sebagai respons dari peningkatan permintaan baik dari sisi
eksternal maupun domestik. Sejalan dengan rencana pemerintah
untuk mencapai surplus anggaran pada tahun 2015, pertumbuhan
konsumsi pemerintah riil diprakirakan lebih rendah dari tahun
2012.
Prospek Penawaran Agregat
Prospek perekonomian Indonesia tahun 2012 dari sisi sektoral diprakirakan masih
cukup baik, meski dibayangi oleh melemahnya perekonomian dunia. Permintaan
domestik yang masih tinggi mampu mengimbangi perlambatan sektor-sektor yang terjadi
akibat penurunan permintaan eksternal. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan
didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta
sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diprakirakan masih akan tumbuh
tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor
industri pengolahan diprakirakan tumbuh di kisaran 5,6% - 6,0% (Tabel 2.3). Investasi
yang masih mengalir ke sektor-sektor industri, baik dalam bentuk Pananaman Modal
Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendorong kinerja sektor
Grafik 2.4
Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan
S e k t o r
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,0 3,9 3,6 3,0 3,1 - 3,5 2,9 - 3,3
Pertambangan & Penggalian 1,4 2,9 2,7 2,8 2,5 - 2,9 2,3 - 2,7
Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,5 6,0 5,6 - 6,0 5,9 - 6,3
Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 6,1 5,9 6,0 5,8 - 6,2 5,4 - 5,8
Bangunan 6,7 7,3 7,5 7,6 7,3 - 7,7 7,4 - 7,8
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,5 8,4 8,7 8,4 - 8,8 8,9 - 9,3
Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,3 10,5 10,2 - 10,6 10,0 - 10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 6,3 6,1 6,0 - 6,4 6,2 - 6,6
Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5 - 5,9 5,9 - 6,3
PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7
I II* III*2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
��
��
��
��
��
��� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�
�����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
industri pengolahan. Hingga triwulan I 2012 investasi manufaktur
nasional mencapai Rp 28,91 triliun. Investasi tersebut terdiri dari
realisasi PMDN mencapai Rp 8,12 triliun dari 210 proyek dan realisasi
investasi PMA mencapai 2,31 miliar dolar AS dari 570 proyek.
Selain itu, fundamental ekonomi yang tetap solid serta iklim usaha
yang lebih kondusif semakin memperkuat kinerja sektor industri
pengolahan (Grafik 2.5).
Kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh solidnya
pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin).
Dengan daya beli masyarakat yang cukup kuat dan jumlah
penduduk yang besar menjadikan Indonesia pasar yang sangat
potensial. Kondisi ini sangat kondusif bagi perkembangan industri
mamin. Selain itu masih maraknya usaha waralaba berbentuk 24
hours convenience store di Indonesia menambah jumlah outlet
pemasaran produk-produk industri mamin. Untuk memenuhi
peningkatan konsumsi menjelang bulan puasa dan hari raya Lebaran, industri mamin
akan meningkatkan produksinya sekitar 20%-30%. Adanya dukungan dari penambahan
investasi, pertumbuhan penduduk yang masih positif serta integrasi ASEAN, dalam lima
tahun ke depan industri mamin dan tembakau diharapkan dapat mencatat pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nasional.
Selain industri mamin, industri otomotif dan semen juga menjadi faktor pendukung
kinerja industri pengolahan. Geliat perkembangan industri otomotif terlihat dari
tingginya permintaan mobil baru di pasar domestik yang mengakibatkan panjangnya antrian
mobil baru (indent) yang akan dikirim ke konsumen. Dengan perkembangan tersebut
tidak mengherankan jika beberapa merk otomotif ingin menjadikan Indonesia sebagai
basis dari produksinya. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan ke dealer
(wholesale) pada Januari-Mein 2012 mencapai 433.558 unit. Sementara itu, penjualan
mobil dari dealer ke konsumen (retail sales) mencapai 427.934 unit. Dengan demikian
stok indikatif mobil yang belum tersalurkan (existing stock) hanya sebesar 5.624 unit.
Selain itu, upaya pemerintah untuk menyukseskan program Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan mendorong meningkatnya
pembangunan infrastruktur. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan sektor
bangunan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Momentum ini akan menjadi dorongan
bagi pengusaha industri semen untuk meningkatkan kapasitas produksinya guna
mengantisipasi peningkatan permintaan semen ke depan.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih mampu
tumbuh tinggi pada tahun 2012, meski melambat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sektor PHR diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,4% - 8,8% (Grafik 2.6).
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga dan impor.
Melemahnya ekonomi kawasan Eropa dan AS akibat krisis berdampak pada penurunan
ekspor yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan impor. Namun, impor barang
Grafik 2.5
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
������
���
���
���
���
���
���
���
���
����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh pada level yang tinggi
akibat masih tingginya permintaan domestik. Kondisi ini menjadi
faktor pendukung perkembangan aktivitas subsektor perdagangan.
Produk impor yang banyak membanjiri pasar domestik antara
lain produk makanan dan minuman olahan serta barang-barang
elektronik (durable consumption goods).
Sementara itu, subsektor hotel dan restoran menunjukkan
pertumbuhan yang relatif stabil. Pemerintah optimis bahwa
target kedatangan delapan juta wisatawan mancanegara (wisman)
ke Indonesia pada tahun 2012 dapat tercapai. Pertumbuhan jumlah
kedatangan wisman ke Indonesia pada empat bulan pertama tahun
2012 naik 8,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2011. Angka tersebut dua kali lipat dibandingkan dengan
pertumbuhan pariwisata global, di tengah krisis perekonomian yang
masih melanda negara-negara belahan barat dunia. Optimisme di
bidang pariwisata inilah yang mendorong bertumbuhnya subsektor
hotel dan restoran.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012
diprakirakan masih dapat tumbuh pada level yang
tinggi meskipun melambat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Perlambatan yang terjadi lebih disebabkan oleh
tren perlambatan pertumbuhan subsektor komunikasi, sementara
subsektor pengangkutan masih cenderung mengalami tren
pertumbuhan yang meningkat (Grafik 2.7).
Pertumbuhan pengangkutan udara yang masih tinggi
mendorong pertumbuhan subsektor pengangkutan. Kondisi
geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi keuntungan
tersendiri bagi industri angkutan udara. Kondisi tersebut membuka
peluang bagi berkembanganya industri penerbangan, dengan didorong oleh ekspansi
ekonomi, peningkatan pendapatan, serta peningkatan industri perdagangan dan
pariwisata. Pertumbuhan penumpang pesawat udara diprakirakan dapat mencapai 15%-
20% per tahun untuk beberapa tahun ke depan. Hal tersebut direspons oleh para pelaku
usaha maskapai penerbangan dengan menambah jumlah armada, rute penerbangan, dan
frekuensi penerbangan. Akivitas angkutan udara yang tinggi terindikasi pada impor pesawat
udara beserta komponennya yang meningkat tinggi mencapai 119,4% (yoy) pada Mei
2012. Selain itu, beberapa maskapai penerbangan juga berencana untuk mengekspansi
bisnis berupa penerbangan jarak dekat untuk memenuhi permintaan penerbangan di
wilayah pedalaman. Selain peningkatan penumpang, aktivitas kargo juga bertambah.
Peningkatan kargo tidak hanya terjadi pada angkutan udara, tetapi juga angkutan laut
dan darat.
Pertumbuhan subsektor komunikasi diprakirakan masih tetap tinggi, meskipun
melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun 2011
Grafik 2.6
Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor
Grafik 2.7
Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi
����
����
������
����
����
����
����
����
���
���
����
��������������
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ����
������������
����
����
������
����
����
���
���
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����������
�������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
lalu, jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai 240 juta pelanggan dengan
kontribusi terbesar masih diberikan oleh pelanggan prabayar yang jumlahnya mencapai
95%. Industri telekomunikasi telah memasuki masa saturasi atau titik jenuh. Kondisi
tersebut tercermin dari tingkat penetrasi pengguna telepon seluler yang sudah mendekati
100% dan menurunnya pendapatan dari layanan suara dan pesan singkat (Short Message
Service – SMS).
Dengan jumlah pelanggan yang telah melebihi jumlah penduduk Indonesia,
layanan data dan mobile broadband akan menjadi bisnis utama bagi industri
telekomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan
data konsumen. Pelanggan broadband berkembang dengan pesat mencapai 70 juta
pelanggan pada tahun 2011 dengan pertumbuhan lebih dari 100% dibandingkan dengan
tahun 2010. Peningkatan pendapatan dari layanan data didukung juga oleh perkembangan
infrastruktur yakni peningkatan jumlah Base Transceiver Station (BTS), dari 97 ribu BTS
sekitar 22 ribu di antaranya merupakan BTS node B (3G). Operator seluler juga terus
mengembangkan berbagai inovasi layanan terkait data dan layanan nilai tambah (Value
Added Services - VAS). Hingga beberapa tahun ke depan pertumbuhan kebutuhan
masyarakat akan layanan data akan tetap tinggi. Kondisi itu mungkin terjadi mengingat
penetrasi pasar internet di Indonesia relatif masih rendah dibandingkan dengan negara-
negara lain.
Pertumbuhan ekonomi sektoral pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2012. Perbaikan tersebut didukung oleh stabilitas
makroekonomi yang terjaga dan kondisi ekonomi global yang diprakirakan membaik.
Investasi yang diprakirakan akan tetap tinggi, termasuk pembangunan proyek infrastruktur
akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Sejalan dengan membaiknya kondisi
perekonomian global, ekspor berpotensi tumbuh membaik. Selain itu, dengan konsumsi
domestik yang diprakirakan masih tinggi akan mendorong aktivitas di berbagai sektor
perekonomian. Sumber pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih tetap berasal dari
sektor industri pengolahan, PHR, serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor bangunan
juga diprakirakan akan tumbuh baik seiring dengan maraknya proyek pembangunan
infrastruktur dalam rangka menyukseskan program MP3EI.
PROSPEK INFLASI
Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% + 1%. Perkiraan inflasi
tahun 2012 tersebut didukung baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi
eksternal, tekanan inflasi diperkirakan relatif rendah sejalan dengan kecenderungan harga
global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya ketidakpastian pemulihan ekonomi
Eropa di tengah kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik, tekanan
inflasi diperkirakan tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat
merespons peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya
kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terkendali. Hal itu
didukung oleh perkembangan inflasi inti hingga triwulan II yang
masih cenderung menurun. Selain dampak penurunan harga
komoditas global, relatif stabilnya permintaan domestik dan
membaiknya ekspektasi inflasi turut membantu mengendalikan
tekanan inflasi.
Terjaganya inflasi inti dikonfirmasi berbagai indikator penuntun
inflasi seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) industri
pengolahan, IHPB impor dan berbagai indikator sisi permintaan.
IHPB impor mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek belum
ada tekanan inflasi signifikan dari harga barang impor dengan
adanya tren harga global yang menurun, meskipun pada saat
bersamaan nilai tukar cenderung mengalami tekanan depresiasi.
Sementara, IHPB industri pengolahan mengindikasikan tekanan
harga barang manufaktur juga relatif stabil.
Dari sisi eksternal, sampai dengan akhir tahun diperkirakan harga
komoditas global baik pangan maupun non pangan masih dalam
kecenderungan menurun. Penurunan tersebut seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat. Selain
itu, produksi komoditas pangan diperkirakan meningkat didukung
oleh iklim yang kondusif.
Sementara dari sisi domestik, permintaan yang masih kuat
diperkirakan dapat direspons dengan memadai oleh sisi pasokan.
Indikator permintaan yang tercermin dari pertumbuhan penjualan
eceran terlihat masih relatif stabil, begitu pula dengan kapasitas
utilisasi yang masih cenderung stabil. Selain itu, pertumbuhan kredit
konsumsi juga relatif stabil.
Secara umum, perkembangan inflasi volatile food pada
periode ke depan diperkirakan cukup terkendali. Hal tersebut
antara lain didukung oleh indikasi perbaikan produksi beras dalam
negeri. Setelah pada tahun 2011 produksi beras terkontraksi sekitar
-1,03%, pada tahun 2012 produksi diperkirakan membaik, yaitu
tumbuh sekitar 4,3% (ARAM I, Juli 2012). Sampai dengan awal Juli
2012, pengadaan beras dalam negeri telah mencapai hampir 2,4
juta ton, jauh lebih tinggi dari pengadaan sepanjang tahun 2011
yang hanya mencapai 1,5 juta ton.
Pengaturan impor hortikultura dari aspek keamanan pangan
dan titik masuk yang mulai berlaku pertengahan Juni berpotensi
memberikan dampak inflasi mengingat kebijakan tersebut dapat
membatasi pasokan dan menaikkan harga akibat meningkatnya
porsi biaya transportasi. Namun, dampak kenaikan inflasi yang
Grafik 2.8
Kapasitas Utilisasi
Grafik 2.9
Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast)
Grafik 2.10
Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Volatile Food
������
����
����
����
����
���������
����
�
�
�
�
��
��
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���
��
��
��
��
�
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � ������ ����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������� �����������������������
����
����
����
����
����
����� � � � � � � � � �� �� �� � � �
��������
��������
��������
��������
��������
���� �������� ����
���� ��������
���� ���� ����
������
����
��������
����
����
����
� � �
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
ditimbulkan diperkirakan minimal. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, wilayah yang
berpotensi mengalami kenaikan harga akibat peraturan terkait impor hortikultura tersebut
adalah pulau Jawa mengingat porsi komoditas impornya yang cukup besar dan permintaan
yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah diperkirakan moderat.
Di tahun 2012 sumbangan inflasi kelompok ini diperkirakan hanya berasal dari komoditas
non-strategis, seperti kenaikan harga rokok, dan tarif tol. Selain itu, sumbangan inflasi
diperkirakan juga berasal dari kenaikan tarif transportasi pada hari raya (toeslag).
Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 diperkirakan relatif rendah.
Dengan perkembangan harga minyak dunia terkini, potensi terlampauinya harga ICP dalam
APBNP 2012 (105 dolar AS/barel) sebesar 15% selama 6 bulan terakhir (diatas 120,75 dolar
AS/barel) sangat kecil. Realisasi ICP Januari hingga Juni baru mencapai 117,80 dolar AS/
barel. Kebijakan penyesuaian harga gas industri berpotensi memberikan dampak lanjutan
melalui kenaikan harga barang hasil industri pengolahan, terutama industri keramik, kaca
dan makanan minuman. Harga gas industri direncanakan akan disesuaikan sebesar 35%
pada awal September 2012 dan 15% pada April tahun mendatang.
Potensi tekanan harga dari komoditas non strategis juga rendah. Terdapat potensi tekanan
inflasi dari kenaikan tarif parkir, rencana kenaikan tarif di 6 ruas tol sepanjang tahun
2012, serta rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line sebesar Rp2.000,- di wilayah
Jabodetabek. Namun, mengingat bobot dari masing-masing barang tersebut relatif kecil,
dampak dari kenaikan harga barang-barang tersebut diperkirakan minimal.
Inflasi pada tahun 2013 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran inflasi 4,5%
+ 1%. Sejalan dengan perkiraan mulai pulihnya perekonomian dunia di tahun 2013
serta terus meningkatnya kinerja perekonomian domestik, inflasi diperkirakan lebih
tinggi dari tahun 2012 namun masih terkendali dan berada dalam rentang target inflasi.
Meningkatnya kinerja perekonomian dan perdagangan internasional pada gilirannya
akan meningkatkan harga komoditas internasional yang dapat ditransmisikan ke harga
domestik. Perekonomian domestik yang terus meningkat, khususnya dari sisi permintaan
juga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi, namun tekanan tersebut dapat
diminimalkan apabila respons dari sisi penawaran memadai untuk memenuhi permintaan
yang meningkat. Inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang rendah
apabila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis.
Sementara inflasi volatile foods diperkirakan masih berada pada level rata-rata historis
apabila tidak ada gangguan terkait produksi dan distribusi.
FAKTOR RISIKO
Prospek perekonomian tahun 2012 dan 2013 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko
baik dari sisi eksternal maupun domestik. Faktor yang dapat membawa kinerja PDB pada
kisaran bawah adalah lebih rendahnya pertumbuhan PDB dunia dan volume perdagangan
dunia. Lebih lemahnya perekonomian dunia akan mengurangi permintaan barang-barang
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
ekspor Indonesia sehingga dapat menurunkan kontribusi ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga komoditas yang
masih rendah dapat mengurangi insentif untuk melakukan ekspor
akibat menurunnya margin eksportir.
Sementara dari sisi inflasi, beberapa faktor risiko yang dapat
meningkatkan inflasi adalah adanya pemberlakukan pengaturan
tata niaga impor bahan makanan, kenaikan harga gas industri
sebesar 35% yang direncanakan mulai berlaku 1 September 2012
dan sebesar 15% pada April tahun depan sehingga diperkirakan
berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri
pengolahan, meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi
global yang berpotensi memicu tekanan nilai tukar rupiah lebih
lanjut, potensi terlampauinya kuota konsumsi BBM bersubsidi
pada APBN-P 2012 sehingga dapat menyebabkan terbatasnya
ketersediaan BBM bersubsidi di berbagai daerah.
Grafik 2.11
Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2012-2013
�
�
�
�
������� ������� ��������������
�
�
�
�
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Perlambatan ekonomi dunia diprakirakan masih berlanjut pada triwulan II
2012. Ketidakpastian krisis utang di kawasan Eropa, menurunnya proyeksi
volume perdagangan dunia, dan sentimen perlambatan ekonomi AS dan China
memberikan tekanan pada melemahnya perekonomian global. Kondisi yang
hampir sama juga terjadi di Asia, dimana perekonomian Asia juga mengalami
perlambatan akibat menurunnya kinerja eksternal sehingga berdampak pada
sektor industri. Sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia, tekanan
inflasi global masih berada dalam tren yang menurun. Respons kebijakan
di negara maju secara umum masih akomodatif guna mendukung kegiatan
perekonomian. Hal yang sama juga terjadi pada respons kebijakan negara
berkembang meski ruang pelonggaran kebijakan semakin terbatas.
Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan masih mencatat
pertumbuhan yang tinggi di tengah melambatnya perekonomian global.
Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan tumbuh tinggi disertai
dengan kinerja investasi yang meningkat. Melambatnya perekonomian dunia
mengakibatkan menurunnya permintaan eksternal sehingga kinerja ekspor
akan mengalami koreksi yang cukup dalam pada triwulan laporan. Sementara
di tengah melemahnya ekspor, impor juga diprakirakan akan melambat meski
masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik.
Selama triwulan II 2012 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang dipicu baik
dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi eksternal meningkatnya risiko
global terutama terkait dengan meningkatnya ketidakpastian penyelesaian
masalah Eropa. Dari sisi domestik pelemahan rupiah antara lain disebabkan
oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor korporasi
yang masih meningkat.
Di sisi harga, pergerakan inflasi IHK relatif masih terkendali. Kondisi tersebut
didukung oleh inflasi inti dan administered prices yang relatif stabil. Inflasi IHK
yang terjadi disebabkan oleh inflasi kelompok volatile food, terutama terkait
dengan harga aneka bumbu.
Di pasar uang, perkembangan suku bunga PUAB menunjukkan peningkatan,
seiring dengan meningkatnya volume transaksi di pasar PUAB. Sementara itu
suku bunga perbankan masih menunjukkan tren yang menurun baik suku bunga
deposito maupun suku bunga kredit. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian
pemulihan ekonomi global, terutama terkait dengan permasalahan di Eropa
telah berdampak pada pasar keuangan domestik. Tekanan yang meningkat di
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
pasar keuangan telah mendorong peningkatan imbal hasil SBN dan penyesuaian
portofolio investor asing di pasar saham domestik.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian dunia masih menunjukkan perlambatan sejalan dengan
penurunan prakiraan pertumbuhan ekonomi negara emerging markets Asia dan
negara kawasan Eropa. Proyeksi volume perdagangan dunia tahun 2012 diturunkan
menjadi 4,3% (yoy) dari 5,2% (yoy) terkait memburuknya ekonomi Eropa sementara
pangsa Eropa cukup besar dalam perdagangan dunia. Selain itu, memburuknya
ekonomi Eropa disertai dengan krisis politik di Yunani dan sentimen perlambatan
ekonomi AS dan China berdampak pada melemahnya pasar keuangan global. Harga
komoditas internasional menurun drastis akibat dampak bergejolaknya pasar keuangan
dan meningkatnya kekhawatiran akan prospek ekonomi dunia ke depan. Respons
kebijakan moneter di negara maju dan emerging markets masih akomodatif yang
ditandai dengan diperpanjangnya operation twist oleh The
Fed, dipangkasnya suku bunga Reserve Bank of Australia, China,
India, ECB, dan Brasil, serta pelonggaran likuiditas di beberapa
negara.
Laju pertumbuhan ekonomi AS menjelang akhir triwulan
II 2012 menunjukkan perlambatan. Indikasi perlambatan
ekonomi tersebut tercermin dari sektor industri yang mengalami
penurunan aktivitas. Hal tersebut terlihat dari penurunan
pertumbuhan indeks produksi menjadi 4,67% (yoy) pada Mei
2012, setelah tumbuh 5,12% (yoy) pada bulan sebelumnya. Selain
itu, Purchasing Manager Index (PMI) Mei 2012 juga menurun
ke level 53,5 dari 54,8 pada bulan sebelumnya (Grafik 3.1).
Tingkat pengangguran AS tahun 2012 diprakirakan meningkat
menjadi 8,0% - 8,2% dari sebelumnya 7,8% - 8,0% (Grafik
3.2). Dari sisi konsumsi, bergejolaknya pasar keuangan disertai
dengan meningkatnya angka pengangguran memicu pelemahan
keyakinan konsumen yang terekam dalam survei Universitas
Michigan yang turun dari level 79,3 ke level 74,1 pada Juni
2012. Berdasarkan perkembangan tersebut, Consensus Forecast
edisi Juni 2012 memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh
sebesar 2,2% (yoy) pada triwulan II 2012 dan 1,9% (yoy) untuk
keseluruhan tahun 2012.
Perekonomian Eropa masih melemah seiring dengan
implementasi kebijakan penghematan fiskal. Kebijakan
penghematan fiskal yang diterapkan oleh beberapa negara
kawasan Eropa berdampak pada tertekannya aktivitas ekonomi
khususnya di pasar tenaga kerja. Aktivitas industri yang melambat
Grafik 3.1
Survei PMI Manufaktur AS
Grafik 3.2
Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS
��
������
��
��
��
��
��
��
����
����
����
����
�
�������������
�������������� ��������
������������������
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
�����������������
������������
��
���
�
�
�
�
�
���� ���
������� ���
������� ���
������� ���
�������
����
������������������������������������������������������������������
�����������
���
���
���
���
�
����
����
����
����
������
���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
serta krisis likuiditas perbankan Eropa turut menyumbang
pemburukan pasar tenaga kerja seperti terlihat dari meningkatnya
pengangguran mencapai 11,1% pada Mei 2012 atau tertinggi
sepanjang sejarah. Tingkat pengangguran yang tinggi berdampak
pada melemahnya konsumsi yang tercermin pada keyakinan
konsumen yang menurun dan penjualan eceran yang bergerak
dalam teritori negatif. Sementara itu, sektor industri Eropa masih
tertekan yang ditunjukkan oleh indeks PMI Manufaktur Juni 2012
yang berada pada level 45,1 (indeks di bawah 50 menunjukkan
kontraksi) (Grafik 3.3).
Perekonomian Asia mengalami perlambatan disumbang
oleh menurunnya kinerja ekspor dan berdampak pada
sektor industri. Hampir sebagian besar kinerja industri di
Asia mengalami perlambatan sebagaimana tercermin dari PMI
manufaktur yang memasuki fase kontraksi. Namun, konsumsi
rumah tangga di Asia masih resilien tercermin dari indikator
keyakinan konsumen dan penjualan eceran yang masih stabil
dan berada di teritori positif.
Ekonomi China berada dalam tren perlambatan meski sedikit
tertahan pada akhir triwulan II 2012. Perlambatan tersebut
antara lain disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor industri
di China. Laju sektor industri China mengalami perlambatan
akibat penurunan permintaan eksternal. Hal tersebut terlihat
dari PMI Manufaktur China Juni 2012 yang menurun ke level
50,2 dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Investasi sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi China juga berada dalam tren yang
menurun sebagaimana ditunjukkan oleh Fixed Asset Investment
(FAI) Mei 2012 yang tumbuh 20,1% (ytd), menurun dari bulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,2% (ytd). Penjualan eceran
juga berada dalam tren melambat yakni tumbuh sebesar 13,8%
(yoy), menurun dari April 2012 yang sebesar 14,1% (yoy). Namun, laju perlambatan
ekonomi China terindikasi sedikit tertahan pada akhir triwulan II 2012. Hal tersebut
terlihat dari keyakinan konsumen yang menguat ke level 104,2 pada Mei 2012. Kinerja
eksternal China juga mengonfirmasi terjadi perbaikan sebagaimana ekspor China yang
tumbuh 15,3% (yoy) pada Mei 2012 setelah hanya mampu tumbuh sebesar 4,9% (yoy)
pada bulan sebelumnya (Grafik 3.4).
Harga komoditas internasional selama triwulan laporan menurun drastis.
Penurunan tersebut terindikasi dari Indeks Harga Komoditas IMF Mei 2012 yang
terkontraksi sebesar 6,2% (mtm) atau terkontraksi1,3% (yoy). Turunnya permintaan
global disertai gejolak di pasar keuangan memicu penurunan harga komoditas. Indeks
harga komoditas migas menurun sebesar 7,5% (mtm), sementara harga komoditas
Grafik 3.4
Kinerja Eksternal China
Grafik 3.3
Indeks Produksi dan Penjualan Eceran Eropa
���
���
���
���
���
��
�
�
��
��
��
������������
������
���������������� �����������������
��������������
��������
������
������
������������ ������
���������������� ������
���������������� ������
�������������
����
���������������
����������������������
������� ���������������
������� ������
����
����
���
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
���
���
���
��
�
��
��
��
��
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
������������������ ������������������ �����������������
���������������������
�����������������
������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
nonmigas turun sebesar 3,4% (mtm). Penurunan indeks harga komoditas nonmigas
dipicu oleh komoditas metal yang turun cukup dalam sebesar 5,0% (mtm) sejalan dengan
melambatnya ekspansi industri global. Harga minyak menurun cukup signifikan terutama
pada Mei dan Juni 2012 akibat pasokan yang berlimpah dan masih berlangsungnya
gejolak di pasar keuangan. Rata-rata harga minyak WTI sepanjang triwulan II 2012
mencapai 86,4 dolar AS per barel dari 93,4 dolar AS per barel pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, harga minyak Minas juga mengalami penurunan menjadi 117,0 dolar
AS per barel dari 122,7 dolar per barel pada triwulan sebelumnya.
Tekanan inflasi global diprakirakan masih berada dalam tren yang menurun
sejalan dengan aktivitas ekonomi yang melambat. Tekanan inflasi global (komposit)
Juni 2012 melambat menjadi 3,1% (yoy) setelah tumbuh sebesar 3,6% (yoy) pada
triwulan sebelumnya. Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012
berdasarkan Consensus Forecast Juni 2012 diprakirakan mencapai 3,3% (yoy); yaitu
inflasi IHK di negara maju dan berkembang masing-masing diprakirakan mencapai
4,9% (yoy) dan 2,0% (yoy).
Respons kebijakan moneter negara maju masih tetap akomodatif disertai
dengan berbagai kebijakan lainnya untuk mendukung kegiatan perekonomian.
Kebijakan bank sentral di hampir sebagian besar negara maju masih akomodatif
dengan mempertahankan suku bunga yang rendah seperti AS, Jepang, dan Inggris.
Bank sentral Australia (RBA) memotong suku bunganya ke level 3,50%, dan ECB
menerapkan kebijakan suku bunga nol persen guna menopang perekonomian. ECB
juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan (refinance rate) sebesar
25bps ke level 0,75% dan menetapkan deposit rate ke level 0,0%. Bank sentral Inggris
(BoE) menambah Asset Purchase Program (APP) atau pembelian surat-surat berharga
sebesar 50 miliar poundsterling sehingga menjadikan total keseluruhan APP sebesar
375 miliar poundsterling. Federal Reserve (The Fed) melanjutkan maturity extension
program (operation twist) sebesar 267 miliar dolar AS sampai dengan akhir tahun
2012 dengan menjual Surat-surat Berharga (SSB) yang memiliki remaining maturities
3 tahun ke bawah dan membeli SSB dengan tenor 6 sampai dengan 30 tahun.
Bank sentral negara berkembang juga melakukan pelonggaran kebijakan
moneter meski semakin terbatas. Beberapa bank sentral di emerging markets
seperti Brasil, China, dan India memotong suku bunganya demi menahan penurunan
aktivitas ekonomi lebih lanjut. Bank sentral China menurunkan Reserve Requirement
Ratio (RRR) sebesar 50bps ke level 20% (bank besar) dan 16,5% (bank menengah dan
kecil) demi mendorong ekspansi kredit perbankan. Sementara, bank sentral Vietnam
memotong refinance rate 100bps ke level 12,0% seiring dengan laju tekanan inflasi
yang mulai moderat. Namun, beberapa bank sentral di Asia terpantau masih belum
menentukan sikap (wait and see) dengan mempertahankan suku bunganya seiring
dengan masih bergejolaknya pasar keuangan global selama triwulan II 2012.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 6,3%
(yoy). Penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari
konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung
oleh menguatnya keyakinan konsumen dan masih baiknya penjualan eceran. Sejalan
dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil, investasi diprakirakan masih kuat.
Ekspor terindikasi menurun cukup dalam pada triwulan II 2012 sejalan dengan volume
perdagangan dunia dan ekspor ke negara tujuan utama yang menurun. Perkembangan
tersebut direspons oleh impor yang juga tumbuh melambat pada triwulan laporan.
Namun, masih kuatnya permintaan domestik di tengah perlambatan ekonomi dunia
berimplikasi pada lebih tingginya pertumbuhan impor dibandingkan dengan ekspor.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2012 diprakirakan stabil
didukung oleh menguatnya keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen
Bank Indonesia (IKK BI) pada Juni 2012 menguat didukung oleh kenaikan indeks pada
komponen ekspektasi konsumen (Grafik 3.5). Kenaikan indeks ekspektasi ketersediaan
lapangan usaha dan indeks ekspektasi kegiatan usaha sejalan dengan peningkatan
proyek pemerintah dan swasta. Hal tersebut mendorong peningkatan ekspektasi akan
kondisi ekonomi ke depan. Hasil Indeks Tendensi Konsumen BPS (ITK BPS) pada triwulan
II 2012 juga diprakirakan stabil pada level yang optimis.
Indikator dini konsumsi rumah tangga seperti indeks penjualan eceran riil masih tumbuh
kuat meskipun melambat (Grafik 3.6). Masih tingginya pertumbuhan subkelompok
perlengkapan rumah tangga dan kenaikan penjualan suku cadang kendaraan bermotor
mendukung indeks penjualan eceran tetap kuat di tengah menurunnya penjualan
kelompok makanan. Penjualan barang perlengkapan rumah tangga yang tinggi sejalan
dengan tingginya indeks konsumsi barang tahan lama. Penjualan eceran riil berpotensi
mengalami peningkatan pada akhir triwulan II dan awal triwulan III 2012 seiring dengan
adanya musim liburan sekolah dan hari raya keagamaan. Penjualan mobil masih
tercatat pada level yang tinggi meskipun melambat pada Juni 2012. Masih tingginya
aktivitas penjualan mobil didukung oleh lancarnya pasokan mobil dan banyaknya
Indikator
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 4,9 4,9
Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 6,9 7,6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 9,9 9,0 9,2
Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,8 5,3 7,1
Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,2 7,3 8,2
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,2 6,3
I III II*III III*IV2011
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Grafik 3.5
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
Grafik 3.6
Indeks Penjualan Eceran
peluncuran mobil baru. Dari sisi pembiayaan, pengaturan uang
muka kredit kendaraan bermotor belum terlihat memengaruhi
kinerja penjualan mobil. Namun sebaliknya, penjualan sepeda
motor masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif hingga
Mei 2012.
Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto / PMTB) pada
triwulan II 2012 diprakirakan masih tumbuh kuat dan
stabil. Sinyalemen kuatnya investasi didukung oleh optimisme
pelaku usaha seiring dengan iklim usaha yang kondusif. Survei
Keyakinan Dunia Usaha Bank Indonesia (SKDU BI) memprakirakan
kegiatan bisnis pada triwulan laporan masih baik. Nilai investasi
pada semester I 2012 diprakirakan meningkat dengan didominasi
oleh investasi baru (Grafik 3.7). Optimisme pelaku usaha menurut
Indeks Tendensi Bisnis BPS (ITB BPS) juga menunjukkan penguatan
pada triwulan II 2012.
Pertumbuhan investasi utamanya ditopang oleh investasi
nonbangunan. Investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh
meningkat merespons tetap tingginya permintaan domestik.
Investasi mesin tumbuh stabil sejalan dengan data impor barang
modal dan konsumsi listrik industri yang masih tinggi. Investasi
alat angkut meningkat sejalan dengan impor mobil penumpang
dan suku cadang yang juga meningkat. Investasi bangunan
diprakirakan masih tumbuh baik sejalan dengan indikator
penjualan semen dan impor bahan bangunan yang masih baik
pada Mei 2012. Selain itu, membaiknya serapan belanja modal
pemerintah turut mendukung tumbuhnya investasi. Dari sisi
pembiayaan, kredit investasi secara riil masih tumbuh pada level
yang tinggi di kisaran 20% didukung oleh menurunnya suku
bunga investasi riil (Grafik 3.8).
Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh meningkat
seiring dengan perbaikan serapan anggaran. Secara total, belanja pemerintah
sampai dengan Mei 2012 sedikit lebih baik daripada periode yang sama tahun
sebelumnya. Perbaikan serapan anggaran utamanya terjadi pada belanja modal yang
telah mencapai 13,5% dari anggaran. Langkah perbaikan terus dilakukan untuk
mengoptimalkan penyerapan anggaran antara lain mempercepat proses pengadaan/
tender dan belanja modal melalui penyederhanaan prosedur tender dan mempercepat
implementasi Undang-undang Pengadaan Tanah.
Kinerja ekspor pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh melambat sejalan
dengan prakiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Melemahnya
pertumbuhan volume perdagangan dunia dan menurunnya serapan ekspor negara
tujuan utama menekan kinerja ekspor. Hal tersebut memicu terkontraksinya ekspor
��
��
��
���
���
���
���
���������
����������������������������������������
� � � � � ������
������
�������
�������������
� � � � � ������
� � � � � ������
� � �����
������������������� ���
����������������� �����
��������������
�������������������������������
���������
��������
��
��
�
���
���
���� � � � � � � � � �� ����
����� � � � �
����� � � � � � � � �� ����
����� � � � � �
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
manufaktur terkait dengan penurunan tajam ekspor produk
manufaktur ke negara-negara Eropa, AS, dan Jepang. Di sisi
lain, harga komoditas yang berada dalam tren menurun juga
turut menyumbang lemahnya kinerja ekspor. Namun, potensi
perbaikan serapan ekspor negara tujuan utama ke depan dan
meningkatnya harga komoditas akan mendorong perbaikan
ekspor meskipun masih terbatas.
Kinerja ekspor pada triwulan II 2012 diwarnai dengan
perlambatan ekspor nonmigas terutama akibat penurunan ekspor
manufaktur dan pertanian, sementara ekspor pertambangan
mengalami peningkatan (Grafik 3.9). Melambatnya pertumbuhan
ekspor manufaktur unggulan seperti CPO, barang elektronik,
dan produk kimia menurunkan laju pertumbuhan ekspor. Di sisi
lain, peningkatan ekspor pertambangan didukung oleh tingginya
pertumbuhan komoditas batubara dan nikel. Sementara itu,
kinerja ekspor migas juga berpotensi melambat sejalan dengan
menurunnya produksi pada beberapa blok penghasil minyak.
Kinerja impor diprakirakan tumbuh melambat pada
triwulan II 2012 meski masih tumbuh relatif tinggi sejalan
dengan masih kuatnya permintaan domestik khususnya
investasi. Masih kuatnya permintaan domestik diindikasikan
dari pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi
yang meningkat (Grafik 3.10). Peningkatan tersebut didorong
oleh masih kuatnya aktivitas investasi dan adanya penambahan
pasokan barang konsumsi sebagai persiapan kenaikan
permintaan menjelang bulan Ramadhan. Pertumbuhan impor
komoditas nonmakanan berupa kendaraan penumpang serta
barang tahan lama bergerak meningkat. Namun, di sisi lain, impor
migas mengalami penurunan akibat terjadi peningkatan produksi
minyak pada Mei 2012. Impor gas, terutama dalam bentuk gas
elpiji, juga mengalami penurunan akibat kecukupan stok gas elpiji
yang telah dipenuhi oleh impor pada bulan sebelumnya.
Operasi Keuangan Pemerintah
Kinerja operasi keuangan pemerintah sampai dengan
Juni 2012 relatif membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Perbaikan kinerja terjadi baik dari sisi penerimaan
maupun belanja. Realisasi APBN-P 2012 sampai dengan Juni
2012 mencatat defisit sebesar Rp36,1 triliun atau 0,4% dari PDB.
Angka tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan realisasi
periode yang sama tahun sebelumnya yang masih mencatat
Grafik 3.7
Nilai Investasi (SKDU BI)
Grafik 3.8
Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil
Grafik 3.9
Ekspor Nonmigas
���������������
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
������ �����������
������ �����������
������ �����������
�����������
�����
�����
����������
����� �����
����
�������������������������������
�����������
�����������������������������
�����������
��������������������
��
��������
��
��
��
��
��
�
�� � � � � � � � � �� �� ��
����� � � � � � � � � �� �� ��
����� � � �
����
���
��
�
�
�
�
�
��
��������
��
��
��
�
���
����� �� �� ��
����
�� �� �� ��
����
�� �� �� ��
����
����
����
��� ��� ����� ���
��������
��
��
��
��
�
�
��
���
���
���
���
�����������������
���������
����������
������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
surplus sebesar Rp54,8 triliun atau 0,6% dari PDB. Peningkatan
penerimaan terjadi baik dari peningkatan pajak dalam negeri
maupun dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di sisi
lain, perbaikan belanja negara bersumber dari peningkatan
penyerapan subsidi dan transfer ke daerah.
Kinerja penerimaan negara sampai dengan Juni 2012
meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi penerimaan negara telah mencapai 43,7%
dari target APBN-P 2012, meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 yang sebesar 42,5%. Penerimaan pajak dalam negeri
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh keberhasilan
intensifikasi maupun ekstensifikasi Dirjen Pajak. Sementara itu,
peningkatan PNBP berasal dari peningkatan penerimaan sumber
daya alam (SDA) migas akibat peningkatan Indonesia Crude Price
(ICP) pada awal tahun.
Di sisi belanja negara, meningkatnya realisasi belanja didorong oleh peningkatan
realisasi subsidi dan transfer ke daerah. Realisasi belanja negara telah mencapai
40,7% dari target APBN-P 2012, meningkat dari realisasi periode yang sama tahun
sebelumnya yang sebesar 33,5%. Tingginya realisasi subsidi terkait dengan mulai
dibayarnya tagihan subsidi BBM dan tagihan subsidi listrik di tengah kemungkinan
peningkatan subsidi akibat kenaikan volume ICP dibandingkan dari asumsi APBN-P
2012. Sementara itu, tingginya realisasi transfer ke daerah disebabkan oleh peningkatan
Dana Bagi Hasil (DBH) akibat kenaikan ICP dan peningkatan Dana Otonomi Khusus dan
Penyesuaian (DOKP) akibat penyaluran tunjangan profesi guru yang lebih cepat. Realisasi
belanja modal mencapai 18,2% dari APBN-P 2012, lebih tinggi dari tahun sebelumnya
yang sebesar 16,2%. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbaikan penyerapan
belanja modal pemerintah.
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit APBN mencapai Rp101,6 triliun
atau 67,4% dari total kebutuhan pembiayaan tahun 2012. Pencapaian tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 41,4%.
Perkembangan tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah yang memanfaatkan
momentum tren penurunan imbal hasil di tengah masih tingginya minat investor
terhadap Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sampai
dengan Juni 2012 mencapai 60,8%, melampaui capaian semester I tahun sebelumnya
yang sebesar 55,4%.
Penawaran Agregat
Kinerja sisi penawaran pada triwulan II 2012 diprakirakan masih kuat yang
didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri
pengolahan diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh masih kuatnya permintaan
Grafik 3.10
Impor Riil Nonmigas
���
���
���
�
��
��
��������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ������ ���� ����
����� ��������������
���������
�����������
� ��� ����� ��� ���� �������
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
domestik dan prospek pemulihan ekspor ke depan. Masih baiknya kinerja subsektor
industri makanan dan minuman serta membaiknya industri semen seiring dengan
maraknya sektor bangunan mendukung masih baiknya kinerja sektor ini. Sektor PHR
diprakirakan masih tumbuh pada level yang tinggi didukung oleh aktivitas domestik yang
masih kuat meski melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara
itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga masih tumbuh tinggi didukung
oleh membaiknya kinerja angkutan udara dan subsektor komunikasi. Sektor bangunan
diprakirakan mengalami perbaikan sejalan dengan kinerja investasi yang membaik dan
perbaikan penyerapan belanja modal Pemerintah.
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2012 diprakirakan masih akan mencatat
pertumbuhan yang tinggi. Kinerja sektor pertanian yang baik tersebut didukung oleh
cuaca dan iklim yang kondusif serta adanya upaya pemerintah untuk meminimalkan
dampak konversi lahan dan penurunan kualitas kesuburan tanah melalui rencana
pencetakan sawah baru. Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) BPS 2012, produksi
padi pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,31% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Kinerja subsektor perikanan diprakirakan
masih tumbuh tinggi didukung oleh cuaca yang cenderung normal. Sementara itu,
kinerja subsektor perkebunan, utamanya kelapa sawit, tumbuh meningkat pada Mei
2012 tercermin dari peningkatan produksi kelapa sawit pada beberapa perusahaan
penghasil kelapa sawit.
Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan II 2012.
Kinerja subsektor migas, terutama batubara, terindikasi masih baik. Sementara itu, kinerja
pertambangan migas menunjukkan perbaikan walaupun masih tumbuh sangat rendah.
Adanya rencana beroperasinya 21 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru
pada tahun 2012 berpotensi meningkatkan kinerja pertambangan migas.
S e k t o r
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 3,9 3,6 3,0
Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 2,9 2,7 2,8
Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,5 6,0
Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 6,1 5,9 6,0
Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,3 7,5 7,6
Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,5 8,4 8,7
Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,3 10,5
Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 6,3 6,1
Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 5,8
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,2 6,3
I III II*III III*IV
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2011
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Sektor industri pengolahan diprakirakan masih mampu tumbuh tinggi
pada triwulan II 2012, meski melambat jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh
melemahnya perekonomian global. Namun, masih kuatnya permintaan domestik
mampu menjaga pertumbuhan sektor industri pengolahan pada level tinggi. Masih
tingginya kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh subsektor makanan dan
minuman, subsektor semen, serta subsektor logam yang tumbuh di atas rata-ratanya.
Indeks produksi juga tumbuh membaik hingga April 2012. Namun, produksi semen
tumbuh melambat pada Mei 2012.
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan II 2012
diprakirakan masih tumbuh tinggi ditopang oleh aktivitas domestik yang masih
baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan indeks penjualan eceran hingga Mei 2012
yang stabil. Perkiraan masih tingginya pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan
hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU). Di samping itu, tingkat hunian hotel juga
menunjukkan kinerja yang membaik hingga Mei 2012.
Pada triwulan II 2012, sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya kinerja sektor bangunan
sejalan dengan kinerja investasi dan aktivitas konstruksi yang masih tumbuh tinggi.
Hal tersebut tercermin dari indikator penjualan semen, impor bahan bangunan, dan
penjualan alat berat untuk konstruksi yang masih meningkat hingga Mei 2012.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2012 diprakirakan
tumbuh stabil. Hal tersebut ditopang oleh meningkatnya kinerja subsektor
pengangkutan terutama angkutan udara. Adanya penambahan pesawat oleh beberapa
maskapai penerbangan dan peningkatan pertumbuhan penumpang angkutan udara
mampu mendorong peningkatan pada subsektor ini. Selain dari angkutan udara, kinerja
subsektor pengangkutan juga didorong oleh membaiknya kinerja angkutan rel yang
berada dalam tren meningkat hingga Mei 2012. Di sisi lain, kinerja subsektor komunikasi
juga tumbuh meningkat yang berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data.
Sementara untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms) diprakirakan relatif
terbatas. Pertumbuhan komunikasi data/internet yang tinggi tersebut dapat menahan
penurunan kinerja subsektor komunikasi dari pertumbuhan jumlah pelanggan seluler
yang terbatas.
Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar daerah cenderung stabil di atas 6,0%
sejalan dengan masih tingginya prakiraan pertumbuhan ekonomi nasional.
Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih cukup kuat di sebagian besar daerah. Kinerja
investasi diprakirakan masih cukup kuat pada triwulan II 2012, didukung oleh investasi
nonbangunan di Jawa dan KTI serta investasi bangunan di Sumatera. Namun, terdapat
indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat aktivitas ekspor yang melemah.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Pelemahan ekspor terutama terjadi di Jawa dan Jakarta yang
dipengaruhi oleh ekspor manufaktur (Grafik 3.11). Di sisi lain,
ekspor kendaraan bermotor masih tinggi untuk wilayah Jawa.
Ekspor berbasis SDA di Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia
(KTI) secara umum relatif stabil sehingga mendorong kedua
kawasan tersebut masih mencatat ekspor neto. Inflasi daerah
relatif stabil namun sedikit meningkat pada akhir triwulan II 2012
dipicu oleh peningkatan inflasi komoditas volatile food akibat
terbatasnya pasokan khususnya di Sumatera dan KTI.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Kinerja NPI pada triwulan II 2012 diprakirakan akan
menurun akibat membesarnya defisit neraca transaksi
berjalan (TB). Melemahnya kinerja ekspor Indonesia sebagai
akibat dari menurunnya permintaan global di tengah impor yang masih tinggi
menyebabkan neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang lebih besar. Masih
tingginya pertumbuhan impor sejalan dengan masih kuatnya kegiatan ekonomi
domestik. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat
kinerja yang positif ditopang oleh aliran investasi langsung (Foreign Direct Investment
/ FDI). Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan Juni 2012
mencapai 106,5 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Neraca transaksi berjalan diprakirakan tetap mengalami tekanan pada triwulan
II 2012. Membesarnya defisit transaksi berjalan sebagai dampak dari menurunnya
surplus neraca perdagangan (Grafik 3.12) dan meningkatnya defisit neraca pendapatan.
Menurunnya surplus neraca perdagangan tersebut disebabkan oleh melemahnya
kinerja ekspor di tengah impor yang masih tumbuh tinggi akibat masih kuatnya
aktivitas ekonomi domestik (Grafik 3.12). Perlambatan ekspor selama triwulan II 2012
dipengaruhi baik oleh faktor harga maupun volume sebagai dampak dari perlambatan
aktivitas ekonomi global. Neraca pendapatan juga juga diprakirakan mengalami defisit
yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah pendapatan (dividen, bunga, dan imbal
hasil) yang harus dibayarkan kepada investor asing.
Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih mencatat surplus pada
triwulan II 2012. Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk modal asing yang
masih besar, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio. Aliran investasi
langsung diprakirakan masih mendominasi aliran masuk modal asing selama triwulan
laporan. Namun, aliran investasi dalam bentuk portofolio sedikit tertahan sebagai
dampak ketidakpastian kondisi pasar keuangan global terkait krisis utang Eropa dan
ekspektasi perlambatan ekonomi global.
Grafik 3.11
Volume Ekspor Manufaktur Jawa dan Jakarta
��������
��
��
��
�
���
���
���� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � �
��������
��
��
��
�
���
���
���
���� ���� ���� ���� ����
����������������������������
���������� �������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Grafik 3.12
Kinerja Neraca Perdagangan
Grafik 3.13
Transaksi Modal dan Finansial
Grafik 3.14
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
NILAI TUKAR RUPIAH
Tekanan terhadap rupiah selama triwulan II 2012
meningkat. Peningkatan tekanan tersebut dipicu baik dari sisi
eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, meningkatnya
faktor risiko global, khususnya Eropa terkait dengan kondisi
pemilu di Yunani dan Perancis serta kekhawatiran keluarnya
Yunani dari kawasan Eropa telah membawa sentimen negatif
terhadap pergerakan rupiah. Sementara itu, dari sisi domestik,
pelemahan rupiah juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan
valuta asing korporasi terkait dengan kegiatan impor yang masih
tinggi. Secara rata-rata nilai tukar rupiah ditutup melemah 2,27%
menjadi Rp 9.277 per dolar AS dari triwulan sebelumnya yang
rata-rata mencapai Rp 9.066 per dolar AS. Apabila dilihat secara
point to point, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 2,65%
menuju ke level Rp 9.393 per dolar AS dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang ditutup di level Rp 9.144 per dolar
AS (Grafik 3.14). Pergerakan rupiah yang cenderung melemah
tersebut, secara umum masih sejalan dengan pelemahan nilai
tukar di kawasan Asia lainnya (Grafik 3.15). Meskipun demikian,
pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih terjaga).
Ketidakpastian perekonomian global yang kembali
meningkat memberikan sentimen negatif pada pergerakan
rupiah. Kemenanganan partai yang menolak program fiskal yang
ketat pada pemilu di Perancis dan Yunani meningkatkan pesimisme
akan keberhasilan program penghematan anggaran (austerity
program) di kawasan Eropa. Di sisi Yunani, program penghematan
anggaran harus dilakukan sebagai prasyarat mendapatkan dana
talangan (bailout). Namun, bila partai oposisi, yang menolak
program penghematan anggaran berhasil mendominasi hasil
pemilu Yunani, maka kemungkinan Yunani akan mengalami
kegagalan (default) dan kemungkinan keluar dar Eurozone
akan meningkat. Selain itu, menurunnya peringkat kredit jangka
panjang Spanyol oleh S&P dari A menjadi BBB+ serta belum
jelasnya penanganan krisis perbankan Spanyol semakin mendorong
pesimisme perbaikan kondisi perekonomian kawasan Eropa.
Ketidakpastian pemulihan perekonomian global juga
disebabkan oleh melambatnya perekonomian China dan
belum solidnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Melambatnya perekonomian China tercermin dari melemahnya
ekspor, penjualan eceran dan manufaktur. Sementara itu,
belum solidnya pemulihan perekonomian AS tercermin dari
pemulihan sektor tenaga kerja yang belum cukup kuat menopang
������������������������������������������������������
������������������������������������
�����������������
��
�
�
��
���� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
���� ���� ���� ���� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��������
����
����
�������� ����
����
����
����
�����������
�����������������
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���
����
���
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���
���
����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
�����
�
����
���
����
�
����
��
�������
����
���
���
���
���
���
���
���
���
������ ������
���������������
���
���
���
�
��
��
�����������������
����������� ���������������
������������ ����������������
�����������������������������
���
����
������ �������� �������� �������� �������� ��������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
perekonomian, merosotnya tingkat keyakinan konsumen serta revisi
ke bawah target pertumbuhan tahun 2012.
Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global
juga mendorong meningkatnya risiko keuangan global.
Peningkatan risiko keuangan global tersebut tercermin
dari meningkatnya indeks MSCI (Morgan Stanley Capital
International) World, VIX (Volatility Index) dan CDS (Credit
Default Swap) negara-negara Eropa (Grafik 3.16 dan 3.17).
Kondisi tersebut berdampak pada perilaku penyesuaian
portofolio (portfolio rebalancing) investor di negara-negara
emerging markets, termasuk Indonesia. Dengan risiko global
yang meningkat, investor cenderung mengalihkan investasinya
ke aset yang lebih aman, seperti aset-aset berdenominasi dolar
AS. Penyesuaian penempatan dana nonresiden di pasar domestik
ikut berperan dalam pelemahan rupiah.
Pergerakan rupiah dari sisi domestik dipengaruhi oleh
meningkatnya kebutuhan impor. Aktivitas perekonomian
yang masih tinggi yang mendorong geliat di sektor industri,
sektor perdagangan dan investasi menyebabkan impor masih
tetap tinggi. Sejalan dengan tingginya kegiatan impor, kebutuhan
valuta asing oleh korporasi masih terus meningkat di tengah
menurunnya aktivitas ekspor akibat pelemahan permintaan
eksternal. Dengan demikian permintaan valuta asing yang
meningkat tidak didukung oleh pasokan yang memadai. Hal
tersebut kemudian mendorong rupiah cenderung melemah.
Meskipun rupiah cenderung melemah, investasi dalam
instrumen rupiah masih memiliki daya saing. Hal itu
terlihat dari imbal hasil investasi yang relatif lebih tinggi di
bandingkan dengan negara lain. Selisih suku bunga dalam
negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity-UIP) masih
relatif tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan
regional, meskipun dalam tren yang menurun. Bahkan jika
memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah
masih tetap tinggi sebagaimana tercermin dari Covered Interest
Parity (CIP) (Grafik 3.18).
INFLASI
Tekanan inflasi IHK pada triwulan II masih relatif rendah.
Pada triwulan laporan inflasi IHK tercatat sebesar 0,90% (qtq)
sehingga secara tahunan tercatat 4,53% (yoy) (Grafik 3.19).
Grafik 3.17
CDS Negara-negara Eropa
Grafik 3.15
Depresiasi/Apresiasi Mata Uang Kawasan
Grafik 3.16
VIX dan MSCI World
�����
����
����������
���������� ����
���������
�����
��������
����������
��������
���
���
���
���
���
���
���������
�������������
����� ����� ����� ����� ���� ���� ����
���
��� �
����
�����
����������
��
��
��
��
��
��������
��������������� ���������������������
������
����
����
����
����
����
���������������������
���
��
��
��
����
����
����
��
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
������
������
������
������
������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
������
������
������ ���
���
���
���
���
���
��
��
��
���
���
���
���
���
���
���� ��� ��� ���
������� ��� ��� ���
������� ���
������������������
�������������������������������
��������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Grafik 3.18
Covered Interest Parity (CIP)
Grafik 3.19
Perkembangan Inflasi
Secara fundamental, inflasi masih terkendali sebagaimana
tercermin pada inflasi inti yang berada di level yang rendah,
seiring dengan penurunan harga komoditas global dan ekspektasi
yang membaik. Sementara itu, harga bahan pangan mengalami
peningkatan akibat terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi
administered prices minimal seiring dengan tidak adanya
kebijakan pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang
bersifat strategis.
DISAGREGASI INFLASI
Tingkat inflasi inti masih terkendali. Pelemahan nilai tukar
rupiah tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga
domestik, seiring dengan penurunan harga komoditas global
yang masih berlanjut (Grafik 3.20). Beberapa indikator sisi
permintaan seperti indeks produksi, indeks keyakinan konsumen
dan pertumbuhan penjualan riil menunjukkan kuatnya permintaan
domestik. Namun, peningkatan kapasitas terpasang dalam
beberapa tahun terakhir menyebabkan utilisasi kapasitas masih
terkendali di bawah level 80% (Grafik 3.21). Dengan kapasitas
produksi pada level tersebut, sisi penawaran mampu merespons
dengan cukup baik terhadap peningkatan permintaan. Pada
triwulan II 2012 level inflasi inti tercatat 0,75% (qtq) atau 4,15%
(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi
sebesar 0,97% (qtq) atau 4,25% (yoy).
Perkembangan ekspektasi inflasi juga mendukung
terjaganya inflasi inti. Secara umum, ekspektasi inflasi di pasar
keuangan menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin pada
hasil survei Consensus Forecast (Grafik 2.10). Ekspektasi inflasi
yang membaik juga terlihat dari hasil survei pedagang eceran
yang menunjukkan ekspektasi harga yang menurun (Grafik
3.22). Namun dari sisi konsumen, dalam jangka pendek terjadi
peningkatan ekspektasi harga, terkait dengan faktor musiman
(liburan dan hari raya keagamaan) (Grafik 3.23).
Inflasi kelompok volatile food meningkat. Pada triwulan II
2012 kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 1,56% (qtq)
atau 7,52% (yoy). Mulai berakhirnya masa panen pada sejumlah
komoditas pangan strategis yang dibarengi dengan gangguan
cuaca di beberapa sentra produksi komoditas bumbu, menyebabkan
penurunan pasokan yang cukup tajam pada sejumlah komoditas
pangan. Selain itu pengaturan pintu masuk impor komoditas
hortikultura serta kenaikan harga di negara asal komoditas tersebut
Grafik 3.20
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas
����
�����
����
����
����
����
�����
����
�������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
��������� ��������� ����� ��������
����
����
��
�
��
��
�
������������������������������ ���� ���� ����
���������������
�������������������������������������������������
�������������������������� �������������������������� �������������������������� ��������������������������
������
� � � � � �����
����������������
�����������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������������������
���
�
�������� ������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
��
��
��
��
�
���
���
���
����� � � � � � � � � ������
����� � � � � � � � � ������
����� � � � � � � � � ������
����� � � � � � � � � ������
����� � � � � �
���������
����������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
ikut menambah tekanan inflasi pada kelompok volatile food.
Peningkatan inflasi kelompok volatile food terutama disebabkan
oleh lonjakan harga aneka bumbu seperti cabai merah dan bawang
putih, daging, telur ayam ras dan beras.
Sementara itu, inflasi kelompok administered prices masih
cukup rendah. Kondisi ini didorong oleh tidak adanya kebijakan
pemerintah yang berdampak signifikan terhadap harga barang
dan jasa yang strategis. Penurunan tekanan inflasi administered
prices juga dipengaruhi penurunan harga BBM nonsubsidi yang
mengikuti pergerakan harga global. Inflasi administered prices
pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 0,67% (qtq) atau 2,90%
(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat
inflasi sebesar 0,92% (qtq) atau 2,92% yoy. Inflasi yang terjadi
pada kelompok barang administered prices lebih disebabkan
oleh kenaikan harga elpiji 3kg akibat terjadi kelangkaan barang
tersebut di pasar domestik.
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Suku Bunga
Suku bunga di Pasar Uang Antarbank (PUAB) bergerak naik.
Suku bunga PUAB O/N di akhir triwulan II 2012 meningkat sebesar
18 bps menjadi 3,94% dibandingkan dengan akhir triwulan
sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, relatif selisih suku
bunga PUAB O/N terhadap BI Rate menyempit menjadi 87,5bps
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 98bps. Hal
tersebut disebabkan oleh penurunan likuiditas jangka pendek
perbankan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, di tengah
kebutuhan likuiditas yang meningkat. Sementara itu, suku bunga
PUAB dengan tenor yang lebih panjang juga bergerak searah
dengan suku bunga PUAB O/N.
Suku bunga PUAB O/N meningkat didorong oleh
meningkatnya kebutuhan likuiditas. Kebutuhan likuiditas
jangka pendek perbankan mengalami kenaikan terutama terkait
dengan kebutuhan nasabah yang meningkat untuk memenuhi
kewajiban setoran pajak. Kebutuhan likiditas perbankan yang
meningkat juga tercermin dari kenaikan volume transaksi PUAB
yang cukup signifikan yaitu dari Rp 6 triliun pada akhir triwulan
lalu menjadi Rp 15 triliun pada triwulan laporan.
Di sisi perbankan, suku bunga masih bergerak menurun.
Dampak penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada Februari lalu
Grafik 3.23
Ekspektasi Harga Konsumen
Grafik 3.21
Kapasitas dan Indeks Produksi
Grafik 3.22
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
�
�
��
��
���
���
���
���
���
��������� ������
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � �
���
���
����
����������������������������������������������������������������������������������������������������
���
���
���
���
���
���
��
��
��
��
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ �
������
�
�
��
��
���
���
���
���
��������� ������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����
� � �
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
dan LPS Rate sebesar 50 bps pada Maret lalu masih terlihat pada pergerakan suku
bunga bank hingga triwulan II 2012. Suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 31
bps menjadi 5,35% dibandingkan dengan 5,66% pada triwulan sebelumnya. Dari sisi
kredit, penurunan suku bunga juga masih berlangsung meskipun relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan suku bunga deposito. Suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan
kredit investasi (KI) masing-masing turun sebesar 23 dan 11 bps menjadi 11,78% dan
11,51% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga kredit
konsumsi turun sebesar 10 bps menjadi 14,03% (Tabel 3.3 dan Grafik 3.24). Penurunan
suku bunga kredit yang relatif lebih terbatas dibandingkan dengan penurunan suku
bunga deposito telah memperlebar selisih (spread) antara suku bunga kredit dan
deposito (Grafik 3.25).
Berdasarkan kelompok bank, penurunan terbesar suku bunga deposito tercatat pada
kelompok BPD yaitu sebesar 54 bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran,
swasta dan persero masing-masing menurunkan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 40,
27 bps dan 30 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok
bank asing dan campuran. Kelompok bank asing dan campuran menurunkan suku bunga
KMK dan KK masing-masing sebesar 28 dan 77 bps, sementara suku bunga KI relatif masih
stabil dengan penurunan hanya sebesar1 bps. Di sisi lain, kelompok bank swasta, BPD dan
persero menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 14, 6 dan 12bps.
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Dana pihak ketiga (DPK) masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Pertumbuhan DPK pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 21,3% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 20,2% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan giro dan deposito yang masing-
masing meningkat lebih tinggi menjadi 24,8% dan 18,3% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 21,3% dan 17,8% (yoy)
(Grafik 3.26).
Pertumbuhan kredit masih dalam tren yang meningkat. Hal tersebut sejalan
dengan pergerakan suku bunga kredit yang masih menurun dan kegiatan ekonomi
Suku Bunga (%) Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Tabel 3.3
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75
Penjaminan Deposito 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50
Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 n,a
Base Lending Rate 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n,a n,a n,a
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 n,a
Kredit Investasi (KI) 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 n,a
Kredit Konsumsi (KK) 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 n,a
Trw II-2011 Trw III-2011 Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw II-2012
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
yang masih tumbuh. Pada triwulan II 2012 kredit (tidak termasuk
kredit channeling) tumbuh sebesar 26,3% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 24,9%
(yoy). Ekspansi kredit hingga triwulan II 2012 mencapai Rp 2,39
triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp
2,27 triliun.
Meskipun secara total permintaan kredit meningkat, namun
kredit investasi mengalami perlambatan. Perlambatan
pertumbuhan kredit investasi (KI) tersebut sejalan dengan kinerja
investasi yang tumbuh melambat. Kredit investasi tumbuh sebesar
29,3% (yoy). Level pertumbuhan kredit tersebut relatif masih
tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yang mencatat pertumbuhan sebesar 30,6%.
Perlambatan KI tersebut juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor
yang menurun sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global.
Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan kredit dalam valuta asing
(valas) yang juga melambat. Pada triwulan laporan kredit valas
tumbuh sebesar 30,00% (yoy), sedikit melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (yoy).
Dilihat dari jenis penggunaan, alokasi kredit perbankan
lebih terarah pada penggunaan kredit yang lebih
produktif. Hal ini tercermin dari dominasi kredit modal kerja
(KMK) dan kredit investasi (KI) yang mencapai 70% dari total
kredit. Pertumbuhan KMK yang cukup tinggi yaitu mencapai
28,9%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 25,2%,
telah mendorong peningkatan pangsa kredit KMK dan KI dalam
total kredit. Sementara itu kredit konsumsi pada triwulan II 2012
tumbuh relatif stabil sebesar 20,3% (yoy) dengan tren yang
menurun (Grafik 3.27). Dari sisi sektoral, pertumbuhan kredit
yang terus meningkat terutama ditujukan pada sektor listrik air
dan gas (LAG) (Grafik 3.28).
Pertumbuhan uang primer (base money-M0) relatif masih stabil.
Pada triwulan II 2012 pertumbuhan uang primer tercatat sebesar
15,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
15,6% (yoy). Sementara itu, likuiditas perekonomian (M1 dan
M2) masih menunjukkan tren yang meningkat, sejalan dengan
kinerja konsumi rumah tangga yang masih kuat dan pertumbuhan
kredit yang cukup tinggi (Grafik 3.29). Peningkatan likuiditas
perekonomomian didukung oleh pertumbuhan M1 yang masih
positif sebesar 22,5% (yoy) dan pertumbuhan M2 sebesar 22,5%
(yoy). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan
Grafik 3.24
Suku Bunga Kredit
Grafik 3.25Selisih Suku Bunga Perbankan
Grafik 3.26
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
�
��
��
��
��
��
��
������ ������ ������������ ������ ������
����
�
����
�
����
�
����
�
����
���� ��
��
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
������ ����� �����
�����
����
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
������������������ ��������������� �������������
������� ������������
�
��������������
�
�����������������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
�
�
��
��
��
��
��
���������������� �������������������������������������� �������������������
������
�
�
��
��
��
��
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� �������
�������
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Grafik 3.28
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
Grafik 3.29
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
M1 sedikit melambat, namun M2 mencatat pertumbuhan yang
lebih tinggi. Pertumbuhan M2 yang lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya, yang mencatat pertumbuhan 18,8% (yoy), didorong
oleh meningkatnya pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah.
Sementara itu, perlambatan pertumbuhan M1 dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 23,01% (yoy) lebih
disebabkan oleh pola ekspansi pemerintah di tahun 2012 yang
dimulai lebih awal yaitu pada Maret 2012. Pertumbuhan M1 pada
triwulan laporan lebih didukung oleh pertumbuhan giro rupiah,
sejalan dengan kredit yang masih meningkat.
KONDISI PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai
dengan fungsi intermediasi yang terus meningkat dalam
mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan
menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin
pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy
Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di
bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus
membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir
Mei 2012 mencapai 26,3% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup
tinggi, sebesar 29,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan
kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 28,9% (yoy)
dan 20,3% (yoy).
Pasar Surat Berharga Negara
Pada triwulan II 2012 kinerja SBN mengalami tekanan.
Hal tersebut mendorong peningkatan imbal hasil (yield) Surat
Berharga Negara (SBN) secara keseluruhan sebesar 22bps
dibandingkan dengan triwulan I 2012 dan ditutup pada level
5,85% (Grafik 3.30). Imbal hasil SBN untuk jangka pendek,
menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 35bps,
17bps dan 15bps. Kinerja pasar SBN sangat terpengaruh oleh
sentimen eksternal terutama terkait dengan krisis yang sedang
terjadi di Eropa.
Strategi portfolio adjustment investor nonresiden yang
mengurangi eksposur pada pasar keuangan domestik,
termasuk di pasar SBN, memengaruhi kinerja SBN. Selama
triwulan II 2012, investor nonresiden mencatat jual neto sebesar
Grafik 3.27
Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��
���������������������������������������
�
���������
������������
�������������������
��������������������
����������
�����������
������������
����������������
�����������
���������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�� ��
����
����
����
���
�
��
��
��
��
�������������� ���������������
������������� ������������
������
������������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
���
�������
���
����
����
����
����
����
�
�
�
��
��
��
�
�
��
��
��
��
��
�� �� ������������������
�������
�����������������������������������������������������������������������������������
�����
����
��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ���
����
���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Rp0,3 triliun dibandingkan dengan triwulan I 2012 yang
mengalami beli neto sebesar Rp1,8 triliun. Investor nonresiden
berpotensi melakukan portfolio rebalancing lebih lanjut jika
imbal hasil meningkat lagi hingga melebihi cost exposure
investor asing yang nilainya mencapai 6,1%.1
Fundamental makroekonomi dan fiskal yang relatif terjaga
mampu menahan koreksi lebih jauh di pasar SBN. Faktor
fundamental yang cukup terjaga tersebut antara lain (i) risiko
fiskal yang terkendali, (ii) penurunan harga komoditas termasuk
minyak, serta (iii) risiko inflasi yang relatif rendah. Persepsi positif
dari faktor-faktor fundamental tersebut mampu mengimbangi
tekanan yang berasal dari memburuknya pasar keuangan global
sehingga koreksi yang terjadi di pasar SBN relatif terbatas. Dalam
perkembangannya, momentum positif dari faktor fundamental
serta meredanya sentimen krisis Eropa menjadi penopang utama
perbaikan kinerja SBN dalam beberapa periode terakhir
Namun kondisi likuiditas yang relatif terjaga, pasar SBN
belum mengindikasikan panic selling. Hal tersebut tercermin
dari masih tingginya aktivitas perdagangan yang ditopang oleh
pelaku perbankan dan pasar keuangan lainnya termasuk Bank
Indonesia (Grafik 3.31). Selain itu, lebar spread antar tenor relatif
terjaga yaitu spread yield tertinggi-terendah sebesar 2,5%. Hal
tersebut berbeda dengan krisis tahun 2008. Pada saat itu pelaku
pasar menjual SBN berbagai tenor dengan harga yang relatif
sama terkait dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas yang
diikuti dengan penyempitan spread antar tenor (spread yield
tertinggi-terendah sebesar 1,0%).
1 Level 6,1% merupakan kisaran rata-rata harga pembelian nonresiden di pasar SBN pada tahun 2012.
Grafik 3.30
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
Grafik 3.31
Volume Perdagangan SBN
Suku Bunga (%)Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei
Tabel 3.4
Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 3.065,8 3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5
DPK (T RP) 2.351,4 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0
Kredit* (T Rp) 1.814,8 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1
LDR* (%) 77,2 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0
NPLs Gross* (%) 2,8 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3
NPLs Net* (%) 0,5 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6
CAR (%) 17,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9
NIM (%) 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5
ROA (%) 3,1 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0
2011 2012
* tanpa channeling
�
��
��
��
�
��
������� ���������������
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
�
�
���
���
�����
���������������������
������������������������
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Grafik 3.33
IHSG dan Perkembangan Sektoral
Pasar Saham
Pasar keuangan domestik berada dalam tekanan seiring
dengan memburuknya perekonomian Eropa. Ketidakpastian
penyelesaian masalah krisis Eropa dan penurunan peringkat
bank-bank besar berskala global, termasuk perbankan di Spanyol,
memperburuk sentimen di pasar keuangan. Memburuknya
kinerja bursa saham pada pertengahan triwulan II 2012 tidak
hanya terjadi di bursa saham domestik, tetapi juga di bursa
saham global secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
pelemahan ekonomi global, dalam hal ini permasalahan di Eropa,
menjadi faktor yang mendominasi gejolak di pasar bursa saham di
dunia. Sentimen negatif tersebut mereda menyusul disetujuinya
pemberian dana talangan (bailout) kepada perbankan Spanyol
sehingga kinerja pasar saham berangsur pulih. Dengan
perkembangan tersebut, secara triwulanan, IHSG mencatat
pelemahan sebesar 4% dan ditutup pada level 3.956.
Dari sisi microstructure pasar saham, tekanan yang dialami
bursa domestik selama pertengahan tahun 2012 belum
mengindikasikan terjadinya perluasan rambatan dari satu
emiten ke emiten lainnya. Pada tahun 2008, pemburukan
kinerja emiten dengan cepat memengaruhi kinerja emiten lainnya.
Pada periode tersebut, efek rambatan (contagion effect) terjadi
dengan cepat ketika saham beberapa emiten berbasis komoditas
mengalami penurunan yang diikuti oleh beberapa emiten sektoral
lainnya. Pada triwulan II 2012, efek rambatan terjadi di beberapa
emiten, namun dengan skala yang relatif terbatas.
Merespons peningkatan ketidakpastian perekonomian
global, investor asing melakukan portfolio adjustment
dengan mengurangi eksposur di emerging markets. Selama triwulan II 2012,
investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp8,20 triliun dibandingkan triwulan I
2012 yang mencatatkan beli neto sebesar Rp10,02 triliun (Grafik 3.32). Secara bulanan,
investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp1,97 triliun dibandingkan Mei 2012.
Tekanan jual investor asing di bursa domestik terjadi pada beberapa sektor yaitu sektor
keuangan, aneka industri dan pertambangan (Grafik 3.33). Tekanan jual tersebut antara
lain disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah peningkatan harga yang
cukup tajam dan akibat penurunan harga komoditas global. Namun, koreksi harga mulai
mereda pada akhir triwulan II 2012 terlihat dari pergerakan harga beberapa saham
yang semula mengalami jual neto kembali mengalami beli neto.
Grafik 3.32
IHSG dan Beli/Jual Asing Neto
���������������������
������
�����
���� ���� ���
����
�������������
������������
��������
������������������
��������
�����������
���������
��������
��������������
�����
���� �� ���
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
�����
����������������������������������� ����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���
�
��
��
��
�
�
��
���� �� ��� ��
����� �� ��� ��
����� �� ��� ��
����� ������
������ ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Pasar Reksadana
Kinerja reksadana sampai dengan Triwulan II 2012 menunjukkan peningkatan.
Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB tumbuh sebesar 4,3%
dibandingkan dengan Desember 2011. Sedangkan secara bulanan kinerja reksadana
meningkat sebesar 3,1% dibandingkan dengan Mei 2012. Sampai dengan Juni
2012, Peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang dan
pendapatan tetap. Meskipun demikian perkembangan reksadana selama periode
laporan belum mencerminkan kinerja secara keseluruhan mengingat ketersediaan data
yang lebih lambat.
MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total
1 2 3 4 52011 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5 6Juni 2012-Des 2011
Tabel 3.6.
Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9% 6,7% -7,3% 4,7% 1,5% 1,3% 1,9% 36,5% 2,3% 1,9% 3,1% 1,6% 13,4% 4,2% 10,3% 0,5% 28,9% 87,6% 112,2% 3,6% 4,3%
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201236
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*
Tingkat Diskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
ModalKerja
Investasi
2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2012Trw. ITrw. II*
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3.76 3.83 5.66 6.31 6.69 6.71 6.31 12.01 11.62 3.78 4.24 5.35 5.89 6.29 6.51 6.13 11.78 11.51
* Data Mei-12
Tabel Statistik
37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2007Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw.IV
2008Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012Trw. I
Trw. II*
* data s.d Mei 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
37.341 774.867 740.952 243.671
38.323 846.655 832.325 258.002
36.615 895.563 887.770 266.152
32.061 777.250 795.475 247.926
37.482 871.303 906.767 212.463
23.510 496.338 543.656 165.145
27.115 389.140 437.315 116.969
14.029 404.072 340.913 180.128
22.897 448.505 394.904 232.700
30.656 324.806 324.776 232.731
29.038 375.134 387.188 220.676
24.566 631.235 592.048 259.864
26.907 648.324 607.933 300.255
30.615 322.322 351.475 271.103
28.553 199.589 218.152 252.540
23.142 153.809 203.835 203.110
30.401 86.480 56.066 233.524
36.788 51.790 96.325 188.988
30.061 19.822 57.593 151.217
30.262 51.641 79.605 123.253
16.541 26.600 51.790 98.064
18.956 14.607 19.822 92.849
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201238
II III IV I II III IV I II III IV I II*
* Data Mei-12 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
495.440 504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 814.755 42.041 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 69.816 11.923 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.809 99.825 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 111.900 14.321 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 38.617 24.258 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 30.881 113.130 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 145.199 24.443 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 32.114 22.126 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 35.195 3.392 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 76.147 139.981 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 243.075 529.687 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.083.245 19.353 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 39.864 9.697 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 32.267 84.488 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 167.213 6.093 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 18.634 24.298 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.097 121.956 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 252.297 28.119 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 53.718 78.120 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 104.003 9.306 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 75.094 148.257 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 300.060 110.968 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 191.759 3.289 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 9.714 388 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.020 943 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.162 450 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.910 7.975 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 9.686 14.006 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 21.573 1.791 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.083 3.980 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 2.857 1.520 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.719 76.626 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 130.035 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 276.897 6.669 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 7.392 4.712 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.762 61.420 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 91.742 578 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.125 4.785 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 3.500 13.598 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 30.635 9.566 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 12.835 37.465 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.290 1.525 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 3.981 28.296 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 45.070 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.589 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 83 456 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 608 0 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 35 0 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 836 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 13.628 0 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 983 2.861 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 278 0 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 4.146 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 20.883 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.411.725 73.267 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 130.375 26.720 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 92.940 247.132 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 375.625 21.442 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 66.322 61.316 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 85.000 272.058 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 463.332 63.919 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 102.734 144.552 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 202.624 15.743 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 165.087 404.942 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 727.687
2009 2010 2011 2012
```
Tabel Statistik
39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
* Data Apr-12 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
Tagihan Pada
LembagaPemerintah
BUMN
Tagihan Pada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih4)
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012
Trw. I
Trw. II*
1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773
2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738
2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665
2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460
2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448
2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049
2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378
2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895
2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779
2.927.259 720.924 290.861 430.064 2.190.885 963.364 243.128 118.084 2.230.960 -11.948
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201240
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 604.979
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 352.586
203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 286.193 295.285
40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 54.409 57.301
77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.927
616 633 601 539 578 497 484 460 530 473 116 359 182
356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 629.539 647.816
-259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -411.007
136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 26.639
8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 8.199
8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.320
-131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -157.132
-267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -286.451
-232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -62.539
-28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -104.119
-5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -35.535
-13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -9.583
2009 2010 2011 2012
II III IV I II III IV I II III IV I II*
I. Uang Primer
a. Statutory Reserve Shortfall
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Net International Reserve 1)
b. Net Domestic Assets
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Net Other Items
* Data Mei-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $
sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $
sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep
Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
2009 2010 2011 2012
II III IV Total I II III IV Total I* II* III* IV* Total* I**
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
2.377 1.781 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.657 136 504 -1.577 1.719 -2.894 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 8.994 9.089 9.425 6.433 33.940 3.480 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.746 52.308 50.633 200.587 48.223 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.908 -42.657 -42.882 -44.201 -166.647 -44.743 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.840 -3.130 -2.550 -3.087 -10.607 -2.030 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.099 -25.824 -5.335 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 961 1.044 1.176 4.210 990 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.966 13.519 -3.463 -998 14.024 2.182 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 0 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.965 13.515 -3.468 -1.021 13.992 2.182 575 647 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.461 3.795 1.950 1.928 11.134 2.010 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.366 -7.772 -2.567 1.447 987 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 4.990 6.321 3.300 4.294 18.906 4.576 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.798 5.528 -4.650 -195 4.481 2.769 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.259 -4.804 -85 5.479 3.177 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -2.754 -1.623 -2.597 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.246 -6.387 -3.432 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.491 4.764 836 57 4.705 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.623 13.655 -2.959 -2.575 15.744 -712 995 -1.159 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 43 -1.778 -1.000 -1.152 -3.887 -321 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 57.576 62.287 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.502 110.123 110.123 110.493 5,7 6,1 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,6 7,4 7,2 6,5 6,5 6,2 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,35 0,06 0,22 -0,73 0,2 -1,33 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 23,9 21,1 30,7 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201242
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar
2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
-1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98
1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90
2009 2010 2011 2012 II III IV I II III IV I II III IV I II
I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M
Tabel Statistik
43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
K o t a
-0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11
2009 2010 2011 2012
II III IV I II III IV I II III IV I II
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201244
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
K o t a
1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONAL
2009 2010 2011 2012
II III IV I II III IV I II III IV I II
Tabel Statistik
45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*
Periode
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55
4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92
0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67
2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80
3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99
5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79
1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91
2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17
2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29
3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14
1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43
1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86
0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65
3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81
0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94
1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65
1,13 1,76 0,90 n.a n.a n.a
2007
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2010
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2011
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2012
Trw.I
Trw.II