53

BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada
Page 2: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

BANK INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN II 2012

Page 4: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Page 5: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Page 7: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Kata Pengantar

Di tengah melemahnya perekonomian global, perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi. Kuatnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh keyakinan konsumen akan perekonomian yang tetap baik serta daya beli mereka yang tetap terjaga. Sementara iklim usaha yang kondusif telah mendorong investasi untuk tumbuh baik, diantaranya ditandai dengan maraknya pembangunan infrastruktur. Namun demikian, di sisi lain, ekspor pada triwulan laporan diperkirakan melambat akibat turunnya permintaan eksternal sebagai dampak dari perlambatan perekonomian dunia. Disamping ekspor yang melemah, impor juga diperkirakan akan melambat walaupun masih tumbuh tinggi sejalan dengan tetap kuatnya permintaan domestik. Sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.

Neraca pembayaran pada triwulan II 2012 diperkirakan ditandai dengan membesarnya defisit transaksi berjalan. Defisit yang lebih besar ini disebabkan oleh kondisi tadi, yaitu menurunnya ekspor sebagai akibat dari melambatnya permintaan eksternal di tengah impor yang masih tinggi. Namun di sisi lain, transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap mencatat kinerja positif yang ditopang oleh aliran investasi langsung. Dengan didasarkan oleh perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Juni 2012 adalah sebesar 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan kemampuan impor selama 5,7 bulan ditambah kemampuan membayar seluruh utang luar negeri pemerintah satu tahun ke depan.

Nilai tukar rupiah selama triwulan laporan mengalami depresiasi sebagai akibat berbagai faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian penyelesaian masalah krisis Eropa yang mendorong investor berperilaku aman, serta meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun, Bank Indonesia telah melaksanakan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.

Dinamika inflasi secara umum masih terkendali. Hal ini terlihat dari inflasi inti (core inflation) dan inflasi dari komponen dengan harga diatur (administered prices), yang masih relatif stabil selama triwulan laporan. Inflasi yang terjadi lebih didorong oleh inflasi kelompok makanan dengan harga bergejolak (volatile food) akibat kenaikan harga bahan pangan karena terbatasnya pasokan. Bank Indonesia akan senantiasa mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

tersebut dan menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan, guna tetap mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar sama dengan target inflasi yang telah ditetapkan.

Di tengah pelemahan ekonomi global, stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang kian membaik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Ini tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan tetap rendahnya rasio kredit bermasalah. Sementara itu, kegiatan intermediasi berupa penyaluran kredit untuk pembiayaan perekonomian terus berlanjut.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juli 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 5,75%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja perekonomian saat ini dan prospeknya ke depan, serta mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan tantangan yang dihadapi. Tingkat suku bunga acuan tersebut dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang masih terkendali sesuai target inflasi tahun 2012 dan 2013 sebesar 4,5% + 1%. Bank Indonesia akan terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor, dan siap menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan guna tetap menjamin tercapainya inflasi sesuai target. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya yang didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas, dalam rangka menjaga agar keseimbangan eksternal tetap terjaga.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2012

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2012 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Bank Indonesia memandang bahwa

tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan

terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Di sisi

eksternal, Bank Indonesia terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang

berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor sejalan dengan

kuatnya permintaan domestik. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat

pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah

lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas dalam rangka menjaga agar

penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur. Dengan langkah-langkah

kebijakan tersebut, tekanan neraca pembayaran diperkirakan kembali berkurang dalam

paruh kedua tahun 2012.

Dewan Gubernur mewaspadai kecenderungan perekonomian global yang

mengalami pelemahan dan diliputi ketidakpastian yang cukup besar. Penyelesaian

krisis di Eropa diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang, meskipun terdapat

sejumlah kemajuan dengan hasil European Union Summit beberapa waktu yang lalu. Di

samping berlanjutnya persepsi negatif di pasar keuangan global, ekonomi Eropa akan

mengalami resesi pada tahun ini sebelum berangsur membaik pada tahun 2013. Di sisi

lain, kondisi perekonomian AS juga masih rentan di tengah risiko fiskal ke depan yang

masih dalam proses penyelesaian. Melemahnya perekonomian global telah berdampak

pada pertumbuhan negara-negara di Asia, seperti China dan India, yang merupakan mitra

dagang utama Indonesia. Sementara itu, harga komoditas global, termasuk harga minyak,

terus menurun seiring dengan permintaan dunia yang melemah. Hal itu juga diikuti dengan

tekanan inflasi global yang terus menurun.

Melemahnya perekonomian dunia mulai berdampak pada kinerja sisi eksternal

perekonomian Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih

rendah dari prakiraan sebelumnya. Dengan menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 6,3%

dan berada pada kisaran 6,1-6,5% pada tahun 2012 dan 6,3-6,7% tahun 2013. Tingkat

pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tetap kuatnya permintaan

domestik, baik konsumsi dan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Di sisi sektoral, seluruh

sektor ekonomi diprakirakan masih tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan

menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi

dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri.

Neraca Pembayaran Indonesia diprakirakan mengalami tekanan pada triwulan II

2012 dan cenderung membaik pada paruh kedua 2012. Defisit transaksi berjalan di

triwulan II 2012 diperkirakan lebih besar dibandingkan defisit di triwulan sebelumnya akibat

kinerja ekspor yang menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia di tengah masih

Page 10: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012

tingginya impor untuk mendukung kegiatan ekonomi domestik. Di sisi lain, surplus transaksi

modal dan finansial (TMF) di triwulan II 2012 diprakirakan masih cukup tinggi, terutama

ditopang oleh tingginya investasi langsung (FDI) dan membaiknya arus portofolio asing. Ke

depan, penyesuaian terhadap impor bahan baku sejalan dengan menurunnya ekspor akan

mengurangi tekanan defisit neraca transaksi berjalan. Sementara itu, cadangan devisa sampai

dengan akhir Juni 2012 mencapai 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan 5,7 bulan impor

dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Nilai tukar Rupiah pada triwulan II 2012 masih mengalami tekanan depresiasi,

namun dengan volatilitas yang terjaga dibandingkan triwulan sebelumnya didukung

oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Rupiah secara point-to-

point melemah sebesar 2,65% (qtq) ke level Rp9.393 per dolar AS atau secara rata-rata

melemah 2,27% (qtq) menjadi Rp9.277 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah

dipengaruhi oleh dinamika krisis di Eropa yang mendorong meningkatnya permintaan valas

terkait portfolio rebalancing oleh pelaku nonresiden. Selain itu, permintaan valas domestik

juga meningkat seiring dengan impor yang tinggi. Bank Indonesia terus menempuh langkah-

langkah untuk menjaga keseimbangan di pasar valas maupun pengembangan instrumen

moneter valas untuk mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya dan

sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan Asia.

Tekanan Inflasi pada triwulan II 2012 masih relatif rendah. Inflasi IHK pada triwulan

II 2012 tercatat 0,90% (qtq) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,53% (yoy). Secara

fundamental, inflasi masih terkendali sebagaimana tercermin pada inflasi inti yang berada

level yang rendah (4,15%, yoy) seiring dengan penurunan harga komoditas global dan

ekspektasi yang membaik. Sementara itu, harga bahan pangan mengalami peningkatan

akibat terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi administered prices minimal seiring dengan

tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.

Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan moderat dan diperkirakan tetap berada dalam kisaran

sasarannya.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi

yang terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri

perbankan menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya

rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum

8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan

kredit yang hingga akhir Mei 2012 mencapai 26,3% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup

tinggi, sebesar 29,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian.

Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar

28,9% (yoy) dan 20,3% (yoy).

Ke depan, Dewan Gubernur tetap fokus pada upaya menjaga keseimbangan

eksternal, terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, dan pengendalian

inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial yang telah ditempuh selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate

Page 11: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012

tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan

makroekonomi ke depan. Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter

dan kebijakan makroprudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan

mendorong pendalaman pasar keuangan, untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menjaga

ekspektasi inflasi. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah juga

terus diperkuat.

Page 12: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Prospek perekonomian tahun 2012 dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian

global yang cenderung melemah. Perlambatan ekonomi di Amerika Serikat

(AS) dan kawasan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan negara-negara

emerging markets Asia menurun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun

2012 diprakirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5% ditopang oleh kuatnya

permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi net ekspor

diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia

dan menurunnya harga komoditas ekspor. Pada tahun 2013 perekonomian Indonesia

diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3%- 6,7% dengan dorongan dari sisi domestik

maupun eksternal. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri

pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.

Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% ± 1% sejalan dengan

kecenderungan harga global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya

melemahnya perekonomian global. Tekanan inflasi dari sisi domestik diperkirakan

tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat merespons

peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya kebijakan

penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah. Pada tahun 2013,

dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi

diperkirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%.

Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial yang telah ditempuh selama ini sesuai dengan perkembangan

perekonomian global dan domestik serta mengevaluasi dampak perkembangan

tersebut terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia

akan mengarahkan kebijakannya untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi

fundamental sesuai dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Selain itu koordinasi

dengan Pemerintah Pusat dan Daerah akan terus diperkuat, baik melalui forum TPI

maupun TPID.

ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 dan 2013 diperkirakan lebih

rendah dari perkiraan sebelumnya. Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi

dunia tahun 2012 tersebut terutama disebabkan perkiraan pertumbuhan negara-negara

emerging market Asia yang diperkirakan tumbuh lebih rendah akibat imbas perlambatan

Page 13: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

ekonomi di Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi

dunia diperkirakan membaik, meskipun lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3,2%, lebih rendah

dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%. Pada tahun 2013, ekonomi dunia

diperkirakan meningkat secara gradual menjadi 3,5%, lebih rendah dari perkiraan

sebelumnya sebesar 4,1%.

Perekonomian AS yang diharapkan menjadi salah satu pendorong utama pemulihan

perekonomian dunia mengindikasikan perlambatan yang terlihat dari menurunnya laju

penyerapan tenaga kerja dan aktivitas industri. Di Eropa, secara umum perekonomian

diperkirakan masih mengalami kontraksi di tahun 2012, sehubungan masih belum

jelasnya resolusi dari penyelesaian krisis yang dialami oleh beberapa negara di Eropa.

Dari kawasan Asia, perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan

tahun sebelumnya, sementara China dan India diperkirakan mengalami perlambatan di

tahun 2012.

Perekonomian dunia yang tumbuh lebih rendah selanjutnya mendorong penurunan aktivitas

perdagangan dunia. Beberapa lembaga internasional memproyeksikan lebih rendahnya

pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. IMF memprakirakan volume perdagangan dunia di tahun 2012 tumbuh

sebesar 4%, lebih rendah dari 5,8% di tahun sebelumnya. Sementara World Bank

memprakirakan pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 sebesar 5,3%,

di bawah kinerja tahun 2011 sebesar 6,1%. Sejalan dengan lebih rendahnya pertumbuhan

volume perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami

penurunan. Di tahun 2012, IMF dan World Bank masing-masing memprakirakan terjadi

koreksi harga komoditas nonmigas sebesar -10,3% dan -8,5% setelah pada tahun

sebelumnya mencatat pertumbuhan yang positif.

Asumsi Kebijakan Fiskal

Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,3% dari PDB pada APBN-P 2012.

Defisit tersebut lebih tinggi dari APBN 2012, yakni -1,5% dari PDB. Dari sisi penyerapan

anggaran, penyerapan anggaran di tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi. Hal ini terlihat

dari realisasi APBN-P 2012 yang telah mencatat defisit sebesar 0,4% dari PDB, atau lebih

baik dibandingkan dengan surplus sebesar 0,6% di periode yang sama di tahun 2011. Di

tahun 2013, sejalan dengan rencana pemerintah untuk melakukan konsolidasi fiskal secara

bertahap, kontribusi APBN terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diprakirakan berada dalam

kisaran 6,1%-6,5%, dan pada tahun 2013 diprakirakan meningkat mencapai

kisaran 6,3%- 6,7%. Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 tersebut lebih rendah

dari prakiraan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,3% - 6,7%. Prospek pertumbuhan

Page 14: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

ekonomi pada tahun 2012 ditopang oleh permintaan domestik baik dari sisi konsumsi

maupun investasi. Sementara dari sisi eksternal, kontribusi net ekspor diperkirakan

menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya

harga komoditas ekspor di tengah berlanjutnya pertumbuhan impor untuk mendukung

aktivitas perekonomian domestik. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti

industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia yang diikuti

oleh peningkatan permintaan eksternal, kinerja perekonomian diperkirakan akan lebih

baik dibandingkan tahun 2012 yang terutama disumbangkan oleh peningkatan kontribusi

net ekspor di tengah meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. Dari sisi lapangan

usaha, sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta

sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih menjadi penunjang utama

kinerja perekonomian nasional.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga di tahun 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran

4,7% - 5,1%. Perkembangan berbagai indikator mengindikasikan tren perkembangan

konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil. Hasil survei konsumen Bank Indonesia Juni

2012 menunjukkan tingkat keyakinan konsumen masih dalam level optimis (Grafik 2.1).

Optimisme konsumen terutama didukung oleh membaiknya indeks penghasilan dan

lapangan kerja baik untuk saat ini maupun di masa mendatang. Penjualan eceran pada

Mei 2012 masih kuat dan diperkirakan akan meningkat pada akhir triwulan II dan awal

triwulan III sehubungan dengan musim liburan dan bulan suci Ramadhan (Grafik 2.2).

Penjualan mobil mencatat pertumbuhan yang tinggi pada Mei 2012, melanjutkan tren

peningkatan yang dimulai sejak Desember 2011. Relatif terkendalinya tingkat inflasi sampai

dengan triwulan II serta ekspektasi inflasi yang membaik juga menjaga kestabilan daya beli

masyarakat. Selain itu, berlanjutnya tren penurunan suku bunga simpanan dan kredit juga

mendukung kinerja konsumsi rumah tangga di tahun 2012. Perlambatan ekspor yang terjadi

K o m p o n e n

Tabel 2.1

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 4,9 4,9 4,7 - 5,1 4,8 - 5,2

Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 6,9 7,6 6,9 - 7,3 6,0 - 6,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 9,9 9,0 9,2 9,2 - 9,6 9,9 - 10,3

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,8 5,3 7,1 6,9 - 7,3 9,2 - 9,6

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,2 7,3 8,2 8,0 - 8,4 9,6 - 10,0

PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7

I II* III*2011 2012*

20122013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 15: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

di paruh pertama tahun 2012 diperkirakan berdampak minimal pada

tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh

relatif kecilnya porsi pendapatan rumah tangga yang terkait dengan

kegiatan ekspor dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga

yang berasal dari sumber lain.

Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh

sebesar 6,9% - 7,3%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan

kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan

rasio defisit anggaran terhadap PDB menjadi sekitar -2,3%. Beberapa

hal yang menyebabkan meningkatnya defisit adalah perubahan

harga minyak, produksi minyak mentah domestik, pergerakan nilai

tukar dan kondisi makroekonomi lainnya. Berdasarkan hal tersebut,

kontribusi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan

meningkat dari tahun sebelumnya.

Investasi di tahun 2012 diprakirakan tumbuh 9,2% - 9,6%.

Dengan tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang

stabil serta ekspektasi membaiknya kinerja ekspor ke depan, investasi

diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Beberapa indikator yang mendukung stabilnya pertumbuhan

investasi adalah masih kuatnya penjualan semen dan impor bahan

bangunan, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang lebih

tinggi dibandingkan tahun lalu, berlanjutnya tren penurunan suku

bunga, serta membaiknya iklim usaha di Indonesia sebagaimana

yang ditunjukkan oleh kenaikan peringkat keyakinan FDI1 serta

membaiknya kinerja logistik.2 Selain indikator-indikator tersebut,

hasil survei SKDU Bank Indonesia triwulan I 2012 menunjukkan

adanya peningkatan realisasi dan rencana investasi (Grafik 2.3).

Pertumbuhan ekspor di tahun 2012 diprakirakan melambat.

Hal itu disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan perekonomian

global yang diikuti dengan penurunan harga komoditas. Walaupun

pangsa ekspor Indonesia ke kawasan Eropa relatif kecil, namun

kinerja ekspor Indonesia mulai terkena dampak tidak langsung

dari melambatnya perekonomian negara-negara Asia seperti China

dan India yang mulai terpapar oleh dampak krisis tersebut. Dengan

kondisi tersebut, ekspor di tahun 2012 diperkirakan berada dalam

kisaran 6,9% - 7,3%.

Pertumbuhan impor di tahun 2012 diperkirakan masih relatif

tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi domestik yang

masih kuat. Pertumbuhan impor diperkirakan menurun

sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor yang menurun. Namun,

dengan aktivitas perekonomian domestik yang masih kuat, impor 1 Hasil survei AT Kearney 2 Hasil survei Bank Dunia

Grafik 2.1

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 2.2

Pertumbuhan Penjualan Mobil, Motor dan Penjualan Eceran

Grafik 2.3

Nilai Investasi (SKDU)

�����

�������

��

��������������������

����������������

�������������������������

���

��������������������������������������

���

���

���

���

��

��

��

�� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �

���� ���� ���� ����

������������������������������ ������������������������������������ �������������������������������

���������������������

���������������������������� ����������������

������������

���������������

��

���������

��

��

��

����

���� ���� ����

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �

����������������������

�����

�����

����������

����� �����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����� ������ ����� ������ ����� ������ ������

���������������

���� ���� ���� ����

Page 16: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi. Dengan kondisi tersebut,

impor diprakirakan akan mencapai 8,0% - 8,4% di tahun 2012,

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tahun 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh

6,3% - 6,7%. Kinerja ekspor diprakirakan akan membaik sejalan

dengan mulai pulihnya perekonomian global dan harga komoditas

internasional. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tetap

berada dalam tren meningkat, diiringi dengan investasi yang lebih

tinggi sebagai respons dari peningkatan permintaan baik dari sisi

eksternal maupun domestik. Sejalan dengan rencana pemerintah

untuk mencapai surplus anggaran pada tahun 2015, pertumbuhan

konsumsi pemerintah riil diprakirakan lebih rendah dari tahun

2012.

Prospek Penawaran Agregat

Prospek perekonomian Indonesia tahun 2012 dari sisi sektoral diprakirakan masih

cukup baik, meski dibayangi oleh melemahnya perekonomian dunia. Permintaan

domestik yang masih tinggi mampu mengimbangi perlambatan sektor-sektor yang terjadi

akibat penurunan permintaan eksternal. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan

didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta

sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diprakirakan masih akan tumbuh

tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor

industri pengolahan diprakirakan tumbuh di kisaran 5,6% - 6,0% (Tabel 2.3). Investasi

yang masih mengalir ke sektor-sektor industri, baik dalam bentuk Pananaman Modal

Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendorong kinerja sektor

Grafik 2.4

Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan

S e k t o r

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,0 3,9 3,6 3,0 3,1 - 3,5 2,9 - 3,3

Pertambangan & Penggalian 1,4 2,9 2,7 2,8 2,5 - 2,9 2,3 - 2,7

Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,5 6,0 5,6 - 6,0 5,9 - 6,3

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 6,1 5,9 6,0 5,8 - 6,2 5,4 - 5,8

Bangunan 6,7 7,3 7,5 7,6 7,3 - 7,7 7,4 - 7,8

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,5 8,4 8,7 8,4 - 8,8 8,9 - 9,3

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,3 10,5 10,2 - 10,6 10,0 - 10,4

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 6,3 6,1 6,0 - 6,4 6,2 - 6,6

Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5 - 5,9 5,9 - 6,3

PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7

I II* III*2011 2012*

20122013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

��

��

��

��

��

��� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

Page 17: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

industri pengolahan. Hingga triwulan I 2012 investasi manufaktur

nasional mencapai Rp 28,91 triliun. Investasi tersebut terdiri dari

realisasi PMDN mencapai Rp 8,12 triliun dari 210 proyek dan realisasi

investasi PMA mencapai 2,31 miliar dolar AS dari 570 proyek.

Selain itu, fundamental ekonomi yang tetap solid serta iklim usaha

yang lebih kondusif semakin memperkuat kinerja sektor industri

pengolahan (Grafik 2.5).

Kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh solidnya

pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin).

Dengan daya beli masyarakat yang cukup kuat dan jumlah

penduduk yang besar menjadikan Indonesia pasar yang sangat

potensial. Kondisi ini sangat kondusif bagi perkembangan industri

mamin. Selain itu masih maraknya usaha waralaba berbentuk 24

hours convenience store di Indonesia menambah jumlah outlet

pemasaran produk-produk industri mamin. Untuk memenuhi

peningkatan konsumsi menjelang bulan puasa dan hari raya Lebaran, industri mamin

akan meningkatkan produksinya sekitar 20%-30%. Adanya dukungan dari penambahan

investasi, pertumbuhan penduduk yang masih positif serta integrasi ASEAN, dalam lima

tahun ke depan industri mamin dan tembakau diharapkan dapat mencatat pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nasional.

Selain industri mamin, industri otomotif dan semen juga menjadi faktor pendukung

kinerja industri pengolahan. Geliat perkembangan industri otomotif terlihat dari

tingginya permintaan mobil baru di pasar domestik yang mengakibatkan panjangnya antrian

mobil baru (indent) yang akan dikirim ke konsumen. Dengan perkembangan tersebut

tidak mengherankan jika beberapa merk otomotif ingin menjadikan Indonesia sebagai

basis dari produksinya. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan ke dealer

(wholesale) pada Januari-Mein 2012 mencapai 433.558 unit. Sementara itu, penjualan

mobil dari dealer ke konsumen (retail sales) mencapai 427.934 unit. Dengan demikian

stok indikatif mobil yang belum tersalurkan (existing stock) hanya sebesar 5.624 unit.

Selain itu, upaya pemerintah untuk menyukseskan program Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan mendorong meningkatnya

pembangunan infrastruktur. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan sektor

bangunan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Momentum ini akan menjadi dorongan

bagi pengusaha industri semen untuk meningkatkan kapasitas produksinya guna

mengantisipasi peningkatan permintaan semen ke depan.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih mampu

tumbuh tinggi pada tahun 2012, meski melambat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Sektor PHR diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,4% - 8,8% (Grafik 2.6).

Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga dan impor.

Melemahnya ekonomi kawasan Eropa dan AS akibat krisis berdampak pada penurunan

ekspor yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan impor. Namun, impor barang

Grafik 2.5

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

������

���

���

���

���

���

���

���

���

����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����

Page 18: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh pada level yang tinggi

akibat masih tingginya permintaan domestik. Kondisi ini menjadi

faktor pendukung perkembangan aktivitas subsektor perdagangan.

Produk impor yang banyak membanjiri pasar domestik antara

lain produk makanan dan minuman olahan serta barang-barang

elektronik (durable consumption goods).

Sementara itu, subsektor hotel dan restoran menunjukkan

pertumbuhan yang relatif stabil. Pemerintah optimis bahwa

target kedatangan delapan juta wisatawan mancanegara (wisman)

ke Indonesia pada tahun 2012 dapat tercapai. Pertumbuhan jumlah

kedatangan wisman ke Indonesia pada empat bulan pertama tahun

2012 naik 8,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun 2011. Angka tersebut dua kali lipat dibandingkan dengan

pertumbuhan pariwisata global, di tengah krisis perekonomian yang

masih melanda negara-negara belahan barat dunia. Optimisme di

bidang pariwisata inilah yang mendorong bertumbuhnya subsektor

hotel dan restoran.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012

diprakirakan masih dapat tumbuh pada level yang

tinggi meskipun melambat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Perlambatan yang terjadi lebih disebabkan oleh

tren perlambatan pertumbuhan subsektor komunikasi, sementara

subsektor pengangkutan masih cenderung mengalami tren

pertumbuhan yang meningkat (Grafik 2.7).

Pertumbuhan pengangkutan udara yang masih tinggi

mendorong pertumbuhan subsektor pengangkutan. Kondisi

geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi keuntungan

tersendiri bagi industri angkutan udara. Kondisi tersebut membuka

peluang bagi berkembanganya industri penerbangan, dengan didorong oleh ekspansi

ekonomi, peningkatan pendapatan, serta peningkatan industri perdagangan dan

pariwisata. Pertumbuhan penumpang pesawat udara diprakirakan dapat mencapai 15%-

20% per tahun untuk beberapa tahun ke depan. Hal tersebut direspons oleh para pelaku

usaha maskapai penerbangan dengan menambah jumlah armada, rute penerbangan, dan

frekuensi penerbangan. Akivitas angkutan udara yang tinggi terindikasi pada impor pesawat

udara beserta komponennya yang meningkat tinggi mencapai 119,4% (yoy) pada Mei

2012. Selain itu, beberapa maskapai penerbangan juga berencana untuk mengekspansi

bisnis berupa penerbangan jarak dekat untuk memenuhi permintaan penerbangan di

wilayah pedalaman. Selain peningkatan penumpang, aktivitas kargo juga bertambah.

Peningkatan kargo tidak hanya terjadi pada angkutan udara, tetapi juga angkutan laut

dan darat.

Pertumbuhan subsektor komunikasi diprakirakan masih tetap tinggi, meskipun

melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun 2011

Grafik 2.6

Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor

Grafik 2.7

Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi

����

����

������

����

����

����

����

����

���

���

����

��������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ����

������������

����

����

������

����

����

���

���

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ����������

�������

Page 19: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

lalu, jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai 240 juta pelanggan dengan

kontribusi terbesar masih diberikan oleh pelanggan prabayar yang jumlahnya mencapai

95%. Industri telekomunikasi telah memasuki masa saturasi atau titik jenuh. Kondisi

tersebut tercermin dari tingkat penetrasi pengguna telepon seluler yang sudah mendekati

100% dan menurunnya pendapatan dari layanan suara dan pesan singkat (Short Message

Service – SMS).

Dengan jumlah pelanggan yang telah melebihi jumlah penduduk Indonesia,

layanan data dan mobile broadband akan menjadi bisnis utama bagi industri

telekomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan

data konsumen. Pelanggan broadband berkembang dengan pesat mencapai 70 juta

pelanggan pada tahun 2011 dengan pertumbuhan lebih dari 100% dibandingkan dengan

tahun 2010. Peningkatan pendapatan dari layanan data didukung juga oleh perkembangan

infrastruktur yakni peningkatan jumlah Base Transceiver Station (BTS), dari 97 ribu BTS

sekitar 22 ribu di antaranya merupakan BTS node B (3G). Operator seluler juga terus

mengembangkan berbagai inovasi layanan terkait data dan layanan nilai tambah (Value

Added Services - VAS). Hingga beberapa tahun ke depan pertumbuhan kebutuhan

masyarakat akan layanan data akan tetap tinggi. Kondisi itu mungkin terjadi mengingat

penetrasi pasar internet di Indonesia relatif masih rendah dibandingkan dengan negara-

negara lain.

Pertumbuhan ekonomi sektoral pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik

dibandingkan dengan tahun 2012. Perbaikan tersebut didukung oleh stabilitas

makroekonomi yang terjaga dan kondisi ekonomi global yang diprakirakan membaik.

Investasi yang diprakirakan akan tetap tinggi, termasuk pembangunan proyek infrastruktur

akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Sejalan dengan membaiknya kondisi

perekonomian global, ekspor berpotensi tumbuh membaik. Selain itu, dengan konsumsi

domestik yang diprakirakan masih tinggi akan mendorong aktivitas di berbagai sektor

perekonomian. Sumber pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih tetap berasal dari

sektor industri pengolahan, PHR, serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor bangunan

juga diprakirakan akan tumbuh baik seiring dengan maraknya proyek pembangunan

infrastruktur dalam rangka menyukseskan program MP3EI.

PROSPEK INFLASI

Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% + 1%. Perkiraan inflasi

tahun 2012 tersebut didukung baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi

eksternal, tekanan inflasi diperkirakan relatif rendah sejalan dengan kecenderungan harga

global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya ketidakpastian pemulihan ekonomi

Eropa di tengah kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik, tekanan

inflasi diperkirakan tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat

merespons peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya

kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah.

Page 20: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terkendali. Hal itu

didukung oleh perkembangan inflasi inti hingga triwulan II yang

masih cenderung menurun. Selain dampak penurunan harga

komoditas global, relatif stabilnya permintaan domestik dan

membaiknya ekspektasi inflasi turut membantu mengendalikan

tekanan inflasi.

Terjaganya inflasi inti dikonfirmasi berbagai indikator penuntun

inflasi seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) industri

pengolahan, IHPB impor dan berbagai indikator sisi permintaan.

IHPB impor mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek belum

ada tekanan inflasi signifikan dari harga barang impor dengan

adanya tren harga global yang menurun, meskipun pada saat

bersamaan nilai tukar cenderung mengalami tekanan depresiasi.

Sementara, IHPB industri pengolahan mengindikasikan tekanan

harga barang manufaktur juga relatif stabil.

Dari sisi eksternal, sampai dengan akhir tahun diperkirakan harga

komoditas global baik pangan maupun non pangan masih dalam

kecenderungan menurun. Penurunan tersebut seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat. Selain

itu, produksi komoditas pangan diperkirakan meningkat didukung

oleh iklim yang kondusif.

Sementara dari sisi domestik, permintaan yang masih kuat

diperkirakan dapat direspons dengan memadai oleh sisi pasokan.

Indikator permintaan yang tercermin dari pertumbuhan penjualan

eceran terlihat masih relatif stabil, begitu pula dengan kapasitas

utilisasi yang masih cenderung stabil. Selain itu, pertumbuhan kredit

konsumsi juga relatif stabil.

Secara umum, perkembangan inflasi volatile food pada

periode ke depan diperkirakan cukup terkendali. Hal tersebut

antara lain didukung oleh indikasi perbaikan produksi beras dalam

negeri. Setelah pada tahun 2011 produksi beras terkontraksi sekitar

-1,03%, pada tahun 2012 produksi diperkirakan membaik, yaitu

tumbuh sekitar 4,3% (ARAM I, Juli 2012). Sampai dengan awal Juli

2012, pengadaan beras dalam negeri telah mencapai hampir 2,4

juta ton, jauh lebih tinggi dari pengadaan sepanjang tahun 2011

yang hanya mencapai 1,5 juta ton.

Pengaturan impor hortikultura dari aspek keamanan pangan

dan titik masuk yang mulai berlaku pertengahan Juni berpotensi

memberikan dampak inflasi mengingat kebijakan tersebut dapat

membatasi pasokan dan menaikkan harga akibat meningkatnya

porsi biaya transportasi. Namun, dampak kenaikan inflasi yang

Grafik 2.8

Kapasitas Utilisasi

Grafik 2.9

Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast)

Grafik 2.10

Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Volatile Food

������

����

����

����

����

���������

����

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � ������ ����

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������������������� �����������������������

����

����

����

����

����

����� � � � � � � � � �� �� �� � � �

��������

��������

��������

��������

��������

���� �������� ����

���� ��������

���� ���� ����

������

����

��������

����

����

����

� � �

Page 21: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

ditimbulkan diperkirakan minimal. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, wilayah yang

berpotensi mengalami kenaikan harga akibat peraturan terkait impor hortikultura tersebut

adalah pulau Jawa mengingat porsi komoditas impornya yang cukup besar dan permintaan

yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.

Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah diperkirakan moderat.

Di tahun 2012 sumbangan inflasi kelompok ini diperkirakan hanya berasal dari komoditas

non-strategis, seperti kenaikan harga rokok, dan tarif tol. Selain itu, sumbangan inflasi

diperkirakan juga berasal dari kenaikan tarif transportasi pada hari raya (toeslag).

Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 diperkirakan relatif rendah.

Dengan perkembangan harga minyak dunia terkini, potensi terlampauinya harga ICP dalam

APBNP 2012 (105 dolar AS/barel) sebesar 15% selama 6 bulan terakhir (diatas 120,75 dolar

AS/barel) sangat kecil. Realisasi ICP Januari hingga Juni baru mencapai 117,80 dolar AS/

barel. Kebijakan penyesuaian harga gas industri berpotensi memberikan dampak lanjutan

melalui kenaikan harga barang hasil industri pengolahan, terutama industri keramik, kaca

dan makanan minuman. Harga gas industri direncanakan akan disesuaikan sebesar 35%

pada awal September 2012 dan 15% pada April tahun mendatang.

Potensi tekanan harga dari komoditas non strategis juga rendah. Terdapat potensi tekanan

inflasi dari kenaikan tarif parkir, rencana kenaikan tarif di 6 ruas tol sepanjang tahun

2012, serta rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line sebesar Rp2.000,- di wilayah

Jabodetabek. Namun, mengingat bobot dari masing-masing barang tersebut relatif kecil,

dampak dari kenaikan harga barang-barang tersebut diperkirakan minimal.

Inflasi pada tahun 2013 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran inflasi 4,5%

+ 1%. Sejalan dengan perkiraan mulai pulihnya perekonomian dunia di tahun 2013

serta terus meningkatnya kinerja perekonomian domestik, inflasi diperkirakan lebih

tinggi dari tahun 2012 namun masih terkendali dan berada dalam rentang target inflasi.

Meningkatnya kinerja perekonomian dan perdagangan internasional pada gilirannya

akan meningkatkan harga komoditas internasional yang dapat ditransmisikan ke harga

domestik. Perekonomian domestik yang terus meningkat, khususnya dari sisi permintaan

juga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi, namun tekanan tersebut dapat

diminimalkan apabila respons dari sisi penawaran memadai untuk memenuhi permintaan

yang meningkat. Inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang rendah

apabila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis.

Sementara inflasi volatile foods diperkirakan masih berada pada level rata-rata historis

apabila tidak ada gangguan terkait produksi dan distribusi.

FAKTOR RISIKO

Prospek perekonomian tahun 2012 dan 2013 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko

baik dari sisi eksternal maupun domestik. Faktor yang dapat membawa kinerja PDB pada

kisaran bawah adalah lebih rendahnya pertumbuhan PDB dunia dan volume perdagangan

dunia. Lebih lemahnya perekonomian dunia akan mengurangi permintaan barang-barang

Page 22: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

ekspor Indonesia sehingga dapat menurunkan kontribusi ekspor

terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga komoditas yang

masih rendah dapat mengurangi insentif untuk melakukan ekspor

akibat menurunnya margin eksportir.

Sementara dari sisi inflasi, beberapa faktor risiko yang dapat

meningkatkan inflasi adalah adanya pemberlakukan pengaturan

tata niaga impor bahan makanan, kenaikan harga gas industri

sebesar 35% yang direncanakan mulai berlaku 1 September 2012

dan sebesar 15% pada April tahun depan sehingga diperkirakan

berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri

pengolahan, meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi

global yang berpotensi memicu tekanan nilai tukar rupiah lebih

lanjut, potensi terlampauinya kuota konsumsi BBM bersubsidi

pada APBN-P 2012 sehingga dapat menyebabkan terbatasnya

ketersediaan BBM bersubsidi di berbagai daerah.

Grafik 2.11

Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2012-2013

������� ������� ��������������

������

Page 23: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

Perlambatan ekonomi dunia diprakirakan masih berlanjut pada triwulan II

2012. Ketidakpastian krisis utang di kawasan Eropa, menurunnya proyeksi

volume perdagangan dunia, dan sentimen perlambatan ekonomi AS dan China

memberikan tekanan pada melemahnya perekonomian global. Kondisi yang

hampir sama juga terjadi di Asia, dimana perekonomian Asia juga mengalami

perlambatan akibat menurunnya kinerja eksternal sehingga berdampak pada

sektor industri. Sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia, tekanan

inflasi global masih berada dalam tren yang menurun. Respons kebijakan

di negara maju secara umum masih akomodatif guna mendukung kegiatan

perekonomian. Hal yang sama juga terjadi pada respons kebijakan negara

berkembang meski ruang pelonggaran kebijakan semakin terbatas.

Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan masih mencatat

pertumbuhan yang tinggi di tengah melambatnya perekonomian global.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan tumbuh tinggi disertai

dengan kinerja investasi yang meningkat. Melambatnya perekonomian dunia

mengakibatkan menurunnya permintaan eksternal sehingga kinerja ekspor

akan mengalami koreksi yang cukup dalam pada triwulan laporan. Sementara

di tengah melemahnya ekspor, impor juga diprakirakan akan melambat meski

masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik.

Selama triwulan II 2012 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang dipicu baik

dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi eksternal meningkatnya risiko

global terutama terkait dengan meningkatnya ketidakpastian penyelesaian

masalah Eropa. Dari sisi domestik pelemahan rupiah antara lain disebabkan

oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor korporasi

yang masih meningkat.

Di sisi harga, pergerakan inflasi IHK relatif masih terkendali. Kondisi tersebut

didukung oleh inflasi inti dan administered prices yang relatif stabil. Inflasi IHK

yang terjadi disebabkan oleh inflasi kelompok volatile food, terutama terkait

dengan harga aneka bumbu.

Di pasar uang, perkembangan suku bunga PUAB menunjukkan peningkatan,

seiring dengan meningkatnya volume transaksi di pasar PUAB. Sementara itu

suku bunga perbankan masih menunjukkan tren yang menurun baik suku bunga

deposito maupun suku bunga kredit. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian

pemulihan ekonomi global, terutama terkait dengan permasalahan di Eropa

telah berdampak pada pasar keuangan domestik. Tekanan yang meningkat di

Page 24: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

pasar keuangan telah mendorong peningkatan imbal hasil SBN dan penyesuaian

portofolio investor asing di pasar saham domestik.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian dunia masih menunjukkan perlambatan sejalan dengan

penurunan prakiraan pertumbuhan ekonomi negara emerging markets Asia dan

negara kawasan Eropa. Proyeksi volume perdagangan dunia tahun 2012 diturunkan

menjadi 4,3% (yoy) dari 5,2% (yoy) terkait memburuknya ekonomi Eropa sementara

pangsa Eropa cukup besar dalam perdagangan dunia. Selain itu, memburuknya

ekonomi Eropa disertai dengan krisis politik di Yunani dan sentimen perlambatan

ekonomi AS dan China berdampak pada melemahnya pasar keuangan global. Harga

komoditas internasional menurun drastis akibat dampak bergejolaknya pasar keuangan

dan meningkatnya kekhawatiran akan prospek ekonomi dunia ke depan. Respons

kebijakan moneter di negara maju dan emerging markets masih akomodatif yang

ditandai dengan diperpanjangnya operation twist oleh The

Fed, dipangkasnya suku bunga Reserve Bank of Australia, China,

India, ECB, dan Brasil, serta pelonggaran likuiditas di beberapa

negara.

Laju pertumbuhan ekonomi AS menjelang akhir triwulan

II 2012 menunjukkan perlambatan. Indikasi perlambatan

ekonomi tersebut tercermin dari sektor industri yang mengalami

penurunan aktivitas. Hal tersebut terlihat dari penurunan

pertumbuhan indeks produksi menjadi 4,67% (yoy) pada Mei

2012, setelah tumbuh 5,12% (yoy) pada bulan sebelumnya. Selain

itu, Purchasing Manager Index (PMI) Mei 2012 juga menurun

ke level 53,5 dari 54,8 pada bulan sebelumnya (Grafik 3.1).

Tingkat pengangguran AS tahun 2012 diprakirakan meningkat

menjadi 8,0% - 8,2% dari sebelumnya 7,8% - 8,0% (Grafik

3.2). Dari sisi konsumsi, bergejolaknya pasar keuangan disertai

dengan meningkatnya angka pengangguran memicu pelemahan

keyakinan konsumen yang terekam dalam survei Universitas

Michigan yang turun dari level 79,3 ke level 74,1 pada Juni

2012. Berdasarkan perkembangan tersebut, Consensus Forecast

edisi Juni 2012 memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh

sebesar 2,2% (yoy) pada triwulan II 2012 dan 1,9% (yoy) untuk

keseluruhan tahun 2012.

Perekonomian Eropa masih melemah seiring dengan

implementasi kebijakan penghematan fiskal. Kebijakan

penghematan fiskal yang diterapkan oleh beberapa negara

kawasan Eropa berdampak pada tertekannya aktivitas ekonomi

khususnya di pasar tenaga kerja. Aktivitas industri yang melambat

Grafik 3.1

Survei PMI Manufaktur AS

Grafik 3.2

Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS

��

������

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

�������������

�������������� ��������

������������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

�����������������

������������

��

���

���� ���

������� ���

������� ���

������� ���

�������

����

������������������������������������������������������������������

�����������

���

���

���

���

����

����

����

����

������

���

Page 25: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

serta krisis likuiditas perbankan Eropa turut menyumbang

pemburukan pasar tenaga kerja seperti terlihat dari meningkatnya

pengangguran mencapai 11,1% pada Mei 2012 atau tertinggi

sepanjang sejarah. Tingkat pengangguran yang tinggi berdampak

pada melemahnya konsumsi yang tercermin pada keyakinan

konsumen yang menurun dan penjualan eceran yang bergerak

dalam teritori negatif. Sementara itu, sektor industri Eropa masih

tertekan yang ditunjukkan oleh indeks PMI Manufaktur Juni 2012

yang berada pada level 45,1 (indeks di bawah 50 menunjukkan

kontraksi) (Grafik 3.3).

Perekonomian Asia mengalami perlambatan disumbang

oleh menurunnya kinerja ekspor dan berdampak pada

sektor industri. Hampir sebagian besar kinerja industri di

Asia mengalami perlambatan sebagaimana tercermin dari PMI

manufaktur yang memasuki fase kontraksi. Namun, konsumsi

rumah tangga di Asia masih resilien tercermin dari indikator

keyakinan konsumen dan penjualan eceran yang masih stabil

dan berada di teritori positif.

Ekonomi China berada dalam tren perlambatan meski sedikit

tertahan pada akhir triwulan II 2012. Perlambatan tersebut

antara lain disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor industri

di China. Laju sektor industri China mengalami perlambatan

akibat penurunan permintaan eksternal. Hal tersebut terlihat

dari PMI Manufaktur China Juni 2012 yang menurun ke level

50,2 dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Investasi sebagai sumber

pertumbuhan ekonomi China juga berada dalam tren yang

menurun sebagaimana ditunjukkan oleh Fixed Asset Investment

(FAI) Mei 2012 yang tumbuh 20,1% (ytd), menurun dari bulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,2% (ytd). Penjualan eceran

juga berada dalam tren melambat yakni tumbuh sebesar 13,8%

(yoy), menurun dari April 2012 yang sebesar 14,1% (yoy). Namun, laju perlambatan

ekonomi China terindikasi sedikit tertahan pada akhir triwulan II 2012. Hal tersebut

terlihat dari keyakinan konsumen yang menguat ke level 104,2 pada Mei 2012. Kinerja

eksternal China juga mengonfirmasi terjadi perbaikan sebagaimana ekspor China yang

tumbuh 15,3% (yoy) pada Mei 2012 setelah hanya mampu tumbuh sebesar 4,9% (yoy)

pada bulan sebelumnya (Grafik 3.4).

Harga komoditas internasional selama triwulan laporan menurun drastis.

Penurunan tersebut terindikasi dari Indeks Harga Komoditas IMF Mei 2012 yang

terkontraksi sebesar 6,2% (mtm) atau terkontraksi1,3% (yoy). Turunnya permintaan

global disertai gejolak di pasar keuangan memicu penurunan harga komoditas. Indeks

harga komoditas migas menurun sebesar 7,5% (mtm), sementara harga komoditas

Grafik 3.4

Kinerja Eksternal China

Grafik 3.3

Indeks Produksi dan Penjualan Eceran Eropa

���

���

���

���

���

��

��

��

��

������������

������

���������������� �����������������

��������������

��������

������

������

������������ ������

���������������� ������

���������������� ������

�������������

����

���������������

����������������������

������� ���������������

������� ������

����

����

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������������������ ������������������ �����������������

���������������������

�����������������

������������

Page 26: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

nonmigas turun sebesar 3,4% (mtm). Penurunan indeks harga komoditas nonmigas

dipicu oleh komoditas metal yang turun cukup dalam sebesar 5,0% (mtm) sejalan dengan

melambatnya ekspansi industri global. Harga minyak menurun cukup signifikan terutama

pada Mei dan Juni 2012 akibat pasokan yang berlimpah dan masih berlangsungnya

gejolak di pasar keuangan. Rata-rata harga minyak WTI sepanjang triwulan II 2012

mencapai 86,4 dolar AS per barel dari 93,4 dolar AS per barel pada triwulan sebelumnya.

Sementara itu, harga minyak Minas juga mengalami penurunan menjadi 117,0 dolar

AS per barel dari 122,7 dolar per barel pada triwulan sebelumnya.

Tekanan inflasi global diprakirakan masih berada dalam tren yang menurun

sejalan dengan aktivitas ekonomi yang melambat. Tekanan inflasi global (komposit)

Juni 2012 melambat menjadi 3,1% (yoy) setelah tumbuh sebesar 3,6% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012

berdasarkan Consensus Forecast Juni 2012 diprakirakan mencapai 3,3% (yoy); yaitu

inflasi IHK di negara maju dan berkembang masing-masing diprakirakan mencapai

4,9% (yoy) dan 2,0% (yoy).

Respons kebijakan moneter negara maju masih tetap akomodatif disertai

dengan berbagai kebijakan lainnya untuk mendukung kegiatan perekonomian.

Kebijakan bank sentral di hampir sebagian besar negara maju masih akomodatif

dengan mempertahankan suku bunga yang rendah seperti AS, Jepang, dan Inggris.

Bank sentral Australia (RBA) memotong suku bunganya ke level 3,50%, dan ECB

menerapkan kebijakan suku bunga nol persen guna menopang perekonomian. ECB

juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan (refinance rate) sebesar

25bps ke level 0,75% dan menetapkan deposit rate ke level 0,0%. Bank sentral Inggris

(BoE) menambah Asset Purchase Program (APP) atau pembelian surat-surat berharga

sebesar 50 miliar poundsterling sehingga menjadikan total keseluruhan APP sebesar

375 miliar poundsterling. Federal Reserve (The Fed) melanjutkan maturity extension

program (operation twist) sebesar 267 miliar dolar AS sampai dengan akhir tahun

2012 dengan menjual Surat-surat Berharga (SSB) yang memiliki remaining maturities

3 tahun ke bawah dan membeli SSB dengan tenor 6 sampai dengan 30 tahun.

Bank sentral negara berkembang juga melakukan pelonggaran kebijakan

moneter meski semakin terbatas. Beberapa bank sentral di emerging markets

seperti Brasil, China, dan India memotong suku bunganya demi menahan penurunan

aktivitas ekonomi lebih lanjut. Bank sentral China menurunkan Reserve Requirement

Ratio (RRR) sebesar 50bps ke level 20% (bank besar) dan 16,5% (bank menengah dan

kecil) demi mendorong ekspansi kredit perbankan. Sementara, bank sentral Vietnam

memotong refinance rate 100bps ke level 12,0% seiring dengan laju tekanan inflasi

yang mulai moderat. Namun, beberapa bank sentral di Asia terpantau masih belum

menentukan sikap (wait and see) dengan mempertahankan suku bunganya seiring

dengan masih bergejolaknya pasar keuangan global selama triwulan II 2012.

Page 27: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh sebesar 6,3%

(yoy). Penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari

konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung

oleh menguatnya keyakinan konsumen dan masih baiknya penjualan eceran. Sejalan

dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil, investasi diprakirakan masih kuat.

Ekspor terindikasi menurun cukup dalam pada triwulan II 2012 sejalan dengan volume

perdagangan dunia dan ekspor ke negara tujuan utama yang menurun. Perkembangan

tersebut direspons oleh impor yang juga tumbuh melambat pada triwulan laporan.

Namun, masih kuatnya permintaan domestik di tengah perlambatan ekonomi dunia

berimplikasi pada lebih tingginya pertumbuhan impor dibandingkan dengan ekspor.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2012 diprakirakan stabil

didukung oleh menguatnya keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen

Bank Indonesia (IKK BI) pada Juni 2012 menguat didukung oleh kenaikan indeks pada

komponen ekspektasi konsumen (Grafik 3.5). Kenaikan indeks ekspektasi ketersediaan

lapangan usaha dan indeks ekspektasi kegiatan usaha sejalan dengan peningkatan

proyek pemerintah dan swasta. Hal tersebut mendorong peningkatan ekspektasi akan

kondisi ekonomi ke depan. Hasil Indeks Tendensi Konsumen BPS (ITK BPS) pada triwulan

II 2012 juga diprakirakan stabil pada level yang optimis.

Indikator dini konsumsi rumah tangga seperti indeks penjualan eceran riil masih tumbuh

kuat meskipun melambat (Grafik 3.6). Masih tingginya pertumbuhan subkelompok

perlengkapan rumah tangga dan kenaikan penjualan suku cadang kendaraan bermotor

mendukung indeks penjualan eceran tetap kuat di tengah menurunnya penjualan

kelompok makanan. Penjualan barang perlengkapan rumah tangga yang tinggi sejalan

dengan tingginya indeks konsumsi barang tahan lama. Penjualan eceran riil berpotensi

mengalami peningkatan pada akhir triwulan II dan awal triwulan III 2012 seiring dengan

adanya musim liburan sekolah dan hari raya keagamaan. Penjualan mobil masih

tercatat pada level yang tinggi meskipun melambat pada Juni 2012. Masih tingginya

aktivitas penjualan mobil didukung oleh lancarnya pasokan mobil dan banyaknya

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 4,9 4,9

Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 6,9 7,6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 9,9 9,0 9,2

Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,8 5,3 7,1

Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,2 7,3 8,2

PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,2 6,3

I III II*III III*IV2011

2011 2012

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Page 28: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Grafik 3.5

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

Grafik 3.6

Indeks Penjualan Eceran

peluncuran mobil baru. Dari sisi pembiayaan, pengaturan uang

muka kredit kendaraan bermotor belum terlihat memengaruhi

kinerja penjualan mobil. Namun sebaliknya, penjualan sepeda

motor masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif hingga

Mei 2012.

Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto / PMTB) pada

triwulan II 2012 diprakirakan masih tumbuh kuat dan

stabil. Sinyalemen kuatnya investasi didukung oleh optimisme

pelaku usaha seiring dengan iklim usaha yang kondusif. Survei

Keyakinan Dunia Usaha Bank Indonesia (SKDU BI) memprakirakan

kegiatan bisnis pada triwulan laporan masih baik. Nilai investasi

pada semester I 2012 diprakirakan meningkat dengan didominasi

oleh investasi baru (Grafik 3.7). Optimisme pelaku usaha menurut

Indeks Tendensi Bisnis BPS (ITB BPS) juga menunjukkan penguatan

pada triwulan II 2012.

Pertumbuhan investasi utamanya ditopang oleh investasi

nonbangunan. Investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh

meningkat merespons tetap tingginya permintaan domestik.

Investasi mesin tumbuh stabil sejalan dengan data impor barang

modal dan konsumsi listrik industri yang masih tinggi. Investasi

alat angkut meningkat sejalan dengan impor mobil penumpang

dan suku cadang yang juga meningkat. Investasi bangunan

diprakirakan masih tumbuh baik sejalan dengan indikator

penjualan semen dan impor bahan bangunan yang masih baik

pada Mei 2012. Selain itu, membaiknya serapan belanja modal

pemerintah turut mendukung tumbuhnya investasi. Dari sisi

pembiayaan, kredit investasi secara riil masih tumbuh pada level

yang tinggi di kisaran 20% didukung oleh menurunnya suku

bunga investasi riil (Grafik 3.8).

Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh meningkat

seiring dengan perbaikan serapan anggaran. Secara total, belanja pemerintah

sampai dengan Mei 2012 sedikit lebih baik daripada periode yang sama tahun

sebelumnya. Perbaikan serapan anggaran utamanya terjadi pada belanja modal yang

telah mencapai 13,5% dari anggaran. Langkah perbaikan terus dilakukan untuk

mengoptimalkan penyerapan anggaran antara lain mempercepat proses pengadaan/

tender dan belanja modal melalui penyederhanaan prosedur tender dan mempercepat

implementasi Undang-undang Pengadaan Tanah.

Kinerja ekspor pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh melambat sejalan

dengan prakiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Melemahnya

pertumbuhan volume perdagangan dunia dan menurunnya serapan ekspor negara

tujuan utama menekan kinerja ekspor. Hal tersebut memicu terkontraksinya ekspor

��

��

��

���

���

���

���

���������

����������������������������������������

� � � � � ������

������

�������

�������������

� � � � � ������

� � � � � ������

� � �����

������������������� ���

����������������� �����

��������������

�������������������������������

���������

��������

��

��

���

���

���� � � � � � � � � �� ����

����� � � � �

����� � � � � � � � �� ����

����� � � � � �

����

Page 29: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

manufaktur terkait dengan penurunan tajam ekspor produk

manufaktur ke negara-negara Eropa, AS, dan Jepang. Di sisi

lain, harga komoditas yang berada dalam tren menurun juga

turut menyumbang lemahnya kinerja ekspor. Namun, potensi

perbaikan serapan ekspor negara tujuan utama ke depan dan

meningkatnya harga komoditas akan mendorong perbaikan

ekspor meskipun masih terbatas.

Kinerja ekspor pada triwulan II 2012 diwarnai dengan

perlambatan ekspor nonmigas terutama akibat penurunan ekspor

manufaktur dan pertanian, sementara ekspor pertambangan

mengalami peningkatan (Grafik 3.9). Melambatnya pertumbuhan

ekspor manufaktur unggulan seperti CPO, barang elektronik,

dan produk kimia menurunkan laju pertumbuhan ekspor. Di sisi

lain, peningkatan ekspor pertambangan didukung oleh tingginya

pertumbuhan komoditas batubara dan nikel. Sementara itu,

kinerja ekspor migas juga berpotensi melambat sejalan dengan

menurunnya produksi pada beberapa blok penghasil minyak.

Kinerja impor diprakirakan tumbuh melambat pada

triwulan II 2012 meski masih tumbuh relatif tinggi sejalan

dengan masih kuatnya permintaan domestik khususnya

investasi. Masih kuatnya permintaan domestik diindikasikan

dari pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi

yang meningkat (Grafik 3.10). Peningkatan tersebut didorong

oleh masih kuatnya aktivitas investasi dan adanya penambahan

pasokan barang konsumsi sebagai persiapan kenaikan

permintaan menjelang bulan Ramadhan. Pertumbuhan impor

komoditas nonmakanan berupa kendaraan penumpang serta

barang tahan lama bergerak meningkat. Namun, di sisi lain, impor

migas mengalami penurunan akibat terjadi peningkatan produksi

minyak pada Mei 2012. Impor gas, terutama dalam bentuk gas

elpiji, juga mengalami penurunan akibat kecukupan stok gas elpiji

yang telah dipenuhi oleh impor pada bulan sebelumnya.

Operasi Keuangan Pemerintah

Kinerja operasi keuangan pemerintah sampai dengan

Juni 2012 relatif membaik dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Perbaikan kinerja terjadi baik dari sisi penerimaan

maupun belanja. Realisasi APBN-P 2012 sampai dengan Juni

2012 mencatat defisit sebesar Rp36,1 triliun atau 0,4% dari PDB.

Angka tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan realisasi

periode yang sama tahun sebelumnya yang masih mencatat

Grafik 3.7

Nilai Investasi (SKDU BI)

Grafik 3.8

Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil

Grafik 3.9

Ekspor Nonmigas

���������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������ �����������

������ �����������

������ �����������

�����������

�����

�����

����������

����� �����

����

�������������������������������

�����������

�����������������������������

�����������

��������������������

��

��������

��

��

��

��

��

�� � � � � � � � � �� �� ��

����� � � � � � � � � �� �� ��

����� � � �

����

���

��

��

��������

��

��

��

���

����� �� �� ��

����

�� �� �� ��

����

�� �� �� ��

����

����

����

��� ��� ����� ���

��������

��

��

��

��

��

���

���

���

���

�����������������

���������

����������

������������

Page 30: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

surplus sebesar Rp54,8 triliun atau 0,6% dari PDB. Peningkatan

penerimaan terjadi baik dari peningkatan pajak dalam negeri

maupun dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di sisi

lain, perbaikan belanja negara bersumber dari peningkatan

penyerapan subsidi dan transfer ke daerah.

Kinerja penerimaan negara sampai dengan Juni 2012

meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi penerimaan negara telah mencapai 43,7%

dari target APBN-P 2012, meningkat dibandingkan dengan tahun

2011 yang sebesar 42,5%. Penerimaan pajak dalam negeri

mengalami peningkatan yang disebabkan oleh keberhasilan

intensifikasi maupun ekstensifikasi Dirjen Pajak. Sementara itu,

peningkatan PNBP berasal dari peningkatan penerimaan sumber

daya alam (SDA) migas akibat peningkatan Indonesia Crude Price

(ICP) pada awal tahun.

Di sisi belanja negara, meningkatnya realisasi belanja didorong oleh peningkatan

realisasi subsidi dan transfer ke daerah. Realisasi belanja negara telah mencapai

40,7% dari target APBN-P 2012, meningkat dari realisasi periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 33,5%. Tingginya realisasi subsidi terkait dengan mulai

dibayarnya tagihan subsidi BBM dan tagihan subsidi listrik di tengah kemungkinan

peningkatan subsidi akibat kenaikan volume ICP dibandingkan dari asumsi APBN-P

2012. Sementara itu, tingginya realisasi transfer ke daerah disebabkan oleh peningkatan

Dana Bagi Hasil (DBH) akibat kenaikan ICP dan peningkatan Dana Otonomi Khusus dan

Penyesuaian (DOKP) akibat penyaluran tunjangan profesi guru yang lebih cepat. Realisasi

belanja modal mencapai 18,2% dari APBN-P 2012, lebih tinggi dari tahun sebelumnya

yang sebesar 16,2%. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbaikan penyerapan

belanja modal pemerintah.

Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit APBN mencapai Rp101,6 triliun

atau 67,4% dari total kebutuhan pembiayaan tahun 2012. Pencapaian tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 41,4%.

Perkembangan tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah yang memanfaatkan

momentum tren penurunan imbal hasil di tengah masih tingginya minat investor

terhadap Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sampai

dengan Juni 2012 mencapai 60,8%, melampaui capaian semester I tahun sebelumnya

yang sebesar 55,4%.

Penawaran Agregat

Kinerja sisi penawaran pada triwulan II 2012 diprakirakan masih kuat yang

didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri

pengolahan diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh masih kuatnya permintaan

Grafik 3.10

Impor Riil Nonmigas

���

���

���

��

��

��������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ������ ���� ����

����� ��������������

���������

�����������

� ��� ����� ��� ���� �������

����

Page 31: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

domestik dan prospek pemulihan ekspor ke depan. Masih baiknya kinerja subsektor

industri makanan dan minuman serta membaiknya industri semen seiring dengan

maraknya sektor bangunan mendukung masih baiknya kinerja sektor ini. Sektor PHR

diprakirakan masih tumbuh pada level yang tinggi didukung oleh aktivitas domestik yang

masih kuat meski melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara

itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga masih tumbuh tinggi didukung

oleh membaiknya kinerja angkutan udara dan subsektor komunikasi. Sektor bangunan

diprakirakan mengalami perbaikan sejalan dengan kinerja investasi yang membaik dan

perbaikan penyerapan belanja modal Pemerintah.

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2012 diprakirakan masih akan mencatat

pertumbuhan yang tinggi. Kinerja sektor pertanian yang baik tersebut didukung oleh

cuaca dan iklim yang kondusif serta adanya upaya pemerintah untuk meminimalkan

dampak konversi lahan dan penurunan kualitas kesuburan tanah melalui rencana

pencetakan sawah baru. Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) BPS 2012, produksi

padi pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,31% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Kinerja subsektor perikanan diprakirakan

masih tumbuh tinggi didukung oleh cuaca yang cenderung normal. Sementara itu,

kinerja subsektor perkebunan, utamanya kelapa sawit, tumbuh meningkat pada Mei

2012 tercermin dari peningkatan produksi kelapa sawit pada beberapa perusahaan

penghasil kelapa sawit.

Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan II 2012.

Kinerja subsektor migas, terutama batubara, terindikasi masih baik. Sementara itu, kinerja

pertambangan migas menunjukkan perbaikan walaupun masih tumbuh sangat rendah.

Adanya rencana beroperasinya 21 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru

pada tahun 2012 berpotensi meningkatkan kinerja pertambangan migas.

S e k t o r

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 3,9 3,6 3,0

Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 2,9 2,7 2,8

Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,5 6,0

Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 6,1 5,9 6,0

Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,3 7,5 7,6

Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,5 8,4 8,7

Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,3 10,5

Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 6,3 6,1

Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 5,8

PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,2 6,3

I III II*III III*IV

2011 2012

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2011

Page 32: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Sektor industri pengolahan diprakirakan masih mampu tumbuh tinggi

pada triwulan II 2012, meski melambat jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Perlambatan tersebut merespons kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh

melemahnya perekonomian global. Namun, masih kuatnya permintaan domestik

mampu menjaga pertumbuhan sektor industri pengolahan pada level tinggi. Masih

tingginya kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh subsektor makanan dan

minuman, subsektor semen, serta subsektor logam yang tumbuh di atas rata-ratanya.

Indeks produksi juga tumbuh membaik hingga April 2012. Namun, produksi semen

tumbuh melambat pada Mei 2012.

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan II 2012

diprakirakan masih tumbuh tinggi ditopang oleh aktivitas domestik yang masih

baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan indeks penjualan eceran hingga Mei 2012

yang stabil. Perkiraan masih tingginya pertumbuhan sektor PHR juga sejalan dengan

hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU). Di samping itu, tingkat hunian hotel juga

menunjukkan kinerja yang membaik hingga Mei 2012.

Pada triwulan II 2012, sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya kinerja sektor bangunan

sejalan dengan kinerja investasi dan aktivitas konstruksi yang masih tumbuh tinggi.

Hal tersebut tercermin dari indikator penjualan semen, impor bahan bangunan, dan

penjualan alat berat untuk konstruksi yang masih meningkat hingga Mei 2012.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2012 diprakirakan

tumbuh stabil. Hal tersebut ditopang oleh meningkatnya kinerja subsektor

pengangkutan terutama angkutan udara. Adanya penambahan pesawat oleh beberapa

maskapai penerbangan dan peningkatan pertumbuhan penumpang angkutan udara

mampu mendorong peningkatan pada subsektor ini. Selain dari angkutan udara, kinerja

subsektor pengangkutan juga didorong oleh membaiknya kinerja angkutan rel yang

berada dalam tren meningkat hingga Mei 2012. Di sisi lain, kinerja subsektor komunikasi

juga tumbuh meningkat yang berasal dari penggunaan internet dan komunikasi data.

Sementara untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms) diprakirakan relatif

terbatas. Pertumbuhan komunikasi data/internet yang tinggi tersebut dapat menahan

penurunan kinerja subsektor komunikasi dari pertumbuhan jumlah pelanggan seluler

yang terbatas.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar daerah cenderung stabil di atas 6,0%

sejalan dengan masih tingginya prakiraan pertumbuhan ekonomi nasional.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih cukup kuat di sebagian besar daerah. Kinerja

investasi diprakirakan masih cukup kuat pada triwulan II 2012, didukung oleh investasi

nonbangunan di Jawa dan KTI serta investasi bangunan di Sumatera. Namun, terdapat

indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat aktivitas ekspor yang melemah.

Page 33: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Pelemahan ekspor terutama terjadi di Jawa dan Jakarta yang

dipengaruhi oleh ekspor manufaktur (Grafik 3.11). Di sisi lain,

ekspor kendaraan bermotor masih tinggi untuk wilayah Jawa.

Ekspor berbasis SDA di Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia

(KTI) secara umum relatif stabil sehingga mendorong kedua

kawasan tersebut masih mencatat ekspor neto. Inflasi daerah

relatif stabil namun sedikit meningkat pada akhir triwulan II 2012

dipicu oleh peningkatan inflasi komoditas volatile food akibat

terbatasnya pasokan khususnya di Sumatera dan KTI.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kinerja NPI pada triwulan II 2012 diprakirakan akan

menurun akibat membesarnya defisit neraca transaksi

berjalan (TB). Melemahnya kinerja ekspor Indonesia sebagai

akibat dari menurunnya permintaan global di tengah impor yang masih tinggi

menyebabkan neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang lebih besar. Masih

tingginya pertumbuhan impor sejalan dengan masih kuatnya kegiatan ekonomi

domestik. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih mencatat

kinerja yang positif ditopang oleh aliran investasi langsung (Foreign Direct Investment

/ FDI). Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan Juni 2012

mencapai 106,5 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri (ULN) pemerintah.

Neraca transaksi berjalan diprakirakan tetap mengalami tekanan pada triwulan

II 2012. Membesarnya defisit transaksi berjalan sebagai dampak dari menurunnya

surplus neraca perdagangan (Grafik 3.12) dan meningkatnya defisit neraca pendapatan.

Menurunnya surplus neraca perdagangan tersebut disebabkan oleh melemahnya

kinerja ekspor di tengah impor yang masih tumbuh tinggi akibat masih kuatnya

aktivitas ekonomi domestik (Grafik 3.12). Perlambatan ekspor selama triwulan II 2012

dipengaruhi baik oleh faktor harga maupun volume sebagai dampak dari perlambatan

aktivitas ekonomi global. Neraca pendapatan juga juga diprakirakan mengalami defisit

yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah pendapatan (dividen, bunga, dan imbal

hasil) yang harus dibayarkan kepada investor asing.

Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan masih mencatat surplus pada

triwulan II 2012. Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk modal asing yang

masih besar, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio. Aliran investasi

langsung diprakirakan masih mendominasi aliran masuk modal asing selama triwulan

laporan. Namun, aliran investasi dalam bentuk portofolio sedikit tertahan sebagai

dampak ketidakpastian kondisi pasar keuangan global terkait krisis utang Eropa dan

ekspektasi perlambatan ekonomi global.

Grafik 3.11

Volume Ekspor Manufaktur Jawa dan Jakarta

��������

��

��

��

���

���

���� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � �

��������

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ����

����������������������������

���������� �������������������

Page 34: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Grafik 3.12

Kinerja Neraca Perdagangan

Grafik 3.13

Transaksi Modal dan Finansial

Grafik 3.14

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

NILAI TUKAR RUPIAH

Tekanan terhadap rupiah selama triwulan II 2012

meningkat. Peningkatan tekanan tersebut dipicu baik dari sisi

eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, meningkatnya

faktor risiko global, khususnya Eropa terkait dengan kondisi

pemilu di Yunani dan Perancis serta kekhawatiran keluarnya

Yunani dari kawasan Eropa telah membawa sentimen negatif

terhadap pergerakan rupiah. Sementara itu, dari sisi domestik,

pelemahan rupiah juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan

valuta asing korporasi terkait dengan kegiatan impor yang masih

tinggi. Secara rata-rata nilai tukar rupiah ditutup melemah 2,27%

menjadi Rp 9.277 per dolar AS dari triwulan sebelumnya yang

rata-rata mencapai Rp 9.066 per dolar AS. Apabila dilihat secara

point to point, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 2,65%

menuju ke level Rp 9.393 per dolar AS dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang ditutup di level Rp 9.144 per dolar

AS (Grafik 3.14). Pergerakan rupiah yang cenderung melemah

tersebut, secara umum masih sejalan dengan pelemahan nilai

tukar di kawasan Asia lainnya (Grafik 3.15). Meskipun demikian,

pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih terjaga).

Ketidakpastian perekonomian global yang kembali

meningkat memberikan sentimen negatif pada pergerakan

rupiah. Kemenanganan partai yang menolak program fiskal yang

ketat pada pemilu di Perancis dan Yunani meningkatkan pesimisme

akan keberhasilan program penghematan anggaran (austerity

program) di kawasan Eropa. Di sisi Yunani, program penghematan

anggaran harus dilakukan sebagai prasyarat mendapatkan dana

talangan (bailout). Namun, bila partai oposisi, yang menolak

program penghematan anggaran berhasil mendominasi hasil

pemilu Yunani, maka kemungkinan Yunani akan mengalami

kegagalan (default) dan kemungkinan keluar dar Eurozone

akan meningkat. Selain itu, menurunnya peringkat kredit jangka

panjang Spanyol oleh S&P dari A menjadi BBB+ serta belum

jelasnya penanganan krisis perbankan Spanyol semakin mendorong

pesimisme perbaikan kondisi perekonomian kawasan Eropa.

Ketidakpastian pemulihan perekonomian global juga

disebabkan oleh melambatnya perekonomian China dan

belum solidnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Melambatnya perekonomian China tercermin dari melemahnya

ekspor, penjualan eceran dan manufaktur. Sementara itu,

belum solidnya pemulihan perekonomian AS tercermin dari

pemulihan sektor tenaga kerja yang belum cukup kuat menopang

������������������������������������������������������

������������������������������������

�����������������

��

��

���� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��������

����

����

�������� ����

����

����

����

�����������

�����������������

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

�����

���

����

�����

����

���

����

����

��

�������

����

���

���

���

���

���

���

���

���

������ ������

���������������

���

���

���

��

��

�����������������

����������� ���������������

������������ ����������������

�����������������������������

���

����

������ �������� �������� �������� �������� ��������

Page 35: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

perekonomian, merosotnya tingkat keyakinan konsumen serta revisi

ke bawah target pertumbuhan tahun 2012.

Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global

juga mendorong meningkatnya risiko keuangan global.

Peningkatan risiko keuangan global tersebut tercermin

dari meningkatnya indeks MSCI (Morgan Stanley Capital

International) World, VIX (Volatility Index) dan CDS (Credit

Default Swap) negara-negara Eropa (Grafik 3.16 dan 3.17).

Kondisi tersebut berdampak pada perilaku penyesuaian

portofolio (portfolio rebalancing) investor di negara-negara

emerging markets, termasuk Indonesia. Dengan risiko global

yang meningkat, investor cenderung mengalihkan investasinya

ke aset yang lebih aman, seperti aset-aset berdenominasi dolar

AS. Penyesuaian penempatan dana nonresiden di pasar domestik

ikut berperan dalam pelemahan rupiah.

Pergerakan rupiah dari sisi domestik dipengaruhi oleh

meningkatnya kebutuhan impor. Aktivitas perekonomian

yang masih tinggi yang mendorong geliat di sektor industri,

sektor perdagangan dan investasi menyebabkan impor masih

tetap tinggi. Sejalan dengan tingginya kegiatan impor, kebutuhan

valuta asing oleh korporasi masih terus meningkat di tengah

menurunnya aktivitas ekspor akibat pelemahan permintaan

eksternal. Dengan demikian permintaan valuta asing yang

meningkat tidak didukung oleh pasokan yang memadai. Hal

tersebut kemudian mendorong rupiah cenderung melemah.

Meskipun rupiah cenderung melemah, investasi dalam

instrumen rupiah masih memiliki daya saing. Hal itu

terlihat dari imbal hasil investasi yang relatif lebih tinggi di

bandingkan dengan negara lain. Selisih suku bunga dalam

negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity-UIP) masih

relatif tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan

regional, meskipun dalam tren yang menurun. Bahkan jika

memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah

masih tetap tinggi sebagaimana tercermin dari Covered Interest

Parity (CIP) (Grafik 3.18).

INFLASI

Tekanan inflasi IHK pada triwulan II masih relatif rendah.

Pada triwulan laporan inflasi IHK tercatat sebesar 0,90% (qtq)

sehingga secara tahunan tercatat 4,53% (yoy) (Grafik 3.19).

Grafik 3.17

CDS Negara-negara Eropa

Grafik 3.15

Depresiasi/Apresiasi Mata Uang Kawasan

Grafik 3.16

VIX dan MSCI World

�����

����

����������

���������� ����

���������

�����

��������

����������

��������

���

���

���

���

���

���

���������

�������������

����� ����� ����� ����� ���� ���� ����

���

��� �

����

�����

����������

��

��

��

��

��

��������

��������������� ���������������������

������

����

����

����

����

����

���������������������

���

��

��

��

����

����

����

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������

������

������

������

������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������

������

������ ���

���

���

���

���

���

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���� ��� ��� ���

������� ��� ��� ���

������� ���

������������������

�������������������������������

��������������������������

Page 36: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Grafik 3.18

Covered Interest Parity (CIP)

Grafik 3.19

Perkembangan Inflasi

Secara fundamental, inflasi masih terkendali sebagaimana

tercermin pada inflasi inti yang berada di level yang rendah,

seiring dengan penurunan harga komoditas global dan ekspektasi

yang membaik. Sementara itu, harga bahan pangan mengalami

peningkatan akibat terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi

administered prices minimal seiring dengan tidak adanya

kebijakan pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang

bersifat strategis.

DISAGREGASI INFLASI

Tingkat inflasi inti masih terkendali. Pelemahan nilai tukar

rupiah tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga

domestik, seiring dengan penurunan harga komoditas global

yang masih berlanjut (Grafik 3.20). Beberapa indikator sisi

permintaan seperti indeks produksi, indeks keyakinan konsumen

dan pertumbuhan penjualan riil menunjukkan kuatnya permintaan

domestik. Namun, peningkatan kapasitas terpasang dalam

beberapa tahun terakhir menyebabkan utilisasi kapasitas masih

terkendali di bawah level 80% (Grafik 3.21). Dengan kapasitas

produksi pada level tersebut, sisi penawaran mampu merespons

dengan cukup baik terhadap peningkatan permintaan. Pada

triwulan II 2012 level inflasi inti tercatat 0,75% (qtq) atau 4,15%

(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi

sebesar 0,97% (qtq) atau 4,25% (yoy).

Perkembangan ekspektasi inflasi juga mendukung

terjaganya inflasi inti. Secara umum, ekspektasi inflasi di pasar

keuangan menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin pada

hasil survei Consensus Forecast (Grafik 2.10). Ekspektasi inflasi

yang membaik juga terlihat dari hasil survei pedagang eceran

yang menunjukkan ekspektasi harga yang menurun (Grafik

3.22). Namun dari sisi konsumen, dalam jangka pendek terjadi

peningkatan ekspektasi harga, terkait dengan faktor musiman

(liburan dan hari raya keagamaan) (Grafik 3.23).

Inflasi kelompok volatile food meningkat. Pada triwulan II

2012 kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 1,56% (qtq)

atau 7,52% (yoy). Mulai berakhirnya masa panen pada sejumlah

komoditas pangan strategis yang dibarengi dengan gangguan

cuaca di beberapa sentra produksi komoditas bumbu, menyebabkan

penurunan pasokan yang cukup tajam pada sejumlah komoditas

pangan. Selain itu pengaturan pintu masuk impor komoditas

hortikultura serta kenaikan harga di negara asal komoditas tersebut

Grafik 3.20

Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas

����

�����

����

����

����

����

�����

����

�������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

������� ��� ������ ��� ���

��������� ��������� ����� ��������

����

����

��

��

��

������������������������������ ���� ���� ����

���������������

�������������������������������������������������

�������������������������� �������������������������� �������������������������� ��������������������������

������

� � � � � �����

����������������

�����������������������������������������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������

���

�������� ������

���

��

��

��

��

���

���

���

����� � � � � � � � � ������

����� � � � � � � � � ������

����� � � � � � � � � ������

����� � � � � � � � � ������

����� � � � � �

���������

����������

Page 37: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

ikut menambah tekanan inflasi pada kelompok volatile food.

Peningkatan inflasi kelompok volatile food terutama disebabkan

oleh lonjakan harga aneka bumbu seperti cabai merah dan bawang

putih, daging, telur ayam ras dan beras.

Sementara itu, inflasi kelompok administered prices masih

cukup rendah. Kondisi ini didorong oleh tidak adanya kebijakan

pemerintah yang berdampak signifikan terhadap harga barang

dan jasa yang strategis. Penurunan tekanan inflasi administered

prices juga dipengaruhi penurunan harga BBM nonsubsidi yang

mengikuti pergerakan harga global. Inflasi administered prices

pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 0,67% (qtq) atau 2,90%

(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat

inflasi sebesar 0,92% (qtq) atau 2,92% yoy. Inflasi yang terjadi

pada kelompok barang administered prices lebih disebabkan

oleh kenaikan harga elpiji 3kg akibat terjadi kelangkaan barang

tersebut di pasar domestik.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Suku bunga di Pasar Uang Antarbank (PUAB) bergerak naik.

Suku bunga PUAB O/N di akhir triwulan II 2012 meningkat sebesar

18 bps menjadi 3,94% dibandingkan dengan akhir triwulan

sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, relatif selisih suku

bunga PUAB O/N terhadap BI Rate menyempit menjadi 87,5bps

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 98bps. Hal

tersebut disebabkan oleh penurunan likuiditas jangka pendek

perbankan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, di tengah

kebutuhan likuiditas yang meningkat. Sementara itu, suku bunga

PUAB dengan tenor yang lebih panjang juga bergerak searah

dengan suku bunga PUAB O/N.

Suku bunga PUAB O/N meningkat didorong oleh

meningkatnya kebutuhan likuiditas. Kebutuhan likuiditas

jangka pendek perbankan mengalami kenaikan terutama terkait

dengan kebutuhan nasabah yang meningkat untuk memenuhi

kewajiban setoran pajak. Kebutuhan likiditas perbankan yang

meningkat juga tercermin dari kenaikan volume transaksi PUAB

yang cukup signifikan yaitu dari Rp 6 triliun pada akhir triwulan

lalu menjadi Rp 15 triliun pada triwulan laporan.

Di sisi perbankan, suku bunga masih bergerak menurun.

Dampak penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada Februari lalu

Grafik 3.23

Ekspektasi Harga Konsumen

Grafik 3.21

Kapasitas dan Indeks Produksi

Grafik 3.22

Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

��

��

���

���

���

���

���

��������� ������

� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � �

���

���

����

����������������������������������������������������������������������������������������������������

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ � � �� � ��������

������ �

������

��

��

���

���

���

���

��������� ������

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����

� � �

Page 38: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

dan LPS Rate sebesar 50 bps pada Maret lalu masih terlihat pada pergerakan suku

bunga bank hingga triwulan II 2012. Suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 31

bps menjadi 5,35% dibandingkan dengan 5,66% pada triwulan sebelumnya. Dari sisi

kredit, penurunan suku bunga juga masih berlangsung meskipun relatif lebih terbatas

dibandingkan dengan suku bunga deposito. Suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan

kredit investasi (KI) masing-masing turun sebesar 23 dan 11 bps menjadi 11,78% dan

11,51% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga kredit

konsumsi turun sebesar 10 bps menjadi 14,03% (Tabel 3.3 dan Grafik 3.24). Penurunan

suku bunga kredit yang relatif lebih terbatas dibandingkan dengan penurunan suku

bunga deposito telah memperlebar selisih (spread) antara suku bunga kredit dan

deposito (Grafik 3.25).

Berdasarkan kelompok bank, penurunan terbesar suku bunga deposito tercatat pada

kelompok BPD yaitu sebesar 54 bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran,

swasta dan persero masing-masing menurunkan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 40,

27 bps dan 30 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok

bank asing dan campuran. Kelompok bank asing dan campuran menurunkan suku bunga

KMK dan KK masing-masing sebesar 28 dan 77 bps, sementara suku bunga KI relatif masih

stabil dengan penurunan hanya sebesar1 bps. Di sisi lain, kelompok bank swasta, BPD dan

persero menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 14, 6 dan 12bps.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Dana pihak ketiga (DPK) masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi.

Pertumbuhan DPK pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 21,3% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 20,2% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan giro dan deposito yang masing-

masing meningkat lebih tinggi menjadi 24,8% dan 18,3% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 21,3% dan 17,8% (yoy)

(Grafik 3.26).

Pertumbuhan kredit masih dalam tren yang meningkat. Hal tersebut sejalan

dengan pergerakan suku bunga kredit yang masih menurun dan kegiatan ekonomi

Suku Bunga (%) Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75

Penjaminan Deposito 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 n,a

Base Lending Rate 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n,a n,a n,a

Kredit Modal Kerja (KMK) 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 n,a

Kredit Investasi (KI) 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 n,a

Kredit Konsumsi (KK) 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 n,a

Trw II-2011 Trw III-2011 Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw II-2012

Page 39: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

yang masih tumbuh. Pada triwulan II 2012 kredit (tidak termasuk

kredit channeling) tumbuh sebesar 26,3% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 24,9%

(yoy). Ekspansi kredit hingga triwulan II 2012 mencapai Rp 2,39

triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp

2,27 triliun.

Meskipun secara total permintaan kredit meningkat, namun

kredit investasi mengalami perlambatan. Perlambatan

pertumbuhan kredit investasi (KI) tersebut sejalan dengan kinerja

investasi yang tumbuh melambat. Kredit investasi tumbuh sebesar

29,3% (yoy). Level pertumbuhan kredit tersebut relatif masih

tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yang mencatat pertumbuhan sebesar 30,6%.

Perlambatan KI tersebut juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor

yang menurun sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global.

Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan kredit dalam valuta asing

(valas) yang juga melambat. Pada triwulan laporan kredit valas

tumbuh sebesar 30,00% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (yoy).

Dilihat dari jenis penggunaan, alokasi kredit perbankan

lebih terarah pada penggunaan kredit yang lebih

produktif. Hal ini tercermin dari dominasi kredit modal kerja

(KMK) dan kredit investasi (KI) yang mencapai 70% dari total

kredit. Pertumbuhan KMK yang cukup tinggi yaitu mencapai

28,9%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 25,2%,

telah mendorong peningkatan pangsa kredit KMK dan KI dalam

total kredit. Sementara itu kredit konsumsi pada triwulan II 2012

tumbuh relatif stabil sebesar 20,3% (yoy) dengan tren yang

menurun (Grafik 3.27). Dari sisi sektoral, pertumbuhan kredit

yang terus meningkat terutama ditujukan pada sektor listrik air

dan gas (LAG) (Grafik 3.28).

Pertumbuhan uang primer (base money-M0) relatif masih stabil.

Pada triwulan II 2012 pertumbuhan uang primer tercatat sebesar

15,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

15,6% (yoy). Sementara itu, likuiditas perekonomian (M1 dan

M2) masih menunjukkan tren yang meningkat, sejalan dengan

kinerja konsumi rumah tangga yang masih kuat dan pertumbuhan

kredit yang cukup tinggi (Grafik 3.29). Peningkatan likuiditas

perekonomomian didukung oleh pertumbuhan M1 yang masih

positif sebesar 22,5% (yoy) dan pertumbuhan M2 sebesar 22,5%

(yoy). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan

Grafik 3.24

Suku Bunga Kredit

Grafik 3.25Selisih Suku Bunga Perbankan

Grafik 3.26

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

��

��

��

��

��

��

������ ������ ������������ ������ ������

����

����

����

����

����

���� ��

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������ ����� �����

�����

����

��

��

��

������������������ ��������������� �������������

������� ������������

��������������

�����������������

��� ��� �������

��� �������

��� �������

��� ��� �������

��� �������

��� �������

��� �������

��� �������

��

��

��

��

��

���������������� �������������������������������������� �������������������

������

��

��

��

��

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

�������

������

Page 40: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Grafik 3.28

Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi

Grafik 3.29

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

M1 sedikit melambat, namun M2 mencatat pertumbuhan yang

lebih tinggi. Pertumbuhan M2 yang lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya, yang mencatat pertumbuhan 18,8% (yoy), didorong

oleh meningkatnya pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah.

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan M1 dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 23,01% (yoy) lebih

disebabkan oleh pola ekspansi pemerintah di tahun 2012 yang

dimulai lebih awal yaitu pada Maret 2012. Pertumbuhan M1 pada

triwulan laporan lebih didukung oleh pertumbuhan giro rupiah,

sejalan dengan kredit yang masih meningkat.

KONDISI PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai

dengan fungsi intermediasi yang terus meningkat dalam

mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan

menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin

pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy

Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di

bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus

membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir

Mei 2012 mencapai 26,3% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup

tinggi, sebesar 29,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan

kapasitas perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan

kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 28,9% (yoy)

dan 20,3% (yoy).

Pasar Surat Berharga Negara

Pada triwulan II 2012 kinerja SBN mengalami tekanan.

Hal tersebut mendorong peningkatan imbal hasil (yield) Surat

Berharga Negara (SBN) secara keseluruhan sebesar 22bps

dibandingkan dengan triwulan I 2012 dan ditutup pada level

5,85% (Grafik 3.30). Imbal hasil SBN untuk jangka pendek,

menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 35bps,

17bps dan 15bps. Kinerja pasar SBN sangat terpengaruh oleh

sentimen eksternal terutama terkait dengan krisis yang sedang

terjadi di Eropa.

Strategi portfolio adjustment investor nonresiden yang

mengurangi eksposur pada pasar keuangan domestik,

termasuk di pasar SBN, memengaruhi kinerja SBN. Selama

triwulan II 2012, investor nonresiden mencatat jual neto sebesar

Grafik 3.27

Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

���������������������������������������

���������

������������

�������������������

��������������������

����������

�����������

������������

����������������

�����������

���������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�� ��

����

����

����

���

��

��

��

��

�������������� ���������������

������������� ������������

������

������������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

������

������

����

������

���

�������

���

����

����

����

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

�� �� ������������������

�������

�����������������������������������������������������������������������������������

�����

����

��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ���

����

���

Page 41: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Rp0,3 triliun dibandingkan dengan triwulan I 2012 yang

mengalami beli neto sebesar Rp1,8 triliun. Investor nonresiden

berpotensi melakukan portfolio rebalancing lebih lanjut jika

imbal hasil meningkat lagi hingga melebihi cost exposure

investor asing yang nilainya mencapai 6,1%.1

Fundamental makroekonomi dan fiskal yang relatif terjaga

mampu menahan koreksi lebih jauh di pasar SBN. Faktor

fundamental yang cukup terjaga tersebut antara lain (i) risiko

fiskal yang terkendali, (ii) penurunan harga komoditas termasuk

minyak, serta (iii) risiko inflasi yang relatif rendah. Persepsi positif

dari faktor-faktor fundamental tersebut mampu mengimbangi

tekanan yang berasal dari memburuknya pasar keuangan global

sehingga koreksi yang terjadi di pasar SBN relatif terbatas. Dalam

perkembangannya, momentum positif dari faktor fundamental

serta meredanya sentimen krisis Eropa menjadi penopang utama

perbaikan kinerja SBN dalam beberapa periode terakhir

Namun kondisi likuiditas yang relatif terjaga, pasar SBN

belum mengindikasikan panic selling. Hal tersebut tercermin

dari masih tingginya aktivitas perdagangan yang ditopang oleh

pelaku perbankan dan pasar keuangan lainnya termasuk Bank

Indonesia (Grafik 3.31). Selain itu, lebar spread antar tenor relatif

terjaga yaitu spread yield tertinggi-terendah sebesar 2,5%. Hal

tersebut berbeda dengan krisis tahun 2008. Pada saat itu pelaku

pasar menjual SBN berbagai tenor dengan harga yang relatif

sama terkait dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas yang

diikuti dengan penyempitan spread antar tenor (spread yield

tertinggi-terendah sebesar 1,0%).

1 Level 6,1% merupakan kisaran rata-rata harga pembelian nonresiden di pasar SBN pada tahun 2012.

Grafik 3.30

Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Grafik 3.31

Volume Perdagangan SBN

Suku Bunga (%)Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei

Tabel 3.4

Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 3.065,8 3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5

DPK (T RP) 2.351,4 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0

Kredit* (T Rp) 1.814,8 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1

LDR* (%) 77,2 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0

NPLs Gross* (%) 2,8 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3

NPLs Net* (%) 0,5 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6

CAR (%) 17,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9

NIM (%) 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5

ROA (%) 3,1 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0

2011 2012

* tanpa channeling

��

��

��

��

������� ���������������

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

��

����

���

����

����

����

����

����

���

����

���

���

�����

���������������������

������������������������

��

�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Page 42: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Grafik 3.33

IHSG dan Perkembangan Sektoral

Pasar Saham

Pasar keuangan domestik berada dalam tekanan seiring

dengan memburuknya perekonomian Eropa. Ketidakpastian

penyelesaian masalah krisis Eropa dan penurunan peringkat

bank-bank besar berskala global, termasuk perbankan di Spanyol,

memperburuk sentimen di pasar keuangan. Memburuknya

kinerja bursa saham pada pertengahan triwulan II 2012 tidak

hanya terjadi di bursa saham domestik, tetapi juga di bursa

saham global secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

pelemahan ekonomi global, dalam hal ini permasalahan di Eropa,

menjadi faktor yang mendominasi gejolak di pasar bursa saham di

dunia. Sentimen negatif tersebut mereda menyusul disetujuinya

pemberian dana talangan (bailout) kepada perbankan Spanyol

sehingga kinerja pasar saham berangsur pulih. Dengan

perkembangan tersebut, secara triwulanan, IHSG mencatat

pelemahan sebesar 4% dan ditutup pada level 3.956.

Dari sisi microstructure pasar saham, tekanan yang dialami

bursa domestik selama pertengahan tahun 2012 belum

mengindikasikan terjadinya perluasan rambatan dari satu

emiten ke emiten lainnya. Pada tahun 2008, pemburukan

kinerja emiten dengan cepat memengaruhi kinerja emiten lainnya.

Pada periode tersebut, efek rambatan (contagion effect) terjadi

dengan cepat ketika saham beberapa emiten berbasis komoditas

mengalami penurunan yang diikuti oleh beberapa emiten sektoral

lainnya. Pada triwulan II 2012, efek rambatan terjadi di beberapa

emiten, namun dengan skala yang relatif terbatas.

Merespons peningkatan ketidakpastian perekonomian

global, investor asing melakukan portfolio adjustment

dengan mengurangi eksposur di emerging markets. Selama triwulan II 2012,

investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp8,20 triliun dibandingkan triwulan I

2012 yang mencatatkan beli neto sebesar Rp10,02 triliun (Grafik 3.32). Secara bulanan,

investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp1,97 triliun dibandingkan Mei 2012.

Tekanan jual investor asing di bursa domestik terjadi pada beberapa sektor yaitu sektor

keuangan, aneka industri dan pertambangan (Grafik 3.33). Tekanan jual tersebut antara

lain disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah peningkatan harga yang

cukup tajam dan akibat penurunan harga komoditas global. Namun, koreksi harga mulai

mereda pada akhir triwulan II 2012 terlihat dari pergerakan harga beberapa saham

yang semula mengalami jual neto kembali mengalami beli neto.

Grafik 3.32

IHSG dan Beli/Jual Asing Neto

���������������������

������

�����

���� ���� ���

����

�������������

������������

��������

������������������

��������

�����������

���������

��������

��������������

�����

���� �� ���

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

����������������������������������� ����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

��

��

��

��

���� �� ��� ��

����� �� ��� ��

����� �� ��� ��

����� ������

������ ����

Page 43: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Pasar Reksadana

Kinerja reksadana sampai dengan Triwulan II 2012 menunjukkan peningkatan.

Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB tumbuh sebesar 4,3%

dibandingkan dengan Desember 2011. Sedangkan secara bulanan kinerja reksadana

meningkat sebesar 3,1% dibandingkan dengan Mei 2012. Sampai dengan Juni

2012, Peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana pasar uang dan

pendapatan tetap. Meskipun demikian perkembangan reksadana selama periode

laporan belum mencerminkan kinerja secara keseluruhan mengingat ketersediaan data

yang lebih lambat.

MTM Saham P Uang Campuran Pend. Tetap Terproteksi Indeks ETF-Saham ETP-Pend. Tetap Syariah Total

1 2 3 4 52011 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5 6Juni 2012-Des 2011

Tabel 3.6.

Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9% 6,7% -7,3% 4,7% 1,5% 1,3% 1,9% 36,5% 2,3% 1,9% 3,1% 1,6% 13,4% 4,2% 10,3% 0,5% 28,9% 87,6% 112,2% 3,6% 4,3%

Page 44: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201236

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. II*

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3.76 3.83 5.66 6.31 6.69 6.71 6.31 12.01 11.62 3.78 4.24 5.35 5.89 6.29 6.51 6.13 11.78 11.51

* Data Mei-12

Page 45: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2007Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012Trw. I

Trw. II*

* data s.d Mei 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

37.341 774.867 740.952 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.563 887.770 266.152

32.061 777.250 795.475 247.926

37.482 871.303 906.767 212.463

23.510 496.338 543.656 165.145

27.115 389.140 437.315 116.969

14.029 404.072 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26.907 648.324 607.933 300.255

30.615 322.322 351.475 271.103

28.553 199.589 218.152 252.540

23.142 153.809 203.835 203.110

30.401 86.480 56.066 233.524

36.788 51.790 96.325 188.988

30.061 19.822 57.593 151.217

30.262 51.641 79.605 123.253

16.541 26.600 51.790 98.064

18.956 14.607 19.822 92.849

Page 46: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201238

II III IV I II III IV I II III IV I II*

* Data Mei-12 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

495.440 504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 814.755 42.041 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 69.816 11.923 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.809 99.825 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 111.900 14.321 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 38.617 24.258 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 30.881 113.130 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 145.199 24.443 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 32.114 22.126 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 35.195 3.392 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 76.147 139.981 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 243.075 529.687 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.083.245 19.353 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 39.864 9.697 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 32.267 84.488 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 167.213 6.093 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 18.634 24.298 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.097 121.956 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 252.297 28.119 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 53.718 78.120 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 104.003 9.306 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 75.094 148.257 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 300.060 110.968 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 191.759 3.289 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 9.714 388 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.020 943 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.162 450 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.910 7.975 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 9.686 14.006 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 21.573 1.791 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.083 3.980 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 2.857 1.520 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.719 76.626 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 130.035 168.614 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 276.897 6.669 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 7.392 4.712 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.762 61.420 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 91.742 578 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.125 4.785 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 3.500 13.598 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 30.635 9.566 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 12.835 37.465 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.290 1.525 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 3.981 28.296 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 26.382 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 45.070 1.915 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.589 0 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 83 456 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 608 0 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 35 0 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 836 9.368 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 13.628 0 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 983 2.861 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 278 0 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 4.146 11.782 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 20.883 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.411.725 73.267 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 130.375 26.720 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 92.940 247.132 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 375.625 21.442 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 66.322 61.316 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 85.000 272.058 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 463.332 63.919 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 102.734 144.552 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 202.624 15.743 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 165.087 404.942 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 727.687

2009 2010 2011 2012

```

Page 47: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

* Data Apr-12 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012

Trw. I

Trw. II*

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895

2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779

2.927.259 720.924 290.861 430.064 2.190.885 963.364 243.128 118.084 2.230.960 -11.948

Page 48: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201240

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 604.979

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 352.586

203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 286.193 295.285

40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 54.409 57.301

77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.927

616 633 601 539 578 497 484 460 530 473 116 359 182

356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 629.539 647.816

-259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -411.007

136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 26.639

8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 8.199

8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.320

-131.729 -117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -157.132

-267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -286.451

-232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -62.539

-28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -104.119

-5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -35.535

-13.785 -13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -9.583

2009 2010 2011 2012

II III IV I II III IV I II III IV I II*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Data Mei-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $

sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $

sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 49: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep

Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2009 2010 2011 2012

II III IV Total I II III IV Total I* II* III* IV* Total* I**

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

2.377 1.781 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.657 136 504 -1.577 1.719 -2.894 7.493 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 8.994 9.089 9.425 6.433 33.940 3.480 28.158 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.746 52.308 50.633 200.587 48.223 -20.665 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.908 -42.657 -42.882 -44.201 -166.647 -44.743 -2.476 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.840 -3.130 -2.550 -3.087 -10.607 -2.030 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.099 -25.824 -5.335 1.135 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 961 1.044 1.176 4.210 990 -2.320 2.924 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.966 13.519 -3.463 -998 14.024 2.182 29 34 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 0 -2.349 2.891 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.965 13.515 -3.468 -1.021 13.992 2.182 575 647 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.461 3.795 1.950 1.928 11.134 2.010 -872 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.366 -7.772 -2.567 1.447 987 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 4.990 6.321 3.300 4.294 18.906 4.576 1.893 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.798 5.528 -4.650 -195 4.481 2.769 362 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 1.532 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 4.109 6.259 -4.804 -85 5.479 3.177 -4.817 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -2.754 -1.623 -2.597 -2.943 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.246 -6.387 -3.432 -1.874 5.355 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.491 4.764 836 57 4.705 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.623 13.655 -2.959 -2.575 15.744 -712 995 -1.159 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 43 -1.778 -1.000 -1.152 -3.887 -321 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 57.576 62.287 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.502 110.123 110.123 110.493 5,7 6,1 6,5 6,5 6,7 6,0 6,9 7,2 7,2 7,6 7,4 7,2 6,5 6,5 6,2 1,8 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,35 0,06 0,22 -0,73 0,2 -1,33 25,0 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 23,9 21,1 30,7 10,0 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1

Page 50: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201242

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar

2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

-1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98

1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90

2009 2010 2011 2012 II III IV I II III IV I II III IV I II

I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 51: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

-0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 0,15 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,09 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,31 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 0,11 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 0,08 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 -0,61 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 -1,43 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 0,35 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 0,50 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 -0,82 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 -0,88 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 0,34 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 0,31 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 0,42 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11

2009 2010 2011 2012

II III IV I II III IV I II III IV I II

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 52: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 201244

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 -1,13 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2009 2010 2011 2012

II III IV I II III IV I II III IV I II

Page 53: BANK INDONESIA - bi.go.id · tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ... Sementara iklim usaha ... pada

Tabel Statistik

45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II 2012

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65

3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81

0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94

1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65

1,13 1,76 0,90 n.a n.a n.a

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2011

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2012

Trw.I

Trw.II