8
06/11/22 MATERI DISKUSI TABLE TOP EXERCISE PENANGGULANGAN BENCANA DI KOMUNITAS Haris Sofyana., S.Kep., Ners., M.kep KELOMPOK B

Bahan Diskusi Kelompok B

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelompok B

Citation preview

Page 1: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23

MATERI DISKUSITABLE TOP EXERCISE

PENANGGULANGAN BENCANA DI KOMUNITAS

Haris Sofyana., S.Kep., Ners., M.kep

KELOMPOK B

Page 2: Bahan Diskusi Kelompok B

PENGANTAR (TOR) TTE

Respon merupakan fase dari usaha penanggulangan bencana, yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian (event). Respon medis akut (medical emergency respon) merupakan respon di sektor kesehatan yang dilakukan pada fase akut yang secara umum diartikan sebagai masa pada minggu pertama setelah terjadi bencana. Untuk dapat melakukan respon medis secara baik, maka diperlukan modalitas tertentu, yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan emergensi (emergency medicine) yang diterapkan dalam situasi bencana (disaster medicine). Agar modalitas yang dimiliki dapat memberikan hasil yang optimal, maka diperlukan tindakan manajemen, yang dikenal sebagai manajemen bencana (disaster management).

Page 3: Bahan Diskusi Kelompok B

Sehubungan dengan fasenya, respon medis akut tersebut dapat dilakukan di lapangan (pre hospital phase) atau di rumah sakit (hospital phase). Kedua fase tersebut memiliki karakteristik masing-masing, dan dalam suatu area aktifitas respon tersebut manajemen khusus untuk koordinasi vertikal maupun horisontal (regional management of health sector responses). Manajemen regional tersebut dalam struktur organisasi penanggulangan bencana wilayah menjadi tugas dari komandan sektor kesehatan, yang umumnya diperankan oleh kepala dinas kesehatan wilayah. Dalam sistim desentralisasi, maka wilayah disini dapat diartikan sebagai Daerah Tingkat II atau Kabupaten.

Dalam modul table top exercise respon medis akut ini akan disampaikan pemahaman mengenai peran masing-masing unsur kesehatan dan koordinasinya dalam suatu tugas operasional pada penanggulangan bencana.

Page 4: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23

Tinjauan kasus

B adalah Kabupaten yang cukup maju, dimana pusat pemerintahan berlokasi hanya 10 km dari ibu kota Propinsi dan dihubungkan dengan sistim dan sarana transportasi-komunikasi yang sangat memadai. Pelayanan kesehatan ditunjang oleh sebuah RS Pemerintah dan dua buah RS swasta kecil, serta belasan Puskesmas dengan kinerja yang cukup baik. Sistim pelayanan pra-RS sudah dijalankan sebagai bagian dari jejaring pelayanan pra-RS Propinsi. Pada saat terjadi gempa bumi hebat, semua fasilitas kesehatan sedang dalam fase persiapan ( preparedness ) menghadapi bencana letusan gunung berapi yang secara periodik menjadi ancaman di daerah tersebut. Akibat dari bencana yang terjadi, ribuan korban segera membanjiri semua fasilitas kesehatan terdekat yang tidak rusak. Karena kemampuan setempat yang terbatas, korban dalam jumlah yang lebih banyak segera dibawa ke RS-RS di kota propinsi sehingga melebihi daya tampung yang tersedia.

1. Dalam keadaan dimana semua tempat pelayanan kesehatan mengalami kelebihan beban sehingga tidak sempat untuk melakukan koordinasi, apa yang sebaiknya dilakukan komandan sektor kesehatan, yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Propinsi?

2. Aktifitas Ambulan Gawat Darurat (AGD) dari sistim pelayanan pra-RS yang dikatakan sudah, ternyata tidak terlihat jelas aktifitasnya dalam keadaan ini. Apakah yang menyebabkan hal ini, dan bagaimana penjelasannya?

Page 5: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23

Tinjauan kasusKarena khawatir terjadinya gempa susulan yang dapat merobohkan gedung, maka di RS pada umumnya korban dirawat diluar ruangan, yaitu di koridor, di halaman, atau di tenda yang didirikan di area RS dan sekitarnya. Keadaan ini membuat korban terlihat seperti terlantar. Hal ini diperburuk dengan lambatnya penanganan akut akibat terbatasnya sumber daya karena jumlahnya yang tidak memadai atau karena macetnya sistim pelayanan. Akibatnya, sempat muncul wacana untuk mengevakuasi korban bencana dari RS-RS di wilayah tersebut ke kota-kota besar terdekat.

.

3. Apakah penempatan korban di luar gedung sudah tepat? Apakah alasannya?

4. Apakah evakuasi harus dilakukan atau tidak?

5. Siapa yang harus memutuskan, dan apa alasan serta tindak lanjutnya?

Page 6: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23

Tinjauan kasusKarena komunikasi dan transportasi hampir tidak terganggu sama sekali, maka tim bantuan dari dalam dan luar negeri secara cepat dapat mencapai daerah bencana. Akibatnya, dalam waktu singkat puluhan bahkan ratusan tim bantuan sudah memenuhi daerah bencana sehingga tim yang tiba berikutnya bahkan sudah kesulitan untuk mendapatkan lokasi kerja. Koordinasi vertikal dan horisontal tidak berjalan lancar karena tidak ada komunikasi yang baik.

6. Siapa yang seharusnya melakukan koordinasi dan kontrol terhadap bantuan yang masuk, baik dari dalam dan luar negeri?

7. Bentuk kontrol yang bagaimanakah yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan bantuan yang ada?

8. Bagaimana peran yang harus dijalankan oleh tim bantuan medik dan "Tim Pusat"?

Page 7: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23

Tinjauan kasus• Ketika penanganan korban pada fase akut sudah dapat dikatakan

selesai, masih ada beberapa tim bantuan medis yang tiba, bahkan ada yang dalam jumlah besar.

9. Apakah batasan fase akut medis pada penanggulangan bencana?

10. Apa yang sebaiknya yang dilakukan oleh tim yang datang terlambat ini?

Page 8: Bahan Diskusi Kelompok B

04/21/23