BABI-IV

Embed Size (px)

Citation preview

48BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang :Pembangunan manusia Indonesia sebagai suatu paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia diharapkan dapat membuat pilihan-pilihan penting, antara lain berumur panjang dan sehat, menguasai ilmu pengetahuan, mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup layak sehingga dapat memberikan keseimbangan dalam hidupnya. Sedangkan muara dari Pembangunan Manusia Indonesia adalah meningkatnya kesejahteraan rakyat. Jelas tercantum bahwa salah satu tujuan pembanguan nasional adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga kesehatan yang optimal dapat terwujud yaitu masyarakat yang sehat, cerdas, dan produktif.Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Setiabudhi, 2005). Lanjut usia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup manusia yang keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah, dan sakit-sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya, sehingga segala aktivitas sangat dibatasi (Menuh, 2000).Jumlah penduduk Lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun ( Subhankadir, 2008 ).Data dari SKRT ( Survey Kesehatan Rumah Tangga ) diketahui bahwa angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen ( Wirakartakusumah, 2000). Lanjut usia sangat rentan menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain hipertensi, rematik, diabetes melitus, jantung koroner, dan asma yang menyebabkan aktivitas bekerja terganggu. Semua jenis penyakit tersebut secara tidak langsung dapat terjadi karena berbagai banyak faktor antara lain mulai dari faktor usia, jenis kelamin status pekerjaan, pola makan dan aktivitas fisik.Hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, salah satu penyakit yang paling sering diderita lansia adalah rematik, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Data distribusi penyakit pada orang berusia di atas 6o tahun menunjukkan, 40 % golongan penduduk usia itu di Semarang menderita reumatik, di Bali 56 %, dan di, Malang, 61 %. Jumlah itu lebih tinggi dari pada persentase penderita kardiovaskuler, gangguan penapasan, dan diabetes. Ditambah lagi masih banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap remeh penyakit ini karena sifatnya yang seakan tidak menimbulkan ancaman jiwa, padahal rasa nyeri yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang sangat mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka sehari-hari ( Broto, 2007 ).Karakteristik lansia di tempat satu dengan yang lainnya adalah berbeda tergantung letak geografis yang mempengaruhi mata pencaharian dan juga jenis makanan lansia tersebut. Bali merupakan provinsi yang memiliki beberapa pulau kecil yang ada di dalam wilayahnya, beberapa dari pulau tersebut terletak di Kabupaten Klungkung. Salah satu desa yang letaknya disebrang lautan dari pulau Bali dan termasuk dalam Kabupaten Klungkung adalah Desa Jungutbatu. Desa Jungutbatu merupakan desa dengan luas wilayah wilayah 5,o8 km dan terdapat 838 KK. Menurut letak geografisnya Desa Jungutbatu terletak dipesisir pantai dengan mayoritas penduduk bekerja di sektor pariwisata, seperti pengelola penginapan ataupun artshop dan juga petani rumput laut yang tidak terlalu banyak aktifitas fisiknya. Pola makan masyarakatnya cenderung mengkonsumsi ikan dan makanan hasil laut lainnya dan juga kacang - kacangan, mengingat di desa Jungutbatu kontur tanahnya kering dan tidak terlalu subur sehingga tidak terlalu banyak yang bisa ditanam. Jenis makanan lain seperti daging dan sayur sayuran harganya relatif mahal karena harus didatangkan dari desa seberangDesa Jungutbatu merupakan salah satu desa yang terletak diwilayah kerja UPT. Puskesmas Nusa Penida II. Puskesmas ini mewilayahi dua buah desa yaitu Desa Jungutbatu dan Desa Lembongan dengan jumlah penduduk yang berusia lanjut di wilayah tersebut sebanyak 1674 jiwa. Desa Jungutbatu sendiri pada data tahun 2012 jumlah lansia yang berumur 60 70 tahun adalah 375 orang, kemudian dari data UPT. Puskesmas Nusa Penida II juga tercatat bahwa lansia yang datang berobat ke puskesmas ini dengan gejala rematik pada tahun 2011 yaitu sebanyak 284 jiwa, 74,3 % diantaranya berasal dari Desa Jungutbatu, sedangkan data untuk tahun 2012 tercatat terdapat 288 orang lansia atau sekitar 30 % dari total kunjungan lansia ke puskesmas dan 61,4% diantaranya berasal dari Desa Jungutbatu. Lansia tersebut umumnya sering mengalami ngilu/nyeri pada persendian tangan dan jari dan yang lainnya mengatakan kaki nya nyeri dan bengkak. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Rematik pada Lansia di Desa Jungutbatu.I.2 Rumusan MasalahBerdasarkan masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah Ada Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Rematik pada Lansia di Desa Jungutbatu?I.3 Tujuan PenelitianTujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk Menganalisa hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan penyakit rematik pada lansia di Desa Jungutbatu.Tujuan KhususMengidentifikasi Penyakit Rematik pada Lansia di Desa JungutbatuMengidentifikasi Pola Makan Lansia di Desa JungutbatuMengidentifikasi Aktivitas Fisik Lansia di Desa JungutbatuMenganalisa hubungan pola makan dan aktifitas fisik dengan penyakit rematik pada lansia di Desa Jungutbatu.I.4 Manfaat PenelitianI.4. 1 Manfaat TeoritisHasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan pemahaman baru tentang hubungan pola makan dan aktifitas fisik terhadap penyakit rematik pada lansia serta sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.I. 4. 2 Manfaat PraktisPenelitian ini dapat dijadikan media informasi tentang hubungan pola makan dan aktifitas fisik dengan penyakit rematik pada lansia, serta memberikan acuan kepada masyarakat tentang hal hal yang harus diperhatikan didalam merawat dan memelihara status kesehatan lansia dalam bentuk pencegahan dan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit rematik.I.5 Keaslian PenelitianPenelitian terkait yang dilakukan oleh Rahayu Wijayanti 2008 dengan judul penelitian Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit atritis gout di wilayah kerja puskesmas mojo, kecamatan gubeng, kota Surabaya . Dengan hasil penelitian : Hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi square diketahui bahwa dengan menggunakan = 0,05 menunjukkan ada hubungan antara umur dan tingkat konsumsi purin hewani responden dengan Atritis Gout. Sedangkan variabel lain seperti jenis kelamin, pendidikan, penghetahuan, pendapatan, kebiasaan olahraga, pola konsumsi dan tingkat konsumsi karbohidrat, lemak, protein dan purin nabati tidak berhubungan. Sedangkan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan metode Backwald-LR diketahui bahwa umur dan protein mempunyai nilai p < 0,05, artinya umur dan tingkat konsumsi protein berpengaruh terhadap terjadinya penyakit artritis gout. Sedangkan variabel lain seperti jenis kelamin, pendidikan, penghetahuan, pendapatan, kebiasaan olahraga, pola konsumsi dan tingkat konsumsi karbohidrat, lemak, protein dan purin nabati tidak berpengaruh terhadap terjadinya atritis gout. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Resty Dwi Handayani 2008 dengan judul penelitian Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya osteoarthritis pada lansia di instalasi rehabilitasi medic RSU haji surabaya tahun 2008 . Dengan hasil penelitian : Hasil yang didapatkan adalah tidak adanya pengaruh cedera sendi yang pernah dialami dengan kejadian osteoartritis. Pengaruh yang signifikan didapatkan pada variabel kejadian osteoartritis dengan penyakit metabolik (OR=2,91 95%CI:1,24790,60 s.d 0,80Reliabel>0,80 s.d 1,00Sangat reliabelIV. 5 Pengolahan dan Analisa DataIV.5.1 Pengolahan DataMetode pengolahan data yang digunakan adalah Tabulasi dan Analisis Komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut :Editing adalah setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah terisi semua.Coding adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data.Processing adalah melakukan pemindahan atau memasukan data dari kuesioner kedalam komputer untuk diproses. Memasukan data kedalam computer.Cleaning adalah proses yang dilakukan setelah data masuk ke komputer data akan diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data yang salah diperiksa oleh proses cleaning ini. Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung yang ditabulasi oleh kuesioner. Ini juga metode yang paling sederhana bila dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner kedalam kerangka tabel yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang lainnya. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan dengan sistem tally yaitu cara menghitung data menurut klasifikasi yang telah ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokkan menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu dimasukan ke dalam tabel yang telah disiapkan. Dengan cara ini kemungkinan salah karena lupa dapat diatasi. Kelemahannya adalah pengaturannya menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan sampelnya besar. Komputer Untuk mengolah data dengan komputer, peneliti terlebih dahulu perlu menggunakan program tertentu, baik yang sudah tersedia maupun program yang sudah disiapkan secara khusus. Dengan menggunakan program tersebut dapat dilakukan tabulasi sederhana. Tabulasi silang, regresi, korelasi, analisa faktor dan berbagai tes statistik.Tabulasi dengan komputer mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan sistem yang lain karena :Jumlah sampel penelitian dan jumlah variabel dapat sebanyak mungkin. Banyak menghemat tenaga dan waktu.Tabulasi menggunakan komputer jauh lebih mudah sesudah ada paket program.IV.5.2 Analisa DataAnalisa DiskriptifDigunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi variabel independen tentang faktor aktifitas fisik dan pola makan yang berhubungan dengan penyakit rematik pada lansia. Selain itu untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi kejadian Rematik.Analisan Statistika. Menaksir besarnya hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas, digunakan harga koefisien determinasi (r2) dari hasil analisis korelasi sederhana (korelasi product moment) dengan prosedur analisis sebagai berikut :1) Menghitung koefisien korelasi digunakan rumus r-Pearsonyang dimodifikasi oleh Sudjana (1983), sebagai berikut :r = n XY ( X) ( Y){n X ( X)}{n Y ( Y)}2) Untuk mengetahui derajat determinasi (daya penentu) atau besarnya pengaruh dari variabel-variabel bebas secara terpisah terhadap variabel tak bebas, diperoleh dengan cara mengkwadratkan harga/nilai koefisien korelasi, yaitu (r).3) Untuk uji signifikansi hubungan antara variabel, maka nilai r-hitung langsung dikonsultasikan dengan nilai r-tabel pada taraf uji 5 % dengan dk = n.b. Uji tentang hubungan variabel-variabel bebas secara besama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (variabel tak bebas), digunakan teknik analisis regresiberganda; dengan prosedur analisis sebagai berikut :1) Mencari persamaan regresi ganda, dengan rumus : = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4di mana :- = Y prediksi (Y duga)- a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)- bj = 1,2 ialah koefisien-koefisien regresi; dan X (1,2) adalah harga-harga variabel-variabel bebas 1,2 yang disubtitusikan ke dalam persamaan regresi diatas dengan menggunakan metode interpolasi dalam rangka memprediksi nilaivariabel Y (Sudjana, 1983).2) Uji keberartian regresi ganda digunakan statistik F, melalui rumus : JK(Reg)/kF =JK(S)/(n-k-1)3) Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas (X1 X2) secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (variabel tak bebas) digunakan analisis detrminasi ganda dengan menyelesaikan persamaan :JK(reg)Ry.123 = yUntuk uji signifikansi koefisien korelasi ganda digunakan rumus : R/kF = (1-R)/(n-k-1)IV. 6 Etika PenelitianMasalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang penting. (Rachman, 1999), sehingga sebelum melakukan penelitian (pengambilan data), peneliti mengajukan rekomendasi ke Bagian Penelitan dan Pengembangan untuk mendapatkan persetujuan pengumpulan data dan permohonan ijin kepada Kepala desa dan aparat yang berwenang.Setelah mendapatkan persetujuan kemudian peneliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian yang mengacu pada The American Assosiation for Public Opinian Research (AAPOR) yang disadur dari Rahman (1997), yang meliputi :Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Responden yang bersedia diteliti harus menandatangani lembar lembar persetujuan yang sudah disediakan. Jika responden tidak bersedia untuk diteliti/menolak, maka peneliti tidak akan memaksanya dan tetap menghormati hak-hak responden.Anonimity (tanpa nama)Untuk menjaga kerahasiaan responden, reponden tidak mencantumkan nama untuk format pengumulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.Confidetiality (kerahasiaan)Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.`