23
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Babi merupakan salah satu jenis ternak / hewan yang ada di dunia, termasuk juga di Indonesia. Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura. Indonesia mampu mengekspor sedikitnya 70% kebutuhan daging babi di Singapura. Ternak babi yang menjadi unggulan di eropa dan amerika merupakan ternak yang ekosistem aslinya yaitu pada daerah sub- ropis, yaitu daerah dengan suhu dan kelembapan yang rendah. Indonesia merupakan negara dengan kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi. Ternak babi yang bibitnya diimpor ke Indonesia membutuhkan waktu adaptasi pada awalnya, agar dapat menghasilkan produktivitas yang optimal. Tata cara pengaturan pemeliharaan babi dimulai dari cara pemeliharaan bibit tempat berproduksi atau kandang cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan. Pemilihan bibit perlu ditekankan pada syarat-syarat secara umum maupun ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan kesepakatan teknis. Bibit yang kurang jelas asal usulnya dapat memberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan karena itu ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-

Pendahuluan Babi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asas

Citation preview

Page 1: Pendahuluan Babi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangBabi merupakan salah satu jenis ternak / hewan yang ada di dunia, termasuk

juga di Indonesia. Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang

cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup

potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka

lebar ke berbagai negara seperti Singapura. Indonesia mampu mengekspor

sedikitnya 70% kebutuhan daging babi di Singapura.

Ternak babi yang menjadi unggulan di eropa dan amerika merupakan ternak

yang ekosistem aslinya yaitu pada daerah sub-ropis, yaitu daerah dengan suhu dan

kelembapan yang rendah. Indonesia merupakan negara dengan kondisi suhu dan

kelembapan yang tinggi. Ternak babi yang bibitnya diimpor ke Indonesia

membutuhkan waktu adaptasi pada awalnya, agar dapat menghasilkan produktivitas

yang optimal.

Tata cara pengaturan pemeliharaan babi dimulai dari cara pemeliharaan bibit

tempat berproduksi atau kandang cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara

pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan. Pemilihan bibit perlu

ditekankan pada syarat-syarat secara umum maupun ketentuan yang dibuat oleh

pemerintah dan kesepakatan teknis. Bibit yang kurang jelas asal usulnya dapat

memberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan karena itu ternak yang

dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-sifat produksi yag

tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.

Ternak babi di Indonesia sudah lama dikenal masyarakat. Hasil produksi

peternakan babi  dapat memberikan keuntungan yang optimal untuk pemiliknya.

Terdapat beberapa hal yang di butuhkan, agar pemeliharaan dan budidaya babi

mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Maka dari itu praktikum

manajemen ternak babi perlu dilakukan.

1.2.Tujuana. Mengetahui tata laksana (manejemen) ternak babi di peternakan.

1.3.Materi dan Cara Kerja1.3.1 Materi

Praktikum Pengamatan Peternakan Babi

a. Peternak Babi

Page 2: Pendahuluan Babi

b. Babi

c. Metline

d. Alat Tulis

1.3.2 Cara KerjaPraktikum Pengamatan Peternakan Babi :

a. Pencarian data dilakukan hanya dengan wawancara/tanya jawab dengan

peternak.

b. Pengukuran dilakukan berkaitan dengan ukuran kadang

c. Hasil wawancara dicatat.

Page 3: Pendahuluan Babi

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 HasilA. IDENTITAS PETERNAK (RESPONDEN)1. Nama peternak : Bapak Yoyong umur : 50 Tahun

2. Alamat peternakan : Desa Kalikidang, Kecamatan Sokaraja

3. Jumlah keluarga : 5 orang, anak 3 orang

4. Pendidikan : Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : Wirausaha

6. Jumlah anggota keluarga yang terlibat beternak : 2 orang

7. Jenis usaha peternak : Kombinasi pembibitan dan penggemukan

8. Populasi ternak babi yang dipelihara :

Jenis/ bangsababi

Klasifikasi ternak Jumlah(ekor)

Kematian(%)

Sebab kematian

Durok Boar / Pejantan 4

Landrace Babi bunting 49 1 Tertindih

Landrace Babi beranak / Menyusui 14 1

Landrace Babi umur 1-2 bulan (Starter) 113

Landrace Babi umur > 2-5 bulan (Grower) 95

Landrace Babi dewasa (Finisher) 108

Landrace Babi induk kering (sedang tidak

mengasuh anak)

3

B. MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK BABI1. Asal bibit atau bakalan yang dipelihara peternak pada awal mulanya : Landrace

(Australia) dan Durok (Amerika)

2. Alasan peternak memilih bibit / bakalan tersebut : Jenisnya unggul dan produksi

tinggi

3. Dalam pengadaan bibit sebagai pengganti induk/pejantan peternak menyeleksi

sendiri, menyeleksi sendiri, dikawinkan dengan metode kawin silang.

Syarat-syarat apa saja yang umunya digunakan peternak dalam menyeleksi

ternaknya untuk digunakan sebagai calon bibit: tidak cacat

4. Pada umur berapa bibit (dikembangbiakan) yang dibeli oleh peternak 10-14 bulan

bakalan (digemukkan) 1,5 tahun.

Page 4: Pendahuluan Babi

C. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN1. Bahan pakan yang digunakan :

Jenis Bahan Pakan Kuantum(Kg)

Harga per Kg(Rp)

Biaya Pakan(Rp)

Bekatul 755 2.500 1.937.000

Tepung Jagung 275 3.500 1.312.000

Susu/Mineral 50 7.000 350.000

B51 200 7.500 1.500.000

Total : 5.980.000

2. Jumlah pakan, bentuk pakan dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap hari:

No

.

Klasifikasi Ternak Kuantum

pakan

(Kg/ekor/hari)

Bentuk pakan

(basah/kering)

Cara penyajian

(tempat

pakan/ditumpahkan)

1. Boar/ pejantan 3 Kering tempat pakan

2. Induk Bunting 3 Kering tempat pakan

3. Induk Beranak/menyusui 4 Kering tempat pakan

4. Babi Starter 0,5 - 0,6 Kering tempat pakan

5. Babi Grower 1 Kering tempat pakan

6. Finisher 2 Kering tempat pakan

7. Induk Kering 4 Kering tempat pakan

D. MANAJEMEN PERKAWINAN1. Sistem perkawinan yang dilaksanakan secara alami

2. Umur babi pertama kali dikawinkan: Babi jantan : 14 bulan

Babi betina : 10-11 bulan

3. Apa alasan peternak mengawinkan ternaknya pada umur-umur tersebut:

Untuk babi jantan, alasannya: sudah dewasa tubuh dan dewasa kelamin

Untuk babi betina, alasannya: sudah dewasa tubuh dan dewasa kelamin

4. Pada saat birahi yang kedua babi betina dikawinkan

5. Alasan peternak mengawinkan pada saat birahi itu, karena biasanya langsung

jadi (bunting)

Page 5: Pendahuluan Babi

6. Babi induk dikawinkan, setelah anaknya disapih: 45 hari dan 1 minggu setelah

menyapih

7. Selama proses perkawinan, babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina

selama: 1 hari. Alasannya: Babi jantan bisa kawin beberapa kali, dan hasilnya

sudah pasti jadi (bunting)

8. Apa tanda-tanda babi betina mau kawin/ birahi:

a. Vulva merah

b. Vulva membengkak

c. Bau anyir

d. Vulva keluar lendir

e. Diam ketika dinaiki

9. Pada pagi hari peternak umumnya mengawinkan babinya setelah diketahui

ternak birahi:

10. Perlakuan khusus sebelum dikawinkan: tidak ada

Alasan: pakan sudah cukup

11. Perlakuan tambahan yang diberikan selama induk bunting: sesuai pakan yang

diberikan

12. Induk bunting dipelihara dalam kandang: individual

13. Tanda-tanda induk akan melahirkan: ambing turun, perut membesar pada bagian

bawah, dan agresif

14. Performan babi induk beranak / menyusui:

Induk Kelahiran ke-

Litter size (ekor)

Anak jantan (ekor)

Anak betina (ekor)

Anak mati (ekor

)

Persentase kematian

(%)

Berat lahir (kg)

Berat sapih (kg)

1 1 7 3-5 1 1 0,5 - 1 7- 10

2

3 3 12 6 6 1 0,6 11

4 4 14 2 2 1 0,6 11

5 5 14 7 7 1 0,6 11

6 6 14 7 7 1 0,6 11

Total

Rataan

Page 6: Pendahuluan Babi

15. Cara mengatasi orphan pig (anak babi kehilangan induk mati/induk tidak mau

menyusui anaknya), cara mengatasinya: dititipkan ke induk yang lain.

16. Umur induk dikawinkan kembali setelah anak disapih: 7 hari atau 1 minggu

setelah anaknya disapih.

17. Kasus kematian utama anak babi selama diasuh induk:

Kasus kematian Jumlah (ekor) Persentase (%)

Litter size 12-13 76.4

Mati lahir 1 5.9

Mati ditindih induk 1 1

Mati dimakan induk - -

Mencret / diare JARANG -

Kedinginan

Mati sesak nafas / Anemia 1 5.8

Jumlah 17

D. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE STARTER1. Perlakuan-perlakuan peternak terhadap anak babi pada fase starter:

Jenis perlakuan Dilaksanakannya apa tidak (Ya/Tidak)

Umur dilakukan

Potong tali pusar Ya Sehari

Identifikasi Ya Sehari

Pencegahan anemia Ya Hari kedua

Potong taring Ya Hari kedua

Potong ekor Ya Hari kedua

Kastrasi/Ovariektomi Ya 3 minggu

Vaksinasi Ya 2 minggu

2. Apabila kastrasi dilakukan oleh tukang kastrasi, berapa biaya kastrasi perekornya :

Rp. 10.000 / ekor

E. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE GROWER1. Umur disapih: 1,5 bulan

Alasan: Agar produksi induk 2 kali melahirkan dalam satu tahun.

2. Cara menyapih anak babi: induk/anak dipisahkan

Page 7: Pendahuluan Babi

Alasan induk yang dipindahkan, alasannya : berdasarkan umur, agar besarnya

sama, dan makanantidak rebutan.

Alasan anak yang dipisahkan, alasannya : berdasarkan umur, agar besarnya

sama, dan makanantidak rebutan.

3. Pengelompokkan ternak berdasarkan umur

Alasan: Agar besarnya sama, pakan tidak berebut

4. Perlakan khusus: dipacu dengan pakan agar masa pertumbuhannya tinggi.

F. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE FINISHER / PENGGEMUKAN1. Tidak ada perlakuan khusus pada fase ini.

2. Ternak dijual pada umur: 6 bulan; Bobot: 90 - 100 kg

3. Harga jual per kg bobot badan: Rp 35.000 dan haga perekor Rp 3.500.000

4. Sistem penjualan ternak: Langganan / pembeli datang sendiri.

G. MANAJEMEN PEMELIHARAAN1. Sistem kandang: terbuka

2. Bangunan kandang: permanen

3. Bahan bangunan kandang: batu bata, semen, besi

4. Atapkandang terbuat dari: asbes

Alasan: lebih awet, tahan lama dan lebih dingin

5. Lantai kandang terbuat dari: plaster semen

6. Ukuran bangunan kandang: panjang 5,5 m, lebar: 3,2 m, tinggi: 2,7 m

7. Kemiringan atap kandang: 45°

8. Ukuran tempat pakan/minum: panjang 412 cm; lebar 23 cm; tinggii, 12 cm.

9. Ukuran gudang penyimpanan pakan: panjang 15 m; lebar 9 m; tinggi 6, luas 810

m2.

10. Gambar sketsa kandang dan ukurannya

G. MANAJEMEN PENCEGAHAN PENYAKIT1. Tindakan pencegahan penyakit: divaksin

2. Penyakit yang sering menyerang dan cara megatasinya

Penyakit : anemia Cara mengatasi: intrater-200

Penyakit : asma Cara mengatasi: roxin

Penyakit : diare Cara mengatasi: betamox LA

3. Cara mengatasi ternak yang mati: diambil warga untuk pakan lele.

Page 8: Pendahuluan Babi

II.2 Pembahasan A. Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut

tujuan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2 golongan :

1. Pemilihan Bibit Bakalan (Jantan dan Betina) untuk tujuan memproduksi anak.

2. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukan kemudian dipotong.

Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus sebai keduanya

(Induk/ pejantan) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan performance

yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya di kelak kemudian hari.

Menurut pak Yoyong selaku pemilik peternakan babi, sifat yang baik bagi calon

babi dara yang akan dipilih menjadi induk antara lain:

1. Berasal dari tetua yang berkualitas genetic baik.

2. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, geraknya lincah, serta berat

badannya sesuai dengan standar berat badan masing – masing bangsa.

3. Mempunyai minimal 6 pasang putting susu yang simetris dan mampu

menghasilkan air susu yang cukup untuk anak-anaknya.

4. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus.

5. Mempunyai sifat keibuan.

6. Mempunyai sifat performance seperti laju pertumbuhan dan FCR.

Sifat yang baik bagi calon babi dara yang akan dipilih menjadi babi pejantan

antara lain:

1. Berasal dari tetua yang berkualitas genetic baik.

2. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, geraknya lincah, serta berat

badannya sesuai dengan standar berat badan masing – masing bangsa.

3. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus.

4. Mempunyai sifat kejantananya terlihat nyata dan agresif.

5. Mempunyai sifat performance seperti laju pertumbuhan dan FCR

(Setyaningrum, 2003).

B. Manajemen Pakan

Pakan babi bila ditinjau dari segi pakan dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok yaitu pakan berbentuk pellet dan tepung, sedangkan bila ditinjau dari

segi hubungannya dengan pencampuran air dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu pakan bentuk basah dan pakan bentuk kering.

Page 9: Pendahuluan Babi

Cara pemberian pakan pada ternak babi ada lima cara yaitu :

1. Full feeding ( self feeding)

cara pemberian pakan dimana babi memperoleh pakan secara prasmanan.

Cara pemberian pakan seperti ini biasanya dilakukan pada babi masih kecil

sampai umur 4 bulan.

2. Limited feeding ( hand feeding)

cara pemberian pakan yang dihidangkan secukupnya pada jam-jam tertentu

misalnya pagi hari jam 09.00-10.00 WIB dan sore hari antara jam 14.00-15.00

WIB. Cara pemberian pakan ini dilakukan pada ternak babi berumur >4 bulan

3. Creep feeding

cara pemberian pakan yang dilakukan pada anak babi yang masih dalam

asuhan induk. Pemberian pakan ini diberikan pada anak babi sejak umur 3 minggu

4. Skip a day feeding

cara pemberian pakan pada babi induk bunting dengan interval waktu 72 jam.

Setelah dipuasakan selama 72 jam kemudian diberi pakan dengan cara self

feeding selama 1,5-2 jam.

5. Flushing

cara pemberian pakan pada babi betina yang akan dikawinkan 2-3 minggu

menjelang perkawinan dan 1 minggu setelah perkawinan. Pakan yang diberikan

harus mengandung energy dan protein tinggi (Setyaningrum, 2003).

Pemberian pakan pada peternakan yang kami kunjungi, pakan ditempatkan

pada tempat pakan. Pakan yang diberikan dalam bentuk kering dan merupakan

campuran dari bekatul, tepung jagung, konsentrat babi(B51) dan susu atau

mineral. Metode pemberian pakan bergantung pada umur babi. Babi umur 1

minggu anak babi diberi creep feeds. Creep feeding adalah cara pemberian

makanan pada anak babi terpisah dari makanan induknya. Creep feeds

hendaknya diberikan dalam bentuk kering dan anak babi lebih suka dalam bentuk

pellet atau butir – butiran ( Nugroho, 1990 ).

C. Manajemen Perkawinan

Babi termasuk hewan yang subur untuk dipelihara kemudian dijual, karena

jumlah perkelahiran (litter size) lebih dari satu (polytocous) dan jarak perkelahiran

pendek. Seekor induk dalam satu tahun dapat menghasilkan dua kali melahirkan

dan 20 ekor anak sama dengan 1800 kg daging setiap tahun.

Page 10: Pendahuluan Babi

Tabel 1. Data Reproduksi Babi Induk (Williamson dan Payne,1993)

Peristiwa Interval Rata-rata

Umur saat pubertas (bln)

Lama Birasi (estrus) (hari)

Panjang Siklus birashi (hari)

Waktu ovulasi (jam stlah birahi)

Saat yang baik untuk kawin

Lama Kebuntingan (hari)

4 – 7

1 – 5

18 – 24

12 – 48

estrus hr kedua

111 – 115

6

2 – 3

21

24 – 36

114

( 3 bln, 3 mg, 3 hr)

Pubertas atau birahi pada babi dara 4 – 7 bulan dengan rata-rata bobot badan

70-110 kg akan tetapi tidak dikawinkan sebelum umur 8 bulan atau pada periode

estrus/birahi yang ketiga hal ini berguna untuk produksi anak yang lebih banyak

dan lama hidup induk lebih panjang. Agar diperoleh anak yang lebih banyak maka

induk dikawinkan pada 12 – 24 jam setelah tanda estrus/birahi. Estrus atau birahi

pada induk babi adalah karena aktifitas dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh

ovarium, kejadian ini terjadi selama 3 – 4 hari dengan perubahan tingkah laku

seperti suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina

lainnya dan nafsumakan menurun serta mengeluarkan suara yang khas, kalau

ditekan atau diduduki punggungnya diam saja, vulva yang membengkak dan

memerah serta lendir keruh dan mengental muncul, bila tanda tanda ini terlihat

berarti bebi betinna tersebut siap kawin. Dalam praktek dengan dua kali

perkawinan yaitu 12 dan 24 jam setelah tanda estrus dimulai supaya ovum banyak

dibuahi dan jumlah anak (litter size tinggi).

Cara yang dilakukan pak Yoyong untuk meningkatkan jumlah anak induk perlu

dengan flushing yaitu konsumsi induk ditingkatkan selama 7 – 14 hari sebelum

dikawinkan untuk meningkatkan jumlah anak perkelahiran bila pakan selama fase

pertumbuhan dibatasi.Perkawinan yang paling umum adalah perkawinan

kelompok (lot Mating) cara ini adalah menempatkan satu atau beberapa ekor

jantan kedalam kandang beberapa ekor betina yang sedang birahi, cara ini

mengurangi tenaga kerja yang diperlukan. Hand mating memasukkan seekor

Page 11: Pendahuluan Babi

betina dan seekor jantan setelah kawin kemudian jantan dipisahkan kembali ini

untuk memudahkan pengontrolan ibu dan bapak anak yang lahir kondisi kandang

kawin ini harus tenang dan tidak licin. Sedangkan jantan lebih lama 5 – 8 bulan

dengan bobot badan 75 – 110 kg akan tetapi dikawinkan pada umur 12 bulan.

Sebelum digunakan sebagai pejantan perlu di tes dulu dengan mengawinkan

dengan 2 – 3 dara yang akan dipotong bila setelah 4 – 5 mg kebuntingan dipotong

maka didapat 8 – 10 embrio maka jantan tersebut subur/fertil. Jantan yang

berumur setahun dapat dikawinkan dengan induk 7 – 8 tiap minggunya,

sedangkan pejantan dewasa 12 induk/minggu. (Sinaga, 2009).

D. Manajemen Pemeliharaan

a. Fase Starter

Manajemen pemeliharaan babi fase starter di farm babi Sokaraja yaitu

dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut; 1. Memotong tali pusar yang

dilakukan setelah lahir 2. Pencegahan anemia yang dilakukan 2 hari setelah

lahir 3. Melakukan pemotongan taring dan pemotongan ekor yang dilakukan

pada umur 1 hari setelah dilahirkan. Pemotongan taring dilakukan dengan

tujuan agar menghindari sifat kanibalisme 4. Melakukan kastrasi/vasektomi

yaitu pada umur 25 hari 5. Melakukan vaksinasi pada umur 10 hari. Vaksin

yang diberikan biasanya adalah vaksin kolera.

b. Fase Grower

Babi grower merupakan babi pada fase pertumbuhan yang telah melewati

masa starter. Menurut Sihombing (2006) bobot babi periode grower antara

20-50 kg. Pertambahan bobot badan babi periode grower sangat cepat.

Kebutuhan zat makanan babi periode grower yaitu energi metabolis 3265

kkal, protein kasar 18% dan rataan konsumsi ransum 1855 g/e/h (NRC, 1998).

13  Anak babi disapih pada umur 1 bulan, berdasar keterangan petugas hal ini

dilakukan agar induk dapat segera dikawinkan lagi. Penyapihan dilakukan

dengan memisahkan induk dengan anaknnya dengan cara induknya yang

dipisahkan dari anaknya karena lebih cepat dan lebih mudah. Pada fase

grower, ternak babi dikelompokkan berdasarkan umur/jenis kelamin agar

mempermudah rekording.

Page 12: Pendahuluan Babi

c. Fase Finisher/Penggemukan

Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg. Babi yang

sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC (1998),

kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80 kg

adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum

2575 g/e/h.Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang,

pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada

umur 6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya

berdasarkan bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000

rupiah. Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai

sebesar 2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung

yaitu pembeli datang langsung ke peternakan babi.

E. Manajemen Perkandangan

Kandang mempunyai peranan penting dalam peternakan babi komersial,

sebab kondisi kandang ikut menentukan hasil yang dapat dicapai. Pada

pemeliharaan babi secara extensif, kandang dianggap tidak penting, sekedar

dibuat tanpa diperhitungkan fungsi kandang yang efektif dan menguntungkan bagi

pertumbuhan dan perkembangan babi yang diternakan. Kandang babi harus

dibuat berdasarkan rancangan yang masak yang disesuaikan dengan fungsi dan

segi-segi biologis babi, serta pengaruhnya pada segi profesional peternakan.

Ada dua jenis kandang untuk peternakan babi :

1. Jenis kandang tunggal : Kandang yang terdiri satu baris memanjang yang

dipetak-petak.

2. Jenis kandang ganda : Kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya saling

berhadapan atau mempunyai jalan ditengah untuk dapat memberikan pelayanan

dan perawatan terhadap ternak babi.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang babi :

a. Kandang dibangun dengan model terbuka dibagian atas dinding kandang,

supaya mendapat cukup sinar matahari dan pertukaran udara yang cukup baik.

Bagian bawah kandang kalau memungkinkan dapat dibuat tembok setinggi 1

meter.

Page 13: Pendahuluan Babi

b. Lantai kandang sebaiknya dibuat dari dasar yang kuat dan kalau

memungkinkan dapat dibuat lantai semen, tetapi usahakan jangan terlalu licin

serta sedikit miring.

c. Disamping kandang dibuat saluran air, yang berfungsi membuang kotoran

sewaktu membersihkan kandang. Lebar maupun dalam saluran kurang lebih

25 cm dan agak miring, kemudian letak pembuangan kotoran agak jauh dari

kandang.

a. Atap dapat dibuat dari seng tetapi sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak

menyerap panas misalnya daun sagu atau daun alang-alang.

b. Luas kandang

- Kandang beranak dengan ukuran 2,5 meter panjang dan lebar 1,5 meter

- Kandang untuk ekor pejantan berukuran 3 x 2 meter.

- Kandang untuk babi berumur 3 bulan - 1 tahun dengan ukuran panjang 1

meter dan lebar 1  meter untuk tiap ekor

Kandang dari peternakan yang kami kunjungi sudah sangat rapuh, kayu atap

sudah usang dan harus diperbaiki. Lantai kandang terbuat dari semen atau lantai

postal. Atapnya terbuat dari genteng dan kayu.

F. Manajemen Pencegahan Penyakit

Berdasarkan hasil praktikum, pencegahan penyakit yang dilakukan anatara

lain sanitasi kandang dan ternak, pemberian obat cacing, pemberian vaksin dan

pemberian obat sesuia dengan penyakitnya. Menurut Sihombing (1997)

pencegahan penyakit harus dilakukan dari awal yaitu mulai dari induk bunting,

induk kering, induk laktasi, anak baru lahir, lepas sapih dan seterusnya, dengan

melaksanakan manajemen yang baik akan besar sumbangannya untuk

mengurangi terjadinya penyakit di peternakan babi.Sanitasi dapat dilakukan

dengan cara mendesinfeksi. Mendesinfeksi adalah membinasakan kuman-kuman,

namun tidak satupun desinfektan yang ampuh pada ber bagai keadaan. Bahan

yang dapat digunakan adalah kaustik soda, soda pencuci, kapur, alkohol, gas

formaldehida, iodin, bahan-bahan golongan phenol, uap panas dan panas

kering. Menurut Baliarti et al (1999), mengatakan bahwa prisip pencegahan

penyakit adalah tidak mengobati atau bertindak setelah penyakit itu timbul, tetapi

bagaimana usaha-usaha preventif yang dilakukan agar penyakit tidak terjadi pada

usaha peternakan dan dengan adanya memandikan babi akan dapat menjaga

Page 14: Pendahuluan Babi

kebersihan babi juga dapat juga membantu penurunaan suhu pada babi karena

babi tidak mempunyai kelenjar keringat. Kotoran babi tidak boleh ditumpuk dekat

dengan kandang karena tumpukan itu akan menggundang lalat.

   Berdasarkan hasil praktikum penyakit yang sering muncul adalah penyakit

saluran pernapasan, cacingan, diare, gangguan pernapasan, abses, mastitis da

scabies. Ciri-ciri penyakit saluran pernapasan adalah kurus dan nafsu makan yang

kurang. Penyakit cacingan memiliki ciri-ciri yaitu bintik-bintik pada punggung,

menggosok-gosokan badan pada tembok obat yang biasa digunakan untuk

mengobati penyakit ini adalah bendazol, albendazol dan fermirazol. Penyakit diare

ciri-ciri fesesnya cair, obat yang digunakan adalah corflox yang di injeksikan pada

pantat. Ciri-ciri penyakit gangguan pernapasan yaitu batuk, perut kembang

kempis, dan napas tidak teratur. Ciri penyakit abses adalah terdapat luka-luka

pada tubuh dan lama kelamaan luka tersebut akan berkerak dan bernanah.

Mastitis ciri-cirinya ambing membengkak tetapi tidak mengeluarkan susu. Menurut

Sihombing (1997), penyakit Mencret penyebabnya adalah E.Coli, Salmonella,

anemia, avitaminosis. Gejalanya adalah mencret dengan cairan lendir, berat

badan turun cepat, suhu tubuh tinggi, nafsu makan turun. Pencegahan dengan

sanitasi kandang yang baik dan pemberian pakan yang sesuai.

G. Manajemen Pemasaran

Metode pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan

dimana metod pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah

perusahaan. Metode adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan

bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.

Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya

pengembangan melalui strategi pemasarannya (Prasetya, 2012).

Page 15: Pendahuluan Babi

III. KESIMPULAN

a. Kondisi peternakan babi di Sokaraja masih kurang memenuhi tata

pelaksanaan pemeliharaan babi yang baik.

b. Tiap periode pemeliharaan sudah disediakan kandang khusus / sudah ada

kandang pemisahan.

c. Namun, manajemen penanganan limbah harus lebih dperhatikan, baik dari

segi daya tampung dan pemanfaatan limbah tersebut.

Page 16: Pendahuluan Babi

DAFTAR PUSTAKA

Baliarti, Endang., Ngadiono, P.,  Purwanto Basuki., Panjono. 1999.  Ilmu Manajemen Ternak Potong.  Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sinaga, M.2009. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Nugroho, E dan Whendrato, I. 1990. Beternak Babi. Semarang. Eka Offset.

Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Setyaningrum, Agustinah, Yohanes Soebagyo, dan Made Sedana Yoga. 2003. Manajemen Ternak potong. Fakultas Peternakan Unsoed : Purwokerto.

Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Williamson dan Payne,1993. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.